Day 3
Chapter 6 - Under Control vs Out of Control
Pagi itu begitu terbangun tiba-tiba Sandra ingin merasakan berenang di kolam renang
outdoor dengan air hangat yang belum lama dibangun di villanya. Apalagi ia akan meninggalkan tempat ini siang nanti sehingga ia harus menikmatinya sekarang. Sejumlah pegawai yang dijumpainya sepanjang jalan mulai dari ia keluar kamar, menyusuri koridor dan menuruni tangga marmer ke lantai dasar, lalu berjalan menuju pintu belakang, saat ia berada di taman, sampai akhirnya tiba di kolam renang di ujung taman, semuanya langsung menyapanya dengan hormat begitu melihat dirinya.
"Pagi Non," sapa seorang pegawai yang sedang duduk-duduk di dekat kolam renang sambil menganggukkan kepala ketika melihat nona majikannya itu berjalan menuju ke arahnya.
"Oh, Pagi Non," kata temannya sambil berbalik badan dan membungkukkan badannya.
"Pagi Mas Ucep dan Mas Parto," jawab Sandra sambil tersenyum manis.
"Air kolam renangnya sudah hangat khan, Mas?" tanya Sandra.
"Oh kalo airnya memang selalu hangat terus. Non mau berenang sekarang?"
"Iya. Bisa dipake untuk berenang khan?"
"Oh bisa, tentu saja bisa. Silakan Non," jawab Mas Parto dengan cepat.
Sandra menaruh tas kecil yang dibawanya di kursi. Lalu ia melepas tali pengikat jubah kimononya di pinggang. Lalu kimononya dilepaskannya dari tubuhnya. Sementara diam-diam Parto dan Ucep memperhatikan gadis majikannya sambil menahan napas...
Tubuh Sandra yang tinggi langsing terbalut dengan pakaian renang terusan warna hitam bermotif bunga-bunga warna-warni yang begitu kontras dengan kulit putih tubuhnya. Pahanya yang putih mulus seolah semakin berkilau terkena cahaya langit pagi. Pinggulnya yang cukup berisi terlihat menonjol di balik kostum renangnya itu. Dadanya begitu sexy menggoda dengan tonjolan dua bukit yang meski tak terlalu besar namun sungguh indah dipandang. Tubuh indahnya sungguh serasi dengan wajah cantik orientalnya.
Dua pegawai cowok itu jadi semakin berdegup keras dan "nyut-nyutan" saat melihat nona majikannya yang cantik itu mengangkat kedua tangannya untuk mengikat rambutnya lalu membetulkan sedikit posisi
padding di bagian dadanya. Sebelum akhirnya, byuurrr.... Sandra masuk ke dalam kolam renang itu dan berenang ke ujung sana menjauhi mereka berdua. Sementara Ucep dan Parto langsung saling pandang sambil tersenyum-senyum. Meski tak diungkapkan mereka bisa saling membaca apa yang ada dalam pikiran masing-masing. Maklum, mereka sama-sama masih muda (25 tahun - setahun lebih tua dari Sandra) dan sama-sama masih bujangan. Sehingga tentu mereka berdua punya pikiran yang kurang lebih sama.
"Non Sandra....." gumam Ucep sambil memandang ke temannya.
"Ya, pagi-pagi sudah bikin "bangun"...", timpal Parto.
"Apanya yang bangun nih."
"Halah jangan pura-pura ga tau deh kamu, Cep."
"Hehehe memang cantik banget ya. Dan bodinya begitu aduhai.."
"Yang ga nguatin lagi pahanya yang putih mulus itu. Hadeuh.. Hanya bisa ngeliat dari jauh aja tapi kita-kita ini."
"Berbahagialah laki yang jadi calon suaminya. Tiap hari bisa ngamar terus berdua."
"Ah. Ga usah nunggu sampe nikah. Sekarang pun juga paling sudah sering "dinaiki" sama cowoknya. Punya cewek kayak gitu, mana bisa tahan coba."
"Hahaha. Betul. Bego banget cowoknya kalo ga diapa-apain."
Selagi mereka asyik berdiskusi topik "seru saru" seputaran diri nona majikannya itu, tiba-tiba...
"Hey! Lagi ngomong apa kalian berdua. Bukannya kerja malah ngomong ngaco yang ga karuan!"
Mereka berdua langsung terkejut dengan wajah agak pucat. Langsung keduanya menoleh ke belakang.
"Eh, Mbak Wati. Bikin orang kaget aja," jawab Ucep agak lega karena wanita ini masih kakak sepupunya. Demikian pula dengan Parto yang juga terlihat agak lega karena ia kenal cukup dekat dengan wanita ini.
"Pagi-pagi sudah ngomong ga karuan. Lagian, sedang apa kalian disini hah?" tanya Wati. Ia agak curiga melihat tingkah-laku dua cowok ini yang berada dekat-dekat dengan kolam renang dimana saat itu Sandra sedang berenang di dalamnya. "Kalian jangan berbuat kurang ajar dan bikin malu aku ya," sergahnya dengan tajam.
"Lho kita ga berbuat apa-apa kok, Mbak," kata Ucep menjawab kakak sepupunya ini. "Dari tadi kita memang berada disini. Sebelum Non Sandra datang juga kita sudah disini. Tanya Parto kalo ga percaya."
"Iya betul, Mbak. Kita berdua sejak pagi-pagi sudah duduk-duduk disini. Baru kemudian Nonik Sandra muncul lalu berenang."
"Sudah jangan ikut-ikutan kamu," timpal Wati dengan ketus. "Lalu kenapa kalian terus-terusan ada disini."
"Ya kita khan lagi
standby Mbak. Siapa tahu Non Sandra perlu sesuatu, kita siap langsung membantu, Mbak," kata Ucep sambil senyum cengengesan.
"Dasar bahlul, kalian berdua. Bukan tugas kalian nungguin Non Sandra. Ayo kalian balik kerja!" seru Wati sambil mendorong dan membawa mereka berdua menjauhi kolam renang.
"Ingat, kalian berdua ada disini karena rekomendasi dariku. Jadi kalian jangan bikin malu. Juga, persaingan disini cukup ketat jadi jaga ucapan dan tingkah laku kalian disini. Salah-salah, ga cuma kalian yang kena tapi aku juga bisa kena dampaknya. Apa perbuatan dan kelakuan majikan kita, itu adalah urusan mereka. Kita ga perlu ikut-ikutan karena disini kita hanya kerja. Mengerti kalian?"
--@@@@--
Shower di kamar mandi itu terus menerus mengucurkan air panas yang membuat cermin di dalam kamar mandi jadi tertutup oleh embun yang dihasilkan oleh air panas itu. Sandra mengusap cermin besar di depannya itu dengan tangannya. Sampai akhirnya bayangan dirinya muncul terpantul dari cermin itu. Ditatapnya bayangan dirinya yang dalam keadaan telanjang bulat itu lekat-lekat. Ia seperti sedang mengagumi dirinya sendiri. Ya, mengapa tidak? Sungguh ia amat sangat patut berbangga memiliki paras wajah cantik serta tubuh indah seperti yang dilihatnya kini. Sepasang payudaranya terlihat begitu kencang kenyal dengan bentuk sempurna. Kedua putingnya yang kemerahan muncul menonjol di tengah-tengahnya. Di tengah-tengah kedua paha mulusnya, rambut halus kemaluannya menempel jadi satu karena basah.
Look how good you are, Sandra, gumamnya. Di luaran sana, tak terhitung berapa banyak gadis lain yang mengimpikan memiliki apa yang ia miliki saat ini, termasuk tubuh indah yang terpampang di depan matanya ini. Sementara juga tak terhitung banyaknya pria yang ingin menikmati dirinya atau bahkan sekedar mampu melihat sekilas sebagian tubuh indahnya. Bahkan ia yakin para pegawai pria disini pun juga diam-diam pasti memiliki
dark fantasy terhadap dirinya.
Namun mereka hanya bisa sekedar berfantasi saja. Karena ia tak sembarangan menyerahkan tubuh indahnya ini kepada sembarang lelaki. Hanya laki-laki istimewa pilihan dirinya sajalah yang dapat menjamah tubuhnya. Itu pun juga atas seijin dan kemauan dirinya.
Mengapa? Karena semua aspek dalam hidupnya berada dalam kendalinya.
Everything is under control. Sandra tersenyum puas. Sebelum kemudian ia masuk ke dalam
bath tub untuk merendam tubuhnya di dalam air hangat yang telah dicampur aroma wewangian untuk memperhalus kulit tubuhnya.
--@@@@--
Garwo merendam tubuhnya di dalam air sungai yang dingin. Sambil giginya geretukan dan badan menggigil kedinginan, ia melamun merenungi nasibnya. Segala sesuatunya sungguh berjalan lepas kendali bahkan
out of control.
Sejak diusir dari rumah ayah tirinya, ia jadi pesakitan dan bergelimang di dunia hitam. Usianya baru 26 tahun. Namun ia telah beberapa kali keluar masuk penjara. Namun yang paling gila adalah kasus yang dialaminya sekarang. Ia dianggap sebagai kaki tangan organisasi terlarang yang berniat mengacaukan bahkan meruntuhkan sistem negara ini. Itu sebabnya ia dibawa ke penjara Pagarwesi karena dianggap tahanan berbahaya. Selain juga untuk menjalani interogasi lanjutan untuk mengorek informasi mengenai organisasi tersebut.
Disinilah awal masalahnya. Ia tak mengerti mengapa ia dianggap bagian dari komplotan berbahaya sementara aksi yang dilakukan hanyalah aksi kriminal biasa yaitu merampok toko emas milik pedagang kaya. Namun mereka tidak percaya begitu saja dengan pengakuan jujurnya karena terdapat bukti cukup kuat akan keterlibatan dirinya dengan organisasi tersebut.
Oleh karena tak kunjung "mengaku", akhirnya ia mendapat perlakuan yang amat sangat keras untuk membuat supaya mental dirinya akhirnya runtuh. Tak ingin mengalami perlakuan seperti itu terus menerus, akhirnya dengan memanfaatkan kelengahan penjaga ia dengan nekat kabur. Membuat dirinya menjadi orang pertama yang mampu melarikan diri dari penjara super ketat itu. Tapi kini nasibnya jadi terlunta-lunta tak menentu di dalam hutan.
--@@@@--
Sandra menyandarkan tubuhnya di
bath tub besarnya sambil memejamkan mata. "
Everything is under control".. Hmm, benarkah
everything?
Not really! Mungkin hampir semuanya namun tak semuanya. Gumamnya sambil pikirannya melayang ke kejadian masa lalu....
--@@@@--
"Tubuhmu bagus banget Nik!" ujar Suti sambil memandang tubuh anak majikannya yang hanya memakai celana dalam tipis saja.
"Ah, bisa aja. Biasa aja juga kali," jawab gadis belia berusia 16 tahun itu dengan agak memerah.
"Sungguhan. Sungguh beruntung kamu punya tubuh sebagus ini. Omong-omong ini Nonik sudah punya pacar?"
"Iiih. Memang kenapa Mbak Suti tanya begitu?"
"Sungguh beruntung pacarmu Nik. Tapi kamu mesti hati-hati juga. Jangan mudah percaya omongan laki-laki walau itu pacar sendiri atau bahkan suami. Nanti kamu kalo sudah dewasa akan mengerti sendiri. Jadi jangan sekali-kali kasih sesuatu ke laki kalau kamu sendiri nggak menginginkannya. Apalagi kalo sampe minta sebagai bukti cinta, lebih baik langsung diputusin saja cowok itu Nik."
"Baik. Nasihatmu akan selalu kuingat," kata Sandra sambil tersenyum manis. "Sepertinya nggak susah ya. Kalau ada cowok yang minta macem-macem sebagai bukti cinta, berarti dia bukan cowok bagus. Langsung putusin aja ya."
"Ya tapi pada prakteknya bisa jadi susah kalau kamu sudah kadung jatuh cinta sama pacar kamu itu Nik. Tapi sebenarnya yang lebih susah lagi itu kalau kamu sendiri juga memang mau. Kalau sama-sama mau pasti susah nahannya. Yang penting jaga jangan sampai hamil. Itu penting sekali."
"Susah karena sebenarnya enak juga ya? Hihihi."
"Enak banget Nik. Apalagi kalo kamu sudah pernah ngerasain sekali. Pasti pengin lagi terus. Trus juga sebenarnya rasa enak di perempuan itu jauh lebih tinggi daripada laki. Makanya kadang susah juga. Haha."
"Lalu sejak kamu jadi janda gimana donk? Apa jadi sering main sama laki nih? Hihihi."
"Terus terang... iya Nik. Hahaha. Jujur aja aku punya pacar di luar dan lumayan aktif main sama dia. Jangan bilang sama siap-siapa ya, tapi kalo aku pas keluar kadang suka ketemu dia. Sebelum sama dia malah aku cukup banyak main sama beberapa laki yang beda-beda. Namanya kepingin Nik. Hahaha. Nanti kalau kamu sudah nikah pasti tahu juga."
"Atau kalau sudah pernah nyoba kali, sebelum nikah juga. Hahaha."
Demikian percakapan dari hati ke hati tanpa tedeng aling-aling terjadi antara Sandra ketika baru masuk SMA dan Suti pembantu wanita kepercayaannya yang adalah seorang janda berusia 35 tahun. Bagi Sandra, Suti adalah sumber informasi akan segala hal tentang seks karena Suti termasuk wanita yang cukup tinggi gairah seksualnya dan ia mau berbicara apa adanya tanpa tedeng aling-aling. Berbeda dengan orangtuanya yang menganggap pembicaraan tentang seks adalah hal yang tabu. Sehingga ia tak pernah memperoleh informasi cukup tentang hal itu selain yang bersifat formatif saja. Saking percayanya, bahkan ia tak merasa risih untuk hampir telanjang bulat di depannya saat Suti memijit dirinya seperti saat ini.
"Tapi main sama laki yang beda-beda gitu ga apa-apa memangnya Mbak? Apa ga lalu dipandang rendah sama mereka?"
"Makanya mesti sama laki yang bisa dipercaya Nik. Makanya jangan mudah gampang percaya sama laki. Kita sebagai perempuan mesti lebih pintar dari mereka. Kita harus bisa seleksi. Tapi hal yang paling utama adalah balik ke kitanya dulu. Bahwa kitanya juga memang mau."
"Omong2, kalo dulu kamu masih perawan sampai menikah sama suami ya?"
"Hahaha, enggak Nik. Dulu sebelum nikah sudah pernah tidur bareng sama pacar yang dulu. Tapi kemudian ga jadi nikah sama dia."
"Hahaha. Nakal juga dulu ya. Lalu dari sekian banyak laki yang pernah sama Mbak, yang paling asyik sama siapa nih. Mantan suami?"
"Hahaha bukan. Paling enak ya sama yang sekarang. Sama2 sudah pengalaman soalnya hahaha. Kalo mantan suami dulu orangnya egois."
"Kalo pacar sekarang "tahan lama" pasti ya Mbak. Hihihi."
"Oh itu jelas. Hahaha. Kalo ga gitu ga dijadikan pacar. Tapi secara umum ya Nik, dari pengalamanku selama belasan tahun cieyyy, yang hebat mainnya itu laki yang sudah pernah nikah dan orang desa yang pekerjaan sehari-harinya memang banyak kegiatan fisik. Pacarku yang sekarang juga sama. Dia duda dan asalnya orang kampung."
"Oh gitu ya Mbak."
"Iya. Tapi ini buat aku ya Nik. Orang lain mungkin beda. Seperti kamu gini ya ndak mungkin toh sama yang sudah pernah nikah. Apalagi sama laki kampung. Hahaha. Jadi ya penggantinya cari laki yang rajin berolahraga. Kalau pengalaman ya bisa sama-sama sambil belajar. Haha. Kamu khan masih muda soalnya."
"Hihihihi. Iya sih. Kalo aku sama orang kampung bisa mencak-mencak nanti Papi dan Mami. Hahaha."
"Sudahlah. Kamu masih muda masih perawan jangan terlalu banyak ngomong tentang hal ini. Dijalani aja nanti gimana sama pacar kamu Nik. Apalagi kalo Papi Mami tahu. Bisa langsung diusir aku nanti Haha. Yang penting ya ingat satu tadi nasihatku."
"Ok. Makasih ya Mbak."
"Sama2 Nik. Aku keluar dulu. Hati-hati jangan lama-lama nggak pake baju nanti masuk angin."
Sesaat kemudian keluarlah Suti dari kamar Sandra. Sementara Sandra membuka lemari pakaiannya untuk memilih daster yang akan dikenakannya. Saat itu terdengar suara ketukan di pintu kamarnya. Ah selalu pembantu kepercayaannya ini lupa akan sesuatu, gumamnya.
"Ya, masuk aja, Mbak," kata Sandra berteriak dari dalam.
Pintu langsung terbuka. Namun....
"AAAHHH!" Sandra berteriak keras. Sementara orang yang membuka pintu kamar itu juga sama terkejutnya. Karena orang itu bukan Suti tapi Parno pembantu cowok yang tak lama masuk. Untuk beberapa saat tubuh telanjang Sandra terekspos secara terbuka di depan mata Parno sebelum ia sempat bereaksi dengan menutupi tubuh terutama payudaranya.
"Oh. Maaf, maaf Non," ujar Parno sebelum ia menutup kembali pintu kamar gadis majikannya.
Itu saat terakhir ia melihat Parno karena tak lama setelah itu ia pergi karena ada "urusan keluarga mendadak di kampung" dan tak kembali lagi. Mungkin cowok muda itu merasa takut kalau-kalau ia bakal dimarahi atau bahkan dihajar oleh majikannya.
Namun bagi Sandra muda kala itu, bagaimana pun pembantu cowok muda itu telah melihat tubuh telanjangnya dengan hanya tersisa cd saja. Bahkan ia adalah cowok pertama yang melihat tubuhnya nyaris telanjang bulat seluruhnya seperti itu. Kejadian yang terjadi begitu cepat dan berjalan tak terkendali.
Di bawah permukaan air tubuh Sandra menegang saat ia teringat kejadian yang telah lewat cukup lama namun masih membekas kuat dalam pikirannya itu. Dan lamunannya terus mengembara di masa lalu... ke mantan
secret lover-nya!
--@@@@--
Once upon a time in Bali...
Menjelang keberangkatannya ke Amerika, Sandra beserta kedua orangtua dan saudara-saudaranya berlibur ke Bali. Sebagai perayaan perpisahan putri sulungnya yang akan menempuh studi di luar negeri itulah Pak Tanoto mengajak mereka sekeluarga berlibur.
Setelah masa liburan selesai, seharusnya mereka pulang balik sekeluarga. Namun mendadak Pak Tanoto ada urusan bisnis yang harus diurus sehingga ia harus tinggal lebih lama beberapa hari di Bali. Sementara adik-adik Sandra sudah harus pulang karena ada kegiatan ekstra kurikuler di sekolahnya masing-masing. Pada akhirnya, Bu Lusiani dan adik-adik Sandra pulang terlebih dahulu. Sementara Sandra tinggal lebih lama di Bali bersama Pak Tanoto karena ia ingin ikut hadir dan belajar bisnis bersama ayahnya.
Sore itu di bawah cuaca langit yang indah, untuk mengisi waktu senggangnya Sandra berjalan-jalan sendirian di pantai di depan resort mewah yang ditinggalinya. Dengan mengenakan pakaian santai ala di pantai yaitu celana hotpants dan kaus tanpa lengan, ia berjalan-jalan dengan santai menikmati suasana pantai yang semarak di kala sore hari menjelang matahari terbenam. Saat itu tiba-tiba ada suara yang menyapa namanya beberapa kali dari agak jauh.
"Sandra... Non Sandra!"
Sandra menoleh ke sumber suara itu ketika dilihatnya ada seorang pemuda yang bertelanjang dada berlari-lari kecil menghampiri dirinya.
"Ini Sandra khan?" tanya cowok berkulit sawo matang itu sambil tersenyum.
"Iya aku Sandra. Ada apa ya?" tanya Sandra dengan waswas dan agak judes. Usia gadis itu sudah 18 tahun jadi tentu ia tahu akan perlunya untuk bersikap waspada terhadap laki-laki tak dikenal. Apalagi kepada cowok dengan penampilan seperti cowok pantai ini, yang berambut gondrong dan telanjang dada dengan beberapa tato di tubuhnya.
"Ah ternyata benar Nonik Sandra. Tadi waktu pertama liat, kayaknya pernah liat. Rupanya betul. Lagi liburan disini ya? Sendirian aja?" tanyanya bertubi-tubi.
"Kamu siapa?" tanya Sandra dengan nada kurang ramah sambil mengernyitkan dahi.
"Oh maaf, maaf. Sepertinya Nonik lupa sama aku. Memang dulu juga kita jarang bertemu. Tapi sebelum ini aku pernah kerja sebentar di rumah Nonik. Namaku Sukri. Aku adiknya Mbak Suti. Mungkin Nonik nggak ingat aku tapi pasti ingat sama kakakku khan?"
"Oh, iya aku agak-agak ingat dulu adik Mbak Suti pernah kerja di rumah sebentar. Apa kabar Mbak Suti sekarang?"
...
...
Demikianlah, dari awal sikapnya yang tidak ramah, rupanya pembicaraan jadi berlanjut cukup lama. Jauh lebih lama dari perkiraan awal karena rupanya Sandra cukup tertarik untuk mendengar informasi mengenai Mbak Suti, mantan pembantu kepercayaannya sekaligus mentor bagi dirinya dalam hal seksualitas. Boleh dikata berkat informasi-informasi dari pembantunya itulah ia jadi menyadari tingginya daya tarik seksual dirinya. Dari awalnya merasa kurang percaya diri, ia jadi begitu percaya diri akan seksualitas dirinya yang pada akhirnya aura kepercayaan dirinya itu membuatnya jadi gadis primadona di sekolahnya.
Pembicaraan diantara mereka berlangsung sambil mereka berdua berjalan beriring sambil asyik berbincang-bincang. Mengundang perhatian banyak orang yang melewati mereka. Mungkin karena fisik dan penampilan antara mereka berdua yang begitu kontras sekali perbedaannya. Yang cowok berpenampilan tipikal cowok pantai dengan bertelanjang dada, macho bahkan terkesan liar, rambut gondrong, badan kekar dengan banyak tato dan kulit sawo matang yang semakin hitam karena sering terkena sinar matahari.
Memang ia adalah cowok pantai yang macho dan liar. Sementara yang cewek putih cantik, berwajah oriental, classy, dan raut wajah yang masih
innocent.
Memang ia adalah cewek oriental classy yang masih
innocent. Tentu membuat semua diantara mereka bertanya-tanya dalam hati bagaimana ceritanya mereka bisa jalan berdua
. Bahkan mungkin ada yang mempertanyakan kewarasan cewek itu. Kalau cowoknya sih ya pasti mau-mau aja sama cewek seperti itu. Hehehe. Dan rasa keingintahuan mereka tentu semakin bertambah saat mereka duduk bersama berdua sambil menatap matahari terbenam tiba. Seperti layaknya sepasang kekasih beneran saja.
Tentu mereka semua itu akan semakin terkaget-kaget kalau mengetahui bahwa interaksi diantara mereka berdua berujung sampai di tempat tidur! Waktu tempat dan peristiwa dimana Sandra melepas kegadisannya. Sebaliknya bagi Sukri, waktu tempat dan peristiwa dimana jumlah "mangsanya" bertambah satu. Namun kali ini mangsanya begitu istimewa. Karena ia dengan jaya dan gagah perkasa berhasil merenggut keperawanan putri sulung konglomerat besar yang terkenal di seantero negeri. Kini, anak gadis bekas tuannya itu telah menjadi "bekasnya" dan sudah bukan gadis lagi. Juga boleh dikata malam itu ia menjadi "tuan" atas diri gadis ini.
Mata Sandra menerawang jauh. Sekujur badannya menegang. Diraba-rabanya kedua payudaranya. Sama seperti saat Sukri meremas-remas payudaranya bergantian. Bahkan berlanjut mengenyoti kedua putingnya yang kemerahan. Membuat putingnya jadi semakin menegak kaku. Membuat Sukri semakin ganas menjilati dan mengemuti keduanya bergantian. Diraba-rabanya sekujur tubuhnya dengan kedua tangannya. Sama seperti ketika tangan hitam Sukri menggerayangi tubuh mulusnya. Cowok itu berbuat tak senonoh terhadap dirinya. Namun ia tak berkuasa melawannya. Karena ia justru menikmati semua rabaan tak senonohnya itu. Kini tangannya meraba-raba pangkal pahanya sebelum menyentuh vaginanya.
Ooohh.... Ooohhhh.....Tubuh Sandra menggeliat-geliat. Makin lama makin liar. Vaginanya digesek-geseknya. Puting payudaranya dimainkan dengan jari-jarinya. Sandra mengerang-erang. Membayangkan saat ketika tubuh kekar Sukri menindih dirinya. Bibirnya dengan jantan melumat bibir kecilnya. Lidahnya menginvasi mulutnya dan menari-nari kesana kemari di dalamnya. Sementara di bawah batang kejantanannya yang besar tak bersunat menembus liang vagina sempit miliknya. Membuat dirinya mulanya mengaduh-aduh karena perih. Namun perih-perih nikmat.... Dan lama-lama perihnya hilang hanya tinggal nikmatnya saja...
Ooohhh.... Ooohhh..... Aaahhhh.... Aaahhhh....
Bagai kerasukan Sandra mendesah-desah dengan suara keras. Seiring dengan irama penis besar panjang berurat Sukri menghantam-hantam, menghunjam-hunjam, dan menggedor-gedor seluruh dinding vaginanya.
Ooohhh.... Mas Sukri..... Oooohhh......Oooohhhh......Mas Sukri...AAAARRHHHHHH......
Tubuh Sandra menegang kaku dan menggelinjang-gelinjang. Kedua tangannya memeluk erat-erat tubuh kekar Sukri sambil vaginanya mengalami orgasme hebat.
Oohh... Sandra....OOOHH.....Emmhhh....
Sukri memaju-mundurkan penisnya di dalam vagina Sandra, makin lama makin cepat.
Ooohhh.... Mei-Mei Sandra... Aku keluar juga Mei-Mei.... Mei-Mei Sandra.... AAGGHHHHHHH.
Crotttsss..... Crottsss......Crotts....
AAAHhhhhhhhh.... Mas.......AAAhhhhhhhh.......
Vagina Sandra terasa hangat akibat semprotan cairan sperma Sukri yang keluar begitu banyak, membasahi seluruh dinding vagina gadis yang ditindihnya itu.
Oooohhhh..... Ooohhhh.....AAARRHHHHHH......
Tubuh Sandra menggelinjang hebat di dalam bath tub. Ia pasrah membiarkan kenikmatan orgasme melanda seluruh tubuhnya... "Air" dalam bath tub itu kini jadi bercampur dengan lendir.
Oooh... Mas Sukri.... desah Sandra lirih di dalam bath tub dengan napas naik turun. Kemudian seluruh tubuhnya terasa lemas. Tubuhnya lemas namun dirinya merasa puas.
Secara
resmi, ia kehilangan keperawannya di Amerika. Saat ia ML untuk pertama kali dengan Hendra, pacarnya saat itu. Saat dimana ia melupakan nasihat Mbak Suti kepadanya, yaitu untuk tak memberikan sesuatu demi alasan cinta. Saat itu, karena merasa tak enak kepada cowoknya, pada akhirnya ia menyerahkan tubuhnya kepadanya. Saat dimana terjadi permainan cinta satu arah. Karena ia hampir tak merasakan kenikmatan apa-apa dari cowoknya itu.
Namun secara
tak resmi, Sukri telah menikmati kegadisannya di Bali sebelum ia berangkat ke Amrik. Saat dimana ia merasakan kenikmatan yang tiada tara. Sungguh ironis sekaligus menarik, ia mendapat pelajaran seksual dari Mbak Suti. Pada akhirnya ia berhubungan seksual pertama kali dengan adik cowok "mentornya" itu.
Juga, sehabis mereka bercinta malam itu, Sukri mengaku terus terang kalau ia langsung mupeng saat pertama kali melihat dirinya. Kala itu ia baru berusia 14 tahun dan cowok itu 18 tahun. Namun tentu saat itu ia tak bisa berbuat apa-apa dikarenakan perbedaan status yang begitu jauh dan juga ia tak yakin Sandra akan bisa tertarik dengan cowok seperti dia. Namun siapa nyana kalau empat tahun kemudian hasrat terpendamnya itu menjadi kenyataan. Bahkan ialah cowok pertama yang memerawani dirinya. Pandangan mata puas cowok itu saat melihat darah perawannya membasahi kain seprei ranjang itu sungguh tak terlupakan olehnya. Bahkan setelah bercinta, diantara jeda sebelum melakukannya lagi, cowok itu selalu terus menerus melihat ke seprei bernoda merah itu dengan pancaran sinar mata yang penuh gelora.
Memang ada hal-hal tertentu yang berlangsung
out of control. Namun hal-hal yang berlangsung
out of control itu pun juga sebenarnya terjadi dalam koridor
under control, batin Sandra. Sama seperti sekarang ini...
Sandra memejamkan matanya dan tiduran di dalam bath tub-nya. Dirinya merasa puas. Puas yang sungguh tak terperikan. Sama seperti saat ia menyerahkan keperawanannya malam itu...
--@@@@--
Garwo yang masih merendam tubuhnya di dalam sungai kini mulai dapat menyesuaikan dengan suhu airnya. Kini ia tak terlalu merasakan kedinginan lagi. Apalagi ia punya ilmu bela diri yang cukup tinggi. Sambil bersila dan mengalirkan hawa hangat dalam sekujur tubuhnya, ia menenangkan dan mengistirahatkan pikirannya. Meskipun berada dalam situasi yang
out of control pikirannya kini berada dalam kontrol penuh dirinya. Apalagi air segar sungai ini dan suara menggelegarnya ketika turun ke bawah menjadi air terjun itu serasa menjadi terapi penyembuhan terhadap kelelahan fisik, mental, dan spiritualnya. Kini dirinya menjadi segar. Bahkan luka-luka yang dialaminya kini telah sebagian besar menutup.
Ia kini seolah menjadi satu dengan alam sekitar.