Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

Bimabet
Apakah aslan pecahkan perawan gadis lagi..
Layak ditunggu ini...
Ayo hu lanjutannys
 
Muantapppp...2 minggu ngak di liat tau2 udh banyak update aja, thanks suhu, sehat selalu di RL
 
Tanks Mas Bro, si Leon's akhirnya lanjut lagi jadi baper nih akhirnya jatuh kesiapa hati si raja rimba ini,udah dapat perawan si endah apakah dpt perawan dr rani atau apakah rani masih tersegel krn dulu pacarnya banyak, semoga aja dpt prawan lagi biar asyik...
 
Yakin, susah banget nahan "perasaan" ketika ada cewek model adiba dan rani menggoda
Pengen eueueueu
 
Walaupun saya tim Adiba, que sera sera. Terjadilah menurut kehendak Master @Elkintong . Yang pasti semua menanti2kan update selanjutnya. Ada yang penasaran dengan eksekusi, ada yang berharap, seperti hamba, Aslan tidak akan eksekusi Rani. 🤣🤣🤣
 
Klo si Rani dipatil jg ama Aslan, ane kok ngrasa si Rani nanti malah tambah ngebet & agresif ke Aslan, apalagi keluarganya punya power, bisa2 dia ngelakuin sgala cara buat dapetin Aslan..
 
PART XVII


A wild side of Lion



Sosok seindah Rani dengan tubuh memikat, buah dada yang membusung dan wangi tubuh yang menggoda, kini di dalam dekapan Aslan, dan tubuhnya menempel erat di tubuhnya, membuat semua sistem syaraf Aslan bekerja lebih cepat dari biasanya.

Sebuah sodoran dalam bentuk tawaran indah duniawi bagi dirinya, yang sulit dia hindari dalam situasi seperti ini, membuat nalarnya seperti berhenti untuk berpikir lebih jauh, karena sensasi dan adrenalinnya kini terpacu untuk menerima tantangan indah yang kini ada depannya.

“sayang……”

Bisikan lembut, dan tangan serta sentuhan jemari halus Rani kini merayap di dadanya

Harum rambut sang dewi pun tercium membius sang pejantan, dan membuat arah angin berubah dari sebuah keadaan yang tadinya bisa dikendalikan, menjadi situasi yang mulai terpancing sebuah sisi yang selama ini terpendam, yaitu sisi liar seorang pria jantan.

Tatapan lembut Rani menyapa mata tajam Aslan, dan bibirnya lalu menyeruput bibir Aslan. Ciuman lembut, lalu berganti dengan sergapan penuh nafsu dan saling melumat, lidahnya saling terjulur dan mendorong satu sama lain, menimbulkan suara intim yang semakin menenggelamkan mereka ke dalam langkah yang lebih dalam lagi.

Rani lalu merubah posisinya, dia naik ke pangkuan Aslan yang masih duduk disofa, kini pantatnya bertumpu ke pangkuan Aslan, dan bibirnya kembali melumat bibir sang arjuna, yang kini bukan hanya membalas, namun ikut aktif mengikuti nalurinya sebagai pria jantan, yang kini ditantang oleh sang betina liar.

Tangan Aslan naik dari sekedar meremas pinggul Rani, kini berpindah ke depan, dan mulai meremas buah dada indah yang tidak memakai penyangga, yang menimbulkan desahan di bibir Rani, saat tangan dan jari Aslan meremas lembut, dan menyentuh ujung putingnya dari luar tanktopnya, sambil bibir mereka tetap berciuman dan saling memagut.

“sayang…..”

“hmmmm….”

“di kamar yukkk….”

Bisikan Rani kini penuh birahi

Sentuhan lembut dibibirnya dan lehernya yang membuat birahinya sulit untuk dibendung lagi, rasanya perlu tumpuan yang lebih luluasa untuk mereka berdua, dan sofa ini bukanlah tempat yang tepat

Aslan lalu sambil memeluk Rani, dia berdiri dan Rani tetap dalam dekapannya, kakinya melingkari pinggang Aslan sambil berteriak kecil kesenangan, dan mereka lalu bergeser, pindah ke kamar depan milik Rani, yang dibuka oleh tangan Rani, dan ditutup kembali oleh kaki Aslan.

Aslan lalu merebahkan dirinya di atas ranjang empuk itu, Rani masih duduk dialas pangkuannya, sementara Aslan terbaring. Ciuman mereka kembali bersatu dan saling melumat dengan liarnya.

Ciuman dan cumbuan sang pangeran tampan yang dia cintai, rasanya membuat dia melayang indah dalam samarnya sebuah untaian birahi yang timbul dan naik perlahan bagaikan cressendo yang menuntunnya dia ke fase yang begitu menyenangkan bagi wanita sepertinya yang mendamba dicumbu pria yang dicintainya.

Satu per satu kancing kemeja Aslan pun copot oleh jemari lentik Rani, dan dengan posisi masih menindih Aslan, kemeja lalu kaos dalamnya, dicopot oleh Rani, membuat dadanya dan urat perut atletisnya semakin menggoda birahi Rani, terbentuk indah dan keras saat jari gemulai Rani menyentuhnya.

Ciuman dan bibir Rani kembali menyentuh bibir Aslan, dan saling dorong lidah hingga menimbulkan bunyi akibat lumatan dan liarnya lidah mereka bergerak, menjadikan momen pembuka alur jadi semakin menggairahkan.

Tangan Aslan merayap dan meremas pantat montok Rani, dan tangan Rani kini bergeser ke bawah membuka retsluiting celana Aslan, membuka kancingnya dan kemudian mendorongnya hingga ke paha, dan dibantu oleh kaki Aslan, membuat hanya boxer warna hitam yang tersisa di tubuh sporty itu.

Tangan Aslan meraba bagian dalam dari tepian tanktop Rani, dan sambil mereka kembali berciuman, tangannya kini mulai meremas payudara indah yang menggantung tanpa penahan lagi, dengan putting kecil berwarna coklat muda yang muncul saat tanktop itu terbuka ke atas dan dilepas oleh Aslan

Keindahan tubuh Rani kini terbuka

Lalu perubahan posisi pun terjadi saat Aslan lalu melipat badan Rani, hingga wanita itu kini terbaring di kasur, dengan menatap wajah sang pangeran dengan manja, dan penuh penyerahan diri, pasrah dengan semau yang akan terjadi, termasuk keintiman yang paling dalam diantara mereka.

Jilatan lidah Aslan di dada Rani, membuat wanita itu bagaikan terhipnotis dengan rangkaian panjang sebuah utas birahi yang dilecut oleh Aslan, dia merintih dan menikamti sekali setiap jengkal tubuhnya yang dicumbu oleh lidah dan bibir Aslan, apalagi saat payudara indahnya itu dilumat dan dimainkan disela sela bibir dan lidah Aslan bermain liar di sana, rintihannya semakin lirih dan terdengar meminta untuk lebih dalam lagi dan lagi.

Kain terakhir penutupnya kini lepas, celana hotpants dan juga celaan dalamnya yang berwarna putih, kini lolos dari pinggangnya, dan keindahan lembah yang berbukit dan berambut tipis, dan belahannya terlihat oleh mata Aslan, bagaikan memanggil lidah dan bibir Aslan untuk menjamahnya

Rani bagaikan melenguh saat lidah itu turun ke perutnya yang rata, bermain di psuarnya, lalu semakin ke bawah dan mengaitkan rambut tipisnya itu dengan ujung lidah Aslan, dan kemudian bibirnya mencumbu mesra bibir bawahnya yang mulai basah. Apalagi saat lidah itu masuk dan menari nari di belahannya, tangannya secara otomatis menekan kepala Aslan agar berlama lama di situ.

Matanya terpejam, mulutnya merintih

Dan lidah serta bibir Aslan beekrja dengan lincahnya di belahan berwarna merah, dan mengeluarkan cairan yang basah dan bercampur dengan ludahnya, ikut melebur bersama, menimbulkan sebuah magma birahi yang terus meningkat dan bisa meledak dengan segera, karena jilatan Aslan tepat di ujung daging kecil yang sangat sensitif disentuh, yang membuat wanita ini kejang sejenak saat lidah itu tersentuh

“sayang…..” rintihnya sambil terus meremas rambut sang kekasih yang masih tekun bekerja dengan lidahnya di bawah, sambil sesekali tangannya bermain meremas buah dada indah yang bergoncang sesuai dengan iramanya

Dan titik yang terstimulasi itu pun sulit untuk dia bendung

Rasanya sangat nikmat dan indah, membuat bendungannya kian lama kian ingin bobol. Wangi dan harum khas vagina yang terawat membuat Aslan semakin liar di sana. Dia bagaikan tidak perduli dengan tarikan tangan sang wanita yang memintanya berpindah, namun malah semakin liar lidahnya di sana bermain.

Dan akhirnya bedungan itu pun bobol….

Sambil menahan kepala Aslan, Rani berteriak kencang saat orgasmenya tiba. Rasa sayangnya dan cintanya ke Aslan, membuat cumbuan sang pengeran impian dirasanya sangat spesial dan sulit dia tahan, dan liar nya lidah itu-pun menghantar dirinya terhempas ke pantai orgasmenya yang pertama.

Nafas yang terengah engah, dan senyum tipis yang menatapnya, membuat Rani tersenyum malu.

“ayang….. nakal ih lidahnya….” pukulan pelan mesra ke lengan Aslan

Ditariknya sang pangeran ke pelukannya, dan tubuh atletis itu menindih tubuh indah yang terbaring lemas setelah mencapai fase pertamanya.

“i love you sayang….” bisiknya

Tangannya kini dengan lembut membelai tongkat yang masih terbungkus boxer

“buka sayang….”

Aslan sulit untuk mengatakan tidak dalam kondisi seperti ini.

Kejantanannya yang perkasa dan jantan itu keluar menyapa Rani, yang dbuat gemas dengan keindahan senjata sang pejantan. Uratnya yang berulir di sekelilingnya, membuat batang itu semakin terlihat indah dan menawan hatinya

Aslan lalu membuka kedua belah paha Rani

Belahan-nya ini terbuka dan pasrah, masih basah akibat orgasme pertamanya, dan siap untuk menerima mendaratnya sang pejantan di bukit berbelahan merah dan basah itu, yang menunggu dengan pasrah, namun penuh harap untuk bisa disatukan dalam sebuah kenikmatan bercinta

Pelan tapi pasti, batang itu kemudian masuk, dan meski agak sedikit perih karena harus beradaptasi dengan ukurannya yang sedikit berbeda, namun akhirnya semuanya tenggelam dengan rapatnya jepitan dari Rani.

Bersetubuh dengan Aslan bagaikan puncak sebuah titik percintaan yang dirasakan oleh Rani. Sambil merasakan bagaimana urat sakti itu keluar masuk ke lembah kewanitaannya, mereka saling berpelukan dengan erat, dan ciuman bibir Aslan yang tidak henti-hetinya menjamah bibir Rani, membuat dekapan bercintanya jadi terasa indah.

Jepitan dan rintihan Rani membuat Aslan semakin liar mengayuh perahu birahinya menuju pulau kenikmatan. Kaki Rani menjepit erat pantatnya, lengannya mengunci pundak Aslan, dan dada mereka saling bersentuhan, serta bibirnya saling melumat, dan gesekan di vagina Rani pun semakin lancara dengan tumpah ruahnya cairan kenikmatan yang membuat arena itu jadi semakin licin.

Aslan lalu merubah posisinya. Dia mencabutnya, dan meminta Rani untuk di atasnya.

Begtu batang itu tenggelam, Rani bagaikan tersetrum menraskaan urat itu sepertibergerak otomatis menusuk dinding rahimnya, dan pantatnya pun mulai bergou=yang secara liar, dari perlahan hingga maki cepat dan makin kencang.

Sesuatu yang dia coba tahan, namun dengan posisi on top, gesekan bonggol keras di bagian dagingnya yang sensitif, membuat dia sulit menahan diri, apalagi bibir Aslan dengan liar menempel di buah dadanya, dan lidahnya menstimulasi putingnya, orgasme keduanya pun sulit dia hindari.

Teriakan serta terkaman liar sambil memeluk kepala Aslan untuk tetap didadanya, dan berhentinya gerakannya secara mendadak, membuat dunia bagaikan berhenti sesaat bagi Rani. Lirih suaranya dan badannya mengejang secara tiba-tiba, saat orgasme keduanya pun tiba.

Pelukannya ke Aslan makin kencang

“nakal kamu sayang…”

Ciuman di bibir Aslan agak liar dan ganas

Dan kemudian dia terkulai lemas jatuh terbaring di kasur untuk kedua kalinya.

Aslan tidak ingin membuang momentum ini. Tegang dan kerasnya sang junior meminta untuk segera dituntaskan dan diselesaikan.

Dan dengan posisi misionaris, kembali urat kejantananya masuk ke lembah yang absah, yang mungkin agak ngilu bagi Rani, meski rasanya masih nikmat dan terasa sangat penuh di belahannya itu.

Goyangan dan bersatunya tubuh mereka dalam simponi indah, dan dekapan mesra diatas kasur yang seprainya juga jadi kusut akibat liarnya gerakan dua insan ini, membuat resapan keindahan sebuah alur percintaan rasanya sangat menyentuh seluruh adrenalin mereka. Pelukan erat dan ciuman di leher Aslan yang sedang berkonsentrasi, seakan menyemangati sang pejantan untuk menuntaskan rasa dahaganya.

Dan dengan makin liar dan cepatnya goyangannya Aslan, membuat Rani menjepitnya dengan erat lewat tungkai kaki dan pelukannya. Dia tidak perduli dimana berlabuhnya semburan kenikmatan Aslan, dia pasrah dan siap menunggu.

Namun sang pejantan sepertinya mengerti dan tahu. Dengan cepat meski sedang dalam kondisi setengah tidak sadarkan diri di tengah amukan birahi dan nikmatnya jepitan liang kenikmatan Rani, Aslan masih bisa menyadari hal tersebut, dan dengan segera dia mencabut sebelum semburan itu keluar.

Cairan kental itu pun berhamburan di perut rata milik Rani, yang diiringi senyumam, serta kemudian tarikan tubuh Aslan untuk mendekapnya kembali, dan cairan itu menempel ke tubuh mereka berdua, akibat eratnya rangkulan yang sangat indah mereka rasakan, akibat puncak bercinta sudah sama-sama mereka gapai.

“makasih sayang…..”

Ciuman mesra Rani menjemput bibir Aslan.

Dan pria tampan itupun lunglai tumbang di sisi Rani.

Kesadarannya mulai muncul, meski sesaat kemudian dia bagaikan di bawah ke sebuah alam yang tidak dia bisa ketahui pasti di mana harusnya dia berada, antara penyesalan yang dalam, atau sebuah kenikmatan yang ragawi yang baru saja dia rasakan bersama wanita lain, yang hingga sekarang masih dia tanyakan di dalam hatinya, apakah tulus dia dalam menjalani hubungan ini bersama Rani, meski semuanya sudah terlambat dia sadari, karena semua sekat sudah hilang saat ini, dan dalam ketelanjangan mereka berdua, sebuah dosa sekaligus ikatan telah terjadi, setidaknya bagi Rani, dengan kejadian ini, dia makin yakin bahwa Aslan adalah miliknya seorang.



***************************

Pukul 11.45 malam…

Aslan terkaget dan terbangun tiba-tiba.

Percintaannya dengan Rani sempat membuat dia tertidur sesaat, dan saat dia terbangun, dia melihat wajah damai yang cantik terlelap di sampingnya, dalam kondisi tanpa busana meski terbungkus oleh selimut tebal yang menutupi badan keduanya.

Aslan beringsut pelan, dia mencari celana boxer dan celana panjangnya

Pelan dia bergerak memakai celana boxernya, dan sambil duduk di pinggir tempat tidur, dia mencoba memakai celana panjangnya

“sayang….”

Panggilan pelan Rani mengagetkannya

“maaf… kirain masih tidur….”

Rani bangun dan duduk, lalu memeluk Aslan dari belakang.

Tempelan empuk buah dada Rani bagaikan ganjalan indah di punggung aslan. Hangatnya bundaran itu, mebuat Aslan bagaikan tersengat listrik, namun dalam situasi yang menyenangkan, karena seketika badannya jadi hangat

“mau pulang?”

“iya…”

“bobo disini aja sih…”

“aduh……”

“ayang…”

Pelukan Rani memaksa Aslan terhenti memakai celana panjangnya.

Dan seketika badan Rani sudah berpindah ke depan, dan di pangkuan Aslan. Mereka berdua sama-sama hanya memakai celana dalam, dan kembali bibir mereka bertautan dengan liarnya. Dan disusul dengan sodoran putting buah dada yang montok itu ke mulut Aslan, yang akhirnya menunda rencana dia untuk pulang lebih awal di tengah malam ini.

**************************

“roti kamu, De…..”

“iya mami….”

“susu kamu juga tuh…”

“iya Mami….”

Tangan kecilnya membereskan semua bekalnya untuk dimasukkan ke tas sekolahnya. Dibandingkan kakaknya, dia memang masih perlu di kasih tahu dan dibimbing lebih banyak lagi. Kakaknya jam 6 lewat sudah standby dan siap, termasuk hari ini, Ravi memilih jalan terlebih dahulu diantar sopir Adiba. Sedangkan Arvind masih leyeh leyeh dan asyik makan di meja makannya.

Dia bahkan tadinya mau ke rumah sebelah, sebelum diomeli maminya karena membuang waktu banyak sekali pagi hari ini. Dan ini sudah sering dan hampir selalu dia lakukan.

Bunyi ponsel dari Adiba terdengar, dia yang sudah siap untuk ke kantor pun, sekalian mau antar Arvind, jadi teralihkan dengan bunyi dan getaran ponselnya.

“eh, De… itu angkat telp Mami… “

Arvind melihat ke layar ponselnya

“ayah??”

Arvind dengan cepat menekan tombol untuk menerima vidio call dari ayahnya…

“ayah….”

“assalamulaikum De..”

“walaikumslaam Ayah….”

Mendapat telepon dari ayahnya sudah pasti membuat hati sang bocah berseri seri, dengan riang dia memamerkan tas dan juga bekalnya dia untuk dibawa ke sekolahnya

“ade jalan dulu yah, ayah…”

“oke sayang…..”

“ini, Mami mau ngomong….”

“oke….”

“ dah ayah….”

“dah…..”

Arvind segera jalan ke depan rumahnya dan bersiap naik ke mobil maminya

“hi…”Adiba menyapa setelah meerima ponsel dari tangan Arvind

“hi Ka….”

“abis bikin dosa yah?”

Aslan tergelak tertawa

“ nuduhnya ngga jelas ah….”

“iyalah… makanya nelpon anaknya pagi-pagi….”

Aslan tersenyum

“ngga, kangen aja sama ade…..”

Adiba tersenyum

“belum mandi?”

“ini mau mandi Ka….”

“jam 8 disana?”

“iya….”

“tumben, biasa jam segini sudah dikantor….”

Aslan tertawa

“ kesiangan, abis nonton bola semalam….”

“Barcelona no longer your team since Messi left, don’t you?” tembak Adiba

Aslan terbahak mendengar tebakan Afiba

“ kaka hati-hati di jalan yah…..”

“hmmmm… buang haluan pembicaraan yah……”

Adiba tersenyum, dia tahu dan hafal kebiasaan Aslan, dan entah kenapa dia seperti yakin bahwa Aslan ini pasti punya salah sampai tiba-tiba menelepon anaknya

“oke…..”

“makasih Ka….”

“kapan kesini?”

“minggu atau sabtu Ka…..”

“kalau minggu mending ngga usah deh…..”

Suara tawa lagi terdengar disana…..

“jumat deh kalo gitu…..”

‘That’s better…”

Lalu

“aku antar ade dulu yah….”

Setelan pakaiannya sudah rapi dan keren, dan sambil jalan dia menenteng tas nya menuju garasi depan

“ vila abah di puncak baru selesai direnovasi…. kita mau berkunjung ke sana… kalo jumat sudah di sini, bareng lah ke sana… kalo ngga ada acara…”

“oke Ka…. no problem…”

“sip….”

“oke… hati-hati di jalan…”

“oke, salam buat Lingga….”

“kaka apaan sih…” dia tahu Adiba menggoda-nya

“salam juga buat Hardi…..”

Adiba agak jengkel kali ini

“I don’t like you…..”

Aslan tergelak disana

“Ade, say bye to Ayah….” ujar Adiba sebelum menutup ponselnya

“bye Ayah… ade sekolah dulu yah….” teriak Arvind dari dalam mobil, sebelum Adiba menutup teleponnya dengan Aslan.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd