Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sambungan Enam

“Kamu yakin Ma?”
“Enggak, gak tau. Ima gak tau lagi Bim. Bahkan hati ini juga gak yakin. Ima tau bahwa ini salah, tapi Ima juga bingung. Ima atau ini ngehianatin mas Gio, tapi Ima gak bisa memungkiri kalo Ima juga sayang ama kamu, dari dulu.”

“Saya juga sayang ama kamu Ma, dari dulu, cuman emang saya ini bodoh, terlalu mengutamakan nafsu, mengejar perempuan-perempuan cantik, tidur ama mereka. Tapi kamu tau sendiri kan, selama ini, selain dengan kamu, saya gak pernah lagi dengan orang lain.
Walopun saya bisa menikmati kamu dengan paksaan, dan kamu pasti nurut, saya dah gak pernah lagi gituan ama perempuan lain, bahkan deket pun enggak. Karena jujur aja, saya udah terlanjur sayang ama kamu.”

“Ima tau, Ima juga bisa ngerasain, tapi ini justru yang Ima takutin. Komitmen Ima ama mas Gio udah jelas, Ima bakal nunggu mas Gio, kita bakal menikah, dan membangun keluarga. Tapi sekarang Ima gak yakin. Dan ini semua gara-gara kamu, dari semenjak kamu mengutarakan isi hati, dari kamu mulai menikmati badan ini, hingga saat ini, Ima udah sayang ama kamu.”

Saat ini Ima dan Bima sedang duduk di atas kasur sebuah hotel. Ima memanggil Bima untuk datang ke rumahnya, dan di sana, secara terang-terangan Ima mengatakan jika dia merasa kesepian dan merindukan Bima, apa yang biasa Bima lakukan, dan rasa nikmat ketika mereka sedang bercinta.

Bima kaget mendengarnya, bahkan pada awalnya dia tertawa dan memutuskan untuk pergi, tapi Ima membuat dia diam. Dan akhirnya mereka sepakat untuk mencoba, tapi tidak di rumah, baik rumah Ima maupun Bima, karena ada kenangan buruk bagi Ima. Trauma itu tetap ada, ketika dia dinikmati secara paksa oleh Bima.

Akhirnya mereka memutuskan untuk menyewa hotel, dan berangkat langsung menggunakan motor Bima. Tidak ada kucing yang menolak ketika diberi ikan bukan?

“Kita nikmati aja waktu ini Ma, kita nikmati setiap waktu yang bisa kita jalani bersama, dan kita liat nantinya seperti apa. Tapi harus kamu ketahui, rasa sayang saya ke kamu, justru semakin hari semakin besar. Perlakuan kasar saya ke kamu itu karena saya belum memiliki kamu seutuhnya, saya belum memiliki hati kamu, dan itu yang paling penting. Saya jealous kalo memikirkan bahwa hati kamu ini memilih yang lain, walaupun badan kamu bisa saya nikmatin. Karena saya ingin kamu, utuh.”

“Kamu egois Bim, dan sekarang Ima yang jadi korban perasaan. Ima sayang kamu.” Kemudian Ima mencium Bima, dan mereka pun mulai berciuman. Ada yang berbeda, bukan paksaan, bukan perlakuan kasar, justru ada getaran yang tidak dapat Ima dan Bima bayangkan. Karena sekarang mereka melakukannya dengan rasa sayang yang sama, rasa menerima yang sama, dan keinginan yang sama.

Air mata tak terasa mengalir dari kelopak mata Ima. Membuat Bima berhenti menghirup manisnya bibir Ima. “Kenapa sayang?”

“Hmmm, Ima bahagia, terima kasih, akhirnya Ima tau apa yang Ima inginkan. Kamu. Dan sekarang.” Ima bangkit dari duduknya, melepaskan kerudungnya, lalu mulai melucuti pakainnya satu per satu.”Ima milik kamu, seutuhnya.”

Bima tersenyum. “Terima kasih.” Ujarnya, kemudian sama seperti Ima, dia mulai melucuti pakaiannya. Mereka berpelukan, Bima lembut mengusap kepala Ima, perasaan mereka bersatu, Bima kemudian memegang dahu Ima, mengangkatnya, dan bibir mereka bertemu.

Dimulai dengan ciuman yang lembut, setelah beberapa saat berubah menjadi adu lidah. Tangan kanan Bima turun ke punggung, kemudian ke pantan Ima, lalu meremasna, sedangkan tangan kiri mulai memilin puting Ima, bergantian, kiri dan kanan. Ciuman mereka memberikan suara-suara yang menggairahkan.

“Sini Ma”, ajak Bima ke atas kasur. Merebahkan dirinya di atas kasur, kemudian Bima memposisikan vagina Ima di atas mulutnya, “Pengen ngelumat memek Ima.” Lalu Bima mendudukan Ima di atas kelapanya.

“Aaahhhhhhh..” Ima hanya bisa mendesah, badannya bertumpu pada sandaran kasur dan tembok hotel. Dibawah sana, lidah Bima menikmati dinding luar vaginanya, terkadang masuk ke dalam, dan terkadang menjilati selangkangan sekitar vagina.

“Shhhsshshhhhh, Bimaa, enak, terusss, teruss sayang, di situ, ahhh.” Siksaan birahi terus menguasai nya, ditambah kini, tangan kiri Bima kembali meremas kedua buah dadanya bergantian, kadang lembut, kadang keras, memilin putingnya, terkadang mencubit bahkan menarik. “Aaaaaaaahhhhhhhh, enak sayang, iya, he eh, ahhhh.” Saat clitorisnya terjilat oleh lidah kasar itu, saat dindin vaginanya tersentuh dan kini, saat dua jari Bima turut masuk dan memainkan dinding dalam vaginanya, membuat Ima merasa mendekati batasannya. Bima menekuk jarinya, menstimulasi vaginanya dari dalam.

“Slurrpp, enak saya kocok gini Ma?”
“Enakkkh, terus kaya gitu, Ima dah mau keluar.”
Sudah hampir lima menit mereka melakukan ini, di bawah sana sebetulnya tampak Bima yang sudah mulai terengah, karena terkadang Ima menekan hingga dia kesulitan bernafas.
“Ahhh, ahhhh, Ima mau keluar.”
“Ya, keluarin sayang, slurrppp.”
“Aaaahhhh, Bimaaaaa.” Badan Ima menegang, menekan vaginanya ke kepala Bima, dan pada saat yang bersamaan, Bima menusukan pula jempol kanannya ke dalam anus Ima. Air liur Ima meleleh keluar mulut, kemudian badannya berhenti. Terengah-engah, berusaha mengatur nafas.

Bima lalu menidurkan badan Ima, masih terengah, Bima mendekatkan kepala penisnya ke mulut ima, “Emut sayang”. Tanpa dikomando dua kali Ima langsung memasukkan penis tu ke dalam mulutnya. “Slurpp, ahh, gaah, gagh, hmmmm”. Ima dengan patuh mengoral penis Bima. Terkadang menjilati batangnya, lalu biji, terkadang pula mengulum biji itu, lalu kembali mengoral penis Bima.

“Kontol saya enak sayang?”
“Enak, slurpppp”.
“Enak mana, kontol saya ato mas Gio?”
“Enak kontol kamu Bim. Ahhh, kalo memek saya enak?”
“Banget sayang, pas dapetin memek kamu, saya berhenti cari memek lain. Saya udah gak pernah ngentot ama orang lain lagi selain kamu Ma”.
“Hehehe, harus, ga boleh ada yang lain, kontol kamu milik Ima, sekarang ayooo, masukin, dah pengen”.
“Siap”.

Bima kemudian memposisikan dirinya, bersiap menghujamkan penisnya ke dalam Ima. Sebelumnya dia tersenyum dulu, menatap mata Ima dalam-dalam, dibalas dengan senyuman yang tulus dari Ima, kemudian, blesss, seluruh penisnya masuk ke dalam lubang kenikmatan Ima.

Dua insan itu terus beradu dalam birahi, beberapa gaya dalam bercinta dipraktekan, missionary, doggy style, bahkan sambil menyamping pun dilakukan, sudah sekitar sepuluh menit mereka menikmati kehangatan satu sama lain hingga Ima kembali orgasme. Lalu Bima menelungkupkan badan Ima, dan kembali melakukan penetrasi, kali ini nafasnya sudah sangat berpacu, dirasakan penisnya sudah berkedut.

“Ayo, aaahhhhh, keluarin Bim, kontol kamu enak, ahhhh, keluarin”.
“Keluarin di mana sayang?”
“Di dalem aja, Ima lagi ga subur, dan udah minum pil.”
“Rupanya Ima memang udah pengen”, pikir Bima, sampai sudah menelan pil segala.
“Iya, bentar lagiii, heeeuuuuuugghhhh, ahhhhh.”
“Ahhhh, anget Bima, sperma kamu enak”.
“Hah hah, iyah, makasih sayang”.
“Sini, kontolnya Ima bersihin”, lalu Ima mengambil penis Bima kemudian kembali memasukkannya ke dalam mulut, dijilatinya kepala penis dan batang Bima, untuk beberapa saat, hingga penis Bima mengecil.

Keduanya lalu ambruk, berpelukan, saling berpandangan. Cupppp, Bima mencium kening Ima. “Terima kasih”, ucapnya.

Dan mereka pun langsung tertidur.
==================================================================

“Pagi sayang”, cupppp, “Ga ada kuliah pagi ini?”
“Ada, tapi biarlah, pengganti kuliahnya kamu soalnya”.
“Idih, gombal”.
“Ma?”
“Ya?”
“Lagi yu?”
“Hayu”.

Dan sampai waktunya check out, mereka kembali bercinta, bermanja dan berpelukan, damai.
==================================================================

“Yaudah Ma, saya pulang dulu”.
“Ya, hati-hati sayang”.
“Nanti lagi ya?”.
“Dasar cowok, dikasih sekali selalu minta lagi”.
“Abis kamu enak, dan lagian, yang belakang belum”.
“Ihhhh, aku mah ikhlas diapain juga, tapi jangan yang belakang, sakit sayang”.
“Yaaaaa, yasud lah, saya pulang dulu. I love you”.
“I love you more”.
==================================================================

“Eh, ada mang ojek, mau jemput siapa mang?”
“Idih ni anak, masa ka Rian disebut mang ojek”.
“Hahahaha, Nuningnya masih di ruang OSIS, paling bentar lagi beres”.
“Eh Yu, kamu kenal deket ama Revi?”
“Hehehe, kenapa emang ka? Inget, dah ada Nuning”.
“Lah, kan Revi sahabat ka Rian Ning, bukan siapa-siapa”.
“Yakin?”.
“Yakin”.
“Hahahaha, dah ah, atas instruksi ka Revi, Ayu dilarang bercerita mengenai ka Revi, apapun itu, ke ka Rian”.
“Lah, ko gitu. Hmmm, sering kalian ketemu?”
“Sering ka, di kostan pacar, upsss, hehehehe”.
Rian hendak bertanya lagi soal itu, tapi dilihatnya Nuning berjalan ke arah mereka.

“Hey Ning, nih, abang ojeknya dan jemput”.
“Ih, sialan, pacar Nuning disebut abang ojek, sirik aja deh kamu Yu, gak dijemput babang Joni”.
“Biarin ah, yang penting hepi”.
“Ih, apa hubungana, yuk ka, kita tinggalkan makhluk astral ini”.
“Astral juga tapi cantik kan”.
“Iya lah. Udah ah, yu kak”, Nuning naik ke motor Rian, “Dadah Ayu cantik”.
==================================================================

“Aaaahhhh, ka, geliiiii”.
“Sluurrrppphh, ah, puting kamu bagus Ning, pink, imut, slurpphhh”.
Sore ini, Rian sepertinya sangat bernafsu, apalagi tadi, mendengar kalo Revi sering main di kostan cowoknya. Pelampiasannya adalah Nuning, setalah berciuman, bercumbu dan mulai meremas dada Nuning dari luar, Rian kali ini tidak mempedulikan penolakan Nuning.

“Ahhhkhh, jangan ka, ahhhh”. Pada awalnya Nuning menolak, tapi Rian tau, hanya di bibir, perlahan kini malah Rian melepas kancing seragam Nuning, satu persatu, hingga dadanya terlihat, dan belahan dada itu. Penolakan dari Nuning ada, tapi tak berarti, Rian menggerakkan sedikit BH Nuning, terlihat aerola Nuning yang berwarna merah muda, dan putingnya yang sangat imut, Rian lalu menciumi dada Nuning, dan menjilati putingnya yang terselip keluar dari BH.

“Aaaahhhhh, jangan di situ ka, geliiiiiii”. Itu hanya awal. Sekarang posisinya seluruh kancing seragam Nuning telah terlepas, kaos dalam dan BH Nuning sudah tersingkap ke atas, dan buah dada Nuning yang putih mulus itu sudah basah oleh air liur Rian yang sedari tadi menjilat, menghisap dan menggiti kecil kulit dan puting Nuning.

“Susu kamu indah sayang”.
“Ahhhh, ka Rian ini yang pertama. Rugi ah”.
“Kenapa?”
“Ka Rian udah pernah ama yang lain kan?”
“Hehehe, ya ga gitu itunganya De.”
Cuppp, cuppp, mereka kembali berciuman. Tangan Rian tetap bermain di dada Nuning.
“Ah, ka Rian, geli ih, ga kuat.”
“Gak kuat kenapa De”.
“Pengen pipissssss”.
“Ya udah, pipis aja”. Sambil tangannya memilin keras puting Nuning.
“Aaaaahhhhhhh, ka Riaaaannnnnnn.”
==================================================================

Tangan itu membelai rambut panjang yang indah milik seorang perempuan yang cantik. Menelusuri nya, hingga hinggap pada pipi yang mulus, mencubitnya lalu kembali mengusap rambut.

“Enak Yu?”
“Enak ka”.
“Cape?”
Ayu hanya mengangguk.

“Ka, Ayu mau nanya”.
“Apa?”

“Kemarin, waktu pulang kakaroke, kenapa ka Joni seolah sengaja nunjukin kita yang lagi gituan ke ka Reza ama ka Revi?”
“Hehe, kenapa ya? Senang aja sayang, bangga, bisa nunjukin ama si Reza, kalo ka Joni mu ini bisa dapetin kamu, nikmatin kamu dan disayangi kamu”.

“Idih, tapi kan Ayu malu ka, digituin ama ka Joni sambil diliatin ama mereka.”
“Ga papa lah Yu, buktinya mereka ga keberatan, malah kamu kan liat sendiri, si Reza malah ikut mainin memek nya Revi ampe Revi kelejotan gitu”.

“Hehehe, iya. Tapi ka Joni ga cemburu kan?”
“Hah, cemburu gimana?”
“Itu, punya ka Revi kan gede, sedangkan punya Ayu ga telalu besar”.
“Gak telalu besar? Punya kamu itu pas di tangan saya. Jadi bagus itu”, jawabnya, walaupun jujur, Joni memang iri, ingin dia juga meremas dada Revi yang bulat sempurna itu.

“Tapi ka Revi desahannya seksi ya?”
“Nah, kalo itu, maaf sayang, bener hehehehe”.
“Ih ka Joni mah”, jawab Ayu sambil tangannya memukul-mukul dada sang kekasih. Joni merespon dengan kembali memeluk Ayu, lalu mereka kemudian kembali bercinta, ronde ke dua.

Bersambung.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd