Panas berlanjut
"Smooch… smooch…," suara bibir setengah basah yang saling melepas dan bertemu.
Melalui sudut mata aku bisa melihat kedua lelaki di rumah ini menatap lekat setiap gerakan, setiap kecupan yang kami lakukan. Saat kami berbuat ini Gio mempercepat gesekan jemarinya dengan area sensitifku dan suamiku mulai memasukkan tangannya ke celana pendek Gempi. Permukaan celananya tampak menggelembung dan bergerak-gerak. Mereka sengaja agar aku dan Gempi makin hot.
"Dah dah ini berlebihan….," kataku hendak menghentikan semuanya. Tapi suamiku dan Gio malah merapatkan tubuhku dan Gempi. Tepian kaos kami diangkat, cup BH diturunkan, agar dua pasang bukit kembar kami saling menekan. "Duuh… kalian mau sejauh apa?"
Mereka tak menjawab. Suamiku berbisik di telinga putriku. Gempi menatapku saat papanya menyampaikan sesuatu. Yang kutahu ia mengangguk setelahnya Sedetik kemudia jemarinya sudah berada di tempat yang sama dengan kakaknya. "Aahh…." Aku pun mengangkat melebarkan pahaku, membiarkan kedua anakku fingering my meki sampai buecekh…. uuhhh… Gempi meggesek labia majoria dan minoriaku dari depan, sementara Gio dari belakang. "Aaahh..ahhh..ahhh…ahhhh," desahku. Mereka semakin cepat. Segalanya semakin memuncak. Tepat saat aku hampir mencapai ujung, tiba-tiba Gio menancapkan batangnya ke vaginaku. Jlebbsssssssss…. Batangnya masuk bak piston bangku, cepat di awal dan tertahan perlahan di ujung. "UUhhhhhhh! Giooohhhh!" Cukup dua kali ayunan, aku langsung capai orgasme. Tubuhku mengejang-kejang hebat.
Gio tak memberikanku kesempatan beristirahat, dia tarik tubuhku dan mendoggyku.
"Gio… Gio.. ah ah ah….."
Suamiku tak mau ketinggalan. Ia pelorotkan celana pendek dan celana dalam Gempi. Ia posisikan anakku menghadapku. Wajah Gempi merah merona saat papanya sedang mempersiapkan dirinya. Suamiku menunggingkan bokongnya. Kedua tangannya ditarik ke belakang hingga dada Gempi membusung. Tak lama tubuh molek anak ini pun berayun terlontar-lontar digenjot papanya. Gempi mengernyit sampai menggigit bibirnya. Pak! Pak! Pak! bunyi bokong Gempi beradu dengan tubuh papanya. "Akh, Papa!" jerit Gempi
Melihat keduanya rasa cemburu dan birahi bercampur aduk.
"Ma, Gio mau coba cara papa…," kata Gio. Kedua tanganku ditarik ke belakang seperti Gempi. Penis Gio jadi tertekan masuk ke vagina maksimal. Pok! Pok! POk! Gio menggoyangku panas. Aku dapat merasakan tenaga pada tiap hentakan pinggulnya yang melontarku ke depan. Gesekan batangnya dengan dinding vaginaku mengacaukan pikiranku.
"Ach! Ach! Shhh… Gio… fuck me… FUCK MEEEE!!," racauku. Sudah lupa aku kalau Gio adalah darah dagingku.
"Shhh… ahhh… Papaa… kemaluan Gempi geli, paa…"
"Enak?"
"Ngggghhh!" Aku dan Gempi mendesah-desah tak karuan.
Suamiku membalikkan Gempi hingga tiduran di kasur. Lalu dia menghentikan Gio.
"Kenapa, pa?" tanya Gio.
Suamiku berkata kepada, "Ma… Aku ingin kamu fuck Gempi, juga….ya… mau ya…" Dia membujukku sambil menciumiku dan menggosok-gosok kemaluanku. Melihat kelakukan papanya, Gio juga ikut menciumi tubuhku tapi dari belakang. Bokongku dia remas-remas. Sementara Gempi melihat kelakukan kami, mengusap-usap kemaluannya sendiri sambil memainkan payudaranya.
"Gio pasti juga mau lihat kamu gituin Gempi…," kata suamiku.
Aku menengok. Gio mengangguk-angguk seperti kepala mainan pajangan mobil yang kepalanya ada pernya. "Iya ma penasaran juga, kalau mama dan Gempi seperti apa."
Aku sudah kepalang terangsang. "Terserah kalian," jawabku.
Aku merangkak keluar dari dekapan suami dan Gio, mendekat ke Gempi. Kusentuh ujung kakinya.
"Gempi bagaimana menurutmu? Apakah kamu mau melakukan ini?" tanyaku sambil meraba naik ke pahanya. Matanya menatap perbuatanku. Mulutnya menganga, karena dia makin cepat mengulek memeknya sendiri dengan tangan. Jari-jarinya terlihat sangat basah mengkilap
"Terserah mama…," jawabnya dengan suara hampir tak terdengar dan nafas gugup.
Perlahan kuangkat satu kakinya ke udara dan kusandarkan ke tubuhku. Lalu kutempelkan kemaluanku dengan Gempi, menggantikan jemarinya. Terdengar suara cairan memek basah saling bertemu. Pinggulku mulai bergoyang maju mundur, menggesekkan milikku dengan milik putriku. Awalnya pelan menjajal. .
"Aaahh…. mama….," desah Gempi. Ia meremas-remas payudaranya sendiri.
Suamiku dan Gio coli menonton kami.
"Gempi sayang…," panggilku.
"Iya…," jawab Gempi. Pinggulnya mulai bergerak merespon goyangan pinggulku.
"Apakah kamu merasa nyaman?"
Gempi mengangguk.
"Mau gesek lebih cepat?"
"Mau…," timpalnya cepat.
Tiba-tiba Gio menarik lenganku ke arahnya.
"Gak tahan ma, mau keluarin dulu." katanya sambil merebahkanku ke ranjang dan mengangkat, melebarkan, dan menekan lututku ke tubuhku. Ia hendak mengengtotku.
“Ih, kak Gio jangan pegang-pegang, mama itu milik Gempi,” protes Gempi. Ia mendorong-dorong kakaknya agar menjauh.
“Hih, memangnya mama kamu beli dimana? Sebelum dengan kamu, mama sudah dengan kakak dulu, tahu.”
“Pokoknya mama cuma sayang, Gempi. Betul kan, ma?”
“Mama, sudah pasti lebih puas sama kakak.”
“Ih mesum. Jangan pegang mama Gempi.” Dia dorong pipip kakaknya.
“Sudah! Sudah!” kataku, “Mama sayang kalian berdua. Dan kalau kalian berdua sayang mama, kalian berdua harus baikan.”
“Hmpf!” Gempi membuang mukanya. “Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang. Pantang bagi Gempi berdamai dengan orang yang hendak merebut mama.”
“Hmpf!” Gio juga membuang mukanya. “Pantang menyerap ilmu setengah telinga. Pantang bagi Gio, berdamai dengan orang yang hendak mencuri mama.”
“Ihhh…. Pantang menyerap ilmu setengah telinga kan artinya harus serius dalam menerima pelajaran atau nasihat, apa hubungannya???” tanya Gempi.
“Ahh.. .bawel lo, cil.”
“Kakak tuh bocil.”
“Heee sudah, sudah, disuruh berdamai malah perang dunia ketiga. Ayolah Gio, jangan jahat sama adikmu. Bukankah kamu yang suka mengintip Gempi sambil masturbasi.”
Gempi langsung menganga dengan pandangan dibuat jijik, “Iyuuuuu…. kakak ngintip Gempi?”
Gio langsung gelagapan rahasianya terbongkar. “A… itu…. fake news, hoaks.”
“Mama juga pernah memergokinya sedang….,” kubuat tanganku seolah sedang menggenggam sesuatu, lalu mengocoknya naik turun, “terus dia panggil-panggil nama kamu.”
“Mama… apaan sih. Jangan ngarang,” bantah Gio gelagapan. Ia seperti ayam yang bulunya dicabuti sisa kulit yang totol-totol di depan adiknya.
“Ihhssshhh…. pornooooooo,” ucap Gempi, “Memang kakak bayangin apa?”
“Apaan sih, nggak ada. Sok cantik, lo cil,” ucap Gio berusaha mempertahankan wibawa.
Alis Gempi langsung mengernyit, pipinya POP menggelembung kayak ikan buntal. Ia tidak terima dikatakan sok cantik dan langsung bergerak ke belakang Gio dan mengunci lehernya ala MMA.
“Hok! Hok!” Gio tercekik sulit bernafas. Mereka pun bergulat di atas ranjang. Berguling-guling. Saling cekik. Tarik-tarikan baju.
“HEI! Apa yang kalian lakukan!” seruku.
Gempi yang jelas kalah power, dengan mudah kunciannya terbuka. Gio pun langsung membalik keadaan dan menindihnya. Kini kedua pergelangan tangan Gempi terkunci
“Awas… minggirrrr,” seru Gempi. Tubuhnya menggeliat kesana kemari sampai udelnya kemana-mana.
“Gempi.”
“Apa!” bentaknya. Ia menyeringai memamerkan gigi, dan gigit-gigit mirip chihuahua lagi PMS, “Hap! Hap!”
Tanpa banyak bicara Gio mengangkat dan mengunci kedua tangan Gempi di atas kepala. Kontolnya masuk ke memek adiknya. Lalu ia menggagahi Gempi.
“Porno!” seru Gempi.
“Kakak pakai kamu saja deh.”
“Iiiiiiii…..,” protes Gempi, tapi berujung, “Ahh…ahhh…ah…”
Ketika Gio menekannya dengan bertenaga. Suara desahan Gempi auto mengeras. “Nghhhh….nghhhhh, Kak Gio ahh… ah… ahh…”
"Gempi, kakak mau keluar… sebentar lagi…."
"Gak boleh!"
"Please…."
“Hemmm…. Asal kakak tarik kata-kata kakak, kalau aku sok cantik,” ujar Gempi cemberut.
Gio mendekatkan wajahnya ke Gempi.
“Iya, Gempi enggak sok cantik, tapi memang cantik. Sekarang kakak keluarin ya?”
Gempi mengangguk.
CROTTTZZ CROTTTZZZZ CROTTTTZZZZ
Tamat