Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[UPDATE 290721] [ANTOLOGI] KISAH LENDIR IBUKOTA

PejuangStensil

Semprot Kecil
Daftar
22 Oct 2019
Post
84
Like diterima
1.763
Bimabet
mCgE9jbr_o.png

Secara singkat antologi itu adalah kumpulan cerita - cerita pendek yang dikumpulkan disatu tempat, biasanya dikumpulin di sebuah novel. Sesuai dengan judul thread, antologi ini ts beri judul kisah lendir ibukota. Selamat menikmati dan berfantasi para subes, cerita akan selalu di update paling lambat 3 hari sekali. ENJOY!!

 
Terakhir diubah:
Kalo namanya Antologi berarti kumpulan dong yah
Ditunggu yah Kaka
:o
 
Kubayarkan Hutangmu - Bab 1

Sekarang Aku berbaring berdampingan di ranjang hotel dengan sprei putih dan lampu remang. Wanita disampingku terlelap, peluhnya kering dan rambutnya berantakan. Ia tak mengenakan apa - apa hanya tubuh berkulit putih dengan beberapa tahi lalat kecil di sekitaran leher dan payudaranya yang menyembul. Payudara itu habis kulumat sampai puas. Ia tertidur dengan kaki rapat dan sedikit bulu vaginanya mencuat dari sela paha. Wanita yang selalu ku fantasikan saat dulu kami satu sekolah, Dina, primadona kelasku. Ini adalah fantasi yang kuimpikan, tak kubayangkan akan terjadi.

Kembali ke beberapa hari sebelumnya, rutinitas biasa kujalani sebagai manajer di sebuah perusahaan makanan. Kerja kerasku selama 5 tahun terbayarkan, tahun ini adalah tahun pertama ku menjabat. Sore itu whatsapp ku menerima pesan dari nomor yang tidak di kenal. Aku akan melampirkan pesannya disini.
CghDgYOp_o.png

9H4vH5Oe_o.png

TdXIcRi3_o.jpg

Semua ilustrasi hanyalah fiktif belaka, kesamaan nama, tempat dan waktu harap di maklumi
Akhirnya hari pertemuan itu tiba, Aku tak berharap apa apa, walau ia adalah wanita idamanku. Aku duduk di restoran cepat saji tempat yang dijanjikan. Memesan 2 paket combo, dan membawanya ke meja. Aku datang setengah jam lebih awal, Aku adalah pria yang disiplin, itulah mengapa tanpa gelar sarjana Aku dapat naik tingkat menjadi manajer. Waktunya hampir tiba, tapi Dina belum menampakan dirinya. Aku memaklumi, pulang kerja di industri makanan tidak akan pernah tepat waktu. Tapi tak lama Ia datang, dengan rambut yang masih di cepol, dan make up yang sedikit luntur karna bekerja serta seragam kerja yang di dobel dengan sweater rajut putih bermotif garis coklat. Langkah nya terdengar terburu buru dari hentakan sepatunya. Matanya menelisik ke sekitar restoran mencari keberadaanku, Aku melambaikan tangan memberi tanda tempatku. Ia lalu tersenyum menghampiri, Aku tak begitu dekat dengannya tapi kami berdua sekelas selama dua tahun di kelas 2 dan 3 SMK. Ia langsung mengambil tempat duduk didepan ku. Kini kita berhadapan agak canggung rasanya.

"Di minum aja dulu Din," Aku juga ikut menyeruput segelas cola.

"Eh iya Di, nunggu lama yaaa lo. Maaf ya temen gue tadi telat," Ia menatapku.

"Gapapa, santai lagi. Baru lewat 5 menit kok," Aku melihat jam tanganku. Tidak ingin sombong tapi jam ku bermerk A.C.

"Hehe. makasih yaah udah nyempetin buat ketemu," Ia tersenyum, lalu menyeruput cola nya hingga habis setengah gelas.

"Mm.. Mau gue pesenin minum lagi ?" Aku bersikeras.

"Eh engga, nanti aja Di, Gimana kabar lo, maaf nih ya kalo gue agak menpayudarak," Dina kembali menatapku, ini kebiasaan kami orang yang bekerja di dunia pelayanan, kami selalu menatapa mata lawan bicara ketika mengobrol.

"Baikk, lu gimana ? Anak lu siapa deh namanya tuh ? Gimana sehat juga ?"

"Kenzo sehat kok, gue nih yang gak sehat Di."

"Oh iya gimana kan lu mau cerita kenapa lu butuh duit."

"Iyaa, laki gue kabur, dia minjem duit ampe 50 juta ke rentenir buat maen judi. Sekarang gue yang dikejer kejer, dia pake nama gue buat minjem duit, Gue--TAkut Di," Matanya mulai berkaca saat menceritakan hal itu.

"Anak gue masih 3 tahun, dan dia harus liat mamanya dibentak penagih hutang tuh rasanya sakit banget Di, sedangkan gaji gue gak pernah bisa ketabung, selama gue sama laki gue, semua biaya hidup dari gue Di--, " Lanjutnya, Aku mengambil tisu dari tas ku, memberikannya ke Dina.

"Dulu pas nikah gue kira hidup gue bakal tentram, dia anak orang kaya, walau dia gak pernah kerja orang tuanya manjaain dia, cuma perusahaan bokapnya bangkrut pas gue lagi hamil Kenzo 6 bulan, rumah mertuanya disita, abang abangnya laki gue gak ada yang mau nampung kita, jadilah kita tinggal ngontrak," Lanjutnya lagi.

"Gue udah bilangin laki gue buat cari kerja, tapi dia bilang dia gak bisa kerja sama orang, tiap hari keluar katanya lagi bikin usaha sama temennya, tapi hasilnya gak pernah ada. Tiap hari gue mau tinggalin itu rumah cuma keinget kasian sama Kenzo, tapi sekarang malah dia yang ninggalin kita dan udah sebulan. ini debt collector dateng ke rumah. Tiap gue kerja Kenzo gue titip ke tetangga, cuma ya itu, tiap hari ada aja orang yang nagih. Makanya gue pengen pinjem duit ke elu tuh buat lunasin itu semua," Dina mengakhiri cerita sedihnya, matanya bengkak karena menangis, beberapa meja menatap kearah kita penasaran.

"Duh yang sabar yaa Din, pasti berat buat lu," Aku memberinya beberapa tisu lagi.

"Iyaa Di, udah sabar banget kok gue, kadang gue mikir apa mending gue bunuh diri aja ya gitu," Dina menatap kosong.

"Eh! Gak boleh lah, udah tenang aja, nanti kita bareng bareng ke tempat pinjeman laki lu, kita kelarin semuanya oke, sekarang lu makan dulu ya, udah nangisnya. Gue gak bisa liat cewek idaman gue nangis," Aku memberinya selembar tisu lagi.

".. Ha--Ha., idaman apanya," Dina akhirnya bisa tertawa kecil mendengar perkataanku barusan.

"Hahaaha, yaudah dimakan dulu."

Akhirnya makanan di atas meja itu habis, Aku beranjak dari mejaku memesan 1 buah paket combo lagi untuk di take away.

"Ih belom kenyang juga lo Di," menatap bungkusan makanan yang kuambil dari counter.

"Buat Kenzo," Aku memberikannya ke Dina.

"Eh gausah."

"Gapapa, gue memaksa, dah yuk cabut ke tempat laki lu minjem duit."

"Eh seriusan lo Di ?, sekarang juga ?"

"Lho iyaa, biar malam ini lu bisa tidur nyenyak, lu gak bawa motor kan ? Boncengan sama gue aja," Kami beranjak dari meja menuju parkiran

"Mm.. Makasih banyak lho Di."

"Nanti aja terima kasihnya surat pelunasan utangnya udah di tangan lu. Hehe."

Sepanjang perjalanan ke parkir mall kami banyak berbincang tentang masa lalu, Dina banyak tertawa, seperti bebannya akan dilepas, Ia juga bercerita banyak hal yang dia lakukan setelah lulus sekolah. Ini adalah pertama kalinya Aku bertemu dengannya lagi. Ia juga bilang kalau Rara, sahabat ku saat sekolah, yang memberitahunya untuk menghubungiku. Aku akan berterimakasih banyak padanya mempertemukan ku dengan idamanku. Rara bercerita, diantara lulusan yang lain, Aku yang paling dapat diandalkan, jujur Aku sangat tersanjung mendengarnya. Aku beberapa kali membantu Rara tapi karna Ia sahabatku, setidaknya Ia adalah orang yang menganggap Aku temannya walau Aku bersikeras bukan. Ia wanita keras kepala. Tak terasa kami telah sampai di parkiran, Aku menyalakan motor vespa biru langit keluaran terbaru ku, dan Dina naik dibelakangku.

"Dah yah, kita jalann, lu kasih tau aja jalannya yah."

"Okayy Di."

Kami melewati malam Ibu kota menembus lalu lintas yang macet, Dina terus mengajakku berbincang, mungkin merasa tak enak jika kami hanya diam. Tiap kali badannya condong kedepan mencoba mengobrol denganku, Aku bisa merasakan dengan jelas payudaranya terbungkus bra berenda, Ia tak pakai bra busa, tapi payudaranya masih terasa kenyal dan hangat, membuatku berpikiran kotor tentangnya seperti yang kulakukan saat sekolah, kini niatku mulai berbelok, Aku sungguh ingin menikmati tubuhnya. Kini badannya menempel erat dengan ku, karna obrolan kami semakin panjang.
 
Terakhir diubah:
cepet banget balesnya subes, silahkan dinikmati. enjoy :beer:

Pembawaan bahasanya bagus
Sayang kalo kerana hal kecil jadi kurang elok

Nubie sedikit saran yah Kaka
:o

Pas dialog kalo ga diakhir kalimat dikasih koma
Misalnya gini:
"Gue kangen deh sama lo," ujarku seraya melemparkan seutas senyum ke udara, menatap lekat-lekat matanya yang sedari tadi tak henti bercengkrama di wajahku.

Kalo dialognya di akhir kalimat
Bisa ditambahin titit eh titik
Seraya menghempaskan pandangan ke arahnya, kusunggingkan seikat senyum, "gue kangen sama lo."

Jujur aq suka pembawaannya
Tinggal sedikit aja diberesin
Maaf nubie malah banyak ngomong
:o
 
Kubayarkan Hutangmu Bab 2

"Kenapa lu gak pulang kerumah ortu lu aja Din," wajahku diterpa angin, kaca helmku sengaja dIbuka agar Aku dapat mendengar lebih jelas perkataan Dina.

"Bokap nyokap gue ngusir gue, mereka gak setuju gue nikah sama Arif. Ortu arif tuh orang kaya tapi suka ngerendahin orang. Dan ortu gue gak mau punya besan kayak gitu."

"Lho jadi lu nikah sirih dong ?" Aku tekejut.

"Iyaa, cuma kakak cewek gue yang paling tua yang dateng kenikahan gue buat jadi saksi, cuma gue gak enak minta tolong sama dia, soalnya gue dulu bilang ini pilihan paling tepat yang gue ambil."

"Oh, yaaa sekarang lu jadi tau kan kenapa harus dengerin orang tua kalo ngomong."

"Iyaa bener, niatnya kalo ini udah kelar semuanya, gaji gue juga udah bisa di tabung, gue mau balik ke rumah minta maaf, terus ngurus cerai gue."

"Oh iya iya bagus begitu, kalo soal ke gue mah santai aja Din, gue gak buru - buru, bayar aja kapanpun lu ada rejeki lebih."

"Eh engga lahh Di, gue tetep bayar tiap bulan, ya walaupun kecil."

"Yaudaahh gimana enaknya lu aja ya."

"Tapi gue penasaran dah kok lu bisa sih nabung sebanyak itu ?" Dina, Aku tadi memberi tahunya berapa banyak yang ku tabung.

"Banyak invest sana sini, gue trading pas sebelum booming, gue main krypto pas sebelum booming juga dan gue berenti pas orang - orang udah pada banyak yang beralih, intinya gak boleh serakah sih pas invest beginian, resikonya tinggi, cuma gue juga inves ke yang resikonya gak tinggi, kayak saham, emas sama usaha - usaha kenalan gue. Jadilah tabungan gue seperti sekarang."

"Wih gue aja gak kebayang, dulu pertama kerja gue banyakan foya foyanya sih, sekarang gue nyesel, abis ini pokoknya lu harus ajarin gue Di, Hahaa."

"Hahahaha."

Perjalanan menjadi tidak berasa, obrolan kami terasa lepas. Posisi duduk Dina makin berdempet denganku, tangannya malu - malu berpegangan pada pinggangku, Payudaranya makin jelas kurasakan, sangat hangat menyentuh pungggungku, tiap menggeser posisi duduknya, Dina seperti menggesekan payudaranya kepunggungku membangkitkan pikiran liarku, kini bahkan kurasa Aku merasakan pentilnya menggoda punggungku. Penis ku mulai terasa tidak nyaman karna membuat sempit celana jinsku. Dan tibalah di bangunan dengan plang "Pinjamaan Kilat Ahong", Aku membuka helmku, begitu juga Dina. Para sekuriti tampak mengenali Dina, menatapnya tajam, Dina tak membalas tatapan itu, dan terus berjalan di dekat ku, Ia menjadi lebih diam. Aku menghampiri konter yang dijaga oleh petugas wanita yang kutaksir umurnya belum 20 tahun, di name tagnya tertulis Shinta.

" Iya silahkan pak mau ambil pinjaman ?" Ia mempersilahkan ku duduk di depan konter tempatnya duduk.

"Ng--Ngga mba, kita mau bayar hutang atas nama Dina."

"Oh baik, saya cek sebentar ya."

"Baik, total yang harus di kembalikan 52 juta Ibu," Kasir mengeceknya sampai 2 kali di layar monitornya.

"Pelunasannya mau cash atau debit ?" Lanjutnya.

"Debit mba," Aku menyerahkan kartu debit berwarna hitamku bahkan sebelum Dina menoleh kearahku.

"Pinnya pak," Aku menekan beberapa tombol, dan invoice dari EDC itu keluar, Dina menatap invoice itu, tak kuasa menahan air mata bahagianya.

"Eh kenapa nangis," Aku berbisik padanya, ia hanya mengangguk, tersenyum menatap kearahku. Kasir itu mencuri pandang melihat Dina menangis, menatap aneh sejenak.

"Baik ini kwitansi pelunasan dan kartunya pak," Menyerahkan amplop yang belum di segel.

Aku membuka, itu benar kwitansi tanda pelunasan, Aku menunjukannya kepada Dina, tersenyum dan mengisyaratkan mulai sekarang semua akan baik baik saja. Aku menyerahkannya pada Dina, ia tersenyum, matanya berkaca, memegang lenganku erat tak kuasa menahan bahagianya.

"Ada lagi yang bisa dibantu pak ?" kasir itu melanjutkan.

"Udah mbak, thank you ya" Aku berdiri dari bangku.

Dina agak kesulitan berdiri, kakinya lemas karna akhirnya terlepas dari hutang yang tak dipinjamnya. Aku membantunya berdiri, dan berjalan keluar, kini Dina berani menatap para debt collector yang berjaga di depan itu, Ia tak takut ataupun malu lagi, Aku menghidupkan kembali motorku, Dina kini memeluk erat badanku dan menyandarkan kepalanya ke punggungku

"Din, gue tau lu lagi seneng banget, tapi kalo lu gak nunjukin jalan ke rumah lu bisa bisa motor gue malah ke tempat lain nih Hehehe. "

"Hahahaha iya yahh, maaf abis gue seneng banget Di, makasihh bangeeeett," Pelukannya makin erat.

"Lagian lu mau ke tempat lain mana sih, kerumah Rara," lanjutnya.

"Hahaha ngapain gue kerumah si boncel."

"Gue pikir yah kalian tuh pacaran tau hhahahaha."

"Yahh gue ketemu aja jarang Din sama dia."

"Tapi kalo dichat kayaknya lu perhatian banget sama dia Di," Ia menggodaku.

"Hahahaa gue emang begitu kali orangnya perhatian."

"Mauuu dong diperhatiin. Hahahaha."

"Yaudah mulai sekarang gue perhatiin lu terus deh hahahaha."

"Hahahahaha," tawa Dina kini lebih lepas.

Sekarang Aku menjadi serakah, Aku sangat menginginkan Dina. Aku akan mendapatkannya walau bagaimanapun. Pelukan ini sangat hangat dan di lain sisi sangat merangsangku, badannya memang sudah tidak begitu slim, tapi menjadi lebih sekal dibanding saat SMK dulu. Sweater rajut yang Ia kenakan memang memperlihatkan lekuk tubuhnya, tapi Aku tak menyangka payudaranya begitu besar, Aku mulai membayangkan tangangku meremasnya dan memainkan putingnya. Selagi fantasiku kemana mana, kami telah sampai di depan sebuah gang kecil, Aku ingin mengantarnya sampai depan kontrakan tapi ia bersikeras untuk turun di depan gang itu saja. Aku mematikan motorku, melepas helmku dan membantu melepas helm Dina yang agak kesusahan.

Z5PGgZJG_o.jpg

Ilustrasi hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tempat dan kejadian murni tidak disengaja

"Makasih yaah Di," Ia mengangkat amplop kwitansi.

Lalu memelukku dari depan, Aku tidak siap, badannya betul betul berdempetan denganku. Ia pasti merasakan penisku yang sangat tegang dari tadi, tapi persetan. Aku memeluk eratnya balikk, aroma rambutnya sangat wangi, begitu juga parfumnya, itu melekat dijaketku. Dina akhirnya melepaskan pelukannya dan melambaikan tangannya sambil tersenyum dan hilang di ujung gang sempit itu. Sambil membawa bungkusan makanan cepat saji. Aku memasang kembali helm ku dan memacu motorku menembus malam Jakarta, hari itu Aku menghabiskan seperdelapan tabunganku untuk membantu wanita yang dulu menjadi idamanku.
 
Terakhir diubah:
t
Pembawaan bahasanya bagus
Sayang kalo kerana hal kecil jadi kurang elok

Nubie sedikit saran yah Kaka
:o

Pas dialog kalo ga diakhir kalimat dikasih koma
Misalnya gini:
"Gue kangen deh sama lo," ujarku seraya melemparkan seutas senyum ke udara, menatap lekat-lekat matanya yang sedari tadi tak henti bercengkrama di wajahku.

Kalo dialognya di akhir kalimat
Bisa ditambahin titit eh titik
Seraya menghempaskan pandangan ke arahnya, kusunggingkan seikat senyum, "gue kangen sama lo."

Jujur aq suka pembawaannya
Tinggal sedikit aja diberesin
Maaf nubie malah banyak ngomong
:o
siyapp subess, nanti ditingkatkan lagiii :Peace:
 
Wah kumpulan cerita pendek wah keren
 
Bimabet
Kubayarkan Hutangmu Bab 3
Selesai mandi dan berganti pakaian ke yang lebih nyaman Aku menghempaskan tubuhku ke kasur, lalu mengecek handphone ku. Ada notif yang tak kuduga, itu dari Dina.

"Maaci om Ardi 😊 ," dengan foto anaknya sedang makan makanan yang kubelikan tadi.

"Iyaa sama - sama, maaf baru bales, gue baru sampe rumah," Aku tak mengharapkan balasannya.

Hari sudah jam 11 malam dan pesan itu dari jam 9 tadi, perjalanan ku dari kontrakan Dina ke rumahku memakan waktu 2 jam perjalanan dengan motor. Aku langsung membuka laptopku, berniat mencari video porno di web kesayanganku

Zrrtt... Tak lama ponselku kembai bergetar itu dari Dina

"Lho lama yah, rumah lo dimana emang Di ?”

"Di Serpong nih gue, lumayan deh 2 jam perjalanan kalo gak ngebut."

"Kenapa gak ambil apart aja Di, di jakarta, kasian badan lo tau."

"Kalo tinggal di apart pengeluarannya gede, lagian gue tinggal sendiri, apart tuh semuanya tembok, kesannya dingin sedangkan dirumah gak ada yang ngangetin. Hehehe,"
Aku mencoba memancingnya.

"Cielahhh emang mau diangetin sama siapa sii. Wkwkwk," Dina menyambut kail yang ku lempar

"Sama lu kalo bisa mah. Hehehehe."

"Idihh demennya sama janda wkwk."

"Iya kan lebih berpengalaman hahaha."

"Bisa aje lo Di, eh tapi btw makasih banget ya lo udah nyelametin gue, seluruh hidup gue sih ini. Thank berat Di 😘 ."

"Iyaa kalem sama gue Din."

"Tiap bulan pasti gue cicil kokk nanti Di tenang aja hehehe."

"Iyaa, kok lu belom tidur sih Din."

"Hahaha hadi gak bisa tidur karna terlalu bahagia nih."

"Hahaha kalo gue gak bisa tidur gegara mikirin lu."

"Hmm...mikir yang jorok lu yeee, wkwkwkk."

"Ehh... Hahahaha,"
Aku mengirimkan pesan yang ambigu.

"Iya pasti tuh, tadi aja pas gue peluk otong lu keras banget, baru di peluk apalagi yang laen 🤪."

"Hahahaha apatuh yang laen mau dong."

"Kalo mau besok jemput gue jam 5 di tempat kemaren 🤭."

"Mau ngapain emang hahahaha."

"Ssstt udah ah tidur udah malem,"
Dina mengirimkan foto selfienye dengan baju tidur yang terbuka
1x3D6y9x_o.jpg

ilustrasi

"Ehh apaann duluu, duhh mana dikirimin foto seksi banget lagi 😍," Dina tak membalas lagi, ini membuatku bersemangat, segera Aku mengganti schedule ku besok.

Ada juga pesan dari Rara, Ia bertanya tentang Dina, Aku akan membalasnya besok, Aku terlalu bersemangat dan berakhir onani melihat foto yang dikirimkan Dina.

Aku menunggu Dina di basement mall, tempatku bekerja 30 menit dari tempat Dina bekerja. Aku pulang lebih awal untuk bertemu dengannya, di dompet Aku sudah berjaga -jika nanti membutuhkan- kondom, dan tissue magic, Aku takut tak bisa bertahan lama dan membuatnya kecewa. Tak lama primadonanya datang, ia tersenyum ceria melambai kearahku, rambutnya tak lepek seperti kemarin, dan makeup nya masih on point, kurasa ia berdandan dulu sebelum bertemu denganku. Ia memakai kaos hitam ketat, dengan jins hitam juga, kaosnya di lapisi jaket bomber merah maroon, resletingnya dibiarkan terbuka, ia berlari kerahku dan Aku dapat melihat jelas payudaranya memantul mantul seperti ingin merobek kaos hitam tipis itu. Aku hanya tersenyum kecil mencoba menjaga image.

"Udah lamaa yahh," Ia menghempaskan badannya ke badanku, memelukku erat dan tangannya nakal menyenggol penisku yang tegang.

"Wihh cantik baget lu Din."

"Iya dong, pokoknya hari ini, gue hadiahin diri gue buat lo Di. Hmm... Waktunya sampe besok malem karna besok gue lIbur hehehe."

"Ehhh... Maksudnya gimana nihhh."

"Seperti yang di pikirin sama otong lo. Hehehehe," ia menilik nakal kearah penisku.

"Okeee kalo gitu, jangan nyesel yaaa."

"Gak bakal nyesel gue orang cowok di depan gue ini baik dan ganteng kok hehehehe," Dina naik ke boncengan motor ku.

"Gombal dasaar lu Din, harusnya kan gue yang gombal," Aku memacu vespaku keluar dari mall.

"Lagian juga gue bisa aja liar lho di ranjang, hehehe," lanjutku.

"Euuhh mau dongg di liarinnn, mmhhh," Dina menggoda ku.

"Lu lagi pengen banget kemana ?"

"Hmm... Yang ada kolam privatenya deh, gue mau pamer bikini terbaik gue nih Hehehe."

"Okee kalo gitu kita ke vila langganan gue aja yah di Bogor."

"Kemanapun abang bawa adek siyaaappp ahh," Dina terus menggodaku, membuatku memacu motor dengan tidak sabar.

Sepanjang perjalanan Dina memelukku erat, sesekali dengan sengaja menggesekan payudara besarnya kepunggungku. Kita berdua banyak berbincang seperti kemarin namun lebih lepas dan sesekali saling menggoda seperti sepasang kekasih yang di mabuk asmara. Dalan perjalanan kami berhenti sejenak di minimarket, Aku membeli beberapa makanan dan cemilan, selain itu Aku menelpon pemilik vila dan Ia bersedia menyiapkan vilanya untuk kutempati. Selain itu kami juga mampir ke sebuah rumah makan yang sepi, mengambil meja paling pojok dan jauh dari counter, kami duduk berdampingan, tangan Dina nakal meraba - raba area selangkanganku, mengelus penisku dan tanganku tak tahan untuk tak melakukan hal yang sama kepadanya sambil menunggu pesanan kami tiba. Makan malam itu sangat menyenangkan, kami berbincang banyak, dan mengobrol tentang apapun. Waktu menunjukan pukul 9 malam saat kita tiba di villa. Aku memarkir motorku, dan berbincang dengan pemilik vila sejenak sambil serah terima kunci. Setelah itu Ia meninggalkan kami. Dina sudah masuk duluan, Ia bersemangat melihat villa yang berdekorasi rumah kayu. Aku menyusulnya kedalam. Ia tidak ada di ruang tamu, terdengar gemericik air dari kamar mandi kamar utama, Dina disana telah barganti hanya memakai bikini dan CD yang warnanya senada. Ia sedang melihat dirinya di kaca.

"Gimanaaa, baguss kann" Ia melihatku masuk kamar

Aku bergegas menghampirinya, melempar tas ku ke lantai dah memeluknya dari belakang, menciumi leher nya, aromanya begitu manis, parfum bercampur keringat. Satu tanganku meremas payudaranya yang besarnya melebihi genggamanku sedikit dan sangat kenyal, satunya lagi menggerayangi vaginanya dengan jariku. Dina sedikit mendesah, dan mencoba melepaskan diri dengan halus

"Sayaang, waktu kita masih banyak, kita berenang dulu yuk" Dina berbalik Aku masih memeluknya.

Ia menatapku, memegang pipiku dan memberiku french kiss singkat. Setelah itu mengajakku ke kolam renang. Aku membuka baju dan hanya menyisakan celana dalam saja. Menyusul Dina ke kolam renang dengan senyum tak terhapus di bibir ku. Dina sedang berendam di air yang dingin.

"Ayoo sini masuk air, kalo di luar kolam malah dingin tauu" Ia melambai padaku.

Seperti hipnotis Aku menceburkan diri seperti yang ia bilang, lalu ia berenang kearahku, lalu menciumku, Aku membalas ciuman ganas itu, lidah kami beradu didalam mulut, kami sama sama berdiri di dalam kolam yang hanya sedada, Aku memeluk pinggulnya, merasakan hangatnya pertarungan lidah itu, tangan ku meremas remas pantat Dina yang berbalut CD tipis. Dina menggiringku ke tepian kolam, ia menarik penisku keluar dari celana dalam, lalu berbalik, membuka CD nya didalam air, lalu menggesek gesekkan belahan pantatnya ke penisku yang sudah sangat tegang, rasanya fantastis Aku belum pernah merasakan pengalaman seks seliar ini, Aku ingin segera memasukan penisku ke vaginanya tapi ditahan oleh Dina, dia menggelengkan kepala dari gesturnya ia ingin Aku mengikuti cara mainnya dulu, Ia ingin memuaskanku, Aku merasakan peju ku ingin keluar, tanganku reflek memegang pinggulnya dan Dina tau apa yang sedang kurasakan, ia menghentikan goyanganya, lalu berbalik badan menciumku, Ia ingin agar Aku dapat bertahan lama menikmati "pelayanannya". Ciuman penuh nafsu sekali lagi, itu merangsangku tapi tak sampai membuatku keluar, kini ia melepas branya, payudaranya terlihat mengapung, pentilnya berwarna hitam namun kulitnya putih. Ia lalu menatapku tapi menjauh, kemudian naik ke pinggiran kolam renang, menari - nari dengan gestur yang provokatif, Aku juga ikut naik, kali ini ia berlari ke teras, lalu menari lagi, dengan senyum menggoda dengan gestur mengundangku mengikutinya, Aku mengejarnya ke teras, kali ini ia masuk kedalam kamar mandi dengan kaca transparan memainkan shower dan menggodaku untuk masuk. Aku masuk kedalam, air hangat menyembur pelan dari shower, Dina masih menari seperti gadis penari strip. Ia lalu menjilatku dari bibir turun kebawah hingga ke area selangkanganku, ia membuka celana dalamku perlahan, dan langsung mengulum penis ku, Ia telan semua bagian. Dan memainkan buah zakar ku dengan lembut, matanya menatapku, kemudian menyedot nyedot penis itu seperti seorang gadis memakan permen kesukaannya Aku benar benar menjadi tidak tahan, Aku memegang kepalanya dan ia melepas kulumannya, lalu berdiri dan menuntun penisku ke vaginanya yang berbulu, kini posisinya adalah doggystyle.

" Mmmhhh" lenguhnya kala penisku menerobos vaginanya.

Aku yang sudah kepalang terangsang karena kulumannya tadi langsung memulai dengan goyangan pinggu cepat. Dina nampaknya sudah tahu Aku akan melakukannya

"Mmhhhh....Entot teruss Diii, keluarin aja semua nya didalem memek guee" kepalanya menoleh kepadaku, Aku menggoyangkan pantatnya lebih cepat dan tak sampai semenit pejuku menbanjiri memek Dina, Aku ingin mengeluarkan penisku tapi ditahan oleh Dina

"Biarin aja si Joni keluar sendiri sayaang" Dina berdiri dengan penisku masih didalam vaginannya, Aku menciumi lehernya, lalu meremas remas teteknya, Kurasakan penisku sudah tak tegang lagi. "Mmmhhhh" Dina mendesah dan tubuhnya menggeliat tiap ku ciumin dan jilan lehernya, putingnya tak luput dari jari jari ku, putingnya sangat keras, Dina juga menikmati permainan ini. Penisku akhirnya keluar sendiri dari memek Dina.

"Kita mandi dulu yah, jangan sedih ini baru ronde awal, ronde selanjutnya bakal gue bikin lu jadi perkasa dan tahan lamaaa" ia mengedipkan matanya dengan genit padaku, Dina membasuh tubuhku dengan menyabuni tubuhnya lebih dulu lalu menggosoknya kebadanku, Itu membuat Aku kembali terangsang. Selesai mandi, Dina dengan telaten menghandukiku dan dirinya sendiri, lalu merebahkan dirinya ke kasur

"Ardi gamau peluk Dina nihh" dengan pose menggoda sambil memainkan pentilnya. Membuatku menghempaskan diriku juga lalu memeluknya. Kami berpelukan telanjang.


ME1XR0A_o.jpg

 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd