Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT True Story of Adelaide (Indo-Australi)

Bimabet
5-L

Latihan berikutnya membosankan. Selain karena kami anak-anak baru tidak dapat peran dan hanya menjadi kru saja, kami menghabiskan waktu menonton para senior latihan berakting. Yang lebih membosankan lagi, karena latihannya melelahkan, tidak ada yang ML atau paling tidak make out. Pokoknya malam itu gersang buat saya.

Adelaide yang duduk di samping saya semalaman mengajak saya mengobrol sepanjang waktu. Ada sedikit perasaan bersalah karena telah meraba dadanya kemarin malam ketika Adelaide sedang tidak sadarkan diri. Tapi rasa bersalah itu tidak berlangsung lama, karena malam itu hujan lebat dan saya juga Adelaide terpaksa menginap lagi.

Kali ini saya dan Adelaide tidur di lantai karena kursi yang kemarin saya pakai ditiduri Mbak K. Seperti kemarin, saya menunggu dua jam untuk memastikan Adelaide sudah tidur. Lalu saya menyentuh dadanya, dan setelah yakin dia sudah tewas tertidur sepenuhnya, saya remas payudaranya.

Dag dig dugnya dua kali lipat malam kemarin karena saya berada tepat di samping Adelaide. Ereksi saya full sekali sampai-sampai khawatir celana saya bakal bolong.

Setelah puas meremas dada Adelaide, saya taruh tangan saya di celananya. Lalu saya selipkan jari telunjuk dan tengah saya di antara selangkangan Adelaide. Adelaide bergerak dan bersuara. Saya buru-buru balik badan dan pura-pura tidur. Dalam hati saya berdoa supaya Adelaide tidak terbangun.

Setelah lima menit menunggu, ternyata Adelaide masih tidur. Aman.

Saya berbalik lagi dan kaget melihat Adelaide sekarang tidur menghadap saya. Muka saya dan muka Adelaide dekat sekali sehingga napas Adelaide terasa di wajah.

Kesempatan emas. Cium? Enggak? Cium? Enggak?

Takut dia bangun, saya putuskan untuk tidam menciumnya. Tapi, selangkangan saya ada tepat di depan tangan Adelaide. Saya dekatkan penis saya yang sedang berdiri tegak dalam posisi siap dan saya tempelkan di tangan Adelaide.

Setelah puas, saya mengantuk dan akhirnya tidur. Pengalaman pertama yang begitu menegangkan.

Besoknya, salah satu pemain latar senior kena DBD jadi ada lowongan untuk 1 orang pemain laki-laki. Karena Orgil terlanjur jadi lighting, sayalah yang disuruh mengisi peran itu. Perannya gampang, jadi pemain latar di adegan makan di sebuah restoran lalu menari berdansa ketika pemeran utamanya menyanyi. Dalam peran itu saya dipasangkan dengan senior yang 2 tahun lebih tua bernama L.

Bukan, ini bukan L di Death Note yang hobinya jongkok, tapi seorang wanita Pasundan tulen dengan kulit sawo matang dan badan seorang penari. Pundaknya bidang, pinggangnya berlekuk dan perutnya rata. Wajahnya cantik, lebih cantik dari Adelaide karena memang selera saya lebih prefer ke wajah lokal. Saya jadi geer dipasangkan sama dia.

Setelah 4 jam berlatih, akhirnya kami boleh istirahat. Waktu itulah Adelaide mendatangi saya dengan kameranya. Dia bilang Bang A lagi ML dengan Mbak yang dia lupa namanya. Sekarang saya tahu kalau Mbak yang dimaksud itu adalah Mbak H, manajer teater yang datang sesekali untuk memeriksa pembukuan. Sumpah, di Teater Underground tidak ada cowok yang tidak gatel dan tidak ada cewek yang tidak murah. Semuanya bisa diajak tidur.

Ketika saya mau pergi dengan Adelaide untuk mengintip, L memanggil saya. Dia mau latihan koreografi dengan saya karena saya masih banyak salahnya. Karena senioritas menang, Adelaide saya tinggalkan.

Malamnya, saya yang kelelahan memutuskan menginap lagi. Kali ini hanya ada Bang A dan seorang yang saya lupa sampai sekarang siapa, yang menginap. Semua sudah pulang termasuk Adelaide.

Saya tidur di lantai tepat di samping kursi tempat saya tidur kemarin karena kursi yang biasa itu sudah penuh oleh kostum-kostum setengah jadi.

Paginya saya bangun sekitar pukul 6 dan terkejut melihat Adelaide ada di samping saya. Dia tidur menghadap saya. Hanya saja saya tidak pernah tahu kapan dia datang.

Dalam hati saya mengutuk. Padahal kalau tahu dia menginap, kan, bisa saya jamah lagi.
 
cara berceritanya keren, maklum anak teater. cuman lagi nebak2 nih, teater mana ya....
 
Wanjir lanjut hu kayaknya gua suka sama cerita suhunih. Come on!
 
6-Kentang

Sudah hampir sebulan saya latihan teater. Karena dapat kesempatan buat jadi pengganti anggota yang sakit, saya jadi lebih mengenal senior-senior, terutama L. Saya panggil dia Teh L karena dia lebih senang berbahasa Sunda. Saya pun jadi lebih terbiasa kalau melihat ada orang yang berciuman di kursi penonton, ML di ruang ganti tapi pintunya tidak dikunci, dll.

Waktu saya sama Adelaide buat bikin film dokumenter alias mengintip mereka yang ML pun berkurang karena saya sibuk latihan dan dia mendapat tanggung jawab menata dekorasi. Jadi kami sama-sama sibuk. Paling banyak kami mengobrol sebelum latihan dan ketika mau pulang.

Dalam hati, saya berharap kalau ada kesempatan untuk menginap berdua lagi supaya you know lah.

Suatu hari, saya sedang makan mie rebus di ruang ganti dan Teh L masuk. Dia duduk sambil memainkan ponselnya lalu menengok pada saya.

"Dekornya baru jadi jam 10. Tiga jam lagi kita mau ngapain?" tanyanya.

Malam itu tim Adelaide sedang membereskan dekorasi dasar panggung sehingga tempat itu tidak bisa dipakai latihan. Para pemain yang dapat dialog sedang membaca naskah bersama di tempat duduk penonton. Pemain figuran yang tidak dapat naskah seperti saya dan Teh L inilah yang jadi luntang lantung.

"Mau ML enggak?" tanya Teh L.

Mie rebus langsung muncrat dari mulut dan hidung saya. Saya terbatuk karena lubang hidung saya menjadi panas seketika. Teh L tertawa lepas.

"Kenapa ai kamu? Biasa aja atuh."

Saya bilang kalau saya belum pernah ML tapi tidak keberatan kalau diajak. Setelah ditertawai dan dibilang cupu, Teh L menutup pintu ruang ganti dan duduk di sebelah saya. Katanya kalau belum pernah ML, kami akan ciuman saja.

Jujur saya katakan kalau saya terakhir ciuman itu waktu SMP. Teh L tertawa lagi. Dia mendekati badan saya, menaikkan kakinya ke kaki saya dan kami ciuman.

Oke, manusia memang makhluk hebat. Saya tidak pernah ikut kursus ciuman tapi saya bisa berciuman dengan Teh L dengan lancar. Awalnya hanya bibir, terus dia buka mulut dan pakai lidah. Bau rokok menyembur dari mulutnya. Bodo amat, syahwat mengalahkan segalanya. Teh L merem melek ketika berciuman sementara mata saya terbuka lebar-lebar, memerhatikan wajah Teh L.

Lalu tangan Teh L meremas pantat saya. Geli tapi enak. Saya pun memberanikan diri meremas pantat Teh L. Beuh, kenyal. Saya kayak mimpi bisa pegang-pegang badan cewek cantik macam Teh L.

Terus tangan saya makin liar. Saya menjelajah ke punggung Teh L, meraba kulit di bawah bajunya. Ada niat untuk melepas bra Teh L tapi tidal jadi. Belum berpengalaman jadi takut gagal nanti malu. Saya bergerak menuju payudara Teh L tapi tangan Teh L bergerak duluan ke penis saya yang setegak monas. Dan semuanya berakhir ketika dia bilang, "Kamu udah basah."

Saya tengok ke bawah dan memang ada bercak air di celana jins saya.

"Udah, ah. Nanti keluar di sini harus bersih-bersih lagi."

"Eh, emang enggak boleh?"

"Boleh, sih. Tapi nanti masa kamu latihan ada bekas itunya di celana? Kalo dikeluarin di luar nanti kena kemana-mana."

"Jadi harus gimana?"

"Biasanya sih pada keluar di dalem. Atau pada beli kondom."

Pada keluar di dalam? Berarti Teh L juga sudah sering ML sama orang sini.

"Aku enggak mau ah ambil perjaka orang," kata Teh L dan saya menjadi lelaki paling sial malam itu. Sudah horny terus ditinggal.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd