-----------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------
Cerita 126 – Biar Lajang Tapi Matang..!!
[Part 3] – Coba.. dan Keranjingan
“Wahh.. ini rupanya krim pengencang tetek. Di kulit kenceng rasanya, Gus..”
“Buat facial juga bisa Mbak. Makanya di VCD selalu ada facial cumshot..”
“Iiihh, nakal deh kamu..” katanya sambil mencubit pipiku.
Aku capek sekali. Terimakasih Mbak In sayang, perawan tuaku.
-------ooOoo-------
Pagi itu kami berangkat bersama dan sepakat untuk ketemu lagi buat belajar seks. Kami sering bertemu.
Jalan-jalan, makan, nonton, seperti orang pacaran. Lalu ya biasalah main seks tanpa persetubuhan.
Hal itu berlangsung 5 bulan. Kami bertemu seminggu 2 kali. Oral seks itu rutin.
Hanya aku yang melakukan oral seks pada dia, dianya sendiri tidak pernah melakukan oral pada penisku.
Ini prestasi buatku. Kencan sudah hot, tapi tidak ada persetubuhan.
Vagina Mbak In bisa dijilat dan diisap sampai kering, tapi keperawanannya masih tetap terjaga.
Air maniku sudah bocor berkali-kali..
Tapi tidak setetes pun yang menyelinap ke cervix si lajang hangat bernafsu kuat itu.
Maka hanya cunnilingus –tanpa diimbangi felatio..– yang selalu berlangsung. Tak apa.
Aku sendiri suka bisa mengerem nafsu.. sekaligus belajar memperoleh kepuasan..
tanpa menancapkan penis ke lubang vagina yang tiada henti mendambakan kenikmatan.
Lubang vagina yang sebetulnya memendam iri pada vagina wanita lain..
yang sering dijejali penis dan ditumpahi mani hangat.
Tapi, yah.. vaginanya saja belum kena penis, masa’ mulutnya sudah dimasukkin penis. Kasihan kan..?
Pemanasan kami tentu dengan nonton BF di VcD. Aku kan punya banyak koleksi film BF. Juga dari majalah.
Ternyata Mbak In si perawan tua ini punya beberapa majalah hot.
Katanya sih seperti surat kaleng mendapatkannya. Diposkan ke rumah tanpa nama pengirim.
Dia menduga dari cewek-cewek di kantornya yang baru saja pulang dari luar negeri.
Majalah itu menjadi bahan onaninya Mbak In. Atau juga onani kami berdua.
Muncratnya air maniku ya paling-paling di payudara mungilnya, atau di perutnya..
Pernah di pusarnya dan ceceran air maniku itu merambat ke bulu superlebatnya.
-------ooOoo-------
Hari itu Mbak In genap 42 tahun.
Cuma kami rayakan berdua saja di sebuah restoran di hotel berbintang lima.
Dia seksi sekali malam itu. Memakai sack dress ketat tanpa lengan, tanpa beha.
Karena dia punya kebiasaan menyibak rambut..
Sehingga bila lengannya terangkat, maka ketiak hebat itu tampak.
Aku lihat pelayan restoran dan pengunjung lain pada ngeliatin.
Mbak In sendiri sepertinya bangga dengan ketiaknya sekarang.
Pulang dari restoran kami bercumbu, seperti biasanya.
Pakai oral, pakai kocok-kocokan, hingga air maniku mau habis.
Mbak In sudah terbiasa dengan muncratan mani.
Dibiarkannya air maniku membasahi payudaranya bahkan lehernya.
Kadang di perutnya, tepat di pusar.
Mbak In makin pintar. Cara mengocoknya semakin hebat.
Paduan irama lambat kadang cepat bisa menguras maniku.
Kadang penisku digesek-gesekkannya ke ketiak lebatnya, ke payudara mungilnya.
Air maniku pernah menetes di ketiaknya. Habis nikmat sih.. seperti menggesek bulu vagina.
“Hari ini aku genap 42 tahun, Gus. Jadikan aku wanita selengkap-lenglapnya..” pintanya..
Setelah kami istirahat karena kecapean. Hari sudah menjelang pagi. Tapi penisku masih bisa berdiri tegak.
Inilah saatnya untuk membobol si perawan tua ratu jembut yang jago onani itu..
Yang vaginanya merindukan sodokan dan elusan batangan daging bertulang lunak..
Dengan moncong water canon yang siap menembakkan cairan kental yang kencang di kulit wanita.
Aku tentu saja mengiyakan. “Terserah caramu, asal nikmat..” katanya.
Di atas tubuhku Mbak In bergeser pelan, memutar pinggul, goyang kanan kiri. Serba pelan.
Kali ini dia tidak banyak bicara. Cuma merem melek sambil ah.. uh.. ah.
Akhirnya aku tidak tahan. Vagina perawan tua itu tiba-tiba seperti menyempit dan menyedot penisku.
“Mbak, Aku mau keluar.. Mbak..!” Mbak In cuma menciumku dengan mesra.
Keringatnya menetes di wajahku. Aku tidak ingat apa-apa lagi. Rasanya seluruh cairan kelelakianku tersedot.
Seluruh tubuhku seperti diperas. Inilah orgasme hebat yang jarang kualami.
Ternyata aku tidak muncrat.. cuma mengalir pelan tapi banyak maninya. Saat itu juga Mbak In orgasme.
Tubuhnya mengejang, menggelepar di atas tubuhku, dengan keringat membasahi tubuh.
Bau ketiaknya kian merangsang.
Dia terpejam menikmati orgasmenya yang pertamakali lewat persetubuhan.
“Oh indahnya. Terimakasih Gus..” katanya.
Tidak ada jeritan liar yang menyebutkan segala genital dalam bahasa sehari-hari.
Tidak ada teriakan tertahan. Semuanya begitu lembut, hangat, dan indah.
Aku merasa seperti perjaka yang kelepasan kemurniannya.
Kalo Mbak In sih jelas.. perawan tua yang terlepas keutuhannya, dengan lembut..
tanpa robekan selaput yang menyakitkan, tanpa darah karena koyakan.
Sampai terang matahari kami masih berpelukan. Kami berdua bolos kerja.
Mandi berdua pakai air hangat, alangkah segarnya. Lalu tidur.
Siangnya setelah makan kami bersetubuh lagi. Aku yang di atas.
Air maniku masih bisa membanjir, menggenangi vaginanya. Lalu istirahat. Sore bersetubuh lagi.
Hari-hari selanjutnya persetubuhan menjadi rutin.
Entah sudah berapa cc air maniku mengalir ke vagina perempuan berusia 42 tahun ini..
tapi masih seperti vagina gadis remaja karena tidak pernah dipakai itu.
Semua adegan BF kami tiru, kami coba. Mbak In makin pintar. Juga makin buas.
Indriani si jembut lebat.. dengan vagina coklat dan clitoris sebesar mete ini..
memang wanita yang tepat untuk menguras syahwat.
Indriani.. kenapa sih birahimu kau simpan sekian lama..
Tersembunyi dalam vagina gelap dan bulu lebatmu..? Demi karierkah kau menahan nafsu betinamu..?
Kau buang hari-harimu tanpa merasakan cipratan mani dan sodokan penis pada cervix-mu.
Aku semakin terikat padanya. Aku makin menyayanginya. Inikah cinta..?
Sayang seribu satu sayang.. Mbak Indriani si lajang kesepian bersyahwat dahsyat itu..
tidak pernah membicarakan soal asmara. Tak adakah cinta di kamus hatinya..?
Tak adakah cinta di ujung vaginanya, agar kelak bisa berbuah janin..?
Banyak sudah variasi yang kami lakukan. Hanya satu yang belum.
Mbak In membiarkan mani muncrat di wajahnya, begitu pula kepada mulutnya.
Padahal aku ingin sekali.. karena setiapkali masturbasi itulah termasuk yang kubayangkan.
-------ooOoo-------
Hari ini ulang tahunku ke 25. Kami bercinta. Waktu ditanya apa permintaan istimewaku.. maka aku jawab;
“Facial cumshot kayak di VCD porno..!” Surprised..! Mbak In mau.
Tapi dengan syarat aku harus bisa membuatnya orgasme terlebih dahulu.
Ya.. maka kami bersetubuh dengan posisi dia di atas. Berkali-kali dia mengingatkan,
“Awas, jangan muncrat dulu Gus..!” Kalau aku sudah mau keluar, Mbak In mencabut vaginanya..
lalu meloncat dan menggesek-gesekkan vaginanya ke mukaku.
Mulutku melumat habis vagina dan clitoris-nya sampai aku minum cairan vaginanya banyak sekali.
Begitulah.. sampai akhirnya dia klimaks, sambil bicara keras..
“Akan aku habisin manimu.. manniimuuu.. mhannn..nhiiii..muuu.. spermaamu..
Aku pake mulutku untuk pertamakalinya Gus..!” Ahh..!! Semoga tetangga tidak ada yang mendengar.
Mbak In kalau sudah di puncak birahi memang tidak bisa mengontrol diri. Pingin teriak yang tabu-tabu.
Kadang setengah menjerit.. “Kontolll..!!” Atau.. “Memekku..! Memekku..!! Memekku..!!!”
Tapi aku justru malah senang. Malah tambah terangsang.
Aku paling suka kalau melihat dia menjadi jalang.. jadi budak birahi.
Nah.. begitu selesai klimaksnya dengan banjir cairan vagina, Mbak In langsung melumat penisku.
Inilah kelebihan wanita. Biar belum pernah melakukan oral seks di penisku, toh terampil juga.
Dia isap, dia kocok, dia jilat, sedot, lumat, kocok, sampai akhirnya aku tidak tahan.
Menjelang puncakku, Mbak In melepaskan mulutnya.
Si lajang penuh birahi itu pun turun dari ranjang, lalu bersimpuh di lantai.
Aku disuruhnya bangun dan berdiri. Maniku sudah tidak tahan.
Lalu dia mengocok lagi penisku sambil jongkok, sementara aku berdiri.
“Mbak pake satu tangan aja. Tangan Mbak yang satunya diangkat..
biar aku muncrat sambil menikmati jembut ketek yang fantastis itu..” pintaku. Oh.. dia menurutiku.
Maka tangan kiri mengocok pelan penisku..
tangan kanan terangkat, merentang lengan, sampai ketiaknya terlihat jelas.
Penisku semakin menegang. Jilatannya makin gila. Kocokannya makin hebat.
“Mbaak..!!” Aku menjerit tertahan. Semuanya berlangsung cepat. Maniku muncrat.. Cratt.. cratt.. cratt..!!
Masuk ke mulutnya.. tapi tidak tertampung semuanya. Jadilah membasahi pipi dan hidungnya.
Bibirnya belepotan mani. Sebagian menetes ke payudaranya yang mungil tapi keras kenyal itu.
“Enak juga mani ternyata..” katanya setelah kami terengah-engah duduk di lantai. Kami istirahat.
Pagi esoknya.. ketika aku masih tertidur, aku terbangun.
Karena ternyata penisku sudah diisap si lajang 42 tahun yang sekarang haus mani itu.
“Iya Mbak ini jamu, biar awet muda. Buat facial bisa bikin wajah kencang..” kataku.
“Katanya sih gitu. Temen-temen itu juga pada minum mani dan dipakai buat cuci muka..”
Katanya sambil terus mengocok penisku.
Akhirnya maniku mengalir dan menjadi jamu yang langsung diisep semuanya.
Mbak Indriani memang hebat. Kali ini tidak ada air maniku yang tercecer.
Semuanya masuk ke mulut dan ditelannya. Eh, tidak semua sih.
Jarinya sempat masuk ke mulut, lalu mengoleskan mani encer itu ke puting susunya.
Sebagai hadiah.. aku oral vaginanya. Aku sibak bibir besar di mulut vaginanya dengan jari.
Lalu mulut aku runcingkan, dan sruppp.. masuk ke pintu liang vaginanya.
Lidahku menjilat.. mulutku menyedot. Semua bagian terkena.. dinding luar vagina.. labia mayora..
Labia minora.. clitorisnya yang sebesar kacang mete itu.
Dan terakhir.. aku masukkan pula jariku.. berputar-putar di dalam, menggapai G-Spot Mbak In..
Sementara bibir dan lidahku menggarap daerah pembangkit birahinya.
Tentu saja Mbak Indriani jadi blingsatan. Ketika dia menjerit, “Itilkuuuu lepas..!!”
Saat itulah vaginanya membanjir dan membasahi tenggorokanku, asem-asin rasanya.
Dan bulu vaginanya itu basah kuyup, oleh campuran lendir vagina dan ludahku.
Hari ini memang nikmat sekali. Setelah itu, hari-hari selanjutnya, seks kami makin gila.
Kalau main 69 seringkali sampai air maniku muncrat di mulut mungilnya itu.
Tapi Mbak In masih haus variasi. Pingin seperti di BF yang bermacam-macam gaya.
-------ooOoo-------
Sudah enam bulan hubungan kami terjalin, dengan penuh birahi dan mani.
Mbak In seperti orang yang baru mengenal seks. Memang ya, baru kenal.
Makanya keranjingan bersetubuh. Maunya penis dan mani.
Beginikah kalau wanita dewasa melajang terlalu lama.
Obsesinya cuma penis dan mani lelaki. Dan yang namanya onani.. tidak memuaskan dirinya sendiri.
Suatukali Mbak punya permintaan gila: Ia ingin main bertiga dengan cewek lain.
Aku yang harus mencari ceweknya. Tapi itu soal kecil.
Aku dulu, sebelum sama Mbak In, suka jajan.. jadi punya langganan cewek nakal.
Langgananku yang aku sukai adalah Susi. Tubuhnya sintal, kulitnya putih, payudaranya 38..
Bulu vaginanya tipis, vaginanya merah. Dia juga jago oral seks.
Aku lantas mengontak ke ponsel Susi dan dia setuju.
Kami janjian di motel Pondok Nirwana di Cawang. Ngakunya sih dia juga kangen.
Di motel aku dan Mbak In check in ke kamar VIP.. menutup rolling door.
Lalu kami nonton video yang disiarin di TV yang tergantung di atas.
Isinya orang bersetubuh.. kebetulan main keroyokan, satu pria menghadapi empat perempuan.
Puncaknya air maninya menjadi rebutan empat mulut mungil. Wah.. aku juga mau tuh..!
Sambil nonton kami petting. Aku cuma memakai celana dalam.
Mbak In memakai lingerie satin putih yang tembus pandang.. sehingga bulu vaginanya lari ke mana-mana.
Ketika Susi datang, Mbak In sedang pipis. Tidah tau.. kenapa lama sekali di toilet ya.
Padahal begitu Susi datang kami langsung berciuman karena kangen.
Ketika berpelukan aku tambah ereksi. Susi memakai rok mini dan koas you can see ketat.
Langsung kulepas celana dalamku. “Ya ampun Gus, udah napsu banget ya..?
Apa nih.. minta diisep dulu apa langsung tancep ke memek..?”
Aku tidak menjawab.. Susi langsung jongkok mengisap penisku.. sambil dikocoknya pelan.
Sudah biasa tuh kami kencan di sini. Nah.. ketika sedang nikmat-enaknya dioral, eh Mbak In keluar.
Susi tentu saja kaget dan malu. Dia salah tingkah. Mbak In segera mengatasi keadaan.
“Nggak usah malu, Sus. Ini memang mauku. Aku pingin belajar dari kalian..”
Lalu aku menjelaskan kalau kami butuh selingan. Aku mengaku kami ini pengantin baru.
Susi agak heran, kok aku memanggil ‘istriku’ itu Mbak. Tapi namanya saja bisnis, Susi minta tambah.
Kalau sendirian melayani aku Rp300.000, maka kali ini minta Rp500.000.
Mbak In karena nafsunya sudah di ubun-ubun, mengiyakan saja. Uang dia kan banyak.
“Aku udah sediain cash cukup kok hari ini..” Hebat juga si jembut lebat ini, bisa mengantisipasi.
“Mbak pinginnya gimana..?” Tanya Susi. Ternyata Mbak In maunya melihat dia striptis..
Setelah itu pingin melihat dia bersetubuh denganku. Susi mau.
Aku dan Mbak melihat striptisnya dari ranjang sambil saling merangsang.
Makin hebat striptisnya Susi, Mbak In makin basah. Padahal Susi belum telanjang.
Ketika Susi telanjang, Mbak In kian terbakar. Dia meniru Susi mempermainkan payudara dan puting susunya.
Dia juga meniru waktu Susi memasukkan dua jari ke vagina lalu menjilatinya.
Aku tentu saja makin ereksi. “Oh gini rupanya cara merangsang lelaki..” kata Mbak In.
Ketika Susi nungging.. lalu memasukkan jarinya ke vaginanya dari belakang, Mbak In menirukannya.
Waktu Susi menyodorkan telapak tangannya untuk minta ludahku..
yang mana tangan basah itu akhirnya dia oleskan ke vagina dan anusnya, Mbak In juga ikut.
Jadi kering tuh tenggorokanku. Susi sambil nungging memasukkan jari ke anusnya, Mbak In mengikutinya.
Hanya satu yang Mbak In tidak bisa.. menjilati putingnya sendiri.
Akhirnya aku punya ide. Susi aku minta berdiri, mengangkat lengan, lalu menjilati ketiaknya.
Mbak In yang duduk bersandar di atas kasur ikut mencobanya. Wow.. seksi sekali.
Ketiak lebat itu basah oleh jilatannya sendiri.
Akhirnya Mbak In tidak tahan waktu melihat Susi mengangkangkan satu kaki di atas ranjang..
sambil meremas vaginanya yang merah yang berbulu tipis itu.
Susi, gadis sipit dari Pontianak itu memang sensual dan erotis.
Mbak In terengah. “Udah.. giliranku dulu baru kamu Sus. Ayo Gus, mana burungmu..!”
Aku lalu menarik Mbak In ke sofa. Aku duduk seperti memangkunya..
Kemudian Mbak In jongkok di atas pangkuanku sambil mengangkang..
Dengan begitu penisku bisa menembus vagina Mbak In yang lebih gelap dari Susi.
Jlebbb.. blesskk..!! Uhhh..!! Nikmat sekali masuknya.. karena sudah licin vagina Mbak In si lajang gila seks.
Susi hanya melihat saja. Akhirnya dia punya inisiatif.
Dia ciumi vagina Mbak In dan penisku sementara pantat Mbak In naik turun.
Jadi begini posisinya:
Mbak In mengangkang di pangkuanku, menghadap ke depan.. dengan vagina tertembus penis.
Sementara Susi nungging di depan sofa.. dengan muka menempel di kemaluan kami.
Jilatan Susi kian menggila. Ketika penisku keluar, karena meleset gara-gara vagina Mbak In sudah banjir..
Ctapp..!! Segera ditangkapnya dan dikocok.
Sementara mulutnya masih menggarap clitoris dan vagina Mbak In. Mbak In terengah-engah. Kadang menjerit.
Susi memang pintar. Jam terbangnya sebagai wanita nakal tau bahwa penisku mau muncrat.
Maka penisku pun digenggamnya erat, agar kecekik.. sehingga maniku tertahan.
Sementara itu mulut dan tangan kanan Susi sibuk menggerayangi tubuh Mbak In.
Si Mbak rupanya sudah tidak peduli kalau penisku sudah tidak di dalam vaginanya lagi.
Oralnya si Susi telah melambungkannya ke alam birahi ternikmat di dunia.
Akhirnya Mbak In mencapai klimaks.
Aku dengar bunyi cercapan mulut Susi mengisap-isap cairan vagina Mbak In. Slrppppp slruppp.. slrppp..!
Beberapakali Mbak In klimaks, sampai akhirnya menjerit.. “Memek, memek, memekkuuu.. nggak tahan..!!
Lu memang lonte hebat Susi. Ajarin aku buat menikmatin seks..!! Auhh..!! Itilku mau lepas.. ahhhh..!!"
"Akhhhh..!! Aku kebelet pipis.. memekku mau pecah..!! Mana burung, mana mani..!?”
Semakin seru ucapan Mbak In di ambang puncak dari segala puncak birahinya.
Akhirnya semuanya usai. Mbak In terkulai, dengan vagina memerah basah.
Begitupula bulu lebatnya yang basah kuyup karena campuran cairan vagina dan ludah si amoy Susi.
Mbak Indriani turun dari pangkuanku, lalu merebahkan diri di kasur. Aku sudah tidak tahan.
Maka segera aku kocok penisku. Susi tiba-tiba bilang.. “Jangan Gus. Itu buatku.
Lu pikir gue nggak kangen juga. Biar lonte gue juga butuh nikmat lho..”
Susi lantas rebah di ranjang, di sebelah Mbak In, lalu mengangkang, dan penisku ditariknya.
Lalu.. Bles..!! Baru dua menit aku sudah muncrat habis-habisan.
Tapi aku tau siapa Susi karena aku langganannya. Justru ketika aku muncrat itulah dia mulai beranjak orgasme.
Ketika penisku melemas, dia seperti berpacu dengan waktu, agar bisa mencapai puncak..
sementara vaginanya kian licin karena sperma, dan penisku bisa tergelincir keluar.
Akhirnya dia puncak juga. Dan memberi servis ekstra.. melumat penisku yang melemas dengan mulutnya..
Sampai penisku betul-betul mengerut kecil dan kering maninya.
Setelah itu kami istirahat.. memesan makanan yang diantar oleh pelayan. Kami telanjang.
Pelayan motel tidak bakal melihat, ..arena nganternya cuma dari lubang.
“Gua mau mandi ah..” kata Susi.
Dia memang cuma makan sedikit.. sehingga dengan nikmat bisa mutusin buat mandi.
Begitu shower di kamar mandi terdengar, Mbak In meraihku. “Masih bisa berdiri nggak, Gus..?”
“Aduh, aku capek Mbak, udah lemas..”
“Ya udah, kita 69 aja ya..!? Aku lagi birahi tinggi nih..! Biasa, mau mens Gus..”
Lalu kami ber-69.
Mula-mula aku keringkan vagina basah dengan bulu yang awut-awutan dengan celana dalam Mbak In.
Itu yang sering aku lakukan, mengepel vagina dengan underwearnya Mbak In.
Setelah vaginanya kering, aku jelajahi dengan mulutku. Rupanya cairan vagina Mbak In juga sudah habis.
Jadi aku harus mengeluarkan saliva-ku agar vaginanya basah.
Karena aku berposisi 69 di atas, maka kusibak lubang itu selebar-lebarnya, lalu aku ludahi.
Setelah basah, aku mengulum clitoris Mbak In yang sebesar mete itu. Setelah kami berukar posisi. Dia di atas.
Setelah itu jariku masuk ke vaginanya. Satu jari dulu, jari tengah, keluar masuk, berputar-putar..
Menjelajahi lubang si lajang jalang. Lalu dua jari, jari tengah dan telunjuk.
Selama dalam lubang, sebisa mungkin aku membentuk tanda V, sambil mengeksplorasi liang Mbak Indriani.
Dia mulai terangsang. Mulai merintih. Mulai basah. Akhirnya tiga jariku masuk ke vaginanya, dan berputar-putar.
“Gilaa.. kenapa nggak dari dulu kamu lakukan Gus..? Terusss..!!” Karena di atas, Mbak lebih leluasa.
Pinggulnya terus bergerak. Aku sempat kehabisan napas, soalnya hidung dan mulutku digusel vagina..
dan bulu vaginanya tiada henti.. sehingga oksigen terhambat masuk ke mulut dan hidungku.
Mbak In sendiri makin kuat mengulum dan mengocok penisku.
Akhirnya aku ereksi sedikit, dan akhirnya bisa berdiri tegak.
“Terus Mbak, dikocok, diemut, dijilat.. Terus.. sampe keluar maniku..”
“Sayang banget kalo kamu muncrat sekarang. Masukin dulu ke lubangku, baru kamu boleh muncrat..”
“Tapi Mbak di atas ya..!?” Mbak In tidak menjawab, tapi langsung ganti posisi.
Dia menindihku dan dalam sekejap vaginanya tertembus oleh penisku. Dia terus bergerak.
Keringatnya membanjir. Lipstiknya habis. Rambutnya acak-acakan.
Tapi entah mengapa dia jadi kelihatan cantik sekaligus jalang.
“Gus kamu tahan nafsumu, jangan ikutan aktif, biar nggak nggak cepat muncrat..”
Lalu dia memacu diri. Saat itulah Susi keluar dari kamar mandi, cuma dililit handuk.
“Ayo Susi sayang, bantu aku..” Susi ketawa..
“Udah.. tuntasin aja secepatnya Mbak..”
“Ayo Sus..” ajak Mbak In lagi.
“Tapi tambah Rp 75.000 ya..?”
“Terlalu lu Sus. Komersil banget sih..?”
“Gue kan nyari nafkah Mbak..”
Sambil menjawab, Susi sudah duduk di samping kami. Tangannya meraba biji pelirku.
“Gini deh, mulut gue udah capek nih. Gimana kalo pake jari, tapi gratis..?”
Mbak In yang terengah-engah itu tidak menjawab.
Yang terasa sekarang adalah penisku seperti punya teman di lubang.
Jari tengah Susi ikut menembus vagina Mbak In. Mbak In blingsatan. Mulai ngomong jorok.
“Bagus, Sus, bagus.. Gila.. itil gue lu jepit pake jari ya..? Uhh..!!” Mbak In kian berkeringat.
Aku tidak melihat apa yang sedang terjadi.. karena posisiku tidak memungkinkan untuk tau.
Bayangkan.. Mbak In di atas, dan terus menciumiku. Aku tau.. birahinya mulai menanjak kencang.
Yang pasti kurasakan jemari Susi bermain-main di kemaluan kami.
“Gila..! Gila..! Gila Gus..! Dua jari njepit itilku, lalu jempolnya masuk dubur.. Terlalu Gus..!
Nikmat Gus..! Gila Gus. Jempolnya udah digantiin jari lain.. gilaa, Uhh aku sampai puncak..!”
Mbak In bergerak liar, akibatnya penisku terlepas. Tapi dia tidak mempedulikan penisku lagi.
Soalnya jemari Susi terus memburu, menggarap clitoris dan anus.
Akhirnya Mbak In terkulai setelah menjerit.. “Akuuuuuuu.. ohhhhhhh..!”
Aku sendiri segera mengocok penisku. Tidak sampai semenit penisku sudah mendidih dan siap muncrat.
Dengan segera aku bangkit.. memiringkan badan..
Kemudian mengarahkan penisku ke wajah Mbak In yang tergolek kelelahan dengan nafas terengah-engah.
Cratttt.. tes.. tes..!! Air maniku menyiram wajah Mbak In yang siang ini tampak cantik sekali.
Kena pipinya.. hidungnya.. bibirnya.. bahkan matanya.
Itulah salahsatu petualangan seks-ku dengan Mbak Indriani. Ahhh.. asiknyaaaaa..!! F(. )I( .)N
-----------------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------------