Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

Cerita 35 – Tetangga yang Baik

Part 2 – Hadiah yang Tertunda


Setelah kejadian kemarin aku dua hari tidak ketemu mbak Lasmi.. karena aku sibuk kuliah.. tetapi konsentrasiku kacau.. pikiranku selalu ke mbak Lasmi.

Kelihatannya rumahnya kosong.. dengar-dengar mbak Lasmi ada acara ke Yogja ketemu saudara mas Slamet yang kebetulan bekerja di kejaksaan untuk memperlancar kebebasan mas Slamet.

Ketika nongkrong di kampus lihat cewek.. aku jadi lebih memperhatikan cewek yang lebih gemuk.. seolah-olah melihat mbak Lasmi yang telanjang.
Aku jadi tidak kerasan di kampus. Akhirnya aku pulang.. berharap ketemu mbak Lasmi.

Tapi sampai rumah.. aku terus tidur karena kulihat rumah mbak Lasmi masih sepi.
Jam 4 sore aku bangun dan kelihatannya ada orang berbincang-bincang di kamar tamu.

Karena kamarku letaknya di depan dan harus melewati ruang tamu.. aku keluar dan sempat aku kaget karena di situ ada mbak Lasmi sama ibu sedang ngobrol.

Aku agak canggung ketika lewat di situ.. tapi mbak Lasmi menyadari itu.. sehingga berusaha mencairkan suasana.

“Baru bangun.. Riz.. kelihatan kok kusut banget..?” Sapa mbak Lasmi.

“Iya.. mbak. Habis kuliah langsung tidur..” jawabku.

“Si Fariz kerjanya tidur sama main.. dan dua hari ini kurang semangat..” celetuk ibuku.

“Sana mandi.. trus antar mbak Lasmi daripada kamu bengong aja di rumah..” sambung ibuku.

“Iya.. bu..” jawabku kaya' ada semangat baru.

“Tapi kamu ada tugas kuliah tidak.. Riz..?” Tanya mbak Lasmi.

“Tidak.. mbak. Aku siap nanti.. yang penting ada bonusnya kaya' kemarin..” jawabku keceplosan. Mbak Lasmi kelihatan kaget dengan jawabanku.

“Kamu kasih apa.. mbak..? Jangan dikasih yang kira-kira memberatkanmu lho.. mbak.. Kamu kan lagi banyak kebutuhan..” kata ibuku.

"Ahh.. ndak ada. Paling makan aja kok..” jawab mbak Lasmi agak tenang.

Akhirnya aku tinggalkan mereka berdua yang masih asyik ngobrol untuk mandi.

Pada waktu mandi.. terbayang mbak Lasmi yang telanjang memandikan dan mengelus tubuhku.. membuatku horny dan aku tuntaskan di kamar mandi dengan tanganku.
Sambil aku bicara sendiri pada kontolku. “Nanti malam kamu dapat belaian tangan dan mulut yang lebih halus.. dijepit tetek.. kejepit memek mbak Lasmi..”

Selesai mandi.. aku lihat kamar tamu sudah sepi.. mungkin mbak Lasmi sudah pulang. Aku masuk kamar dan berganti baju.
Setelah itu keluar dan ambil motor.. kelihatan mbak Lasmi berjalan ke rumah.. di situ ada ibuku.

“Semoga lancar urusannya ya.. mbak..” kata ibu pada mbak Lasmi.
“Do’akan saja.. mbakyu..” jawab mbak Lasmi.

“Hati-hati ya.. Riz.. jangan ngebut. Kalau sudah selesai langsung pulang.. tidak usah minta jajan ke mbak Lasmi..” pesen ibu kepadaku.
“Siap laksanakan perintah.. Komandan..” jawabku bercanda.

Akhirnya kami berangkat. Mbak Lasmi membonceng aku dengan sopan.. masih ada jarak di antara kita. Setelah sampai jalan besar.. aku ngomong: “Pegangan.. mbak.. aku mau cepet nih..”

“Malu.. Riz.. nanti dikira aku tante girang.. bawa brondong..”
Canda mbak Lasmi.. tapi tetap melingkarkan tangannya di pinggangku.. sehingga teteknya yang besar menempel mantap di punggungku.

“Kalau nggak pegangan malah nanti dikira aku tukang ojek.. mbak..” jawabku membalas candaannya.

"Mosok cowok ganteng dikira ojek..? Kalau gigolo, mungkin.. haha..” ledek mbak Lasmi kian berani.

"Kalau gigolo sama tante girang kan pasangan..” jawabku ikutan panas.

“Tadi dipesen ibu nggak boleh kenceng-kenceng gitu.. kita nyantai aja.. toh jam besuk masih lama.
Kamu kan bukan pengin kenceng.. tapi pengin tetekku yang kenceng nempel kan..? Hahaha..” Canda mbak Lasmi.

“Tapi kok nular ke bawah ya..? Kontolku jadi ikut kenceng..” candaku vulgar.

“Masa'..? Kok bisa ya..?” kata mbak Lasmi sambil memegang kontolku dari luar celana.

Dalam perjalanan.. kami selalu bercanda. Mungkin orang menganggap kami adalah sepasang kekasih yang berpacaran.

Tak terasa kami sudah sampai di pintu masuk Polresta. Setelah lapor sana-sini.. akhirnya kita dipertemukan di ruangan paling pojok tanpa pengamanan karena bukan merupakan tindak kriminal.. sehingga lebih bebas. Ketika aku ketemu mas Slamet.. ada perasaan bersalah di hatiku.

Mbak Lasmi langsung memeluk mas Slamet sambil sama-sama meneteskan air mata.
Aku tak kuasa melihatnya.. akhirnya aku tinggalkan mereka berdua ke luar ruangan. Aku ngasih kesempatan mereka untuk berbicara.

Setelah beberapa saat.. aku kembali ke ruangan.
Tapi aku terhenti karena dari kejauhan yang kebetulan agak gelap.. kulihat mereka tidak lagi berbicara.. tapi saling berciuman kaya mau bercinta.
Aku urungkan niatku untuk masuk.. memberi kesempatan bagi mereka sambil aku menjaga setuasi kalau ada penjaga yang akan masuk.

Aku nikmati permainan live show dengan lebih mendekat.. sehingga suara mereka terdengar tanpa perlu ngintip..
karena kebetulan ada lubang yang kemungkinan bekas loket yang ditutup tidak sempurna.. masih ada celah yang cukup lebar.
Jarak aku dan mereka hanya beberapa meter saja.. sehingga suara mereka terdengar cukup jelas.

Kelihatannya mereka mulai horny.. mas Slamet tangannya mulai masuk di blus mbak Lasmi.
“Ma.. aku pingin ngentot..” pinta mas Slamet penuh nafsu.

“Tapi.. Pa.. apa mungkin..? Nanti ketahuan.. malah repot..” jawab mbak Lasmi menahan nafsu juga.

“Tidak masalah.. kita kan dikasih waktu seperempat jam.. ayo.. Ma..!” Bujuk mas Slamet sambil menciumi mbak Lasmi.

“Tapi cepet aja ya.. Pa.. aku kurang tenang..” kata mbak Lasmi.

“Iya.. yang penting ini masuk aja..” kata mas Slamet sambil menurunkan celana dan menunjuk kontolnya yang sudah tegang.

“Kalau polisi atau Fariz tau.. gimana.. Pa..? Nanti papa dihajar..” kata mbak Lasmi kurang tenang.

“Ya.. kalau mereka tau.. paling mereka ikut ngentot mama. Hahaha..” kata mas Slamet bercanda mesum.

“Memangnya papa ikhlas kalau mama dientot orang lain..?” Balas Mbak Lasmi mulai terbawa suasana.

“Ya.. gimana mama aja.. yang penting saat ini pejuhku bisa muncrat..” kata mas Slamet.

Mereka mulai bercinta meskipun kelihatan mbak Lasmi kurang tenang. Mulut mereka masih saling lumat.
Mas Slamet kelihatan kurang sabar.. tangannya langsung masuk di blus mbak Lasmi dan menaikkan blus tersebut..
sehingga tetek mbak Lasmi yang masih tertutup bra.. yang bikin aku pusing kemarin.. terlihat.

“Sebentar.. Pa..” kata mbak Lasmi sambil melepas branya.. Blubb..! Meloncatlah tetek yang super mantap itu.
Entah gimana caranya.. tau-tahu bra sudah di tangan mbak lasmi dan dimasukkan ke tasnya.

Mas Slamet dengan rakus langsung memainkan tetek itu dengan tangan dan mulut serta lidahnya.

“Kangen ya.. Pa.. sama tetekku..?” Tanya mbak Lasmi agak terengah.
Mas Slamet hanya mengangguk.. tetap menikmati tetek istrinya seperti anak kecil dapat mainan baru.

“Sudah.. Pa. Pingin yang lain tidak..?” Kata mbak Lasmi sambil berdiri dan menurunkan celana dalamnya sampai di bawah dengkul.

Jrengg..! Terpampanglah memek yang tembem dan rimbun seperti gunung Lawu.

“Ma.. kok rimbun banget ya..? Papa pingin besok di rumah mama gunduli itu jembut.. untuk syukuran kebebasanku.. papa akan gunduli juga kontolku..” kata mas Slamet sambil mengamati memek mbak Lasmi dan terus menjilatnya.

Mbak Lasmi kelihatan sudah enjoy menikmati kelakuan sang suami.. mulai terdengar erangannya yang tertahan. ”Eghmm.. Pah!”

Aku yang menyaksikan tidak kuat.. aku benar-benar horny. Tapi mau bagaimana..?
Aku berpikir pingin masuk dan langsung ikut ngentot.. tapi aku tidak berani.

Di dalam sana terlihat Mbak Lasmi sekarang duduk di kursi dengan posisi tetek dan memek terpampang bebas.
Mas Slamet sudah tidak tahan mau ngentot wanita itu.

“Sebentar.. Pa..” kata mbak Lasmi sambil melumat kontol mas Slamet.. membasahinya agar nanti lancar saat dimasukkan ke dalam memek.

“Ma.. aku sudah tak tahan.. mau keluar di memek mama..!” Jerit mas Slamet tertahan.

Karena posisi kurang nyaman.. akhirnya mbak Lasmi telentang di lantai. Aku berpikir.. kalau sudah nafsu.. di manapun jadi.
Kaki mbak Lasmi dikangkangkan.. sehingga memeknya yang tembem menjedol minta ditusuk.
Mas Slamet memegang kaki mbak Lasmi karena kurang leluasa.. akhirnya celananya ia lepas.

Aku khawatir juga kalau ada penjaga yang datang.. mereka tidak bisa cepat memakai.. tapi aku tetap menikmati tontonan ini.
Mas Slamet menciumi muka mbak Lasmi yang masih tertutup jilbab.. tangannya menopang tubuhnya dan salahsatunya memainkan tetek mbak Lasmi secara bergantian.

“Mas.. ayo entot aku. Memekku pengin ditusuk..” pinta mbak Lasmi parau.

Tanpa disuruh duakali.. mas Slamet langsung mengarahkan kontolnya ke memek mbak Lasmi.
Jlegh..! Dengan sekali hentakan kontol itu tertelan masuk ke dalam liang memek mbak Lasmi.

Ereghh.. Ternyata mudah ya ngentot itu.. pikirku.

Mereka mulai saling menggoyang maju-mundur dengan cepat dan penuh nafsu.. tanpa henti.. kira-kira beberapa menit.
Lalu kemudian.. “Ma.. aku mau keluar..” kata mas Slamet ngos-ngosan.

“Iya.. Pa.. aku juga. Memekku siap menerima semprotanmu..” sahut mbak Lasmi.

Mereka kembali berpacu sambil terengah-engah.
Akhirnya.. dengan sedikit teriakan yang tertahan.. mereka mengejang dan kelihatan mas Slamet menekan kontolnya semakin dalam..
seolah-olah tidak pengin lepas.

Demikian juga mbak Lasmi.. mereka kelihatannya sudah orgasme berbarengan.. terlihat mereka langsung terkapar lemas.
Menyadari waktu yang tidak banyak tersisa.. mereka mulai bangun dan berpakaian.

“Terimakasih.. Ma.. sekarang papa puas..” kata mas Slamet sambil meremas-remas tetek mbak Lasmi yang menggelantung indah.

“Sama-sama.. Pa. Memek mama juga sudah tidak gatel karena sudah ditusuk..” canda mbak Lasmi.

Setelah itu mbak Lasmi melepas CD-nya untuk digunakan mengelap memeknya dan kontol mas Slamet karena memang cairan kenikmatan mereka keluar sangat banyak.

Mbak Lasmi merapikan kembali baju panjangnya.. sementara mas Slamet menaikkan kembali celananya.
CD mbak Lasmi yang kotor oleh cairan.. dimasukkan ke dalam tas bercampur dengan bra.

“Tidak dipakai.. Ma..?” Tanya mas Slamet.

“Nanti lengket kotor.. Pa. Kan juga nggak kelihatan.. baju mama panjang dan lebar..” kata mbak Lasmi beralasan.

“Iya.. benar sih. Tapi nanti kan mama bonceng Fariz.. nanti dia tau kamu tidak pakai bra.. apa tidak malu..?” Kata mas Slamet.

“Nggak masalah.. Pa. Ya.. kalau Fariz merasa.. anggap aja sedekah karena dia sudah nolongin kita selama ini.. hahaha..” canda mbak Lasmi.
Aku menahan nafsu mendengarnya.. tapi apa daya.. aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Supaya tidak ketahuan.. aku segera menjauh dari situ sambil pura-pura melihat poster di dinding.
Saat mbak Lasmi keluar mencariku.. aku segera mendekat sambil menyapanya.. ”Ada apa.. mbak..?”

“Yuk.. kita pulang dulu..” kata mbak Lasmi.

Aku mengikuti masuk ke ruang tersebut.. Terbayang mbak Lasmi tanpa bra dan celana dalam.. kelihatan semakin cantik.
Kelihatan mas Slamet sudah rapi meskipun kelihatan mereka agak kelelahan.

Setelah itu kita pamit. “Mas.. aku pulang dulu ya..?” Kataku.

“Makasih ya.. Riz.. kamu telah membantu mbakmu. Aku tidak bisa membalasnya..” kata mas Slamet.

“Sama-sama.. mas.. kan aku saudara sendiri..” kataku berusaha sok tulus.

“Tapi jangan sampai ganggu kuliahmu lho. Kalau perlu atau pingin apa-apa.. minta aja sama mbakmu..” kata mas Slamet.

“Iya.. mas..” jawabku singkat untuk memberi kesempatan mereka bicara.

“Pa.. aku pulang dulu ya..? Yang sabar di sini..” kata mbak Lasmi.

“Iya.. Ma. Kamu juga hati-hati di rumah.. kalau perlu bantuan.. ngomong sama Fariz saja.
Tapi kalau dia perlu atau pingin apa.. kamu usahakan..” pesen mas Slamet.

Akhirnya kita keluar dari Polresta.. kita diam pada pikiran masing-masing.
Mbak Lasmi bonceng tetap melingkarkan tangannya di pinggangku.. sehingga otomatis teteknya yang tidak pakai bra menempel ketat di punggungku.
Hmm.. Terasa sangat empuk.. beda dari waktu berangkat tadi. Mbak Lasmi tidak menyadari atau sengaja.. aku tidak tau.
Di perjalanan.. aku lebih berkonsentrasi pada rasa di punggungku yang hangat-hangat kenyal daripada jalanan di depan yang sepi dan lengang.

Akhirnya mbak Lasmi ngomong.. “Riz.. kita makan dulu yuk..?”

“Nggak usah.. mbak. Aku kalau sama mbak kenyang terus.. haha..” candaku.

“Kok bisa.. Riz..?” tanya mbak Lasmi heran.

“Maaf.. mbak. Kan aku minum susu terus meskipun cuma punggungku..” jawabku semakin kurang ajar.

Mbak Lasmi tertawa. ”Kamu bisa aja..”

“Mbak.. kok rasanya beda ya dari waktu berangkat tadi.. lebih empuk..?” Tanyaku kura-kura dalam perahu.

“Haha.. kamu ngerasa to.. Ris..?” Jawab mbak Lasmi terdengar agak malu-malu.

“Ya pasti to.. mbak. Aku kan punya kulit yang bisa merasakan. Kok empuk.. mbak..? Apa mbak kedinginan..?” Tanyaku sok bloon.

“Maaf.. Riz.. sebenarnya aku malu ngomong ini. Mbak sekarang tidak pakai bra.. tadi mas Slamet minta netek.
Daripada repot.. ya mbak lepas aja.. sekarang belum sempat makai. Apa berhenti dulu di pom bensin..? Mbak pakai dulu kalau kamu tidak nyaman..” cerocos mbak Lasmi.

“Jangan.. mbak.. begini malah lebih nikmat..” kataku semakin berani.

“Haha.. kamu bisa aja.. Riz. Atau jangan-jangan.. kamu pingin netek juga ya..?” Tanya mbak Lasmi memancing.

“Nggak kok.. mbak.. nggak pingin. Tapi.. puingin buanget..!” Jawabku penuh harap.

“Hush.. jangan ngawur. Kamu kenyang apa kentang..?” Kata mbak Lasmi sambil mengelus kontolku.

Aku semakin berani.. “Aku pingin ini..” kataku sambil tanganku memegang memeknya dari luar gamis karena terbawa nafsu.

Tapi ini jadi fatal.. karena mbak Lasmi langsung memukul sambil berkata agak keras. “Kurang ajar kamu.. Riz.. kamu anggap aku ini apa..!?”

“M-maaf.. mbak.. maaf. Saya tidak bermaksud begitu..” kataku penuh melas.

“Iya..” jawab mbak Lasmi ketus.

Aku merasa bersalah. Selama perjalanan.. kita diam. Akhirnya sampai depan rumahnya.. aku turunkan mbak Lasmi.

“Maafkan kelancanganku tadi.. mbak. Aku tidak akan mengulanginya lagi..” kataku pelan.

“Iya..” jawab mbak Lasmi tanpa melihatku.. kelihatan begitu kecewa.

Aku berpikir.. haruskah berakhir seperti ini..? Tidak.. harus dilanjutkan
***

Hadiah Yang Sebenarnya

Kumasukkan motor ke rumah. Di kamar aku mencoba untuk tidur.. tapi tidak bisa. Nonton siaran TV.. tidak nyaman juga.
Aku terus membayangkan mbak Lasmi yang sedang marah. Aku kecewa merasakan kelancangan dan kegagalanku saat ini.

Akhirnya aku berpikir harus menyelesaikan malam ini juga. Ada dorongan sangat kuat untuk mendatangi rumah mbak Lasmi.
Berani nggak.. berani nggak..? Mengapa nggak berani.. aku kan seorang lelaki.

Entah apa yang mendorongku.. tau-tahu aku sudah keluar rumah lewat tempat biasa: jendela.
Aku mendatangi rumah mbak Lasmi. Dengan berdebar-debar.. aku ketok pelan-pelan kaca nakonya..

"Mbak Lasmi.. aku Fariz..” kataku lirih.

Terdengar gemerisik bunyi orang berjalan.. lalu sepi. Mungkin mbak Lasmi masih belum tidur dan takut. Bisa juga mengira aku maling.

"Aku Fariz.. mbak..” kataku lagi.

Kain korden terbuka sedikit. Nako terbuka sedikit. "Lewat samping..!” Unjuk mbak Lasmi.

Aku segera menuju ke samping.. ke pintu ruang keluarga. Pintu terbuka.. aku masuk.. pintu lalu kututup kembali.

Malam itu.. mbak Lasmi mengenakan daster di atas dengkul warna merah yang kontras dengan kulitnya yang putih dan bersih dengan seutas tali yang dikaitkan di leher.. sehingga teteknya yang montok kelihatan menantang.. mungkin ini baju tidur kesukaannya.

Jilbabnya sudah ia lepas.. rambutnya yang lurus sebahu tergerai indah membingkai wajah cantiknya.
Ada bau harum sabun mandi.. kelihatannya mbak Lasmi baru mandi.. maklum tadi sore habis dipakai mas Slamet.

Aku langsung terangsang.. pingin memperkosanya.. tapi aku sadar aku ke sini untuk minta maaf.. bukan buat masalah lagi.
Aku lalu duduk di ruang santai tempat pertunjukan kemarin.. aku tidak berani melihat.. hanya berani melirik mbak Lasmi..
kita berdua diam tanpa kata.

Akhirnya kuberanikan bicara. “Mbak.. maafkan aku atas kekurangajaranku tadi..” kataku penuh harap.

“Iya.. Riz. Mbak juga salah telah membuat kamu kecewa.. kamu kan yang paling perhatian kepadaku..” kata mbak Lasmi lembut.

”Iya.. mbak..” aku mengangguk.. sedikit lega dengan jawabannya.

“Aku salut sama kamu.. memang lelaki harus berani bertanggungjawab..” sambung mbak Lasmi.
Mendengar itu aku tambah lega.. tidak ada jarak lagi di antara kita.

“Riz.. kamu ke sini mau apa..?” Tanya mbak Lasmi.

“Hanya pingin minta maaf.. mbak..” jawabku mantap.

“Iya.. sudah mbak maafkan daritadi.. Riz. Kamu pingin minta apa..? Tadi mas Slamet kan sudah pesan kalau perlu apa-apa ngomong langsung aja sama mbak..” tanya mbak Lasmi dengan suara parau.. terlihat ada sesuatu yang ditahan.

“Iya.. mbak.. makasih banget. Aku ke sini tidak pingin apa-apa.. aku sudah lega kalau mbak maafin aku. Kalau begitu aku pulang dulu.. mbak..” kataku sambil berdiri.
Mbak Lasmi ikut berdiri.. kami lalu bersalaman.

Aku berjalan ke pintu.. mau membukanya.. saat tiba-tiba.. “Riz.. sebentar..” panggil mbak Lasmi dengan suara tertahan.
Aku langsung membalik tubuhku.. menghadap ke arahnya yang berdiri agak ragu.

“Iya.. mbak..?” Jawabku penuh tanda tanya.

“Aku percaya ada yang kamu inginkan.. tapi tidak berani berucap..” kata mbak Lasmi.. aku hanya diam kaya patung.

“Kamu mau ini.. Riz.. hadiah untukmu..” lanjut mbak Lasmi.

Aku tetap diam tak berkedip saat melihat tangan mbak Lasmi melingkar ke belakang leher.. sehingga teteknya yang montok makin kelihatan menantang.
Dengan sedikit tarikan ia melepas tali daster dan.. srett.. ia biarkan kain berwarna merah itu meluncur ke bawah.

Aku kaget dan terpana.. karena mbak Lasmi langsung bugil total.. ternyata daritadi dia tidak pakai daleman.
Kuperhatikan tubuh indahnya dari atas sampai bawah.. teteknya yang montok langsung terekspos dengan jelas.. sangat menantang untuk dijamah.

Dan astaga..! Memeknya yang tembem sekarang jadi gundul. Ke mana gerangan jembut lebat yang kulihat tadi siang..!?

Aku masih terpana.. tidak mampu bergerak. Yang bisa bereaksi cuma kontolku.
Benda itu mulai berontak dan menegang saat melihat pemandangan indah itu. Tapi aku tidak berani berbuat apapun.

Mbak Lasmi berjalan mendekatiku. Teteknya yang montok bergoyang-goyang saat ia melangkahkan kaki.

Aku hanya mematung saat mbak Lasmi mengambil inisiatif dengan langsung menarik kaosku ke atas hingga terlepas.
Ia kemudian jongkok dan menarik turun kolor dan CD-ku. Aku sedikit mengangkat kakiku.. memudahkan mbak Lasmi melepasnya.
Ia melempar celanaku entah ke mana.

Tuinkk..! Kontolku yang sudah ngaceng berat langsung meloncat dan berdiri tegak bagai tongkat.
Berdua.. di ruang tengah rumah mbak Lasmi.. kami sama-sama bugil sekarang.

Selanjutnya aku dibimbingnya masuk ke kamar tidurnya. Aku nggak tahan lagi.. segera kupeluk tubuh montok mbak Lasmi erat-erat.
Kuciumi pipinya.. hidungnya.. bibirnya.. dengan lembut dan mesra.. tapi penuh nafsu. Mbak Lasmi membalas memelukku.. wajahnya disusupkan ke dadaku.

"Maaf.. mbak.. aku pingin banget kaya kemarin..” bisikku sambil terus menciumi dan membelai punggungnya. Nafsu kami semakin menggelora.

“Riz.. akan aku kasih yang lebih dari kemarin. Jamahlah tubuh mbak sesukamu.. mana yang kamu mau.. tubuh mbak semua untukmu..!” Kata mbak Lasmi seolah pasrah.

“Iya.. mbak. Tapi ajari aku ya.. karena ini baru pertama..” kataku memohon.

“Kamu memang anak baik.. Riz. Jangan terburu-buru.. ikuti naluri saja..” terang mbak Lasmi.

Aku ditariknya ke tempat tidur. Mbak Lasmi kemudian membaringkan dirinya. Aku langsung menubruknya.

“Riz.. jangan terburu-buru. Nodai dulu bibirku..” kata mbak Lasmi sambil menyorongkan mulutnya.
Aku menyambutnya. Bibirnya terasa hangat dan lembut.

Aku yang baru pertama berciuman.. dengan kasar melakukannya.. asal sedot dan lumat saja.
Mbak Lasmi dengan santai mengajariku.. aku mengikutinya. Hingga beberapa menit kemudian.. kita bisa saling lumat dan isap dengan lebih nikmat.

“Enak.. Riz..?” Kata mbak Lasmi dengan sedikit senyum. Aku hanya bisa mengangguk.

Dia kemudian mendorong tubuhku ke atas.
“Ini yang menempel di punggungmu tadi.. Riz. Nikmatilah.. jangan bengong aja..” kata mbak Lasmi sambil menyorongkan teteknya yang besar dan bulat.

Aku tidak tahan lagi.. segera kujamah buah dada yang kenyal dan empuk itu. Ukurannya benar-benar besar.. sampai tanganku tidak muat menangkup semuanya.
Aduh..! terasa nikmat sekali. Kuelus bulatan daging itu dengan lembut.. kuremas pelan-pelan. Putingnya terlihat memerah dan menggemaskan.

Kuciumi.. kukulum.. kubenamkan wajahku di kedua bulatan mungil itu.. sampai aku tidak bisa bernapas.
Aku mainkan buah dada mbak Lasmi sesuai naluri dan teori dari film bokep yang sering kulihat.
Mbak Lasmi terlihat menikmati sambil sedikit mengarahkan kalau aku berbuat salah.

“Riz.. biar wanita bisa horny kalau teteknya dimainin kayak gini..” terang mbak Lasmi..
“Kamu mulai dari bagian bawah dulu.. jangan langsung kamu sentuh bagian putingnya..” jelasnya lagi.

Aku hanya menurut seperti anak TK yang nurut sama ibu gurunya.
Mulai kujilati bagian bawah tetek mbak Lasmi yang besar.. melingkar dari kanan ke kiri.
Kelihatan puting mbak Lasmi tambah menjulang saat aku melakukan itu.. mungkin ia benar-benar horny.. mbak Lasmi terlihat menikmatinya.

Tanpa diduga.. aku langsung menyedot dan melumat putingnya secara bergantian.
Mbak Lasmi kaget tapi tidak menolak. Dia malah berkata.. ”Pinter kamu.. Riz. Ughh.. enak banget..!”

Aku masih memainkan tetek mbak Lasmi sesukaku. Istri mas Slamet itu membiarkan dan menikmatinya sambil mengelus kepalaku penuh kasih sayang.. seperti perlakuan seorang ibu pada anak bayinya yang lagi netek.

Aku tidak bosan-bosannya memainkan gundukan padat itu dengan mulutku.. sementara tanganku mulai merogoh memeknya.

Saat kurasakan benda itu jadi licin.. tak tahan aku bertanya. “Kok gundul.. mbak.. nggak takut banjir..?” Tanyaku konyol.

”Spesial untukmu.. Riz. Biar bersih.. biar kamu tau gimana bentuk memek yang sebenarnya.. Kamu kan baru belajar..” jawab mbak Lasmi sabar.

”Iya.. mbak..” kubelai dan kuusap-usap belahan tembem itu.

Slepp.. Kutusukkan jari telunjukku ke lubangnya yang sempit.. terasa sangat hangat dan basah di sana.

“Riz.. mbak tidak kuat lagi. Jilati memekku.. Riz..!” Pinta mbak Lasmi sambil mendorongku ke bawah.

“Kok basah.. mbak..?” Tanyaku penuh nafsu. Kupandangi bibir vaginanya yang terlihat merah mengkilat karena terlumasi cairan.

“Nikmati.. Riz.. mainin itilku..!” Mbak Lasmi mengarahkan tanpa menjawab pertanyaanku.

Dia membuka kakinya makin lebar.. membuat belahan memeknya makin jelas terlihat.
Lorongnya yang sempit berwarna merah cerah.. hampir kekuningan. Terasa berkedut-kedut ringan saat aku merabanya.

Kuikuti perintah mbak Lasmi. Segera aku jongkok dan mengisap benda itu.
Mbak Lasmi mengarahkan jilatanku yang masih kasar dan asal dengan membuka bagian atas memeknya.

Karena memang memeknya gundul.. maka segera terpampanglah daging kecil berwarna merah sebesar biji kacang miliknya.
Aku pikir.. ini pasti itil yang ia maksud. Langsung kujilat dan kumainkan benda itu.

Mbak Lasmi hanya bisa mendesah sambil berkata.. ”Iya.. begitu.. Riz.. Jilat terus. Sedot. Lumat itilku dengan mulutmu.. Riz..!”

Aku mainin terus itil itu. Terasa ada cairan yang membasahi memek mbak Lasmi dengan aroma yang khas.. benar-benar menambah sensasiku. Semakin kupercepat jilatanku.. semakin Mbak Lasmi tidak tahan. Hingga akhirnya ia menarik tubuhku dan kembali menciumiku bertubi-tubi. Terasa teteknya yang bulat padat mengganjal tepat di dadaku.

“Riz.. masukin kontolmu. Entot aku. Tusuk memekku.. Riz..!” Rintih mbak Lasmi seperti tante girang.

Dia segera menggenggam dan mengocok-ngocok pelan batang penisku.. dari ujung hingga ke pangkalnya.
Aduh.. rasanya geli dan nikmat sekali. Aku jadi nggak sabar lagi.

Kaki mbak Lasmi kukangkangkan lebar-lebar.. aku coba langsung memasukkan penisku ke memeknya seperti mas Slamet tadi.. tapi meleset terus.

“Hehe.. aku percaya kamu memang baru pertama.. Riz..” kata mbak Lasmi.

”Mbak akan nikmati perjakamu..” sambil tersenyum.. dia membimbing penisku untuk memasuki liang memeknya yang sudah basah.

Digesek-gesekkannya ujung penisku di bibir memeknya.. makin lama semakin terasa basah..
Hingga.. ketika kudorong pelan sudah bisa agak sedikit masuk.. meski masih tetap sulit.

Memek mbak Lasmi terasa sangat sempit. Dia dengan sabar terus membimbingku.
“Pelan-pelan aja.. Riz. Kontolmu besar lebih dari milik mas Slamet..” bisik mbak Lasmi gembira.

“Memek mbak sempit banget.. kontolku muat nggak.. mbak..?” Tanyaku kaya orang bego.
Mbak Lasmi tidak menjawab. Dia hanya tersenyum sambil terus membimbing kontolku memasuki lubang memeknya.

Aku sendiri terus menekan dengan pelan.. hingga akhirnya kontolku masuk semakin dalam.. semakin dalam.. Slebbb..
Sudah setengah terbenam.. kutekan terus.. lagi.. lagi.. dan lagi.. dan akhirnya.. tinggal sedikit lagi..
Lalu.. penuh nafsu.. blessepp..! Kutekan kontolku keras-keras hingga semuanya terbenam ke dalam memek mbak Lasmi yang tembem.

“Auw.. pelan-pelan.. Riz.. sakit..!” Pekik mbak Lasmi tertahan. Aku hanya diam.. membiarkan penisku tetap menancap.

Terasa nikmat kurasakan.. kontolku seperti dijepit sesuatu yang tidak tergambarkan; hangat.. basah.. geli.. lengket.. dan berkedut-kedut.
Melenguh keenakan.. kunikmati jepitan dan remasan lubang memek mbak Lasmi.

“Riz.. memek mbak jadi penuh banget.. kontolmu mantap..!” Lenguh mbak Lasmi.

“Ehm.. memek mbak juga enak banget..! Masih sakit.. mbak..?” Tanyaku sambil memainkan puting susunya.

“Sebentar.. Riz.. jangan bergerak dulu. Biar kelamin kita kenalan dulu.. kontolmu terlalu besar.. Memekku jadi kaget..” kata mbak Lasmi.

”Iya.. mbak..” aku mengangguk mematuhi arahannya.

Kita tetap dalam posisi seperti itu selama kurang lebih lima menit.. hingga kemudian mbak Lasmi berkata.. ”Riz.. aku siap digoyang..” bisiknya mesra.

Aku pun mulai menggerakkan pinggulku naik-turun dengan pelan seperti yang kulihat dilakukan oleh mas Slamet.
Aku melakukannya dengan teratur. Aduh.. nikmat sekali rasanya. Penisku rasanya dijepit erat oleh kemaluan mbak Lasmi yang sempit dan licin.

Makin cepat kucoblos.. makin erat memek itu mencekik kontolku. Crekk..srekk.. clebb.. slebb.. clepp.. slepp.. clopp.. slopp.. clokk.. clopp..
Aku terus menggerakkannya keluar-masuk.. turun-naik.. kadang memutar dan kutekan dalam-dalam dengan penuh nafsu.. menggesek dinding kelamin mbak Lasmi hingga membuatku kami merintih keenakan.

"Aduh.. Riz.. Fariz.. enak sekali..! Yang cepat.. terus.. ya begitu..!” Bisik mbak Lasmi sambil mendesis-desis.

Kupercepat lagi genjotanku. Bunyi memek mbak Lasmi makin kecepak-kecepok.. menambah semangatku.

"Riz.. aku mau muncak.. terus.. terus..!” Rintihnya penuh nikmat.

Aku juga sudah mau keluar.. ada sesuatu yang mau meledak di ujung kontolku.
Crobb-slobb-clopp-slopp-crebb-slebb-clepp-slepp-clebb-slebb-sleb-clebb-slepp-clebb..

Kupercepat goyanganku.. dan penisku merasa akan segera muncrat.
Maka kubenamkan batang kontolku dalam-dalam.. setandasnya ke liang vagina mbak Lasmi sampai amblas.. mentok seluruhnya.
Pangkal penisku berdenyut-denyut.. crott.. crott.. crott.. crott.. spermaku muncrat.. menyembur berkali-kali di dalam vagina sempit mbak Lasmi.

Bersamaan dengan itu.. srrr.. srrr.. crrr.. srrr.. mbak Lasmi mengejang. Terasa basah di ujung kontolku. Rupanya dia juga orgasme.
Kami berangkulan kuat-kuat.. nafas kami seakan berhenti. Saking nikmatnya.. dalam beberapa detik.. nyawaku seperti melayang entah ke mana.

Aku ambruk di atas tubuh montok mbak Lasmi untuk beberapa saat menikmati sisa-sisa kenikmatan yang masih mendera.
Setelah rasa itu hilang.. barulah kucabut penisku.. dan berbaring di sisinya.
Kami berdiam diri.. mengatur napas kami masing-masing. Tiada kata-kata yang terucapkan.. ciuman dan belaian kami yang berbicara.

“Terimakasih.. mbak.. hadiahnya. Tidak akan terlupakan..” bisikku di telinganya.

“Iya.. Riz. Mbak juga puas. Mbak bisa keluar lepas.. tidak seperti tadi sama mas Slamet..” kata mbak Lasmi keceplosan.

“Memangnya tadi sempat ngentot sama mas Slamet..?” Tanyaku pura-pura tidak tau.

“Eh.. nggak.. nggak.. Riz..” kata mbak Lasmi gelagapan.. mukanya merah padam.. menambah kecantikannya.

“Mbak cantik deh kalau lagi bohong..” rayuku.

”Tapi mas Slamet ahli ya.. mbak..? Tanpa bantuan nyoblos.. langsung bisa masuk..” lanjutku.

“Kamu kurang ajar ya.. Riz! Berarti kamu tadi ngintip.. kamu memang kurang ajar..” kata mbak Lasmi berlagak marah.

“Salah sendiri.. ngentot di tempat gituan. Beralaskan lantai apa enaknya..? Aku tidak ngintip.. aku lihat kok..” candaku.

“Iya.. Riz.. aku ngaku. Habis tadi tidak tahan. Kasihan mas Slamet.. mosok punya istri harus pakai tangan..?” Akhirnya mbak Lasmi mengakui perbuatannya.

“Tapi kamu memang kurang ajar.. Riz. Mosok suamiku di sel.. istrinya kamu nodai..!” Katanya kemudian.

“Biarin.. wong ini mbak juga gatel..” kataku sambil membelai memeknya.

“Kamu kebablasan.. Riz..!!” Teriak mbak Lasmi tiba-tiba sambil berdiri.

Aku kaget dengan responnya. Langsung aku terdiam.. apa aku salah lagi..? Mbak Lasmi bikin pusing saja.
Aku masih terlentang diam.. sementara dia mulai bergerak mengangkangi tubuhku.
Bisa kulihat sisa-sisa spermaku masih menetes-netes di celah-celah belahan memeknya.

“Ini.. kubalas kekurang-ajaranmu..!” Maki mbak Lasmi.

Ctapp..! Dia lalu memegang kontolku yang masih lesu.. terus dijilat dan langsung ditelannya tanpa rasa jijik.

Arrgghhh..! Mendapat perlakuan seperti itu.. kontolku langsung seperti kesetrum.. tegang berdiri tegak menjulang. Haha..

“Mbak.. jadi berdiri lagi.. gimana ini..?” Rengekku pura-pura lugu.

“Dasar.. kontol muda nggak ada matinya..!” Maki mbak Lasmi sambil menggenggamnya erat.

Dia langsung naik ke atas tubuhku.. memeknya berada tepat di depan kontolku.

Tanpa permisi.. mbak Lasmi menurunkan tubuhnya.. Jleghh..! Batang kontolku langsung terbenam.. amblas ditelan mekinya.

“Erghhh..! Mbak.. ughh.. sakit.. mbak..!” Rintihku.

“Biarin.. rasakan pembalasan atas kekurang-ajaranmu..!” Kata mbak Lasmi sambil mulai bergoyang tak beraturan.
Teteknya yang besar bergoyang ke kanan dan ke kiri kayak mau jatuh. Aku nikmati pertunjukan ini.

Mbak Lasmi seperti kesetanan. Aku rasakan meskipun badannya gemuk.. kalau begini rasanya enteng.

“Riz.. jangan bego gitu.. remas tetekku..!” teriaknya gemas. Aku diam saja.. mosok aku dikatakan bego?!

“Kalau kamu kurang.. rasakan ini..!” kata mbak Lasmi sambil menghentikan goyangannya.
Terasa ada pijatan kuat yang menjepit batang kontolku.. seolah-olah membetot dan menyedot spermaku.
Dia melakukannya berulang-ulang hingga membuatku merintih dan menggelinjang keenakan.

“Mbak.. enak banget.. aku tak kuat..!” Teriakku tertahan. Segera kugapai gundukan payudaranya dan kuremas-remas dengan penuh nafsu.

“Ngghhh.. Gimana empot ayamku.. Riz..?” Kata mbak Lasmi sambil tersenyum namun bercampur ringisan.

“Enak banget.. mbak.. lagi dong..!” Pintaku sambil memilin-milin putingnya.

Mbak Lasmi langsung mengeluarkan jurus empotannya yang bikin kontolku panas dingin tak karuan.
Aku nikmati sambil merem melek dan memenceti terus tonjolan buah dadanya berulang-ulang.

“Riz.. kamu kuat juga.. biasanya mas Slamet kalau aku ginikan langsung nyembur..” puji mbak Lasmi.

“Darah muda.. mbak..” sahutku.

“Riz.. ayo goyang. Mbak udah mau nyampai.. kita barengan lagi..” ajak mbak Lasmi setengah mendengus.

Tanpa diminta lagi.. aku mainkan memek mbak Lasmi.
Kubalik tubuh sintalnya hingga ia sekarang berada di bawah.. lalu aku hajar memeknya bertubi-tubi.

Mbak Lasmi mengimbangi dengan memutar pinggulnya berlawanan arah dengan genjotan tubuhku.
Kami terus melakukannya hingga akhirnya ada sesuatu yang mau mendesak keluar dari dalam batang kontolku.

“Mbak.. aku mau nyampe. Siram dong kontolku..!” Kataku sambil balik lagi telentang.. mbak Lasmi kembali berada di atas tubuhku.

Dia tanpa kompromi langsung menggoyang.. dan aku mengikutinya. Hingga akhirnya.. “Riz.. mbak mau keluar..!” Teriak mbak Lasmi.

“Aku juga.. barengan.. mbak..!” Sahutku mengrang.

Kuikuti goyangan mbak Lasmi sambil menyodok memeknya semakin dalam.. saat sesuatu yang basah dan hangat menyembur keluar.. mengguyur kontolku hingga terasa semakin licin dan lengket.

“Aku keluar.. Riz..!” Teriak mbak Lasmi tertahan. Tubuh sintalnya terkejang-kejang seiring semprotan cairan dari dalam liang vaginanya.

Aku yang juga sudah di ujung orgasme langsung membalik dan mengenjotnya tanpa ampun..
Slobb-crobb-slobb-clopp-slopp-crebb-slebb-clepp-slepp-clebb-slebb-sleb-clebb-slepp-clebb-jlebb-jlebb..
Dan baru berhenti saat spermaku yang kental menyembur untuk yang keduakali di dalam memek mbak Lasmi. Kami kembali roboh berpelukan.

Karena kecapekan dan kepuasan.. aku tertidur di atas tubuh montok mbak Lasmi dengan kontol tetap menancap di lubang memeknya.
Setengah jam kami tidak sadar. Kami terbangun bersamaan saat merasakan kontolku menciut dan akhirnya lepas dengan sendirinya.
Aku terlentang seperti tidak ada tenaga.

“Riz.. mau lagi..?” Tawar mbak Lasmi sambil tersenyum.

“Siap.. mbak.. sampai pagi pun siap..!” Kataku mantap.

“Uh.. maunya..! Sana kamu pulang.. sudah jam satu. Nanti malah ketahuan ronda kampung.. malah repot..” suruh mbak Lasmi sambil mengecup pipiku.

“Sekali lagi.. mbak.. please..” pintaku memelas.

“Besok aja mbak kasih lagi.. sekarang pulanglah..” kata mbak Lasmi sambil berdiri dan keluar dari kamar. Akhirnya aku nurut.

Terlihat mbak Lasmi memunguti baju dan celanaku dan menyuruhku untuk memakainya.. sementara dia masih tetap telanjang.
Aku pakai bajuku dan duduk sambil istirahat melihat mbak Lasmi yang masih telanjang mengambilkan minum untukku.

“Ini.. minum dulu biar kuat sampai rumah..” perintahnya sambil duduk di sebelahku.. tetap telanjang.

“Rumahku kan di sebelah.. mbak. Pacarku mbak Lasmi..” kataku bercanda.

“Riz.. mbak minta ini jadi rahasia kita berdua..” kata mbak Lasmi.

“Iya.. mbak..” sahutku.

“Kamu bisa minta kapan pun.. asalkan pas suamiku tidak ada..” kata mbak Lasmi lagi.

“Kamu boleh nikmati tubuhku.. bibirku.. tetekku dan memekku.. semuanya untukmu.. tapi ingat.. jangan mencintai aku.
Hatiku hanya untuk mas Slamet..” sambungnya penuh nasehat.

“Berarti ini hanya untuk nafsu saja.. mbak..?” Tanyaku.

“Ya.. begitulah. Kita sama-sama puas. Kamu bisa belajar dariku.. tapi jangan sampai hal ini membuatmu gagal kuliah.. mbak akan sangat kecewa..” kata mbak Lasmi.

“Ok.. guruku yang binal dan bahenol..” jawabku bergurau.

“Sekarang pulang sana.. brondongku. Besok tak kasih lagi jepitanku..” suruh mbak Lasmi.

“Pulang dulu ya.. tante girang. Besok kusobek-sobek memekmu..” kataku sambil berdiri. Dengan berat hati.. aku pergi meninggalkan mbak Lasmi.

Aku masuk rumah lewat jendela dan langsung menuju kamar. Aku berusaha tidur sambil menyesali ketidak-perjakaanku.
Tapi memang benar-benar enak memek tembem mbak Lasmi.

Aku bangun kesiangan dan langsung ke kampus dengan semangat akibat motivasi dari mbak Lasmi.
Aku tidak mau mengecewakan orangtua dan mbak Lasmi.

Selama tiga hari berikutnya.. aku setiap malam ke rumah mbak Lasmi.. tetapi dia selalu menanyakan tugasku sudah selesai belum.
Kalau sudah selesai.. baru kita mencari kepuasan.

Sudah banyak cara dan gaya yang mbak Lasmi ajarkan.. dan aku merasa menjadi lelaki kuat.
Tapi aku tetap tidak berani macam-macam kalau mbak Lasmi tidak meminta.

Hari pertama berikutnya.. tepat jam sepuluh malam.. aku datang. Seperti biasa.. kita ngobrol sebentar baru kemudian mulai ngentot.

Tapi mbak Lasmi minta situasi gelap.. jadi kita melakukannya di kamar tanpa ada cahaya sedikitpun.
Malam itu.. seperti biasa.. duakali kita keluar berbarengan.

Hari kedua.. aku sengaja datang agak cepat.. jam setengah sepuluh. Aku langsung masuk ke rumahnya.. terdengar suara gemericik air di kamar mandi.

Kelihatannya mbak Lasmi baru mandi.
Pintu kamar mandi tidak tertutup.. sehingga aku dapat melihat mbak Lasmi yang sedang menggosok-gosok tubuh sintalnya dengan sabun.

Aku langsung pengin mengentotnya.. tapi tidak berani. Akhirnya aku ikut telanjang sambil berbicara.. ”Mbak.. boleh ikut mandi..?”

“Hei.. ngapain kamu..!?” Teriak mbak Lasmi kaget saat aku membuka pintu kamar mandi.

“Kalau mandi ya ditutup dong pintunya..!” Aku membela diri.

Mbak Lasmi tersenyum menyadari keteledorannya. “Sini.. Riz.. mandi sekalian..” undangnya.

Kami pun mandi bareng sambil saling usap.. saling remas dan saling belai hingga akhirnya kami pun tak tahan.
Dengan posisi doggy style.. kuentot tubuh mulus mbak Lasmi.
Dia menungging sambil berpegangan di dinding kamar mandi.. sementara aku dari arah belakang menusuknya bertubi-tubi.

Ternyata enak sekali.. aku bisa remas tetek mbak Lasmi yang menggantung indah dan bisa kulihat wajah cantiknya lewat kaca yang cukup besar di kamar mandi.. rasanya jadi tambah hot.

Malam yang dingin itu jadi panas penuh gairah oleh nafsu kami berdua. Aku dan mbak Lasmi keluar bersamaan waktu doggy style.
Dan setelah itu kita mandi lagi sebelum coba posisi 69 setelah berpindah ke depan TV.

Memang setelah mandi ada rasa yang lain karena memek mbak Lasmi jadi lebih harum.. aku semprotkan spermaku di mulut mbak Lasmi.. sementara memek mbak Lasmi banjir di mulutku.

Sebelum pulang.. kami lakukan posisi normal: aku di atas.. mbak Lasmi di bawah.. tapi terasa lebih enak.
Malam itu aku sama sekali tidak melihat mbak Lasmi pakai baju. Setelah puas mengentotinya.. aku pulang.

Malam ketiga merupakan malam terakhir sebelum kepulangan mas Slamet. Sengaja agak malam aku datang.. sekitar jam sebelas.
Mbak Lasmi kelihatan sudah menungguku. Sebelum aku sampai.. dia sudah membukakan pintu.

Dengan kesal mbak Lasmi berkata.. ”Jadi kering nih memekku.. Riz.. apa sudah bosen..?”

“Maaf.. mbak.. ada tugas kuliah yang harus kukerjakan..” alasanku biar mbak Lasmi tidak marah.

“Ya sudah.. tapi malam ini kamu harus temani mbak sampai pagi..” pintanya sambil membuka baju dan jilbabnya.

“Ok.. mbak.. siapa takut..!?” Jawabku mantap.

Malam itu kita ngentot di ruang tengah.. diawali dengan melihat VCD bokep koleksi mbak Lasmi..
Kita ikuti semua gaya yang dicontohkan di situ.. kecuali anal.. memang aku tidak suka dan mbak Lasmi juga tidak mau.. terlalu jorok katanya.

Setelah selesai.. mbak Lasmi berkata. ”Riz.. aku curiga.. salahsatu dari kami mandul. Kalau aku subur.. aku harap aku bisa hamil dari spermamu. Nanti kalau jadi aku kasih tau..”

“Tapi.. mbak.. aku belum siap jadi bapak..” tanyaku agak cemas.

“Yang tau bapaknya siapa kan hanya aku sendiri.. dengan siapa aku membuat anak..” katanya sambil mencubitku.

“Mbak.. malam ini terakhir bagiku ya..?” Tanyaku.

“Jangan khawatir.. Riz. Ingat.. tubuh mbak kan milikmu.. jadi memek mbak tetep kangen sama kontolmu..” jawab mbak Lasmi mesra.

“Lha mas Slamet gimana..?” Tanyaku lebih berharap.

“Kalau mas Slamet lagi di rumah.. aku milik mas Slamet. Tapi kalau pas dia lagi jalan.. memek gatelku ini bisa kamu sodok..” kata mbak Lasmi sambil memegang memeknya.

“Kalau perlu.. mbak dipakai bareng-bareng juga kuat kok..” candanya.

“Salome.. mbak.. satu lubang rame-rame..” ujarku membalas candanya.

“Ya tidak begitu. Kan cuma dua; kamu mulut.. mas Slamet memek.. nanti gentian..” jawab mbak Lasmi genit.

Setelah itu kita ON lagi.. kali ini kami melakukannya di kamar mbak Lasmi.
Setelah tigakali orgasme.. sebelum pulang aku sempatkan sodok memek mbak Lasmi sekali lagi saat dia mengantarku ke pintu.

Tapi kubuat tidak sampai keluar supaya dia ketagihan. Aku semprotkan pejuh terakhir malam itu di gundukan payudaranya.
Setelah itu.. aku langsung buka pintu dan pergi meninggalkan mbak Lasmi yang masih menggantung sambil tersenyum penuh kemenangan.

“Lanjutin pakai tangan dulu ya.. mbak..” kataku.

“Kurang ajar kamu.. Riz..!” Umpat mbak Lasmi kesel.

Aku pun pulang dan masuk rumah lewat jendela seperti biasa.
Baru juga mau tidur.. tapi kok ayamnya sudah berkokok ya..? Ketika kulihat jam.. ternyata sudah pukul empat pagi. Pantes aja..!

Hari-hari berikutnya.. selama dua minggu mas Slamet berada di rumah karena masih belum boleh nyetir.. masih masa pemulihan katanya.
Aku jadinya blingsatan tak karuan.. apalagi ketika ketemu mbak Lasmi.

Kadang kulihat dia lagi bermesraan di rumah dengan mas Slamet.. atau malah kadang-kadang mbak Lasmi seperti sengaja memamerkan tubuhnya yang polos ketika habis mandi waktu aku sedang main catur dengan suaminya.

Mbak Lasmi mengejekku sambil menjulurkan lidahnya.
Sering dia meremas-remas teteknya sendiri saat aku meliriknya.. itu ia lakukan ketika mas Slamet tidak melihat atau lagi di luar rumah.

Ah.. dasar. Awas.. mbak.. tunggu pembalasanku..!
--------------------------------------------
 
Cerita 35 – Tetangga yang Baik

Part 3 – Mengantar Ritual


Setelah mas Slamet di rumah.. memang aku seperti duda dan kembali ke kebiasaan lama.. yaitu onani..
Tetapi kadang aku membayangkan ngentot dengan cewek atau artis.. tapi ujung-ujungnya yang terbayang kebahenolan mbak Lasmi..

Ditambah lagi setiap hari ketemu.. entah dalam pakaian komplet maupun terbuka ataupun membukakan diri.
Dan koleksi BF-ku sekarang kebanyakan wanita-wanita dengan tetek besar.. –bigtits–

Kuingat hari itu hari kamis.. aku pulang dari kuliah sampai sore.
Mbak Lasmi datang ke rumah.. ngomong kalau aku dicari mas Slamet.. ada yang perlu diomongkan.
Hatiku was-was.. apa mas Slamet tau apa yang kami perbuat..?

Akhirnya setelah aku mandi.. aku datang ke rumah mas Slamet. Kulihat mas Slamet duduk santai di meja tamu.
Dengan hati-hati aku menyapanya. “Ada apa.. mas.. kok mencariku..?” Kataku dengan waswas.

“Anu.. Ris.. cuma tanya.. kamu ada acara tidak malam ini..?” Tanya mas Slamet.
“Ti-tidak.. mas..” jawabku agak canggung.

“Ini kan malam Jum’at.. aku mau ajak kamu ritual di Umbul Kendat.. Pengging. Itupun kalau kamu mau.. sekalian kamu nanti nemani mbakmu..” ajak mas Slamet.
“Iya.. mas. Aku besok libur kok. Ngapain ritual segala.. mas..?” Tanyaku.

“Gini lho Riz.. aku kan baru lepas dari cobaan kemarin dan besok minggu depan aku harus nyetir lagi. Supaya aku lancar di kemudian hari maka harus ritual..” jelas mas Slamet.

“Kalau kamu mau.. boleh sekalian ikut kungkum sekalian minta apa yang kamu inginkan..” sambungnya.

“Iya.. mas.. sekalian aku nanti minta cepat lulus dan dapat istri cantik dan bahenol kaya mbak Lasmi.. haha..” jawabku keceplosan.. karena kebetulan kulihat mbak Lasmi keluar dari kamar.

“Kamu bisa aja.. Riz. Mau ikut mas Slamet..?” Mbak Lasmi langsung nimbrung.
“Ya itu.. Ris.. mbakmu itu kalau tak ajak tidak mau.. alasannya takut. Gimana ma kalau Fariz ikut..? Mama mau tidak..?” Tanya mas Slamet.

“Oke.. mas. Kalau gitu kan aku jadi ada temannya. Sekalian aku nanti minta biar kita cepat dapat momongan..” jawab mbak Lasmi.
“Kalau semua mau gini.. Riz.. nanti jam sembilan kita berangkat naik motor..” ajak mas Slamet.

“Nanti prosesnya gimana.. mas..?” Tanyaku masih belum ngeh.
“Pokoknya nanti kamu ikuti aku. Kalau misalnya tidak kuat.. kamu naik. Nanti setelah aku hampir selesai nanti tak panggil..” jelas mas Slamet.

“Nanti bawa apa..?” Tanyaku lagi penasaran.. meskipun aku kurang percaya hal-hal tersebut.. tapi yang penting bisa bersama mbak Lasmi.
“Bawa badan sehat aja.. Riz. Nanti semua sesaji dan yang lain aku persiapkan..” kata mas Slamet.

“Iya.. mas. Aku pamit dulu.. nanti kalau mas berangkat.. aku susul tapi tunggu di pertigaan..” kataku.
“Kebetulan.. Riz.. kamu tunggu di rumah dulu.. ada yang perlu dikerjakan sama mas Slamet untuk malam Jum’at..” kata mbak Lasmi memancing.

“Apa.. mbak..? Aku kok tidak tau..?” Tanyaku.
“Mbak-mu bisa aja.. Riz. Biasa.. proses membuat momongan..” kata mas Slamet.

Aku langsung tertawa iri membayangkan mbak Lasmi sama mas Slamet akan bercumbu.
“Oo.. aku baru tau.. monggo. Aku tak pulang dulu..” kataku sambil pamit.

Aku langsung pulang dan masuk kamar.. terlihat rumah mas Alamet langsung gelap.. perkiraanku mereka langsung bertempur.
Aku hanya bisa membayangkan dan berakhir dengan kenikmatan meskipun cuma onani. Aku terkapar beberapa menit kemudian.

Kulihat jam sembilan kurang seperempat.. aku sekedar mengguyur badan agar bugar lagi sekalian biar bersih.
Motor mas Slamet sudah berderu.. langsung aku keluar menyusul mereka.

Di pertigaan.. mereka menungguku. Terlihat mbak Lasmi membawa tas lumayan besar.
Kami pun berangkat. Setelah beberapa saat mengikuti mereka.. tibalah kami di sebuah tempat yang belum pernah aku kunjungi.. meskipun hanya dekat mungkin sekitar tiga kilo dari rumah kami.

Tempat yang di tepi sungai di mana terdapat sebuah makam yang besar.. dan sebuah sumber air kira-kira 10m persegi.. penerangan hanya dari sinar bulan yang kebetulan sedang purnama.
Aku sebenarnya tidak percaya tahayul.. tapi karena diajak.. aku mau juga.

“Riz.. ini Umbul Kendat yang sering aku kunjungi..” terang mas Slamet.
“Kok sepi.. mas..?” Tanyaku sedikit gimana gitu.

“Sini ramainya kalau sore. Jam segini kebanyakan orang ke Pengging.. tapi aku lebih senang di sini.. lebih khusuk. Kamu ikuti saja aku..” terang mas Slamet.

“Nanti kita ziarah dulu di makam kyai sambil minta apa yang kita inginkan.. terus kita turun untuk kungkum.. setelah itu kita bersihkan diri di pancuran itu..” jelasnya lagi.

“Tidak dingin.. mas..? Kalau aku nggak kuat gimana..?” Tanyaku.

“Gini.. Riz.. nanti kamu sama mbakmu ikuti saja aku. Tapi waktu kungkum.. aku biasa satu setengah jam.
Kalau kamu tidak kuat.. mungkin baru pertama.. ya nanti naik dulu. Baru kalau aku sudah selesai.. kamu ikut di pancuran..” jelas mas Slamet.

Mas Slamet menyuruh mbak Lasmi menggelar tikar dan mengeluarkan sesaji yang kita perlukan.
Mbak Lasmi mengeluarkan handuk besar dan sarung tiga buah. Sesuai perintah mas Slamet.. aku hanya mengikuti saja.

Pertama kita melepas jaket. Mas Slamet melepas kaos lalu memakai sarung.. kemudian melepas celana dan celana dalamnya dan memberikannya kepada mbak Lasmi untuk dilipat.
Aku hanya mengikuti tapi melipat sendiri bajuku.. sambil melihat mbak Lasmi melepas bajunya.

Pertama dia melepas jilbabnya.. lalu mengalungkan sarung menghadap ke arah yang berlawanan.
Dia mengangkat bajunya dan melepas branya.. kemudian menurunkan sarung untuk menutupi teteknya yang montok.

Disusul melepas celana dan celana dalamnya sambil sedikit menggodaku dengan memperlihatkan bokongnya yang bahenol sambil tersenyum sedikit.
Aku nikmati pertunjukan itu.. dan tau-tahu kontolku bergerak.

Kita berjalan. Pertama mas Slamet.. kemudian mbak Lasmi.. terakhir aku.
Mas Slamet memberikan sesaji sambil berdoa.. aku dan mbak Lasmi hanya mengamini saja.
Terlihat mas Slamet sangat khusuk melakukannya.. tapi aku lebih sering melirik tetek mbak Lasmi yang kelihatan seperti mau tumpah.

Setelah berdoa.. kita turun untuk kungkum atau berendam.
Mas Slamet mengangkat sarungnya dan langsung masuk ke dalam kolam dan meletakkan sarungnya di tepian batu yang kering.

Kulihat mbak Lasmi mengangkat sarungnya.. sehingga dia bugil.. terlihat teteknya bergoyang indah ke kanan dan ke kiri.
Meskipun aku pernah merasakan dan melihat benda itu.. tapi hari itu lain.. karena di ruang terbuka dan ditunggui suaminya.

Aku hanya berani melirik.. terlihat mbak Lasmi sedikit berlama-lama.. seperti mau memamerkannya kepadaku.
Aku yang tidak kuat.. langsung ikut masuk air untuk meredam nafsuku yang sudah mau meledak sampai di ubun-ubun.

Kolam itu ternyata lumayan dalam.. aku dan mas Slamet sampai dada.. dan mbak Lasmi teteknya terendam sebatas air.
Karena posisi mas Slamet sebagai petunjuk.. maka dia akan di depan.. aku dan mbak Lasmi berdampingan di belakangnya.

Dengan khusuk kita berendam tanpa bersuara sedikitpun.. utamanya mas Slamet.
Tapi nafsuku mengalahkan semuanya. Bayangkan.. di sampingku ada wanita telanjang yang selalu aku pingin entot.. tapi suaminya berada di depanku.

Aku melirik mbak Lasmi.. dengan hati-hati aku pegang dan remas tangannya. Di luar dugaan.. mbak Lasmi membalas meremasku.
Beberapa saat kita saling remas.. akhirnya mbak Lasmi melepas tangannya sambil menoleh ke arahku dan tersenyum sangat manis.

Ingin aku lumat bibirnya.. tapi masih kutahan. Tak kusangka.. mbak Lasmi malah langsung memegang kontolku yang sudah setengah berdiri.. otomatis benda itu langsung berdiri total karenanya. Aku hanya merem melek menikmati elusannya.

Aku yang tidak tahan.. akhirnya tanganku memegang memeknya.. kukocok dengan pelan.
Tak terasa.. kita benar-benar horni. Mbak Lasmi menoleh ke arahku sambil mengedipkan matanya.. memberi isyarat.
Dia lalu menepuk mas Slamet dan ijin untuk naik duluan.

Dengan tubuh telanjang.. mbak Lasmi naik sambil membawa sarung tanpa memakainya.. dia berjalan ke arah tikar tempat kita duduk tadi.
Aku tidak konsentrasi.. pengen menyusul mbak Lasmi.. tapi masih ragu.

Dalam keraguan itu kulihat mbak Lasmi menyuruhku naik dengan isyarat tangan sambil memegang teteknya.
Tanpa kompromi.. aku tepuk punggung mas Slamet dengan hati-hati. Mas Slamet hanya mengangguk menyetujui.

Aku langsung naik menyusul mbak Lasmi dengan telanjang. Terlihat mbak Lasmi masih telanjang.
Kita geser tikar sedikit ke belakang batu supaya tidak terlihat oleh mas Slamet.

Aku yang sudah tidak tahan langsung memeluk tubuh montok mbak Lasmi dengan penuh nafsu.
Mbak Lasmi membalasnya. Menyadari situasi yang mendesak.. mbak Lasmi lekas merebahkan badannya.

Dalam posisi mengangkang memperlihatkan memeknya.. dia siap kueksekusi.
Tanpa perlu diminta.. aku langsung menubruknya. Kutindih tubuh mulusnya. Terasa hangat badan mbak Lasmi di suasana yang dingin itu.

“Mbak.. aku pingin. Mbak tidak takut..?” Bisikku.

“Aku takut kalau ada ular..” jawab mbak Lasmi.

“Kalau ular ini gimana.. mbak..?” Kataku sambil mengarahkan kontolku ke belahan memeknya.

“Riz.. ohhh.. aku rindu dengan ularmu. Cepat masukkan ke sarangku..” perintah mbak Lasmi.

Jleghh..! Tanpa kompromi.. dengan tekanan yang kuat.. kumasukkan kontolku ke lubang memeknya. Terasa mudah karena memang sudah sangat basah.

“Aduh.. Riz.. jangan kasar-kasar. Memekku bisa rusak..” bisik mbak Lasmi gemetar.

“Salah sendiri.. aku nggak pernah dikasih..” jawabku sambil kugenjot memeknya tanpa ampun.

Mbak Lasmi menikmatinya sambil ikut menggoyang pinggulnya.
Kita nikmati persetubuhan terlarang ini tanpa peduli orang atau mas Slamet melihat.. yang penting kami berdua bisa puas.
Terdengar nafas kami yang berpacu dengan nafsu.

Tak berapa lama.. terlihat mbak Lasmi mulai mengejang dan akupun sudah hampir sampai.

“Mbak.. aku mau keluar..” bisikku.

“Aku juga.. Riz. Kita barengan.. siram memekku..!” Teriaknya tertahan.

Kugenjot pinggulku tanpa aturan.. hingga akhirnya diiringin teriakan yang tertahan.. aku dan mbak Lasmi keluar secara bersamaan dengan posisi kontolku terbenam sempurna di dalam memeknya.
Aku tahan terus sambil merasakan sisa- sisa kenikmatan yang masih menjalar.

Setelah beberapa saat.. baru kita mengatur nafas. Menyadari situasi.. kita langsung melihat mas Slamet.
Terlihat mas Slamet masih khusuk dengan kungkumnya. Kulihat jam yang ada di atas tas.. menunjukkan pukul setengah sebelas.
Aku dan mbak Lasmi kemudian duduk.. masih dalam kondisi tubuh telanjang.

Bayangkan saja.. duduk di alam terbuka dengan badan polos tanpa ada yang melekat di tubuh kami masing-masing.. di mana suami mbak Lasmi berada sekitar beberapa meter di depan.. benar-benar memberi sensasi tersendiri.

“Riz.. kamu kok kaya orang kesetanan pas ngentot aku..?” Tanya mbak Lasmi sambil mempermainkan burungku.

“Maaf.. mbak.. sudah dua minggu ngempet..” jawabku.. kubalas dengan meremas-remas bulatan payudaranya.

”Mosok main langsung sodok aja tanpa permisi.. jadi sakit nih memekku disodok kontolmu yang besar ini..” kata mbak Lasmi.

“Mbak tidak takut ketahuan mas Slamet..?” Kataku agak was-was.

“Ya takut sih.. tapi nggak masalah.. mas Slamet kalau sudah kungkum tidak peduli siapapun.. paling-paling tengah malam baru selesai..” jawab mbak Lasmi.

“Mbak.. katanya memeknya sakit.. mungkin lecet.. coba kulihat..” kataku penuh nafsu.

“Nggak usah.. Riz.. kan gelap. Apa kelihatan..?” Kata mbak Lasmi sambil mengangkang.. sehingga memeknya terhidang di depanku.

“Coba.. mbak.. tak lihat..” kataku sambil mendekatkan mukaku ke memeknya.

Tanganku meraba memeknya dan membukanya sedikit.. tapi bukannya mataku yang kudekatkan.. malah mulutku langsung menciumi memeknya dan lidahku langsung menari di itilnya.

Mbak Lasmi hanya menahan rintihan sambil berkata.. ”Enak.. Riz.. mbak jadi pingin lagi..”

“Katanya perih.. kok minta lagi..? Kan sudah dua kontol yang masuk sejak tadi sore..!” Kataku.

“Tapi aku pengin kontolmu yang besar ini.. Riz..” kata mbak Lasmi sambil mencari kontolku.

Tanpa permisi.. dia langsung membalik tubuhku dengan posisi 69.
Kontolku langsung dimasukan ke mulutnya.. tanpa jijik mbak Lasmi mengulum dan menjilatnya.
Aku lebih semangat lagi menyedot dan mempermainkan memeknya. Beberapa saat kita dalam posisi 69.

“Riz.. kita masih punya waktu.. cumbui aku dulu..” kata mbak Lasmi sambil telentang.

Melihat tubuh yang montok dan bahenol itu.. aku hanya bisa mengangguk.
Langsung aku lumat bibir mbak Lasmi tanpa ampun. Mbak Lasmi mengimbanginya dengan menyedot mulutku kuat-kuat.

“Riz.. kamu tidak kangen tetek mbak..?” Kata mbak Lasmi sambil memamerkan teteknya yang super montok itu.
Meskipun hanya diterangi sinar bulan.. tapi terlihat lebih menggairahkan. Tanpa diminta duakali.. segera aku remas benda favoritku itu.

Karena memang besar.. sehingga perlu dua tangan untuk memainkannya secara bergantian.
Aku yang sudah tidak tahan.. langsung melumat putingnya dengan mulutku dan menyedotnya dengan sekuat tenaga.

Tidak bosan-bosan aku memainkan tetek itu. Mbak Lasmi terlihat menikmatinya.. perlahan nafasnya mulai berpacu dan menjadi berat.
Menyadari itu.. segera aku sudahi permainan tetek. Aku mau langsung entot tubuh molek mbak Lasmi.

Tapi mbak Lasmi malah berdiri sambil melihat situasi.
“Riz.. entot mbak dari belakang..” perintahnya. “Ok.. mbak..” jawabku sambil mengikuti berdiri.

Mbak lami langsung membungkukkan badannya sambil menahan tangannya di batu.. terlihat teteknya menggantung dengan indahnya dan memeknya terlihat jelas dari belakang karena kakinya dikangkangkan lebar.

Aku berdiri di belakang mbak Lasmi.. karena posisiku berdiri maka aku dapat melihat dengan jelas mas Slamet yang masih asyik kungkum.
Aku tak peduli itu.. malah aku merasa lebih aman karena bisa ngentoti istrinya dengan lebih bebas.

“Riz.. cepat entot mbak..!” Kata mbak Lasmi sambil mencari kontolku.

Diarahkannya kontolku ke lubang memeknya yang tembem. Jlebb..!
Dengan sekali sodokan.. kontolku sudah amblas menerobos memeknya.

Clebb.. slebb.. crepp.. slebb.. clepp.. slepp.. crekk.. Kupompa memek mbak Lasmi sambil sesekali meremas teteknya yang menggantung kaya melon.
Mbak Lasmi hanya menahan teriakannya.. takut didengar oleh mas Slamet. Aku waspada melihat mas Slamet.

Aku sempat berpikir.. kalau mas Slamet sampai tau perbuatan kami.. akan aku suruh pegangin tetek istrinya biar aku ngentotnya lebih enjoy.
Aku tarik tubuh mbak Lasmi agak berdiri.. sehingga dapat melihat suaminya yang sedang kungkum.
Ada sensasi tersendiri kita ngentot di belakang suaminya.. di alam terbuka lagi.

Mbak Lasmi kelihatan tambah gairah.
Karena posisiku kurang nyaman untuk menuntaskannya.. maka mbak Lasmi langsung mendorongku untuk rebahan.

Tanpa ampun dimasukkannya kontolku ke memeknya.. dan langsung digoyang.. sehingga teteknya bergerak ke kanan dan ke kiri tanpa aturan.
Melihat itu.. aku langsung meremasnya. Mbak Lasmi tampak akan keluar.. akupun sama.

Akhirnya terasa kejang di memeknya dan ada cairan yang banyak mengguyur kontolku yang sudah di ujung orgasme.
Hanya selisih beberapa detik.. aku semprotkan spermaku di rahimnya. Mbak Lasmi langsung ambruk di tubuhku dengan kontolku tetap menancap di memeknya.

Kita mengatur nafas.. kemudian bangkit dan terus duduk berdampingan lagi.

“Riz.. mbak puas banget malam ini..” kata mbak Lasmi.

“Iya.. mbak.. aku juga sama. Kok tadi tambah nafsu begitu lihat mas Slamet..?” tanyaku.

“Entahlah.. Riz. Seperti ada perasaan aneh ketika kita ngentot di depan mas Slamet..” kata mbak Lasmi.

“Kan mbak tadi udah sama mas Slamet..” kataku.

“Mbak pingin dientot dua orang.. Riz. Kelihatannya enak banget ya..?” Kata mbak Lasmi.

“Apa mbak kuat nerima kontolku dan kontol mas Slamet..?” Tanyaku.

“Siapa takut. Tunggu waktunya.. Riz..” jawab mbak Lasmi penuh teka-teki.

Kita ngobrol sebentar.. terus mbak Lasmi berjalan ke kolam untuk menyusul suaminya.. aku disuruh nanti supaya mas Slamet tidak curiga.
Dengan langkah gontai.. mbak Lasmi berjalan menyusul suaminya dengan menggunakan sarung.. dan masuk ke air untuk membasuh memeknya yang habis kuhajar.

Mereka berendam sebentar.. kelihatan mas Slamet sudah mau selesai. Dia melihat kanan kiri mencariku.. kemudian memanggilku saat sudah melihatku.
Aku yang pura-pura tidur langsung ikut masuk kolam dengan lemas.. pura-pura kelihatan baru bangun.

Prosesi kungkum sudah selesai.. terakhir kita mandi di pancuran dengan telanjang.
Mas Slamet menutup kontolnya dengan tangan.. aku mengikutinya.
Terlihat mbak Lasmi mau pakai sarung.. tapi oleh mas Slamet dilarang.. disuruh menutupi memek dan teteknya dengan tangan.

Kebetulan pancuran ada tiga.. aku paling kiri membelakangi mereka.. mas Slamet di tengah menghadap mbak Lasmi.. sedangkan mbak Lasmi di kanan membelakangi kami berdua.
Aku tidak berani meliriknya. Setelah bersih.. kita naik. Aku mendahului untuk ganti baju.

Terlihat mas Slamet horny memeluk istrinya. Aku hanya bisa melihat dari jauh.. tapi hanya sebatas itu.
Kemudian mereka naik ke atas untuk berganti baju. Kita duduk sebentar.. mbak Lasmi menuangkan kopi yang dibawa dari rumah dengan termos.

Kita minum sambil ngobrol. “Riz.. kamu kalau pingin berhasil permintaanmu harus kuat.. jangan tidur saja..” kata mas Slamet.

“Iya.. mas. Besok aku tahan lebih lama..” kataku sambil melirik mbak Lasmi yang sudah berpakaian lengkap.

“Mosok diajak tirakat malah tidur..?” Sambung mbak Lasmi untuk menutupi perbuatan kami. Aku hanya tertawa menanggapi.

“Gimana.. mas.. sudah siap untuk keluar kota..?” Tanya mbak Lasmi pada mas Slamet.

“Sudah.. mas kalau habis dari sini jadi mantap. Mama sendiri gimana.. sudah siap hamil..?” Canda mas Slamet.

“Ya tergantung semprotannya papa.. pas apa tidak..!?” Canda mbak Lasmi.

“Beres itu.. nanti sampai rumah tak semprot lagi.. biar ini segera isi..” kata mas Slamet sambil mengelus perut istrinya.

“Iihh.. malu.. Pa. Ada Fariz.. mosok tadi berangkat minta.. pulang minta lagi..?” Kata mbak Lasmi munafik.

“Namanya suami istri.. ya nggak apa-apa dong.. biar cepet jadi. Kan tadi sudah minta ke kyai.. kalau semprotannya papa kurang pas.. nanti biar dibantu Fariz.. haha..” canda mas Slamet.

Aku dan mbak Lasmi langsung kaget. Wajahku langsung terlihat pucat.. tapi karena gelap jadi tidak terlihat jelas.

“Gimana.. Riz.. mau nyemprot mbakmu tidak..?” Tanya mas Slamet kepadaku.

“Papa..! Mosok istrinya ditawarkan..!? Kasihan itu Fariz jadi bingung..” elak mbak Lasmi. Aku hanya tersenyum kecut.

Dalam hati aku berkata.. sudah berulangkali memek istrimu kusemprot.. mas..!

Kita langsung beres-beres mau pulang.. tapi mas Slamet merasa ada sesaji yang tertinggal di makam. Dia pergi untuk mengambilnya.

“Apa tidak rusak tuh memek dipakai terus..?” Candaku kepada mbak Lasmi waktu mas Slamet pergi.

“Ini kan bukan buatan Jepang.. setelah mandi juga jadi bagus lagi..” kata mbak Lasmi.

“Mbak tidak capek.. digarap terus semalaman..?” Tanyaku.

“Untuk itu tidak ada capeknya.. Riz. Kan mas Slamet baru sekali.. biar dia tidak curiga..” jawabnya.

"Apa nanti tidak longgar.. kan habis disodok kontol yang lebih besar..?” Tanyaku.

"Kan sudah direndam.. jadinya normal lagi. Bisa jepit kuat.. mau coba..?” Canda mbak Lasmi.

Terlihat mas Slamet sudah kembali berjalan ke arah kami.

“Mbak.. terimakasih hadiahnya.. ngentot outdor penuh sensasi..” kataku.

“Riz.. kamu pengin hadiah yang lain..? Tunggu saja nanti. Malam ini aku milik mas Slamet.. tapi besok.. dua malam memekku milikmu sepenuhnya karena mas slamet sudah mulai keluar kota..” kata mbak Lasmi.

“Iya.. mbak.. gigolomu ini siap untuk tante girangku..” candaku.

“Besok malam kutunggu semprotanmu biar mengisi rahimku.. Riz..” pesan mbak Lasmi. Mas Slamet datang.. kita langsung pulang.

Aku duluan sampai rumah.. baru setelah aku masuk kamar.. kulihat mereka datang.. kuintip dari jendela kamarku.
Terlihat mas Slamet memasukkan motornya. Tidak sadar atau memang sengaja.. mbak Lasmi membuka jendelanya.. sehingga dari kamarku dapat terlihat jelas apa yang dilakukan orang yang di dalam.

Terlihat mbak Lasmi membuka bajunya hingga telanjang bulat.. tau-tahu mas Slamet masuk juga sudah dalam posisi telanjang.
Langsung ia melumat bibir mbak Lasmi dan menggerayangi tetek mbak Lasmi yang besar sambil berdiri.

Aku sudah akan onani sambil menonton saat kemudian mereka tidak terlihat.. mungkin mbak Lasmi sudah terbaring ngangkang dientot oleh mas Slamet.

Dalam kegundahanku.. aku bicara sendiri. ”Itu memek kok nggak ada matinya..!? Tunggu.. mbak.. besok gantian kupakai..”
Aku pun merebahkan diri dan tidur sampai siang.

Esoknya mas Slamet sudah mulai menyopir truk lagi ke Surabaya.. berarti perlu dua malam.
Senangnya.. jadi ada memek nganggur dua malam ke depan siap kusemprot..
--------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Cerita 35 – Tetangga yang Baik

Part 4 – Salah Rayuan Berakibat Fatal


Aku bangun dari tidur setelah ritual yang melelahkan karena kenikmatan. Aku makan siang.. terus buka diktat kuliahku kalau-kalau ada tugas.
Aku ingat bahwa ada tugas yang belum aku kerjakan. Dengan terpaksa aku berangkat ke kost temanku untuk kerjakan tugas yang terlupakan.

Setelah sampai kost.. ternyata teman-temanku sudah ngumpul.. sudah mengerjakan tugas yang cukup menyita waktu itu.
Aku langsung nimbrung ngerjakan tugas dengan semangat.. jangan sampai aku tidak berhasil gara-gara memek mbak Lasmi.

Aku lupakan dulu semua.. toh mbak Lasmi pun mungkin akan menerima alasanku tidak nyodok memeknya.
Sampai tengah malam.. aku baru selesai. Akhirnya aku tertidur kelelahan di rumah temenku sampai pagi.

Tanpa pulang dulu.. aku langsung kuliah dengan pakaian seadanya. Maklum mahasiswa teknik.. isinya cowok semua.. kuliah tidak ganti baju tidak masalah.
Tugas berhasil aku kumpulkan meskipun masih ada sedikit kesalahan.. tapi dosen memakluminya. Ia menghargai mahasiswa yang masih mau berusaha.

Sampai sore.. aku sibuk di kampus. Jam tiga baru aku pulang ke rumahku. Dalam perjalanan pulang sudah mulai terbayang lagi kemontokan tubuh mbak Lasmi.
Dalam hati aku berucap.. Mbak.. akan kuganti ketidakhadiranku. Akan kuentot mbak sampai pagi..

Sampai rumah.. “Pergi kok sehari semalam to.. Riz.. ke mana kamu..?” Tanya ibuku begitu ngelihat 'bayanganku'.
“Anu.. bu.. semalam ngerjakan tugas di kost teman.. trus langsung kuliah..” jawabku lemes.

“Oalah.. masak anak ibu kuliah tidak ganti baju.. tugasnya beres tidak..?” Kata ibu.
“Beres dong.. lha ibu mau ke mana..?” Tanyaku melihat kedua orangtuaku siap dengan tas besar.

“Ini.. Riz.. aku dan bapak mau ke Semarang sama om Joko.. ada acara mantenan besok pagi.
Malam ini acara midodareni.. jadi aku sama bapak nginep di sana..” jelas ibuku.

“Lha kok gantian yang pergi..? Aku jadi sendirian lagi..” kataku sambil ngeloyor ke kamarku.

Tak berapa lama.. mobil om Joko datang. Aku keluar untuk bantu angkat-angkat barang bawaan orangtuaku.

“Kamu nggak ikut.. Riz..?” Tanya om Joko.
“Tidak.. om. Besok masuk..” jawabku singkat. Dalam hati: Aku malam ini mau merengkuh kenikmatan.. om..

“Walah.. paling kamu kencan sama pacarmu.. ya..?” Canda om Joko.
“Ti-tidak.. om. Belum ada yang mau..” jawabku agak gelagapan.

"Hati-hati di rumah ya.. Riz. Jangan kamu tinggalkan rumah lagi..” pesan ibu.
"Iya.. bu. Salam untuk keluarga di sana..” jawabku.

Akhirnya mereka berangkat.. aku lambaikan tanganku mengantar mereka pergi.. dalam hati aku berdoa semoga lancar perjalanan mereka.
Aku lihat rumah mbak Lasmi kosong.. mungkin lagi pergi.

Sebenarnya aku pengin ke sana.. tapi akhirnya aku langsung tidur di kamarku.
Sampai sore aku tertidur.. terasa lapar saat aku bangun. Aku langsung makan dan mandi.
Sore itu kuisi dengan mengobrol dengan tetangga di luar rumah sambil melihat keadaan rumah mbak Lasmi.

Habis Maghrib hujan malah turun.. kelihatan jalan sudah sepi. Aku merasa sepi di rumah.. sementara kulihat rumah mbak Lasmi masih saja gelap pertanda tidak ada kehidupan di sana.. mungkin mbak Lasmi memang pergi atau malah marah karena semalam aku tidak main ke rumahnya. Mungkin dia ingin balas dendam kepadaku.

Dalam kesendirian.. terlihat sepeda motor mbak Lasmi datang.. tapi dia cuek saja.. tidak sedikitpun melihat ke rumahku.

Aku tidak sabar ingin langsung ke rumah mbak Lasmi.. tapi sebelumnya tak lupa beres-beres rumah supaya kelihatan aku pergi jauh.

Motor kusembunyikan di belakang supaya kalau ada yang datang mengira aku pergi keluar.
Aku pingin memberi kejutan kepada mbak Lasmi. Kulihat rumah mbak Lasmi lampunya sudah menyala.

Karena situasi saat itu yang sepi.. akupun masuk ke rumahnya lewat pintu samping seperti biasa dan mendengar ada yang sedang mandi.
Kulihat pintu kamar mandi terbuka sedikit.

Saat akan mengintipnya.. kurasa ada yang memergokiku dan langsung menguncinya dari dalam.
Aku jadi ragu.. apakah mbak Lasmi benar-benar marah..?

Setelah pintu samping kututup.. kupanggil mbak Lasmi yang ada di kamar mandi.
"Mbak.. lagi mandi yah..?” Tanyaku basa-basi. Tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi.

Akupun melanjutkan. "Kamu marah yah. mbak..? Maaf yah.. aku gak kasih tau kalo aku mau nginep di kost temanku.
Malam ini aku mau buat mbak puas. Aku akan cium mbak.. bikin mbak puas hari ini.
Aku akan jilati tubuh mbak mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki..” rayuku.

Masih tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi. Aku mendekati pintu kamar mandi sambil berkata..
"Mbak. Aku akan bikin kamu puas beberapakali hari ini sebelum kau rasakan kontolku.

Aku akan cium memekmu sampai kau menggelinjang puas dan memohon agar aku memasukkan kontolku.
Mbak ingat waktu memekmu kusodok di belakang mas slamet..?"

Terdengar suara batuk kecil dari dalam kamar mandi.. sudah tidak terdengar guyuran air lagi.. tinggal gemerisik orang yang menggunakan handuk.

"Mbak.. maafkan aku. Aku rela mencium kakimu untuk memohon maaf. Mbak nggak usah pakai baju saja.. toh nanti akan kuciumi semua.
Tidak hanya kakimu.. pokoknya semua.. sampai itilmu. Aku kunci pintu depan dulu dan matikan lampunya ya.. mbak..”

Aku lantas berbalik untuk mengunci pintu dan mematikan lampu depan.. sekarang tinggal lampu ruang tengah yang menyala.
Kupikir dengan begini.. aku bisa ngentot mbak Lasmi dengan tenang.

Ketika kumatikan lampu depan.. kudengar pintu kamar mandi terbuka. Akupun tersenyum dan bersorak dalam hati.
Aku langsung balik ke ruang tengah.. pengin langsung memeluk mbak Lasmi.

Tapi ternyata.. yang ada dalam kamar bukanlah mbak Lasmi.. tapi mbak Tari.. adiknya..! Bussettt..!!

Jelas saja aku kaget dan seketika 'mematung'.. Memang sih.. mbak Tari mirip sekali dengan mbak Lasmi.. tapi dia agak sedikit hitam.
Namun untuk masalah bodi.. tidak kalah sama mbak Lasmi.. malah menurutku lebih bahenol mbak Tari.
Aku memang sering memperhatikan bodinya ketika ia berkunjung ke sini.

Mbak Tari umurnya lebih muda dua tahun daripada mbak Lasmi.. suaminya seorang PNS di Yogja.
Mereka juga belum dikaruniai anak.. entah apa sebabnya.. aku tidak tau.

Terlihat mbak Tari yang baru saja selesai mandi keluar dengan menggunakan daster bertali merah milik mbak Lasmi.. yang sangat ketat membalut tubuh sintalnya.
Ia berdiri memandangiku penuh pertanyaan. Ia memang sudah mengenalku.

Aku juga memandanginya; mulai dari kakinya yang mulus terawat.. betisnya yang indah.. pahanya yang kencang..
Bokong dan pinggulnya yang besar.. pinggangnya yang ramping.. hingga ke belahan buah dadanya yang terlihat sangat menantang sekali untuk diremas dan dielus.
Ukurannya jelas sedikit lebih besar dari punya mbak Lasmi.

Untungnya.. atau celakanya, ya..? Mbak Tari hanya tersenyum sambil berkata.. ”Cari siapa.. Riz..? Kok langsung nyelonong masuk..?”

“Anu.. mbak.. aku cuma pingin nyambangi rumah ini. Kan mbak tau aku sudah seperti keluarga sendiri..” kataku berkelit.

“Mbak Lasmi ke mana.. mbak.. kok nggak kelihatan..?” Tanyaku masih syok.. sambil duduk di sofa.

Mbak Tari pun ikut duduk. "Mbak Lasmi sedang ke Yogya.. menginap di acara di keluarga mas Slamet.
Tadi aku ketemu di Solo.. mbak Lasmi ke Yogja dan motornya aku pakai. Karena besok masih ada acara.. maka aku menginap di sini..” terang mbak Tari sambil menyilangkan kakinya.. sehingga hampir semua pahanya kelihatan.

Jrengg..! Tidak aku sia-siakan pemandangan itu..
Langsung aku memelototinya.. otomatis kontolku yang tadi sempat tertidur akibat syok sebentar.. langsung berdiri tegak.

“Kalau mbak sudah di sini.. aku sebaiknya pulang saja. Mau jaga rumah.. kebetulan rumahku juga kosong..” kataku kaya maling ketahuan.

“Tunggu.. Riz.. ada yang perlu aku omongkan..” kata mbak Tari mencegah kepergianku.

“A-ada apa.. mbak..?” Tanyaku penuh cemas.. jangan-jangan mbak Tari akan marah atas rayuanku yang salah sasaran tadi.

"Kamu harus jawab jujur..! Tadi mbak sudah dengar rayuanmu.. Maaf.. mbak memang sengaja mendengarkan rayuanmu ataupun pengakuanmu.. Jadi selama ini kamu suka ngentot ya sama mbak Lasmi..? Padahal aku percaya kamu tidak akan begitu sama kakakku..” kata mbak Tari dengan tenang.

“K-kuakui.. mbak.. aku memang pernah ngentot sama mbak Lasmi. Tapi mungkin baru sebulan ini.. semenjak mas Slamet ditahan kemarin.. karena kita sama-sama mau dan keadaan memungkinkan..” jelasku sambil menunduk.

“Kamu cinta mbak Lasmi..?” Tanya mbak Tari.

“Tidak.. mbak. Hubungan kita cuma atas nama nafsu.. saya tidak akan mengganggu rumah tangga mas Slamet.. itu prinsip kami..” jawabku sedikit lebih berani.

“Kamu pernah ngentot yang lain selain mbak Lasmi..?” Tanya mbak Tari lebih lanjut.

“Tidak.. mbak. Baru sama mbak Lasmi.. dan itupun aku banyak diajari untuk menjadi lelaki sejati olehnya..” jelasku panjang lebar.

Kami diam beberapa saat dengan pikiran masing-masing. Akhirnya aku beranikan ngomong untuk mencairkan suasana.

"Maaf.. mbak. Aku nggak tau kalo yang di dalam itu mbak Tari..” kataku sambil kuberanikan diri memandangnya meskipun aku masih takut.
Tapi di lain sisi aku juga terangsang melihat tubuhnya.

Mbak Tari menyadari kalau aku sedang memandanginya.. tapi ia membiarkannya saja. Rambutnya yang hitam sepundak tampak tergerai basah. Dada yang menantang dengan belahan yang terlihat cukup dalam. Paha yang mulus dan kencang hingga betis yang terawat rapi.
Kalau menurutku.. mbak Tari boleh mendapat nilai 8 hingga 8,5 dari 10.

"Lalu kalo bukan mbak Lasmi kenapa..? Kamu nggak mau mencium mbak.. buat mbak puas.. menjilati tubuh mbak seperti yang kamu bilang tadi..?” Tanya mbak Tari seolah memancingku.

"A-aku sih mau aja.. mbak.. kalo mbak kasih..!” Jawabku langsung tanpa berpikir.. seperti kejatuhan duren lagi sambil melangkah mendekatinya.
Sebab sebagai laki-laki normal.. aku sudah tidak kuat menahan nafsuku melihat sesosok wanita cantik yang hampir pasti telanjang karena baru selesai mandi.
Belum lagi pemandangan dada putih mulusnya yang sangat menggoda.

Setelah duduk di sebelahnya.. aku mencium wangi harum tubuhnya.
"Tubuh Mbak harum sekali..” kataku sambil mencium lehernya yang putih dan jenjang.

Mbak Tari menggeliat dan mendesah ketika lehernya kucium.. mulutku pun naik dan mencium bibirnya yang mungil dan merah merekah.
Mbak Tari pun membalas ciumanku dengan hangatnya.

Perlahan kumasukkan lidahku ke dalam rongga mulutnya dan lidah kami pun saling bersentuhan.. hal itu membuat mbak Tari semakin hangat.

Dengan perlahan pula tangan kiriku menyelusup ke dalam dasternya.. ternyata mbak Tari tidak memakai bra.. persis seperti dugaanku.
Kuraba payudaranya yang hangat dan kenyal.. terasa lebih besar dari punya mbak Lasmi.

Sambil terus berciuman.. kuusap dan kupijat lembut kedua payudaranya bergantian.
Payudaranya pun makin mengeras dan putingnya pun mulai naik. Sesekali kumainkan putingnya dengan tanganku sambil terus melumat bibirnya.

Tidak puas dengan itu.. aku angkat dasternya dan mbak Tari membantuku.. sehingga dengan mudah kain itu melewati kepalanya.
Aku lantas mengubah posisiku.. kurebahkan tubuh mbak Tari di sofa sambil terus melumat bibirnya dan meraba payudaranya..

Aku berhenti mencium lehernya sebentar untuk melihat tubuh wanita yang akan kutiduri sebentar lagi ini.. karena aku belum pernah melihat tubuh mbak Tari tanpa seutas benang sedikitpun.
Ughh.. Sungguh pemandangan yang indah dan tanpa cela.

Payudaranya yang montok dan tegak menantang berukuran lebih mantap dari milik mbak Lasmi.. dengan puting yang sudah naik penuh.. terlihat sangat menggairahkan. Pinggangnya juga langsing karena perutnya yang kecil.

Bulu halus yang tumbuh di sekitar selangkangannya tampak rapi.. mungkin mbak Tari baru saja mencukur rambut kemaluannya.
Glekk..! Sungguh pemandangan yang sangat indah dan menggiurkan.

"Hh.. gimana.. Riz.. kamu mau ngentot denganku..?” Desah mbak Tari vulgar.. membuyarkan lamunanku.

Nggak pake menjawab lagi.. aku langsung melanjutkan kegiatanku yang tadi sempat terhenti karena mengagumi keindahan tubuhnya.
Kembali kulumat bibir mbak Tari sambil tanganku mengelus payudaranya dan perlahan-lahan turun ke perutnya.

Ciumanku pun turun ke lehernya. Desahan mbak Tari pun makin terdengar.
Perlahan mulutku pun turun ke payudaranya dan menciuminya dengan leluasa.
Payudaranya yang kenyal pun mengeras ketika aku mencium sekeliling putingnya.

Tanganku yang sedang mengelus perutnya pun turun ke pahanya.
Sengaja aku membelai sekeliling memeknya dahulu untuk memancing reaksi mbak Tari.

Ketika tanganku mengelus paha bagian dalamnya.. kaki mbak Tari pun merapat.
Terus kuelus paha mbak Tari hingga akhirnya perlahan tanganku pun ditarik olehnya dan diarahkan ke belahan memeknya.

"Elus dong.. Riz. Biar mbak ngerasa enak.. Riz..” ucapnya sambil mendesah.

Bibir memek mbak Tari sudah basah ketika kusentuh. Kugesekkan jariku sepanjang bibir kemaluannya.. dan iapun mendesah.
Tangannya meremas kepalaku yang masih berada di atas gundukan payudaranya.

"Ahh.. terus.. Riz..!” Pinggulnya makin bergoyang hebat sejalan dengan rabaan tanganku yang makin cepat.

Jari-jariku kumasukkan ke dalam lubang memeknya yang semakin terasa basah.
"Ohh.. Riz.. enak sekali.. Riz..!!” Desah mbak Tari makin hebat dan goyangan pinggulnya juga menjadi semakin cepat.

Jariku pun semakin leluasa menjarah dan bermain dalam lorong sempit memek mbak Tari.
Kucoba memasukkan kedua jariku hingga desahan serta goyangan mbak Tari makin hebat.. membuatku semakin terangsang.

"Ahh.. Riz..!!” Mbak Tari merapatkan kedua kakinya.. sehingga tanganku terjepit di dalam lipatan pahanya..
Tapi jariku masih terus mengobok-obok memeknya yang sempit dan basah dengan leluasa.

Remasan tangan mbak Tari di kepalaku semakin kencang.. mbak Tari seperti sedang menikmati puncak kenikmatannya.
Setelah berlangsung cukup lama.. mbak Tari pun melenguh panjang.. jepitan tangan dan kakinya pun perlahan mengendur.

Kesempatan ini langsung kupergunakan secepat mungkin untuk melepas kaos dan sarungku.
Setelah aku tinggal mengunakan CD saja.. kuubah posisi baring mbak Tari.

Semula seluruh badan mbak Tari ada di atas sofa.. sekarang kubuat hanya pinggul ke atas saja yang ada di atas sofa..
sedangkan kakinya menjuntai ke bawah.

Dengan posisi ini.. aku bisa melihat memek mbak Tari yang merah merekah. Kuusap sesekali benda itu.. masih terasa basah.
Akupun mulai menciuminya. Terasa lengket tapi harum sekali. Pasti mbak Tari selalu menjaga bagian kewanitaannya ini dengan teratur sekali.

"Ahh.. Riz.. enak.. Riz..!!” Racau mbak Tari makin bergairah.
Pinggulnya bergoyang seiring jilatan lidahku di sepanjang memeknya. Memek merahnya semakin basah oleh lendir cinta yang harum lengket.

Desahan mbak Tari pun makin hebat ketika kumasukkan lidahku ke dalam lubang memeknya.

Ia menggelinjang hebat. "Terus.. Riz..!!” desahnya.

Tanganku yang sedang meremas pantatnya yang padat ditariknya ke payudara. Tanganku pun bergerak meremas-remas payudaranya yang kenyal.
Sementara lidahku terus menerus menjilati memeknya. Kakinya menjepit kepalaku dan pinggulnya bergerak tidak beraturan.

Sepuluh menit hal ini berlangsung dan mbak Tari pun mengalami orgasme yang kedua.
"Ahh.. Riz.. aku keluar.. Riz..!!!” Jeritnya melepas derita nikmatnya.
Srrr.. srrr.. srrr.. srrr.. Aku pun merasakan cairan hangat keluar dari lubang memeknya.

Langsung cairan itu kujilat dan kuhabiskan lalu kusimpan dalam mulutku..
Setelah itu secepatnya kucium bibir mbak Tari yang sedang terbuka agar dia merasakan cairannya sendiri.

Lama kami berciuman.. dan perlahan posisi penisku sudah berada tepat di depan memeknya.
Sambil terus menciumnya.. kugesekkan ujung penisku yang mencuat keluar dari celana dalamku ke bibir memeknya.

Tangan mbak Tari yang semula berada di samping.. kini bergerak ke arah penisku dan menariknya. Tangannya mengocok penisku perlahan-lahan.

"Nghh.. besar juga punya kamu.. Riz.. panjang lagi. Lebih besar dari milik suamiku dan mas Slamet..” ucap mbak Tari di sela-sela ciuman kami.

Jgerrr..! Aku kaget.. kok mbak Tari bisa ngomong lebih besar dari milik mas Slamet..? Berarti dia pernah merasakannya.

"Kok kontol mas Slamet..? Jangan-jangan mbak pernah ngentot sama mas Slamet ya..?” Tanyaku to the point.

"Iya.. Riz. Tapi itu tidak sengaja. Udah.. ayo cepat Riz.. mau nggak sama memek mbak..?” Desaknya seolah tersadar telah terlepas omong.

”Meskipun sudah dipakai dua orang.. tapi kurasa akan nikmat untuk kontolmu yang besar ini..” kata mbak Tari lagi.

"Nanti aku ceritakan bagaimana kau bisa ngentot sama mas Slamet.. sekarang cepet sodok memekku.. Riz..” tambahnya.

Aku sudah tanggung pingin ngentot.. meskipun dapat dua memek yang semuanya pernah dipakai oleh mas Slamet.. tapi kurasa akan tetap sempit sebab milikku lebih besar.

Sambil masih berciuman.. aku melepaskan celana dalamku.. sehingga tangan mbak Tari bisa leluasa mengocok kontolku.

Setelah lima menit.. akupun menepis tangan mbak Tari dan mulai menggesekkan kontolku ke bibir memeknya.
Jelas posisi ini lebih enak dibandingkan dikocok doank.

Sleppp.. Perlahan aku mulai mengarahkan penisku ke dalam memeknya. Clebb.. Ketika penisku mulai masuk.. badan mbak Tari pun sedikit terangkat.
Terasa basah sekali sekaligus nikmat. Lubang memeknya lebih sempit dibandingkan punya mbak Lasmi.. atau mungkin karena lubang memeknya belum terbiasa dengan kontolku..?

"Ahh.. Fariz. Ya.. begitu.. sayang..! Uhh.. enak sekali..!” Racaunya ketika kontolku mulai kugerakkan maju-mundur.
Pinggul mbak Tari bergoyang liar mengimbangi gerakanku. Akupun terus menciumi bagian belakang lehernya.

"Ahh..” desahnya semakin menjadi. Akupun semakin bernafsu untuk terus memompanya.

Semakin cepat gerakanku.. semakin cepat pula goyangan pinggul mbak Tari. Kaki mbak Tari yang menjuntai ke bawah pun bergerak melingkari pinggangku.
Akupun mengubah posisiku.. sehingga seluruh badan kami ada di atas sofa.

Setelah seluruh badan ada di atas sofa.. akupun menjatuhkan dadaku di atas payudara besar dan kenyalnya.
Tanganku bergerak ke belakang pinggulnya dan meremas pantatnya yang padat.

Goyangan mbak Tari pun semakin menjadi-jadi oleh remasan tanganku. Sedangkan pinggulku pun terus menerus bergerak maju-mundur dengan cepat yang diimbangi goyangan pinggul mbak Tari yang semakin lama menjadi semakin liar.

"Riz.. kamu hebat.. Riz. Terus.. Riz. Penis kamu besar dan panjang.. Riz. Terus. Goyang lebih cepat lagi.. Riz..” begitu racau mbak Tari di sela kenikmatannya.

Aku pun semakin cepat menggerakkan pinggulku. Memek mbak Tari memang lebih enak dari punya mbak Lasmi.. lebih sempit..
Sehingga penisku sangat menikmati berada di dalam kekapan lorong dan dinding-dinding memeknya.

Goyangan mbak Tari yang semakin liar.. juga desahannya yang tidak beraturan.. membuatku semakin bernafsu hingga mempercepat gerakanku.

"Mbak.. aku mau keluar.. Mbak..!” Kataku tersengal.

"D-di dalam aja.. Rizhh.. biar enakhh..” desah mbak Tari sambil tangannya memegang pantatku seolah dia tidak mau penisku keluar dari memeknya barang sedikitpun.

Cratt.. cratt.. crett.. crett.. crett..! "Ahh..!!” Desahku saat aku memuntahkan semua cairanku ke dalam lubang rahimnya.
Tangan mbak Tari menekan pantatku sambil pinggulnya mendorong ke atas.. seolah dia masih ingin melanjutkan lagi.. matanya terpejam.

Aku pun mencium bibir mbak Tari.. dengan posisi badan masih di atasnya dan penisku masih dalam jepitan liang memeknya.
Mata mbak Tari terbuka.. dia membalas ciuman bibirku cukup lama. Badannya basah oleh keringat.

"Kamu hebat.. Riz.. aku belum pernah sepuas ini sebelumnya..” kata mbak Tari memuji.

"Mbak juga hebat. Memek Mbak sempit.. legit dan harum lagi..” ucapku balas memujinya.

"Memang memek mbak Lasmi nggak..?” Senyumnya menggoda.. sambil menggoyangkan pinggulnya.

"Sedikit lebih sempit punya mbak dibanding punya mbak Lasmi..” jawabku sambil menggerakkan.. mengedut-ngedutkan penisku yang masih menancap di dalam liang memeknya. Sepertinya dia masih ingin melanjutkan lagi.. pikirku.

"Penis kamu masih keras.. Riz..?” Tanya mbak Tari sambil memutar pinggulnya membalas 'ulah' batang kontolku.

"Hssss.. Masih.. Mbak masih mau lagi..?” Tanyaku mendesis sambil menahan nikmat.

"Mau.. tapi Mbak di atas ya..?” Kata mbak Tari.

"Cabut dulu.. Riz..” Ia menyuruh.

Kuangkat pinggulku.. Plop..! Lepaslah kontolku yang tadi menyumbay liang nikmatnya itu
Setelah kucabut.. mulut mbak Tari langsung bergerak untuk menciumi penisku.

Ia mengulum penisku terlebih dahulu sambil memberikan memeknya kepadaku. Kembali terjadi pemanasan dengan posisi 69.

Desahan-desahan mbak Tari dan hangat lubang memeknya yang harum membuatku melupakan mbak Lasmi untuk sementara waktu.
Malam itu sampai pagi.. aku ngentot mbak Tari.

Mungkin sampai limakali aku orgasme di memek maupun mulutnya.. tapi mbak Tari lebih banyak lagi.
Kupikir mumpung mbak Lasmi tidak ada.. kucumbu saja adiknya dulu. Hehe.. Merdeka..!!
--------------------------------------------
 
Mohon Mangap.. to All Semproters.. :ampun:
Demi kenikmatan membaca kita bersama..
Nubi pindahin lagi Part ke-5 Cerita ke-35 ini..
Sekalian Nubi ngedit tampilannya..
Nggak jauh2 kog.
Cuma di bawah ini aja..

Harap Paklum..

Cekidot..
 
Terakhir diubah:
Cerita 35 – Tetangga yang Baik

Part 5 – Kebinalan Mbak Tari

Sebelum matahari terbit.. aku sudah kabur kembali ke rumahku meninggalkan mbak Tari yang masih tertidur kepayahan setelah kugarap semalam.
Sampai rumah kumatikan semua lampu dan langsung aku terkapar di kamarku.

Aku terbangun dari tidur nyenyakku.. kulihat sudah jam 9 pagi.. terasa perutku mulai keroncongan minta diisi.
Aku langsung bangun mau makan.. tapi kulihat di meja dan di kulkas tidak ada yang bisa dimakan.
Aku langsung mandi dan berencana cari makan di luar.

Setelah rumah kubereskan.. kukeluarkan motorku. Ketika sedang manasin motor.. tau-tahu mbak Tari mendatangiku..
Terlihat sangat cantik dengan make up di wajahnya.. tetapi masih menggunakan daster. Kelihatannya dia habis mandi dan berdandan.

“Mau ke mana.. Riz..?” Tanya mbak Tari.
“Ini.. mbak.. cari makan. Lapar banget.. tadi malam aku kerja keras..” candaku.

“Hahaha.. yang kerja keras kan yang ini..” kata mbak Tari sambil memegang celanaku tepat di posisi kemaluan.
“Weits..! Mbak.. jangan. Nanti ada yang tau.. repot..” kataku sambil menghindar.

“Maaf.. Riz.. ini memekku masih pingin..” kata mbak Tari agak berbisik.
“Kalau bawah sih siap sedia.. tapi perutku ini minta diisi..” kataku sedikit menolak.

“Riz.. kalau kamu mau makan.. aku tak ikut sekalian makan bareng..” pinta mbak Tari.
“Maaf.. mbak.. tidak enak dilihat orang. Kirain kita ada apa-apa..” kataku.

“Memangnya nggak ada apa-apa..? Burung siapa yang bersangkar di memekku tadi malam..?” Kata mbak Tari.
“Ya sudah kalau kamu malu.. mbak titip aja nanti dibungkus sekalian kita makan bareng-bareng..” lanjut mbak Tari sambil memberi uang 100 ribu.

“Oke.. makan gratis lagi.. lha mbak pingin apa..?” Tanyaku.
“Aku gulai kambing.. kalau kamu terserah..” kata mbak Tari.

“Aku sate ya.. mbak.. biar bisa kuat nusuk..” candaku. ”Aku berangkat dulu..”
“Hati-hati.. Riz.. nanti kamu antar ke rumah ya.. kita makan bareng..” pesan mbak Tari.

Kupacu motorku sampai tukang sate.. aku beli satu porsi gulai dan satu porsi sate.
Setelah menunggu beberapa saat.. bungkusan sudah di tangan.
Aku langsung pulang ke rumah.. motor kumasukkan dan langsung ke rumah mbak Tari.

“Mbak.. aku datang.. mari makan..!!” Teriakku.
“Bawa ke ruang tengah.. Riz.. minumnya sudah aku siapkan..” kata mbak Tari.
“Yuk makan dulu.. Riz. Kita makan bareng aja ya.. aku jadi pingin satenya..” lanjutnya.

Kita makan sambil ngobrol kaya sepasang kekasih.. kadang mbak Tari makan ambil tempatku.. kadang kebalikannya.

“Riz.. kamu sering main wanita ya.. kok kuat banget..?” Tanya mbak Tari.

“Enggak.. mbak. Aku baru sama mbak Lasmi dan mbak aja.
Mungkin aku murid yang baik.. jadi diajar mbak Lasmi langsung ahli..” kataku sejujurnya.

“Maaf ya.. mbak.. kemarin mbak kan ngomong pernah ngentot sama mas Slamet..” tanyaku.
“Tidak.. Riz.. bukan pernah.. tapi sering dan ketagihan..!” Canda mbak Tari.

“Kok bisa.. mbak..? Mbak Lasmi tau..?” Aku agak kaget mendengar jawabannya.
“Ya tau dan mengijinkan.. jadi mas Slamet milik kita bersama. Tapi belum pernah kita bareng-bareng..” terang mbak Tari.

“Sebenarnya.. kemarin aku pingin ngentot sama mas Slamet.. kebetulan hari ini mbak Lasmi dapat bulanan.. jadi jatahku ngentot dengan mas Slamet.
Awalnya aku kecewa mas Slamet tidak ada di rumah.. aku telepon kantor katanya pulangnya terlambat.. ada kerusakan truknya..” lanjut mbak Tari.

“Hmm.. berarti aku kemarin cuma pelampiasan..?” Tanyaku mengajuk.

“Ya tidaklah.. aku kan di rumah punyanya burung gereja.. ke sini pingin burung merpati.. malah dapatnya burung garuda ini..” katanya berandai-andai sambil memegang kontolku.

“Ah.. mbak.. jangan dulu.. nanti garudanya ngamuk lho. Maaf ya.. mbak.. jujur saja.. berapa burung yang sudah bersangkar di memek mbak..?” Kataku hati-hati.

“Kamu nggak percaya..? Baru mas Iwan.. mas Slamet.. sama kamu kok..” bela mbak Tari.

“Lha mas Iwan gimana..?” Tanyaku pada mbak Tari tentang mas Iwan.. suaminya.

“Dia tidak tau. Dia taunya cari uang.. kalau ngentot tidak ada variasi.
Kadang dia keluar duluan terus tertidur.. aku masih belum apa-apa.. jadinya aku perlu pelampiasan..” terang mbak Tari.

“Kok bisa mbak ngentot sama mas Slamet..? Awalnya gimana..?” Tanyaku pingin tau.

“Ini memang aib kita.. tapi karena kamu sudah jujur cerita padaku dan ngentot denganku.. berarti tidak ada lagi yang perlu ditutupi..” kata mbak Tari.

Lalu dia mulai cerita sambil tetap makan.. aku mendengarkan cerita itu sungguh-sungguh.. kelihatan mbak Tari memang bicara jujur.

Aku tuliskan cerita mbak tari ini menurut pengakuannya. Singkat saja..
------------

Seperti sudah diketahui.. mbak Tari adalah adik mbak Lasmi dan mempunyai suami bernama mas Iwan.
Mas Iwan memang hidupnya lebih mapan secara ekonomi.. tapi ternyata secara seksual mbak Tari tidak tercukupi.

Memang keduanya memiliki nafsu yang besar dan bikin nafsu orang.
Mereka berdua memang menikah hampir bersamaan.. hanya selisih setengah tahun.
Orangtua mbak Tari dan mbak Lasmi sangat merindukan mempunyai cucu.. tapi tak kunjung datang.

Langsung saja hari itu mbak Tari menginap di rumah mbak Lasmi karena ada acara di Solo.
Karena kepayahan.. mbak Tari langsung pamit tidur di kamar tamu yang juga menghadap ke ruang tengah.
Mbak Lasmi masih melihat TV sambil menunggu mas Slamet yang akan datang.

Mbak Tari tertidur sangat pulas.. tapi tengah malam dia terbangun.. karena terasa haus dan ingin minum.
Tapi baru membuka pintu sedikit.. dia sangat kaget melihat pergumulan di ruang tengah antara mbak Lasmi dan mas Slamet.

Mbak Tari langsung menutup pintu sebelum mereka mengetahui.. rasa hausnya langsung hilang.. berganti jadi perasaan tidak menentu.
Mbak Tari kembali tiduran.. tetapi tidak bisa.. malah terdengar suara desahan mbak Lasmi dan mas Slamet bebarengan.
Kedengaran mereka sudah klimaks.

Karena penasaran.. akhirnya mbak Tari mengintip lewat lubang pintu yang kebetulan kuncinya rusak..
sehingga dengan mudah mbak Tari bisa melihat ke ruang tengah karena lampu besar masih dinyalakan.
Terlihat mbak Lasmi dan mas Slamet masih terkapar di sofa menikmati sisa-sisa kenikmatan bersama.

Mbak Lasmi dengan kulit putih masih mengangkang dan dari memeknya masih ada leleran sperma yang belum dibersihkan.
Di sebelahnya terlihat tubuh hitam tapi kekar milik mas Slamet yang dengan kontol sudah terkulai.

Mbak Tari jadi horny melihatnya.. membandingkan milik suaminya yang lebih kecil..
Ia jadi penasaran ingin melihat ataupun merasakan sodokan mas Slamet.

Kelihatan mereka masih mengatur nafas.. tetapi terlihat tangan mas Slamet mulai memainkan tetek mbak Lasmi.

Mbak Lasmi kelihatan menikmatinya.. dengan senyum ia mengangguk.. dan langsung menjilati kontol mas Slamet..
kontol itu berdiri dengan kokohnya.

Mbak Tari semakin horny.. ia cuma bisa menelan ludah dan membayangkan merasakan kontol mas Slamet..
dan tak berapa lama kontol mas Slamet sudah ambles di memek mbak Lasmi dan mengoyangnya dengan binal seperti kesetanan.

Tapi mas Slamet santai sambil memainkan tetek mbak Lasmi..
terlihat ia sangat kuat mengimbangi mbak Lasmi. Langsung mas Slamet membalik tubuh mbak Lasmi dan menindihnya.

Terlihat mereka mau keluar dengan mengejang berbarengan.
Mereka menumpahkan lagi cairan kenikmatan dan membiarkan tidak ada setetes cairan yang tumpah untuk proyek membuat anak.
Beberapa saat kontol mas Slamet masih ditelan memek mbak Lasmi.

Menyaksikan itu.. mbak Tari tidak tahan dan entah kapan ikut telanjang..
Naluri saja.. tangannya memainkan teteknya yang lebih besar dari punya mbak Lasmi..
Bersamaan itu tangan satunya memainkan memeknya.. sehingga ketika mereka klimaks.. mbak Tari pun ikut klimaks.

Memang sangat kasihan.. cairan kewanitaan mbak Tari menetes ke lantai.
Mbak tari tidak melewatkan live show kakaknya sedikitpun.. tidak merasakan kesemutan di kaki maupun dinginnya malam.

Sebenarnya mbak Tari pingin ikut.. tapi tidak ada keberanian.. sehingga hanya lewat tangan saja untuk memuaskan dirinya.

Mbak Tari mengira mereka akan selesai.. tapi ternyata mas Slamet langsung menyuruh mbak Lasmi telentang..
Mereka melakukan acara 69.. di mana tanpa ragu dan jijik.. mas Slamet menjilati memek mbak Lasmi.. demikian juga sebaliknya.

Mbak Tari jadi iri karena mas Iwan.. suaminya.. jangankan mau 69.. dijilati kontolnya saja tidak mau..
penginnya langsung tancap dan cepat selesai.

Setelah mereka benar-benar siap.. mas Slamet menyuruh mbak Lasmi menungging dan langsung menusukkan kontolnya ke memek mbak Lasmi.
Terlihat sodokan mas Slamet sangat kuat dengan berpegangan pada pinggul dan kadang meminkan tetek mbak Lasmi yang menggantung bebas.
Hingga tak lama kemudian menyemburlah lagi sperma mas Slamet di memek mbak Lasmi.

Akhirnya mereka terkapar di sofa dengan masih telanjang.. mereka tertidur.. tidak menyadari kalau adiknya ada di rumah.

Mbak Tari hanya bisa ikut menyaksikan adegan itu dengan ia puaskan hasratnya menggunakan tangan.
Melihat mbak Lasmi dan mas Slamet yang tertidur di sofa.. mbak Tari tidak berani keluar.
Dia kembali ke kasur dan sekali lagi melakukan masturbasi membayangkan dientot oleh mas Slamet.

Akhirnya mbak Tari tertidur. Ketika bangun dan melihat ke ruang tengah.. di sana sudah kosong.
Mungkin mas Slamet dan mbak Lasmi sudah pindah ke kamar.
Mbak Tari langsung mandi dan beres-beres rumah serta masak sebisanya.
Jam tujuh.. terlihat mbak Lasmi dan mas Slamet baru keluar dari kamar.

“Rajin amat.. Ri..?” Sapa mas Slamet.
“Aku tadi malam tidur nyenyak banget.. jadi jam lima sudah bangun..” kata mbak Tari berbohong.

“Siang amat bangunnya.. mas..?” Lanjutnya.
“Biasa.. Ri.. kaya nggak tau aja. Mbakmu itu minta rapelan tiga hari ditinggal..” canda mas Slamet.

“Emangnya aku yang minta..?” Bela mbak Lasmi.
“Kuakui aku yang minta.. tapi mbakmu yang minta tambah dan tambah lagi..” kata mas Slamet.

“Sudahlah.. bikin iri aja. Itu makanan sudah siap.. aku nanti jam tujuh mau ke Solo.. ada bisnis kecil..” kata mbak Tari.
“Nanti kamu langsung pulang apa nginep sini lagi..?” Tanya mbak Lasmi.

“Lihat keadaan. Nanti kalau nginep.. aku telpon mas Iwan dulu..” kata mbak Tari.
“Kalaupun nginep di sini.. aku juga tidak ada. Nanti malam mau ke Bromo.. piknik sama ibu-ibu PKK.. berangkat jam tujuh..” kata mbak Lasmi.

“Mas Slamet tidak ikut..?” Tanya mbak Tari.
“Mosok aku ikut PKK..? Itulah mbakmu.. suaminya baru datang malah ditinggal pergi..” kata mas Slamet.

“Walah.. nanti jatahnya malam tak kasih pagi ini.. mau berapakali..?” Canda mbak Lasmi.
“Malu sama Tari.. mosok siang-siang gituan..” kata mas Slamet.

“Aku tak siap-siap dulu.. monggo dilanjut mbak dan masku yang bikin iri aku..”
kata mbak Tari sambil meninggalkan mereka.. langsung berganti pakaian untuk pergi.

Mbak Tari keluar dari kamar mau pamit.. tapi tidak ada orang.
Setelah memanggil.. terlihat mbak Lasmi keluar dari kamar mandi masih menggunakan handuk..
tapi pintu ditutup kembali.. terlihat tangan mas Slamet di dalam sana. Dalam pikiran mbak Tari:
berarti mereka mandi bareng.

Akhirnya mbak Tari berangkat. Selama beraktivitas itu mbak Tari jauh dari kata 'berkonsentrasi'.
Terbayang lagi gimana pagi ini mas Slamet kembali mengentot mbak Lasmi saat dirinya tidak ada.

Mbak tari menyelesaikan urusannya di pasar Klewer sampai jam empat sore.
Sebenarnya untuk pulang ke rumah masih bisa dan ada kendaraan.. tapi dia berpikir beda..
Jadi dia langsung menelpon suaminya mengatakan masih ada urusan dan harus menginap.. suaminya mengiyakan saja.

Dalam hati mbak Tari kecewa karena suaminya langsung mengiyakan keinginannya.. kaya' tidak butuh dan khawatir..
Ini yang bikin semangat mbak Tari untuk kembali ke rumah mbak Lasmi.

Mbak Tari masih ngobrol di rumah temannya sambil menunggu mbak Lasmi pergi.. ada rencana yang ingin dilakukannya.
Jam delapan.. diantar temannya mbak Tari ke rumah mbak Lasmi.. tapi minta diantar sampai jalan besar supaya tidak terlihat tetangga.

Setelah berjalan.. mbak Tari langsung masuk ke rumah.. terlihat mas Slamet melihat TV sendirian.

“Mas.. aku nginep sini lagi.. tadi kemaleman..” kata mbak Tari berbohong.
“Tetapi mbakmu sudah pergi. Sudah makan kamu.. kebetulan bisa nemeni aku..” canda mas Slamet.

“Tadi sudah makan sama temanku. Panas banget hari ini.. aku tak langsung mandi dulu ya.. mas..” kata mbak Tari.
“Ok.. sana. Biar wangi adikku yang cantik..” canda mas Slamet.

Mbak Tari langsung mandi dan sengaja keluar hanya memakai handuk yang tidak mampu menutupi seluruh tubuhnya..
Teteknya hanya separo dan pahanya terekspos karena hanya mampu menutup di bawah pantat saja.

Sontak mas Slamet kaget.. tapi tetap memperhatikan tubuh adik iparnya yang bahenol itu.
Menyadari itu.. mbak Tari merasa perangkapnya mengenai sasaran.

“Mas.. aku mau pinjam daster mbak Lasmi.. bajuku kotor semua..” pinta mbak Tari.
“Am-ambil saja di lemari.. kamu pilih sendiri..” kata mas Slamet gelagapan.. terlihat kontolnya bereaksi.

Tanpa menutup pintu kamar.. mbak Tari mencari daster yang diinginkannya. Karena letaknya di bawah.. maka harus menunduk.
Sengaja mbak Tari berlama-lama memilih dan sedikit mengangkangkan kakinya.

Mas Slamet tidak berkedip melihat bongkahan pantat adiknya.. sebenarnya pingin langsung menubruknya..
tapi belum ada keberanian dan menyadari itu adalah adik iparnya sendiri.

Mbak Tari memilih daster tali berwarna putih.
Ketika membalikan badan mau ke kamarnya.. terlihat mas Slamet kaget dan berusaha menutupi dengan melihat ke arah TV.

“Mas.. aku pinjam ini saja..” kata mbak Tari sambil memperlihatkan dasternya.

“Lha dalemannya tidak sekalian..?” Kata mas Slamet.

“Tidak.. mas. Tidak enak kekecilan.. mending tidak pakai aja.. wong di rumah kok..” kata mbak Tari sambil masuk ke kamarnya.

Di kamar.. mbak Tari langsung telanjang.. sedikit berdandan dan pakai minyak wangi.
Dia langsung memakai daster sambil berkaca.. terlihat separuh teteknya yang sangat montok mau meloncat keluar.

Mbak Tari mengakui memang dia lebih hitam dari mbak Lasmi.. tapi soal tetek.. dia lebih besar sedikit.. dan pantatnya juga lebih nungging.

Mbak Tari keluar dari kamar. Mas Slamet sempat kaget melihat daster putih yang dipakai adik iparnya..
puting mbak tari yang hitam terlihat tercetak jelas di depan dadanya.. juga samar-samar rambut hitam di bawah selangkangannya.

Mas Slamet hanya tersenyum.. tapi kontolnya sudah merespon dan berontak keras.
Menyadari itu.. mbak Tari segera ke dapur untuk membuat dua gelas kopi untuk mereka berdua.

“Mas.. minum dulu..” kata mbak Tari sambil menaruh gelas di meja..
Memang sengaja supaya teteknya yang besar terlihat oleh mas Slamet.

“Ya.. makasih.. Pakai susu tidak..?” Ujar mas Slamet memancing.

“Kan susunya sudah ada dua lagi..” canda mbak Tari semakin berani sambil menggoyang teteknya.

“Tuh kasihan susunya mau tumpah.. kamu nggak takut kalau aku perkosa..?” balas mas Slamet.

“Ini dasternya kekecilan..” alasan mbak Tari.

“Susumu yang kegedean kali..” kata mas Slamet.

“Kamu cantik dan montok banget.. Ri..” rayu mas Slamet yang mulai tidak tahan.

"Mas Slamet.. aku minta tolong mau..?” Tanya mbak Tari penuh nafsu.

"Ada apa.. Tari..?” Tanya mas Slamet masih Jaim.

"Mas.. A-aku pengin.. ngg.. seperti mbak Lasmi..” kata mbak Tari terbata-bata.

"Pengin..? Pengin apanya..?” Tanya mas Slamet masih belum ngeh.. atau pura-pura dalam perahu.

Mbak Tari tidak menjawab.. tetapi malah melangkahkan kakinya yang mulus hingga berdiri persis di depan mas Slamet.
Dalam sekejap ia sudah duduk di pangkuan mas Slamet.

"Tari.. apa-apaan kamu ini..? Aku iparmu..” kata mas Slamet.. rada kaget namun senang.

Tanpa menunggu selesai bicara.. mbak Tari sudah menyambarkan bibirnya di bibir mas Slamet dan menyedotnya kuat-kuat.
Kulumannya penuh nafsu.. dan nafas halusnya menyeruak.
Lidahnya dipermainkan cepat dan menari lincah dalam rongga mulut mas Slamet.

Mbak Tari mencari lidah mas Slamet dan menyedotnya kuat-kuat.
Mas Slamet yang tidak tahan.. langsung mengimbanginya karena nafsu sudah di atas ubun-ubun..
tidak peduli itu adalah adik iparnya sendiri.

"Tari.. kuakui.. aku pun pingin.. tapi gimana..?” Kata mas Slamet berusaha berdiri.

"Jadikan aku seperti mbak Lasmi.. mas. Ayo perkosa aku..!” Kata mbak Tari.

Dia memeluk mas Slamet kuat-kuat.. sehingga dadanya yang empuk sepenuhnya menempel di dada mas Slamet.
Terasa pula kontol mas Slamet yang telah mengeras berbenturan dengan perut bawah pusarnya yang lembut.

Mbak Tari merapatkan pula perutnya ke arah kemaluan mas Slamet yang masih terbungkus celana.
Dia kembali menyambar leher mas Slamet dengan kuluman bibirnya. Aliran listrik seakan menjalar ke seluruh tubuh.

Mas Slamet semula ragu menyambut keliaran mbak Tari. Namun ketika kenikmatan tiba-tiba menjalar ke seluruh tubuh.. menjadi mubazir belaka melepas kesempatan ini.

"Kamu amat bergairah.. Tari..” bisik mas Slamet lirih di telinga mbak Tari.

"Hmm.. iya.. mas. Aku kurang puas dengan mas Iwan..” balas mbak Tari lirih sembari mendesah.

"Aku sebenarnya menginginkan Mas.. ukh..!!” Serunya tertahan menelan ludahnya.

"Ayo.. mas.. teruskan..!” Pinta mbak Tari.

"Ya.. Sayang. Apa yang kamu inginkan dari mas..?” Tanya mas Slamet.

"Semuanya.. semua tubuh mas aku pingin. Kaya tadi malam.. mas kuat banget ngentot mbak Lasmi..” kata mbak Tari sembari tangannya menjelajah dan mengelus batang kemaluan mas Slamet.

”Kok kamu tau..?” Tanya mas Slamet.

“Maaf.. mas. Kemarin aku ngintip mas di ruang tengah.. aku jadi pingin.. aku nggak pernah seperti itu.
Mas anggap aku apa terserah.. yang penting aku puas.. mas..” kata mbak Tari pasrah.

“Ok.. kalau itu maumu. Memang itu salah kami ngentot sembarangan.
Kakak adik memang harus berbagi.. tapi ini hanya nafsu saja lho..” ujar mas Slamet asal-asalan.

“Iya.. mas. Aku tidak akan merusak rumah tangga kakakku. Aku cuma pengin kepuasan nafsu..” kata mbak Tari lugas.

“Kamu berani tanggung risikonya.. Ri..?” Kata mas Slamet.
“Apapun risikonya aku sanggup.. mas. Risiko terberatnya apa..?” Tanya mbak Tari.

“Kamu akan ketagihan kuentot.. sanggup tidak..?” Canda mas Slamet kian vulgar.
Mbak Tari tidak menjawab.. tapi bibirnya terus menyapu permukaan kulit mas Slamet di leher.. dada dan tengkuk.

Perlahan mas Slamet menyingkap daster yang dikenakan mbak Tari.. dia menarik perlahan ke arah atas.
Serta merta tangan mbak Tari telah diangkat tanda meminta daster langsung dibuka saja.

Daster itu dilempar mas Slamet entah ke mana.
Kedua jemari mas Slamet langsung memeluk mbak Tari kuat-kuat hingga badan perempuan itu lekat ke dadanya.
Kedua bukit mbak Tari menempel kembali.. terasa hangat dan lembut di tubuh mas Slamet.

Tanpa membuang waktu.. mas Slamet segera melorot perlahan ke arah dada mbak Tari dan mulai menjilatinya penuh gairah.
Permukaan dan tepi puting mbak Tari terasa lebih besar dibanding milik mbak Lasmi.

Tangan mbak Tari mengusap-usap rambut mas Slamet dan menggiring kepala laki-laki itu agar mulut mas Slamet segera menyedot putingnya.

"Sedot kuat-kuat.. mas.. sedoott..” bisik mbak Tari.

Mas Slamet memenuhi permintaan itu. Ia isap puting mbak Tari penuh nafsu.
Dijilatnya keras.. diempotnya kuat-kuat kiri dan kanan.. membuat mbak Tari tak kuasa menahan kedua kakinya.
Ia seakan lemas dan menjatuhkan badan ke lantai merasakan serangan brutal itu.

"Mas.. lepas.. remas tetekku.. ughh.. sodok memekku..!” Pinta mbak Tari sambil telentang di lantai.
Dia meminta mas Slamet melepas pakaian. Mbak Tari melihat dengan pandangan mata sayu seperti tak sabar menunggu.

Segera mas Slamet menyusulnya tiduran di lantai. Mas Slamet mendekap tubuh mbak Tari dari arah samping sembari menggosokkan telapak tangannya ke arah puting adik iparnya itu.

Mbak Tari melenguh sedikit sambil agak memiringkan tubuhnya ke arah badan mas Slamet.
Sengaja ia arahkan putingnya ke mulut mas Slamet.
"Mas.. sedot.. mas.. teruskan..! Enak sekali.. mas.. ough! Enak..” Mbak Tari mengarahkan penuh nafsu.

Mas Slamet memenuhi permintaan itu sembari tangannya memijat-pijat pantat mbak Tari. Tangan mas Slamet mulai nakal mencari selangkangan mbak Tari.
Terasa bulu jembut mbak Tari tidak terlalu tebal namun tembemnya minta ampun.

Mas Slamet memainkan jemarinya di sana.. membuat mbak Tari tampak sedikit tersentak dibuatnya.
"Ukh.. mhm.. hss.. terus.. mas.. terus..” lenguhnya tak jelas.

Sementara sedotan mas Slamet di puting mbak Tari semakin gencar saja.
Jemari tangan mas Slamet bagaikan memetik dawai gitar di pusat kenikmatan mbak Tari.
Terasa jemari tengah mas Slamet telah mencapai gumpalan kecil daging di dinding atas depan vagina mbak Tari.

Mas Slamet meraba-raba lembut berirama. Lidah mas Slamet terus memainkan puting mbak Tari sembari sesekali menyedot dan mengembusnya lembut.
Jemari mas Slamet memilin klitoris mbak Tari dengan teknik petik melodi.

Mbak Tari menggelinjang keenakan.. ia melenguh-lenguh penuh kenikmatan. "Mas.. oughhh.. mas.. ampun.. uhhh.. terus.. mas.. terus.. uhh..”

Sebentar kemudian mbak Tari lemas.. kelihatan sudah klimaks. Terasa tangan mas Slamet basah oleh cairan perempuan cantik itu.
Namun itu tidak berlangsung lama karena mbak Tari dengan cepat bernafsu kembali dan berbalik mengambil inisitif serangan.

Tangannya mencari-cari kejantanan mas Slamet. Mas Slamet segera mendekatkannya agar mbak Tari gampang menjangkaunya.
Dengan serta merta mbak Tari menarik celana dalam mas Slamet. Bersamaan dengan itu.. melesatlah pusaka kesayangan kakaknya.

Akibatnya.. Plekk..! Penis gagah yang telah tegang sempurna itu memukul ke arah wajah mbak Tari kuat-kuat.

"Uh.. mas.. apa ini..!?” Seru mbak Tari kaget. Tanpa menunggu jawaban mas Slamet.. tangannya langsung meraih benda itu.

Kedua telapak tangannya menggenggam dan mengelus penis mas Slamet penuh nafsu. "Mas.. ini asli..?” Tanya mbak Tari.

"Asli.. 100 persen..” jawab mas Slamet.

Mbak Tari geleng-geleng kepala. Lalu lidahnya menyambar cepat ke arah permukaan penis mas Slamet.

"Mas.. belum pernah aku melihat penis sebesar dan sepanjang ini..” katanya.

"Sekarang kamu melihatnya.. memegangnya dan menikmatinya..” sambung mas Slamet.

“Mas.. aku baru kali ini ngemut kontol. Mas Iwan tidak pernah mau..” kata mbak Tari.

“Berarti aku perawani mulutmu..” kata mas Slamet.

"Alangkah bahagianya mbak Lasmi.. mas..” kata mbak Tari.

"Makanya kamu pengin seperti dia.. kan..?” sahut mas Slamet.

Mbak Tari langsung melumat kontol itu seperti anak kecil yang dapat mainan baru.
Mas Slamet memperhatikan adiknya yang sedang mengoral penisnya.. terlihat kasar.. mungkin memang belum terbiasa.

Sesekali mbak Tari melihat muka mas Slamet sambil tersenyum.
Mas Slamet memegang rambut mbak Tari sambil sesekali meremas tetek mbak Tari yang bulat besar.
Setelah beberapa saat.. mas Slamet menarik tubuh mbak Tari.

“Sebentar.. Ri.. gantian aku jilati memekmu dulu..” kata mas Slamet sambil menyuruh mbak Tari bersandar di kursi.

“Ri.. memekmu tembem banget. Sudah pernah dijilati belum..?” Kata mas Slamet memancing nafsu mbak Tari.

“Tembem mana sama punya mbak Lasmi.. mas..? Memekku masih perawan dari bibir.. lidah mas yang pertama..” kata mbak Tari sambil menyorongkan memeknya.

“Bodoh benar tuh Iwan.. memek sebagus ini dibiarkan..” kata mas Slamet sambil mulai memainkan memek mbak Tari.
Ia mulai dengan menjilati paha mbak Tari.. terus ke sekitar memek.

”Ughhh..” mbak Tari sudah mulai mendesah keenakan.

Melihat itu.. mas Slamet langsung menjilat itil dan belahan memek mbak Tari.
Mbak Tari hanya bisa menahan nafas saat memeknya langsung disedot oleh mas slamet.

Dia yang tidak kuat segera menjambak rambut mas Slamet dan mengejang keras.
“Mas.. aku keluar..!” Kata mbak Tari ketika terasa air kenikmatannya membasahi bibir mas Slamet.

Mas Slamet tersenyum membiarkan mbak Tari menikmati orgasmenya dengan rasa penuh kemenangan.
Setelah mbak Tari mengatur nafas.. barulah mas Slamet berbicara.. ”Gimana.. Ri.. enak..?” Tanyanya.

“Mas hebat banget! Maaf aku kelepasan.. mas nggak jijik..?” Tanya mbak Tari.

“Tidak ada yang jorok kalau ngentot.. gimana.. mau lagi..?” Tantang mas Slamet.

“Aku malu.. mas.. sudah duakali keluar. Tapi aku harus bisa mengimbangimu.. mas..” kata mbak Tari.

Mbak Tari memang cepat nafsu lagi.. ia langsung menarik kontol mas Slamet.
"Mas.. aku ingin cepat menikmatinya. Masukkan.. cepat masukkan..!”

Mbak Tari segera menelentangkan tubuhnya.. pahanya direntangkan lebar-lebar. Terlihat betapa mulus dan bersih kaki jenjang itu.
Di antara bulu halus di selangkangannya.. terlihat lubang memeknya yang tembem.. lebih tembem dari punya mbak Lasmi.. tapi sedikit lebih hitam.

Mas Slamet telah berada di antara pahanya. Kontol mas Slamet telah siap diluncurkan. Mbak Tari memandanginya penuh harap.

"Cepat.. mas.. cepat..” pinta mbak Tari.

"Sabar.. Tari. Kamu harus benar-benar terangsang.. Sayang..” kata mas Slamet.

Namun tampaknya mbak Tari sudah tidak sabar. Belum pernah mas Slamet melihat perempuan 'sekasar' mbak Tari ketika berolah seks.
"Cepat.. Mas..!!!” Ajak mbak Tari lagi.

Mas Slamet pun memenuhi permintaan itu.. ia tempelkan ujung penisnya di permukaan lubang memek mbak Tari.

Clebb.. Ia tekan perlahan.. tapi sungguh amat sulit masuk.
Slebb.. Mas Slamet kembali mengangkatnya.. namun mbak Tari justru mendorong pantat mas Slamet dengan kedua belah tangannya.

Pantatnya sendiri didorong ke arah atas. Tak terhindarkan.. batang penis mas Slamet bagai terjepit.
Namun mbak Tari tampaknya ingin main kasar. Meski belum terangsang benar.. ia masukkan penis mas Slamet sekuat dan sekencang mungkin.

Clebb.. Perlahan.. penis itu dapat memasuki rongga vaginanya.. namun terasa sangat sesak.. seret.. panas.. perih dan sulit.
Namun mbak Tari tidak gentar.. malah menyongsongnya penuh gairah.

"Jangan paksakan.. Sayang..” bisik mas Slamet.

"Terus. Paksa. Siksa aku.. mas. Siksa. Tusuk aku. Keras. Keras. Jangan takut.. mas.. terus..” pinta mbak Tari.

Dan mas Slamet tak bisa menghindar.. Jlebb..! Ia lesakkan penisnya keras-keras hingga separuh penisnya telah meluncur masuk.
Mbak Tari menjerit.. "Aouwww.. sedikit lagi.. mas..!”

Dan.. Jleghh..! Mas Slamet menekannya kuat-kuat. mbak Tari langsung diam. Nafasnya terengah-engah.
Matanya terpejam. Mas Slamet menahan penisnya tetap menancap.. tidak turun.. tidak juga naik.

Untuk mengurangi ketegangannya.. dicarinya ujung puting mbak Tari dengan mulutnya.
Meski agak membungkuk.. mas Slamet dapat mencapainya. Dia segera mengulum dan menyedotnya penuh nafsu.
Mbak Tari jadi sedikit berkurang ketegangannya.

“Ri.. memekmu peret kaya perawan..” puji mas Slamet.

“Kontol mas aja yang kegedean.. memekku jadi penuh nih..” kata mbak Tari.

Beberapa saat kemudian.. ia meminta mas Slamet memulai aktivitasnya.
Mas Slamet segera menggerakkan penisnya yang hanya separuh jalan.. turun-naik di memek sempit mbak Tari.

Dan mbak Tari mulai tampak menikmatinya. Pergerakan konstan itu dipertahankan cukup lama.
Makin lama tusukan mas Slamet semakin dalam. Mbak Tari pasrah dan tidak sebuas tadi.
Ia menikmati irama keluar-masuk penis mas Slamet di liang kemaluannya yang mulai basah dan mengalirkan cairan pelicin.

Mbak Tari mulai bangkit gairahnya.. tanpa sungkan ia menggelinjang dan melenguh.
Kocokan mas Slamet terasa semakin cepat.. kelihatannya laki-laki itu sudah mau keluar.

"Uuuhh.. mas.. uhh.. enaakk.. enaakk.. Terus.. aduh.. ya ampun.. enaknya..” rintih mbak Tari.

“Tahan.. Ri.. mas juga mau keluar. Di dalam apa di luar..?” Tanya mas Slamet.

“Kita barengan.. mas. Di dalem aja..” kata mbak Tari.

Gerakan mas Slamet semakin cepat dan mbak Tari mengimbanginya dengan baik.
Akhirnya keluarlah sperma mas Slamet bersamaan dengan cairan mbak Tari. Mereka membiarkannya di dalam dulu.

Setelah beberapa saat.. setelah kontol mas Slamet mulai mengendor.. barulah mereka memisahkan alat kelamin masing-masing.
Mas Slamet langsung berbaring di samping tubuh mbak Tari yang lemas.

"Tari.. kenapa kamu..?” Tanya mas Slamet.

"Lemes.. mas. Kamu amat perkasa..” kata mbak Tari.

"Kamu juga liar..” sahut mas Slamet.

“Makasih ya.. mas. Kekhawatiran mas mungkin jadi kenyataan.. aku akan ketagihan..” kata mbak Tari.

“Aku juga akan ketagihan tetek dan memekmu.. terasa beda dengan punya mbak Lasmi..” kata mas Slamet.

“Tapi aku kan lebih hitam.. sementara mbak Lasmi putih..” kata mbak Tari.

“Biar sedikit hitam.. tapi tetekmu lebih montok dan memekmu lebih tembem..” puji mas Slamet.

“Sama-sama.. mas. Ini akan jadi rahasia kita..” kata mbak Tari.

Mereka beristirahat sebentar dan kembali ngentot dengan berbagai gaya dan variasi.
Mbak Tari bisa mengimbangi mas Slamet dengan baik.

Malam itu mereka melakukannya sampai tengah malam dan akhirnya terkapar tidur di situ sampai pagi.
Dan kata mbak Tari.. mulai saat itu.. dia aktif berkunjung ke rumah mbak Lasmi.. bukan untuk njenguk kakaknya..
tapi minta jatah sodokan kontol mas Slamet.

Namun yang namanya rahasia akhirnya ketahuan juga.. mereka kepergok ketika sedang ngentot dan mbak Lasmi datang secara tiba-tiba.
Tapi karena mereka minta maaf dan menjelaskan bahwa hanya berdasarkan nafsu saja.. dan menyadari kekurangan mas Iwan..
Mbak Lasmi jadi menerimanya. Dia membolehkan adiknya memakai mas Slamet.

Memang keluarga ini lain dari yang lain.. karena mbak Tari saudara atau adik satu-satunya.. mbak Lasmi jadi selalu menuruti kemauannya.
Jadilah mas Slamet punya dua memek yang bisa dipakai.. tapi mbak Lasmi tidak mau threesome.
--------------

Demikian cerita mbak Tari kepadaku..
Aku berkomentar. “Mbak Lasmi memang pengertian banget.. aku jadi kagum kepadanya..”
“Tenang saja.. Riz. Kalau mas Slamet tau kamu sering ngentot mbak Lasmi.. aku kira dia akan membolehkan..” kata mbak Tari.

“Kalau ngentot mbak gimana..?” Tanyaku.
“Riz.. aku pingin lagi kaya malam tadi.. mumpung masih pagi.. sebelum mas Slamet datang..” pinta mbak Tari.

“Kalau mas Slamet datang gimana..?” Tanyaku waswas.
“Kuajak bareng aja.. kan aku milik bersama. Aku pingin dientot kamu sama mas Slamet..” kata mbak Tari.
“Terserah mbak saja.. yang penting bisa dapat memek.. aku ikut..” kataku.

Karena habis makan sate.. kita langsung horny lagi. Dengan kasar kuentot mbak Tari.. tapi dia malah menikmatinya.
Sampai siang aku nikmati memek mbak Tari. Beruntung mas Slamet belum datang.. aku sudah pulang.

Jam 12.. mbak Tari pamit pulang ke rumahnya sambil nitip rumah mbak Lasmi. “Riz.. mbak pulang ke rumah dulu ya..” kata mbak Tari.

“Ok.. mbak. Kapan-kapan ngentot lagi ya..?” Pintaku.
“Memekku selalu terbuka untuk kontolmu.. Riz..” kata mbak Tari.

“Kalau ada apa-apa.. ngomong aku ya.. Riz. Kalau bisa.. aku bantu. Atau kamu main ke rumahku..? Nanti kukasih lebih dari itu..” tawarnya.
Setelah itu mbak Tari langsung naik bis ke kotanya.

Aku kembali tertidur dan sore hari kulihat mas Slamet sudah pulang hampir bersamaan dengan mbak Lasmi.
Aku berkata dalam hati..
Maaf.. mas. Jatah dari adikmu sudah kuambil..

Aku sebenarnya nggak enak sama mbak Lasmi.. tapi malam ini memek mbak Lasmi juga tidak enak.. baru banjir.
Kasihan mas Slamet.. mungkin malam ini cuma dioral atapun diselipin di tetek sama mbak Lasmi.. hehe..

Malam itu aku tertidur pulas karena tanpa ada gangguan.. spermaku sudah kuhabiskan semalam.
Aku berpikir:
gimana caranya bisa menggarap mbak Tari dan mbak Lasmi bareng-bareng ya..? Apa mereka mau..? (. ) ( .)
--------------------------------------------------

Author: yusufpeyang

--------------------------------------------------

End of Cerita 35 - Tetangga yang Baik..
:beer:
Semoga Terhibur.. n KEEP SEMPROT..!
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd