Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG SIDE STORY (The Lucky Bastard - racebannon)

Setelah Anggia, mau bahas siapa?

  • Nica

    Votes: 76 16,6%
  • Karen

    Votes: 109 23,8%
  • Mayang

    Votes: 145 31,7%
  • Nayla

    Votes: 152 33,2%

  • Total voters
    458
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
si rendy perhatian trus saat anggia down...jd itu yg nyebabin bisa nikah ntr yak suhu?
 
si rendy perhatian trus saat anggia down...jd itu yg nyebabin bisa nikah ntr yak suhu?

Pantengin terus makanya wkwkwk

hehehe....
suhu RB pernah ngalamin di posisi anggia kah?
well kayaknya mayoritas ortu bakal kaya nyokapnya adrian ya....

Untungnya belom pernah sih.. Kalo pernah ga enak bangettt
 
Duhh.. jadi mewek baca part yang ini... :galau:

Kasihan Anggia... :galau:
 
PENGEN VOTE DIAN
DIAN
DIAN
Pokoknya abis Anggia Dian
Side story ini cuma butuh anggia sama Dian. Udah. Titik
 
dian udah bahagia bersamanya....
valerie....
valerie....
valerie....
moga2 agak hardcore yg valerienya suhu...
 
setelah anggia seharusnya nica , karena dia yang paling menderita , setelah habis manis sepah dibuang , gimana ke hidupannya sekarang ? apa udah bisa move on !
.... di vote ane milih karen dengan maksud pingin tahu si karen menyesal telah menolak si bejo , tetapi ternyata karen fun fun aja . Kalau nalya gak perlu side story ,l karena gak berkaitan dng si bejo
 
Karin gangbang
Karin digilir
Karin dicekokin terus dipake mantan & temen band nya
Karin dipake produser

Dark side of entertainment industry

Vote karen
 
Waduh .. pilih siapa yaah...

Nica aja deh.. pengen tau lebih jauh tentang Nica yang kelihatannya agak agak Psycho dan nekat anaknya.. :kacamata:
 
Nayla mah di cerita ky jd pemanis aja suhu sana sprti rendy...ky pemain figuran yg g penting" bgt.nah,mayang,nica n dian tu yg harus di kulik habis...:D
 
Siapa aja bebas deh...
Yg penting mah skrg : ANGGIA : PART 7
Dlu... Hehehehehe...
:pandaketawa:
 
SIDE STORY
ANGGIA | PART - 7

timeline : PART 41 - 43 The Lucky Bastard

------------------------------------------

Oke, semua sekarang normal lagi. Panjang prosesnya. Dan Anggia pun terpaksa menumpahkan semuanya ke Adrian. Dengan bekal pembicaraan Rendy dan sahabatnya. Tegas. Bilang apa yang lo pengen dari Adrian. Udah dibilangin sih. Dianya maaf-maaf, bilang mau berubah ke arah yang lebih dewasa. Gak tau beneran atau lip service.

Kejadian menangis di apartemen sahabatnya itu sudah lewat. Dan benar, berbicara dengan dirinya dan Rendy memberikan kenyamanan lebih. Andai saja Adrian bisa begitu.

Anggia hanya meringkuk di dalam shower. Membiarkan air hangat membasuh tubuhnya yang kelelahan akibat kegiatan rutinnya di kantor. Tubuh telanjangnya terpekur di lantai, otaknya lari kemana-mana dan semuanya kabur. Soal masalah keluarga pacar, perlindungan dari pacar. Apa lah itu semua. Pusing. Gak bisa gitu gue pacaran aja sama sobat gue? Please gue butuh ditenangin dan dipeluk atas semua kepusingan ini, bukan buat di iya-iyain aja. Gue bukan kanjeng ratu. Gue orang biasa aja. Gak butuh sogokan, suapan. Gue cuma butuh pacar gue datang dan bilang ke gue semuanya baik-baik aja. Pelukan, senyuman.

Bukan Chanel.
Bukan Salvatore Ferragamo.
Bukan Yeezy.
Bukan Adidas Primeknit.

Dia melirik ke arah shelf kamar mandinya. Oke.. J'adore by Dior. Hadiah dari Adrian. Muak lama-lama dilihatnya. Terus Karen pake acara ngajak gue sama Adrian camping mewah segala. Jadi pusing. Untung Adrian sekarang udah biasa-biasa lagi. Dan Anggia pun pusing dengan kenyataan itu.

Oke. Sekarang gini deh masalahnya. Anggia berusaha mengusir pikiran-pikiran yang super bersliweran di kepalanya dengan menyimpulkan sesuatu. Pertama. Adrian bakal jadi cuek setengah mati dan kayak gak mau mikir, kalau ada obrolan dan situasi yang ada hubungannya dengan orang tua, dengan pernikahan, dan hal-hal yang berbau keseriusan hubungan dan keluarga. Kedua, kalau hubungannya dengan seks, keintiman, manjain Anggia, bersikap manis, mesra, dan semua hal yang berbau seperti itu dia berubah banget. Kayak jadi pacar sempurna. Yang siap muasin semua indra lo. Termasuk indra seksual. What the hell lah Nggi. Beresin mandi lo, terus tidur.

Anggia berdiri dan mengambil shower puff, dan membasahinya. Sabun ia tuangkan ke atas shower puff itu. Perlahan ia menggosok badannya, dari bawah dagu ke ujung kaki. Sedikit demi sedikit. Dia berusaha tak melewatkan sedikitpun sudut dari badannya.

170 cm tinggi gue. Adrian tinggi juga ya, 180an kali ya? Kepalanya terus bermain kemana-mana di tengah prosesi mandi itu. Berat gue tadi 55, terlalu kurus gak ya. Stop. Bangke. Ngapain sih mikirin berat badan. Mending mikirin pacar yang gak jelas itu. Yang romantis tapi cuek. Yang di ranjang gila tapi kalo di depan orang tuanya kayak bocah gila juga. Ngapain mikirin berat sama tinggi lo? Cuma karena Karen bilang lo cocok jadi talent? Ngimpi. Males. Udah ah beres mandinya. Ribet lama-lama semua orang. Kalo Adrian mikir gue Cuma jadi pengisi ranjangnya doang gue juga bisa. Tapi... Kenapa gue selalu kalah ganas di depan dia ya.

Pusing.

------------------------------------------

"Emang kamu bisa Camping-camping gitu?" tanya ayahnya Anggia pada saat sarapan.
"Kan pas jaman kuliah pernah beberapa kali"
"Kamu udah gak semuda itu lagi tau"
"Santai aja lah kan rame-rame ini"
"Sama Adrian juga?"
"Iya"
"Jangan macem-macem lho" wanti-wanti datang dari ayahnya.
"Enggak lah pa... Aku kan masih anakmu yang lucu itu" canda Anggia ke ayahnya yang merengut.

"Terus bawaan sebanyak itu cuman sehari?" Ayahnya menunjuk tas ransel besar dan satu tas tangan yang teronggok di ruang tamu.
"Kan biar aku tetep lucuu" canda Anggia. Ayahnya cuma menggelengkan kepala.

Setelah selesai makan, Anggia menunggu jemputan taksi online dengan duduk-duduk santai dan bodoh di ruang tamu. Umur 28. Kelakuan 18. Itulah Anggia dimata ayahnya. Kapan anak ini bakal cari pacar serius buat nikah? Kapan anak ini sadar kalo orang tuanya gregetan tiap dia pulang subuh. Tiap dia susah dibangunin pagi-pagi buat sarapan? Males-malesan ke gereja? Duh nak, cepet dapat suami yang bisa bimbing kamu dong.. Pikir ayahnya sambil melangkah dan siap berpamitan.

"Dah papaah..." lambai Anggia sambil memainkan handphonenya.
"Dah, hati-hati ya? Sampe ketemu minggu"
"Oke"

Tak lama kemudian datanglah taksi online itu. Dan Anggia dengan sukacita mengangkut barangnya ke dalam mobil tersebut. Setelah pami t ke ibunya. Dia mulai berjalan ke Kantor.

"Kemang ya Mbak?"
"Iya pak"
"Mau camping?"
"Iya hehehe...."

Diam lagi sejenak, dan supir taksi online tersebut melirik dari spion tengah.

"Mbak kayak pernah liat dimana ya saya?"
"Dimana?"
"Mbaknya artis?"
"Lah, bukan..."
"Kiirain... tapi cocok loh hehehe"
"Bisa aja" senyum Anggia.

------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------

Perjalanan ke Bandung. Mobil Adrian mengekor mobil sahabatnya Anggia. Ya, seperti biasa, kalau hal-hal yang berbau menyenangkan seperti ini, Adrian jadi si romantis yang siap memanjakan dirimu. Apalagi dia berjanji untuk masak nanti. Anggia tak sabar menunggu hasil masakan Adrian yang melegenda di lidahnya itu.

"Diem aja kamu?" tanya Anggia.
"Aku lagi mikirin kasus itu nih..." keluh Adrian.
"Yang itu ya? emang separah apa?"
"Gak cuma perkosaan, penculikan juga, dan korbannya masih di bawah umur..."
"Serem banget... Dan salah satunya pegawai kamu? Pelakunya orang-orang kantoran?"
"Iya... Pasti kamu pikir OB atau Cleaning service sebangsanya kan?" Adrian mengeluh sambil menggaruk-garuk rambutnya.

"Dan bokap pengen cuci tangan, setidaknya gak ada elemen kantor yang terlibat lah..."

Ngeri. Pikir Anggia. Gimana bisa sekelompok orang terdidik, pegawai kantoran, nyulik anak SMA dan merkosa anak itu rame-rame. Ngebayanginnya aja udah ngeri. Mendadak Anggia merinding. "Aku takut dengernya"

Adrian mendadak tersenyum dan mengelus paha Anggia. Tanpa suara. Sementara dua mobil tersebut terus mengular di Cipularang, menuju Bandung.

------------------------------------------

Malam itu semua kaget. Nayla, Rendy, Karen, dan sahabatnya Anggia terkaget-kaget.
"Wow..." Karen melongo sambil mengunyah steak hasil bakaran Adrian.
"Gila ini kelas restoran" Rendy terperanjat.

Nayla tanpa suara terus dengan lahap memakan makanan yang ada. Sementara sahabatnya Anggia masih fokus di rokok, tak sabar ikut menyantap juga. Iya, Adrian sangat berbakat di dapur. Ini rasanya seperti restoran punya. Bukan restoran biasa lagi. Mungkin kalau dia jadi chef sudah dapat bintang michelin. Atau apalah. Anggia memperhatikan Adrian dengan lengket. Gila, kalo gue punya yang ginian satu aja dirumah. Bisa gemuk gue, pikir Anggia.

"Gila, Dri, apa-apaan nih..." kaget sahabatnya Anggia ketika pada akhirnya dia merasakan makanan tersebut. Ya, semua menyukainya. Adrian tampak kalem sekaligus jumawa terselubung melihat semua orang disana menyukai hasil masakannya. Bukan sekali dua kali ia mendapatkan sambutan seperti ini. Semua orang menyukainya. Dan cara terbaik mengambil hati perempuan. Perempuan akan lebih tertarik kepada lelaki kalem yang jago masak, daripada seseorang yang gombal. Memang jalan terdekat ke hati seseorang adalah lewat perutnya. Bikin ia kenyang dan terlena, maka ia akan masuk perangkap. Bulat-bulat. Seperti Anggia.

Tapi Vivi belum, pikir Adrian. Agak susah menarik mangsa yang satu itu. Dan itulah yang membuat dia jadi bahan ledekan Cheryl dan Intan. Tapi sudahlah. Sudah lama Adrian tidak pernah gagal. Sejak dulu ia selalu berhasil.

------------------------------------------

Malam, sebelum tidur. Suasana sudah sangat sepi. Anggia dan Adrian berjalan-jalan malam, menikmati waktu mereka berdua. Jauh dari kerumunan orang dan jauh dari segala hal yang memusingkan. Bergandengan dan bergelayutan. Rasanya seperti damai. Dan dia jadi tidak ingin lagi membicarakan soal hal-hal yang memusingkan untuk saat itu.

Mendadak Adrian mencium pipi Anggia.
"Kaget aku..." seru Anggia pelan.
"Kamu cantik banget soalnya"
"Gombal ah..."
"Haha... beneran"

Mereka berpandangan dan berhenti sejenak di jalan itu. Perlahan Adrian mencium bibir Anggia.
"Sayang kamu..." bisik Anggia. Mendadak ia lupa semua kebodohan dan ketidak dewasaan Adrian.
"Sini..."
"Ngapain..."

Adrian menarik Anggia masuk dalam hutan-hutanan yang dikelilingin pohon tinggi, jauh dari perhatian siapapun di tempat yang memang sudah sepi itu. Mendadak Adrian menyandarkan badan Anggia ke salah satu pohon yang posisinya tersembunyi dan mulai menciumi bibirnya dengan panas. Begitu panasnya hingga Anggia terlena. Terlena dan kemudian tersadar.

"Keliatan sayang kalo disini..."
"Enggak kok..."
"Dri.. stop, ketauan orang entar..."
"Aku udah gak tahan..."

"Keliatan orang nanti...." Adrian tampak tak peduli, dan dia menyerang leher Anggia dengan ciumannya. Cardigan tebal Anggia bukan halangannya untuk meraba-raba tubuhnya yang indah. Tangannya sangat nakal, dan kemudian masuk ke dalam bajunya. Anggia tampak menahan desahan yang sangat terlihat jelas dari ekspresi mukanya.

"Dri... jangan... ahh.." Adrian malah menciumi bibir indah Anggia. Anggia tak kuasa menahannya. Dia menyambut ciuman Adrian dan memeluk leher Adrian. Tangan Adrian tetap jahil meraba-raba tubuh Anggia dari dalam pakaiannya. Kami berdua melihat tangan itu merayap menuju kebawah. Ya, menuju daerah kewanitaan Anggia.

"Adri.... Udah yuk di tenda aja..." kebetulan mereka tendanya bersama.
"Disini aja... bentar kok..."
"Sayang di tenda aja yuk...." senyum Anggia dengan muka yang tampak sudah sangat bergairah. Mendadak Adrian menurut. Mereka berdua pergi dengan buru-buru.

------------------------------------------

Anggia dan Adrian bergumul berdua dalam tenda. Mereka sudah telanjang bulat. Tetapi hubungan badan antara mereka belum terjadi. Cuaca yang dingin di luar tenda tampaknya akan kalah dengan permainan mereka. Permainan yang sebentar lagi akan segera terjadi. Anggia dengan badannya yang indah sudah berbaring pasrah di atas sleeping bag itu. Mereka sedang berciuman dengan panasnya. Kondom sudah terpasang di penis Adrian yang dari tadi sudah berdiri tegak. Mereka sudah siap untuk merasakan badan mereka masing-masing malam itu. Tangan Adrian aktif meremas pantat Anggia yang kencang itu.

Bibir mereka berdua bersentuhan, saling memagut dalam keheningan dan kegelapan malam. Seakan-akan tidak ada siapa-siapa lagi selain mereka berdua di area itu.

"Jangan berisik berisik ya..." Bisik Adrian sambil memeluk dan bergumul dengan Anggia di Sleeping Bag. Dua buah Sleeping bag mereka gelar, sehingga mereka dapat bergumul dengan bebas dan beraksi di dalam tenda. Tentunya tidak sebebas di atas ranjang. Tapi sensasi di dalam tenda dan dinginnya udara membuat semuanya terkesan lebih seksi dan lebih menantang.

Adrian bergerak dengan leluasanya, lalu menciumi buah dada Anggia. Dia melumatnya, seakan-akan ingin memakannya dengan ganas. Anggia berbaring, menikmatinya, berusaha untuk tidak mengeluarkan suara apapun yang dapat menarik perhatian orang. Mereka berdua melakukannya di dalam kegelapan. Adrian dengan seksama menghisap dan menjilat puting Anggia yang tampaknya mengeras dan maju karena kedinginan. Anggia sangat menikmatinya. Ini gila. Cowok sialan ini benar-benar tahu daerah sensitif gue. Geblek. Anjing lidahnya. Damn, geli banget. Pengen banget gue teriak. Anjir… apaan nih. Kok tangannya pegang-pegangnya enak gini. Fuck, Adrian…

Anggia meringis karena tidak bisa mendesah dengan bebas.

Tangan Adrian meremas kedua buah dada Anggia dengan leluasanya. Dia melakukannya sambil terus menghisap dan menjilati puting Anggia. Anggia memperhatikannya dengan menahan getaran badannya.

Adrian lalu menciumi tubuh Anggia, kebawah. Tak butuh waktu lama untuk Adrian kemudian menjilati daerah kewanitaan Anggia. Anggia hanya bisa pasrah sambil membayangkan betapa nikmatnya jika dia bisa mengeluarkan suara sebebas di rumah Adrian. Rumah bujangan itu. Tempat mereka bedua sering berhubungan seks sampai lupa waktu. Kadang tanpa kondom, kadang di shower, kadang di bathtub. Kadang di ruang tengah. Kadang di depan TV. Kadang di dapur. Berdiri, berbaring, di dalam mobil, di garasi. Dan semua hal-hal gila lainnya. Pengalaman pertamanya Anal Seks, dan entah berapa kali ia mengulum dan mengeluarkan sperma Adrian di mulutnya. Dia ingat ketika Adrian kembali mengikatnya, menstimulasinya dengan dildo yang bergetar, dan Anggia kepayahan mengulum penis Adrian. Dia masih ingat betapa mukanya hangat tersiram oleh sperma dalam kondisi masih terikat dan dildo masih bergetar di vaginanya. Perbuatan-perbuatan gila yang pernah mereka lakukan.

Tampaknya Anggia sudah siap. Adrian tak pakai lama lagi langsung memiringkan tubuh Anggia, dan meraih kakinya. Menyibakkannya dan kemudian tanpa aba-aba langsung memasukkan penisnya di bibir vaginanya yang telah basah. Anggia menggigit bibirnya, dan larut dalam rasa nikmat yang menjalar dari daerah kewanitaannya. Anggia hanya memeluk dirinya sendiri, sambil membayangkan suara-suara seperti apa yang bisa ia keluarkan ditengah alam seperti ini. Gila rasanya pasti kalau tadi jadi melakukannya di luar ruangan, begitu liar dan tanpa aturan. Tapi sangat beresiko. Sangat beresiko dilihat orang. Anggia bertahan untuk tidak mengeluarkan suara walaupun gerakan-gerakan dari Adrian sangat menstimulasinya.

Adrian. Coba saja kamu sedewasa eksplorasi seks kamu. Pikir Anggia. Kepalanya lari kemana-mana saat Adrian lalu menarik tubuhnya untuk menelungkupkan tubuh Anggia dan menyerangnya lagi. Anggia hanya bisa merintih tanpa suara, sambil meremas sleeping bag yang mengalasi tubuhnya.

Geblek. Gila. Gerakan macam apa ini, kenapa rasanya dalam sekali? Duh gak tahan. Gila. Anggia berjuang, rasanya seperti diperkosa tapi nikmat. Laki-laki ini gila. Sex drivenya tinggi dan dia tahu bagaimana memuaskan perempuan.

Gila
Gila

Kenapa? Apa? Rubah posisi lagi? Sekarang posisi yang paling konvensional. Misionaris. Gila, rasanya benar-benar didominasi. Anggia benar-benar tidak diberi kesempatan untuk bergerak dan mengambil alih. Anggia memeluk tubuh Adrian dan menerima ciuman yang panas, sambil terus-terusan penis Adrian bergerak dengan liar nya di dalam vaginanya.

Gak tahan.
“Dri…” bisik Anggia dengan nafas ngos-ngosan.
“Sst…”

Anggia mengejang, menggelinjang, meringis, badannya menjadi kaku. Memeluk Adrian dengan erat. Erat. This is happening again. Orgasme. Orgasme yang seperti biasa. Tidak panjang, tidak juga luar biasa nikmatnya. Tapi cukup. Cukup mengingat keterbatasan malam ini. Anggia terkulai lemah. Dan Adrian perlahan mencabut penisnya. Anggia lalu beringsut ke arah penis Adrian saat pacarnya itu mulai berbaring. Anggia membuka kondom Adrian perlahan. Anggia lalu memasukkan penis itu ke dalam mulutnya. Mengulumnya dengan gerakan yang cepat, walau ia tampaknya lemas. Mengocoknya dengan penuh percaya diri.
Penis tersebut keluar masuk dengan seksama di dalam mulut Anggia. Anggia mempercepat kocokan tangannya. Perlahan namun pasti ia bisa merasakan ledakan yang hampir terjadi.

“Mmm…” Sperma hangat keluar di mulut Anggia. Dia berusaha agar tidak ada yang menetes keluar dari mulutnya. Walaupun rasanya tidak nyaman, dengan rasa aneh yang ada di mulutnya, Anggia berusaha menelannya agar tidak susah membersihkannya.

Shit. Mual banget rasanya, pikir Anggia. But I have to give him satisfaction kalau tadi gue udah dipuasin. Anggia menelannya dengan susah payah. Hampir muntah rasanya, tapi mau bagaimana lagi? Buang di Tisu? Buang keluar? Setelah susah payah menelannya, Anggia lantas masuk ke pelukan Adrian. Mereka berdua berpelukan.

“Good Girl” bisik Adrian.

Dan mendadak Anggia lupa ketidak dewasaan yang pekat di diri Adrian. Kealpaannya atas kebutuhan lelaki untuk melindungi perempuan. Kekanak-kanakannya dengan menghindar dari tanggung jawab. Dan kesemena-menaannya dalam hubungan, dengan tidak memberi ruang diskusi bagi kondisi-kondisi yang kacau. Membungkam Anggia dalam siraman memanjakan, hadiah, seks, ciuman, apapun.

Ilusi. Ilusi lelaki modern. Sok Modern.

------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Anggia (Josephine Anggia Tan)

copy10.jpg


Anggia's Outfit

jat_up10.jpg


Karen (Karenina Natamiharja)

copy_o11.jpg
kopi10.jpg


Karen's Outfit

kn_fin10.jpg


Nayla

copy_o12.jpg


Nayla's Outfit

na_fin10.jpg
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd