MULUSTRASI..
SUMIATI
SEBELUMNYA...
"
Kak, Putri pamit ke dalam dulu.."
Putri bangkit, mencoba membuang rasa malu nya..
Taap...
Sebuah tangan menangkap tangan
kanan Putri
Stevan menangkap pergelangan tangan Putri.. dan menarik menghadap padanya
"Putri.. aku juga merasa yang sama... "
"sejak lama..."
Putri memandang Stevan..
Stevan memandang Putri...
Melihat mata masing-masing. Mencoba menemukan kebenaran di dalam sana.
Setengah menit..
saling tatap..
saling lihat..
Stevan tersenyum kecil..
Putri menunduk dalam-dalam...
Perasaan nya berbunga-bunga.. nafasnya sesak, jantung berdegup kencang..
Sunyi...
sepi...
senyap..
Tapi dalam hati dua orang muda ini, sangat riuh, sangat hangat, sangat berdebar..
Akhirnya.....
sebuah kebenaran.....
sebuah kenyataan...
diketahui....
Sesosok tubuh yang melihat dari dalam rumah yang tertutup juga terhalang kaca dan gorden, bergerak memutar tubuh nya dan masuk ke dalam ruangan.
Sambil tersenyum lebar penuh arti..
~~~©©©~~~
Di sebuah pemukiman padat, sisi rel kereta di wilayah jurang mangu, bintaro.
Seorang pemuda berambut gondrong se-pundak, terlihat habis dari perjalanan jauh.
Membawa rangsel coklat lusuh, memakai kaos biru berkerah bermotif garis putih vertikal seluruh tubuh. Celana jeans biru lusuh. Memakai sepatu kets hitam murahan, dengan kaos kaki hitam.
Dia masuk ke sebuah warung makan kecil yang ada di tepi jalan sisi rel kereta itu.
"
Bu, makan ya bu..."
"Ya bang.. apa aja bang..?"
"Telur dadar, sayur, tempe oreg bu. Kasih kuah sedikit dan sambel ya bu.."
"
Ya, minum nya ?"
"Es teh manis aja bu."
Tak lama si pemuda sudah makan dengan lahap. Hanya dia seorang saat itu pelanggan yang makan di warung makan sederhana itu.
"
Bu.. mau tanya.."
Si pemuda membuka pembicaraan dengan si ibu penjaga warung.
Seorang wanita setengah baya berbadan kurus, tapi padat. Memiliki wajah khas pulau jawa. Kulit gelap tapi mulus. Dan masih menampakkan aura kecantikan. Rambut di gelung ke atas di jepit oleh jepit rambut. Tampak masih kecantikan masa mudanya.
"
Ya mas.. ada apa?"
"Ini daerah jurang mangu ya bu ?"
"
Iya bener... si mas ganteng mau kemana ??"
Kedip di ibu
"
Saya mau ke rumah temen bu, datang dari luar pulau. Saya dulu udah pernah kesini, 9 tahun lalu. Wah, sekarang saya sungguh bingung bu, banyak sekali berubah nya."
"Ya mas, semua disini cepet banget berubah nya.. temennya tinggal dimana ??"
"Jalan Haji Samin bu.. RT RW nya saya lupa. Dia ngontrak di kontrakan nya Haji Samsudin. Gitu aja sih dia bilang ke saya bu."
"
Oh.. ya ibu tau. Mas jalan aja terus, sekitar 300m belok kiri nyebrangin rel. Ntar ada jalan masuk dari situ gak jauh, tanya aja kontrakan nya H. Samsudin. Itu persis lokasi nya di sisi luar komplek bintaro.."
"
Oh.. ya bu.. jadi posisi nya deket kompleks?"
"
Iya memang pas disisi luar dari komplek elit itu. Tapi di tembok tinggi pemisah komplek sama kampung.."
"Makasih ya bu info nya"
"Temen nya nama nya siapa? udah lama berarti tinggal di sana ?
"
Namanya Wawan bu.. kenal si ibu?"
"Namanya kaya gak asing, tapi orang nya ibu lupa.. mungkin kalo lihat ibu bisa ingat."
"Temen dari jaman sekolah bu.. udah lama gak ketemu. Saya juga datang gak kasih tau dia. Mau kasih kejutan. Tapi saya tadi pangling ama perubahan disini. Jadi saya makan dulu sambil cari info deh.."
"Ooh gitu.. iya minggu lalu juga ada yang tanya ibu kontrakan kosong yang dekat ama komplek sana. Ibu bilang kontrakan H. Samsudin. Eh dia pergi kesana. Denger-denger dari anak ibu si Roy sih, dia jadi ngontrak disana. Tapi tadi malam dia pergi bawa semua barang-barang nya. Gak izin lagi. Sore nya sih ada orang di bunuh di rumah gede dalam komplek, itu yang pas di sebelah rumah kontrakan H. Samsudin yang di tempati orang asing itu. Dapur nya rumah kontrakan dempet ama tembok komplek yang dalam nya langsung ke teras belakang rumah besar tempat kejadian pembunuhan itu."
"
Mungkin kebetulan aja bu."
"Ya mungkin mas.."
"
Saya sudah ya bu.. saya mau jalan dulu."
"Eh kenapa buru-buru. Udah istirahat aja dulu disini. Memang gak capek yah? Kalo capek, ibu bisa kok temenin si mas buat ngendorin urat yang tegang.. hihihi.."
"Eh.. ibu baik banget. Saya jadi enggak enak.."
"Udah gak usah malu-malu. Disini mah udah biasa. Kalo mas mau, ayo ibu temenin.."
Si Ibu segera menggandeng tangan si pemuda gagah.
Si Pemuda seperti gugup, bingung.
"Eh.. mau kemana bu..?"
"Udah ikut aja.."
Si ibu segera menutup warung nya, etalase segera di turunkan. Dilanjut dengan menutup pintu.
Si ibu segera menggandeng tangan si pemuda. Bagian dalam warung ada pintu. Ternyata warung itu dempet dengan rumah utama.
Mereka masuk rumah. Rumah kecil. Dengan lebar tidak lebih dari 3m, dan panjang 5m.
Rumah itu terdiri dari ruang tamu kecil yang berisi 3 bangku plastik, langsung menyatu dengan meja makan dan dapur yang berisi rak piring murahan dan kompor gas dua tungku yang jelas kwalitas murah. Di ujung ada kamar mandi kecil. Di sisi dapur, ternyata ada tangga kayu sempit.
Si ibu mengajak sang pemuda naik ke lantai atas.
Di ruang atas terdiri dari dua kamar. Kamar depan dan belakang. Dipisah oleh sebuah lorong yang hanya cukup satu orang.
Kamar depan dan utama, terdiri satu tempat tidur ukuran dua orang dengan kasur spring bed murah.
Kamar itu mempunyai balkon di depan nya yang langsung mengarah ke arah rel kereta.
Jarak ujung atap kamar hanya 3m dari kereta api. Jadi kereta api sejajar tinggi dengan lantai dua rumah itu. Saat kereta lewat, dan pintu juga jendela kamar terbuka pasti akan terlihat dari dan ke kereta. Sangat jelas. Sungguh suasana khas pemukiman marginal sisi rel kereta api Jakarta.
Si ibu segera menutup pintu kamar, tapi belum menutup jendela. Pintu balkon dalam kondisi tertutup. Saat pintu tertutup, si ibu segera mengalungkan tangan ke leher di pemuda mendesak nya ke dinding dan mengecup penuh gairah bibir si pemuda.
Si pemuda gelagapan menghadapi serangan si ibu. Si ibu menarik wajahnya dan memandang si pemuda dengan tatapan sayu.
"
Ganteng.. ibu gak tahan. Kamu bener2 tipe aku. Malu-malu dan jarang omong. Ibu tau, kamu tipe yang sangat kuat di ranjang. Jadi aku gak tahan sayang.."
"
Jangan bu.. jangan.. aku belum pernah.."
"Apaan? kamu belum pernah..? ah masa ? heii.. jadi aku dapat perjaka ini ? Mass.. nama kamu siapa? aku Sumiati. Kamu siapa maaasss ??"
Ibu Sumi mengelayut manja di dada si pemuda
Sang pemuda nampak diam. Tapi terlihat ada keringat membasahi wajah dah baju nya..
Lalu si pemuda memberanikan bicara..
"Aku.. Satria.. bu..."
"Mas Satria.. aku mau mas.. ayoo.. Sumi akan kasih service plus plus istimewa ya mas.. ayoo.. jangan diam ajah... Sumi udah basaahhh... "
Ibu Sumi menarik tangan si pemuda dan menaruhnya di dada nya yang masih cukup kenyal. Kancing dress nya sudah terbuka tiga teratas entah kapan. Menampakkan gunungan dua payudara yang putih dan padat. Apalagi di tunjang dengan BH yang cukup ketat dan berbentuk setengah, sehingga makin mnunjukkan gumpalan dada itu seakan tambah besar.
Si Pemuda masih pasif dan diam. Nafas nya lambat laun makin memburu.
"
Ayo.. puasi Sumi.. ayoohhh... ooohh...."
Sumi menarik leher pemuda Satria dan melumat habis bibir nya. Sedang tangan nya memeluk leher belakang Satria. Tangan Sumi masuk
"Hooshh.. hosshh.. kamu hebat mas.. kamu bisa menahan nafsu kamu.. Sumi akan buktikan, kamu akan bertekuk lutut pada ku..."
Sejurus kemudian, Sumi mundur dan dengan cepat membuka dress nya. Lalu melepas kain panjang nya. Sumi saat ini hanya tinggal mengenakan BH dan celana dalam nya.
Sekilas tersenyum penuh gairah..
Lalu sedetik kemudian, tangan nya segera melingkar ke punggung nya dan dua buah gunung besar melompat lepas dari dalam BH itu.
Sedikit kendur dan menggantung, tapi ternyata lebih besar dari yang terlihat dari luar. Dua genggaman tangan untuk satu bongkahan nya. Putih, mulus, dan dihiasi puting mungil coklat seujung jari kelingking yang membulat. Kedua tangan Sumi segera meremas susu montok nya. Menarik puting nya dan mencoba memasukkan ke mulut nya sendiri.
Ia sangat memancing gairah. Memancing gairah pemuda yang bernama Satria.
Satria tampak melotot memandangi keindahan payudara segar Sumi. Wanita paruh baya yang membuka rumah makan sederhana, sekaligus sebagai tempat berkumpulnya para lelaki yang ingin sekedar makan, minum dan ada juga plus plus lainnya.
Sumi mendekati pemuda, menarik kepala si pemuda, dan menarik kepala nya ke arah dada nya yang segar itu.
"Ooohh.. sedooot.. hisaappp.. yang kerass.."
Pemuda itu mau tak mau menunduk, dan mengendusi dada montok Sumi. Mulai menciumi. Dan...
Tiba-tiba tanpa di duga..
Pemuda Satria menerkam dengan lahap puting payudara Sumi. Menyedot dengan rakus dan menggigit pelan sambil mempuntir-puntir puting itu diantara gigi, lidah dan bibir.
Bu Sumi melenguh.. menggeram keras..
Kepala terlepar kebelakang..
Tak disadari saat ini kedua nya telah telanjang bulat, bugil tanpa satu pun penghalang di tubuh ke dua nya.
Dengan tak sabar, pemuda berambut gondrong ini membopong tubuh perempuan setengah baya yang berusia sekitar dua kali umur nya, membawa ke kasur dan melemparkan dengan ganas.
Sumi masih membawa kain jarik nya ditangan.
Awww... iiihhh..
Sumi menjerit pelan tapi seyum cerah tetap terbersit di wajah nya. Kain nya di taruh di tempat tidur sebelah nya.
Satria yang melihat Sumi terlentang, segera memburu dan menindih tubuh wanita itu.
Kembali pergulatan panas terjadi.
Tanpa menunggu lama, tangan kanan Sumi segera menangkap batang nan keras..
"Eehh.. gede bangett... kontol nya mass.. keraass... kerass.. hangatt... ahh.. oohh.."
Sumi segera menuntun batang itu ke mulut lubang vagina nya, yang telah basah sejak tadi. Tanpa tedeng aling-aling langsung memasukkan ke lubang kenikmatannya.
"Oouughh.. tekaaaann Mass.. oooiihh.."
Satria menekan dengan mantap penis nya, dan dengan segera tertanam penuh di lubang intim Sumi..
"Penuuhh.. mentookkhh.. aakkhhh.. aahh.. ayooohh.. genjoot.. sa.. yaangg.."
Sumi sudah meracau sendiri karena kenikmatan yang amat sangat ia rasakan. Lupa sudah siapa dia dan siapa yang memasuki dirinya saat ini.
Satria langsung memompa penis nya keluar masuk lubang vagina Sumi.
Kedua nya saling memacu, saling mengejar kepuasan satu sama.lain.
Sumi meremas rambut gondrong Satria.
Dan sampai satu saat tanpa di sengaja.
Sesuatu tercabut dari kepala Satria..
"
Ehh.. apa ini.."
Ternyata
Pemuda ini...
Rambut palsu..
"
Eh.. kok.."
"Udah nanti gue jelasin.. udah diem dan nikmati.. gue tanggung nih.."
"Iiyyaa.. hooh.. teruss... yang keraass.."
"Hiihh... makan nih.. perek tua.. gatelan..
Gue bikin gak bisa bangun lo.. rasaiinn."
Plaakk..
Aahh...
Sebuah tamparan menghantam muka Sumi..
Sumi tercengang.
Kaget...
Tak menyangka, pemuda yang dikira hijau dan polos, berubah drastis saat rambut palsu nya di cabut.
"Memek lo masih legit.. perek.. tapi udah longgar. Pasti banyak kontol yang masuk sini yah. Gue akan buat lo gak akan lupa hal ini.."
"Ahh.. lepasin.. Kok gini.. ahhh... gak mau.. udahh..."
"Heh.. enak aja.. gak bisa.. lo dah tau gue.. gue gak kasih ampun lo.. rasain nih.. "
Plokk.. plokk.. plookk.. plokk.. plokk..
"Aaiihh... stoopp.. berhentii..."
Sumi antara kaget, takut tapi nikmat. Perasaan nya berkecamuk. Tapi rasa takut lebih mendominasi saat ini. Dia mulai berusaha memberontak mencoba melepaskan diri.
Tapi Satria tidak memberi ampun
"Diamm lo monyeett.."
Bukhh.. bukkhh...
Dua kali bogem mentah mendarat mulus di wajah Sumi. Seketika wajah nya robek dipelipis dan bibir. Dua gigi depan nya rontok.
Ampuunnn... ampunnn..
Tolong... tol..
Ekhh...
"Diamm.. teriak lo mati.."
Satria mencekik leher Sumi. Dan mendekatkan wajah nya ke wajah Sumi.
"
Elo ingat gue yah pereekk.. gue Satria Raja Putra. Gue tinggal di maruya, jakarta. Gue kesini mau nyelidikin kematian seseorang. Eh, elo malah bocorin penyamaran gue. Sekalian lo gue musnahin. Ngerti !!!"
"
Ingaatt.... gue ini orang kuat di belakang gue. Jangan coba lo macam-macam. Enggak akan menang dan selamat lo ama bapak gue. Dia pengusaha sukses. Orang terpandang. Lo ngomong keluar, mati lo.."
"
Ammpuunn... enggak... enggak.. enggak akan.."
"Eh.. ya.. tapi percuma lo juga enggak akan bisa ngomong... lo ratapin nasib lo. Bentar lagi lo akan pergi.. dari dunia ini..
Hahahaha..."
"
Jangan... jaaanggaaannn..."
Plookk... plokk.. plokkk.. plokkk..
Mereka tetap dalam kondisi tetap berpacu.
Tanpa disadari si pemuda, si Ibu yang sejak tadi sudah merasa terancam keselamatannya, menggapai sesuatu di kain itu. Ternyata sebuah hp. Dan tanpa menunda dia menekan sesuatu.
"
Amppuunn... aahh.. ampuunn.."
"Diaaamm.. anjiinngg..."
"Siapa sih kamu.. mau apa ama aku..."
"
Anjing.. gue kasih tau lagi yah.. gue Satria Raja Putra.. gue lagi nyari orang yang bunuh orang penting di deket sini. Gue masih sekolah tapi gue juga anak orang kaya yang gak boleh ada yang tau.. karena lo dah bongkar penyamaran gue, lo harus mati...."
"
Maaff.. saya gak tau... aoohh.. saya pasti diamm.. pasti.."
"
Yeeaahh... lo memang harus diam... selamanya..."
Plokk.. plokk.. plokk.. plokk.. plokk..
"
Ammpp..."
BERSAMBUNG ya suhu...
Mohon kritik dan saran nya suhu semua..