Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tergoda Gio

telanjangbugil2023

Semprot Kecil
Daftar
28 Jun 2023
Post
55
Like diterima
1.708
Bimabet
Ini cerita simpanan.
Yang saya tulis setahun lalu.
Saya update sedikit menyesuaikan aturan.

Keluargaku​

Aku seorang ibu rumah tangga bersuami pilot. Namaku Pim. Profesi suamiku mengharuskannya terbang meninggalkan sarang beberapa hari, melalang buana dari satu negara ke negara lain. Itu masih lebih baik daripada jadi istri seorang pelaut, ditinggal merindu berbulan-bulan sampai “sawahnya” kering kerontang.Tak jarang sang istri jadi disiram laki-laki lain dan suaminya menyiram perempuan lain. Berpisah hanya beberapa hari membuat kehidupan seksualku dengan suami menjadi sehat dan hot.

Hasil dari cinta kami melahirkan Gio dan Gempi. Putraku sekarang sudah kuliah semester 4, sebentar lagi lulus, dan Gempi kuliah semester 1.

Pagi hari di dapur bersih aku sedang memotong-motong daging ham. Tiba-tiba terdengar suara Gio memanggil dari arah belakang, “Mama.” Saat aku menengok ke kiri ia tak ada, saat aku menengok ke kanan juga tak ada. Hmpf! Mau ngerjain mamanya?! Aku langsung berbalik badan, eh tetap tak ada. “Mama,” panggil Gio sambil berjongkok.

“Ah kamu!” ujarku menyentil jidatnya. Ia berdiri dan mengambil kaleng kosong bekas ham dari countertop, lalu melemparnya ke tempat sampah yang jaraknya 2 meter. Bless… “Three point!” serunya. Kemudian ia memelukku dan memberi kecupan di kening. “Muah!”

Tiba-tiba Gio menyekopku, menggendongku di atas kedua lengannya, lalu melompat-lompat berjinjit-jinjit, mengayun dan menghentak ala khas dansa Jive. “WuuUU!” Aku terkejut senang. Otot-otot di dada dan lengannya berkontraksi. Ia mau menunjukkan kepadaku betapa kuatnya dia. Anakku ini memang gesit dan atletis. Hobinya basket, sepak bola dan nge-gym serta dansa. Tak heran tubuhnya jadi berotot keras di sana-sini.

Gayanya kalau ke kampus, lengan tergulung dan beberapa kancing terbuka, memamerkan otot tangan dan dadanya. Sudah seringkali aku menegurnya. Aku khawatir anakku ini terlalu tampan dan menggoda banyak anak perempuan di kampusnya. Aku takut-takuti dia, “Nanti lekong yang ngeliatin badanmu.” Tapi dia tidak peduli. Rambut hitamnya tebal mengkilap oleh pomade, dengan beberapa helai jatuh di depan jidat.

Di kamarnya itu banyak poster-poster cewek-cewek cantik berpakaian minim, menyingkap genit celana dalamnya. Menurutku wajarlah ya dan lebih baik daripada dia menggantung poster-poster cowok berotot. Itu lebih mengerikan.

Sementara anak perempuanku, Gempi….

Hemmmffhh….. dia….

“Gempi!!! Ayo bangun!” teriakku. Aku tarik selimutnya. Tersingkap walang kekek berpiyama dengan kebiasaannya tidur telungkup dan ngiler di bantal.

“Anak gadis pemalas seperti ini sulit jodoh, tahu!” kutukku.

“GempiIIIII!” teriakku dengan suara meninggi di huruf konsonan I.

“GempIIII! GempIIIII! GempIIIIII!” Kuulang-ulang supaya terdengar seperti suara alarm.

Yang bergerak hanya kepalanya dari toleh ke kiri jadi toleh ke kanan. “Gempi dah bangun ma… nyaaamm… emmmm…” Lalu dia kembali terbujur kaku.

Kesal, aku ambil gespernya yang tergantung di pintu dan kusabet pantat si walang kekek. Ctar!

“Awwwww! Iya ma! Iya ma! Gempi bangun!”

Meski bangun, ia cuma duduk di pinggir kasur, dengan mata 5 watt. Perlahan turun menjadi 1 watt. Kemudian tumbang lagi seperti habis di knockout Chris John.

Gemas. Aku tindih dia, lalu aku kunci kedua lengannya ke atas. Dan aku ciumi lehernya. Ia pun menggelinjang. “Ahahaha ampun ma.. Ampun… aahhhhh… ma… geli.. haha.. geli… ah ahh !” Aku jilat lehernya. “Ampuuuun to…tobaaat… dah… dah.. Gempi dah bangun.!” Ia berusaha melepaskan diri, tapi tak aku biarkan, biar dia dapat hukuman.

“Hadeeehh stop main-mainnya,” protes Gio di depan pintu, “Nanti Gio telat lagi nih.”

Gempi bangun dari kasur dengan tangan menutupi tubuh, seolah anak perawan habis dinodai. Ia segera pergi ke kamar mandi.

Di kamar Gempi terpajang berderet-deret novel karangannya. Dia bilang, “Aku mau mengalahkan jumlah novel Stephen King!” Sejak SD dia memang lebih menghabiskan waktu sendiri dengan pikirannya, bergelut dengan kertas dan pena. Sungguh dia kutub kebalikan dari kakaknya. Tidak terlalu banyak bersosialisasi. Paling yang datang berkunjung ke rumah cuma satu anak perempuan yang itu-itu aja. Namun daya observasinya tinggi.

Aku melangkah keluar dari kamar.

“Cplak!” Suara pantatku kena tabok. Pelakunya Gio!

“Dewasa lah, ma,” ujarnya sok lebih dewasa dari aku. Ooo.. baik… tantangan diterima. Aku menyeringai, tanganku mulai mengayun-ayun, sedetik kemudian kutabuh pantatnya putraku berkali-kali, Plak! Plak! Plak! Plak!

“Au! Au! Au!” serunya.

Gio lari berjingkrak-jingkrak menghindar.

Hari Minggu aku dan teman-teman arisan berkumpul di rumah. Rame-rame di ruang tamu. Nyemil rujak asam dengan gula merah. Sebulan sekali kami melakukan aktivitas ini untuk silaturahmi, saling update situasi satu sama lain serta mendapatkan informasi terkini tentang kerajaan tetangga alias bergosip.

Saat kami berkumpul, Gio baru pulang nge-gym. Dengan ramah ia menyapa teman-temanku.

“Halo tante Pipit duh makin cantik aja deh. Tante Marta, rambutnya baru ya, cocok banget stylenya dengan tante. Tante Doli, ih kurusan yaa,” sapa Gio. Demikian dia kalau menyapa, lidahnya pandai mengambil hati, bikin ciwik-ciwik tua ini senyam-senyum merah merona.

“Loh… kok, tante gak disapa,” protes Hani, salah satu teman arisanku

“Loh… ini siapa?”

Muka Hani langsung asam, merasa dilupakan.

“Ooooo….!” Gio pura-pura ingat, “Tante Hani. Woalah aku sampai pangling…. tante hari ini kelihatan beda banget kalau make up. Kirain anak gadisnya siapa. Baru mau aku minta mama kenalin.”

Hani langsung kegirangan kena puji Gio.

Gio… Gio…

“Gio masuk dulu ya, tante semua” kata Gio.

“Iyaaa,” jawab teman-temanku serempak.

Gio pun masuk ke dalam.

“Eh, eh…. Anakmu makin ganteng aja,” komen Pipit.

“Hush… sudah tua, seleramu masih aja daun muda,” tegurku.

“Ya kan jiwaku tetap bergelora muda, Pim. Masih seperti saat aku 20 tahun.”

Pipit ini usianya sudah 38 tapi masih menjomblo. Akibat terlalu memikirkan karir, sekarang pria-pria di sekelilingnya keburu tidak available. Walau sebagai teman dan aku siap membantunya mencarikan pasangan, tak rela aku kalau dia berjodoh dengan putraku.

“Pim, bagaimana kalau anakmu dipasangkan dengan anakku, Tasya. Dia sebentar lagi lulus SMU. Tapi… kalau anakku tak mau, bolehlah sama aku….,” ujar Marta.

“Yeee… masak anakku sama janda kompleks,” tolakku.

“Yang penting kan anakmu bahagia. Aku kan berpengalaman,” ujarnya sambil membuat gestur mesum, mengoral penis.

“Haaa.. gak… gak…,” tolakku. Ngeri juga kalau Gio sampai terjerumus godaan hantu haus seks ini. Apalagi anakku masih muda, bahaya kalau tergoda sama janda satu ini.

“Ah, janganlah kau kekang dia, Pim,” toel Marta.

“Jangan kau atur caraku mendidik, kau buatlah satu, biar bisa kau atur sendiri,” jawabku judes.

“Pim, kau ajaklah anakmu ikut arisan. Biar ada yang segar-segar,” kata Doli, “tetek semua di sini, bosan aku.”

“Kau pikir anakku apaan, buah-buahan?”

Hani memotong, “Duuuu… aku harus ke WC nih.” Tuuut!

“Waduh! Gas radioaktif! Sana cepat. Jangan lupa disiram, ya!,” ujarku sambil mengibas-ibas. Hani ini suka pelupa. Terakhir gue yang harus nge-flulsh eeknya dia. Hih!

Sambil menunggu Hani, kami ngerumpi ngalor ngidul. Sudah lama berselang, Hani belum balik-balik juga.

“Hani kemana ya? Ke WC kok lama banget.” tanya Marta

“Sudah setengah jam,” timpal Doli.

“Aku coba cek deh…”

Aku menyusul Hani ke belakang. Aneh tidak ada orang di WC. Aku cari-cari, eh astaga, dia lagi berdiri di depan pintu kamar Gio. Kaosnya terangkat di atas dada. BH dengan pengait depan terlepas dan ia meremas-remas payudara dan memilin puting. Waa… gak bener ini.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd