Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MIMPI DALAM LAUTAN AMBISI

Part 9



Keesokan harinya di dalam ruang kerja kediaman Handoko…


Pov Juwita


“Ok.. semua berjalan lancar. Mr. James Chan telah mau bekerja sama dengan kita. Oke.. oke, bang, seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, langsung siapkan berkas-berkas pengambil-alihan kepemilikan perusahaan, semua ganti dengan namaku.”

Tok.. tok..

“Ya.. masuk!” jawabku sesaat setelah mentutup telepon pada orang yang mengetuk pintu.

“Saya… Nyonya..!!” ternyata Marni yang mengetuk pintu, lalu ia masuk dan berjalan mendekat.

“Ada apa, Mar..??” lalu aku duduk di meja kerja mas Handoko.

“Anu, nyah.. maaf.. saya mau mengundurkan diri. Euu.. saya mau berhenti bekerja!!” gagap Marni sambil menundukan kepalanya seolah enggan menatapku.

“Lah kenapa? Kenapa kamu mesti dadakan gini?? Apa gaji yang saya berikan kurang..???” tanyaku.

“Euu... anu, nyah.. bbbukan.. bukan itu masalahnya.” masih tetap menunduk.

“Terus..??” tanyaku memaksa.

“Sssaya semalam saya menerima telpon dari kampung, suami saya telah kembali ke sana. Ternyata selama ini ia tidak meninggalkan saya, ia menjadi TKI gelap ke negeri seberang. Ia tidak bisa memberikan kabar pada kami selama di sana, dan sekarang suami saya telah pulang. Jadi saya putuskan akan kembali pulang ke kampung.” ungkap Marni yang mulai berani memandangku.

“Oh gitu.. apa kamu tidak perlu memikirkannya lagi? Kamu sudah bulat untuk pulang kampung?” tanyaku.

“Tidak perlu, nyah, alangkah baiknya saya kembali dan berkumpul bersama keluarga di sana..!!” jawab Marni.

“Ya sudah kalau kamu memang tidak bisa bekerja lagi di sini, saya tidak bisa menahanmu. Kapan kamu akan pulang??” tanyaku lagi.

“Mungkin siang ini, nyah..!!” jawab Marni.

“Oke. Aku akan persiapkan upah kamu untuk bulan ini. Ooohh iya, Mar.. keliatannya kamu sekarang sedikit gemuk yah??” aku memicingkan mata melihat perubahan tubuh Marni terutama pada perutnya.

“Iya nyah, mungkin selama berada di sini kebutuhan nutrisi saya tercukupi, jadi saya sedikit gemuk.” dengan rona wajah memerah menahan malu.

“Hihi.. mungkin, Mar, aku takutnya kamu hamil.. kayak aku..” aku sedikit memelankan suara.

“Apa nyah?” tanya Marni kurang jelas mendengar ucapanku, tapi terlihat senyum tipis pada bibirnya.

“Gak jadi, Mar.” aku membelokan obrolan.

“Yasudah.. kalau gitu, Marni mau beres-beres pakaian dulu, nyah.” pamit Marni meninggalkanku.



* * *



Beberapa jam kemudian, aku duduk di sofa ruang tamu sambil menunggu kabar berita dari seseorang.

“Nyah, Marni pamit dulu.” Marni sudah berdiri di hadapanku sambil membawa travel bag, lalu ia duduk bersimpuh di hadapanku.

“Makasih untuk semuanya, nyah, selama ini nyonya telah banyak membantu Marni. Kalau tidak ada nyonya, mungkin saya entah suudah jadi apa, dan Marni mau minta maaf jika selama ini Marni sering melakukan kesalahan dan menyusahkan Nyonya.” Marni bersujud di hadapanku.

“Sudah, Mar, gak usah kamu segitunya, saya malah yang seharusnya berterima kasih karena kamu telah mau bekerja dengan baik selama ini. Ini upahmu untuk bulan ini, Mar, kamu gunakan baik-baik dan salam untuk suami beserta keluargamu.” ujarku sambil memberikan amplop.

“Makasih, nyah.” jawab Marni sabil mencium tanganku.

Tiba-tiba…

“Mih… eh mbak Marni mau kemana, kok keliatan mau pergi?” tiba-tiba Disti datang.

“Euu anu mbak Disti… saya berhenti bekerja dan mau pamit pulang kampung.” jawab Marni sambil mencium tangan Disti. Disti hanya bisa bengong tak bisa berkata apa-apa.

Marni pun pergi meninggalkan rumah.

“Dis.. suami kamu mana..?” tanyaku sedikit ketus

“Ada mih di kamar, lagi siap-siap..!!” jawab Disti sambil duduk.

“Ya sudah.. Mamih juga mau siap-siap dulu.” tanpa menoleh pada putriku, aku kembali menuju ruang kerja suamiku.




***



Pov Marni

Aku berdiri di pinggir jalan untuk menunggu Taksi.

“Halo mas… Semua telah berjalan sesuai dengan rencana, dan semua telah masuk dalam rencana kita.”

“….”

“Oh iyah, Marni barusan sudah bicara dengan Juwita soal pengunduran diri Marni.”

“….”

“Iya.. Marni juga sudah kangen, pengen dikekepin terus sama mas, terlalu lama kita berpisah. Selama ini Marni telah bersabar agar kita bisa hidup bersama. Marni udah bosen musti sembunyi-sembunyi terus di belakang Juwita!!”

“….”

“Hihi gakpapa, demi kebahagiaan mas, Marni akan lakuin apapun meski harus menunggu hingga bertahun-tahun. Marni ingin mas bahagia!! Dan Marni percaya kalau mas adalah lelaki yang akan mendampingi Marni seumur hidup.”

“….”


“Mas.. euuu.. Marni mau ngasih kabar sesuatu. Yang jadi alasan Marni berhenti kerja adalah…”

“….”

“Marni sudah nggak datang bulan, mas. Marni mengandung anak mas dan sudah hamil 2 bulan. Marni gak mau Juwita mencium kehamilan Marni.” dengan nada bahagia.

“….”

“Yah .. Marni juga ingin membesarkan anak ini bersama mas.”

“….”

“Iya, tuan… eh mas.. Marni lupa saking bahagiannya. Oke mas, aku tunggu sampai saat waktunya.”

“….”

Kliik.


Tak lama setelah aku mengakhiri percakapan…

“Taksi….!!!!” aku langsung menyetop taksi yang melintas.

“Pak, antar saya ke terminal.”
“Baik, bu!!” jawab supir taksi, lalu dia turun membantu menaikan koperku ke dalam bagasi.

Dalam perjalanan…

“Mas.. Aku tunggu kamu di rumah kita.” dengan mata terpejam.

Pov 3

Satu bulan sebelum pernikahan Disti dan Dika, ketika itu Disti dan Dika sedang sibuk mengurusi masalah perusahaan, begitu juga dengan Juwita yang dua tahun terakhir ini melibatkan diri di perusahaan Handoko.

Marni yang sedang membereskan piring-piring yang baru selesai ia cuci di dapur.

“Mar, nyonya mana kok belum pulang?” tiba-tiba Handoko muncul.

“Eh belum, Tuan..!!” jawab Marni yang mengetahui Handoko pulang.

“Disti dan Dika..??” lanjut Handoko.

“Sama, Tuan, mereka juga belum datang.” jawab Marni sambil melanjutkan pekerjaan.

“Kalau kita sedang berdua, kamu jangan panggil aku tuan..!! Mar, aku kangen..!!” tiba-tiba Handoko memeluk Pinggang Marni dari belakang sambil mencium lehernya.

“Tuaaaannnn… jaanggaaan.. nanti nyonya tahuuu.” ujar Marni mencoba menghentikan cumbuan Handoko, tapi Handoko terus mencumbunya tanpa henti.

“Mmaaarrr, aku kangen cium harum tubuh kamu.” sambil terus menciumi leher dan pundak Marni, tangannya mulai meremas payudara Marni.

“Ttuuaaannn, jjaaangan aaakhhhh..” Marni mendesah mendapat perlakuan Handoko sambil meronta melepaskan diri.

Handoko langsung membalikan tubuh Marni lalu melumat bibirnya dengan rakus, seperti bayi yang kelaparan. Tangannya terus meremasi payudaranya. Marni pun mulai terangsang, dan akhirnya hanya bisa pasrah menerima perlakuan Hondoko.

Handoko membuka celananya tanpa melepas ciuman pada bibir Marni, lalu ditunggingkannya tubuh Marni dan langsung memelorotkan celana dalam Marni.

Blessss…

Kontol Handoko memasuki liang vagina Marni, dan langsung mengenjot dengan perlahan.

“Akkhh.. akkkhhh.. massss!!” Marni pun mulai menikmati persetubuhannya.

Lalu tubuh Marni disandarkan ke tubuh Handoko tanpa melepas kontolnya, dan Handoko mulai menjilati dan menciumi cuping telinganya.

Dengan sedikit berbisik…

“Mmaaafkaan aku, Mar!!!” terus tak berhenti menggenjot pinggulnya.

Marni hanya memejamkan mata, tak sepatah kata pun terucap, selain menggigit bibir bawahnya untuk menahan desahan dari mulutnya. Tak terasa airmatanya mulai menetes dari sudut matanya.

Entah menikmati persetubuhan itu atau tidak, yang jelas Marni pasrah dan melayani apa yang Handoko lakukan padanya.

“Maaarrr, aakuuu keluaaarrr.. aaarrgghhhh!!” erang Handoko.

Crrooott crooott… croot. Lima kali tembakan sperma ia semburkan ke dalam vagina Marni, diiringi jeritan tertahan Marni, ternyata wanita itu pun mencapai puncak orgasmenya.

Handoko mendiamkan kontolnya dalam vagina Marni selama beberapa saat, sedangkan Marni menyandarkan kepalanya di atas meja dapur dengan posisi membungkuk.

Plloooppp..

Handoko pun mencabut kontolnya lalu memakai kembali celananya. Diliriknya pantat Marni dan terlihat sperma menetes dari lubang vaginanya.

Lalu… smooothh..

Handoko mencium kening Marni..

“Makasiihhh… Mar..!!”

Tiinnn… Tinn..

Mendengar klakson Mobil Juwita, Handoko pun langsung bergegas meninggalkan Marni menuju ruang kerjanya, dan Marni pun langsung merapikan pakaiannya tanpa sempat mencuci vaginanya terlebih dahulu.


*

*

*


1,5 bulan kemudian…


“Aku hamil..!!” gumam Marni sambil menatap kertas testpack yang bergaris dua menandakan dirinya tengah hamil. Seulas senyum terlihat dari wajahnya sambil mengusap perutnya.

Marni pun berbisik, "Semoga kamu jadi anak sholeh, nak..!!”








B e r s a m b u n g
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd