Balik lagi setelah sekian lama, part ini Kisah Nyata sesuai cerita wife ane:
POV: Mita
Sudah semingguan sejak kejadian di Anyer, aku berusaha menghindar dari Om Sadewo maupun Tommy dan Winda, namun agak sulit karena biar bagaimanapun kami masih satu kos. Tommy memang tidak berani menyentuhku tanpa persetujuan Om Sadewo, entah perjanjian apa yang mereka buat, apalagi aku juga tidak enak dengan Winda, awalnya dia sempat menghindariku juga, tapi lambat laun dia paham situasinya, kami merasa senasib, merasa terjebak oleh nafsu dua laki-laki.
Minggu depan sepengetahuanku Om Sadewo akan berakhir proyeknya, dia akan meninggalkan kos dan kembali ke keluarganya, cukup aneh memang, selama semingguan ini dia tidak menyentuhku juga, biasanya menjelang tengah malam dia datang ke kamar untuk menyetubuhiku dan numpang tidur telanjang berdua hingga subuh, ada perasaan lega, namun anehnya ada perasaan rindu juga…rindu untuk disetubuhi dan diberikan kenikmatan, apalagi Darren mulai jarang lagi menghubungiku dan isunya dia ada main sama seorang wanita disana.
POV: Om Sadewo
Akhirnya bakal berakhir juga proyek ini, sibuk sekali semingguan ini, kangen juga ngentot sama Mita, tapi mau gimana lagi, proyek lagi tahap finishing dan si bos ngomel-ngomel terus karena ada beberapa perbaikan yang harus dikejar. Sebelum keluar dari kos, pengen banget bisa ngentotin Mita sepuasnya, mudah-mudahan kamis atau jumat sudah selesai, tinggal bilang ke Lina bahwa serah terima proyek akan dilakukan di hari minggu dan yakinin si bos kalo proyek sudah bisa beres hari jumat.
“Monday you can hold your head
Tuesday, Wednesday, stay in bed
Or Thursday watch the walls instead
It's Friday, I'm in love…”
Mita berjalan menyusuri gang untuk kembali ke kos, seperti kebanyakan pra pekerja lainnya, hari jumat sore adalah waktu yang ditunggu-tunggu untuk sekedar break sesaat dari kesibukkan kerja. Dengan rok selutut, seragam kemeja kantor berbahan halus dan cardigan coklat mudanya, Mita berjalan santai dan sempat berhenti sebentar memakan siomay langganan di dekat kos, dia malas untuk keluar lagi nanti malam.
Mita tampak lega ketika kakinya menginjak tempat kos, area bawah tampak kosong dari motor dan mobil, sepertinya anak-anak kos sudah kembali ke rumah masing-masing atau sekedar refreshing keluar kota. Dengan santai dia menyusuri tangga ke lantai dua, dan langkahnya terhenti melihat Om Sadewo yang tampak gelisah di depan kamar.
POV: Om Sadewo
Akhirnya muncul juga kesayanganku ini, duh manis banget Mita.
“Hi Om, kok di depan kamar aja? Mita naik dulu ke atas ya mau rebahan”, kata Mita agak canggung sambil pamit menuju kamarnya di lantai tiga.
Aku tak menjawab, hanya tersenyum, terpana oleh manisnya Mita dengan seragam kantornya. Secara reflek aku menggandeng tangannya saat dia ingin naik ke lantai tiga, kubuka pintu kamarku, kutarik Mita masuk, kudorong tubuhnya sambil menutup pintu. Bibirnya begitu manis, dia agak berontak karena agak kaget, kupeluk erat-erat pinggang rampingnya sambil mengulum bibirnya.
“Omm…jangan tiba-tiba gitu, nanti ada yang liat”, kata Mita saat ciuman bibirku berhenti sebentar.
“Cuma kita aja yg ada di kos, Tommy nginep di tempat Winda…Om kangen banget sama kamu Mita…”, kataku sambil menyosor bibirnya lagi untuk menjilati dan mengulum lidahnya.
Aku sudah menyiapkan rencana untuk jumat ini hingga minggu, takkan kubiarkan Mita keluar kamarku, aku akan menyetubuhinya sepuas-puasnya.
“Mita perlu mandi, kotor dari kantor…Mita ke kamar dulu…”, kata Mita mencoba melepaskan diri dari dekapanku, posisi Mita terpojok di pintu kamarku, dia berusaha meraih gagang pintu membukanya.
“Ga usah ke kamar, Om sudah siapkan peralatan mandi kamu dan tadi Om belikan parfum juga…”, kataku sambil tersenyum dan membelai wajah Mita.
“…Hmmm tapi kan perlu ambil baju…”, lanjut Mita lagi mencari alasan untuk keluar kamar dan sedikit berontak.
“Kamu ga perlu baju di kamar Om, yukk Om temani kamu mandi, di lantai dua aja, bersih kok kamar mandinya…”, timpalku sambil menahan Mita yang berusaha membuka pintu. Mengingat tubuhnya yang mungil dibandingkanku, tampaknya dia takmau berontak lagi, Mita sepertinya sudah pasrah.
Kuambil peralatan mandi yang sudah kusiapkan dan juga handuk, kugandeng Mita menuju kamar mandi yang berada tak jauh dari kamarku dan terletak di pojok lantai dua. Mita tampak takut-takut, aku sadar dia juga takmau keliatan punya hubungan dengan Om-Om sepertiku, namun akhirnya kami berdua sudah berada di dalam kamar mandi.
Kulucuti pakaian Mita hingga telanjang bulat, sambil kulucuti, tanganku menggerayangi tubuh gadis 22 tahun itu yang terpaut 18 tahun dengan umurku. Rambut kemaluannya tampak belum dicukur, untungnya aku sudah siapkan alat cukur untuk membersihkan rambut kemaluannya. Mita mulai menyalakan shower dan menyiram tubuhnya, kulucuti juga pakaianku untuk mandi bersamanya, penisku tak tahan melihat mulusnya tubuh telanjang Mita, sudah tegak berdiri, apalagi tadi sore aku baru saja menelan pil obat kuat demi masa-masa terakhirku bersama Mita.
Kuhampiri Mita dan mengusap punggungnya yang sedang disabuni, kususuri punggung telanjangnya dan berakhir dengan remasan di pantatnya yang bulat menggoda. Kudekap tubuh telanjangnya yang basah sambil membilas sisa-sisa sabun dari tubuhnya, penisku berada di belahan pantatnya, sementara tanganku merengkuh dua bongkahan empuk payudara mungilnya.
“Gantian sabunin Om ya sayang….”, ujarku pelan dekat cuping telinganya, dia tampak masih menikmati remasan lembut di payudaranya, namun tak seberapa lama dia membalikkan badannya, mengambil sabun cair secukupnya dan mengusap tubuhku, mulai dari dada bidangku, perut dan turun menyabuni penisku yang tegak berdiri.
Mita tampak menunduk melihat penis besarku, mungkin pacarnya sekarang atau mantannya tidak memiliki penis sebesarku, atau dia menunduk karena malu. Kuminta dia berlutut menyabuni paha dan kakiku, kutampar-tampar wajah manisnya dengan penisku, awalnya aku ingin dia mengulum penisku, namun bagian belakang tubuhku belum disabunin. Dia beranjak berdiri dan berada di belakangku, usapan lembut tangannya menyabuni pundak, punggung dan pantatku, dia memelukku dari belakang sambil membilas penisku bersih dari sabun sambil mengocokinya perlahan.
“Sssstt nanti dulu, sini Om cukur jembutnya..Mita kesini ke depan Om, kakinya satu naikin dikit kesini…”, kataku meminta Mita menghentikan kocokan pada penisku, dia kemudian berdiri di hadapanku, menaikkan satu kakinya bersandar ke tembok kamar mandi, kemaluannya terbuka lebar, klitoris dan bibir vagina kesukaanku tampak terpampang jelas. Kuambil alat cukur dan sedikit foam, kucukur bulu kemaluannya perlahan sambil sesekali membelai kemaluannya, Mita menahan desahan sambil mengatup bibirnya.
“Hmmm udah bersih memeknya, mulus…”, aku selalu terpana dengan belahan kemaluan Mita yang tanpa bulu, tak dapat menahan diri untuk mencicipinya, aku jongkok dan menjilati tonjolan klitorisnya dan menyapu belahan kemaluannya dengan lidahku, kemaluannya terasa gurih dan mulai dibanjiri cairan dari dalam lubang vaginanya.
Mulustrasinya begini kurang lebih posisinya dari cerita Mita sendiri:
“Sshhh ahhhh Omm, udah, di kamar aja…nanti ada orang…”, desah Mita sambil memintaku berhenti.
Mulustrasi, jembutnya habis dicukur, mau keluar kamar mandi malah minta ngentot si Om katanya:
“Kan Om udah bilang gak ada orang, ayo nungging!”, perintahku sambil berdiri dan membalikkan tubuh Mita.
Walau tampak enggan, Mita takut juga jika tidak menurutiku, dia membalikkan tubuhnya bersandar ke tembok, kulesakkan penisku pelan-pelan sambil mendengar rintihan Mita yang tambah membuatku terangsang, “Duhhh sempittt banget memek kamu…tahan ya sayang”, kataku sambil melesakkan lebih dalam dan terbenam sepenuhnya. Dalam lubang vagina Mita, penisku terasa dipijat, beberapa saat kudiamkan sambil memastikan Mita sudah bisa menikmatinya, pelan-pelan kutarik dan masukin dengan ritme teratur, setiap gesekan penisku di lubang vaginanya membuat Mita merintih dan mendesah kenikmatan.
“Enak sayang?”, tanyaku sambil meremas payudaranya.
“Ufhmmm penuh Om…ssshg ahhh”, jawab Mita sambil mendesah menikmati persetubuhan kita.
Beberapa saat kutarik masuk penisku dengan ritme pelan dan semakin cepat, aku tahu Mita akan mencapai orgasme pertamanya, kurengkuh kedua payudaranya dan kupegang erat-erat, dia merintih dan mendesah tak karuan, kusodok kuat-kuat penisku hingga amblas sepenuhnya sambil sesekali kudorong juga hingga pantat Mita tampak kemerahan.
“Ommm…Mita sampeeee…arrgggh, Om…”, tubuhnya menggelinjang, wajahnya mendongak sambil menikmati orgasme pertamanya.
Mulustrasi dari cerita Mita langsung:
Kucabut penisku pelan-pelan, Mita tampak lemas, cairan kenikmatan dari lubang vagina Mita membasahi batang penisku. Sengaja kutahan ejakulasiku, walau tadi hampir saja keluar, aku ingin menumpahkan penisku sebanyak-banyaknya ke gadis yang lebih pantas jadi keponakan ini.
Selesai membersihkan diri masing-masing, kuminta Mita mengenakan rok dan seragam kerjanya tanpa daleman apapun, aku sendiri memakan kaos singlet dan celana pendek biasa. Kuintip keluar memastikan tidak ada orang, dan kugandeng Mita masuk ke dalam kamar.
POV: Mita
Aku tak tahan menahan orgasmeku, penis besar Om Sadewo benar-benar membuatku sulit menahan lebih lama lagi. Sejujurnya aku khawatir dengan apa yang akan Om Sadewo lakukan berikutnya di dalam kamarnya, setelah mencukur bulu kemaluanku, menjilati kemaluanku dan baru saja menyetubuhiku dengan penis besarnya, aku dipaksa memakai baju seragam dan rok tanpa daleman apapun keluar dari kamar mandi.
Kamar Om Sadewo begitu rapih dan lebih besar dari kamarku, ada tv dan meja persegi kecil untuk makan atau bekerja. Saat hendak menyalakan tv, Om Sadewo memelukku dari belakang sambil mengusap perutku, seragam kerjaku yang berbahan halus memang menjadi salah satu kesukaannya, beberapa kali dia mrmang memintaku mengenakannya saat bercinta.
Tak hanya Om Sadewo, Darren kekasihku juga menyukai hal yang sama, pernah aku diminta datang ke hotel dimana dia transit sebentar sebelum bertolak tugas keluar negeri, dia memintaku memakai seragam dan rok tanpa daleman, risih rasanya dan merasa seperti wanita panggilan. Sehabis membukakan pintu kamar, Darren langsung menarikku masuk, mencumbuku dan menggandeng tanganku ke kamar mandi dengan kaca besar dan wastafel, dengan nafsu dia meraba tubuhku dari belakang sambil memandang wajahku yang menghadap cermin. Kancing kemeja seragamku dibuka satu persatu, dan disibakkan begitu saja tanpa dibuka untuk sekedar melihat payudara mungilku. Dia begitu menggebu-gebu menciumi leher sambil meremas-remas payudaraku, beberapa saat kemudian kurasakan penisnya telah diloloskan dari dalam celananya dan menyentuh pantatku yang masih mengenakan rok. Tak berapa lama, dia mendorong punggungku hingga tanganku bertumpu pada wastafel, sambil melihat apa yang dilakukannya dari pantulan kaca, Darren menyibak rokku hingga sepinggang dan mendorong penisnya dalam-dalam tanpa persiapan, perih awalnya karena belum sepenuhnya basah, namun lambat laun rasa perih itu berubah menjadi kenikmatan, dia menyetubuhiku cukup kasar sambil meracau, “Ini kesukaan mantanmu yaa, bahagia banget mantanmu bisa ngentot kamu tiap saat di kos dulu….sshhh ahhh Mita sayang…enakk bangettt”.
Aku membiarkan Darren meracau tak jelas sambil menyodoki kemaluanku dengan penisnya yang panjang, namun diameternya tidak sebesar Om Sadewo. Dia tak tahu bahwa malam sebelumnya kemaluanku habis dinikmati Om Sadewo, saat awal-awal suka datang ke kamar kosku dan pergi sebelum subuh, meninggalkan ceceran sperma di perut dan payudaraku. Dengan ritme yang semakin cepat dan remasan-remasan kasar pada payudaraku, aku tak tahan menahan orgasmeku, tubuhku bergetar hebat dan Darren tampak tersenyum puas menatap wajah sayuku dari pantulan cermin yang sedang menikmati puncak kenikmatan persetubuhan itu. Puas merasakan kedutan dalam liang vaginaku yang katanya membuat penisnya seperti dipijat, dia kembali menyodok-nyodok penisnya dengan cepat hingga kurasakan cairan hangat kental membasahi pantatku.
“Hmmm mikirin apa sayang, kok tiba-tiba bengong?”, kata Om Sadewo mengagetkan lamunanku, lidahnya menjulur menjilati leherku yang membuat bulu halusku meremang.
“Eh enggak Om, ga mikirin apa-apa, Om besok minggu udah keluar kos ya?”, jawabku mengalihkan perhatian.
“Iyaa, Om bakal kangen kamu dan ini….”, jawabnya nakal sambil mengusap kemaluanku yang masih tertutupi rok.
“Kamu sedih ya ditinggal? Hmmm kamu nurut ya sama Om sampe minggu besok…”, lanjutnya lagi dan mengagetkanku, minggu? aku berarti akan berada dua malam dalam kamarnya.
POV: Om Sadewo
Gadis manis ini kayaknya lagi melamunkan pacarnya, tapi aku tak peduli, leher jenjangnya yang ditumbuhi bulu halus selalu menjadi bagian dari Mita yang kusukai, sudah kusiapkan beberapa hal untuk memenuhi hasratku menggumuli Mita hingga besok minggu.
Beberapa waktu lalu aku sempat mempelajari, bagaimana mengikat wanita di meja yang tak seberapa besar dengan tali yang sudah kusiapkan, aku tak sabar mengoyak-ngoyak kemaluannya dengan jari, penis maupun dildo yang sudah kusiapkan, dan tentunya supaya Mita tidak merasakan sakit, sudah kusiapkan juga gel pelicin untuk membuat kemaluannya tetap basah sepanjang malam atau hari.
Kudorong tubuh Mita perlahan mendekati tepian meja, kuraih kedua pergelangan tangannya yang terbilang mungil dibanding ukuran tanganku, kusatukan dibelakang tubuhnya seperti kriminal yang baru saja tertangkap, dengan cepat karena dia terus berontak, kulilitkan dengan tali yang sudah kusiapkan, agak sulit karena Mita terus berontak.
“Ommm mau ngapain, Mita gamau diiket-iket gini…lepasinnn Om”, katanya sambil mencoba melepaskan kedua tangannya yang kugenggam erat, namun tenaganya tentu kalah dariku dan posisinya agak sulit untuk melepaskan tangannya, aku memintanya untuk nurut saja, aku janji akan memberikan kepuasan yang tidak pernah dia dapatkan dari laki-laki manapun yang pernah menyetubuhinya.
Kubuatkan simpul yang sudah kupelajari sebelumnya, cukup rumit namun tidak membuat pergelangan tangan Mita sakit. Setelah benar-benar terikat, kubuka kancing kemejanya satu persatu dari belakang, sambil kuhusap payudara bulatnya yang mungil perlahan, kusibak seragam kemeja kerjanya tanpa berusaha membukanya, kurengkuh kedua payudara bulat mungilnya sambil kuremas pelan-pelan, begitu kencang khas gadis yang berusia 22 tahun yang sedang matang-matangnya. Mita menjerit pelan saat kupilin kedua puting susunya yang menggemaskan dengan jari telunjuk dan ibu jariku, agak kencang memang karena begitu menggemaskan.
Sempat aku bimbang, antara menyibak roknya atau membukanya saja, kulepaskan kedua tanganku dari kedua payudaranya, dan kuputuskan untuk membuka roknya. Kulepaskan kaitan kancingnya sebelum kubuka restleting roknya, walau agak tinggi ramping dengan payudara yang terbilang mungil, namun tak dipungkiri kedua bongkahan pantat Mita begitu bulat kencang montok menggoda, dia pernah cerita kekasihnya juga menyukai persetubuhan dari belakang karena bongkahan pantatnya. Setelah meloloskan roknya, kudorong Mita membungkuk menghadap meja dengan tangan terikat ke belakang dan seragam kerja yang tersibak karena seluruhnya kancingnya terbuka, payudaranya tampak terhimpit permukaan meja.
Mulustrasi versi cerita Mita:
Kata Mita ada posisi diginiin juga:
Pemandangan Mita dengan posisi itu menbuatku sangat terangsang namun aku tak ingin tergesa-gesa, kuusap belahan pantatnya hingga kemaluannya sambil bertanya, “Mita mau memeknya dimaenin pake jari, titit Om apa…hmmm apa surprise…”.
“Heh, maksudnya surprise apa Om? Masukin pake titit aja Om…”, tanya Mita yang tampak terkejut ada pilihan lain selain jari dan penisku.
Kuambil gel dan dildo yang sudah kusiapkan, Mita tak bisa melihatnya karena kuminta tetap dalam posisi terlungkup diatas meja. “Apa itu Om?”, kata Mita kaget saat dia merasakan belahan pantat dan kemaluannya terasa basah dan dingin.
“Om kasih gel biar memeknya ga lecet, nanti pacar kamu marah kalo lecet hehe…”, jawabku sambil terus mengoleskan gel ke belahan pantat dan kemaluannya sambil sesekali mencubiti bibir vaginanya.
Dengan sisa gel yang masih membasahi telapak tanganku, kuusap Dildo ukuran sedang sambil kugenggam. “Om apa itu???…jangannn Om..pleasee!!”, teriak Mita saat ujung Dildo berada tepat di mulut liang vaginanya.
“Kamu belum pernah coba? Ini lebih enak dari titit pacar dan mantanmu…”, jawabku sambil melesakkan pelan-pelan Dildo itu ke dalam liang vaginanya, Mita tampak mendesah terengah-engah, ukuran Dildo itu hampir sebesar diameter penisku, kukocokin perlahan-lahan sambil menampar-nampar pantat bulatnya yang montok.
Sambil tangan kananku memegang Dildo yang menancap dalam liang vagina Mita, kunyalakan mode getarnya dan tangan kiriku meraih wajahnya untuk mencium bibirnya. Tubuh Mita menggelinjang merasakan vibrasi dari Dildo, dia tampak terengah-engah sambil bibirnya kulumat habis, pyudara mungilnya menggantung indah serasa ingin kulumat juga, tapi aku masih ingin bermain dengan vaginanya, waktu masih panjang, sesuai rencanaku, aku akan mengurung Mita hingga hari Minggu.
“Ommm Mita..arggghhg sampeee”, katanya sambil mengerang saat bibirnya lepas dari lumatan bibirku, tubuhnya bergetar dan tampaknya cairan kenikmatan telah membasahi liang vaginanya.
“Duh liat nih, dildonya sampe penuh cairan memek kamu…”, godaku setelah mencabut mainan itu dan memperlihatkannya tepat di depan wajahnya. “Mita, Om boleh coba lubang yang ini?”, kataku sambil mengusap lubang analnya dengan jariku.
“Enggakk gamau, jangan, pake memek Mita sepuasnya aja tapi jangan itu Om, Mita gamau…”, reaksi Mita tampak ketakutan dan tak ingin lubang analnya dijadikan tempat pemuasku.
“Bener ya Om boleh maenin memek kamu sepuasnya? Ga boleh protes atau nolak!”, kataku sambil menegaskan perkataan Mita tadi.
“Iyahhh, memek Mita buat Om sampe puas, tapi please jangan itu..bener Om”, pinta Mita merengek dan tampak ketakutan.
Aku tak sampai hati meneruskan keinginanku menjajal lubang analnya, walau bagaimanapun ada rasa sayang kepada Mita yang membuatku tak tega membuatnya takut dan trauma, kukorek lubang vaginanya dengan dua jariku, begitu hangat dan basah, penisku yang mengeras sudah kubebaskan dari celana pendek yang kukenakan. Kuambil posisi di hadapan wajah Mita dengan penis yang mengacung tegak, kujambak pelan rambutnya dan kupakai mulutnya untuk mengocoki penisku.
“Hfffmm..slurrppp…mmm, gedeee”, racau Mita sambil menikmati penisku dalam mulutnya, kubenamkan beberapa kali dalam-dalam penisku dalam rongga mulutnya hingga mengenai pangkal tenggorokannya, beberapa kali Mita tersedak dan kukocokan kembali dengan ritme pelan, sambil menjaga untuk tidak ejakulasi terlalu dini.
“Enak sayang titit Om…”, tanyaku sambil masih menjambak rambutnya dan mencabut penisku yang penuh air liur, Mita mendongak melihatku sambil berkata, “Iyahh enak, gede bangett…penuh mulut Mita jadinya, agak asinn juga tadi ada cairan dari lubang pipisnya Om”, jawab Mita polos, yang dimaksud mungkin cairan precum sebagai pelicin saat ingin masuk ke dalam liang vagina.
Aku memutari meja berada di belakang Mita yang masih terlungkup di meja, kutampar kedua bongkahan pantatnya hingga sedikit kemerahan, Mita memekik kencang, untungnya tak ada siapapun di kos. Kuberlutut di hadapan kedua bongkahan pantat Mita, kuremas pantatnya dan kubuka lebar-lebar belahan kemaluannya, belahan kemaluan yang akan kurindukan, belahan kemaluan gadis 22 tahun yang sudah dimasuki entah 3 atau 4 penis lelaki, belahan kemaluan yang begitu rapat indah dengan warna coklat muda kemerahan, belahan kemaluan yang berikutnya kunikmati dengan jilatan penuh nafsu. Tak sedikitpun aku merasa jijik menikmati belahan kemaluan Mita, aromanya yang sedap karena sering dirawat dan cairan kenimatannya yang gurih, membuatku tak henti-hentinya menjilati bahkan mengorek lubang vaginanya dengan ujung lidahku. Mita sudah tak bisa menahan kenikmatan yang didapatnya, dia mendesah-desah tak karuan sambil terus berkata, “Ya disitu Om…disitu argghh”, ketika jilatanku tepat mengenai klitorisnya.
“Om gigit ya itilnya…gemesin udh keras”, godaku sambil mencolok jariku ke liang vaginanya.
“Jangannn digigitt, diemut aja yang kenceng…sakit kalo digigit kena gigi Om…iyahh emut aja ya Ommm”, pinta Mita dengan iba.
Kuhisap klitoris dan bibir vaginanya kuat-kuat, keduanya tampak memerah dan sedikit bengkak, aku berdiri tak tahan ingin memasukkan penisku ke dalam liang vaginanya, dalam satu sentakan dan diiringi jeritan Mita, kubenamkan dalam-dalam penisku dalam liang vaginanya. “Enak yg mana sayang, titit om apa Dildo tadi? Hehe”, godaku lagi, padahal dia sedang menikmati betapa penuhnya liang vaginanya disesaki penisku.
“Dua-duanya Om..sshh ahh tp tititmu anget..enak titit Om, goyangin pelan-pelan aja Om…memek Mita penuh bangetttt”, jawab Mita sambil merem melek merasakan nikmat.
Sambil sesekali menampar pantatnya, kusodoki liang vaginanya berulang kali sampai menyentuh dinding rahimnya, “memek kamu dalem sayang..hmm sempittt…rapet banget”, kataku sambil terus mengocoki penisku dalam liang vaginanya.
Kupeluk Mita dari belakang sambil meremas kedua payudaranya dengan kencang, dia terengah-engah sambil memekik pelan karna mungkin merasakan sakit di payudaranya yang kuremas dengan kasar dan kuat, tiba-tiba tubuhnya menggelinjang kuat dan mengerang panjang, “Ommm sakittttt teteknya, ergghhh enakkkk…Mita keluar lagiiii”, kata Mita yang membuat tak tahan untuk berejakulasi, kucabut penisku, kugenggam erat-erat, kusibak seragam kemejanya hingga menampakkan punggung mulus dengan bulu-bulu halus, “Mita sayang…Om juga mau keluarrr…argghhhhh sayanggg”, kusemprotkan sperma kentalku yang hangat dan lengket ke punggung mulus Mita, sebagian mengenai seragam kemejanya, penisku terasa ngilu tapi begitu nikmat hingga semprotan dan tetesan terakhir.
“Sayang, enak banget ngentot sama kamu…makasih sayang…”, kataku sambil terengah-engah mengatur nafas.
POV: Mita
Sungguh gila kenikmatan yang aku rasakan barusan, walau merasa dilecehkan dan diperlakukan agak kasar, namun belum pernah aku merasakan orgasme senikmat barusan. Aku tak mampu bergerak saking lemasnya sambil menikmati sisa-sisa orgasme yang membuat liang vaginaku banjir cairan kenikmatan dan terus berkedut, aku membiarkan Om Sadewo memenuhi punggungku dengan spermanya yang hangat, terasa kental dan lengket.
Suasana hening sesaat, Om Sadewo tampaknya masih mengatur nafas dan biasanya mencari sesuatu baik kain atau tissue untuk membersihkan sperma di punggungku, seperti yang dilakukannya di kamar kosku saat membanjiri perut, payudara bahkan leher dan sedikit di wajah dengan spermanya.
“Ommm ngapain?”, kataku terkejut, alih-alih membersihkan spermanya di punggungku, dia justru meratakan spermanya hampir diseluruh punggungku seperti mengolesi body lotion.
“Biar rata sayang, biar punggungnya rata kena sperma Om…biarin kering disitu ya…”, kata Om Sadewo, aku tak habis pikir dengan kelakuannya, dia membiarkan punggungku diolesi cairan sperma lengket yang sebagian sepertiny sudah mengering karena dinginnya ruangan kamarnya yang ber-AC.
Setelah sebagian besar spermanya mengering, dia menarik tubuhku dan melepaskan ikatan pada tanganku sambil berkata, “kamu pasti haus mau minum kan, ini kemejanya buka aja…”, dia tahu kebisaanku setelah bercinta yang biasanya langsung minum air mineral, kupasrahkan kemeja seragamku diloloskan dari tubuhku yang saat ini tampil polos telanjang tanpa sehelai benangpun.
Kuambil gelas dan mengambil air di dispenser di pojok kamarnya dan menengguknya untuk menyegarkan tenggorokanku, Om Sadewo juga ikut memenuhi dahaganya, ujung kepala penisnya masih tampak sedikit tetesan cairan berkilatan sisa ejakulasinya barusan, tapi anehnya walau agak layu, tapi tampaknya masih agak mengeras.
POV: Om Sadewo
“Kok ngeliatin titit Om sih? Mita masih belum puas dientot ya? Hehe”, godaku sambil mencubit putingnya.
“Ihhh apaan sih Om, enggak kok barusan keluar tapi kok masih agak tegang sihhh”, jawab Mita yang tampak heran, dia tak tahu kalau sebelum Mita pulang tadi aku sudah menelan pil obat kuat yang harganya cukup mahal untuk memastikan penisku bisa terus mengeras untuk mengoyak-ngoyak liang vaginanya.
“Habisss kamu bikin Om horny terus sih, apalagi telanjang bulet begini…makin cantik aja”, jawabku menggoda dan menutupi soal pil obat kuat yang kutelan sebelum Mita datang.
“Mita rebahan ya Om, lemes, udah orgasme berapa kali itu tadi…”, kata Mita sambil berjalan telanjang menuju ranjang, lekukan tubuhnya benar-benar membuat lelaki manapun tak kuasa menahan untuk tidak menggumulinya, aku merasa beruntung bisa menikmati tubuhnya, tubuh molek gadis 22 tahun yang biasanya kudapatkan dengan jajan atau pijat plus plus saat kos mengerjakan proyek di beberapa tempat sebelumnya, itupun belum tentu memiliki paras atau wajah secantik dan semanis Mita.
Kuhampiri Mita yang tidur telentang di ranjang, awalnya aku berbaring di sampingnya sambil mencumbui pipi dan bibirnya, kemudian kubisikkan, “Mita kan tadi janji memeknya ini bebas buat Om sampe puas, jangan berontak ya habis ini…”, kataku sambil mengusap kemaluannya.
“Ihhh Om tapi cuma pas sekarang aja disini, Mita juga capek ngantuk…besok lg ya Om”, jawabnya sambil memastikan bahwa maksud dari perkataannya tadi adalah saat momen saat ini saja hingga selesai. Aku tahu Mita capek dan ngantuk setelah mengalami beberapa kali orgasme, namun aku tak peduli, kuambil tali yang tadi kugunakan dan tali lainnya lagi yang sudah kusiapkan, Mita mengamatiku dan tampak khawatir.
“Kamu relaks aja, biar ga terlalu sakit ikatannya…nurut ya”, kataku saat Mita mulai berontak, kuikatkan kedua tangannya ke masing-masing sudut kanan kiri ranjangku, lalu menyusuri kaki jenjang mulusnya, kubuatkan simpul di masing-masing pergelangan kakinya dan kuikatkan ke pojok kanan kiri ranjangku juga. Dalam posisi X Mita sudah terikat di atas ranjang, pemandangan yang membuatku sangat terangsang, apalagi kedua kakinya terbuka lebar menyajikan liang vagina yang siap dimasuki kapanpun.
“Om mau ngapain? pintunya sdh dikunci? nantk ada yg masuk”, tanya Mita tampak khawatir, dia sadar dalam posisi itu dia sama sekali tak berdaya, dan jika ada yang tiba-tiba masuk kamar tentunya akan disajikan pemandangan tubuh telanjangnya yang terikat.
“Duh kan udah bilang ga ada siapa-siapa, lagian pintunya udah Om kunci kok”, jawabku menenangkan Mita, kuambil gel yang kugunakan tadi, Mita tampak mengamati botol gel itu, sepertinya dia belum pernah disetubuhi pacar dan mantannya menggunakan gel pelicin sebelumnya.
Kutuangkan gel secukupnya di telapak tangan kananku, kuhampiri Mita dan kuusapkan gel itu di belahan kemaluan tanpa bulunya dengan lembut, lalu kuambil Dildo yang kuolesi gel sambil menekan mode getar. Kurangsang Mita dengan menyusuri betisnya dengan Dildo yang bergetar, dia tampak kegelian dan hanya memejamkan mata, saat Dildo menyusuri paha bagian dalamnya dia mendesah entah karena merasa geli atau nikmat.
“Memek kamu belum pernah dimaenin pake Dildo sama pacar atau mantanmu?”, kataku penasaran, sambil menekan-nekan ujung Dildo ke bagian klitorisnya.
Mulustrasi dari Mita:
“Sshh ahhh, enggak Om, belum pernah…cuma dimasukin titit mereka aja…shhh ahhh”, dalam kantuknya Mita mendesah kenikmatan, kuarahkan Dildo yang kugenggam ke bibir drpan liang vaginanya, menekannya pelan-pelan hingga masuk sebagian. Kemaluan yang merekah merah dengan kilatan gel dan Dildo yang tertancap sebagian membuat penisku kembali mengeras, kubenamkan pelan-pelan Dildo itu ke dalam liang vaginanya, kurubah mode getarnya menjadi lebih kuat, Mita mengerang dan menggelinjang.
Kubiarkan Dildo ini tertancap amblas dalam liang vaginanya, tubuh Mita menggelinjang tak karuan dalam posisi terikat. Kuhampiri Mita dan kudekatkan penisku ke depan wajahnya, kuusap lembut kepalanya dan mengambil posisi mengangkangi wajahnya. “Buka mulutnya sayang, mulutmu ga kalah enak sama memek kamu….isepin yang kuat tp jgn digigit ya…”, pintaku sambil mengarahkan penisku ke mulutnya. Mita membuka mulutnya, lalu kugesekkan penisku ke bibir merah muda manisnya seperti memakaikan dia lipstik, bibirnya begitu lembut terasa di kepala penisku, lalu kumasukkan penisku ke dalam rongga mulutnya dan membiarkan lidah Mita menari-nari menjilati lubang kencingku. Kubenamkan penisku lebih dalam dan membiarkan Mita menyedotnya dengan kencang, terasa ngilu namun begitu nikmat, tak tahan lagi, kusetubuhi mulutnya dengan mengocoki penisku keluar masuk mulutnya.
Mulustrasi posisi dari cerita Mita, cuma bedanya dia diiket pake tali katanya:
“Mmrhhmm Ommm…mmm rgghh ahhh”, Mita berbicara tak jelas dan saat penisku sebagian besar dalam mulutnya, dia mengatupkan mulutnya dan menghisapnya kuat-kuat, tubuhnya menggelinjang tanda mendapatkan orgasme dari Dildo yang masih tertancap di kemaluannya. Aku juga mengerang, antara mengerang karena ngilu atau nikmat, aku tak tahu, namun yang pasti aku sangat menikmati momen ini.
Kucabut penisku sebelum ejakulasi, “Omm cabut itu yang di memek Mita, Mita capek, lemess orgasme terusss”, ujarnya pelan. Tanpa menjawab permintaan Mita, kucabut perlahan Dildo yang masih bergetar dalam kemaluannya, liang vaginanya tampak merah dan agak terbuka dibanjiri cairan orgasme yang didapatnya barusan. “Merahnya memek kamu sayang, mau dientot lagi ga?”, godaku sambil melihat wajah Mita yang tampak sayu dan lemah tak berdaya.
“Terserah Om aja, memek Mita buat Om…tp kalo bisa lanjut besok, Mita beneran capek dan ngantuk…”, jawabnya tampak tak peduli dengan apa yang akan dilakukan Om Sadewo selanjutnya.
Sempat ada rasa iba dan ingin membiarkan Mita beristirahat, namun penisku masih mengacung tegak dan perlu kehangatan kemaluan Mita. Kuputuskan mengambil posisi misionaris, namun kubiarkan penisku menempel di bibir vagina Mita saja dulu, aku ingin merangsang Mita kembali dan aku tahu salah satu kelemahannya….puting susunya. Kuciumi perutnya sambil meremas payudaranya, lidahku menjelajahi bagian dadanya, mengitari area sekitar puting susunya yang mulai mengeras, kukecupi lembut dan kuhisap kuat-kuat di sekitar area puting susunya kanan dan kiri. “Shhh ahhh iseppin putingnya Om…mmmhh..”, Mita tampak mulai terpancing kembali.
Mulustrasi posisi Mita dientot pas diiket:
Kubenamkan penisku pelan-pelan ke dalam liang vagina Mita, puting susunya kuhisap bergantian dan sesekali kugigiti perlahan, kedua payudaranya tampak penuh memar kemerahan sisa gigitan dan hisapan kuat karena saking gemasnya. Kemaluan Mita tampaknya masih belum terlalu basah, namun entah kenapa, hal itu justru membuat penisku semakin mengeras dan tak tahan untuk masuk lebih dalam lagi, kuhujamkan dengan kuat hingga benar-benar mentok, Mita terpekik agak kesakitan, kubiarkan sesaat sampai dia bisa menikmatinya, dan saat Mita mulai relaks mulai kugoyang pinggulku mengaduk-ngaduk liang vaginanya dengan penis besarku, kuciumi lehernya, wajahnya, bibirnya, bahkan ketiak dan tentunya payudara mungil kesukaanku.
Sungguh beruntung dapat menyetubuhi Mita, awalnya aku sangsi bisa mendekatinya, namun selama tiga bulan berada di kos ini, entah sudah berapa kali aku menikmati tubuh telanjang dan kemaluannya. Aku tak mampu menahan desahan-desahan karena kenikmatan saat batang penisku menggesek dinding vagina Mita, dan apalagi saat kepala penisku menghantam mentok dinding rahimnya, Mita terengah-engah dan hanya bisa mengerang kenikmatan. Setelah beberapa saat tubuhnya bergetar menggelinjang, kubenamkan penisku dalam-dalam dan kutahu dia mencapai orgasme kembali, kucabut penisku, kugenggam dan kukocok dengan kencang sambil mengarahkannya ke perut dan payudara Mita, “Argghhh sayanggg, memek kamu masih rapettt bangett…”, spermaku muntah ke sebagian perut Mita dan payudaranya, bahkan ada yang sampai lehernya.
Mulustrasi:
POV: Mita
Kuat benar Om Sadewo ini, aku sepertinya tidak bisa mengimbanginya, penis besarnya yang memenuhi liang vaginaku akan kurindukan saat dia tak lagi kos disini, tapi sejujurnya aku merasa malu dan rendah, seperti seorang pelacur yang terikat telanjang dan bebas disetubuhi kapanpun oleh siapapun.
Sperma Om Sadewo begitu kental, bagian dada dan perutku dihiasi cairan spermanya hingga ke sebagian kecil leherku. Seperti yang tadi dilakukan saat memandikan punggungku dengan spermanya di meja, dia melakukan hal yang sama, bukan membersihkannya dan malah mengolesinya secara rata ke tubuhku, arrgghh tubuhku penuh cairan sperma yang mengering nanti ini.
“Tidur yukk sayang, Om juga lemes, tapi maaf ya, Om lepas ikatan tangan dan kakinya masing-masing satu aja, Om gamau Mita kabur…”, katanya setelah mengolesi perut dan payudaraku dengan cairan spermanya, sementara yang di bagian leherku dibiarkan menetes mengenai sprei.
Aku hanya bisa pasrah dan terlalu lelah untuk berdebat, aku hanya bisa menurutinya saja, tangan dan kakiku terikat satu sebelah kiri, dia tidur di sampingku sambil memeluk tubuhku, itupun masih menggerayangi payudaraku.
POV: Om Sadewo
Terbangun sehabis subuh, aku mendapati Mita yang masih tertidur pulas, efek obat kuat ini ternyata luar biasa, penisku kembali mengeras, apalagi melihat pemandangan indah gadis 22 tahun yang telanjang bulat mulus sedang tertidur di sampingku. Mita tidur menghadap samping kiri, bongkahan pantatnya begitu menggoda dan tampak kemerahan, walau masih ngantuk, kuambil gel dan kuolesi belahan kemaluannya dan penisku. Kuciumi tengkuk Mita dan sebagian punggungnya yang bau cairan spermaku yang telah mengering, kugesek penisku diantara belahan pantatnya, Mita sempat melindur, kuarahkan penisku ke arah liang vaginanya, pelan-pelan dan tak ingin membuatnya terbangun, ini kesempatanku untuk menyetubuhinya dan menyemprotkan spermaku di dalam liang vaginanya.
“Mmmhhhmm…”, Mita bersuara dan kuamati masih terpejam, kudesak penisku lebih dalam, agak sulit walau sudah diolesi gel, namun akhirnya berhasil masuk seluruhnya. Kusodok keluar masuk pelan-pelan sambil meremas lembut payudaranya, kuatur nafasku yang tak beraturan, nikmat sekali kemaluan gadis ini, beruntung pacar dan mantannya bisa menikmatinya kapanpun saat ada kesempatan. Bayangan imajinasi Mita disetubuhi pacar dan mantannya membuatku tak mampu menahan ejakulasi dan sambil menekan penisku dalam-dalam, kusemprotkan spermaku dalam liang vaginanya, aku tak peduli jika dia hamil, kalaupun terpaksa, tak masalah juga aku menikahinya dan ijin ke istriku saat ini, apalagi kita pernah bercinta bertiga.
Mulustrasi: