The Confluence (Revised Version)
Notes and Disclaimers:
1. Cerita ini adalah murni fiksi. Kesamaan nama, tempat, dan peristiwa adalah kebetulan semata.
2. Cerita ini adalah "copas" dari cerita lama penulis di forum ini yang saat itu tak sempat diselesaikan. Kini produk gagal penulis itu didaur ulang dengan sejumlah pengembangan dan juga perubahan baik dari segi diksi, narasi, maupun plot cerita. Sementara cerita versi lama penulis biarlah terkubur dengan tenang tanpa perlu diakses lagi.
3. Apabila ada kesalahan penulisan atau hal-hal yang menyinggung maka penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Semua itu dilakukan tanpa unsur kesengajaan.
4. Semoga cerita ini dapat bermanfaat dan diambil hikmahnya (kalau ada hehehe) sementara hal-hal yang buruk dijauhi. Atau paling tidak semoga bisa menghibur pembaca.
5. Dimohon tidak copas tanpa mencantumkan nama pengarang atau tanpa seijin pengarang.
6. Mohon cerita ini tak ditiru atau diekstrapolasikan ke kehidupan nyata secara mentah-mentah. Semua yang terjadi dalam cerita adalah fiksi belaka yang bisa jadi sangat berbeda dengan kehidupan nyata.
7. Cerita ini bukan tipe hardcore, yang kaya aksi di setiap episode-nya. Justru sebaliknya, cerita ini berlangsung lambat dan miskin aksi, bahkan mungkin sampai akhir cerita tak ada satu aksi ML sama sekali.
8. Cerita ini tak mempunyai tag apapun. Alur cerita akan mengalir dengan bebas sesuai dengan relevansi cerita. Satu hal yang penulis bisa janjikan yaitu selama tidak ada force majeure di luar kendali penulis, cerita ini akan berakhir dengan prefix [CERBUNG] [TAMAT].
9. Akhir kata: sit back, relax, selamat menikmati bagi yang bersedia membacanya dan ditunggu komentarnya.
/jagbar/
--@@@@--
Arti confluence menurut kamus:
confluence
/ˈkɒnflʊəns/
Noun (kata benda)
1. The junction of two rivers, esp. rivers of approximately equal width (Pertemuan dari dua sungai, terutama dengan lebar yang kurang lebih sama).
2. An act or process of merging (Sebuah aksi atau proses penggabungan).
Index:
Day 1
Chapter 1
Chapter 2
Day 2
Chapter 3
--@@@@--
Day 1
Chapter 1 - Pre-Wedding Jitters
Desa Wonoselo adalah desa kecil yang terjauh dan tertinggi diantara sekumpulan desa-desa di badan Gunung Kalimadu bagian utara. Letaknya yang di ketinggian 1200 m diatas permukaan laut membuat suhu udaranya cukup dingin sepanjang tahun. Sementara kualitas udaranya begitu bersih dan segar. Karena daerah sekitar situ masih dikelilingi oleh hutan belantara rimbun yang penuh dengan pohon-pohon besar. Polusi udara, daerah industri, dan keramaian kota adalah "papan petunjuk arah" yang berbeda 180 derajat dari tempat ini.
Kehidupan para penduduknya begitu sederhana dan simpel. Hingga beberapa tahun lalu, kehidupan desa yang dihuni oleh puluhan rumah sederhana itu berlangsung tanpa adanya listrik atau telepon. Juga tak ada sekolah ataupun puskesmas.
Letak geografisnya cukup terisolasi. Satu-satunya akses keluar masuk desa itu adalah jalan setapak yang harus ditempuh dengan kaki melalui hutan lebat ke desa terdekat. Sementara "desa terdekat" itu masih berjarak 10 km. Bagi penduduk setempat, jarak segitu bukan masalah. Namun bagi orang yang terbiasa dengan "kehidupan normal", berjalan sejauh itu apalagi melewati hutan lebat tentu termasuk suatu petualangan tersendiri.
Beberapa tahun lalu, pada suatu hari yang tenang seluruh isi desa itu tiba-tiba dikagetkan dengan "benda terbang" yang berputar-putar mengelilingi desa mereka dengan suara yang meraung-raung di atas langit. Itulah helikopter Pak Tanoto, seorang konglomerat besar dari ibukota.
Terkesan dengan keindahan serta kedamaian suasana di tempat itu, tak lama kemudian ia membeli tanah luas di bagian atas desa itu. Di atas areal luas itu kemudian dibangun sebuah villa yang megah dan mewah yang kehadirannya sangat kontras dengan kesederhanaan kehidupan penduduk desa di bawahnya. Apalagi, tanah milik Pak Tanoto itu bahkan lebih luas dibanding total luas rumah seluruh penduduk desa Wonoselo.
Kini, kompleks villa yang megah dan mewah itu menjadi tempat peristirahatan favorit Pak Tanoto dan keluarganya untuk mengatasi kejenuhan hati, pikiran stress, dan suasana hingar-bingar yang penuh polusi di ibukota. Alamnya yang asri dan alami dengan hawa gunung yang segar membuat pikiran stress menjadi hilang dengan sendirinya. Apalagi posisi villa itu sangat strategis untuk menikmati keindahan alam sekitar sejauh mata memandang.
Oleh karena akses keluar yang amat terbatas (atau malah tak ada sama sekali menurut konteks kehidupan modern), maka dibuatlah lapangan untuk helipad di sebelah villa itu sebagai satu-satunya jalan akses keluar masuk. Dan, helipad yang dibuat itu tidak hanya berjumlah satu atau dua, tetapi delapan! Hal ini untuk mengantisipasi kebutuhan transportasi dan logistik saat acara kekeluargaan besar yang dihadiri oleh keluarga besar Pak Tanoto. Selain itu juga untuk memenuhi aturan "bumi dan alam" seperti yang dianjurkan konsultan fengshui kondang dari luar negeri.
Secara umum, villa itu dibagi menjadi dua bagian. Bagian untuk keluarga dan satu lagi untuk urusan bisnis. Karena selain untuk acara keluarga, villa itu juga sering digunakan untuk kepentingan bisnis besar Pak Tanoto. Tak jarang villa itu digunakan sebagai tempat meeting tingkat tinggi dengan konglomerat-konglomerat papan atas baik lokal maupun mancanegara. Demikian pula untuk lobi-lobi politik yang business-related dengan tokoh-tokoh politik serta pejabat papan atas.
Acara retreat tahunan para eksekutif kelas atas juga selalu diadakan di sini. Di kalangan intern grup konglomerasi Pak Tanoto, adalah suatu kehormatan besar bagi eksekutif yang diundang datang kemari. Karena hanya eksekutif tingkat atas yang dipercaya oleh sang boss besar saja yang akan diundang.
Sementara itu Pak Tanoto juga memberikan balik ke alam sekitar terutama kepada penduduk desa Wonoselo. Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik "istana di tengah hutan belantara"-nya ini, ia membangun generator bertenaga besar yang tak hanya canggih namun juga ramah lingkungan. Karena generator itu adalah kombinasi dari pemanfaatan tenaga matahari, angin, dan panas bumi yang tersedia melimpah di alam sekitar. Kelebihan dari suplai untuk kebutuhan energi villanya kemudian dialirkan ke rumah-rumah penduduk.
Untuk memelihara villanya, tentu diperlukan puluhan pegawai yang tinggal di dalamnya serta bahan-bahan materi yang harus didatangkan dari luar. Oleh karena itu maka secara rutin selalu ada beberapa helikopter yang datang dan pergi mengangkut para pegawai yang bekerja secara bergiliran setiap minggunya serta bahan makanan, dan lain-lain.
Interaksi antara para pegawai villanya dan penduduk setempat sampai saat ini masih sangat terbatas. Bahkan Pak Tanoto menerapkan aturan keras melarang para pegawainya mengganggu kehidupan warga setempat dengan hukuman berat bagi yang melanggarnya. Hal ini untuk mencegah kontaminasi pengaruh luar yang akan menggerus kearifan lokal penduduk setempat.
Namun pembangunan fisik tak menjadi masalah. Jalan permanen yang menghubungkan villa dan desa Wonoselo dibangun dengan panjang total sejauh kurang lebih 100 meter yang berkelok-kelok mengikuti kontur tanah. Lalu di tepi jalan dibangun tiang-tiang listrik untuk mengalirkan listrik menuju ke rumah-rumah di desa tersebut disamping juga komunikasi untuk TV dan telepon.
Selain itu ia juga menyumbang banyak hal lain terhadap desa itu, seperti membangun sekolah, puskesmas, mendatangkan beberapa ahli pertanian untuk meningkatkan produktivitas desa itu, dan hal-hal lainnya. Termasuk saat ini sedang dibangun jalan permanen yang bisa dilalui mobil yang menghubungkan ke desa terdekat. Setelah jalan itu rampung, maka desa Wonoselo akan terkoneksi dengan dunia luar secara permanen.
Singkat kata, sejak dibangunnya villa Pak Tanoto, kehidupan warga desa itu menjadi meningkat dengan beberapa hal penting seperti listrik, telekomunikasi, dan lain-lain disuplai dari villa di atas desa mereka itu secara cuma-cuma. Sementara itu keluhuran budaya setempat dan keramahan asli penduduknya masih tetap terjaga. Paling tidak sampai saat ini.
Dengan ini semua, hubungan antara seluruh penduduk desa itu dengan seluruh penghuni villa itu, baik Pak Tanoto pribadi, keluarganya maupun para pegawainya berjalan dengan sangat baik.
--@@@@--
Di tengah lapangan helipad itu ada sebuah helikopter yang siap untuk berangkat. Sang pilot telah duduk di kursi pengemudi. Tak jauh dari sana sepasang pria dan wanita setengah baya yang tampan dan cantik dengan pakaian indah berjalan menuju helikopter itu. Mereka adalah Pak Tanoto dan Bu Lusiani, istri Pak Tanoto. Sebelum mencapai helikopter itu, Pak Tanoto menghentikan langkahnya dan menoleh ke gadis muda yang berjalan mengikutinya. "Kamu sungguh yakin mau tinggal sendirian disini?"
"Iya Pi. Aku mau disini dulu beberapa hari," jawab gadis itu. "Beberapa hari terakhir pikiranku agak stress. Mudah-mudahan pikiranku bisa jadi tenang kembali," tambah gadis yang meski mengaku stress namun wajahnya terlihat begitu cantik dan rupawan itu.
"Sudah jangan terlalu dipikirkan," Bu Lusiani yang terlihat begitu anggun cantik dan jauh lebih muda dibanding usia sebenarnya yang telah setengah baya itu berkata. "Memang pernikahan adalah hal yang amat serius. Apalagi buat gadis muda seperti kamu. Dulu Mami juga begitu waktu Papimu ini melamar. Padahal kita sudah saling cocok dan pacaran juga sudah cukup lama, seperti kamu dengan Ferry saat ini. Hmmm... Mungkin itu adalah insting perempuan yang mengatakan kalau kita bakal jadi desperate housewife setelah married," katanya sambil tersenyum cantik dan melirik ke arah suaminya. Gadis muda itu seketika ikut tersenyum mendengar itu. Senyuman yang tak kalah manis dengan ibunya. "Is it true Papi, that you've made her life desperate," katanya sambil menoleh ke Pak Tanoto.
"Bagaimana mungkin?" kata pria yang disela dua wanita cantik di depannya itu dengan tenang. "Bagaimana mungkin Mami bisa secantik seperti sekarang ini kalau sepanjang perkawinannya ia tidak bahagia? Look at her. Tell me, isn't she really beautiful?"
Wajah Bu Lusiani langsung memerah mendengar pujian suaminya di depan putrinya dan sejumlah pegawai yang sedang mengantar itu. Sesaat ia tak mampu berucap apa-apa. Sementara gadis itu tertawa geli. "Yes, I agree with you Papi. Mami is the most beautiful woman in the world."
"Dasar anak Papi. Kamu selalu saja memihak ke Papi," kata Bu Lusiani kepada putrinya. Namun tak dapat disembunyikan kegembiraan dirinya karena dipuji terang-terangan oleh suaminya. Wanita mana yang tak suka dipuji oleh pasangannya?
"Dia juga anak Mami lagi. Kalau nggak gitu, gimana bisa nurun kecantikan Maminya," kata Pak Tanoto sambil memeluk bahu istrinya.
"Iih, papa memang pinter ngerayu. Sekali ngerayu dapet dua lagi," kata gadis itu sambil agak cemberut. Namun sama seperti Bu Lusiani, ia juga senang mendengar pujian papanya itu. Pak Tanoto tertawa terbahak-bahak mendengar kata-kata putrinya ini.
"Jangan menakut-nakuti anakmu gitu donk," kata Pak Tanoto. "Kalo sampe dia percaya dengan omonganmu trus menolak married gimana?"
"Bagaimana bisa ditakut-takuti? Lha wong anakmu ini sudah cinta banget sama dia kok. Masa kamu sebagai papanya nggak tahu," giliran Bu Lusiani menggoda putrinya.
"Tahu donk. Khan sama kayak Maminya yang jatuh cinta banget sama papanya."
Gadis itu tertawa melihat kemesraan yang diperlihatkan oleh kedua orangtuanya ini.
"Jangan kuatir, sayang. Pre-wedding jitters adalah hal yang lumrah terjadi. Terutama bagi perempuan. Meski kamu mencintai Ferry, tapi tetap saja perasaan ini bisa timbul Dan itu bukan berarti kamu tak sayang dengan dia. Setelah married... hidupmu, hidup kalian berdua akan berubah. Kalian bukan dua orang yang terpisah lagi, tetapi satu keluarga. Dan perubahan itu akan terjadi dua minggu dari sekarang. Sehingga wajar kalau saat ini timbul rasa nervous dalam dirimu. So, just take it easy. Memang ada baiknya kamu stay dulu beberapa hari disini untuk membuat pikiran tenang," kata Bu Lusiani akhirnya dengan serius sambil membelai rambut anak gadisnya itu.
"Ok, Mami," kata gadis itu sambil memeluk ibunya. "I'll be allright. I promise."
"Remember honey, everything is under control," kata Bu Lusiani lagi.
"I love you," katanya sambil mencium pipi putrinya.
"I love you too, Mom," jawab gadis itu sambil mencium balik pipi Bu Lusiani.
"I love you Papi, " kata gadis itu kemudian sambil memeluk erat dan mencium pipi Pak Tanoto. "I love you too," jawab Pak Tanoto sambil memeluk dan mencium pipi putrinya.
"Ingat kata-kata Mami, everything is under control. So don't worry," imbuhnya sambil menatap putrinya.
"Take care, honey," kata Bu Lusiani.
"Take care, Mom and Dad."
Beberapa saat kemudian, terbanglah helikopter itu membawa pasangan suami istri konglomerat itu. Sementara ia memandang ke atas sambil melambaikan tangannya yang dibalas oleh kedua orangtuanya. Rambut panjangnya yang dibiarkan terurai kini jadi melambai-lambai terbawa angin dari baling-baling helikopter itu.
Setelah itu masuklah gadis itu ke dalam rumah. Meski kegalauan dalam hatinya belum hilang, namun ia merasa senang melihat kemesraan orangtuanya barusan. Setelah married nanti, aku juga ingin punya kehidupan perkawinan seperti mereka yang tetap harmonis setelah puluhan tahun, batinnya. Sama seperti dirinya dan Ferry sekarang, kedua orangtuanya juga dulu berkenalan dan pacaran saat mereka kuliah di luar negeri. Ia yakin, Ferry kekasihnya adalah pria yang tepat untuk dirinya. Everything is under control, batinnya meyakinkan dirinya dengan mengulangi kata-kata Maminya tadi.
--@@@@--
Notes and Disclaimers:
1. Cerita ini adalah murni fiksi. Kesamaan nama, tempat, dan peristiwa adalah kebetulan semata.
2. Cerita ini adalah "copas" dari cerita lama penulis di forum ini yang saat itu tak sempat diselesaikan. Kini produk gagal penulis itu didaur ulang dengan sejumlah pengembangan dan juga perubahan baik dari segi diksi, narasi, maupun plot cerita. Sementara cerita versi lama penulis biarlah terkubur dengan tenang tanpa perlu diakses lagi.
3. Apabila ada kesalahan penulisan atau hal-hal yang menyinggung maka penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Semua itu dilakukan tanpa unsur kesengajaan.
4. Semoga cerita ini dapat bermanfaat dan diambil hikmahnya (kalau ada hehehe) sementara hal-hal yang buruk dijauhi. Atau paling tidak semoga bisa menghibur pembaca.
5. Dimohon tidak copas tanpa mencantumkan nama pengarang atau tanpa seijin pengarang.
6. Mohon cerita ini tak ditiru atau diekstrapolasikan ke kehidupan nyata secara mentah-mentah. Semua yang terjadi dalam cerita adalah fiksi belaka yang bisa jadi sangat berbeda dengan kehidupan nyata.
7. Cerita ini bukan tipe hardcore, yang kaya aksi di setiap episode-nya. Justru sebaliknya, cerita ini berlangsung lambat dan miskin aksi, bahkan mungkin sampai akhir cerita tak ada satu aksi ML sama sekali.
8. Cerita ini tak mempunyai tag apapun. Alur cerita akan mengalir dengan bebas sesuai dengan relevansi cerita. Satu hal yang penulis bisa janjikan yaitu selama tidak ada force majeure di luar kendali penulis, cerita ini akan berakhir dengan prefix [CERBUNG] [TAMAT].
9. Akhir kata: sit back, relax, selamat menikmati bagi yang bersedia membacanya dan ditunggu komentarnya.
/jagbar/
--@@@@--
Arti confluence menurut kamus:
confluence
/ˈkɒnflʊəns/
Noun (kata benda)
1. The junction of two rivers, esp. rivers of approximately equal width (Pertemuan dari dua sungai, terutama dengan lebar yang kurang lebih sama).
2. An act or process of merging (Sebuah aksi atau proses penggabungan).
Index:
Day 1
Chapter 1
Chapter 2
Day 2
Chapter 3
--@@@@--
Day 1
Chapter 1 - Pre-Wedding Jitters
Desa Wonoselo adalah desa kecil yang terjauh dan tertinggi diantara sekumpulan desa-desa di badan Gunung Kalimadu bagian utara. Letaknya yang di ketinggian 1200 m diatas permukaan laut membuat suhu udaranya cukup dingin sepanjang tahun. Sementara kualitas udaranya begitu bersih dan segar. Karena daerah sekitar situ masih dikelilingi oleh hutan belantara rimbun yang penuh dengan pohon-pohon besar. Polusi udara, daerah industri, dan keramaian kota adalah "papan petunjuk arah" yang berbeda 180 derajat dari tempat ini.
Kehidupan para penduduknya begitu sederhana dan simpel. Hingga beberapa tahun lalu, kehidupan desa yang dihuni oleh puluhan rumah sederhana itu berlangsung tanpa adanya listrik atau telepon. Juga tak ada sekolah ataupun puskesmas.
Letak geografisnya cukup terisolasi. Satu-satunya akses keluar masuk desa itu adalah jalan setapak yang harus ditempuh dengan kaki melalui hutan lebat ke desa terdekat. Sementara "desa terdekat" itu masih berjarak 10 km. Bagi penduduk setempat, jarak segitu bukan masalah. Namun bagi orang yang terbiasa dengan "kehidupan normal", berjalan sejauh itu apalagi melewati hutan lebat tentu termasuk suatu petualangan tersendiri.
Beberapa tahun lalu, pada suatu hari yang tenang seluruh isi desa itu tiba-tiba dikagetkan dengan "benda terbang" yang berputar-putar mengelilingi desa mereka dengan suara yang meraung-raung di atas langit. Itulah helikopter Pak Tanoto, seorang konglomerat besar dari ibukota.
Terkesan dengan keindahan serta kedamaian suasana di tempat itu, tak lama kemudian ia membeli tanah luas di bagian atas desa itu. Di atas areal luas itu kemudian dibangun sebuah villa yang megah dan mewah yang kehadirannya sangat kontras dengan kesederhanaan kehidupan penduduk desa di bawahnya. Apalagi, tanah milik Pak Tanoto itu bahkan lebih luas dibanding total luas rumah seluruh penduduk desa Wonoselo.
Kini, kompleks villa yang megah dan mewah itu menjadi tempat peristirahatan favorit Pak Tanoto dan keluarganya untuk mengatasi kejenuhan hati, pikiran stress, dan suasana hingar-bingar yang penuh polusi di ibukota. Alamnya yang asri dan alami dengan hawa gunung yang segar membuat pikiran stress menjadi hilang dengan sendirinya. Apalagi posisi villa itu sangat strategis untuk menikmati keindahan alam sekitar sejauh mata memandang.
Oleh karena akses keluar yang amat terbatas (atau malah tak ada sama sekali menurut konteks kehidupan modern), maka dibuatlah lapangan untuk helipad di sebelah villa itu sebagai satu-satunya jalan akses keluar masuk. Dan, helipad yang dibuat itu tidak hanya berjumlah satu atau dua, tetapi delapan! Hal ini untuk mengantisipasi kebutuhan transportasi dan logistik saat acara kekeluargaan besar yang dihadiri oleh keluarga besar Pak Tanoto. Selain itu juga untuk memenuhi aturan "bumi dan alam" seperti yang dianjurkan konsultan fengshui kondang dari luar negeri.
Secara umum, villa itu dibagi menjadi dua bagian. Bagian untuk keluarga dan satu lagi untuk urusan bisnis. Karena selain untuk acara keluarga, villa itu juga sering digunakan untuk kepentingan bisnis besar Pak Tanoto. Tak jarang villa itu digunakan sebagai tempat meeting tingkat tinggi dengan konglomerat-konglomerat papan atas baik lokal maupun mancanegara. Demikian pula untuk lobi-lobi politik yang business-related dengan tokoh-tokoh politik serta pejabat papan atas.
Acara retreat tahunan para eksekutif kelas atas juga selalu diadakan di sini. Di kalangan intern grup konglomerasi Pak Tanoto, adalah suatu kehormatan besar bagi eksekutif yang diundang datang kemari. Karena hanya eksekutif tingkat atas yang dipercaya oleh sang boss besar saja yang akan diundang.
Sementara itu Pak Tanoto juga memberikan balik ke alam sekitar terutama kepada penduduk desa Wonoselo. Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik "istana di tengah hutan belantara"-nya ini, ia membangun generator bertenaga besar yang tak hanya canggih namun juga ramah lingkungan. Karena generator itu adalah kombinasi dari pemanfaatan tenaga matahari, angin, dan panas bumi yang tersedia melimpah di alam sekitar. Kelebihan dari suplai untuk kebutuhan energi villanya kemudian dialirkan ke rumah-rumah penduduk.
Untuk memelihara villanya, tentu diperlukan puluhan pegawai yang tinggal di dalamnya serta bahan-bahan materi yang harus didatangkan dari luar. Oleh karena itu maka secara rutin selalu ada beberapa helikopter yang datang dan pergi mengangkut para pegawai yang bekerja secara bergiliran setiap minggunya serta bahan makanan, dan lain-lain.
Interaksi antara para pegawai villanya dan penduduk setempat sampai saat ini masih sangat terbatas. Bahkan Pak Tanoto menerapkan aturan keras melarang para pegawainya mengganggu kehidupan warga setempat dengan hukuman berat bagi yang melanggarnya. Hal ini untuk mencegah kontaminasi pengaruh luar yang akan menggerus kearifan lokal penduduk setempat.
Namun pembangunan fisik tak menjadi masalah. Jalan permanen yang menghubungkan villa dan desa Wonoselo dibangun dengan panjang total sejauh kurang lebih 100 meter yang berkelok-kelok mengikuti kontur tanah. Lalu di tepi jalan dibangun tiang-tiang listrik untuk mengalirkan listrik menuju ke rumah-rumah di desa tersebut disamping juga komunikasi untuk TV dan telepon.
Selain itu ia juga menyumbang banyak hal lain terhadap desa itu, seperti membangun sekolah, puskesmas, mendatangkan beberapa ahli pertanian untuk meningkatkan produktivitas desa itu, dan hal-hal lainnya. Termasuk saat ini sedang dibangun jalan permanen yang bisa dilalui mobil yang menghubungkan ke desa terdekat. Setelah jalan itu rampung, maka desa Wonoselo akan terkoneksi dengan dunia luar secara permanen.
Singkat kata, sejak dibangunnya villa Pak Tanoto, kehidupan warga desa itu menjadi meningkat dengan beberapa hal penting seperti listrik, telekomunikasi, dan lain-lain disuplai dari villa di atas desa mereka itu secara cuma-cuma. Sementara itu keluhuran budaya setempat dan keramahan asli penduduknya masih tetap terjaga. Paling tidak sampai saat ini.
Dengan ini semua, hubungan antara seluruh penduduk desa itu dengan seluruh penghuni villa itu, baik Pak Tanoto pribadi, keluarganya maupun para pegawainya berjalan dengan sangat baik.
--@@@@--
Di tengah lapangan helipad itu ada sebuah helikopter yang siap untuk berangkat. Sang pilot telah duduk di kursi pengemudi. Tak jauh dari sana sepasang pria dan wanita setengah baya yang tampan dan cantik dengan pakaian indah berjalan menuju helikopter itu. Mereka adalah Pak Tanoto dan Bu Lusiani, istri Pak Tanoto. Sebelum mencapai helikopter itu, Pak Tanoto menghentikan langkahnya dan menoleh ke gadis muda yang berjalan mengikutinya. "Kamu sungguh yakin mau tinggal sendirian disini?"
"Iya Pi. Aku mau disini dulu beberapa hari," jawab gadis itu. "Beberapa hari terakhir pikiranku agak stress. Mudah-mudahan pikiranku bisa jadi tenang kembali," tambah gadis yang meski mengaku stress namun wajahnya terlihat begitu cantik dan rupawan itu.
"Sudah jangan terlalu dipikirkan," Bu Lusiani yang terlihat begitu anggun cantik dan jauh lebih muda dibanding usia sebenarnya yang telah setengah baya itu berkata. "Memang pernikahan adalah hal yang amat serius. Apalagi buat gadis muda seperti kamu. Dulu Mami juga begitu waktu Papimu ini melamar. Padahal kita sudah saling cocok dan pacaran juga sudah cukup lama, seperti kamu dengan Ferry saat ini. Hmmm... Mungkin itu adalah insting perempuan yang mengatakan kalau kita bakal jadi desperate housewife setelah married," katanya sambil tersenyum cantik dan melirik ke arah suaminya. Gadis muda itu seketika ikut tersenyum mendengar itu. Senyuman yang tak kalah manis dengan ibunya. "Is it true Papi, that you've made her life desperate," katanya sambil menoleh ke Pak Tanoto.
"Bagaimana mungkin?" kata pria yang disela dua wanita cantik di depannya itu dengan tenang. "Bagaimana mungkin Mami bisa secantik seperti sekarang ini kalau sepanjang perkawinannya ia tidak bahagia? Look at her. Tell me, isn't she really beautiful?"
Wajah Bu Lusiani langsung memerah mendengar pujian suaminya di depan putrinya dan sejumlah pegawai yang sedang mengantar itu. Sesaat ia tak mampu berucap apa-apa. Sementara gadis itu tertawa geli. "Yes, I agree with you Papi. Mami is the most beautiful woman in the world."
"Dasar anak Papi. Kamu selalu saja memihak ke Papi," kata Bu Lusiani kepada putrinya. Namun tak dapat disembunyikan kegembiraan dirinya karena dipuji terang-terangan oleh suaminya. Wanita mana yang tak suka dipuji oleh pasangannya?
"Dia juga anak Mami lagi. Kalau nggak gitu, gimana bisa nurun kecantikan Maminya," kata Pak Tanoto sambil memeluk bahu istrinya.
"Iih, papa memang pinter ngerayu. Sekali ngerayu dapet dua lagi," kata gadis itu sambil agak cemberut. Namun sama seperti Bu Lusiani, ia juga senang mendengar pujian papanya itu. Pak Tanoto tertawa terbahak-bahak mendengar kata-kata putrinya ini.
"Jangan menakut-nakuti anakmu gitu donk," kata Pak Tanoto. "Kalo sampe dia percaya dengan omonganmu trus menolak married gimana?"
"Bagaimana bisa ditakut-takuti? Lha wong anakmu ini sudah cinta banget sama dia kok. Masa kamu sebagai papanya nggak tahu," giliran Bu Lusiani menggoda putrinya.
"Tahu donk. Khan sama kayak Maminya yang jatuh cinta banget sama papanya."
Gadis itu tertawa melihat kemesraan yang diperlihatkan oleh kedua orangtuanya ini.
"Jangan kuatir, sayang. Pre-wedding jitters adalah hal yang lumrah terjadi. Terutama bagi perempuan. Meski kamu mencintai Ferry, tapi tetap saja perasaan ini bisa timbul Dan itu bukan berarti kamu tak sayang dengan dia. Setelah married... hidupmu, hidup kalian berdua akan berubah. Kalian bukan dua orang yang terpisah lagi, tetapi satu keluarga. Dan perubahan itu akan terjadi dua minggu dari sekarang. Sehingga wajar kalau saat ini timbul rasa nervous dalam dirimu. So, just take it easy. Memang ada baiknya kamu stay dulu beberapa hari disini untuk membuat pikiran tenang," kata Bu Lusiani akhirnya dengan serius sambil membelai rambut anak gadisnya itu.
"Ok, Mami," kata gadis itu sambil memeluk ibunya. "I'll be allright. I promise."
"Remember honey, everything is under control," kata Bu Lusiani lagi.
"I love you," katanya sambil mencium pipi putrinya.
"I love you too, Mom," jawab gadis itu sambil mencium balik pipi Bu Lusiani.
"I love you Papi, " kata gadis itu kemudian sambil memeluk erat dan mencium pipi Pak Tanoto. "I love you too," jawab Pak Tanoto sambil memeluk dan mencium pipi putrinya.
"Ingat kata-kata Mami, everything is under control. So don't worry," imbuhnya sambil menatap putrinya.
"Take care, honey," kata Bu Lusiani.
"Take care, Mom and Dad."
Beberapa saat kemudian, terbanglah helikopter itu membawa pasangan suami istri konglomerat itu. Sementara ia memandang ke atas sambil melambaikan tangannya yang dibalas oleh kedua orangtuanya. Rambut panjangnya yang dibiarkan terurai kini jadi melambai-lambai terbawa angin dari baling-baling helikopter itu.
Setelah itu masuklah gadis itu ke dalam rumah. Meski kegalauan dalam hatinya belum hilang, namun ia merasa senang melihat kemesraan orangtuanya barusan. Setelah married nanti, aku juga ingin punya kehidupan perkawinan seperti mereka yang tetap harmonis setelah puluhan tahun, batinnya. Sama seperti dirinya dan Ferry sekarang, kedua orangtuanya juga dulu berkenalan dan pacaran saat mereka kuliah di luar negeri. Ia yakin, Ferry kekasihnya adalah pria yang tepat untuk dirinya. Everything is under control, batinnya meyakinkan dirinya dengan mengulangi kata-kata Maminya tadi.
--@@@@--
Terakhir diubah: