Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Vanilla Twilight

vanillaocean

Semprot Kecil
Daftar
18 Apr 2022
Post
60
Like diterima
452
Bimabet
Halo semuanya salam kenal, Vanilla's here😃

Ini post cerita pertamaku di sini. Just wanna share my imagination. Ini lebih ke arah romance erotica sih ketimbang cerita panas. Kalau memang salah forum silakan dikomentari but I really hope everyone like this story.

Oh iya, FYI nama karakter di cerita ini adalah panggilan sayang bukan nama asli, ya. Enjoy!


VANILLA TWILIGHT

Langit mulai bersemu oranye, dengan cahaya matahari yang lembut merona di dinding-dinding pucat pemukiman warga Ungaran. Angin bersenandung pelan, menyatu dengan hawa sejuk yang mengudara. Senja hari datang menyapa, menunjukkan ronanya di balik tirai putih jendela kamarku.

Di atas kursi gaming hitam-merah muda, aku meregangkan otot-ototku yang kebas setelah seharian menggambar. Kuhirup udara sejuk yang menguar dari jendela kamar yang sedikit terbuka. Sepi. Jam menunjukkan pukul lima sore, dan seketika itu pula langsung terbersit keinginan untuk menghubungimu.

Langsung kuraih ponsel yang tergeletak terbalik di sisi pen tablet, dengan lincah menggerakkan jemari untuk membuka Whatsapp di mana namamu nyaris selalu berada di tiga urutan teratas orang-orang yang paling sering kuhubungi. Tanpa banyak berpikir panjang, aku mengetik.

Miuw
Lagi apa?

Terkirim.

Tanpa melepaskan ponselku, aku tetap duduk sembari menunggu-nunggu balasan. Hingga akhirnya centang dua itu berubah warna menjadi biru, dan aku pun semakin excited membaca teks "Meow is typing...."

Meow
Lg duduk aja, sambil ngopi
Km?

Aku tersenyum. Memang hanya pertanyaan balik yang sederhana, tapi itu saja sudah membuatku begitu bahagia.

Miuw
Baru selesai gambar.

Meow
Oh dah beres semua?

Miuw
Udh
Kerjaanmu gimana?

Meow
Baru kirim update tadi

Miuw
Oh syukurlah

Meow
Btw....

Seperti biasa, percakapan kita berlanjut. Dimulai dari membahas pekerjaan, masalah saham, hingga akhirnya ngalor ngidul penuh emoticon tawa yang membuatku tersenyum sepanjang waktu di mana kita saling berkirim pesan.

Aku selalu bahagia saat chat denganmu. Memikirkan aku ada di pikiranmu membuat pipiku menghangat, tak sabar menunggu balasan apa yang akan kamu berikan selanjutnya. Bahkan sekalipun itu berulang, atau kamu lupa pernah mengatakan hal yang sama.

Bagiku itu tak apa, asalkan kita terus saling bicara.

Lama kita mengobrol. Sesekali saling menggoda satu sama lain, seperti halnya pasangan kekasih lainnya. Kurang dari dua minggu sejak terakhir kali kita bertemu semenjak aku memutuskan untuk pindah ke apartemen sederhana di kota ini, hanya demi bisa ada di dekatmu.

Belum ada dua minggu, tapi rasanya seperti dua tahun aku menunggu.

Aku menggigit bibir, merasakan riak-riak kecil yang timbul dalam dadaku. Jemariku masih dengan riangnya membalas pesan darimu, tapi tubuhku memanas, merasakan letupan itu menjalar ke setiap inchi tubuhku. Dan tiba-tiba di antara obrolan kecil kita, ku tak bisa menahan diri untuk berkata,

Miuw
Meow, ku pengen.

Selama belasan detik kamu terdiam. Untuk beberapa saat aku khawatir kamu akan jijik padaku. Mengingat belum lama waktu berlalu sejak saat itu, dan aku dengan terang-terangannya meminta lagi.

Nyaris kumenyesal, mengira kamu akan membalas dengan emoticon menghela napas yang seringkali membuatku cemas, tapi kemudian kamu membalas,

Meow
Iya, sama. Aku juga pengen.

Hatiku sontak berbunga. Cepat ku membalas.

Miuw
Mo ke sini?

Meow
Iya
Ku otw ya

Kamu bakal datang! Dalam hati kubersorak, mengetik balasan sesegera mungkin.

Miuw
Hati-hati di jalannya, ya
Jangan ngebut!

Meow
Iyaa

Kudekap ponselku di dada, seakan dengan begitu kamu akan tiba-tiba berada di pelukanku. Seperti dalam mimpi indah yang kamu ceritakan saat kita masih berjauhan dulu.

Tapi, kali ini jelas jauh lebih indah. Karena ku tak perlu lagi tersiksa menunggu terlalu lama.

.
.
.

Seseorang mengetuk pintu apartemenku. Sontak aku yang sedang berdiri di depan cermin sambil merapikan rambut pun bergegas. Kutarik napas dalam-dalam, meyakinkan diri tak ada yang salah dengan penampilanku kemudian meraih kenop pintu.

Dan di situlah kamu berdiri. Dengan kaos hitam dan celana bahan. Tampak santai, tapi tak pernah gagal menghipnotis aku. Kamu tersenyum manis, membuatku salah tingkah sesaat seperti orang linglung.

"Meow!" Tak tahu harus bereaksi seperti apa, aku hanya menghambur memelukmu. Aku suka bagaimana tubuhmu begitu nyaman di dalam pelukanku. Hangat dan harum jadi satu. Nyaris ku tak mau melepasnya jika bukan kamu yang membawaku ke dalam.

"Iya udah, ayuk."

"Mm."

Kamu menutup pintu. Bunyi 'klik' dari sang kunci berikutnya menjadi isyarat ruangan ini pun kini sepenuhnya milikmu.

Jantungku pun berdebar.

Belum sempat aku berkata-kata lagi, kamu sudah meraih pipiku yang gembul dan melayangkan ciuman yang membuatku lupa kalau itu bukanlah ciuman pertama. Lembut, tapi syarat akan hasrat. Lemas seluruh tubuhku dibuatnya.

Rasanya seperti rokok dan kopi.

"Langsung ke kamar aja," bisikmu parau, dan aku pun sepenuhnya kehilangan kendali atas tangan dan kakiku. Kamu mengangkat tubuhku, yang kupikir semakin berat karena begitu banyaknya makanan yang kumakan saat pergi untuk menjajal berbagai jajanan di Semarang bersamamu. Aku masih ingat bagaimana rasanya perutku seakan ingin meledak saat itu.

Dan sekarang, dadakulah yang serasa ingin meledak.

Sebelum aku menyadarinya, kita sudah duduk berpagutan di tepi kasur. Tanganku gemetar ingin melingkari lehermu, sedangkan tanganmu sudah entah sejak kapan meremas lembut kedua sisi pinggulku. Kamu bilang aku sudah lebih baik dalam ciuman ketimbang saat kali pertama, tapi tetap saja di depanmu aku merasa seperti dimabuk kepayang untuk yang pertama kalinya.

"Meow...." aku mengerang pelan, merasakan kecupan-kecupan dan gigitan kecilmu di leherku, meninggalkan samar-samar bekas merah, basah oleh saliva dari lidah kita yang saling bertukar rasa. Tanganmu meremas dadaku dari balik tank top hijau yang kukenakan. Mataku terpejam, menghayati sentuhan yang selalu kurindukan ini.

Tak lama, kutemukan kedua tanganku turut meraba malu tapi mau ke balik kaosmu. Mengusap bagian bawah punggungmu. Kulitmu terasa panas di telapak tanganku, sementara aku sudah seperti ngengat yang tertarik pada api. Pelan tapi pasti, kubuat kaosmu kini teronggok di lantai kamarku yang dingin. Balasan ciumanku semakin mendorong tubuhmu untuk berbaring di atas kasur queen size bersprai putih yang kita tumpangi.

"Pengen di atas lagi?" Entah itu pure ingin tahu atau sekedar pertanyaan jail.

"Hu um, nggak mau?"

"Mau banget." Seringaimu seraya menyingkap tank top hijau yang kukenakan. "Buka bajunya, sayang," pintamu dengan nada rendah.

Aku menurut. Malu, tapi di saat yang sama aku ingin segera menunjukkan semuanya lagi padamu. Jadi kubiarkan tank top rajut itu lolos dari kepalaku, membiarkan buah dadaku yang sengaja tak tersangga bra kembali menggantung memanjakan penglihatanmu.

Mataku berusaha menghindari tatapanmu saat itu.

"Miuw, kamu indah banget."

"Apaan, sih," sungutku salah tingkah. Kamu kembali memposisikan diri setengah duduk lalu menyambar bibirku, yang mana kubalas dengan gairah setara. Tanganku bergerilya menarik resleting celanamu, bergegas menggenggam gundukan yang mulai bangun itu dalam telapak tanganku.

Kuusap-usap benda favorit itu perlahan.

"Dah keras, ya," komentarku, kini sisi liarku sudah sepenuhnya mengambil alih.

"Iya, sepanjang perjalanan dah bayangin kamu terus."

"Meow mesum."

"Heleh. Kamu duluan yang ngajakin, kan."

Aku tertawa kecil. "Iya, sih."

Kulepaskan celanamu agar ia ikut bergabung dengan pakaian kita di sana, disusul oleh legging murah mudaku juga celana dalam berwarna senada di baliknya. Kini kita sudah sepenuhnya telanjang bersama.

Kembali kudaki tubuhmu yang berisi dan memagut mesra bibirmu itu.

"Dah nggak tahan, ya?" tanyamu sedikit serak.

"Mm," gumamku mengiyakan. "Tadi sempet main sambil nungguin kamu. Langsung masukkin aja, ya." bisikku seraya memposisikan milikmu di antara punyaku.

"Wait, kondomnya...."

"It's ok," potongku, tak ingin tangannya mencoba meraih saku di celana itu lagi. "Hari ini aman, kok. Tapi tetep keluarin di luar, ya."

Kamu tersenyum padaku, "Iyaa."

Tanpa ingin berlama-lama lagi, kubiarkan milikmu memasuki gerbang surga duniaku. Dunia kita. Aku menggigit bibir, menahan napas, namun begitu kurasakan bagian dari dirimu sudah kembali lagi padaku sepenuhnya, aku tak bisa menahan lenguhan di mulutku.

"Ahh.... Meow...."

Aku bisa mendengar napas beratmu selagi kuulangi gerakan naik turun itu berkali-kali. Kurasakan elusan jari-jarimu di puncak buah dadaku. Memilin, menarik lembut, sementara ku memejamkan mata. Suhu tubuhku semakin meningkat akibat kehangatanmu di antara kedua kakiku.

"Miuw.... " Kamu mendesahkan namaku, memasrahkan tubuhmu sepenuhnya padaku. Aku, pacarmu yang selalu tampak malu-malu. Namun aku selalu ingin memberitahumu semua fantasiku denganmu, hasrat-hasratku padamu, juga malam-malam di mana aku berharap kamu tahu aku memanggil-manggil namamu.

Aku ingin kamu tahu betapa aku sangat menginginkanmu hingga kulepas topeng gadis polos itu hanya di depanmu.

"Meow.... Aah...." Tempoku perlahan, karena ku ingin kita menikmatinya selama mungkin.

Jam dindingku terus berdetak, lalu kamu pun mulai mengimbangi setiap gerakanku. Memegang lembut namun erat pinggulku. Dan ketika tubuh ini turun, kamu menghentak masuk. Turun, menghentak masuk. Terus begitu dengan tempo yang tak berubah selama beberapa menit.

Tak lagi kutahan erangan dan lenguhan yang kurasakan tiap kali setiap inchi bagian dalamku bergesekkan dengan milikmu. Memenuhiku. Mengabulkan satu dari seribu fantasi tiap malam di mana aku memikirkan bercinta denganmu.

Napasku kian memburu, dan isi kepalaku pun turut menggila. Setiap sudut dalam kepalaku hanya terisi oleh panggilan sayangku untukmu. Berpikir apakah aku sudah melakukan yang terbaik untuk menyenangkanmu. Pinggulku melangsungkan tarian cinta yang kupelajari dari malam demi malam yang sudah kita lalui bersama, dengan kamu sebagai pembimbingnya.

"Miuw.... enak, sayang...." Pujianmu makin memancing sisi dominanku. Kulihat matamu terpejam, mulut setengah terbuka dengan kedua alis yang berkernyit penuh konsentrasi. Dalam hati kutersenyum bangga.

Lagi. Aku mau lagi. Aku mau melihatmu merasakan nikmat yang lebih dan lebih lagi.

"Meow.... Ahh.... Mmm.... "

Kamu meraih lenganku, meremasnya kemudian bergerak turun demi menautkan jari jemari kita. Kulihat bulu matamu yang lentik berkerlip terbuka, bertemu dengan iris mataku yang terus berganti dari terpejam ke tatapan sayu.

Kamu bilang melihatku menggila di atasmu itu luar biasa. Itulah mengapa aku suka melakukannya untukmu. Melayanimu. Menjadi wanitamu. Jadi, sekarang, lihatlah aku, ukir dalam memori tiap inchi sosok kekasihmu ini. Tapi kumohon, jangan pernah kamu merasa puas. Tak peduli seberapa banyak malam yang akan kita habiskan bersama.

Tetaplah haus akan diriku.

"Miuw...."

"Enak banget, sayang... Dalem banget...." lenguhku bergairah disertai peluh yang mulai membasahi kulit, melukis kilauan yang diterpa oleh cahaya di balik tirai. Kubiarkan mentari senja mengintip percintaanku denganmu, jadi dia tahu bahwa ada yang lebih indah dari rona merah muda di langit lembayung sana.

"Meow.... I love you.... I love you...." Kata-kata manis meluncur dari bibirku yang merekah merah. Hanya denganmu, ku merasa sangat utuh. Seakan ku telah menemukan bagian yang hilang dariku. Dan aku tak ingin melepasnya lagi. "I love you, Meow.... Sayang, I love you...."

Kamu turut mengerang menanggapi tempo kita yang semakin cepat.

"Miuw... I love you too.... Ah...."

Ah.... Ini sungguh tak adil. Kenapa rasanya begitu berbeda jika tiga kata itu keluar dari mulutmu? Seribu kata cinta yang kuungkapkan untukmu, dan kumerasa tak pernah bisa menyamainya. Namun di saat yang sama, aku pun tak pernah merasa cukup. Ingin kumendengarnya lagi, lagi dan lagi.

"Meow, I love you...."

"I love you too, Miuw...."

Lagi. Katakan lagi. Peluk aku. Berikan aku lebih banyak cinta. Aku menginginkannya. Aku membutuhkannya. Kamu pangeranku, separuhku, canduku.... I love you. I love you, Meow.

"Meow, mau bareng.... Pengen bareng...."

"Pelan-pelan, sayang. Nanti keluar duluan aku," Katanya mengingatkan. "Hati-hati nanti malah di dalem."

"Tapi pengen.... Ahh.... Meow... Pengen kamu...."

Oh, tidak. This feels too good. This level of connection.... Seluruh perasaan bercampur aduk menjadi satu. Haru, nafsu, cinta, gairah. Tak pernah kumenyangka akan sebahagia ini bisa terhubung denganmu. Meraih surga bersamamu. Ekspresi cinta ini.... Adakah yang bisa mengalahkannya?

"Meow, aku mo keluar!" erangku tak kuasa menahan hasrat. Sedikit lagi, hanya sedikit lagi sampai aku mencapai surga itu. Akankah kamu juga datang ke sana bersamaku? Sayangku, genggam tanganku. Ikutlah bersamaku. Biarkan aku jadi bidadarimu yang akan mengantarmu ke surga itu. "Meow.... Meowww....!"

Desahanku semakin menjadi-jadi.

"Sayang, aku juga dikit lagi...." Kamu menyahut dengan suara tertahan, begitu pula pinggulmu yang berhenti, mencoba mengurangi gempuran hasrat kita. "Pelan-pelan, sayang, nanti keluar....!"

Kamu selalu mengacaukanku.

"Nggak papa.... Ahh.... Nggak papa.... di dalem aja.... "

"Miuw.... "

"Mau baby kamu.... Meow.... Ku mau baby kamu...." Racauku lupa diri.

"Miuw... Ahh.... Ku mo keluar...." Kamu tampak ragu, tapi juga tak ingin lepas dariku. Kurasakan milikmu semakin keras dan berkedut di dalam sana. Membentur-bentur dinding surgaku hingga ku tak bisa mendengar dan merasakan apa pun selain gempuran cinta darimu. Kita semakin dekat ke puncak, semakin dekat, nyaris sampai....

Dan aku pun tak mampu menahannya lagi.

"Meow.... Ku keluar!"

"Ku juga sayang!"

"Meowww.... Aahhhn! Di dalem!!"

Aku mendesah hebat, diiringi dengan eranganmu yang tertahan. Selama beberapa detik, tubuh kita mengejang bersama. Dalamku menggenggam erat milikmu, seolah memohon untuk tetap tinggal. Namun sayang itu tak mungkin terjadi, dan yang bisa kamu lakukan hanyalah memberiku sedikit bagian dari dirimu agar tetap bersamaku. Dan serpihan dirimu itu pun kurasakan menyeruak di dalamku.

Satu, dua, tiga, empat.... Empat kali kurasakan panas menyembur rongga surgawiku. Ingin kuberteriak memanggil namamu, tapi suaraku mendadak tak muncul. Kupikir hanya itu, sampai pinggulmu kembali mengejang maju dan menembakkan yang kelima. Bersama dengan geramanmu, berat deru napasmu. Ah.... Begitu intens. Begitu nikmat. Begitu lengkap....

"Mmmh...." Kujatuhkan tubuhku di atasmu, membiarkan sisa-sisa surga itu menjalar nikmat dari ubun-ubun hingga ke ujung jemari kaki. Detak jantungmu berdebum di telingaku sementara tangan besarmu mengelus lembut rambutku yang kini berantakan.

"Sayang.... Makasih, ya, " Ucapmu terengah, mengecup puncak kepalaku penuh kasih. Aku tersenyum di dada bidangmu, kemudian menengadah menatap wajahmu yang menyisakan merah padam.

Kamu lelaki paling tampan di dunia ini bagiku.

"Makasih kembali, Meow," ucapku tulus, mendaratkan satu kecupan kecil di bibirmu. "I love you."

Kamu membalas senyumanku. "I love you too."

Kemudian kita pun berbaring bersama tanpa suara, menikmati embusan angin yang mengayun tirai, juga senja yang menyinari tubuh kita berdua dari balik kaca jendela. Kedua lenganmu mendekap mesra tubuhku. Aku merasa begitu aman dan nyaman. Damai rasanya di sini, di pelukanmu.

END
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd