Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tergoda Gio

Bimabet

Panas!​

Suamiku melompat ke atas kasur, berusaha menghindari seranganku.

“Penjelasan apa lagi! Semua sudah jelasssss! Sebelum putus barangmu, demi langit, aku tidak akan puassss!” ancamku sambil menunjuk-nunjuk barangnya. Ciaaaattt!

"Kenapa kamu marah? Bukannya kamu juga melakukannya dengan, Gio?" Kata-katanya terasa bagai kaisar langit sedang mengadiliku dan Zeus menyambarku dengan petirnya. Aku merasa menjadi istri yang munafik Aku berusaha mencari kata-kata pembelaan. Tapi semuanya bersembunyi entah kemana.

Tanganku jadi lemas tak kuat mengangkat golok.

“Kok… kok… kamu tahu?”

“Dah ma ya, Gio ambil goloknya,” ujar Gio dengan hati-hati. Ia mengamankan golok itu dari tanganku.

Kepalaku puyeng.

“Aku harus duduk, aku harus duduk.” Lututku rasanya lemas.

“Ambilkan air untuk mamamu sayang,” kata suamiku ke Gempi.

Suamiku duduk di sampingku.

“Sejujurnya…. semua ini adalah rencanaku."

Aku kaget mendengar kata-katanya.

"Maafkan aku sayang, sesungguhnya aku memiliki impian untuk memiliki keluarga semacam ini. Sejak berkenalan dengan salah satu teman buleku yang menjalani rumah tangga yang semacam ini. Aku menjadi terobsesi dengan ide gila itu. Kamu ingat, aku pernah memberikan Gio sebuah amplop putih. Isinya aku menawarkan dia mencoba mendekatimu. Kubiarkan dia mengintip kita, agar dia bisa mempertimbangkan. Apakah dia menginginkan kamu."

“Jadi perasaanku tentang ada orang yang mengintip, itu bukan halu,” ujarku

Suamiku menggeleng.

Gempi datang membawa segelas air. “Diminum ma.”

Aku meneguknya, menenangkan diri. Tarik nafas. Hembus. Fuuuhh

“Aku tidak setuju! Menurutku…. menurutku… semua harus kembali seperti sedia kala. No sex dengan anak-anak,” ujarku. Mendengar kata-kataku Gio langsung duduk di sampingku juga, merajuk dan menggoyang lenganku. "Ma jangan begitu. Jangan kolot lah…," katanya dengan alis mengernyit dan cemberut.

Aku melotot ke Gio. "Heh! biarin mama kolot. Daripada…" Belum selesai aku bicara, Gio menciumku dan meremas dadaku di depan suamiku dan Gempi. Sial, perasaan apaan ini. Mengapa aku bergairah. Aku lihat suamiku dan Gempi menatap kami tanpa berkedip. Aku langsung mendorong tubuh Gio menjauh, karena malu. Tapi suamiku malah mengambil tangan dan meletakkannya ke area kemaluan putra kami dan meremas-remaskannya ke alat kelamin Gio dari luar celananya. Aku menggeleng. Tapi suamiku terus memaksaku untuk memijat itunya Gio. "Gak papa," bisiknya. Dia menjenjangi leherku dan meremas dadaku, mencoba membuatku terangsang. "Aku ingin punya istri seperti ini….," kata suamiku, "Kamu mau kan menuruti kemauanku?"

"Tapi…" Belum sempat aku mengutarakan keraguanku, Gio menjilati telingaku. Bulu kudukku jadi berdiri. Belum lagi tangannya menarik tepian rokku, lalu masuk meraba pahaku dan bergerak makin ke atas, menyentuh… Ahhh… alisku mengernyit. Aku hanyut terbawa suasana. Kupagut bibir suamiku, bergantian dengan Gio. Kutarik keluar batang anakku dan kukocok perlahan. Tubuhku terasa panas.

"Gempi kemari sayang," panggil suamiku. Gempi berjalan mendekat. Ia terlihat kikuk dan malu.

Duh Gempi. Rasa sayangku ke anak perempuanku membuatku cemas. Aku tak ingin dia terlibat. Suamiku menariknya ke dalam pangkuannya. Aku hendak mencegahnya, tapi Gio menyelipkan tangannya ke dalam celana dalamku dan memijat mekiku. "Gioh…mmmh…," membuatku malah jadi terangsang melihat suamiku mencumbu putriku.

"Papa," desah Gempi seiring suamiku meremas kedua bukit kembarnya.

Suamiku menengok ke arahku. Aku menatapnya. Apa? Apa yang kau pikirkan? Apa yang ada di kepalamu? Suamiku mendekatkan kepalaku dan kepala Gempi. Aku dapat menebak keinginan suamiku. Tidak cuma dengan Gio, dia ingin aku juga dengan Gempi? Gio makin intens mengusap kemaluanku. Uhhh… Ya sudahlah. Kemarilah Gempi…. Bibirku merapat ke bibir putri tercintaku. "Ma…," desah Gempi.
 

Panas berlanjut​


"Smooch… smooch…," suara bibir setengah basah yang saling melepas dan bertemu.

Melalui sudut mata aku bisa melihat kedua lelaki di rumah ini menatap lekat setiap gerakan, setiap kecupan yang kami lakukan. Saat kami berbuat ini Gio mempercepat gesekan jemarinya dengan area sensitifku dan suamiku mulai memasukkan tangannya ke celana pendek Gempi. Permukaan celananya tampak menggelembung dan bergerak-gerak. Mereka sengaja agar aku dan Gempi makin hot.

"Dah dah ini berlebihan….," kataku hendak menghentikan semuanya. Tapi suamiku dan Gio malah merapatkan tubuhku dan Gempi. Tepian kaos kami diangkat, cup BH diturunkan, agar dua pasang bukit kembar kami saling menekan. "Duuh… kalian mau sejauh apa?"

Mereka tak menjawab. Suamiku berbisik di telinga putriku. Gempi menatapku saat papanya menyampaikan sesuatu. Yang kutahu ia mengangguk setelahnya Sedetik kemudia jemarinya sudah berada di tempat yang sama dengan kakaknya. "Aahh…." Aku pun mengangkat melebarkan pahaku, membiarkan kedua anakku fingering my meki sampai buecekh…. uuhhh… Gempi meggesek labia majoria dan minoriaku dari depan, sementara Gio dari belakang. "Aaahh..ahhh..ahhh…ahhhh," desahku. Mereka semakin cepat. Segalanya semakin memuncak. Tepat saat aku hampir mencapai ujung, tiba-tiba Gio menancapkan batangnya ke vaginaku. Jlebbsssssssss…. Batangnya masuk bak piston bangku, cepat di awal dan tertahan perlahan di ujung. "UUhhhhhhh! Giooohhhh!" Cukup dua kali ayunan, aku langsung capai orgasme. Tubuhku mengejang-kejang hebat.

Gio tak memberikanku kesempatan beristirahat, dia tarik tubuhku dan mendoggyku.

"Gio… Gio.. ah ah ah….."

Suamiku tak mau ketinggalan. Ia pelorotkan celana pendek dan celana dalam Gempi. Ia posisikan anakku menghadapku. Wajah Gempi merah merona saat papanya sedang mempersiapkan dirinya. Suamiku menunggingkan bokongnya. Kedua tangannya ditarik ke belakang hingga dada Gempi membusung. Tak lama tubuh molek anak ini pun berayun terlontar-lontar digenjot papanya. Gempi mengernyit sampai menggigit bibirnya. Pak! Pak! Pak! bunyi bokong Gempi beradu dengan tubuh papanya. "Akh, Papa!" jerit Gempi

Melihat keduanya rasa cemburu dan birahi bercampur aduk.

"Ma, Gio mau coba cara papa…," kata Gio. Kedua tanganku ditarik ke belakang seperti Gempi. Penis Gio jadi tertekan masuk ke vagina maksimal. Pok! Pok! POk! Gio menggoyangku panas. Aku dapat merasakan tenaga pada tiap hentakan pinggulnya yang melontarku ke depan. Gesekan batangnya dengan dinding vaginaku mengacaukan pikiranku.

"Ach! Ach! Shhh… Gio… fuck me… FUCK MEEEE!!," racauku. Sudah lupa aku kalau Gio adalah darah dagingku.

"Shhh… ahhh… Papaa… kemaluan Gempi geli, paa…"

"Enak?"

"Ngggghhh!" Aku dan Gempi mendesah-desah tak karuan.

Suamiku membalikkan Gempi hingga tiduran di kasur. Lalu dia menghentikan Gio.

"Kenapa, pa?" tanya Gio.

Suamiku berkata kepada, "Ma… Aku ingin kamu fuck Gempi, juga….ya… mau ya…" Dia membujukku sambil menciumiku dan menggosok-gosok kemaluanku. Melihat kelakukan papanya, Gio juga ikut menciumi tubuhku tapi dari belakang. Bokongku dia remas-remas. Sementara Gempi melihat kelakukan kami, mengusap-usap kemaluannya sendiri sambil memainkan payudaranya.

"Gio pasti juga mau lihat kamu gituin Gempi…," kata suamiku.

Aku menengok. Gio mengangguk-angguk seperti kepala mainan pajangan mobil yang kepalanya ada pernya. "Iya ma penasaran juga, kalau mama dan Gempi seperti apa."

Aku sudah kepalang terangsang. "Terserah kalian," jawabku.

Aku merangkak keluar dari dekapan suami dan Gio, mendekat ke Gempi. Kusentuh ujung kakinya.

"Gempi bagaimana menurutmu? Apakah kamu mau melakukan ini?" tanyaku sambil meraba naik ke pahanya. Matanya menatap perbuatanku. Mulutnya menganga, karena dia makin cepat mengulek memeknya sendiri dengan tangan. Jari-jarinya terlihat sangat basah mengkilap

"Terserah mama…," jawabnya dengan suara hampir tak terdengar dan nafas gugup.

Perlahan kuangkat satu kakinya ke udara dan kusandarkan ke tubuhku. Lalu kutempelkan kemaluanku dengan Gempi, menggantikan jemarinya. Terdengar suara cairan memek basah saling bertemu. Pinggulku mulai bergoyang maju mundur, menggesekkan milikku dengan milik putriku. Awalnya pelan menjajal. .

"Aaahh…. mama….," desah Gempi. Ia meremas-remas payudaranya sendiri.

Suamiku dan Gio coli menonton kami.

"Gempi sayang…," panggilku.

"Iya…," jawab Gempi. Pinggulnya mulai bergerak merespon goyangan pinggulku.

"Apakah kamu merasa nyaman?"

Gempi mengangguk.

"Mau gesek lebih cepat?"

"Mau…," timpalnya cepat.

Tiba-tiba Gio menarik lenganku ke arahnya.

"Gak tahan ma, mau keluarin dulu." katanya sambil merebahkanku ke ranjang dan mengangkat, melebarkan, dan menekan lututku ke tubuhku. Ia hendak mengengtotku.

“Ih, kak Gio jangan pegang-pegang, mama itu milik Gempi,” protes Gempi. Ia mendorong-dorong kakaknya agar menjauh.

“Hih, memangnya mama kamu beli dimana? Sebelum dengan kamu, mama sudah dengan kakak dulu, tahu.”

“Pokoknya mama cuma sayang, Gempi. Betul kan, ma?”

“Mama, sudah pasti lebih puas sama kakak.”

“Ih mesum. Jangan pegang mama Gempi.” Dia dorong pipip kakaknya.

“Sudah! Sudah!” kataku, “Mama sayang kalian berdua. Dan kalau kalian berdua sayang mama, kalian berdua harus baikan.”

“Hmpf!” Gempi membuang mukanya. “Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang. Pantang bagi Gempi berdamai dengan orang yang hendak merebut mama.”

“Hmpf!” Gio juga membuang mukanya. “Pantang menyerap ilmu setengah telinga. Pantang bagi Gio, berdamai dengan orang yang hendak mencuri mama.”

“Ihhh…. Pantang menyerap ilmu setengah telinga kan artinya harus serius dalam menerima pelajaran atau nasihat, apa hubungannya???” tanya Gempi.

“Ahh.. .bawel lo, cil.”

“Kakak tuh bocil.”

“Heee sudah, sudah, disuruh berdamai malah perang dunia ketiga. Ayolah Gio, jangan jahat sama adikmu. Bukankah kamu yang suka mengintip Gempi sambil masturbasi.”

Gempi langsung menganga dengan pandangan dibuat jijik, “Iyuuuuu…. kakak ngintip Gempi?”

Gio langsung gelagapan rahasianya terbongkar. “A… itu…. fake news, hoaks.”

“Mama juga pernah memergokinya sedang….,” kubuat tanganku seolah sedang menggenggam sesuatu, lalu mengocoknya naik turun, “terus dia panggil-panggil nama kamu.”

“Mama… apaan sih. Jangan ngarang,” bantah Gio gelagapan. Ia seperti ayam yang bulunya dicabuti sisa kulit yang totol-totol di depan adiknya.

“Ihhssshhh…. pornooooooo,” ucap Gempi, “Memang kakak bayangin apa?”

“Apaan sih, nggak ada. Sok cantik, lo cil,” ucap Gio berusaha mempertahankan wibawa.

Alis Gempi langsung mengernyit, pipinya POP menggelembung kayak ikan buntal. Ia tidak terima dikatakan sok cantik dan langsung bergerak ke belakang Gio dan mengunci lehernya ala MMA.

“Hok! Hok!” Gio tercekik sulit bernafas. Mereka pun bergulat di atas ranjang. Berguling-guling. Saling cekik. Tarik-tarikan baju.

“HEI! Apa yang kalian lakukan!” seruku.

Gempi yang jelas kalah power, dengan mudah kunciannya terbuka. Gio pun langsung membalik keadaan dan menindihnya. Kini kedua pergelangan tangan Gempi terkunci

“Awas… minggirrrr,” seru Gempi. Tubuhnya menggeliat kesana kemari sampai udelnya kemana-mana.

“Gempi.”

“Apa!” bentaknya. Ia menyeringai memamerkan gigi, dan gigit-gigit mirip chihuahua lagi PMS, “Hap! Hap!”

Tanpa banyak bicara Gio mengangkat dan mengunci kedua tangan Gempi di atas kepala. Kontolnya masuk ke memek adiknya. Lalu ia menggagahi Gempi.

“Porno!” seru Gempi.

“Kakak pakai kamu saja deh.”

“Iiiiiiii…..,” protes Gempi, tapi berujung, “Ahh…ahhh…ah…”

Ketika Gio menekannya dengan bertenaga. Suara desahan Gempi auto mengeras. “Nghhhh….nghhhhh, Kak Gio ahh… ah… ahh…”

"Gempi, kakak mau keluar… sebentar lagi…."

"Gak boleh!"

"Please…."

“Hemmm…. Asal kakak tarik kata-kata kakak, kalau aku sok cantik,” ujar Gempi cemberut.

Gio mendekatkan wajahnya ke Gempi.

“Iya, Gempi enggak sok cantik, tapi memang cantik. Sekarang kakak keluarin ya?”

Gempi mengangguk.

CROTTTZZ CROTTTZZZZ CROTTTTZZZZ



Tamat
 
lah kok tamat hu.. padahal lagi seru serunya hu.. semoga dapet ilham buat melanjutkan cerita yah hu..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd