Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT True Story of Adelaide (Indo-Australi)

Adelaide cewek cerdas kyknya, dan kejadian itu baginya seperti perkosaan.. nebak aja sih.. :)) tp aku mau deh jatuh cinta ke cewek macam adel ini...

Untungnya kagak huu... Lebih ke arah pribadi masalahnya haha

Dikasih ilustrasi atau sedikit hasil huting mantap bosss
Duh, ga berani, hu, takutnya ada yang kenal di mari

Update

9-Berantem

Setelah malam kemarin, latihan diintensifkan. Kami yang dapat peran jadi lebih cepat lelah ketimbang tim dekor atau tim pendukung lainnya. Adelaide jadi lebih cepat pulang dan jarang menginap.

Di bulan keempat, pemain yang kena DBD sudah sehat lagi dan saya harus pensiun jadi stuntman. Walaupun saya yang lebih banyak latihan, Bang A bilang kalau aktor yang sebenarnya sudah paripurna aktingnya tanpa harus latihan. Memang, sih, perannya kecil jadi tidak perlu banyak latihan.

Saya jadi lebih banyak waktu senggang. Walaupun begitu, sesekali saya sempatkan menginap siapa tahu Teh L ingin ML. Dalam seminggu pertama, saya dan Teh L ML 2 kali. Dalam 2 kesempatan itu saya tambah jago kata Teh L. Syukur, syukur.

Saya pun mikir begitu, soalnya dag dig dug dan groginya sudah jauh berkurang. Walaupun masih meleset-meleset waktu masukin lubangnya. Teh L pernah kaget waktu penis saya menyentuh lubang anus, bukan vagina. Untung belum saya go full power. Kalau iya, habis saya ditampar kayaknya. Yang bikin saya bingung, kok, di film-film porno gampang banget masukinnya?

Durasi juga tambah sedikit lebih lama. Yah, belum ke durasi yang ideal tapi cukuplah buat Teh L. Saya juga jadi tahu bagian mana yang bikin Teh L terangsang. Teh L suka putingnya dimainkan. Kupingnya juga sensitif. Dia paling suka posisi dari belakang. Kalau saya sendiri lebih senang missionaries soalnya tangan saya bisa lebih merambah kemana-mana.

Eniwei, saya dan Adelaide akhirnya bisa ngobrol juga. Waktu itu, para pemain lagi khusyuk latihan sementara tim dekor cuma standby kalau-kalau ada property yang rusak. Saya dan Adelaide duduk menonton yang latihan dari ujung ruangan.

Adelaide cerita kalau film dokumenternya tidak jadi-jadi karena saya sibuk. Dia tidak mau mengintip sendirian tanpa ada yang jaga.

"Oh, udah enggak sibuk nih sekarang. Berarti bisa mulai lagi, dong."

"Ah, sekarang lu sibuk sama L."

Oke, saya dan Teh L memang tidak menyembunyikan kalau kami sering ML di sana karena tidak ada yang perlu disembunyikan. Adelaide adalah orang pertama yang mengungkit soal Teh L.

"Eiy," sahut saya. Bingung juga mau respon apa.

"Enggak takut AIDS lu?" tanya Adelaide.

"Maksudnya?"

"Orang-orang sini, kan, mainnya sama siapa aja, gonta gantinya sering. Lu enggak pernah pake kondom, kan?"

Anjir. Iya juga. Baru terpikir sekarang.

"Apalagi lu yang amatiran. Cepet kena lu nanti. Mana cuma kuat semenit doang."

Tersinggunglah saya. Biar semenit juga yang penting... Entah apa yang bisa saya banggakan. Saya diam saja.

Eh, tunggu dulu.

"Kok, kamu tahu gue cuma semenit? Teh L cerita?"

"Gue lihat lu main di kursi ini. Payah."

"Dih, dia ngintip. Suka-suka gue lah mau main di mana. Orang yang lain aja enggak pada keberatan."

"Terserah. Dasar cowok murah."

Woh, naik pitam saya. "Jangan kurang ajar. Lu tahu pergaulan di sini kayak gimana. Jangan bilang lu belum pernah ML sama orang sini."

"Belum! Dan enggak akan! Orang di sini cemen-cemen, enggak ada yang selevel sama gua. Apalagi lu yang cuma berani pegang-pegang pas gua tidur. Pengecut. Itu enggak ada beda sama perkosaan."

Habis itu Adelaide pergi. Saya diam di tempat. Banyak sekali yang seliweran di benak saya. Soal Adelaide yang belum pernah dijamah orang sini - ini bikin saya agak relieved, soalnya saya masih agak naksir sama Adelaide dan tidak rela kalau ada yang jamah dia selain saya. Soal saya yang cemen - yang ini saya bisa terimalah, karena memang masih cemen. Yang buat saya agak syok adalah, Adelaide tahu saya pernah grepe-grepe diaaaa. Dan itu, itu, memalukaaaaaaan.

Dari selidik punya selidik, ternyata memang Adelaide belum pernah dipegang oleh siapa pun di teater. Banyak yang mengajak dia ML atau sekadar ciuman, tapi Adelaide selalu menolak. Konon kabarnya Adelaide adalah makhluk terakhir yang belum pernah ML di teater itu. Bahkan Mungkin benar kalau cowok-cowok di sini bukan level dia. Saya pun menyayangkan kalau Adelaide dipegang cowok sini, takut jadi ruam-ruam kulitnya.

Tapi, kok, dia tidak keberatan waktu saya grepe-grepe pas tidur? Padahal, kan, dia tahu kalau saya yang grepe dia.

Sip, saya langsung geer. Apa mungkin Adelaide suka sama saya makanya dia biarkan saya pegang-pegang dia sampai muncrat di bajunya kemarin malam?

Oke, kita buktikan besok malam.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
walau kadang kayak loncat loncat ceritanya tapi sangat menarik untuk di ikuti. ..
 
Ayo buktikan .. kalo sukses berarti para senior kalah sama junior cemen yg bahkan Baru kuat Satu menit .. hahaha
 
Terima kasih sdh memberikan cerita yg menarik utk dibaca dan ditunggu.
Ringan.. mengalir spt air yg menghanyutkan, tdk kuasa utk berhenti membaca.
Mohon don sangat utk selalu meng-update nya. Saya kecanduan sdh
 
Beuh menarik untuk disimak.. Bikin konak ceritanya... Ksh mulustrasi donk hu, di sensor facenya, bodinya full.. Biar lbh greget.
Iya deh nanti dicari dulu potonya. Tapi kayanya ga semua poto ane punya. Ane ubek2 fesbuk dulu kalo gtu

Ayo buktikan .. kalo sukses berarti para senior kalah sama junior cemen yg bahkan Baru kuat Satu menit .. hahaha
Disimak aja terus huu hehe
 
Izin baca om.. cerita menarik dan wajib di lanjutkan.. thanks om updatenya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd