Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG The Confluence (Revised Version)

Status
Please reply by conversation.
Chapter 5 - The Law Of Nature

Siang menjelang sore Sandra berjalan turun sendirian ke desa Wonoselo untuk sekedar liat-liat suasana desa itu. Ia nampak begitu menarik dan cantik dengan celana jins dan kaus merah muda. Meski busana yang dikenakannya ini begitu simpel namun harganya cukup selangit karena buatan rumah mode mahal dari Milan.

Saat melihat dirinya muncul, hampir seluruh penduduk desa pada keluar semua. Mulai dari anak-anak kecil yang mengikuti dirinya dan tertawa-tawa, kaum wanita yang menyapanya, para pemuda desa yang begitu terpesona memandang ke arahnya, sampai para orang tua yang menawarkan buah-buahan kepadanya.

Sikap antusias warga desa itu membuat hati Sandra semakin berbunga-bunga. Sungguh tak disangkanya kalau ia bakal disambut begitu meriah seperti ini. Meski di dalam lubuk hatinya ia tahu kalau dirinya adalah seorang superstar. Sejak kecil, kapan saja, dimana saja, dalam kondisi apa saja, ia selalu menjadi pusat perhatian. Dengan pendidikan kepribadian kualitas tinggi yang didapatnya selama ini, ia selalu berhasil membuat massa terpukau olehnya.

Demikian pula dengan saat ini. Sikap ramah dan easy-going yang ditunjukkannya membuat mereka semua jadi terpesona. Apalagi meski status sosialnya jauh di atas awang-awang dibanding mereka, ternyata ia begitu ramah dan tidak sombong. Bahkan sikap gadis ini di mata mereka jauh lebih "membumi" dibanding sikap beberapa pegawai villa atas yang merasa sok hebat dibanding mereka.

Saat Sandra melewati balai desa, dilihatnya empat pemuda yang sedang duduk-duduk disana. Menyadari mereka berempat sedang memandang ke arahnya, ia menoleh ke arah mereka sambil tersenyum manis. Membuat mereka berempat dalam sekejab semuanya menjadi "aku Y padamu" kepada dirinya.

Ah, seandainya saja tadi aku selfie akan sambutan meriah para penduduk desa ini kepada diriku... pasti video itu akan mendapat banyak "Like" dan komentar macam-macam," batinnya sambil tersenyum geli.

Saat melanjutkan perjalanannya, Sandra bertemu tiga wanita yang usianya sekitar 25-30. Melihat kedatangan Sandra, mereka langsung menyapa. Ternyata mereka akan menuju ke sungai untuk mencuci baju. Sandra yang merasa tertarik langsung menawarkan diri untuk menemani mereka yang tentu saja disambut dengan sepenuh hati. Mereka gembira saat gadis cantik dari kota besar ini ikut berjalan bersama mereka.

Dan mereka semakin takjub namun senang saat di sungai Sandra ikut membantu pekerjaan mereka. Awalnya mereka tak mau merepotkan gadis ini. Namun justru Sandra yang memaksa karena ia ingin merasakan pengalaman unik ini. Bahkan mereka tertawa-tawa ketika Sandra mengambil foto selfie dengan mereka berempat di tepi sungai. Ya, kali ini ia tak akan melewatkan kesempatan emas untuk posting gambar menarik tentang dirinya :).

Ia tak sabar lagi membayangkan betapa akan hebohnya reaksi dunia (online) saat ia meng-upload foto-foto dan video selfie dirinya yang sedang membantu para wanita desa ini mencuci pakaian di sungai. Membayangkan itu ia jadi tersenyum-senyum sendiri. Sebaliknya, melihat gadis kota ini tersenyum-senyum gembira, mereka juga ikut tertawa-tawa karena gembira akan keramahannya.

Setelah itu...
"Maaf Non Sandra. Sekarang kami mau.. mandi dulu, hihihi," kata salah satu perempuan itu sambil kemudian melepas kembennya yang lalu diikuti oleh dua perempuan yang lain. Di depan Sandra dan diantara mereka, kini ketiganya bugil telanjang bulat tanpa mengenakan apa-apa sebelum mereka memasukkan tubuhnya ke dalam sungai.

Sandra sungguh terkejut melihat mereka yang dengan spontan membuka seluruh penutup tubuhnya di depan dirinya bahkan di tengah-tengah alam terbuka seperti ini. Bahkan alih-alih bersikap super hati-hati dan celingukan ke segala arah, mereka justru bersikap santai saja. Beberapa kali malah mereka dengan bebas dan spontan mengangkat tubuhnya di atas permukaan air membuat buah dada mereka terekspos secara terbuka. Ketika selesai mandi, dengan santai mereka berjalan keluar dengan payudara dan bagian pribadi yang terbuka jelas di alam terbuka tanpa merasa perlu untuk segera menutupinya.

Sebaliknya justru malah Sandra yang merasa gelisah dan seringkali menoleh ke segala arah untuk memastikan tak ada yang mengintip mereka. Karena kalau sampai ada sekelompok orang jahat yang mupeng lalu mengganggu mereka bahkan berusaha memperkosanya, bisa jadi ia akan terkena getahnya. Hatinya baru agak lega saat mereka semua telah kembali berpakaian seperti semula.

Saat mereka berjalan balik, ia tak dapat menahan rasa penasarannya dan bertanya kepada mereka.
"Mbak, barusan tadi mandi di sungai apa nggak takut ada orang yang akan mengganggu?"
"Mengganggu gimana maksudnya Non?"
"Ya maksudnya kalau ada lelaki iseng yang sengaja mengintip atau bahkan mengganggu lebih parah lagi."
"Hah? Siapa yang mau sengaja mengintip Non?" tanya mereka dengan wajah kebingungan.
"Ya entahlah, mungkin orang pas kebetulan lewat atau gimana," jawab Sandra yang jadi makin heran melihat reaksi kebingungan mereka.
"Oh, itu nggak mungkin Non. Semua orang di sini tahu kalau tempat ini bagian khusus perempuan. Jadi nggak ada laki-laki yang berani datang kesini."

Sandra jadi semakin heran. Sungguh aneh. Di kota besar tempat ia tinggal, kalo ada yang tahu para perempuan mandi telanjang bulat di ruang terbuka seperti ini, bisa dipastikan kaum lelaki akan berbondong-bondong datang kesana. Namun disini justru kebalikannya. Karena mengetahui tempat ini dipakai kaum perempuan, kaum lelaki justru menghindarinya. Semua ini terjadi secara spontan dan alamiah tanpa ada polisi atau sistem pengadilan untuk menjaganya.

Kini ia mulai mengerti mengapa ayahnya membuat aturan dengan sangat membatasi interaksi para pegawainya dengan penduduk desa. Namun ia masih tak mengerti dengan tradisi mereka yang begitu mempercayakan semuanya kepada alam. Saat ia mendesak dan bertanya bagaimana seandainya ada orang yang nekat melanggar, jawaban mereka semakin membuat ia semakin heran. Karena mereka menjawab bahwa orang itu akan dihukum dengan setimpal. Dan yang memberikan hukuman setimpal kepada sang pelanggar itu bukan salah seorang dari mereka. Namun hukum alamlah yang akan memberikan balasan yang setimpal dengan setiap perbuatan kita, demikian kata mereka.

Sandra tersenyum dan menganggukkan kepalanya membuat mereka merasa rupanya gadis ini telah berhasil menangkap maksud mereka.
"Sungai ini asalnya dari mana, Mbak", tanya Sandra membuka topik pembicaraan baru.
"Oh, sungai ini asalnya dari air terjun di balik bukit itu Non," jawab salah seorang sambil mengarahkan tangannya.
"Non belum pernah kesana?" tanya yang lain. "Non musti kesana selama disini," tambahnya lagi. "Air terjun itu masih sangat alami. Oleh karena masih alami jadi punya "kekuatan alam" yang cukup besar. Sehabis kesana pikiran bisa jadi tenang selain airnya juga bagus untuk kulit. Badan kita bisa jadi awet muda kalau sering mandi disana. Disamping itu suasananya juga adem dan air terjunnya bagus Non."

"Oh benarkah? Kalau begitu, apakah sekarang kita bisa kesana sebentar?" tanya Sandra. Ia tak percaya dengan segala macam takhayul yang dikatakan mereka. Namun ia langsung tertarik begitu mendengar air terjun dan suasananya yang indah.

"Maaf Non. Jam segini sudah lewat waktunya untuk mengunjunginya. Disini kita ada peraturan jam berkunjung ke air terjun itu. Mulai dari matahari terbit sampai tengah hari adalah saat untuk perempuan. Dari tengah hari sampai jam tiga adalah waktu untuk laki-laki. Setelah itu semua orang tidak ada yang boleh berkunjung sampai matahari terbit lagi keesokan harinya."

"Oh... Siapa yang membuat peraturan itu, Mbak? Bapak Kepala Desa?"
"Bukan Non. Peraturan itu berjalan turun temurun secara lisan sejak ratusan tahun lalu. Semua penduduk desa sini tahu akan aturan itu dan kita semua taat mengikutinya."
"Oh ya? Selama ini tak ada satu orang pun yang melanggar aturan lisan ini?"
"Tidak ada Non. Semua penduduk sini tak ada yang berani melanggar. Apalagi air terjun itu punya kekuatan alam jadi yang melanggar pasti kena hukuman."
"Dan hukuman itu akan datang dengan cepat," tambah yang lainnya.

"Tapi kita bisa menunjukkan jalan kesana sekarang kalau Non mau. Supaya besok-besok Non bisa datang kesana sendiri kalau mau. Atau boleh juga mengajak kami. Hanya satu saja aturannya, yaitu Non kesananya harus sebelum tengah hari. Karena itulah waktu untuk kita perempuan. Sekarang mari saya tunjukkan jalannya."
"Baik. Terima kasih Mbak."

Perjalanan menuju kesana rupanya memakan waktu sekitar 20 menit melewati rerumputan dan sebagian melalui hutan. Namun akses kesana sama sekali tak sulit dicapai karena terdapat jalan setapak yang memang telah khusus dibuat untuk kemari.

"Nah kita sudah sampai. Nanti Non tinggal masuk saja ke arah kanan di depan itu," kata salah seorang sambil menunjuk jalan belokan ke kanan di depan." Air terjun itu terletak agak tersembunyi di balik bukit kecil dengan tebing batuan berlumut hijau. Sehingga tak tampak dari tempat mereka berdiri meski suaranya terdengar cukup deras di balik tebing tinggi itu.

Setelah itu mereka berjalan kembali ke pusat desa. Selama perjalanan baik saat pergi maupun balik Sandra tak melihat ada orang lain selain mereka. Hal ini menandakan bahwa apa yang dikatakan mereka sungguh benar. Seluruh penduduk desa itu sangat taat dengan peraturan tak tertulis yang telah berlangsung turun temurun selama ratusan tahun itu.

--@@@@--

Sepanjang petang dan malam Sandra menghabiskan sebagian besar waktunya di dunia online. Seperti yang ia perkirakan, foto selfie-nya mendapat banyak respon dari para follower-nya. Hampir semuanya tentu bernada pujian kepadanya. Sandra tersenyum-senyum saat membaca komentar-komentar mereka yang dibacanya satu persatu.

Hari ini ia sukses besar dalam hal menjaring simpati, mulai dari para pegawainya disini pagi tadi, kemudian dengan para penduduk desa siang dan sore tadi, lalu petang dan malam ini para penggemarnya di dunia maya yang tak henti-hentinya terus berkomentar bahkan saling melempar komentar diantara mereka sendiri.

Ia teringat dengan ajaran pendidikan mengenai pembawaan sikap dan kesantunan yang pernah diikutinya. "Saat kita berada di atas, bersikap sombong dan memamerkan kehebatan diri secara terang-terangan hanya akan mengundang antipati."

"Saat orang menjelekkan kita, juga tak ada gunanya untuk membalas. Biarlah orang lain (follower kita) saja yang melakukan itu. Saat kita berada di atas, percayalah ada banyak orang yang akan berebutan untuk membela kita. Jadi kita tak perlu turun tangan sendiri."

"Yang penting, bersikaplah ramah terhadap orang lain terutama kaum kalangan bawah. Bila perlu sesekali berilah mereka sedikit, maka mereka akan memberikan banyak kepada kita. Karena mereka mengharapkan pertemanan dari kita."

Sandra tersenyum puas saat melihat ada segelintir orang mencacinya di social media dengan menuduhnya sok eksis atau bahkan memanipulasi wanita desa itu demi menuai simpati dari follower, ratusan orang langsung membelanya dan mencaci balik orang itu dengan lebih keras. Ada kalanya hater bermanfaat, batinnya. Karena segelintir hater akan mengundang simpati dari jauh lebih banyak orang. Jangan salahkan aku kalau para hater itu kini dihujat habis-habisan. Karena semua itu karena ulah mereka sendiri.

Inikah kekuatan dari orang yang mempunyai banyak follower seperti dirinya. Tanpa disuruh, mereka akan melakukan "dirty job" untuk kita. Ia sangat menyadari, ini adalah priviledge dari orang-orang kaum atas, seperti dirinya.

Ini adalah Hukum Alam di jaman now yang berlaku dimana-mana. Terlepas dari tempat, waktu, asal-usul seseorang, dan seterusnya, hukum ini berlaku secara universal.

--@@@@--

Mendadak Garwo terbangun. Ia mendapati dirinya sedang berada di tengah sungai kecil ini sambil memeluk batang kayu besar. Meski sejak tadi ia terbangun beberapa kali, namun ia sempat tidur pulas dan beristirahat total selama berjam-jam lamanya. Sampai-sampai, kini hari telah berubah gelap.

Tidur dengan cara seperti ini tak menjadi masalah baginya. Karena ia adalah orang yang "dibesarkan oleh alam". Sebelum hidupnya jadi kacau balau seperti belakangan ini, dari sejak kecil ia hidup dekat dengan alam. Ia lahir di desa kecil di daerah pegunungan yang masih berhutan-hutan. Saat kecil sampai usia remaja, ia sering masuk ke dalam hutan bahkan beberapa kali tersesat di dalamnya. Ia telah beberapa kali bertemu binatang buas, termasuk harimau belang yang kabarnya telah punah. (Padahal sebetulnya mereka masih ada. Dengan naluri alamnya mereka menyembunyikan diri seolah punah supaya tidak punah.)

Dengan tempaan yang didapat dari alam secara langsung sejak kecil, Garwo tumbuh menjadi pribadi yang kuat baik secara mental maupun fisik. Namun nasib menggariskan hal berbeda untuk dirinya.

Pada suatu hari di usia remajanya, ayahnya yang bekerja di kota ketahuan telah kawin lagi. Tak terima suaminya mempunyai istri muda, ibunya membalas dengan menjadi istri muda seorang tetua desa yang disegani di desanya. Hal itu membuat ia masuk dan tinggal di dalam rumah tangga tetua desa itu.

Entah mungkin merasa terancam dengan kehadirannya, karena tiga anak tetua desa itu semuanya perempuan yang beranjak remaja, atau mungkin ibarat dua harimau jantan tak bisa tinggal di hutan yang sama, Garwo diperlakukan sangat tidak baik oleh ayah tirinya itu. Bahkan tak jarang ia dipukuli olehnya dengan dibantu oleh para centengnya. Sampai suatu hari secara tak sengaja ia membuat ayah tirinya cacat permanen saat ia berusaha membela diri.

Sejak itu kehidupannya bagaikan downward spiral. Oleh karena dendam, ayah tirinya itu menggunakan pengaruhnya untuk menjebloskannya ke penjara, yang mana hal itu membuat dirinya berkenalan dengan dunia hitam. Setelah keluar dari penjara, karena tekanan hidup sementara ibunya tak ingin mengenal dirinya lagi dan ayahnya entah pergi kemana, ia hidup di dunia kriminal di kota besar. Membuatnya terjerumus semakin dalam sampai akhirnya ia dipenjara di penjara rahasia Pagarwesi dan sekarang ini meloloskan diri.

Garwo tiba-tiba berkesiap. Meski telah cukup lama tinggal di kota namun rupanya naluri alam dalam dirinya masih bekerja. Mungkin hal inilah yang menyebabkan ia tiba-tiba terbangun. Saat itu langit telah gelap. Namun ia bisa merasakan perubahan arus air yang berbeda dengan sebelumnya. Arus air tiba-tiba berubah menjadi cukup deras. Ia tahu apa yang ada di depannya. Air terjun!

Sebelum terlambat, ia langsung melompat ke samping dan menuju ke tepian. Sementara batang kayu itu terus hanyut terbawa aliran air sungai sebelum kemudian jatuh ke bawah.

Sudah menjadi Hukum Alam bahwa air mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah. Hal itulah yang membawa dirinya menjauh dari tempat asalnya pagi tadi ke tempat sekarang ini. Sementara itu, naluri alam dalam dirinya membangunkan dari tidurnya di saat yang tepat. Sehingga dirinya kini terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh Hukum Alam yang sama yang sebelumnya telah membantu dirinya.

Satu hal yang agak disesalinya yaitu ia tak sempat "menyelamatkan" batang kayu yang selama seharian ini telah membantu menyelamatkan dirinya itu. Namun pada akhirnya ia tak terlalu memikirkannya lagi. Karena mungkin itu sudah menjadi kehendak alam.

--@@@@--

Sandra masih takjub melihat betapa eksisnya dirinya di dunia social media, yang adalah dunia jaman now untuknya. Sampai menjelang tengah malam komentar masih terus berdatangan termasuk dari teman-temannya yang sedang tinggal di Amerika, Australia, Eropa, dll. Polanya masih sama. Mayoritas bernada positif, dengan segelintir saja hate comment yang mengakibatkan pembelaan besar-besaran terhadap dirinya.

Kini ia menyadari pentingnya tinggal di ibukota dengan segala hingar-bingar dan aneka pilihan yang tersedia baginya untuk eksis di dunia maya. Sementara di tempat ini pilihannya sangat terbatas membuat ia tiba-tiba merasa bosan disini. Seandainya hari belum malam dan cuaca tak berkabut dan berbahaya, ia akan minta dijemput saat ini juga.

Namun ia telah menghubungi dan mewanti-wanti petugas operator yang mengatur jadwal penerbangan helikopter pribadi mereka. Perintah darinya: ia minta dijemput besok siang jam dua. Sehabis makan siang ia akan cabut dari tempat ini.

Sementara paginya ia akan pergi dulu ke air terjun. Tempat dimana ia akan ber-selfie ria disitu, selfie di "air terjun keramat". Pasti akan membuat heboh dunia.

Inilah Hukum Alam bagi dirinya.
 
Day 3

Chapter 6 - Under Control vs Out of Control

Pagi itu begitu terbangun tiba-tiba Sandra ingin merasakan berenang di kolam renang outdoor dengan air hangat yang belum lama dibangun di villanya. Apalagi ia akan meninggalkan tempat ini siang nanti sehingga ia harus menikmatinya sekarang. Sejumlah pegawai yang dijumpainya sepanjang jalan mulai dari ia keluar kamar, menyusuri koridor dan menuruni tangga marmer ke lantai dasar, lalu berjalan menuju pintu belakang, saat ia berada di taman, sampai akhirnya tiba di kolam renang di ujung taman, semuanya langsung menyapanya dengan hormat begitu melihat dirinya.

"Pagi Non," sapa seorang pegawai yang sedang duduk-duduk di dekat kolam renang sambil menganggukkan kepala ketika melihat nona majikannya itu berjalan menuju ke arahnya.
"Oh, Pagi Non," kata temannya sambil berbalik badan dan membungkukkan badannya.
"Pagi Mas Ucep dan Mas Parto," jawab Sandra sambil tersenyum manis.

"Air kolam renangnya sudah hangat khan, Mas?" tanya Sandra.
"Oh kalo airnya memang selalu hangat terus. Non mau berenang sekarang?"
"Iya. Bisa dipake untuk berenang khan?"
"Oh bisa, tentu saja bisa. Silakan Non," jawab Mas Parto dengan cepat.

Sandra menaruh tas kecil yang dibawanya di kursi. Lalu ia melepas tali pengikat jubah kimononya di pinggang. Lalu kimononya dilepaskannya dari tubuhnya. Sementara diam-diam Parto dan Ucep memperhatikan gadis majikannya sambil menahan napas...

Tubuh Sandra yang tinggi langsing terbalut dengan pakaian renang terusan warna hitam bermotif bunga-bunga warna-warni yang begitu kontras dengan kulit putih tubuhnya. Pahanya yang putih mulus seolah semakin berkilau terkena cahaya langit pagi. Pinggulnya yang cukup berisi terlihat menonjol di balik kostum renangnya itu. Dadanya begitu sexy menggoda dengan tonjolan dua bukit yang meski tak terlalu besar namun sungguh indah dipandang. Tubuh indahnya sungguh serasi dengan wajah cantik orientalnya.

Dua pegawai cowok itu jadi semakin berdegup keras dan "nyut-nyutan" saat melihat nona majikannya yang cantik itu mengangkat kedua tangannya untuk mengikat rambutnya lalu membetulkan sedikit posisi padding di bagian dadanya. Sebelum akhirnya, byuurrr.... Sandra masuk ke dalam kolam renang itu dan berenang ke ujung sana menjauhi mereka berdua. Sementara Ucep dan Parto langsung saling pandang sambil tersenyum-senyum. Meski tak diungkapkan mereka bisa saling membaca apa yang ada dalam pikiran masing-masing. Maklum, mereka sama-sama masih muda (25 tahun - setahun lebih tua dari Sandra) dan sama-sama masih bujangan. Sehingga tentu mereka berdua punya pikiran yang kurang lebih sama.

"Non Sandra....." gumam Ucep sambil memandang ke temannya.
"Ya, pagi-pagi sudah bikin "bangun"...", timpal Parto.
"Apanya yang bangun nih."
"Halah jangan pura-pura ga tau deh kamu, Cep."
"Hehehe memang cantik banget ya. Dan bodinya begitu aduhai.."
"Yang ga nguatin lagi pahanya yang putih mulus itu. Hadeuh.. Hanya bisa ngeliat dari jauh aja tapi kita-kita ini."
"Berbahagialah laki yang jadi calon suaminya. Tiap hari bisa ngamar terus berdua."
"Ah. Ga usah nunggu sampe nikah. Sekarang pun juga paling sudah sering "dinaiki" sama cowoknya. Punya cewek kayak gitu, mana bisa tahan coba."
"Hahaha. Betul. Bego banget cowoknya kalo ga diapa-apain."

Selagi mereka asyik berdiskusi topik "seru saru" seputaran diri nona majikannya itu, tiba-tiba...
"Hey! Lagi ngomong apa kalian berdua. Bukannya kerja malah ngomong ngaco yang ga karuan!"
Mereka berdua langsung terkejut dengan wajah agak pucat. Langsung keduanya menoleh ke belakang.
"Eh, Mbak Wati. Bikin orang kaget aja," jawab Ucep agak lega karena wanita ini masih kakak sepupunya. Demikian pula dengan Parto yang juga terlihat agak lega karena ia kenal cukup dekat dengan wanita ini.

"Pagi-pagi sudah ngomong ga karuan. Lagian, sedang apa kalian disini hah?" tanya Wati. Ia agak curiga melihat tingkah-laku dua cowok ini yang berada dekat-dekat dengan kolam renang dimana saat itu Sandra sedang berenang di dalamnya. "Kalian jangan berbuat kurang ajar dan bikin malu aku ya," sergahnya dengan tajam.

"Lho kita ga berbuat apa-apa kok, Mbak," kata Ucep menjawab kakak sepupunya ini. "Dari tadi kita memang berada disini. Sebelum Non Sandra datang juga kita sudah disini. Tanya Parto kalo ga percaya."
"Iya betul, Mbak. Kita berdua sejak pagi-pagi sudah duduk-duduk disini. Baru kemudian Nonik Sandra muncul lalu berenang."
"Sudah jangan ikut-ikutan kamu," timpal Wati dengan ketus. "Lalu kenapa kalian terus-terusan ada disini."
"Ya kita khan lagi standby Mbak. Siapa tahu Non Sandra perlu sesuatu, kita siap langsung membantu, Mbak," kata Ucep sambil senyum cengengesan.

"Dasar bahlul, kalian berdua. Bukan tugas kalian nungguin Non Sandra. Ayo kalian balik kerja!" seru Wati sambil mendorong dan membawa mereka berdua menjauhi kolam renang.
"Ingat, kalian berdua ada disini karena rekomendasi dariku. Jadi kalian jangan bikin malu. Juga, persaingan disini cukup ketat jadi jaga ucapan dan tingkah laku kalian disini. Salah-salah, ga cuma kalian yang kena tapi aku juga bisa kena dampaknya. Apa perbuatan dan kelakuan majikan kita, itu adalah urusan mereka. Kita ga perlu ikut-ikutan karena disini kita hanya kerja. Mengerti kalian?"

--@@@@--

Shower di kamar mandi itu terus menerus mengucurkan air panas yang membuat cermin di dalam kamar mandi jadi tertutup oleh embun yang dihasilkan oleh air panas itu. Sandra mengusap cermin besar di depannya itu dengan tangannya. Sampai akhirnya bayangan dirinya muncul terpantul dari cermin itu. Ditatapnya bayangan dirinya yang dalam keadaan telanjang bulat itu lekat-lekat. Ia seperti sedang mengagumi dirinya sendiri. Ya, mengapa tidak? Sungguh ia amat sangat patut berbangga memiliki paras wajah cantik serta tubuh indah seperti yang dilihatnya kini. Sepasang payudaranya terlihat begitu kencang kenyal dengan bentuk sempurna. Kedua putingnya yang kemerahan muncul menonjol di tengah-tengahnya. Di tengah-tengah kedua paha mulusnya, rambut halus kemaluannya menempel jadi satu karena basah. Look how good you are, Sandra, gumamnya. Di luaran sana, tak terhitung berapa banyak gadis lain yang mengimpikan memiliki apa yang ia miliki saat ini, termasuk tubuh indah yang terpampang di depan matanya ini. Sementara juga tak terhitung banyaknya pria yang ingin menikmati dirinya atau bahkan sekedar mampu melihat sekilas sebagian tubuh indahnya. Bahkan ia yakin para pegawai pria disini pun juga diam-diam pasti memiliki dark fantasy terhadap dirinya.

Namun mereka hanya bisa sekedar berfantasi saja. Karena ia tak sembarangan menyerahkan tubuh indahnya ini kepada sembarang lelaki. Hanya laki-laki istimewa pilihan dirinya sajalah yang dapat menjamah tubuhnya. Itu pun juga atas seijin dan kemauan dirinya.

Mengapa? Karena semua aspek dalam hidupnya berada dalam kendalinya. Everything is under control. Sandra tersenyum puas. Sebelum kemudian ia masuk ke dalam bath tub untuk merendam tubuhnya di dalam air hangat yang telah dicampur aroma wewangian untuk memperhalus kulit tubuhnya.

--@@@@--

Garwo merendam tubuhnya di dalam air sungai yang dingin. Sambil giginya geretukan dan badan menggigil kedinginan, ia melamun merenungi nasibnya. Segala sesuatunya sungguh berjalan lepas kendali bahkan out of control.

Sejak diusir dari rumah ayah tirinya, ia jadi pesakitan dan bergelimang di dunia hitam. Usianya baru 26 tahun. Namun ia telah beberapa kali keluar masuk penjara. Namun yang paling gila adalah kasus yang dialaminya sekarang. Ia dianggap sebagai kaki tangan organisasi terlarang yang berniat mengacaukan bahkan meruntuhkan sistem negara ini. Itu sebabnya ia dibawa ke penjara Pagarwesi karena dianggap tahanan berbahaya. Selain juga untuk menjalani interogasi lanjutan untuk mengorek informasi mengenai organisasi tersebut.

Disinilah awal masalahnya. Ia tak mengerti mengapa ia dianggap bagian dari komplotan berbahaya sementara aksi yang dilakukan hanyalah aksi kriminal biasa yaitu merampok toko emas milik pedagang kaya. Namun mereka tidak percaya begitu saja dengan pengakuan jujurnya karena terdapat bukti cukup kuat akan keterlibatan dirinya dengan organisasi tersebut.

Oleh karena tak kunjung "mengaku", akhirnya ia mendapat perlakuan yang amat sangat keras untuk membuat supaya mental dirinya akhirnya runtuh. Tak ingin mengalami perlakuan seperti itu terus menerus, akhirnya dengan memanfaatkan kelengahan penjaga ia dengan nekat kabur. Membuat dirinya menjadi orang pertama yang mampu melarikan diri dari penjara super ketat itu. Tapi kini nasibnya jadi terlunta-lunta tak menentu di dalam hutan.

--@@@@--

Sandra menyandarkan tubuhnya di bath tub besarnya sambil memejamkan mata. "Everything is under control".. Hmm, benarkah everything? Not really! Mungkin hampir semuanya namun tak semuanya. Gumamnya sambil pikirannya melayang ke kejadian masa lalu....

--@@@@--

"Tubuhmu bagus banget Nik!" ujar Suti sambil memandang tubuh anak majikannya yang hanya memakai celana dalam tipis saja.
"Ah, bisa aja. Biasa aja juga kali," jawab gadis belia berusia 16 tahun itu dengan agak memerah.
"Sungguhan. Sungguh beruntung kamu punya tubuh sebagus ini. Omong-omong ini Nonik sudah punya pacar?"
"Iiih. Memang kenapa Mbak Suti tanya begitu?"
"Sungguh beruntung pacarmu Nik. Tapi kamu mesti hati-hati juga. Jangan mudah percaya omongan laki-laki walau itu pacar sendiri atau bahkan suami. Nanti kamu kalo sudah dewasa akan mengerti sendiri. Jadi jangan sekali-kali kasih sesuatu ke laki kalau kamu sendiri nggak menginginkannya. Apalagi kalo sampe minta sebagai bukti cinta, lebih baik langsung diputusin saja cowok itu Nik."

"Baik. Nasihatmu akan selalu kuingat," kata Sandra sambil tersenyum manis. "Sepertinya nggak susah ya. Kalau ada cowok yang minta macem-macem sebagai bukti cinta, berarti dia bukan cowok bagus. Langsung putusin aja ya."
"Ya tapi pada prakteknya bisa jadi susah kalau kamu sudah kadung jatuh cinta sama pacar kamu itu Nik. Tapi sebenarnya yang lebih susah lagi itu kalau kamu sendiri juga memang mau. Kalau sama-sama mau pasti susah nahannya. Yang penting jaga jangan sampai hamil. Itu penting sekali."
"Susah karena sebenarnya enak juga ya? Hihihi."
"Enak banget Nik. Apalagi kalo kamu sudah pernah ngerasain sekali. Pasti pengin lagi terus. Trus juga sebenarnya rasa enak di perempuan itu jauh lebih tinggi daripada laki. Makanya kadang susah juga. Haha."
"Lalu sejak kamu jadi janda gimana donk? Apa jadi sering main sama laki nih? Hihihi."
"Terus terang... iya Nik. Hahaha. Jujur aja aku punya pacar di luar dan lumayan aktif main sama dia. Jangan bilang sama siap-siapa ya, tapi kalo aku pas keluar kadang suka ketemu dia. Sebelum sama dia malah aku cukup banyak main sama beberapa laki yang beda-beda. Namanya kepingin Nik. Hahaha. Nanti kalau kamu sudah nikah pasti tahu juga."
"Atau kalau sudah pernah nyoba kali, sebelum nikah juga. Hahaha."

Demikian percakapan dari hati ke hati tanpa tedeng aling-aling terjadi antara Sandra ketika baru masuk SMA dan Suti pembantu wanita kepercayaannya yang adalah seorang janda berusia 35 tahun. Bagi Sandra, Suti adalah sumber informasi akan segala hal tentang seks karena Suti termasuk wanita yang cukup tinggi gairah seksualnya dan ia mau berbicara apa adanya tanpa tedeng aling-aling. Berbeda dengan orangtuanya yang menganggap pembicaraan tentang seks adalah hal yang tabu. Sehingga ia tak pernah memperoleh informasi cukup tentang hal itu selain yang bersifat formatif saja. Saking percayanya, bahkan ia tak merasa risih untuk hampir telanjang bulat di depannya saat Suti memijit dirinya seperti saat ini.

"Tapi main sama laki yang beda-beda gitu ga apa-apa memangnya Mbak? Apa ga lalu dipandang rendah sama mereka?"
"Makanya mesti sama laki yang bisa dipercaya Nik. Makanya jangan mudah gampang percaya sama laki. Kita sebagai perempuan mesti lebih pintar dari mereka. Kita harus bisa seleksi. Tapi hal yang paling utama adalah balik ke kitanya dulu. Bahwa kitanya juga memang mau."
"Omong2, kalo dulu kamu masih perawan sampai menikah sama suami ya?"
"Hahaha, enggak Nik. Dulu sebelum nikah sudah pernah tidur bareng sama pacar yang dulu. Tapi kemudian ga jadi nikah sama dia."
"Hahaha. Nakal juga dulu ya. Lalu dari sekian banyak laki yang pernah sama Mbak, yang paling asyik sama siapa nih. Mantan suami?"
"Hahaha bukan. Paling enak ya sama yang sekarang. Sama2 sudah pengalaman soalnya hahaha. Kalo mantan suami dulu orangnya egois."
"Kalo pacar sekarang "tahan lama" pasti ya Mbak. Hihihi."
"Oh itu jelas. Hahaha. Kalo ga gitu ga dijadikan pacar. Tapi secara umum ya Nik, dari pengalamanku selama belasan tahun cieyyy, yang hebat mainnya itu laki yang sudah pernah nikah dan orang desa yang pekerjaan sehari-harinya memang banyak kegiatan fisik. Pacarku yang sekarang juga sama. Dia duda dan asalnya orang kampung."

"Oh gitu ya Mbak."
"Iya. Tapi ini buat aku ya Nik. Orang lain mungkin beda. Seperti kamu gini ya ndak mungkin toh sama yang sudah pernah nikah. Apalagi sama laki kampung. Hahaha. Jadi ya penggantinya cari laki yang rajin berolahraga. Kalau pengalaman ya bisa sama-sama sambil belajar. Haha. Kamu khan masih muda soalnya."
"Hihihihi. Iya sih. Kalo aku sama orang kampung bisa mencak-mencak nanti Papi dan Mami. Hahaha."
"Sudahlah. Kamu masih muda masih perawan jangan terlalu banyak ngomong tentang hal ini. Dijalani aja nanti gimana sama pacar kamu Nik. Apalagi kalo Papi Mami tahu. Bisa langsung diusir aku nanti Haha. Yang penting ya ingat satu tadi nasihatku."
"Ok. Makasih ya Mbak."
"Sama2 Nik. Aku keluar dulu. Hati-hati jangan lama-lama nggak pake baju nanti masuk angin."

Sesaat kemudian keluarlah Suti dari kamar Sandra. Sementara Sandra membuka lemari pakaiannya untuk memilih daster yang akan dikenakannya. Saat itu terdengar suara ketukan di pintu kamarnya. Ah selalu pembantu kepercayaannya ini lupa akan sesuatu, gumamnya.
"Ya, masuk aja, Mbak," kata Sandra berteriak dari dalam.

Pintu langsung terbuka. Namun....
"AAAHHH!" Sandra berteriak keras. Sementara orang yang membuka pintu kamar itu juga sama terkejutnya. Karena orang itu bukan Suti tapi Parno pembantu cowok yang tak lama masuk. Untuk beberapa saat tubuh telanjang Sandra terekspos secara terbuka di depan mata Parno sebelum ia sempat bereaksi dengan menutupi tubuh terutama payudaranya.
"Oh. Maaf, maaf Non," ujar Parno sebelum ia menutup kembali pintu kamar gadis majikannya.

Itu saat terakhir ia melihat Parno karena tak lama setelah itu ia pergi karena ada "urusan keluarga mendadak di kampung" dan tak kembali lagi. Mungkin cowok muda itu merasa takut kalau-kalau ia bakal dimarahi atau bahkan dihajar oleh majikannya.

Namun bagi Sandra muda kala itu, bagaimana pun pembantu cowok muda itu telah melihat tubuh telanjangnya dengan hanya tersisa cd saja. Bahkan ia adalah cowok pertama yang melihat tubuhnya nyaris telanjang bulat seluruhnya seperti itu. Kejadian yang terjadi begitu cepat dan berjalan tak terkendali.

Di bawah permukaan air tubuh Sandra menegang saat ia teringat kejadian yang telah lewat cukup lama namun masih membekas kuat dalam pikirannya itu. Dan lamunannya terus mengembara di masa lalu... ke mantan secret lover-nya!

--@@@@--

Once upon a time in Bali...

Menjelang keberangkatannya ke Amerika, Sandra beserta kedua orangtua dan saudara-saudaranya berlibur ke Bali. Sebagai perayaan perpisahan putri sulungnya yang akan menempuh studi di luar negeri itulah Pak Tanoto mengajak mereka sekeluarga berlibur.

Setelah masa liburan selesai, seharusnya mereka pulang balik sekeluarga. Namun mendadak Pak Tanoto ada urusan bisnis yang harus diurus sehingga ia harus tinggal lebih lama beberapa hari di Bali. Sementara adik-adik Sandra sudah harus pulang karena ada kegiatan ekstra kurikuler di sekolahnya masing-masing. Pada akhirnya, Bu Lusiani dan adik-adik Sandra pulang terlebih dahulu. Sementara Sandra tinggal lebih lama di Bali bersama Pak Tanoto karena ia ingin ikut hadir dan belajar bisnis bersama ayahnya.

Sore itu di bawah cuaca langit yang indah, untuk mengisi waktu senggangnya Sandra berjalan-jalan sendirian di pantai di depan resort mewah yang ditinggalinya. Dengan mengenakan pakaian santai ala di pantai yaitu celana hotpants dan kaus tanpa lengan, ia berjalan-jalan dengan santai menikmati suasana pantai yang semarak di kala sore hari menjelang matahari terbenam. Saat itu tiba-tiba ada suara yang menyapa namanya beberapa kali dari agak jauh.
"Sandra... Non Sandra!"

Sandra menoleh ke sumber suara itu ketika dilihatnya ada seorang pemuda yang bertelanjang dada berlari-lari kecil menghampiri dirinya.
"Ini Sandra khan?" tanya cowok berkulit sawo matang itu sambil tersenyum.
"Iya aku Sandra. Ada apa ya?" tanya Sandra dengan waswas dan agak judes. Usia gadis itu sudah 18 tahun jadi tentu ia tahu akan perlunya untuk bersikap waspada terhadap laki-laki tak dikenal. Apalagi kepada cowok dengan penampilan seperti cowok pantai ini, yang berambut gondrong dan telanjang dada dengan beberapa tato di tubuhnya.
"Ah ternyata benar Nonik Sandra. Tadi waktu pertama liat, kayaknya pernah liat. Rupanya betul. Lagi liburan disini ya? Sendirian aja?" tanyanya bertubi-tubi.
"Kamu siapa?" tanya Sandra dengan nada kurang ramah sambil mengernyitkan dahi.
"Oh maaf, maaf. Sepertinya Nonik lupa sama aku. Memang dulu juga kita jarang bertemu. Tapi sebelum ini aku pernah kerja sebentar di rumah Nonik. Namaku Sukri. Aku adiknya Mbak Suti. Mungkin Nonik nggak ingat aku tapi pasti ingat sama kakakku khan?"
"Oh, iya aku agak-agak ingat dulu adik Mbak Suti pernah kerja di rumah sebentar. Apa kabar Mbak Suti sekarang?"
...
...

Demikianlah, dari awal sikapnya yang tidak ramah, rupanya pembicaraan jadi berlanjut cukup lama. Jauh lebih lama dari perkiraan awal karena rupanya Sandra cukup tertarik untuk mendengar informasi mengenai Mbak Suti, mantan pembantu kepercayaannya sekaligus mentor bagi dirinya dalam hal seksualitas. Boleh dikata berkat informasi-informasi dari pembantunya itulah ia jadi menyadari tingginya daya tarik seksual dirinya. Dari awalnya merasa kurang percaya diri, ia jadi begitu percaya diri akan seksualitas dirinya yang pada akhirnya aura kepercayaan dirinya itu membuatnya jadi gadis primadona di sekolahnya.

Pembicaraan diantara mereka berlangsung sambil mereka berdua berjalan beriring sambil asyik berbincang-bincang. Mengundang perhatian banyak orang yang melewati mereka. Mungkin karena fisik dan penampilan antara mereka berdua yang begitu kontras sekali perbedaannya. Yang cowok berpenampilan tipikal cowok pantai dengan bertelanjang dada, macho bahkan terkesan liar, rambut gondrong, badan kekar dengan banyak tato dan kulit sawo matang yang semakin hitam karena sering terkena sinar matahari. Memang ia adalah cowok pantai yang macho dan liar. Sementara yang cewek putih cantik, berwajah oriental, classy, dan raut wajah yang masih innocent. Memang ia adalah cewek oriental classy yang masih innocent. Tentu membuat semua diantara mereka bertanya-tanya dalam hati bagaimana ceritanya mereka bisa jalan berdua :). Bahkan mungkin ada yang mempertanyakan kewarasan cewek itu. Kalau cowoknya sih ya pasti mau-mau aja sama cewek seperti itu. Hehehe. Dan rasa keingintahuan mereka tentu semakin bertambah saat mereka duduk bersama berdua sambil menatap matahari terbenam tiba. Seperti layaknya sepasang kekasih beneran saja.

Tentu mereka semua itu akan semakin terkaget-kaget kalau mengetahui bahwa interaksi diantara mereka berdua berujung sampai di tempat tidur! Waktu tempat dan peristiwa dimana Sandra melepas kegadisannya. Sebaliknya bagi Sukri, waktu tempat dan peristiwa dimana jumlah "mangsanya" bertambah satu. Namun kali ini mangsanya begitu istimewa. Karena ia dengan jaya dan gagah perkasa berhasil merenggut keperawanan putri sulung konglomerat besar yang terkenal di seantero negeri. Kini, anak gadis bekas tuannya itu telah menjadi "bekasnya" dan sudah bukan gadis lagi. Juga boleh dikata malam itu ia menjadi "tuan" atas diri gadis ini.

Mata Sandra menerawang jauh. Sekujur badannya menegang. Diraba-rabanya kedua payudaranya. Sama seperti saat Sukri meremas-remas payudaranya bergantian. Bahkan berlanjut mengenyoti kedua putingnya yang kemerahan. Membuat putingnya jadi semakin menegak kaku. Membuat Sukri semakin ganas menjilati dan mengemuti keduanya bergantian. Diraba-rabanya sekujur tubuhnya dengan kedua tangannya. Sama seperti ketika tangan hitam Sukri menggerayangi tubuh mulusnya. Cowok itu berbuat tak senonoh terhadap dirinya. Namun ia tak berkuasa melawannya. Karena ia justru menikmati semua rabaan tak senonohnya itu. Kini tangannya meraba-raba pangkal pahanya sebelum menyentuh vaginanya.

Ooohh.... Ooohhhh.....Tubuh Sandra menggeliat-geliat. Makin lama makin liar. Vaginanya digesek-geseknya. Puting payudaranya dimainkan dengan jari-jarinya. Sandra mengerang-erang. Membayangkan saat ketika tubuh kekar Sukri menindih dirinya. Bibirnya dengan jantan melumat bibir kecilnya. Lidahnya menginvasi mulutnya dan menari-nari kesana kemari di dalamnya. Sementara di bawah batang kejantanannya yang besar tak bersunat menembus liang vagina sempit miliknya. Membuat dirinya mulanya mengaduh-aduh karena perih. Namun perih-perih nikmat.... Dan lama-lama perihnya hilang hanya tinggal nikmatnya saja...

Ooohhh.... Ooohhh..... Aaahhhh.... Aaahhhh....
Bagai kerasukan Sandra mendesah-desah dengan suara keras. Seiring dengan irama penis besar panjang berurat Sukri menghantam-hantam, menghunjam-hunjam, dan menggedor-gedor seluruh dinding vaginanya.

Ooohhh.... Mas Sukri..... Oooohhh......Oooohhhh......Mas Sukri...AAAARRHHHHHH......
Tubuh Sandra menegang kaku dan menggelinjang-gelinjang. Kedua tangannya memeluk erat-erat tubuh kekar Sukri sambil vaginanya mengalami orgasme hebat.
Oohh... Sandra....OOOHH.....Emmhhh....
Sukri memaju-mundurkan penisnya di dalam vagina Sandra, makin lama makin cepat.
Ooohhh.... Mei-Mei Sandra... Aku keluar juga Mei-Mei.... Mei-Mei Sandra.... AAGGHHHHHHH.
Crotttsss..... Crottsss......Crotts....
AAAHhhhhhhhh.... Mas.......AAAhhhhhhhh.......
Vagina Sandra terasa hangat akibat semprotan cairan sperma Sukri yang keluar begitu banyak, membasahi seluruh dinding vagina gadis yang ditindihnya itu.

Oooohhhh..... Ooohhhh.....AAARRHHHHHH......
Tubuh Sandra menggelinjang hebat di dalam bath tub. Ia pasrah membiarkan kenikmatan orgasme melanda seluruh tubuhnya... "Air" dalam bath tub itu kini jadi bercampur dengan lendir.
Oooh... Mas Sukri.... desah Sandra lirih di dalam bath tub dengan napas naik turun. Kemudian seluruh tubuhnya terasa lemas. Tubuhnya lemas namun dirinya merasa puas.

Secara resmi, ia kehilangan keperawannya di Amerika. Saat ia ML untuk pertama kali dengan Hendra, pacarnya saat itu. Saat dimana ia melupakan nasihat Mbak Suti kepadanya, yaitu untuk tak memberikan sesuatu demi alasan cinta. Saat itu, karena merasa tak enak kepada cowoknya, pada akhirnya ia menyerahkan tubuhnya kepadanya. Saat dimana terjadi permainan cinta satu arah. Karena ia hampir tak merasakan kenikmatan apa-apa dari cowoknya itu.

Namun secara tak resmi, Sukri telah menikmati kegadisannya di Bali sebelum ia berangkat ke Amrik. Saat dimana ia merasakan kenikmatan yang tiada tara. Sungguh ironis sekaligus menarik, ia mendapat pelajaran seksual dari Mbak Suti. Pada akhirnya ia berhubungan seksual pertama kali dengan adik cowok "mentornya" itu.

Juga, sehabis mereka bercinta malam itu, Sukri mengaku terus terang kalau ia langsung mupeng saat pertama kali melihat dirinya. Kala itu ia baru berusia 14 tahun dan cowok itu 18 tahun. Namun tentu saat itu ia tak bisa berbuat apa-apa dikarenakan perbedaan status yang begitu jauh dan juga ia tak yakin Sandra akan bisa tertarik dengan cowok seperti dia. Namun siapa nyana kalau empat tahun kemudian hasrat terpendamnya itu menjadi kenyataan. Bahkan ialah cowok pertama yang memerawani dirinya. Pandangan mata puas cowok itu saat melihat darah perawannya membasahi kain seprei ranjang itu sungguh tak terlupakan olehnya. Bahkan setelah bercinta, diantara jeda sebelum melakukannya lagi, cowok itu selalu terus menerus melihat ke seprei bernoda merah itu dengan pancaran sinar mata yang penuh gelora.

Memang ada hal-hal tertentu yang berlangsung out of control. Namun hal-hal yang berlangsung out of control itu pun juga sebenarnya terjadi dalam koridor under control, batin Sandra. Sama seperti sekarang ini...

Sandra memejamkan matanya dan tiduran di dalam bath tub-nya. Dirinya merasa puas. Puas yang sungguh tak terperikan. Sama seperti saat ia menyerahkan keperawanannya malam itu...

--@@@@--

Garwo yang masih merendam tubuhnya di dalam sungai kini mulai dapat menyesuaikan dengan suhu airnya. Kini ia tak terlalu merasakan kedinginan lagi. Apalagi ia punya ilmu bela diri yang cukup tinggi. Sambil bersila dan mengalirkan hawa hangat dalam sekujur tubuhnya, ia menenangkan dan mengistirahatkan pikirannya. Meskipun berada dalam situasi yang out of control pikirannya kini berada dalam kontrol penuh dirinya. Apalagi air segar sungai ini dan suara menggelegarnya ketika turun ke bawah menjadi air terjun itu serasa menjadi terapi penyembuhan terhadap kelelahan fisik, mental, dan spiritualnya. Kini dirinya menjadi segar. Bahkan luka-luka yang dialaminya kini telah sebagian besar menutup.

Ia kini seolah menjadi satu dengan alam sekitar.
 
Fantastic...mantap...versi ini..bikin tegang :pandaketawa:

Mei Mei Sandra..ooooh..untung benar Sukri yg bisa menikmati dirimu :adek:

Parto/Parno?..***gi aja terus balik ke kampung.. hihi..pacar nya pula ngak cukup pakar :ampun:

Nunggu 'pertemuan' Garwo & Sandra
 
Bimabet
Mantap suhu..
Cuma adegan dengan sukri edikit banget, padahal itu lepas perawan..minta pov sukri saat merayu sandra dan berhasil menikmatinya suhu..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd