Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT THE CITY'S RHAPSODY (racebannon)

racebannon

Guru Besar Semprot
Daftar
8 Nov 2010
Post
2.074
Like diterima
16.686
Bimabet
bd988110.jpg

The City's Rhapsody,

Adalah kumpulan cerita pendek dengan setting urban, perkotaan. Seluruh cerita sudah pasti ada irisan dan gesekan dengan cerita-cerita dan tokoh-tokoh saya yang terdahulu. It's all about romance, love stories and friendship.

Cerita ini dimaksudkan sebagai penutup saga Bastardverse, sebelum pensiunnya saya dari kegiatan menulis di forum ini.

Silakan menikmati sajian terakhir sebelum terpisah.

Salam,
Racebannon

==========
==========


Disarankan untuk membaca cerita saya yang lain terlebih dahulu :

The Lucky Bastard
Matahari Dari Timur Season 1
Matahari Dari Timur Season 2
Penanti
Okasan No Hatsu Koi
Lelawah

==========
==========


INDEX




 
Terakhir diubah:
JAKARTA CITY RHAPSODY
RHAPSODY IN THE OFFICE – PART 1

------------------------------

pelet-10.jpg

“Gue benci banget sama Nadine” aku menyalakan rokok di balkon. Balkon yang jadi tempat nongkrong anak-anak kosanku ini emang sering jadi tempat sumpah serapah kita semua. Mulai dari masalah kantor, kuliah, pacar, orang tua, sampai masalah seksualitas.

“Perasaan kamu tiap hari keluhannya itu terus….” Mbak Lia geleng-geleng liat aku yang mukanya pasti penuh kerutan di wajah. Aku cuma natap dia balik sambil mendengus-dengus gak karuan. Abis apa lagi yang mau dikeluhin coba?

“Hari ini dia bikin ulah lagi” aku ngeliat ke arah jam tanganku. Jam 10 malam. Aku masih pakai pakaian rapih. Celana jeans hitam yang ngepas di kaki ini, kemeja biru tua yang ngepas di badan ini, dan sepatu oxford masih nempel di badanku. Di kursi yang ada di sebelahku, ada blazer ringan berwarna hitam yang biasa kupakai kalau AC kantor lagi dingin-dinginnya atau kalau lagi rapat.

“Pacarin aja biar gak bikin ulah lagi” Mbak Lia nyengir sambil menyeruput kopi yang ada di tangannya.

“Mbak aja yang macarin dia” kesalku, ke tetangga kosanku yang lesbian ini. Dia pegawai bank yang menyembunyikan identitasnya sebagai lesbian di kantor dan di depan keluarganya. Dia punya cewek sih, tapi kayaknya mereka sering berantem. Maklum lah, sama-sama nutupin identitas diri mereka dari lingkungan mereka, jadi banyak angst di dalam hubungan mereka.

“Enak ya tapi jadi keluarganya yang punya perusahaan, jadi bisa bikin ulah terus…” komentar Mbak Lia tanpa ngedengerin ledekanku ke dia.
“Enak emang jadi keturunannya Sjarief Hidajat….” kesalku.

“Eh bentar” Handphone Mbak Liat bunyi, kayaknya dari ceweknya. Dia berlalu dan kayaknya mereka bakal ngobrol dalam waktu yang lama di telpon. Aku cuma geleng-geleng kepala, karena keluhanku soal Nadine belom sempet kuomongin sama Mbak Lia. Aku cuma bisa ngeliat punggung Mbak Lia menjauh sambil jalan ke arah kamar kos nya.

Aku menerawang, sambil menghembuskan asap rokok ke depanku. Aku ngebayangin muka perempuan itu. Perempuan yang badannya bagus itu. Mukanya cantik banget, ya iya lah, emaknya orang Belanda. Rambutnya hitam, panjang sepunggung. Hidungnya mancung, tatapan matanya tajam dan kacamata yang dia pakai di wajahnya membuat dia keliatan makin pinter aja. Iya lah pinter, lulusan Amrik.

Dan cewek sialan itu, punya nama panjang Nadine Aliana Sjarief. Cucunya Sjarief Hidajat, almarhum. Alkisah ada konglomerat jadul yang kaya dari bisnis minyak bumi, namanya Sjarief Hidajat. Sjarief Hidajat punya beberapa anak. Anak tertuanya namanya Muhammad Faisal Sjarief, yang kemudian punya anak bernama Aidan Sjarief.

Aidan Sjarief ini bos besar perusahaan yang jadi tempat kerja buat aku. Namanya Vimana Group. Jabatanku adalah Junior Design Manager. Tugasku adalah memastikan setiap proyek restoran, lounge, club dan café baru milik Vimana Group berjalan dengan baik.

Aku ada di divisi Business Development yang sekarang dikepalai oleh istri sang pemilik perusahaan, yakni Adinda Saraswati, alias Mbak Saras, kita manggilnya. Dan Nadine Sjarief, adalah salah satu Junior Design Manager juga. Dan betenya, aku sering ditandemin sama dia.

Nadine Aliana Sjarief. umurnya masih 24. Dia anak bungsu dari adiknya Muhammad Fasial Sjarief, yakni Muhammad Umar Sjarief. Dengan kata lain, dia sepupunya Aidan Sjarief.

Dan si cewek kampret sialan ini, bener-bener bikin aku ngerasa bete sebete-betenya. Dia pinter banget. Saking pinternya, sampe aura belagunya keluar banget. Dia lulusan amrik. Aku lupa nama universitasnya apaan, tapi kalo gak salah mentereng banget gitu.

Budaya di keluarga super tajir itu emang kayak begitu. Si anak yang baru lulus kuliah, biasanya bakal gabung di perusahaan punya keluarganya, sebagai low level employee. Abis itu mereka bakal naik pelan-pelan sampai jadi orang top di perusahaan ini, atau entar bikin perusahaan sendiri. Intinya, jalur buat mereka berkembang disediakan, dan untungnya keluarga ini fair. Kalo si anak mandeg, ya gak akan naik-naik levelnya.

Sialnya keturunannya Sjarief Hidajat semuanya pinter. Termasuk Nadine ini.

Dan saking pinternya, bikin sebagian besar orang di divisiku jadi gak nyaman. Di umurnya yang lebih muda tiga tahun dari aku, dia bener-bener keliatan menonjol. Dia perfeksionis, dan bener-bener paying attention into the details banget. Gara-gara dia, rapat sama kontraktor, arsitek, dan yang lain-lainnya, yang biasanya cuman setengah jam atau sejam kelar, bisa jadi setengah hari. Dan dia seneng banget lembur di kantor beresin kerjaannya dia, pokoknya gak pernah ngebesokin pekerjaan.

Alhasil, itu bikin kita semua keliatan kayak ampas di mata Mbak Saras dan orang-orang di level management.

Dia sempurna banget, dan saking sempurnanya, dia jadi pain in the ass. Dan ingatanku terbang ke siang tadi, di saat Nadine dan segala kesempurnaannya ngerusak moodku hari ini.

--

the-wy10.jpg

“Kalian udah beres belum rapatnya? Aku mau briefing kalian buat project baru di Bali” whatsapp dari Mbak Saras bikin aku mengeluh dalam hati. Mau gak mau, aku harus balas whatsapp itu.

“Belum mbak, ini ada beberapa hal yang baru ketauan salahnya….. Dan lagi diurusin sama Nadine” jawabku.
“Oke kalo gitu. Kalo kesorean balik ke kantornya, besok pagi aja ya?”
“Iya mbak”

Dengan muka malas, aku natap ke arah Nadine yang lagi mencecar kontraktor elektrikal dengan baiknya.

“Gak bisa kayak gitu pak, coba liat disini, saya gak mau kalau cable tray buat elektronik sama buat kabel data digabung”
“Kemaren kita udah ajuin bu ke kantor ibu, di approve kok”
“Kemaren kan saya gak liat. Gak bisa gitu dong, nanti interferensi dari kabel listrik ke data gimana? Ini saya gak mau arus lemah gabung sama arus kuat gini”

“Ini tapi udah di approve, kemaren kan…”
“Tapi belum jalan kan? Masih masuk kan waktunya kalau revisi? Konsultan IT nya kok gak dateng hari ini, udah diapprove sama dia belum?”
“Biasanya diapprove bu, ini….”

“Biasanya kalau salah ya salah, ini gak bisa kalau kayak begini” cecar Nadine. Aku udah megang-megang kepala aja. Aku gak bisa bantah Nadine. Kalau aku bantah, keliatannya kayak kita berdua saling berantem padahal kita berdua sama-sama dari pihak yang punya proyek. Kudu satu suara.

Muka setengah bulenya keliatan galak banget saat dia mencecar orang dari kontraktor yang umurnya kayaknya dua kalinya dia. Tapi bapak-bapak itu gak berkutik. Entah karena alasan Nadine masuk akal, atau karena dia iya-iya aja dihajar sama cewek secantik Nadine.

Rambut panjang hitamnya emang keliatan indah banget. Garis-garis tegas setengah indonesia setengah bulenya bener-bener bikin dia keliatan menarik. Apalagi pakaiannya. Dia pakai kemeja putih yang dibalut sweater berwarna kalem. Celana kain bermotif kotak-kotak, yang dipadu dengan sepatu flat yang manis, ngebuat dia makin keliatan berpendidikan.

Cantik, berpendidikan, tapi galak dan perfeksionis. Dan gak perlu kayak gitu menurutku. Iya, emang kabel data seyogyanya punya instalasi sendiri, gak bareng sebelah-sebelahan sama kabel listrik. Tapi kabel data di restoran buat apa sih? Paling buat nyambungin mesin kasir, sama PC yang ada di kantor belakang, dan juga buat infrastruktur wifi nya. Gak sepenting itu, gak kayak di kantor, sekolahan, atau di game center, yang butuh jalur kabel yang mandiri dan mumpuni.

Ini restoran neng, gak usah sedetail itu, keluhku dalam hati. Tapi ini keburu diomongin sama Nadine, dan yang aku bisa, cuma berdoa kalau rapat ini cepat selesai.

------------------------------

eco-dr10.jpg

Aku ada di dalam mobil. Aku yang nyetir. Nadine ada di kursi yang disebelah. Dan aku diem aja dari tadi. Entah kenapa, aku agak males diliatin orang di jalan. Mungkin orang pikir kalo kita berdua couple, tapi aku males banget kalo disangkain kayak gitu. Coba aja mereka yang pacaran sama si miss perfect ini.

Rapat yang nyebelin gara-gara over detailnya Nadine tadi cuman salah satu contoh dari kerempongan Nadine dalam bekerja. Setidaknya itu yang aku pikirin, sama beberapa orang lainnya yang levelnya sama dengan aku. Tapi buat para pucuk pimpinan, ini bikin proyek-proyek mereka jadi lebih hemat dan jadi lebih presisi semuanya.

Dan itu bikin kerjaan kita semua, jadi keliatan jelek. Gara-gara Nadine yang kebagusan, kita semua jadi keliatan tolol dan sontoloyo banget.

Bisa gak sih dia kerja kayak biasa aja, gak bikin rapat jadi lama, proses verifikasi design jadi lebih ribet, dan semua pekerjaan jadi lebih mudah?

“Harusnya gak usah sedetail tadi, kasian kontraktornya, dia biasa bikin kayak gitu, kalo disuruh bikin yang beda, dia susah mikirnya lagi” iya, aku ngomong aja, daripada dipendem-pendem.

“Mas, kalo menurut building code yang bener, ga boleh kayak gitu. Dan selain ngegabungin kabel arus lemah dan arus kuat di satu tray yang sama, dia juga banyak hal yang gak bagusnya kan? Shop Drawingnya buat instalasi AC cuman ngeganti kop dari konsultan doang, terus banyak hal yang dia gak ngerti, heran, kayak gitu kok sering banget kita pake?”

“Mungkin karena selama ini pekerjaannya beres?” jawabku dengan nada sarkas, sambil meniti jalanan yang macet menuju kantor. Ini kenapa lebih macet daripada biasanya ya? Apa karena kebijakan ganjil genap yang tolol bin aneh itu?

“Beres tadi ntar pasti trouble”
“Yah itu kan….”
“Kebanyakan restoran kita kan belum sampe sepuluh tahun umurnya, ntar kalo di umur segitu, terus jadi banyak masalah, gimana?”

“Ya renov lah”
“Kalo gak usah renov kan bagus”
“Restoran kan bakal sering renov, harus ngikutin trend dan zaman lah design nya”

“Itu kan kalo ngomongin interiornya, ini ngomongin masalah infrastruktur dan lain-lainnya… Harus bener dong, jadi walaupun kulitnya di renov, jeroannya tetep bisa bertahan lama banget” komentarnya panjang. Aku literally muterin mataku ke atas. Malesin banget. Berasa udah senior design manager aja. Udah gitu mana kalau bikin laporan detail banget dan panjang banget. Sering banget dia lembur.

Intinya, kedatangan Nadine di kantor ini, bikin kita semua jadi keliatan tolol.

“Iya” jawabku pelan. Karena aku udah bener-bener eneg. Kenapa sih harus jadi orang yang se perfect itu. Aku bener-bener gak ngerti. Harusnya kan kita get the job done as soon as possible dan semudah mungkin yang kita bisa. Ngapain semuanya mesti detail. Ngerepot-repotin diri sendiri aja. Ngerepotin diri sendiri buat proyek bos kita, yang kebanyakan penghasilannya juga masuk ke kantong dia.

Eh iya, lupa, Nadine kan sepupunya Aidan Sjarief. Lupa aku. Aku geleng-geleng kepala dalam diam aja, sambil terus fokus buat nyetir ke kantor, biar aku bisa cepet-cepet gak semobil lagi sama Nadine.

--

8_210.jpg

Itu hal yang pengen aku curhatin ke Mbak Lia, tapi dia keburu masuk ke kamarnya karena dia harus telponan. Jadi sekarang, aku cuma bisa menghisap rokok yang ada di tanganku dalem-dalem ini, sambil ngepoin instagram. Entah kenapa aku jadi iseng ngeliat akunnya Nadine, gila.

Oke. Dia emang cantik banget. Perfect. Garis-garis tegas di wajahnya ngebuat dia lebih cocok main film layar lebar bareng artis-artis blasteran lainnya daripada jadi Junior Design Manager di bagian Business Development-nya Vimana Group. Oke, ini anak emang jarang senyum di sosmednya. Dan aku lagi ngeliat salah satu foto dia senyum. Throwback waktu jaman dia baru lulus kuliah di Amrik sana.

Oke, cum laude. Gila. Kampret. Kayak gimana kuliah bareng anak ini? Dia pasti sukses dimusuhin sama temen-temennya karena judesnya yang luar biasa dan pasti kalo dosen lupa nyuruh mahasiswanya untuk ngumpulin tugas, dia bakal angkat tangan buat ngingetin. Ah udahlah, mendingan aku tidur, biar besok segeran pas dibrief soal proyek baru sama Mbak Saras pagi-pagi.

Tarik nafas panjang, matiin rokok dan matiin layar hape. Awas aja kalo Nadine sampe muncul di mimpiku. Itu masuknya mimpi buruk pasti.

------------------------------
------------------------------
------------------------------


bagaim10.jpg

Dan ini udah sore.

Mbak Saras sepagian sampe sesiangan gak ada. Dia baru sampe kantor kira-kira setengah jam yang lalu. Dari mejaku, aku natap ke arah ruangannya Mbak Saras. Katanya dia lagi ada rapat darurat sama jajaran manajemen yang gak bisa dia tolak. Ya pasti gak bisa dia tolak. Dia kan istrinya yang punya. Belum lagi ada desas-desus kalau katanya Bapaknya Mbak Saras bisa melenggang dengan mulus ke Senayan gara-gara pengaruh keluarga Sjarief. Jadi pasti hutang budi secara moralnya tinggi banget kan?

Jadi keperluan briefing untuk aku dan Nadine pasti dikesampingkan. Aku ngelirik ke arah mejanya Nadine. Dan seperti yang bisa ditebak, dia lagi dengan rajinnya kerja, baca dokumen entah apa, sedangkan aku udah sekitar sejam ini idle. Iya sih ada kerjaan yang harus dikerjain, tapi masa ga boleh bengong? Bisa gila aku kalo kerja terus kayak Nadine.

“Mas” mendadak aku kaget, karena suara Nadine ngagetin aku. Aku ngeliat dia, yang udah berdiri di sampingku dengan gaya berdirinya yang anggun dan penuh percaya diri itu. Aku natap mukanya dengan ekspresi kaget, karena dia kok mendadak udah ada disini? Perasaan tadi masih di mejanya. Mungkin tadi aku sempet bengong. Tapi masa bodo ah.

“Kenapa?”
“Mbak Saras panggil kita ke ruangannya”
“Oh.. Oke”

“Jangan lupa bawa notebook”

“Iya” iya, bawel. Suka-suka gue mau bawa notebook apa engga. Lagian kenapa mesti bawa notebook sih, kan kalo di briefing juga gak bakalan lupa. Aku langsung berdiri, tanpa ngambil apapun dari mejaku, dan dengan gaya super malas, aku langsung jalan ke arah ruangannya Mbak Saras. Dan aku bisa ngeliat tatapan-tatapan yang nadanya kayak ngeledek, karena itu artinya aku lagi-lagi dipasangin sama Nadine buat urusan restoran yang di Bali ini. Bener kan? Aku bisa ngeliat ekspresi muka temen-temen sekantorku yang pada ngeledek dan nyukurin aku, karena bernasib buruk seperti ini.

Nah, akhirnya aku masuk ke dalam ruangannya Mbak Saras. Nadine dan aku duduk di sofa panjang yang ada di sana. Mbak Saras dengan bergegas, nyolokin laptopnya ke TV layar datar gede yang ada di sana. Gak berapa lama, dia nyalain TV dan layar laptopnya pindah ke sana.

“Oke, aku bakal ngebrief kalian soal project Bali, jadi… Please pay attention, Okay?” tanya Mbak Saras dengan senyum manisnya yang elegan. Aku mengangguk dan mulai merhatiin layar TV.

Dengan perlahan dan seksama, dia ngejelasin soal project ini. Lokasi restorannya dimana, kapasitasnya bakal berapa, dan gambaran soal restoran hi-end ini dari sisi Vimana Group. Abis itu, dia lantas ngeliatin ke kita design awal yang dia udah dapet dari arsitek yang nanti bakal di hire sama Vimana Group. Aku cuma ngangguk-ngangguk aja sambil ngeliatin semua gambar yang berseliweran di layar televisi.

“Oke, tadi sekilas soal project ini” Mbak Saras selesai, dia ngambil nafas dan dia berdiri dari duduknya. Dia ngambil air minum dan kemudian dia balik badan, ngadep ke arah kita berdua lagi. “Sebenernya ada berita yang gak enak sih buat kalian berdua”

“Apa tuh mbak?” tanyaku. Aku udah bisa nebak, pasti jajaran manajemen minta ini semua di presentasiin ke mereka dalam waktu yang singkat.

“Biasa. Manajemen mau presentasi. Tapi briefnya kalian liat kan masih acak-acakan? Semua harus dirapihin dan ditambahin mood board juga, dan lain sebagainya….. Dan mereka pengennya besok…..” Mbak Saras meringis. “I know, harusnya kemaren kan aku ngebrief kaliannya, jadi kalian ada waktu hari ini buat nyusun presentasinya, tapi kalo kalian gak mampu bilang sekarang, aku bisa bilang ke mereka kalo paling presentasinya lusa atau kapan gitu?”

Ah, soal ini kan gampang aja, aku tinggal bilang kalo minta mundurin waktu presentasinya ke mereka, kan?

“Besok bisa. Saya bakal lembur”

Fuck. Apaan ini? Aku melongo sejadi-jadinya. Kalo dia lembur, aku harus lembur juga dong?

“Beneran? Oke deh…. Aku percayain aja ya ke kalian untuk nyusun presentasinya” Mbak Saras senyum dengan aura yang sangat adem. Dan aku masih pusing sejadi-jadinya. Kalau aku bilang enggak mau lembur, gimana nih image ku di depan Mbak Saras?

Aku masih natap ke arah Nadine yang ekspresi mukanya tampak tenang dan dingin. Sejenak, dia melirik ke arahku dan dia pasti liat betapa bodohnya raut wajahku. Dia lalu ngebuang pandangannya, dan dia ngerapihin catatannya, ngebuat aku ngerasa keliatan tolol banget di depan dia.

Aku harus lembur sama orang ini? What… The.. Fuck….

------------------------------

BERSAMBUNG

Saras (Adinda Saraswati) adalah satu tokoh utama di cerita Penanti.

Link ke cerita tersebut : https://v1.semprot.com/threads/penanti-racebannon.1260655/
 
Terakhir diubah:
Wuih mantap nih. Patok dlu

Si saras udh merit dengan aidan ternyata disni
Apakah nnti ada tokoh2 lain dari cerita bastardverse

Tpi sayang, Cerita ini yang bakal jdi cerita terkahir suhu rb.

Btw maaf nih suhu. Cerita ini mirip dengan cerita *Rekan kerjaku nandya*. Mirip di penokohan karakterk doang sih dan itu cuma cerpan.

Berharap cerita ini bakal jadi cerita yang memuaskan seperti cerita - cerita lainnya

:)
 
Wuih mantap nih. Patok dlu

Si saras udh merit dengan aidan ternyata disni
Apakah nnti ada tokoh2 lain dari cerita bastardverse

Tpi sayang, Cerita ini yang bakal jdi cerita terkahir suhu rb.

Btw maaf nih suhu. Cerita ini mirip dengan cerita *Rekan kerjaku nandya*. Mirip di penokohan karakterk doang sih dan itu cuma cerpan.

Berharap cerita ini bakal jadi cerita yang memuaskan seperti cerita - cerita lainnya

:)

Sure, emang mirip. ini kayak retelling cerita itu, karena itu cerita yang saya tulis dulu banget pas awal-awal nulis di detik dot com.... Pingin nostalgia lagi dengan cerita itu soalnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd