Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure Story 4 - NEXT GENERATION

Selamat sore untuk momod, submod, pertapa, pendekar, guru besar, maha besar, master, maha guru, senpai, tukang, holic, addict, dan para suhu semua.

Semoga para suhu sehat, sukses, bahagia selalu.

 
MULUSTRASI..

SUMIATI




SEBELUMNYA...


"Kak, Putri pamit ke dalam dulu.."

Putri bangkit, mencoba membuang rasa malu nya..

Taap...

Sebuah tangan menangkap tangan
kanan Putri

Stevan menangkap pergelangan tangan Putri.. dan menarik menghadap padanya

"Putri.. aku juga merasa yang sama... "

"sejak lama..."


Putri memandang Stevan..

Stevan memandang Putri...

Melihat mata masing-masing. Mencoba menemukan kebenaran di dalam sana.

Setengah menit..

saling tatap..

saling lihat..


Stevan tersenyum kecil..

Putri menunduk dalam-dalam...

Perasaan nya berbunga-bunga.. nafasnya sesak, jantung berdegup kencang..


Sunyi...


sepi...


senyap..


Tapi dalam hati dua orang muda ini, sangat riuh, sangat hangat, sangat berdebar..

Akhirnya.....

sebuah kebenaran.....

sebuah kenyataan...

diketahui....


Sesosok tubuh yang melihat dari dalam rumah yang tertutup juga terhalang kaca dan gorden, bergerak memutar tubuh nya dan masuk ke dalam ruangan.

Sambil tersenyum lebar penuh arti..


~~~©©©~~~

Di sebuah pemukiman padat, sisi rel kereta di wilayah jurang mangu, bintaro.

Seorang pemuda berambut gondrong se-pundak, terlihat habis dari perjalanan jauh.

Membawa rangsel coklat lusuh, memakai kaos biru berkerah bermotif garis putih vertikal seluruh tubuh. Celana jeans biru lusuh. Memakai sepatu kets hitam murahan, dengan kaos kaki hitam.

Dia masuk ke sebuah warung makan kecil yang ada di tepi jalan sisi rel kereta itu.

"Bu, makan ya bu..."

"Ya bang.. apa aja bang..?"

"Telur dadar, sayur, tempe oreg bu. Kasih kuah sedikit dan sambel ya bu.."


"Ya, minum nya ?"

"Es teh manis aja bu."


Tak lama si pemuda sudah makan dengan lahap. Hanya dia seorang saat itu pelanggan yang makan di warung makan sederhana itu.

"Bu.. mau tanya.."

Si pemuda membuka pembicaraan dengan si ibu penjaga warung.

Seorang wanita setengah baya berbadan kurus, tapi padat. Memiliki wajah khas pulau jawa. Kulit gelap tapi mulus. Dan masih menampakkan aura kecantikan. Rambut di gelung ke atas di jepit oleh jepit rambut. Tampak masih kecantikan masa mudanya.

"Ya mas.. ada apa?"

"Ini daerah jurang mangu ya bu ?"


"Iya bener... si mas ganteng mau kemana ??"

Kedip di ibu

"Saya mau ke rumah temen bu, datang dari luar pulau. Saya dulu udah pernah kesini, 9 tahun lalu. Wah, sekarang saya sungguh bingung bu, banyak sekali berubah nya."

"Ya mas, semua disini cepet banget berubah nya.. temennya tinggal dimana ??"

"Jalan Haji Samin bu.. RT RW nya saya lupa. Dia ngontrak di kontrakan nya Haji Samsudin. Gitu aja sih dia bilang ke saya bu."


"Oh.. ya ibu tau. Mas jalan aja terus, sekitar 300m belok kiri nyebrangin rel. Ntar ada jalan masuk dari situ gak jauh, tanya aja kontrakan nya H. Samsudin. Itu persis lokasi nya di sisi luar komplek bintaro.."

"Oh.. ya bu.. jadi posisi nya deket kompleks?"

"Iya memang pas disisi luar dari komplek elit itu. Tapi di tembok tinggi pemisah komplek sama kampung.."

"Makasih ya bu info nya"

"Temen nya nama nya siapa? udah lama berarti tinggal di sana ?


"Namanya Wawan bu.. kenal si ibu?"

"Namanya kaya gak asing, tapi orang nya ibu lupa.. mungkin kalo lihat ibu bisa ingat."

"Temen dari jaman sekolah bu.. udah lama gak ketemu. Saya juga datang gak kasih tau dia. Mau kasih kejutan. Tapi saya tadi pangling ama perubahan disini. Jadi saya makan dulu sambil cari info deh.."

"Ooh gitu.. iya minggu lalu juga ada yang tanya ibu kontrakan kosong yang dekat ama komplek sana. Ibu bilang kontrakan H. Samsudin. Eh dia pergi kesana. Denger-denger dari anak ibu si Roy sih, dia jadi ngontrak disana. Tapi tadi malam dia pergi bawa semua barang-barang nya. Gak izin lagi. Sore nya sih ada orang di bunuh di rumah gede dalam komplek, itu yang pas di sebelah rumah kontrakan H. Samsudin yang di tempati orang asing itu. Dapur nya rumah kontrakan dempet ama tembok komplek yang dalam nya langsung ke teras belakang rumah besar tempat kejadian pembunuhan itu."


"Mungkin kebetulan aja bu."

"Ya mungkin mas.."



"Saya sudah ya bu.. saya mau jalan dulu."

"Eh kenapa buru-buru. Udah istirahat aja dulu disini. Memang gak capek yah? Kalo capek, ibu bisa kok temenin si mas buat ngendorin urat yang tegang.. hihihi.."

"Eh.. ibu baik banget. Saya jadi enggak enak.."

"Udah gak usah malu-malu. Disini mah udah biasa. Kalo mas mau, ayo ibu temenin.."


Si Ibu segera menggandeng tangan si pemuda gagah.

Si Pemuda seperti gugup, bingung.

"Eh.. mau kemana bu..?"

"Udah ikut aja.."


Si ibu segera menutup warung nya, etalase segera di turunkan. Dilanjut dengan menutup pintu.

Si ibu segera menggandeng tangan si pemuda. Bagian dalam warung ada pintu. Ternyata warung itu dempet dengan rumah utama.

Mereka masuk rumah. Rumah kecil. Dengan lebar tidak lebih dari 3m, dan panjang 5m.

Rumah itu terdiri dari ruang tamu kecil yang berisi 3 bangku plastik, langsung menyatu dengan meja makan dan dapur yang berisi rak piring murahan dan kompor gas dua tungku yang jelas kwalitas murah. Di ujung ada kamar mandi kecil. Di sisi dapur, ternyata ada tangga kayu sempit.

Si ibu mengajak sang pemuda naik ke lantai atas.

Di ruang atas terdiri dari dua kamar. Kamar depan dan belakang. Dipisah oleh sebuah lorong yang hanya cukup satu orang.

Kamar depan dan utama, terdiri satu tempat tidur ukuran dua orang dengan kasur spring bed murah.

Kamar itu mempunyai balkon di depan nya yang langsung mengarah ke arah rel kereta.

Jarak ujung atap kamar hanya 3m dari kereta api. Jadi kereta api sejajar tinggi dengan lantai dua rumah itu. Saat kereta lewat, dan pintu juga jendela kamar terbuka pasti akan terlihat dari dan ke kereta. Sangat jelas. Sungguh suasana khas pemukiman marginal sisi rel kereta api Jakarta.

Si ibu segera menutup pintu kamar, tapi belum menutup jendela. Pintu balkon dalam kondisi tertutup. Saat pintu tertutup, si ibu segera mengalungkan tangan ke leher di pemuda mendesak nya ke dinding dan mengecup penuh gairah bibir si pemuda.

Si pemuda gelagapan menghadapi serangan si ibu. Si ibu menarik wajahnya dan memandang si pemuda dengan tatapan sayu.

"Ganteng.. ibu gak tahan. Kamu bener2 tipe aku. Malu-malu dan jarang omong. Ibu tau, kamu tipe yang sangat kuat di ranjang. Jadi aku gak tahan sayang.."

"Jangan bu.. jangan.. aku belum pernah.."

"Apaan? kamu belum pernah..? ah masa ? heii.. jadi aku dapat perjaka ini ? Mass.. nama kamu siapa? aku Sumiati. Kamu siapa maaasss ??"


Ibu Sumi mengelayut manja di dada si pemuda

Sang pemuda nampak diam. Tapi terlihat ada keringat membasahi wajah dah baju nya..

Lalu si pemuda memberanikan bicara..

"Aku.. Satria.. bu..."

"Mas Satria.. aku mau mas.. ayoo.. Sumi akan kasih service plus plus istimewa ya mas.. ayoo.. jangan diam ajah... Sumi udah basaahhh... "


Ibu Sumi menarik tangan si pemuda dan menaruhnya di dada nya yang masih cukup kenyal. Kancing dress nya sudah terbuka tiga teratas entah kapan. Menampakkan gunungan dua payudara yang putih dan padat. Apalagi di tunjang dengan BH yang cukup ketat dan berbentuk setengah, sehingga makin mnunjukkan gumpalan dada itu seakan tambah besar.

Si Pemuda masih pasif dan diam. Nafas nya lambat laun makin memburu.

"Ayo.. puasi Sumi.. ayoohhh... ooohh...."

Sumi menarik leher pemuda Satria dan melumat habis bibir nya. Sedang tangan nya memeluk leher belakang Satria. Tangan Sumi masuk

"Hooshh.. hosshh.. kamu hebat mas.. kamu bisa menahan nafsu kamu.. Sumi akan buktikan, kamu akan bertekuk lutut pada ku..."

Sejurus kemudian, Sumi mundur dan dengan cepat membuka dress nya. Lalu melepas kain panjang nya. Sumi saat ini hanya tinggal mengenakan BH dan celana dalam nya.

Sekilas tersenyum penuh gairah..

Lalu sedetik kemudian, tangan nya segera melingkar ke punggung nya dan dua buah gunung besar melompat lepas dari dalam BH itu.

Sedikit kendur dan menggantung, tapi ternyata lebih besar dari yang terlihat dari luar. Dua genggaman tangan untuk satu bongkahan nya. Putih, mulus, dan dihiasi puting mungil coklat seujung jari kelingking yang membulat. Kedua tangan Sumi segera meremas susu montok nya. Menarik puting nya dan mencoba memasukkan ke mulut nya sendiri.

Ia sangat memancing gairah. Memancing gairah pemuda yang bernama Satria.

Satria tampak melotot memandangi keindahan payudara segar Sumi. Wanita paruh baya yang membuka rumah makan sederhana, sekaligus sebagai tempat berkumpulnya para lelaki yang ingin sekedar makan, minum dan ada juga plus plus lainnya.

Sumi mendekati pemuda, menarik kepala si pemuda, dan menarik kepala nya ke arah dada nya yang segar itu.

"Ooohh.. sedooot.. hisaappp.. yang kerass.."

Pemuda itu mau tak mau menunduk, dan mengendusi dada montok Sumi. Mulai menciumi. Dan...

Tiba-tiba tanpa di duga..

Pemuda Satria menerkam dengan lahap puting payudara Sumi. Menyedot dengan rakus dan menggigit pelan sambil mempuntir-puntir puting itu diantara gigi, lidah dan bibir.

Bu Sumi melenguh.. menggeram keras..

Kepala terlepar kebelakang..

Tak disadari saat ini kedua nya telah telanjang bulat, bugil tanpa satu pun penghalang di tubuh ke dua nya.

Dengan tak sabar, pemuda berambut gondrong ini membopong tubuh perempuan setengah baya yang berusia sekitar dua kali umur nya, membawa ke kasur dan melemparkan dengan ganas.
Sumi masih membawa kain jarik nya ditangan.

Awww... iiihhh..

Sumi menjerit pelan tapi seyum cerah tetap terbersit di wajah nya. Kain nya di taruh di tempat tidur sebelah nya.

Satria yang melihat Sumi terlentang, segera memburu dan menindih tubuh wanita itu.

Kembali pergulatan panas terjadi.

Tanpa menunggu lama, tangan kanan Sumi segera menangkap batang nan keras..

"Eehh.. gede bangett... kontol nya mass.. keraass... kerass.. hangatt... ahh.. oohh.."

Sumi segera menuntun batang itu ke mulut lubang vagina nya, yang telah basah sejak tadi. Tanpa tedeng aling-aling langsung memasukkan ke lubang kenikmatannya.

"Oouughh.. tekaaaann Mass.. oooiihh.."

Satria menekan dengan mantap penis nya, dan dengan segera tertanam penuh di lubang intim Sumi..

"Penuuhh.. mentookkhh.. aakkhhh.. aahh.. ayooohh.. genjoot.. sa.. yaangg.."

Sumi sudah meracau sendiri karena kenikmatan yang amat sangat ia rasakan. Lupa sudah siapa dia dan siapa yang memasuki dirinya saat ini.

Satria langsung memompa penis nya keluar masuk lubang vagina Sumi.

Kedua nya saling memacu, saling mengejar kepuasan satu sama.lain.

Sumi meremas rambut gondrong Satria.

Dan sampai satu saat tanpa di sengaja.

Sesuatu tercabut dari kepala Satria..

"Ehh.. apa ini.."

Ternyata

Pemuda ini...


Rambut palsu..

"Eh.. kok.."

"Udah nanti gue jelasin.. udah diem dan nikmati.. gue tanggung nih.."

"Iiyyaa.. hooh.. teruss... yang keraass.."

"Hiihh... makan nih.. perek tua.. gatelan..
Gue bikin gak bisa bangun lo.. rasaiinn."

Plaakk..

Aahh
...

Sebuah tamparan menghantam muka Sumi..

Sumi tercengang.


Kaget...


Tak menyangka, pemuda yang dikira hijau dan polos, berubah drastis saat rambut palsu nya di cabut.

"Memek lo masih legit.. perek.. tapi udah longgar. Pasti banyak kontol yang masuk sini yah. Gue akan buat lo gak akan lupa hal ini.."

"Ahh.. lepasin.. Kok gini.. ahhh... gak mau.. udahh..."

"Heh.. enak aja.. gak bisa.. lo dah tau gue.. gue gak kasih ampun lo.. rasain nih.. "

Plokk.. plokk.. plookk.. plokk.. plokk..

"Aaiihh... stoopp.. berhentii..."


Sumi antara kaget, takut tapi nikmat. Perasaan nya berkecamuk. Tapi rasa takut lebih mendominasi saat ini. Dia mulai berusaha memberontak mencoba melepaskan diri.

Tapi Satria tidak memberi ampun

"Diamm lo monyeett.."

Bukhh.. bukkhh...

Dua kali bogem mentah mendarat mulus di wajah Sumi. Seketika wajah nya robek dipelipis dan bibir. Dua gigi depan nya rontok.

Ampuunnn... ampunnn..

Tolong... tol..

Ekhh...

"Diamm.. teriak lo mati.."


Satria mencekik leher Sumi. Dan mendekatkan wajah nya ke wajah Sumi.

"Elo ingat gue yah pereekk.. gue Satria Raja Putra. Gue tinggal di maruya, jakarta. Gue kesini mau nyelidikin kematian seseorang. Eh, elo malah bocorin penyamaran gue. Sekalian lo gue musnahin. Ngerti !!!"

"Ingaatt.... gue ini orang kuat di belakang gue. Jangan coba lo macam-macam. Enggak akan menang dan selamat lo ama bapak gue. Dia pengusaha sukses. Orang terpandang. Lo ngomong keluar, mati lo.."

"Ammpuunn... enggak... enggak.. enggak akan.."

"Eh.. ya.. tapi percuma lo juga enggak akan bisa ngomong... lo ratapin nasib lo. Bentar lagi lo akan pergi.. dari dunia ini..
Hahahaha..."


"Jangan... jaaanggaaannn..."

Plookk... plokk.. plokkk.. plokkk..


Mereka tetap dalam kondisi tetap berpacu.

Tanpa disadari si pemuda, si Ibu yang sejak tadi sudah merasa terancam keselamatannya, menggapai sesuatu di kain itu. Ternyata sebuah hp. Dan tanpa menunda dia menekan sesuatu.

"Amppuunn... aahh.. ampuunn.."

"Diaaamm.. anjiinngg..."

"Siapa sih kamu.. mau apa ama aku..."


"Anjing.. gue kasih tau lagi yah.. gue Satria Raja Putra.. gue lagi nyari orang yang bunuh orang penting di deket sini. Gue masih sekolah tapi gue juga anak orang kaya yang gak boleh ada yang tau.. karena lo dah bongkar penyamaran gue, lo harus mati...."

"Maaff.. saya gak tau... aoohh.. saya pasti diamm.. pasti.."

"Yeeaahh... lo memang harus diam... selamanya..."

Plokk.. plokk.. plokk.. plokk.. plokk..


"Ammpp..."



BERSAMBUNG ya suhu...

Mohon kritik dan saran nya suhu semua..
 
Terakhir diubah:
ikutan nongkrong dimari om
 
MULUSTRASI...

AIKO HATORANGAN


DEANDRA HATORANGAN


NOVIA TAMARA


JESSICA MARULI


YETI HATORANGAN




LANJUTANNYA ya suhu...


Di sebuah kantor pemerintahan dikawasan Ridwan Rais, gambir..

Disebuah kantor di lantai 6.

"Siang bapak.. saya ada mau ketemu pak Hardi pak ? Direktur eksport pak?"

Sapa seorang anak muda berpakaian perlente. Memakai jas hitam lengkap celana panjang bahan hitam.

Pemuda berusia sekitar awal dua puluhan, wajah masih kelihatan sangat muda. Tapi mempunyai pembawaan yang sangat percaya diri dan terpelajar dengan baik.

Sesaat, sang security yang bertugas di depan lift lantai enam, yang tadinya duduk di bangku yang bermeja, bangkit berdiri dan menghampiri sipemuda.

"Siang pak.. bapak dari mana? Siapa ya pak, saya belum dapat jadwal tamu pak Direktur untuk hari ini. Beliau sedang keluar, ada rapat di DPR pak. Sudah janjian pak?"

"Saya Stevan pak.. saya sudah mengirim SMS ke pak Direktur, tapi belum di jawab. Saya dari PT. Garuda Nusantara Jaya pak. Ini kartu nama saya.."

Si Pemuda Stevan menyorongkan tangan kanan nya dan memberikan sepucuk kartu nama pada pak Satpam itu.

"Oh.. baik pak. Maaf saya baru ketemu langsung. Selama ini hanya dengar dari pak Arif, sekretaris pak Direktur. Jadi pak Stevan, ini pak Ditektur masih rapat di DPR yang saya tahu sesuai info yang masuk ke saya. Atau bapak mau ketemu dulu dengan mas Arif ?"

"Boleh.. boleh pak.. saya juga kenal kok dengan mas Arif. Mas Arif Hermawan ini yang dulu sekertaris direktur yang lama kan ya pak? pak Ahmad Alfarizzy?"

"Ya betul pak.. masih mas Arif juga jadi sekertaris nya direktur yang baru.."

"Oh, saya yang telp mas Arif ya pak. Sebentar..."

Stevan mengambil hape nya lalu menghubungi satu nomor.

Tak lama

"Hallo selamat siang.. ini mas Arif.. (jeda) hallo mas.. apa kabar (jeda).. ya... hahaha.. iya mas masih kenal saya.. (jeda).. baik mas.. iya.. saya mau ketemu pak Direktur (jeda).. iya dadakan memang cuma saya sudah sms beliau, hanya belum di jawab.. (jeda).. 0h iya.. pak Satpam.. eh.. siapa pak? Ya Joko disini bilang juga gitu.."

"Iya saya di lantai 6 di security mas.."

"Gak apa-apa saya ketemu mas Arif..?? (jeda) eh, kalau gitu mas coba bicara dengan pak Joko bisa? (jeda) oke saya loud speaker yah..."


"Hallo, pak Joko.. ini Arif. Pak Stevan tolong diizinkan masuk ya pak."

Terdengar suara Arif dari hape Stevan yang di loudspeaker.

"Baik pak.. siap.."

"Makasih ya pak, bertugas yang baik ya pak. Sesekali masuk pak periksa keadaan di dalam ya pak..


Tampak seringai kecil di wajah Stevan. Senyum yang lembut tapi sungguh misterius.

"Siap pak.. siap.."

Di dalam ruangan 4 x 4m, ruang an sekretaris Direktur. Bertemu dua orang lelaki.

"Siang mas... ketemu lagi kita nih. Apa kabar nih mas?"

"Alhamdulillah sehat dan baik mas.."

"Wah, sekarang balik jadi sekretaris pak Dir nih...?"

"Iya mas, saya di minta pegang sini lagi. Kemarin sempat pegang Hubungan Luar Negri div Bilateral. Habis gimana.. disini aja yah.. sekret yang lama terlibat tuh bareng Dir sebelumnya, main in izin eksport batubara. Makanya pada di mutasi.."

"Eh.. kasus yang mana? yang pak Dirjen itu? yang di tangkap KPK trus lari..?"

"Yoi.. harus di lariin dia kalo gak bisa nyanyi kemana-mana.."

"Waduh.. gitu yah.. pantas dia di bunuh. Buat tutup mulut kali.."

"Ah.. di bunuh.. tau dari mana mas? aku kok belum tau.. mas tau dari mana..?"


"Eee.. enggak.. enggak.. gak tau cuma kira-kira aja.."

Tampak Stevan gugup, dia kelepasan bicara..

Arif memandang ke Stevan, seakan menyelidik. Cukup lama. Membuat Stevan jadi sedikit salah tingkah..

"Ehh mas Arif.. saya kesini mau ketemu pak Dir. Tapi lagi di luar yah.."

"Iya mas.. ini juga udah jam bubar kantor kayanya udah gak balik lagi deh.. memang ada apa mas? biar saya sampaikan, kalau beliau bersedia di jadwalkan nanti saya hubungi mas Stevan.. yah.. mas gak boleh langsung harus melalui saya. Masa mas gak ngerti kan?"


Arif memandang ke Stevan dengan raut aneh. Antara bingung dan tampak kurang senang.

"Bukan gitu mas, ini mengenai suatu eee.. rahasia sebenar nya. Menyangkut pak Dir yang kemarin.. mengenai data eksport batubara tahun lalu..."

"Mas nya jadi pengen tau soal batu bara, mas nya kan biasa main alat komunikasi. Memang sekarang main juga??"

"Nggak mas.. saya mau bermitra dengan pengusaha batubara. Tahun lalu katanya ada pengusaha yang besar. Siapa tau mas nya bisa kenalin aku, atau tau harga jual nya mas. Kalo cocok dan jalan, mas nya pasti ada lah.. kita gak akan lupa.."

"Tapi tetap gak bisa langsung mas yang saya tau, harus melalui perantara. Nih, saya kasih lihat data nya.."


Arif membuka komputer yang ada di meja nya. Mengetik sesuatu, menunggu, dan tak lama keluar banyak lembar kerja berupa kolom-kolom.

Semua yang dilakukan Arif di perhatikan betul oleh Stevan.

"Ini rahasia ya mas tolong jangan bocor.. jadi ini data nya.."

"Mas Arif kan tau saya, saya juga gimana kan..?"

"Siap mas.. "


Stevan dan Arif kemudian larut dalam pembicaraan dengan suara pelan. Nyaris tak terdengar.

10 Menit kemudian..

"Wah.. rumit ternyata. Eh.. mas Arif aku bawa air mineral nih. Tadi beli dua aku baru minum satu. Minum dulu mas."


~~~•°•~~~

Pagi itu di suatu rumah mewah di kawasan Maruya.

"Selamat pagi pak.. "

"
Selamat pagi, silahkan masuk.."

Tampak dua orang polisi berpakaian preman mendatangi rumah besar itu. Rumah itu adalah rumah dari Julian Raja Hatorangan.

Dimana sang tuan rumah sedang bersiap untuk berangkat ke kantor bersama sang istri, Aiko Hatorangan. Mereka menunda keberangkatannya dan mengajak masuk para polisi itu.

"Silahkan duduk pak.."

"Makasih pak, langsung saja saya IPTU Hasan Sujono bersama rekan saya Briptu Hendriansyah, membawa surat tugas untuk menangkap Saudara Satria Raja Putra dan saudara Stevan Hitoshi Hatorangan untuk kami periksa di kantor atas tuduhan pemerkosaan, pencurian dan pembunuhan berencana. Ini surat tugas nya.."

"Hah.. apaaa?? jangan sembarangan menunduh pak.. anak saya gak mungkin melakukan itu.."


Sang Istri bangkit berdiri dan dengan wajah kelam mengeras

"Sabar mah, biar kita dengar dulu.."

Sang suami menenangkan istri nya.

"Tolong bapak, ibu kerjasama nya. Jangan menghalangi kerja petugas, atau bapak dan ibu kan tau akibat nya. Kami tidak pandang bulu dan pantang di suap. Ini kejahatan luar biasa. Kami ada saksi dan bukti.. silahkan panggil keluar anak ibu. Atau kami akan masuk dengan paksa.."

"Jangan coba-coba.. aku tidak akan tinggal diam.. kamu tidak tau siapa kami?? tidak tahu yah siapa suami saya?"

"Mah.. sudah.. cukup.."

"Hmmmh... jangan mentang-mentang anda punya banyak uang, pengusaha kaya bisa seenak nya mengatur aparat yah. Saya tak bisa di gertak. Siapapun harus tunduk sama hukum.. Brigadir.."

"Sabar.. sebentar. Saya setuju dengan statement anda. Memang aparat pantang menerima suap, apalagi kalau dia ada di hadapan saya. Saya sendiri yang akan habisi dia. Kamu tidak perlu main serobot, saya tau kewajiban saya. Karena saya juga warga negara yang sama setara di depan hukum."

"Saya pegang omongan kamu kalau kamu tidak bisa di sogok. Pertahankan itu, kalau kepentok ama saya pasti kamu menyesal."

Jelas sang suami lagi

"Siapa anda sebenarnya.. kok sepertinya sok kuasa amat.. kalau saya mau terima sogok dan suap kamu bisa apa??"

"Saya habisi kamu sekarang juga.."

Tegas tanpa basa-basi, wajah mengeras dan tanpa senyum sedikitpun. Tanda keseriusan yang teramat sangat.

Mata sang suami menatap tajam ke dua polisi ini. Mau tak mau ada rasa gentar merasuki pikiran para polisi ini.

Senyap beberapa detik tanpa ada yang bersuara

"Hmmh.. hebat betul.. kamu mau pakai kekuasaan uang mu yah.. heh.. jangan mengancam petugas, kamu juga bisa saya tahan. Teman saya masih ada di mobil kalau di perlukan mereka akan datang."

"Tunggu, saya bilang sabar. Surat tugas juga belum saya baca. Kamu jangan main masuk rumah orang dan tanpa izin. Saya janji, begitu kamu tetap memaksa, maaf, saya pasti berlaku kasar pada anda. Jangan paksa saya.."

Si polisi mengangkat sebelah tangan nya, tanda dia mempersilahkan si suami.

Sang suami meneliti surat tugas itu sejenak dan mempelajari nya.

"Oke, surat tugas ini asli. Tuduhan nya juga jelas. Tapi.. anda tau siapa yang akan anda tangkap...? bagaimana status nya?"

"Apa maksud anda? mau main beking..?"

"Yang akan anda tangkap itu, masih dibawah umur. Masih 16 tahun. Masih sekolah. Anda tahu hal itu tidak..?"

"Eh.. yang benar..? tapi saksi mengatakan bukan anak-anak remaja. "

"Hmmm.. oke saya mau memberikan anak saya asal di dampingi dari KPAI.."

"Jangan menunda tugas saya pak. Nanti di jelaskan semua di kantor. Tolong panggil orang nya kesini.."

"Oke.. tunggu.."

"Ada apa pah..? Kenapa dengan pak polisi ini?"

Muncul seorang wanita paruh baya lainnya.

"Mereka mau menahan Stevan dan Putra. Dengan tuduhan pemerkosaan, pencurian dan pembunuhan. Ini surat tugas nya.."

Sang Suami memberikan surat tugas itu pada wanita satunya.

"Ibu siapa..?"

"Saya juga ibu anak ini.. apa ini..? pah.. ini gimana? kok diam aja di giniin..?"

"Sabar mah. Baik nya panggil ke dua anak kita kesini biar semua jelas.."

Sang Wanita yang baru bergabung lalu jalan lagi..

"Pah, itu Dea juga gak percaya pah. Gak mungkin Stevan dan Putra begitu.."

"Ssstt.. udah tenang. Papa juga liat ada yang gak beres. Tapi apa, papa belum tau. Nanti kita dengar langsung aja.."

Tak lama, keluar wanita tadi yang ternyata juga istri ke dua dari Anto, Deandra. Di belakang nya mengikuti dua orang anak lelaki tanggung. Dan di baris ke tiga ikut dua wanita muda, seorang lelaki lebih muda dari dua pertama dan seorang wanita paruh baya lainnya dengan menggendong seorang bayi perempuan berusia sekitar satu tahun.

"Ini anak saya. Stevan dan Putra.."

Anto menjelaskan tentang dua anak lelaki muda yang datang di belakang istrinya Dea.

Sang Polisi segera berdiri hendak menangkap Stevan dan Putra. Tapi..

Tapp...

Sebuah tangan tanpa terlihat menangkap pergelangan tangan sang Bripda.

Kejut bukan kepalang sang IPTU dan Bripda.

"Saya bilang sabar.. sabaaar ya pak polisi yang terhormat.."

Dengan tenang Anto memberitahu si polisi. Ada senyum tipis.

Ternyata yang menangkap adalah Anto, suami sekaligus ayah ke dua anak remaja itu.


BERSAMBUNG ya suhu..

Mohon kritik dan saran di lemparkan ke nubie..
Selamat malam
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd