Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sengsara Membawa Nikmat


Aku memeluk Iin dan memberikan hadiah ciuman bibir padanya.

Iin memagut bibirku. Nafsunya melambung. Ia menyodorkan lidahnya ke mulutku.

Sambil mengulum lidah Iin, aku menaikkan roknya, lalu memasukkan tanganku ke balik celana olahraganya. Celana dalam Iin terasa hangat dan lembab di tanganku.

"Pengen kencing..." kata Iin meringis.

"Kencing di mulut Kak Aries, ya..." sahutku nekat.

Mama menghindar, bidan Menik pergi meninggalkan aku, Muthia tidak mengakui dirinya, adikku aku jadikan pelampian nafsuku.

Ternyata Iin mau kencing di mulutku, karena ia juga lagi 'horny'.

Iin melepaskan celana olahraganya yang selalu dipakainya kalau pergi ke sekolah meski tidak olahraga untuk menghindari tangan jahil yang suka 'begal memek'.

Iin juga melepaskan celana dalamnya, lalu ia duduk mengangkang bebas di kursi, sedangkan aku berjongkok menghadapkan mulutku ke vaginanya yang wangi perawan masih mulus kencang berbentuk 2 garis dengan bulu-bulu halus yang tumbuh di area perbukitannya.

Cusss... cusss... sherrr... sherrr... aku menadahkan mulutku minum air kencing Iin seperti minum teh hangat, terkadang aku mengulum vaginanya sambil mengocok penisku.

Setelah Iin kencing, aku berusaha memasukkan penisku ke lubang vagina Iin yang berwarna kemerahan segar, tetapi karena ketat, kepala penisku selalu terpeleset.

Ketika sudah berhasil masuk, terdengar pintu kamar mandi berbunyi. Kami segera berberes dan menjadi 'anak yang baik' sewaktu Mama berada di ruang tengah.

"Tolong olesin minyak kayu putih, Ries... sini..." Mama mengajak aku ke kamar.

Di dalam kamar, Mama melepaskan handuknya. Melihat Mama telanjang aku juga melepaskan pakaianku, lalu mencium perut Mama yang sudah kelihatan membulat kencang.

Tiba-tiba Iin sudah berdiri di depan pintu kamar. "Aku juga mau dong..." kata Iin.

"Hadehh..." kata Mama. "Sini... jangan keroyokan, ya... nanti adikmu membrojol..."

Lalu Mama berbaring telanjang. Aku di sebelah kiri Mama sedangkan Iin sebelah kanan. Mama menggenggam penisku yang tegang dan diremas-remasnya.

Akupun tidak peduli dengan Iin, aku mencium vagina Mama yang wangi sabun mandi, tetapi sewangi-wanginya tetap saja bau amis.

Bisa THREESOME nih, kataku dalam hati, antara aku, Mama dan Iin. Tetapi bagaimana caranya memulai, karena Iin masih berpakaian?

•••••

"Mah, tetek Mamah sudah ada ASI-nya belum, sih?" tanya Iin. "Kan sudah adik bayi di dalam perut?"

"Coba kamu hisap..." suruhku.

"Nggak, jijik..." jawab Iin.

Aku lalu menunduk menghisap duluan puting Mama yang terasa kencang membengkak itu. Sedangkan telapak tangan Mama mengelus-elus punggung Iin.

Tak lama kemudian, Iinpun mengikuti jejakku. "Ohhh... enak, dua-duanya diisep..." desah Mama. "Sekalian tolong Mama keluarin, Riel..."

Tangankupun menuju vagina Mama. Kubuka bibir vaginanya dengan jari, lalu kudorong masuk 2 jariku ke lobang vagina Mama yang sudah basah, sementara jempolku berada di itiel-nya yang juga sudah menonjol keras.

Mama menaikkan belakang kaos Iin saat aku mengurut itielnya. "Ohhhh..." desah Mama sambil membuka pengait BH Iin.

Jantungku berdebar-debar melihatnya. THREESOME akan segera terjadi, batinku senang.

 

"Buka pakaianmu..." suruh Mama pada Iin.

"Nggak ah, maluuu..."

"Malu apa? Nih... lihat... sudah tegang begini..." kata Mama menggoyang-goyang penisku di depan Iin. "Pakai buat pukul ayam, ayam mati nih..."

"Hi... hikk..." Iin tertawa senang, lalu Iin mulai membuka pakaiannya satu persatu membuat jantungku berdebar nggak karuan-karuan hingga akhirnya tinggal celana dalam di tubuh Iin yang putih mulus.

Penisku semakin tegang saja sampai ngilu melihat tetek Iin yang mengkal sebesar bola tenis dibelah dua tapi agak melebar dan putingnya masih berupa pentil berwarna semburat memerah, areolanya sebesar uang koin 500 rupiah.

Berbeda dengan areola di tetek Mama yang sekarang sedang hamil, areolanya sampai sebesar lingkaran kaleng susu, warnanya hitam.

Iin juga melepaskan celana dalamnya. Iin telanjang sudah di depan aku dan Mama, tiba-tiba di luar ada orang yang memanggil Mama. "Nie... Anie..."

Itu seperti suara Bu Dipan yang suka menawarkan baju pada Mama. Mama segera turun dari tempat tidur menjangkau dasternya untuk dipakai.

"Yuk, kita lanjutkan yang tadi..." kataku pada Iin yang sudah mau memakai kembali pakaiannya setelah Mama pergi dari kamar.

"Nggak, sakit..."

"Sakit cuma sebentar, nanti juga enak." kataku lalu kucium tetek Iin sambil kuelus-elus belahan memeknya dengan jari.

Iinpun berbaring membentangkan pahanya untukku. Dengan posisi berlutut aku menyibak bibir vagina Iin sampai terbuka, lalu kudorong penisku masuk ke lobang vagina Iin yang sempit.

Srettt.. dengan sekali dorong kepala penisku sudah terjepit di bibir vagina Iin.

Iin meringis.

Kemudian terus kudorong lagi dengan sekali-kali kuayunkan penisku keluar-masuk. Dengan mendobrak sedikit demi sedikit, kini separuh penisku masuk ke lobang vagina Iin.

Aku harus cepat mengeksekusi vagina Iin sebelum Mama masuk ke kamar.

Lalu sekaligus kudorong penisku. Bleessssss....

"Awwwhh....!!!" jerit Iin, langsung aku membungkam mulut Iin dengan mencium bibirnya sambil kutekan penisku sampai masuk dalam sekali ke lobang vaginanya.

Bukan hanya vagina Iin yang sudah jebol itu yang sakit, penisku juga sakit seperti lecet. Tetapi oleh karena nikmat menyetubuhi adikku yang masih perawan, tidak bisa kupikir lebih panjang lagi.

Segera kugenjot lobang vagina Iin keluar-masuk. Durasi genjotanku tidak sampai 10 menit, aku sudah tidak tahan.

Aku tidak mencabut penisku, tetapi aku membuang air maniku di lobang vagina Iin.

Kudiamkan sebentar penisku baru kucabut dan penisku tampak berlumuran darah segar sedangkan air maniku yang mengalir keluar dari lobang vagina Iin juga bercampur darah.

Aku membersihkan vagina Iin dengan celana dalamku. Kemudian aku pakaikan celananya.

"Maaf ya..." kataku. "Kamu sayang aku, kan? Atau benci aku?" tanyaku.

Iin memeluk aku. Aku tidak pernah menyesal telah menjebol keperawanan adikku.

Mama kembali ke kamar, Iin sudah pergi dari kamar Mama, malah aku menjilat vagina Mama. Mama suka sekali kalau aku masukkan lidahku ke lobang vagina menggelitik rahimnya. Mama cepat mencapai orgasme.

Mama ingin aku segera menyetubuhinya. Aku menyetubuhi Mama dengan berdiri di depan tempat tidur supaya tidak menindih perutnya, sedangkan pantat Mama kutarik ke pinggir tempat tidur dan kedua kakinya kunaikkan ke atas bahuku.

•••••

Sorenya Iin mengajak Mama pergi ke mall. Kata Iin padaku vaginanya sudah tidak sakit dan sudah tidak keluar darah.

Aku menghadiahkan kecupan bibir pada Iin. Maka itu di mall Iin tidak mau pergi jauh-jauh dariku. Bagi orang yang tidak tau keluarga kami, orang pasti akan mengatakan Iin itu istriku.

Tetapi aku dikejutkan oleh seorang wanita yang mirip MUTHIA di foodcord. Ia sedang mendorong trolli belanja berisi seorang anak kecil, kepalanya tertutup kerudung berwarna hitam. Ia juga sedang hamil seperti Mama.

Aku memberitahukan Mama. Sewaktu Mama mendekatinya, ia sudah tidak bisa menyangkal lagi. Ia benar adalah MUTHIA.

Ia minta maaf denganku masalah kemarin ketemu di pasar itu. Itu pacarnya, katanya padaku, tetapi sekarang sudah tidak.

Ia memang kaya, tetapi punya kelemahan. Penisnya kalau mau berfungsi harus didongkrak dengan obat.

"Aku mencintaimu, kok." kata Muthia. "Aku tidak bisa melupakanmu. Di dalam perutku ini anak kita."

Aku juga tidak bisa meninggalkan Iin. Aku harus memilih salah satu, Iin atau Muthia.

Sewaktu Mama mengizinkan aku menjadikan Muthia sebagai calon istriku, aku membawa pulang Muthia dan Delia hidup serumah denganku, tetapi tetap masih mencuri-curi kesempatan mencumbui Mama dan Iin.

Setelah aku lulus skripsi S1, akupun menikah dengan Muthia.

Mama kemudian melahirkan seorang bayi perempuan yang sehat dengan berat 2,8 kilogram. Seminggu kemudian Muthia melahirkan seorang bayi laki-laki dengan berat 3,0 kilogram.

Rumah kami jadi ramai dengan suara bayi. Sedangkan Iin menikah dengan orang Malaysia dan dibawa suaminya ke Malaysia.

Meskipun aku sudah punya istri dan Iin punya suami punya anak, tidak ada seorangpun yang tau jika diam-diam selama 2 atau 3 hari aku pergi ke Malaysia bertemu dengan Iin 'make love' dengannya di hotel.

Sampai disini kisah ini kutulis. Maaf kalau ada kata salah, atau salah kata. (copyright@bc_januari24)




 
Bimabet
Harus di buat cerita panjang ini. Cerita incest antara ibu dan anak dan keluarga yh lain terasa nikmat di baca. Harus lama ini jangan di tamatkan dulu
Maunya begitu, Bro. Tetapi susah mencari pelaku dan peristiwa yang tepat.

Cerita panjang pelakunya harus banyak, sedangkan cerita incest, jarang melibatkan pelaku dari luar.

Mau jadi panjang juga bisa, eksekusinya di kamar mandi, di ruang tamu, di dapur, di vila, di hotel... panjang jadinya itu cerita incest hanya perlu 2 orang pelaku. Saya yg nulis yang bosan, nggak sanggup saya nulis, cerita seperti ini jadi nggak ada intriknya.

Atau gaya eksekusinya macam-macam, gaya konvensional, doggy, petting... wah, panjang tuh cerita...

Kebetulan saja cerita ini melibatkan orang dari luar.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd