Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[UPDATE 290721] [ANTOLOGI] KISAH LENDIR IBUKOTA

Wah ini menarik banget, universenya bisa gede banget ini
 
Harta, Tahta, Wanita Bab 2
"Damn!" Aku kelepasan mengutuk pelan.

Pria tua yang tergesa dan melangkah hati - hati keluar dari dapur itu ternyata Papaku. Ia berjalan pelan tak bersuara, lalu masuk ke kamarnya tak berbusana. Lalu tak lama, keluar lagi memakai pakaian rapih. Aku melihatnya dari jendela, Ia memarkir mobilnya di depang gerbang, dan hanya membuka gerbang pintu. Ia bermain rapi, seperti seorang pro. Tetapi Aku kecewa berat, apakah dunia orang dewasa penuh pengkhianatan seperti itu. Apa orang dewasa tak bisa menjaga komitmen yang mereka buat. Aku menjadi bersimpati pada Mama. Aku juga merasa bersalah telah terangsang karena perselingkuhan menjijikan mereka berdua. Malam itu, aku memilih tak memikirkannya lagi, kurasa hal itu biasa terjadi, yang terpenting pernikahan mereka baik - baik saja. Malam yang menyebalkan. Sebuah rahasia besar mengawali libur panjang sekolah ku.

Aku mengendarai mobil ke arah pusat elektronik di utara Jakarta. Aku sudah punya SIM, jadi itu hal wajar mengendarainya sendiri. Menjelajahi setiap lantai, mencari sesuatu yang berguna.

"Ci, ini berapa ?" Mataku tertuju pada sebuah kamera kecil seukuran sebuku jari.

"400."

"Gua beli 5, Ci. Korting la."

"Yaudah, gua korting 20 satu kamera," Ia membungkus 5 pack pesanan ku kedalam sebuah plastik merah.

"Thank you, Ci."

Aku berjalan meninggalkan konter itu, sudah mendapat apa yang kuinginkan. Semua ini untuk memuluskan rencana ku, Aku akan memasang beberapa kamera di beberapa sudut rumah. Setidaknya aku punya senjata untuk memeras Papa jika Ia bicara lancang padaku. Kamera kecil yang kubeli ini tulisannya di lengkapi nightvision, jadi harusnya walau ruangan gelap tidak jadi masalah. Kamera ini akan menyiarkan live jadi aku hanya harus menyiapkan screen recorder di ponsel ku. Aku kembali mengendarai mobil ku ke rumah, gerbangnya tak lama di buka oleh mbak Siska. Hari ini dia memakai kaos abu - abu ketat polos dengan celana legging hitam. Rambutnya di ikat kebelakang. Aku keluar dari mobilku

"Tumben koh cepet baliknya."

"Iya," Aku enggan menjawab, masih mengingat kejadian semalam.

Mbak Siska kelihatan gelisah, dan kebingungan ketika aku pulang. Aku tak peduli dan masuk ke rumah. Tidak ada yang tak beres, Aku berjalan ke arah dapur.

"Kokoh mau ambil apa ke dapur, biar Siska ambilin aja sinih," Ia dengan cepat menghalangiku.

Aku mencium aroma tak beres. Aku mengabaikannya dan terus berjalan ke dapur. Pintu kamar mandi terkunci dari dalam. Aku sudah kepalang tanggung, itu pasti Papaku. Sekalian saja aku memergokinya. Aku menggdor pintu kamar mandi dengan kencang, mbak Siska tampak risau.

"Siapapun yang di dalem keluar aja, gak bakal diapa - apain kok."

Tak lama pintu membuka sedikit, didalam kamar mandi itu ada seorang pria bertubuh kekar, tingginya sepantaran ku, walau masih SMA tubuhku tumbuh besar dari seharusnya. Aku tak asing dengan wajahnya. Tapi tubuh telanjangnya mengalihkanku.

"Sebelum keluar pake baju dulu deh mas" Ia menuruti ku, tak lama keluar menunduk.

"Yaudah, keluar deh!"

Ia bergegas keluar, mbak Siska menjadi sangat risau. Aku menghela napas berat melihat mba Siska.

"Jangan keulang lagi ya mbak!"

"Itu kan orang asing kalo dia malah macem - macem di rumah ini gimana," Lanjutku memarahi mbak Siska yang hanya tertunduk merasa bersalah memain mainkan kaosnya dengan jari.

"I--iya koh, maafin Siska ya koh. Jangan diaduin ya kohh Siskanya, Siska masih betah kerja disini," Ia memelas, matanya berkeca.

"Ck, yaudah yaudah, tapi kalo ke gep lagi sama gue, maaf nih ya mbak," Aku berlalu meninggalkan mba Siska yang tak henti berterima kasih padaku sambil membawa sebotol cola dan beberapa snack ke kamarku.

Aku melakukan beberapa pengaturan ke kamera yang baru ku beli. Semuanya siap dipakai, aku diam - diam memasangnya di beberapa tempat, instalasi agak merepotkan, Aku harus menghubungkannya ke sumber listrik, beruntung di rumah ini ada beberapa soket listrik yang tempatnya tersembunyi. Aku memasangnya di dapur, lorong menuju kamar orang tua ku, aku mengarahkannya ke depan pintu, lalu ada yang ku taruh di garasi, di lorong lantai dua, serta terakhir di ruang tamu, aku menyembunyikannya di dekat televisi. Samua ku selesaikan saat mbak Siska sedang keluar rumah. Semua pengaturan pun selesai. Aku bisa memantau semua aktivitas lewat ponselku.

Selama sisa liburku, tak ada yang aneh, semua begitu normal, kurasa mbak Siska lebih berhati hati. Ada suatu waktu Papaku ke dapur dan ada percakapan singkat dengan mbak Siska aku tak dapat mendengarnya, kamera ini tak bisa menyiarkan suara. Setelah itu Papa agak menjaga jarak dengan mbak Siska. Mama pun begitu, tak ada yang aneh, tiap hari hanya sibuk dengan ponsel pintarnya. Semua rencanaku gugur sudah, tetapi aku malas mencopot kamera - kamera yang kupasang, karena merepotkan, jadi kubiarkan saja.

Sepulang sekolah tentu saja hang out menjadi hal wajib. Aku menjemput Sisil, pacarku, disekolahnya yang tak jauh dari sekolahku, untuk sekedar minum kopi di cafe. Tentu Ia tak menolak, kami berbincang, tetapi Ia sibuk dengan ponselnya.

"Sil, matiin dulu kali hpnya."

"Sorry Jo, ada urusan penting nih."

"Oh."

"Sorry yah, aku gak bisa lama hari ini, kita kan udah kelas tiga, Mamaku nyuruh aku les biar masuk UI," Ia menggendong tasnya.

"Oh yaudah deh, yaudah yuk," Aku juga beranjak dari kursi.

"Gausah di anter Jo, aku naik grabcar aja."

"Lho kenapa ? Santai lagi, biasanya juga aku anter kan," Aku menggapai tangannya.

"Mm-iya tapi aku ada urusan dulu Jo."

"Gapapa biar aku anter. "

"Gausah oke."

"Kamu kenapa sih, semenjak libur kemaren kita gak pernah ketemu lho, ngehubungin aku aja enggak."

"Gapapa kok, yaudah yah aku duluan."

"Sil.. " Ia berlalu.

Aku menyeruput kopi terakhirku, menjadi overthinking, Aku pun akhirnya beranjak juga dari mejaku. Hubungan ini sudah berjalan satu tahun, dan Kami sudah melakukan banyak hal bersama. Sikapnya ini membingungkan ku. Aku mengendarai mobil menuju rumahnya, sampailah di depan sebuah rumah minimalis di komplek yang rapi. Aku keluar dari mobil dan menekan belnya. Seorang pembantu yang sudah tua keluar.

"Maaf mau ketemu Sisil Bu, saya temen sekolahnya"

"Oalah, neng Sisil belum pulang tuh mas, mau nunggu di dalem aja, ada Ibu juga kok."

"Ee-nggak bu, makasih yah."

Aku memilih memarkir mobilku tak jauh dari rumah Sisil. Aku belum pernah di kenalkannya pada orang tuanya, Aku hanya sekedar mengantarnya sanpai depan gerbang rumah. Dua jam berlalu dan Sisil belum juga menampakan batang hidungnya. Aku mulai bosan dan terpikir untuk pulang. Mungkin Sisil sedang ingin me time saja pikirku. Aku memilih menunggu sebentar lagi. Hari mulai gelap, sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan rumah Sisil, seorang pria tua keluar dari pintu depan, membukakan pintu penumpang, itu Sisil, tak lama keluar seorang pemuda tinggi berambut hitam mengkilat yang asing bagiku. Kuakui dia lebih tampan daripadaku. Ia memegang tangan Sisil, disambut dengan senyuman lebar dari Sisil hingga matanya tak terlihat. Mereka melangkah ke dalam rumah, kulihat bibi yang tadi membukakan gerbang. Lalu tak lama keluar pula seorang wanita paruh baya yang kutaksir umurnya akhir 30 tahun, rambutnya hitam bergelombang yang wajahnya mirip dengan Sisil. Kurasa itu Mamanya. Ia menyambut hangat pria itu, dan mempersilahkannya masuk, tapi Pria ini menolak dan memilih berbincang sebentar di teras rumah lalu beranjak pergi lagi di antar hingga pintu gerbang oleh Sisil dan Mamanya, Aku mengabadikan momen itu. Tak kusangka aku di khianati begini.

"Pertanyaan tekahir aku, ini siapa ?" Aku mengirim pesan ke Sisil setelah aku beranjak jauh dari rumahnya. Aku juga melampirkan foto yang tadi ku ambil

"Sorry aku gak bilang sama kamu, aku nunggu momen yang tepat. Itu tunangan aku Jo, Karena sekarang kamu udah tau semuanya, maaf yah udah nyakitin kamu. Makasih untuk setahun yang menyenangkan."

"Wh.. Kok kamu jahat sih Sil."


Ia tak membalasnya lagi, Aku mencoba menelponnya, tak diangkat. Aku mencoba mengiriminya pesan lagi tetapi aku sadar nomorku di blokir. Rasanya sakit, tak sadar aku menangis di pinggir jalan di dalam mobilku.
 
Terakhir diubah:
Harta, Tahta, Wanita Bab 3
Esoknya aku tidak masuk sekolah dengan alasan sakit. Ya memang sakit, tapi sakit hati. Aku dibangunkan oleh Papa pagi itu, Aku hanya meringkuk di kasur dengan selimut tebal sekujur badan menunjukan aku benar benar sakit, Papa memeriksa panasku, Ia memutuskan bahwa aku harus istirahat dulu dirumah, Ia meninggalkan uang lebih untukku berobat jika tambah parah. Seperti biasa kedua orangtuaku pergi bekerja meninggalkan aku sendiri. Setelah Papa pergi tak lama mbak Siska mengetuk pintuku. Kuizinkan Ia masuk,

"Kata Bapak, Kokoh lagi sakit yah, ini saya bikinin bubur kacang ijo, ada jahenya biar gak lemes, biar cepet sembuh," Mbak Siska masuk hanya meletakkan makananku. Hari ini ia hanya pakai tank top putih dan aku yakin tak memakai bra, samar kulihat pnetilnya yang hitam menyembul.

"Oh iya mbak, taro aja. Mbak gapake beha ya ?"

"Ee-h iya koh, maaf soalnya mau nyuci abis ini," Ia mendadak malu dengan gestur menutupi dadanya.

"Yaelah santai aja mbak."

"Hehe maaf koh, nanti - nanti saya bakal pake deh."

"Gapapa mbak sering - sering juga gapapa," godaku, dengan mata masih terpaku pada game di ponsel.

"Hehe—Oh iya, kokoh kalo badannya pegel bilang yah, biar nanti saya kerokin kalo gak saya juga bisa pijitin."

"Iya mbak, selamat nyuci deh."

Lalu mbak Siska meninggalkanku. Aku mencoba mengalihkan perhatian ku, hatiku masih terasa sakit karena kemarin. Bahkan penampilan menggoda mbak Siska tak begitu menggodaku. Kekalahan di game membuat suasana hati ku malah makin buruk, aku melempar handphoneku ke sudut kasur, setiap melihat ponsel Aku malah makin merasa sakit, ternyata game tak mampu menyembuhkanku. Aku memakan bubur kacang ijo yang dibawa mbak Siska, Ia tak berlebihan tentang rasanya, ini enak dan menyegarkan. Aku menghabiskannya sampai bersih. Kenyang sekali. Aku malas mandi dan turun ke ruang tivi di bawah, menonton tv di kamar membosankan, akses untuk mengambil snack di dapur terlalu jauh. Sebelum menayalakan tivi, Aku ke dapur terlebih dahulu mengambil snack. Di kamar mandi mbak Siska sedang mencuci baju dengan sikat dan papan cucian.

"Lho mbak, kok gak dimesin cuci ?" Mataku tak fokus antara melihat matanya atau pentilnya yang sekarang malah keliatan jelas karena tank top nya basah.

"Mesinnya rusak koh, gatau kenapa tuh gamau muter, terpaksa deh saya cuci pake tangan gini."

"Kita emang punya papan gituan yah."

"Oh-- ini tadi saya pinjem ke pembantu sebelah koh, Hehe."

"Oh.. Mm mbak, gue mau dong dipijitin deh, badan gue pegel banget rasanya," Aku pura - pura meregangkan badan, Penampilan mbak Siska membuatku ingin melihatnya lebih lama.

"Mau sekarang koh ?" Ia mencuci tangannya.

"Nanti juga gapapa mbak, kalo mau ngelarin cucian dulu."

"Eeh, kesehatan kokoh nomer satu, sebentar saya ambilin minyak kayuputih dulu-,"

"--Mbak jangan pake minyak kayuputih, kulit saya sensitif."

"Yaudah pake lotion aja yah kalo gitu."

"Y--yaudah gimana enaknya aja mbak asal jangan pake yang pedes pedes."

"Hahaha omongan tetangga kali ah pedes koh."

Aku berlalu meninggalkan mbak Siska, menuju kamarku. Aku tak jadi ke ruang tivi, niatku telah kuubah. Kini aku terbaring di tempat tidur, berdebar menunggu mbak Siska. Belum apa - apa penis ku sudah tegang karena memikirkan hal - hal yang aneh. Aku memang belum pernah ke tempat massage, tetapi sebagai pakar bokep, aku jadi membayangkan seperti di film - film itu. Tak lama mbak Siska mengetuk pintu kamarku, Aku mempersilahkannya masuk. Ia membawa sebuah lotion. Tapi aku memberinya lotion yang biasa kupakai. Ia masih memakai tanktop basah itu, kini di kombinasikan dengan hot pants warna pink, Aku merasa Ia sedang menggodaku sekarang.

"Koh, kalo mau dipijit harus buka baju."

"Loh kenapa mbak ?"

"Kan badannya mau dikasih lotion koh, kalo engga nanti bajunya kotor."

Aku melepas bajuku seperti yang diperintahkannya.

"Celananya juga koh maksudnya," Ia tersenyum.

"Oh gitu yah mbak."

"Celana dalem juga mbak ?" Aku melepas celana ku.

"Kalo itu terserah kokoh hehe," Godanya.

"Pake aja deh mbak, malu."

Ia mengisyaratkan untuk telungkup, tangannya telaten memijat setiap sendiku. Aku baru pertama kali dipijat dan ini terasa menyegarkan aku bahkan sampai hampir terlelap. Mbak Siska memijatku dimulai dari ujung kaki tak melewatkan satu inchi pun sendi tubuhku, Ia hanya melewatkan bagian bokongku. Setelah selesai dengan kepalaku, mbak Siska menyuruhku terlentang. Aku berdebar. Mbak Siska duduk di sampingku, tepat disamping bahuku, Aku bisa melihat Ia berkeringat, bisa dimaklumi, Kurasa pijatannya sangat bertenaga tadi. Kini agak canggung, aku bingung harus melihat kemana. Tanganku di taruh di pahanya gemuknya. Telapak tanganku benar - benar dekat dengan payudara besarnya. Kini aku melihat lebih dekat payudaranya walau masih terbungkus tanktop. Tanganku sangat ingin menyentuhnya.

"Pegang aja koh gapapa kok," Mbak Siska menyadarkanku, sedari tadi aku melihat ke payudaranya, Ia menangkapku dan menawarkanku sambil tersenyum menggoda.

"E-eh beneran nih mbak," Aku gelagapan.

Mbak Sika membuka tanktopnya dan terbukalah gunung kembar yang besar. Kulit coklat mulusnya kini tampak eksotis. Pentilnya hitam tapi itu benar benar besar, Aku dengan rakus langsung meraihnya, mengelus ngelusnya pelan. Mbak Siska tetap sibuk memijat tanganku sambil tersenyum.

"Agak miring koh," Ia mengambil tanganku yang satunya lagi, kini telapak tanganku mengelus ngelus payudara itu malu – malu.

"Koh cewek tuh suka tau kalo teteknya di remes - remes, apalagi pentilnya di pelintir pelintir. Ngghhmmhh" Ia menggodaku, memainkan bibirnya.

Ini baru bagiku, Aku memang beberapa kali ML dengan Sisil tapi Ia tak pernah mau di sentuh payudaranya. Kini tanganku dengan rajin meremas remas payudaranya. Payudaranya sangat kenyal dan kencang, putingnya menegang dan aku bisa merasakan mbak Siska tak berkonsestrasi lagi memijatku.

"Koh, kancutnya di buka aja yah, kasian tuh adeknya sesek," Mbak Siska meraih celana dalamku lalu dengan cepat mengulum penisku.

wbFMbX2G_o.jpg


Ini pertama kalinya penisku dikulum, aku menjadi tak berkonsentrasi pada payudara mbak Siska lagi. Penisku terasa basah, aku yakin itu karena ludah mbak Siska, Ia memain - mainkan lidahnya di lubang penisku, membuat sensasi ngilu. Sedotan - sedotannya bertenaga, tetapi Ia memainkan temponya. Aku sungguh menjadi tak tahan, Aku dengan reflek meremas bokongnya. Mbak Siska seperti sudah mengerti, Ia mempercepat tempo sedotannya, dan tak lama semua sperma ku tumpah di mulut mbak Siska. Ia tak melepas penisku, menelan semua sperma ku.

"Mmm... Gurih koh—Hehe," Ia menggodaku.

"Udah sembuh kan sakitnya koh, Jangan males - males sekolahnya koh, biar pinter—Hehe," Ia memakai kembali tanktopnya.

"Yaudah saya lanjut nyuci lagi yah kokohh" Ia mengedipkan matanya kepadaku, lalu berlalu meninggalkanku yang terpesona oleh "pelayanan" mbak Siska.
 
Bimabet
Harta, Tahta, Wanita Bab 4

Aku melepas semua pakaian ku dan terburu menuruni tangga dari kamarku ke dapur. Kudapati mbak Siska masih mencuci tanpa pakaian apapun, Ia tersenyum menggoda ke arahku.

"Mau ngapain koh, " Godanya.

"Gue mau lagi mbak, " Aku menghampirinya ke depan pintu kamar mandi.

Ia sedang dalam posisi duduk, beberapa bagian tubuhnya ditempeli busa sabun. Saat aku di depan pintu kamar mandi, mbak Siska berdiri juga menghampiri ku, lalu melumat bibirku ganas. Aku harus menunduk sedikit, tubuhku lebih tinggi. Tanganku mengelus - ngelus bokong sekalnya. Ia menempelkan tubuhnya ke tubuhku, aku dapat merasakan payudara dan bulu kemaluannya menyentuh kulitku. Lidahnya bermain liar di dalam mulutku, Aku sudah expert soal berciuman. Mulut mbak Siska berbau listerine. Kurasa Ia sudah tahu aku akan menghampirinya. Betul betul ular.

"Hmmhhhh, burungnya kokoh udah tegang lagi aja, baru juga tadi aku sepongin," Matanya menatapku menggoda, tangannya mengocok - ngocok penisku.

"Ahh.. Mbakk, " Aku terangsang berat dengan rangsangan - rangsangan yang ia berikan.

Aku lebih menunduk lagi, mulutku menggapai payudara besarnya, tanganku satunya meremas remas buah surga itu, mulutku sibuk menyedot payudaranya seperti bayi. Tangan mbak Siska mengelus - ngelus tubuhku. Ia juga memasukan jarinya ke vaginanya sendiri. Racauannya membuatku sangat bergairah. Aku melepaskan payudaranya dan menggotongnya.

"Aww, aku mau dibawa kemana koh," Godanya, sambil memainkan putingku. Rasanya geli.

Aku membawanya ke kamar orang tua ku, akan merepotkan harus ke kamarku di lantai atas. Aku menghempasnya ke kasur, lalu menindihnya, melumat bibirnya, memainkan putingnya dengan jariku. Bibir tebalnya sangat enak untuk diciumi. Aku dapat merasakan nafas mbak Siska terburu, tangannya memeluk erat tubuhku, bibirnya tak ingin melepas ciumanku. Baru kali ini aku merasakan bercinta se-bergairah ini.

Aku dihempasnya, kini mbak Siska di atas ku dan memasukan penisku kedalam vaginanya.

"Nghhh.... " Lenguhnya.

Vagina mbak Siska memang terasa lebih longgar ketimbang, vagina Sisil, tetapi saat penisku di dalam, Aku merasakan penisku seperti di pijat dan di sedot - sedot. Permainannya juga terkontrol seperti seorang profesional. Ia menggoyangkan pinggulnya naik turun, mengocok penisku dengan vaginanya. Tatapannya tak henti menatapku.

"Ahh.. Mbakk," aku merasakan sperma ku akan keluar, tanganku reflek meremas bokongnya.

Mbak Siska menghentikan goyangan pinggulnya, dan menekan penisku lebih dalam. Lalu menyuruhku mengontrol nafasku.

"Kalo nafas kokoh ke kontrol, burung kokoh gak bakal muntah cepet koh, coba deh" Senyumnya selalu menggoda, setelah mengatakan itu Ia memberiku waktu untuk menenangkan diri agar tak keluar cepat.

Setelah melihatku cukup tenang, mbak Siska kembali melanjutkan goyangan pinggulnya. Setelah lebih tenang aku tanganku mulai menjelajah payudara besarnya yang bergoyang goyang diatasku. Setiap kumainkan putingnya, mbak Siska selalu mendesah kencang, vaginanya juga jadi lebih giat menyedot - nyedot penisku. Nafas mbak Siska mulai terburu.

"Nghh-- aku mau keluar nih say," bisiknya lalu melumat bibirku.

Goyangan pinggulnya semakin kencang, dan lumatan bibirnya semakin ganas, kurasa ini adalah tanda mbak Siska akan mencapai orgasmenya. Ia lalu memeluk leherku erat, melepas ciumannya, berdesah kencang, lalu menghentakan pinggulnya cepat ke penisku. Tak lama aku merasakan cairan membasahi penisku di dalam vaginanya. Mbak Siska juga sudah mulai tenang.

"Uuhhh.. Aku keluar lho koh, burung kokoh masih keras aja nih di memek Siska, " Ia memainkan rambutnya dan menggigit bibirnya. Memperlihatkan kesan sensual padaku.

"Mbak, gue masih pengen, belom keluar nih. "

"Hmm-- sange yah ngeliat body aku," Godanya nakal.

"Iyanih gatahan mbak, ngewe bisa se-enak ini yah ternyata."

"Iya dong kan ngewenya sama ahli, hehe. Kokoh mau gaya apa lagi nih."

"Mm-- mau cobain dari belakang dong mbak."

"Anal apa doggy koh" Ia langsung mencabut penisku, dan membelakangiku dengan posisi menungging.

Aku bingung memutuskan, tapi aku tak tertarik merasakan anal, jadi kumasukan penisku kedalam vaginanya yang sudah basah.

h_1323nikm00045jp-12.jpg

Ilustrasi. sc. NIKM 045

"Mmhhh, suka yah sama memek Siska nghh. "

Aku menggoyangkan pinggulku maju mundur, merudal memek basah pembantuku sendiri. Sesekali aku menepuk - nepuk bokongnya, dan meremas bongkahan daging sekal itu. Mbak Siska menjadi lebih sensitif, Ia mendesah tiap kali ku maju mundurkan pinggulku.

"Mngghhh, enakkkk, terussh kohh, " Ia menggoyangkan pinggulnya.

Aku mengangkat tubuhnya, kini posisi kita seperti huruf “L”, Pinggulku berhenti bekerja dan meremas - remas payudaranya dari belakang, memelintir - melintir putingnya. Tubuhnya menggelinjang, goyangan pinggul mbak Siska semakin intens, Aku memainkan vaginanya dengan jariku, Ia tambah meracau. Tak lama vaginanya menyemburkan cairan sangat banyak diikuti desahan panjang.

"Nngghh-- burung kokoh enak banget, Siska ampe squirt lho ini. Mesti nyuci sprei deh aku hari ini,"

Aku tak paham apa yang dimaksud mbak Siska, tapi penisku pasti memberinya kepuasan lebih.

"Ampe lemes aku koh," Ia melempar tubuhnya ke atas tubuhku.

"Kokoh mau Siska apain lagihhh, " Wajahnya sangat dekat ke wajahku.

"Mau dikocokin pake tetek dong mbak."

"Hmm-- kebanyakan nonton bokep nih kokoh, "

"Hehe--"

Ia lalu mencabut penisku, dan menjepit penisku hingga hilang didalam jepitan payudaranya. Ia mengocok - ngocok penisku. Sesekali mengulum kepala penisku. Sebagai seorang remaja tanggung, sensasi baru ini membuatku ingin segera mengeluarkan spermaku. Mbak Siska sangat peka saat aku ingin keluar, Ia tetap menjepit penisku dengan payudaranya, tapi mengeluarkan setengah penisku, lalu mengulumnya dengan ganas.

"Ahhh mbakkkk," Aku reflek memegang kepalanya dan memaksanya mengulumnya penisku dengan cepat.

Crot! Semua spermaku tumpah di mulut mbak Siska, Ia menelan semuanya dengan rakus lalu merebahkan diri di pangkuanku. Ia kelelahan, menatapku sebentar lalu memeluk tubuhku yang penuh keringat.

"Mbak, gue penasaran sama laki - laki yang gue pergokin waktu itu, " Aku membuka percakapan. Kami berdua seperti sepasang kekasih yang kelelahan sehabis memadu kasih. Tiduran berdampinga

"Hmm-- itu mantan aku koh, dia ke Jakarta beberapa tahun lalu, janjinya setahun aja, terus nikahin aku, eh gak pulang - pulang, Terus tahun lalu aku dapet kabar, Dia udah nikah. Aku nekat ke Jakarta nyari dia, gak bawa duit, malah akhirnya kerja jadi terapis di panti pijet plus, dan harus ngelayanin tamu buat ngewe. "

"Lu mantan terapis mbak ? Pantes pijetannya enak banget, "

"Iyaa, tapi aku bersih kok, kokoh jangan jijik yah kerja ditempat kayak gitu ladiesnya terawat koh"

"Engak kok mbak-- eh iya kok lu bisa ketemu sama mantan lu mbak ? "

"Ternyata selama ini dia kerja di tempat papanya kokoh jadi debt collector, Aku ketemu pas nganter berkas ke kantor papahnya kokoh. "

"Dia ngajakin aku jalan abis itu, makan, minta maaf segala macem, terus pulangnya aku dianter kesini, eh malah kebablasan--" Lanjutnya bercerita, rebahan di sampingku

"Mmm-- sebenernya gak sekali itu gue mergokin lu mbak, gue juga mergokin lu sama papa pas malem," Tuturku sedih. Mbak Siska tampak memperhatikan ku sejenak.

"Yaah-- Aku tau suatu hari bakal ada yang mergokin sih koh, Tapi kokoh jangan benci sama papah kokoh yah, "

"Gimana gak benci mbak, dia udah selingkuh begitu, " Rajukku

"Gak bisa di bilang selingkuh sih kalo gak pake perasaan koh, Aku ini terapis langganan papahnya kokoh, Dia bawa aku ke rumah ini jadi pembantu karna aku udah capek juga koh kerja begitu. Jadi seminggu sebelum aku kerja disini, Aku diketemuin sama Bibi yang mau pensiun. Terus Bibi disuruh pura - pura bawa aku buat kerja disini," Mbak Siska bercerita, Aku dengan setia mendengarkan cerita yang membuatku "wah" setiap kalimatnya.

"Lelaki menikah dan punya anak, apalagi semata wayang. Main atau ngelirik ke cewek lain itu cuma nafsu koh, bukan cinta. Jadi aku paling sebel kalo ada cowok poligami. Cowok itu selalu pake logika. Aku bukan selir hatinya papahnya kokoh, Aku cuma pemuas nafsunya. Rasa cintanya tetep ke keluarganya koh, mamah kokoh sama yaa kokoh anaknya. Tadi pagi aja papah kokoh khawatir banget pas tau kokoh sakit," Lanjutnya.

"Jadi jangan marah sama papahnya kokoh yah. Aku gak bilang papahnya kokoh gak salah tapi maklumi aja toh cintanya ke keluarga gak pernah kebagi. "

"Hwahh, jadi dewasa itu rumit yah mbak."

"Ya ini hidup koh, penuh cobaan dan godaan. Kan ada yang bilang harta, tahta, wanita. Kalo udah punya harta sama tahta ya godaannya wanita, tapi bukan godaan cinta, godaan nafsu pengen ngewe kayak kokoh nih. Hahahaha--"

Statement akhir mbak Siska membuatku tergelak. Aku sudah sepenuhnya lupa soal Sisll yang mengkhianatiku, aku menjadi sepenuhnya sadar harus seperti apa aku kedepan.

[End]

Bab 12

Aku melepas semua pakaian ku dan terburu menuruni tangga dari kamarku ke dapur. Kudapati mbak Siska masih mencuci tanpa pakaian apapun, Ia tersenyum menggoda ke arahku.

"Mau ngapain koh, " Godanya.

"Gue mau lagi mbak, " Aku menghampirinya ke depan pintu kamar mandi.

Ia sedang dalam posisi duduk, beberapa bagian tubuhnya ditempeli busa sabun. Saat aku di depan pintu kamar mandi, mbak Siska berdiri juga menghampiri ku, lalu melumat bibirku ganas. Aku harus menunduk sedikit, tubuhku lebih tinggi. Tanganku mengelus - ngelus bokong sekalnya. Ia menempelkan tubuhnya ke tubuhku, aku dapat merasakan payudara dan bulu kemaluannya menyentuh kulitku. Lidahnya bermain liar di dalam mulutku, Aku sudah expert soal berciuman. Mulut mbak Siska berbau listerine. Kurasa Ia sudah tahu aku akan menghampirinya. Betul betul ular.

"Hmmhhhh, burungnya kokoh udah tegang lagi aja, baru juga tadi aku sepongin," Matanya menatapku menggoda, tangannya mengocok - ngocok penisku.

"Ahh.. Mbakk, " Aku terangsang berat dengan rangsangan - rangsangan yang ia berikan.

Aku lebih menunduk lagi, mulutku menggapai payudara besarnya, tanganku satunya meremas remas buah surga itu, mulutku sibuk menyedot payudaranya seperti bayi. Tangan mbak Siska mengelus - ngelus tubuhku. Ia juga memasukan jarinya ke vaginanya sendiri. Racauannya membuatku sangat bergairah. Aku melepaskan payudaranya dan menggotongnya.

"Aww, aku mau dibawa kemana koh," Godanya, sambil memainkan putingku. Rasanya geli.

Aku membawanya ke kamar orang tua ku, akan merepotkan harus ke kamarku di lantai atas. Aku menghempasnya ke kasur, lalu menindihnya, melumat bibirnya, memainkan putingnya dengan jariku. Bibir tebalnya sangat enak untuk diciumi. Aku dapat merasakan nafas mbak Siska terburu, tangannya memeluk erat tubuhku, bibirnya tak ingin melepas ciumanku. Baru kali ini aku merasakan bercinta se-bergairah ini.

Aku dihempasnya, kini mbak Siska di atas ku dan memasukan penisku kedalam vaginanya.

"Nghhh.... " Lenguhnya.

Vagina mbak Siska memang terasa lebih longgar ketimbang, vagina Sisil, tetapi saat penisku di dalam, Aku merasakan penisku seperti di pijat dan di sedot - sedot. Permainannya juga terkontrol seperti seorang profesional. Ia menggoyangkan pinggulnya naik turun, mengocok penisku dengan vaginanya. Tatapannya tak henti menatapku.

"Ahh.. Mbakk," aku merasakan sperma ku akan keluar, tanganku reflek meremas bokongnya.

Mbak Siska menghentikan goyangan pinggulnya, dan menekan penisku lebih dalam. Lalu menyuruhku mengontrol nafasku.

"Kalo nafas kokoh ke kontrol, burung kokoh gak bakal muntah cepet koh, coba deh" Senyumnya selalu menggoda, setelah mengatakan itu Ia memberiku waktu untuk menenangkan diri agar tak keluar cepat.

Setelah melihatku cukup tenang, mbak Siska kembali melanjutkan goyangan pinggulnya. Setelah lebih tenang aku tanganku mulai menjelajah payudara besarnya yang bergoyang goyang diatasku. Setiap kumainkan putingnya, mbak Siska selalu mendesah kencang, vaginanya juga jadi lebih giat menyedot - nyedot penisku. Nafas mbak Siska mulai terburu.

"Nghh-- aku mau keluar nih say," bisiknya lalu melumat bibirku.

Goyangan pinggulnya semakin kencang, dan lumatan bibirnya semakin ganas, kurasa ini adalah tanda mbak Siska akan mencapai orgasmenya. Ia lalu memeluk leherku erat, melepas ciumannya, berdesah kencang, lalu menghentakan pinggulnya cepat ke penisku. Tak lama aku merasakan cairan membasahi penisku di dalam vaginanya. Mbak Siska juga sudah mulai tenang.

"Uuhhh.. Aku keluar lho koh, burung kokoh masih keras aja nih di memek Siska, " Ia memainkan rambutnya dan menggigit bibirnya. Memperlihatkan kesan sensual padaku.

"Mbak, gue masih pengen, belom keluar nih. "

"Hmm-- sange yah ngeliat body aku," Godanya nakal.

"Iyanih gatahan mbak, ngewe bisa se-enak ini yah ternyata."

"Iya dong kan ngewenya sama ahli, hehe. Kokoh mau gaya apa lagi nih."

"Mm-- mau cobain dari belakang dong mbak."

"Anal apa doggy koh" Ia langsung mencabut penisku, dan membelakangiku dengan posisi menungging.

Aku bingung memutuskan, tapi aku tak tertarik merasakan anal, jadi kumasukan penisku kedalam vaginanya yang sudah basah.

"Mmhhh, suka yah sama memek Siska nghh. "

Aku menggoyangkan pinggulku maju mundur, merudal memek basah pembantuku sendiri. Sesekali aku menepuk - nepuk bokongnya, dan meremas bongkahan daging sekal itu. Mbak Siska menjadi lebih sensitif, Ia mendesah tiap kali ku maju mundurkan pinggulku.

"Mngghhh, enakkkk, terussh kohh, " Ia menggoyangkan pinggulnya.

Aku mengangkat tubuhnya, kini posisi kita seperti huruf “L”, Pinggulku berhenti bekerja dan meremas - remas payudaranya dari belakang, memelintir - melintir putingnya. Tubuhnya menggelinjang, goyangan pinggul mbak Siska semakin intens, Aku memainkan vaginanya dengan jariku, Ia tambah meracau. Tak lama vaginanya menyemburkan cairan sangat banyak diikuti desahan panjang.

"Nngghh-- burung kokoh enak banget, Siska ampe squirt lho ini. Mesti nyuci sprei deh aku hari ini,"

Aku tak paham apa yang dimaksud mbak Siska, tapi penisku pasti memberinya kepuasan lebih.

"Ampe lemes aku koh," Ia melempar tubuhnya ke atas tubuhku.

"Kokoh mau Siska apain lagihhh, " Wajahnya sangat dekat ke wajahku.

"Mau dikocokin pake tetek dong mbak."

"Hmm-- kebanyakan nonton bokep nih kokoh, "

"Hehe--"

Ia lalu mencabut penisku, dan menjepit penisku hingga hilang didalam jepitan payudaranya. Ia mengocok - ngocok penisku. Sesekali mengulum kepala penisku. Sebagai seorang remaja tanggung, sensasi baru ini membuatku ingin segera mengeluarkan spermaku. Mbak Siska sangat peka saat aku ingin keluar, Ia tetap menjepit penisku dengan payudaranya, tapi mengeluarkan setengah penisku, lalu mengulumnya dengan ganas.

"Ahhh mbakkkk," Aku reflek memegang kepalanya dan memaksanya mengulumnya penisku dengan cepat.

Crot! Semua spermaku tumpah di mulut mbak Siska, Ia menelan semuanya dengan rakus lalu merebahkan diri di pangkuanku. Ia kelelahan, menatapku sebentar lalu memeluk tubuhku yang penuh keringat.

"Mbak, gue penasaran sama laki - laki yang gue pergokin waktu itu, " Aku membuka percakapan. Kami berdua seperti sepasang kekasih yang kelelahan sehabis memadu kasih. Tiduran berdampinga

"Hmm-- itu mantan aku koh, dia ke Jakarta beberapa tahun lalu, janjinya setahun aja, terus nikahin aku, eh gak pulang - pulang, Terus tahun lalu aku dapet kabar, Dia udah nikah. Aku nekat ke Jakarta nyari dia, gak bawa duit, malah akhirnya kerja jadi terapis di panti pijet plus, dan harus ngelayanin tamu buat ngewe. "

"Lu mantan terapis mbak ? Pantes pijetannya enak banget, "

"Iyaa, tapi aku bersih kok, kokoh jangan jijik yah kerja ditempat kayak gitu ladiesnya terawat koh"

"Engak kok mbak-- eh iya kok lu bisa ketemu sama mantan lu mbak ? "

"Ternyata selama ini dia kerja di tempat papanya kokoh jadi debt collector, Aku ketemu pas nganter berkas ke kantor papahnya kokoh. "

"Dia ngajakin aku jalan abis itu, makan, minta maaf segala macem, terus pulangnya aku dianter kesini, eh malah kebablasan--" Lanjutnya bercerita, rebahan di sampingku

"Mmm-- sebenernya gak sekali itu gue mergokin lu mbak, gue juga mergokin lu sama papa pas malem," Tuturku sedih. Mbak Siska tampak memperhatikan ku sejenak.

"Yaah-- Aku tau suatu hari bakal ada yang mergokin sih koh, Tapi kokoh jangan benci sama papah kokoh yah, "

"Gimana gak benci mbak, dia udah selingkuh begitu, " Rajukku

"Gak bisa di bilang selingkuh sih kalo gak pake perasaan koh, Aku ini terapis langganan papahnya kokoh, Dia bawa aku ke rumah ini jadi pembantu karna aku udah capek juga koh kerja begitu. Jadi seminggu sebelum aku kerja disini, Aku diketemuin sama Bibi yang mau pensiun. Terus Bibi disuruh pura - pura bawa aku buat kerja disini," Mbak Siska bercerita, Aku dengan setia mendengarkan cerita yang membuatku "wah" setiap kalimatnya.

"Lelaki menikah dan punya anak, apalagi semata wayang. Main atau ngelirik ke cewek lain itu cuma nafsu koh, bukan cinta. Jadi aku paling sebel kalo ada cowok poligami. Cowok itu selalu pake logika. Aku bukan selir hatinya papahnya kokoh, Aku cuma pemuas nafsunya. Rasa cintanya tetep ke keluarganya koh, mamah kokoh sama yaa kokoh anaknya. Tadi pagi aja papah kokoh khawatir banget pas tau kokoh sakit," Lanjutnya.

"Jadi jangan marah sama papahnya kokoh yah. Aku gak bilang papahnya kokoh gak salah tapi maklumi aja toh cintanya ke keluarga gak pernah kebagi. "

"Hwahh, jadi dewasa itu rumit yah mbak."

"Ya ini hidup koh, penuh cobaan dan godaan. Kan ada yang bilang harta, tahta, wanita. Kalo udah punya harta sama tahta ya godaannya wanita, tapi bukan godaan cinta, godaan nafsu pengen ngewe kayak kokoh nih. Hahahaha--"

Statement akhir mbak Siska membuatku tergelak. Aku sudah sepenuhnya lupa soal Sisll yang mengkhianatiku, aku menjadi sepenuhnya sadar harus seperti apa aku kedepan.

[End]
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd