Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY The Concubine Game

Bimabet

Chapter 8​

Royal Brothel (I)

Tepat jam 12 siang, ketiga terhukum digiring untuk menuju ke rumah bordil istana, “The Royal Brothel”. Jarak harem dari rumah bordil ini tidaklah jauh, kurang lebih 30 menit dengan perjalanan kaki. Sudah menjadi tradisi untuk setiap penghuni harem yang dihukum untuk bekerja di Royal Brothel akan di arak secara telanjang bulat melewati alun-alun kota. Mereka berjalan dengan tangan terikat di belakang punggung mereka sehingga dada mereka membusung ke depan. Ketiga terhukum ini berjalan berusaha menundukan kepala mereka, menahan rasa malu karena ribuan pasang mata tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyaksikan wanita muda dan cantik yang melintas di depan mereka.

“Lonte baru nih”

“Perek murahan!”

“Bagus banget teteknya”

Teriakan-teriakan riuh mengiringi perjalanan mereka bertiga. Tentu saja pengawal harem berjaga di samping kiri dan kanan untuk melindungi mereka dari gangguan orang-orang supaya tidak disentuh secara langsung. Namun keberadaan mereka, tidak dapat membendung sindiran dan cacian yang melecehkan secara verbal kepada Yuna, Cindy, dan Sylvie.

Cindy yang merupakan putri dari penasihat raja, sudah kenal betul dengan lingkungan sekitar istana. Ia sering melewati alun-alun ini untuk berolahraga, karena memang letaknya yang dekat dengan istana raja, tempat ayahnya bekerja. Banyak orang di sekitar lingkungan istana yang mengenali Cindy, bahkan banyak yang mengagumi kecantikannya sejak masih kecil.





Menyadari banyak orang yang mengenalinya, Cindy berusaha berjalan dengan lebih cepat dan terus menundukkan kepalanya. Kondisinya saat ini sungguh tidak terbayangkan olehnya sebelumnya. Tempatnya bersosialisasi sebelumnya, kini harus menjadi saksi mata ketelanjangannya, tanpa sehelai benang pun. Bahkan orang-orang yang menatapnya pun tahu, apa yang akan terjadi kepadanya beberapa jam kemudian. Ia akan menjadi sebuah komoditas di tempat pelacuran itu bagi siapapun yang mampu untuk membayar jasanya. Bukan tidak mungkin orang-orang yang sebelumnya menaruh hati padanya, bisa saja datang ke rumah bordil itu dan memaksanya untuk melayaninya.

Perjalanan 30 menit itu sungguh terasa sangat panjang bagi ketiga orang terhukum. Walaupun mereka sudah berusaha berjalan secepat mungkin, namun tetap saja tidak mengelakkan mereka dari rasa malu.

“Selamat datang di Royal Brothel”, ucap Corneo, manager yang bertugas di rumah bordil istana seraya mengamati ketiga orang peserta concubine game tersebut.

“Koleksi tahun ini tidak kalah bagus dengan tahun-tahun sebelumnya. Memang para peserta concubine game tidak dapat dipandang sebelah mata. Kualitasnya nomor satu.” Lanjutnya kembali sambil menginspeksi tubuh mereka bertiga.

“Sayang sekali kalian hanya dua hari di sini. Padahal aku yakin kalian akan mendatangkan banyak uang bagi Royal Brothel.” Corneo berjalan mengelilingi ketiga barang terbarunya.

Royal Brothel merupakan pelacuran terbesar di seluruh Kerajaan Dalmasca. Tempat ini membatasi hanya 100 orang wanita yang boleh aktif bekerja sebagai pelacur di tempat ini. Artinya, pelacur-pelacur dengan kualitas yang kurang baik akan diusir ke pelacuran-pelacuran kecil di pinggir kota dan digantikan dengan pelacur yang baru. Hal ini membuat persaingan di Royal Brothel sangatlah ketat. Otomatis hanya pelacur terbaik yang bisa terus bekerja di tempat ini. Wanita-wanita penghibur ini tidak hanya datang dari lingkungan ibukota saja, banyak wanita-wanita dari kota lain yang berusaha mengadu nasib mereka di sini, bahkan wanita dari negara lain. Sarah, peserta concubine game yang lain juga pernah merasakan bekerja di tempat ini sebelum ia memutuskan untuk berhenti dan mengikuti audisi.

Sesuai dengan kualitas yang ditawarkan, Royal Brothel memiliki harga jual yang cukup tinggi. Pelanggannya biasa datang dari kalangan bangsawan, tamu kerjaan dan saudagar-saudagar kaya yang sedang berdagang di ibukota. Royal Brothel memiliki komitmen untuk menyediakan segala macam jasa sex, asalkan pelanggan mampu membayar dengan nominal yang sesuai. Segala jenis layanan mulai dari vanilla sex, hingga layanan yang ekstrim seperti BDSM, Beastily, cuckold, gang bang, perkosaan dan sebagainya.

Royal brothel menyediakan lebih dari 100 ruangan dengan nuansa dan ukuran yang berbeda-beda, tentunya dengan harga yang berbeda pula. Mulai dari ruangan kamar standar, ruangan pesta untuk pesta orgy, bahkan replika dari kamar Raja pun ada di sini, semuanya untuk memenuhi fantasy dari setiap pelanggan dan tentu saja untuk mengeruk lebih banyak uang lagi bagi kas Kerajaan. Konon, pendapatan yang diterima dari Royal Brothel setiap tahunnya mencapai 20% dari total kekayaan Kerajaan Dalmasca. Raja Andrew sendiri menaruh perhatian yang cukup besar untuk kelangsungan bisnis Royal Brothel ini, salah satunya dengan cara mengirimkan peserta yang kalah dari Concubine game untuk bersaing dengan pelacur lain di sini. Hingga saat ini, enam orang peserta concubine game edisi-edisi sebelumnya masih aktif bekerja di tempat ini.



Saat ini Yuna, Sylvie, dan Cindy berada di lounge dari Royal Brothel, tempat pertama yang mereka jumpai tepat setelah pintu masuk. Ruangan ini terlihat begitu mewah dan megah yang dapat menampung kurang lebih 100 orang di dalamnya. Sekilas ruangan ini terlihat seperti ballroom pesta pada umumnya, namun di sisi lain dari ruangan tersebut telah berbaris rapi seluruh wanita yang sedang tidak bertugas. Mereka berbaris rapi membentuk setengah lingkaran menampilkan tubuh indah mereka berbalutkan sehelai kain tunic yang menerawang, mirip dengan yang digunakan para selir di dalam harem. Bedanya, di kain tunic itu terpampang harga dari jasa yang ditawakan oleh para wanita tersebut. Pelanggan dapat melihat secara langsung wanita yang akan melayani mereka nantinya. Khusus untuk pelacur yang baru, akan ada pin tambahan berwarna merah dengan tulisan “NEW SLUT” yang ditempelkan pada kain mereka.

Setiap wanita yang dipilih, wajib untuk memenuhi permintaan pelanggan mereka tanpa terkecuali selama itu tidak membahayakan nyawa mereka. Setelah wanita ini pilih, dan pelanggan melunasi biaya jasanya mereka akan lanjut ke ruangan yang dipilih untuk menikmati layanan special dari wanita terbaik di seluruh negeri.

Siang hari ini, terlihat ada 25 wanita yang telah berbaris rapi di sana untuk menanti pelanggan, namun ada 2 orang wanita di ujung barisan yang cukup menyita perhatian karena mereka memasang dildo pada memek mereka. Kebanyakan wanita mungkin terlihat normal dengan kecantikan di atas rate-rata, namun jika dilihat lebih cermat ada beberapa wanita yang memiliki keunikannya sendiri. Contohnya wanita yang berdiri di urutan ke 4 dari kiri memiliki perut dan tetek yang berusia sangat besar, kondisinya sedang hamil 7 bulan. Kemudian ada wanita di urutan ke 7 yang berdiri ditemani seorang pria, yang notabene adalah suami sah nya. Ada juga wanita lain yang sedang mengenakan dildo berukuran super besar di sana. Semua keunikan ini memiliki pasarnya sendiri di Royal Brothel, demi memenuhi semua fetish dari pelanggannya.



Memang di siang hari lebih sedikit wanita yang bekerja di bandingkan dengan malam hari, hal ini juga karena pelanggan mereka baru memadati Royal Brothel pada sore hingga malam hari. Corneo menempatkan ketiga peserta concubine game ini tepat di tengah dari barisan, sehingga menjadikan mereka pusat perhatian bagi setiap orang yang baru memasuki lounge ini.

Corneo mulai menjelaskan peraturan yang ada di dalam Royal Brothel :

  • Setiap pelacur di sini wajib untuk meminum 2 macam obat setiap harinya, yaitu obat perangsang untuk memastikan layanan yang kalian berikan merupakan layanan yang terbaik bagi setiap pelanggan dan obat pencegah infeksi menular karena kalian harus melayani setiap pelanggan tanpa menggunakan kondom, kecuali diminta oleh pelanggan kalian.
  • Setiap pelanggan akan memberikan penilaian dengan skala 1-10 kepada wanita yang melayani mereka setelah sesi selesai. Obat anti hamil hanya dapat mereka peroleh apabila nilai total yang mereka peroleh di hari itu mencapai 30. Artinya apabila skor yang mereka peroleh rendah, mereka harus bekerja lebih banyak untuk mencapai nilai total tersebut.
  • Apabila nilai yang diberikan oleh pelanggan kurang dari 6, pelacur tersebut akan dihukum untuk menggunakan dildo berdiameter 5cm dan Panjang 15cm selama mereka tidak bertugas.
  • Apabila seorang pelacur menerima hukuman lebih dari 3 kali atau ia tidak mendapat pelanggan sama sekali di hari itu, ia akan dihukum dengan menjadi pelacur gratisan untuk sehari. Ia bebas dipakai oleh semua member Royal Brothel tanpa harus membayar.
  • Apabila seorang pelacur menerima hukuman lebih dari 5 kali dalam sebulan, ia akan diberi cap permanen dengan besi panas di atas memeknya dengan tulisan “BAD WHORE” dan akan diusir dari Royal Brothel. Selamanya ia tidak akan bisa bekerja kembali di Royal Brothel.
“Seluruh aturan ini tidak dikecualikan bagi kalian, walaupun kalian hanya bekerja selama dua hari di sini” ucap Corneo mengakhiri penjelasannya sembari memberikan kedua obat yang ia janjikan kepada ketiga orang tersebut.

Obat tersebut bekerja secara instant, suhu tubuh mereka naik dan mereka merasakan nafsu yang tak tertahankan. Meskipun demikian, mereka tetap berusaha untuk menjaga postur mereka berdiri dengan tegap dan merayu setiap pelanggan yang datang.

30 menit berlalu sejak Yuna, Sylvie dan Cindy mulai berbaris di tengah para pelacur. Beberapa wanita telah mendapatkan pelanggannya, hal ini membuktikan bahwa wanita sekelas peserta concubine game pun masih harus bersaing dengan ketat dengan pelacur professional di tempat ini.

Seorang pemuda berusia kurang lebih 22 tahun masuk ke lounge Royal Brothel, tampaknya ia sudah menjadi pelanggan tetap selama beberapa waktu. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, dan cenderung agak gemuk. Ia disambut oleh seorang pelayan wanita yang hanya mengenakan lingerie seksi, membantunya melepas dan menyimpan jubah yang dikenakannya tadi.

“Selamat datang Mr. Martin, Anda datang di saat yang tepat sekali. Saat ini ada 3 barang baru yang baru saja datang. Bocoran khusus untuk Anda, mereka adalah peserta concubine game yang sedang dihukum.” Ucap si pelayan yang terlihat sudah akrab dengan member tersebut. Martin berjalan di depan menghampiri ke tengah barisan dimana ketiga peserta concubine game ini berada dan si pelayan pun mengikuti di belakangnya.

“Pelacur baru, perkenalkan diri kalian pada tamu langganan kita” ucap si pelayan kepada ketiga orang di depannya.

Kaget dengan kata-kata yang baru saja keluar dari mulut pelayan itu, Cindy refleks mundur selangkah dari barisan. Belum pernah seumur hidupnya ia diperintah oleh seorang pelayan, apalagi dengan sebutan pelacur. Namun yang membuatnya lebih terkejut adalah ketika ia melihat sosok tamu yang berada di depannya. Ia kenal betul siapa sosok Martin yang dimaksud oleh pelayan tadi. Ia merupakan kakak kelasnya dulu semasa sekolah, ia sempat menyatakan cintanya pada Cindy namun ditolaknya mentah-mentah. Cindy merupakan seorang idola di sekolahnya, sedangkan Martin tidak lebih dari seorang berandalan yang sering membuat onar. Rupanya Martin yang memang masih menyimpan dendam, tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Segera setelah ia melihat Cindy berjalan telanjang di alun-alun tadi, ia segera mengambil perlengkapannya dan bergegas menuju Royal Brothel.

“Pelacur? Perkenalkan dirimu! Bisa dengar tidak” ucap Martin ke arah Cindy dengan nada mengejek.

Dengan suara lirih dan terbata Cindy menjawab, “Sssaya Cindy”

“Cindy siapa? Ada banyak Cindy di kota ini? Perkenalkan yang jelas!” bentak Martin lagi karena ia merasa di atas angin.

“Saya Cindy, peserta concubine game yang dihukum untuk menjadi pelacur. Usia 21 tahun, ukuran bra 34C” ucapnya ragu, namun ia memberanikan diri supaya tidak dihukum lebih lagi.

“Nah bagus begitu. Oke saya pilih pelacur ini untuk sesi hardcore sex selama 3 jam” ucapnya kepada pelayan tadi sembari berjalan ke meja kasir untuk melunasi pembayarannya.

Cindy terdiam kaku, bukan hanya ia harus melayani orang yang ditolaknya beberapa tahun lalu, namun ia harus melayani fetishnya untuk sex dengan kasar. Ia tak kuasa menahan air matanya, mukanya merah karena malu bercampur takut. Ingin rasanya ia kabur dari ruangan ini sesegera mungkin.

Martin melunasi pembayarannya di kasir untuk jasa yang dipesannya dengan total 150juta rupiah.

*penulis menggunakan mata uang rupiah supaya mudah dipahami*

Setelah transaksi selesai dilakukan, pelayan tadi membawa sebuah tas koper berwarna hitam dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Ia berjalan di depan Martin untuk mengarahkannya ke kamar yang dipilihnya. Kamar yang menjadi pilihannya adalah sebuah kamar dengan nuansa Yunani kuno, dilengkapi dengan sebuah kolam yang kecil khas pemandian di Yunani. Di sebelah kolam tersebut seluruh dindingnya terbuat dari kaca, sehingga menambah rasa luas dari kamar itu. Pelayan tadi segera menyiapkan seluruh fasilitas kamar, mulai tadi mengisi kolam pemandian, membantu Martin melepas pakaiannya dan menyimpannya di lemari. Setelah itu pelayan itu bergegas meninggalkan Martin sendiri di kamarnya.

Seorang pelayan yang lain membawa Cindy yang masih terdiam ke sebuah ruangan kecil di belakang barisan para pelacur tadi. Di sana ia di rias dengan sensual, semua bulu di tubuhnya di cukur habis, dan diberikan sebuah toga transaparan khas Yunani kuno. Kemudian ia diantarkan ke kamar tempatnya bertugas. Sesampainya di dalam ruangan, pelayan yang mengikutinya melucuti toga yang dikenakan Cindy hingga ia telanjang bulat di sana, tanpa sehelai kain bahkan bulu di tubuhnya.

“Layani Mr. Martin dengan baik, ia adalah langganan di sini” ucap pelayan itu sembari menutup pintu. Cindy dengan ragu-ragu berjalan mendekat ke tamunya. Ia berlutut di depan tamunya yang saat ini tengah duduk di pinggir kasur. Dengan kasar, Martin mencengkeram wajah Cindy, dan memaksa membuka mulutnya. Sesaat kemudian penis Martin yang telah berdiri sempurna sepanjang 18cm telah berada di dalam mulut Cindy. Tangan martin sekarang berpindah dari wajah Cindy kepada rambutnya. Dengan cengkeraman yang sangat kuat ia menjambak rambut panjangnya dan memperkosa mulutnya dengan gerakan yang cepat. Martin memaksa penisnya yang panjang untuk dapat masuk seluruhnya.

“Mmphhhhh.. mpphhhhhhhh.. ughhkkkkk ughhhkkkk” Cindy meronta berusaha untuk melepaskan dirinya dari penis Martin yang berukuran jumbo. Liurnya menetes deras, mulut mungilnya belum sempat beradaptasi dengan ritme permainan Martin. Di tambah aroma khas dari penis Martin yang tidak bersunat menusuk lubang hidungnya. Cindy seakan hendak muntah, namun mulutnya tidak dapat mengeluarkan apapun karena tersumbat oleh penis Martin, hanya lelehan liur yang bisa mengalir dari sela-sela rongga mulutnya.

Sepuluh menit Martin memompa penisnya di lubang mulut mungil Cindy. Hentakan-hentakan keras semakin bertambah cepat seiring waktu berjalan. Cindy hanya bisa pasrah mengikuti permainan Martin. Bahkan sekarang, tidak hanya liurnya yang menetes, namun juga air matanya. Riasan tipis di pipinya mulai luntur terbilas oleh air matanya yang sejak tadi menetes. Efek obat perangsang yang diminumnya tadi rupanya cukup berhasil, gairah Cindy yang memuncak membuatnya masih bisa mengimbangi permainan Martin. Tanpa obat perangsang itu, Cindy yang masih awam mungkin sudah pingsan sekarang karena permainan kasar dari Martin. Bahkan tanpa sadar ia daritadi memainkan teteknya sendiri yang tidak terlalu besar namun masih sangat kencang. Memeknya pun sudah sangat becek akibat efek dari obat perangsang itu.

“Crot crot crott” Martin mengakhiri permainan kasarnya dengan semburan spremanya langsung ke tenggorokan Cindy. Karena penisnya yang menghujam jauh ke dalam, sperma itu langsung tertelan oleh Cindy. Kedua bola matanya membesar karena kaget, baru pertama kali ini ia diperkosa dan dipaksa menelan sperma. Refleks ia terbatuk-batuk dan berusaha memuntahkan spermanya. Nafasnya terengah-engah karena memang ia kekurangan supplai oksigen sedari tadi.

Martin mencabut penisnya dengan menjambak rambut Cindy menjauh dari selangkangannya. Tenaganya yang besar membuat Cindy terpelanting jatuh ke belakang hingga posisinya sekarang terbaring menatap langit-langit kamarnya. Ia masih terbatuk-batuk dan berusaha mengatur nafasnya. Ia menoleh menatap ke jam pasir yang ada di nakas sebelah kasur, baru 20 menit berlalu sejak tadi. Ia hanya bisa berharap, di sisa waktunya Martin dapat memperlakukannya dengan lebih gentle, walaupun nampaknya harapan itu tipis kemungkinannya

Tanpa ia sadari, kaca yang berada di sebelah pemandian itu adalah cermin satu arah. Dibaliknya ada sebuah ruangan berukuran 3x4 meter dengan bangku dan meja yang mengarah ke kamar tersebut. Dari ruangan tersebut, terlihat jelas seluruh aktivitas yang dilakukan sedari tadi.

Ketujuh peserta concubine game yang lain, diam-diam diarahkan untuk menuju ke Royal Brothel juga melalui terowongan bawah tanah yang terhubung dari harem. Mereka sekarang berada di ruangan itu, menyaksikan Cindy yang tengah diperkosa mulutnya sedari tadi. Bersama dengan mereka adalah Valir, kepala harem sekaligus ketua panitia concubine game yang bertugas mengawasi peserta dan menjelaskan latar belakang dari Royal Brothel. Tujuannya tentu sudah jelas, karena dua orang dari antara mereka kelak akan menjadi penghuni dari Royal Brothel ini, sesuai dengan peraturan dari concubine game. Kesempatan kali ini juga sebagai pengingat akan nasib mereka kelak, apabila tidak dapat memenangkan concubine game.

Di ujung ruangan itu, duduk seorang pria berusia 50 tahunan dengan mengenakan jubah warna putih. Ia duduk dengan tenang, jubahnya menutupi hingga seluruh kepalanya. Aura yang kuat terpancar dari pria ini, jelas ia bukanlah sembarang orang biasa. Penjagaan di sekitar ruangan rahasia ini begitu ketat, hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki akses untuk masuk ke dalamnya. Setelah melihat Cindy terkapar lemas, pria tua ini membuka hood yang menutupi kepalanya, menenggak minumannya, dan berpaling untuk menyapa peserta concubine game dan Valir dengan senyumnya yang menenangkan hati.

“Mr. Johnny, saya tidak menyangka bertemu Anda di tempat ini.” Ucap Valir sambil mengedipkan sebelah matanya. Ia mengenal betul siapa orang yang ia hadapi dan apa tujuannya di tempat ini. Pria itu hanya membalas dengan lambaian tangan yang dingin.

Mr Johnny adalah kepala penasihat dari Raja Andrew, ia telah mengabdi kepada kerjaan sejak dari jaman raja sebelumnya yaitu ayah dari Raja Andrew. Ia sekaligus adalah ayah kandung dari Cindy, yang saat ini tengah ditontonnya. Sekalipun ia melihat betul apa yang terjadi dari awal hingga saat ini, dia masih dapat menjaga ketenangannya. Terbukti dengan jelas kualitas dan ketenangannya sebagai seorang penasihat, ia tidak mudah terpengaruh oleh kondisi sekitar dan tetap menjaga objektivitasnya.

Penyelenggaraan concubine game selama 4 tahun belakangan ini, juga merupakan salah satu karyanya dan sangat disukai oleh Raja Andrew. Iat ahu dengan jelas, bahwa seorang raja, walaupun ia sangat baik dalam mengelola kerajaannya tetap membutuhkan pendamping yang dapat memuaskan semua hasratnya. Bahkan lebih dari itu, seorang raja membutuhkan sarana untuk memuaskan seluruh nafsu dan fantasinya, agar ia tidak melampiaskannya di tempat lain yang dapat merugikan banyak pihak. Harem Kerajaan dibuat untuk memenuhi tujuan ini, dan seluruh selir yang ada memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama. Bahkan Mr Johnny tidak ragu untuk mengirimkan putrinya, Cindy, untuk mengikuti kompetisi ini. Padahal ia tahu dengan jelas apa yang mungkin terjadi pada putri tercintanya, bahkan pada keluarganya apabila Cindy kalah dalam perlombaan ini. Namun baginya, keberlangsungan Kerajaan Dalmasca dan Raja Andrew tetap menjadi prioritasnya, dan ia percaya Cindy dapat memenuhi tugasnya.
 
MANTAPPP SUKA NIH CERITA YANG BEDA GINIII LANJUT KAN HU? DRAMANYA JUGA BAGUSS MANTAPPP
 
Kerennn hu, story nya dapet, tegang nya juga dapet. Wajib sampe tamat sih ini 🔥
 
Moga alat2 yg dibawa martin bisa bikin cindy tepar sekaligus puas, wajib dilacurin emg org kaya cindy ini
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd