Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kelompok rahasia di kantor yg membosankan

Update yang membuat saya puas walaupun tetap mau lagi dan lagi. :mantap:
Terima kasih bung
 
Act2: Tidak tersisa

gw bangkit melihat keadaan. Di sisi sofa, mbak Eva tiduran dengan kaki mengangkang, pinggulnya ditahan bantal kecil yg biasa ada di sofa. Indra memompa penisnya sambil berlutut. Seperti tipikal orang mabok sebenernya, Indra dengan liar memompa mbak Eva yg ternyata mbak Eva menikmati gaya ini. Robi berdiri di samping mereka, bersandar ke tembok. Entahlah dia lebih fokus ngeliat mbak Eva atau Indra.



Fokus gw terpecah Ketika gw rasakan penis gw yg masih tegak berdiri terasa diseka. “dibersihin ya” gw melihat Sabrina telah memegang tisu basah, mengelap penis gw perlahan. Bukan tisu basah sebenernya, tisu kering yg dibasahi.

“kamu suka ngeliat begini sab?” tanya gw sambil melihat sabrina membersihkan penis gw perlahan. Ia Nampak menunduk tersipu sambil menganggukan kepalanya.

“kamu kak? Kok kaya tadi ga nyaman” tanya balik Sabrina

“ga terbiasa ngeliat penis lain sab, nanti juga biasa” jawab gw sambil setengah tertawa

“kamu pernah sab, main bertiga?” tanya gw lg penasaran. Sabrina diam, seperti ga nyaman menjawab pertanyaannya.

“gapapa kalo ga nyaman jawabnya” gw berusaha menenangkan sambil mengusap rambutnya.



“aaaaaaaahhhhhh….” Erangan kencang mbak Eva memecah intimasi gw dan Sabrina. Pandangan kami langsung terarah ke mbak Eva dan Indra. Indra masih memompa mbak Eva cepat, sampai tubuh mbak Eva bergetar hebat, Indra langsung mencabut penisnya dan tangannya langsung mengocok klitoris mbak Eva.

“fffffaaaaakkkkkk” mbak Eva mengerang, dan terlihat vaginanya memuncratkan cairan cukup deras. Indra masih mengocok klitoris mbak Eva. “aaahhhh…ahhhh…ahhhhhhh…aaaaaaaaaaahhhhh!!” 3 kali vagina mbak Eva menyemprotkan cairan kehangatannya, dan satu yg terakhir paling pelan dan membuat tubuhnya ambruk. Tubuhnya terkulai lemas setelah orgasme dahsyat ini.



Kami semua beristirahat dan mengatur napas. Indra berjalan ke dapur mengambil beberapa botol air untuk kami semua. The Nia sudah bisa bangkit dan membersihkan vaginanya, juga menyeka sofa yg basah oleh cairan vaginanya. “yaaaah banjir sofanya…maaf” mbak eva bangkit dan menyadari hasil pergumulannya yg tumpah dari sofa hingga ke karpet.



“ni laki belom ada yg keluar?” tanya teh Nia sambil masih membersihkan sofa.

“belom” kami berdua menjawab, yup seperti biasa Robi hanya ketawa kecil ga mau jawab.

“eh, ci Yuri kemana?” tanya gw tersadar ga ada ci Yuri di sini

“tidur di kamar, kecapekan” jawab Indra santai sambil duduk di samping mbak Eva



“Sab, lo gimana?” tanya mbak eva kemudian

Sabrina terkaget, bingung mau jawab apa, “eh, gimana apanya?”

“lo td udah keluar kan, mau udah aja nih?” tanya mbak Eva kemudian

“eh jangan, gw belom keluar” jawab Indra sambil perlahan mengocok penisnya yg masih tegak. Yaa, di titik ini gw udah mulai terbiasa melihat penis lain selain punya gw sendiri.

“lu ama gw ntar gampang lah” timpa teh Nia.



Gw memeluk sabrina dari belakang, merangkul erat tubuhnya melihat ia seperti bingung memutuskan sesuatu.

“kamu mau? Gapapa, kalo ga nyaman jangan dipaksa” bisik gw ke telinga kanan Sabrina

“kamu gapapa sab…” sabrina masih seperti tidak nyaman, belum selesai bicara langsung gw potong “apapun yg nyaman di kamu. Inget, sabrina di circle bukan sabrina di kantor, aku malah mau liat semua sisi lain kamu sab. I am ready for anything” gw berusaha membuat sabrina tenang.



Mulai tampak tenang dan percaya diri, gw tanya lagi “kamu mau gimana? Apa yg buat kamu tinggi? Go ahead”

“gapapa Sab keluarin semua? Maaf ya kalo setelah ini makin kecewa” sabrina memegang tangan gw yg masih merangkulnya.

“iya, aku all out, kita semua all out, kamu juga silahkan. Aku kecewa kalo kamu masih nahan-nahan” jawab gw sambil merangkul erat sabrina.



Mendengar jawaban ini, sab bangkit, ia memeluk gw, mencium bibir gw sebentaar. “safewordnya Apel ya” kata sabrina ke semua orang sambil berjalan ke arah Indra. Mendengar itu Robi tersenyum senang, “keluar gilanya ni bocah” ia kemudian beranjak masuk ke kamar sisi kiri di mana ci Yuri tidur.



“safe word? Apa tuh?” gw kebingungan denga napa yg dikatakan Sab.

“jadi, safe word dipake kalo mau all in diperlakukan apapun, biasa Yuri brief ini, setelah dikasih tau safeword, basically lo bebas ngapain aja di lobang yg mana aja. Kalo di antara kita ada yg teriak safe wordnya, permainan HARUS berhenti. Apapun yg lg dilakukan harus dihentikan. Kalo mulut gabisa bilang, biasanya tepuk 3x. standar bdsm thing” mbak Eva menjelaskan sambil mengajak gw duduk di sofa.



Di Sofa berbentuk L ini, Indra duduk bersandar ke sandaran sofa dengan kaki diluruskan, Sabrina perlahan merangkak dari ujung kaki Indra. Tangan kanan Sabrina mengocok pelan penis Indra yg mulai mengeras. Gw duduk di ujung sofa merangkul mbak Eva. Sabrina melirik gw sebentaar kemudian menjilati kepala penis indra. Tangan indra menagang rambut Sabrina agar tidak menutupi wajahnya. Selesai merapikan rambut sabrina, Indra langsung menekan kepala sabrina

“weekkkkkk” terdengar suara Sabrina seperti tersedak. Ga hanya sekali, Indra langsung menekan berkali-kali kepala sabrina. Beberapa kali dipaksa, akhirnya Indra membiarkan Sabrina bebas bermain dengan pola permainannya sendiri.



Sabrina mengulum penis Indra dengan pelan, memasukan perlahan ke mulutnya hingga ke pangkal penis Indra. Ia melakukan ini sambil sesekali melihat ke arah gw. Pemandangan ini justru membuat gw makin tinggi.



Braak! “ketemuu!” Robi keluar dari kamar sisi kiri dengan riang, membawa sebuah benda.

“cuci dulu rob, ada antiseptic kan di dalem?” tanya mbak Eva yg sudah tau benda apa yg dibawa Robi.

“udah doong, udah bersih ini” jawab robi sambil mengelap benda tersebut dengan tisu.

Gw malah penasaran benda apa yg dibawa Robi.

“eh udah mulai aja ni bocah, nungging pula” Robi baru sadar kalo Sabrina sudah mulai permainan dengan Indra.

“ini ga mau dibuka aja Sab?” seperti bertanya tapi ga menunggu jawaba, Robi membuka kaos Sabrina. Sabrina melepas kulumannya sedikit untuk membuka kaosnya.



Robi kemudian menarik bangku kecil, membuat teh Nia yg duduk terusir dan berdiri di samping gw dengan mbak Eva. Robi kemudian berbisik minta izin ke sab

“boleh sab?” bisik robi ke telinga sabrina

“pelan-pelan, kadang sakit rob” jawab Sabrina pelan lalu melanjutkan Kembali kulumannya



Serius ini apa sih? Kenapa gw jadi orang yg ga tau apa-apa. 2 orang Wanita ini Nampak senang Ketika robi datang dan gw bingung sendirian.

Robi duduk di kursi kecil, wajahnya tepat di bokong sabrina. Pemandangan yg luar biasa, Sabrina yg kini telanjang bulat, dengan dua pria menggerayangi tubuhnya.



Disclaimer
Gw ga ngerasa nyaman nyeritain selanjutnya, beberapa paragraph gw pasang di spoiler untuk kenyamanan Bersama. Cluenya: rimming



Kedua tangan Robi memegang bokong Sabrina dan meregangkan kedua bongkah bokongnya. Robi kemudian meludahi lobang bokong Sabrina, kemudian ia meratakan ludahnya dari bokong hingga vagina Sabrina.

Robi kemudian mendekatkan kepalanya hingga mulutnya menyentuh vagina Sabrina. Robi menjilati vagina Sabrina, perlahan naik ke lobang bokongnya. Robi kemudian menjilati lobang bokong Sabrina sambil satu jarinya perlahan mencoba masuk ke lobang bokongnya.



“mmhhh,mmhhhhhh” Sabrina melenguh namun Nampak kesakitan, matanya terpejam menahan sakit.

“masih sakit Rob, jangan dulu” teh Nia memperhatikan Sabrina langsung memberi arahan pada Robi.

Robi masih asik menjilati lobang bokong Sabrina sambil tangannya mengambil benda yg diletakan di sofa. Ternyata sebuah butt plug. Ia melumasi buttplug dengan cairan pelumas yg juga dibawanya. Kemudian Robi memasukan butt plug tersebut ke vagina Sabrina.



“mmmhhh..mmpphhhh” sabrina melenguh cukup kencang, menikmati ketiga lobangnya diberi rangsangan bersamaan.

“huaaaah enak banget ni bocah” ucap Robi puas menjilati lobang bokong Sabrina. Ia kemudian mengolesi jarinya dengan pelumas, ia juga mengoleskan pelumas tersebut ke lobang bokong Sabrina. Robi perlahan memasukan satu jarinya ke lobang bokong Sabrina, sementara tangan Indra mulai meremas kedua bongkah dada Sabrina yg bergelantung bebas.



“mmfff…hhaaahhh..mmmfff..haaahhh” lenguhan Sabrina makin berpola. Ketika ia kepalanya bergerak dari pangkal penis Indra, jari robi perlahan masuk ke lobang bokongnya, dan Ketika robi mengeluarkan jarinya perlahan, Sabrina membenamkan kepalanya hingga pangkal penis Indra. Indra dan robi sendiri seperti sudah terkalibrasi, Gerakan mereka kompak. Sabrina hanya tinggal diam menikmati.



2 menit berlalu, Robi merasa cukup. Ia mencabut buttplug dari vagina Sabrina, buttplug yg sudah basah campuran pelumas dan cairan vagina Sabrina.

“Tarik napas Sab” pinta Robi. Indra memegang kepala Sabrina, membenamkan hingga ujung penisnya. Robi meposisikan buttplug itu di bibir lobang bokong, dengan cepat Robi menekan buttplug tersebut masuk ke lobang bokong Sabrina sambil mas indra mendekap kepala sabrina

“mmmmhhhhhhhhhhh” Sabrina melengking kencang dengan posisi mulutnya tertahan penis Indra.



Robi kemudian bangkit berdiri, melihat hasil karyanya. Sabrina melihat Kembali ke arah gw, matanya sudah sangat sayu. Ia melepas kulumannya, “fuck me pol” pinta sabrina sambil menikmati seluruh perlakuan ini. Bokongnya masih kadang bergetar.



Gw yg sudah sangat tinggi, akhirnya bangkit menghampiri Sabrina. Bokong Sabrina memang tidak sebesar mbak eva maupun teh Nia, bahkan cenderung kecil, membuat buttplug silicon berwarna pink dengan pangkal seperti berlian berwarna hijau Nampak lebih besar di bokongnya. Di bawah buttplug itu, vagina dengan bulu bulu yg cukup lebat Nampak sudah menganga dan basah.



Indra bangkit, menyetting posisi kami masing-masing. Sekarang gw dan Indra berhadapan dengan posisi berlutut, sementara Sabrina di Tengah kami, menungging dengan kepala menghadap Indra.

“lo pernah 3some pol?” tanya Indra ke gw, yg hanya gw jawab gelengan kepala.

“jadi rules pertama, no devil’s eye. Kalo lo ga nyaman jangan sampe lo liat gw, fokus ama sab aja.

Kedua, kalo ga lagi mainin toket, tangan lo di sisi atas, biar kita ga pegangan tangan, okeh?” Indra memberi beberapa unwritten rules yg gw baru tau.



Indra kemudian membenamkan Kembali penisnya ke mulut Sabrina. Diiringi dengan gw melebarkan bokong Sabrina dan perlahan memasukan penis gw ke vaginanya. Vagina ini lebih basah dari sebelumnya. Perlahan gw memompa vagina Sabrina, namun kok ritme kami agak aneh.



“dulu dulu… samain pola pol, lo teken gw teken, lo Tarik gw Tarik, bukan lo teken gw Tarik, ga dapet” complain Indra. Yaah ini pengalaman pertama gw, masih agak bingung sebenernya. Kami memulai Kembali. “mmhhhhh…mmmhhhhhhhh” Sabrina mengerang tiap kali mulut dan vaginanya disodok dua penis. Pun Ketika gw menekan penis, buttplugnya ikut tertekan menjadikan ketiga lobang Sabrina ditusuk bersamaan.



5 menit berlalu, Sabrina masih terus mengerang Ketika ketiga lobangnya dihujam bersamaan. Tangan gw dan Indra bergantian meremas dada Sabrina, hingga mencubit putingnya.

“mhhh..mhhh..mhhh.mhhhhhh” Sabrina melenguh cepat, vaginanya berkedut keras membuat liang vaginanya yg basah makin legit dan sempit. 10 detik berlalu, tubuhnya bergetar. Cairan hangat mengguyur penis gw, membuat seluruh liang vaginanya makin hangat dan licin. Ketika gw pompa pun jadi makin kencang bunyi plok plok plok



Keadaan ini membuat pertahanan gw jebol. Gw bergerak makin cepat, sangat cepat hingga Indra menahan kepala Sabrina di pangkal penisnya. Hanya beberapa detik dan satu hentakkan terakhir gw tekan penis gw sedalam mungkin, memuntahkan 4 semburan ke ujung liang vaginanya. Sabrina sedikit menggoyangkan bokongnya, mengecek apakah gw masih mau memompanya. Namun keluar yg kedua ini membuat gw benar-benar lemas.



Gw cabut penis gw, dan cairan putih kental deras meleleh dari vagina Sabrina. Bisa gw liat juga vaginanya menganga, berkedut memuntahkan cairan kental tersebut.

Indra juga melepaskan penisnya dari mulut Sabrina. Kami bertukar tempat. Gw duduk di pangkal Sofa, Indra di posisi gw. Indra meminta Sabrina balik badan, tidur di sofa. Sabrina tidur di paha gw. Indra mengangkat kedua kaki sabrina, menopang di kedua bahunya. “siap sab?” tanya Indra yg hanya dijawab anggukan Sabrina. Gw pikir Indra akan pelan, ternyata ia langsung menusukkan penisnya penuh ke dalam vagina Sabrina. “aaaaaaahhhhhhhhhhhh” Sabrina melenguh Panjang. Gw mengusap rambut sabrina sambil menikmati wajah sayu sabrina. Mata kami saling memandang tidak terputus, sabrina terus melenguh Ketika indra dengan cepat menggenjot Sabrina.



Tangan gw beranjak turun, memainkan kedua dada Sabrina. “ahhh..enak banget kak” sabrina masih terus melenguh. 5 menit berlalu, “aaarrgghhhh” Indra menngerang kencang.

“aaaahhhhh, anget banget” sabrina melenguh bersamaan dengan Indra menyemprotkan spermanya ke liang vagina Sabrina. Indra mencabut penisnya. “aaaaaahhhhhhhh” Sabrina Kembali melengking Ketika Indra mencabut buttplug dari lobang bokong Sabrina.



Kami bertiga baru sadar kalo 3 orang sisanya juga lagi asyik bermain. Robi duduk di bangku kecil, mbak Eva mengulum penis Robi. Ga lama gw memperhatikan, Robi mengerang “aaargghh mau keluar”. Mbak eva melepas kulumannya, dan langsung mengocok penis Robi. 3 semprotan sperma robi bersarang ke wajah mbak Eva. Mbak eva seperti memang menikmati wajahnya disembur sperma.



2 menit ruangan ini senyap, hanya napas saling beradu kecapekan. Kami semua terdiam mengatur napas masing-masing.

Sabrina: kamu marah pol?

Gw: gak sama sekali, hot banget kamu sab

Sabrina tersenyum.. gw Kembali menambahkan

Gw: sabrina seneng digituin?

Sabrina: iya, enaknya beda tapi. Intense lebih enak, liar begini bikin tinggi banget.



Kami membersihkan badan kami masing-masing sambil mengatur siapa tidur di mana. Gw dan Sabrina terpaksa tidur di sofa, kami tidak beranjak dari posisi ini. Ci Yuri, mbak Eva, dan Indra tidur di kamar sisi kiri, Robi dan teh Nia di kamar sisi kanan. Sabrina tidur di sofa, gw di bawah menggunakan Kasur lipat. Karena saking capeknya, hanya dalam hitungan menit villa ini sepi. Kami semua pulas tertidur.






Act 3: Lonte

Klontang! Piring melamin yg terjatuh membangunkan gw. Udah cukup siang rupanya, waktu menunjukan jam 7.30.

“eh sorry jadi kebangun, ga sengaja” teh Nia meminta maaf membangunkan gw. Dia sudah menggunakan celana pendek dan kaos hijau tua.

Badan gw berasa sakit semua, seperti masuk angin. Dan gw masih telanjang. Gw tengok Sabrina masih pulas tertidur, yg juga masih telanjang di balik selimut. Gw beranjak ke kamar sisi kanan, mengambil celana pendek dan kaos yg baru dari dalam tas. Gw lupa naro celana di mana, dan kaos gw yg dipakai sabrina semalam basah digunakan untuk mengelap vaginanya.



Gw bertanya tentang Sabrina dan circle ini, dan pagi itu teh Nia menceritakan secara singkat apa saja yg sudah Sabrina lakukan, dan bagaimana ia bisa ada di circle. Kami duduk di bibir kolam sambil minum the dan merokok.



“gengs, kita sarapan apa nih?” mbak Eva keluar dari ruang Tengah memecah obrolan kami. Baru sadar, villa ini walaupun punya room service, kami tidak dapat sarapan. “mau nyari makanan ke depan apa pesen room service aja?” tanya Robi menambahkan keluar dari ruang Tengah.



Robi masuk Kembali ke dalam, membawa menu room service ke gazebo. Yg lain sibuk memilih menu, gw berjalan ke dalam untuk membangunkan sabrina. Gw duduk di samping sab sambil menggoyangkan badannya.

“eh udah pagi” Sabrina terbangun. Ia bangkit duduk dan menyadari masih telanjang bulat, langsung menutup ttubuhnya dengan selimut.

“elah masih ditutup aja” canda gw.

“pada kemana? Udah pada bangun?” tanya Sabrina.

“di gazebo, milih menu room service, kamu ke sana gih pilih menu” jawab gw.

Sabrina bangun dan melilitkan selimut di tubuhnya.

“pake baju dulu gih sanah” pinta gw sambil menarik selimut. Dan tubuh telanjang Sabrina terpampang di hadapan gw. Gw terbengong

“kenapa kak?” tanya sabrina memecah lamunan gw

“cantik banget kamu sab” jawab gw masih melongo

“jangan make hati di circle” tukas Sabrina menoyor gw yg lalu berjalan ke kamar kanan.



Gw ke kamar sisi kiri, ci Yuri dan indra masih tertidur pulas, telanjang. “gengs, sarapan gengs” ucap gw setengah teriak untuk membangunkan mereka. Ci Yuri bangun duluan. Gw menjelaskan tentang sarapan, gw minta ia memakai baju dan membangunkan Indra. 10 menit berlalu, kami semua sudah di gazebo, sudah memutuskan memesan apa untuk sarapan. Robi mencatat semuanya dan menelpon resepsionis.

“eh kalian semalem maen ga ngajak guee?” tanya ci Yuri tetiba

“seru yur, naganya Sabrina keluar lagi” jawab Robi sambil mencolek sabrina.

“eeeh serius? Kok bisa?” ci yuri kaget. Rupanya sisi sabrina yg semalam memang jarang keluar, walaupun dalam circle

“nih bocah baru, crush nya sabrina dari lama kan” jawab mbak Eva sambil menoyor kepala gw.

Crush? Jadi memang selama ini sabrina bener suka

“yaaah kejadian Zul ama Lisa lagi doong. Bubar tongkrongan nih” Ci Yuri seperti kecewa

“semoga enggak yak, ntar gw bilang ama tu Heru botak, kalo ni salah satu macem-macem, pecat aja” jawab mbak Eva. Oiya, Heru itu nama HR manager kami.

“yaaaah gw ketinggalan, seru banget rame-rame” ci Yuri agak kecewa.

“lo mau sekarang aja? Ni bertiga udah recharge semua” goda Indra sambil ia merangkul Ci yuri, kemudian Indra menjilat telinga kanan ci Yuri.

“ehhh, udah pagi. Jangan doong” ci Yuri Nampak menolak, tapi pergerakan tubuhnya ga seperti menolak. Indra membalik tubuh Ci Yuri, dan langsung melumat bibirnya. Kedua tangannya mendekap ci Yuri di punggung dan kepala. Gw memegang celana pendek ci Yuri dan sedikit menurunkannya, Ci Yuri tak menunjukan tanda penolakan, jadi ya langsung gw lucuti celananya. Indra juga langsung membuka baju ci Yuri.



Indra dan ci Yuri berpandangan, “rebung?” tnaya indra, “rebuung” jawab ci Yuri. Ini kode apa laagiii??? Pikirku. Indra langsung melumat Kembali bibir ci Yuri sambil tangannya langsung mengocok vagina ci Yuri.



“rebung apaan teh?” tanya gw ke teh Nia.

“diiket-iket kaya rebung. kode BDSM mereka. Lo liat dah perubahan indra ama Yuri kalo mereka setuju dengan rebung” jawab teh Nia yg antusias melihat apa yg akan terjadi.

“safe word tetep apel teh?” tanya gw lagi. “itu general buat kita semua. Kalo mau berenti atau ga nyaman, safe word kita itu”.



Indra yg tadinya pelan makin liar. Indra mencubit dada ci yuri dengan keras, dan menepuk keras bokongnya. Indra kemudian menarik Ci Yuri masuk ke dalam. Kembali ke kamar sisi kiri.

Gw ikut masuk, kami berdua mengikat ci Yuri, memasangkan borgol kain di pergelangan tangan, paha, dan leher. Tangan ci Yuri diikat ke sisi atas. Kepalanya ditahan sejenis bantal travel yg memiliki tali. Tali tersebut dikaitkan ke paha ci Yuri, menahan kakinya mengangkang lebar. Matanya Kembali dipasang blindfold.



Robi antusias dengan ini. Ia ikut masuk ke kamar, menyiapkan mainan lain. Dari semacam tas make up kecil, Robi mengeluarkan butt plug yg semalam digunakan pada Sabrina, pelumas, dan sebuah vibrator getar berukuran sedang. Robi memberikan mainan ini ke Indra.

“lo mau diapain lonte?!” Indra bicara setengah teriak sambil mencekik ci Yuri.

“entotin gw master” jawab ci Yuri.

Mereka sudah masuk ke dunia roleplay sepertinya.

“entorin? Ke memek ini?” tanya indra lagi. Ia meludahi vagina ci Yuri, lalu membuat ludahnya menjadi pelumas untuk kemudian memainkan klitoris Yuri.

“aaah fuck me master” ci Yuri melenguh kencang Ketika klitorisnya dimainkan kasar.

“psst, kalo mau gabung, langsung gabung aja” bisik Indra ke gw.



Indra mengolesi pelumas ke vibrator, kemudian menyalakannya. Tanpa aba-aba, indra langsung menghujamkan vibrator itu ke liang vagina ci Yuri.

“aaaaaaaaaaahhhhh” ci yuri melenguh kencang. Indra langsung mengocok vibrator tersebut, memasukannya hingga seluruhnya masuk ke vagina ci Yuri.

“haaahhh,aaaaahh…fuck me” ci Yuri masih terus melenguh.

Gw menurunkan celana gw, bersimpuh di samping ci yuri. Gw menepuk-nepuk penis gw di wajah ci Yuri yg direspon dengan lidahnya menjulur, meminta gw memasukan penis itu ke mulutnya. Mungkin masih ga tega, gw masukan penis gw perlahan, dan memompa pelan di mulutnya.

“kontol siapa lagi yg lu sepong hei lonte?” indra bertanya dengan nada yg masih tinggi.

“mmhh mhhh mhhh” ci Yuri seperti berusaha menjawab, sambil melenguh.



Baru beberapa menit, jendela diketok, Sabrina berbisik memberitahu kami bahwa makanan sudah datang. Indra keluar, memberi kode gw dan Robi untuk ambil alih. Indra seperti punya rencana lain.



Dua orang room service membawa cart (apasih, semacam troli dorong besi yg biasa di hotel). Satu orang berseragam dengan nama villa, satu orang lagi menggunakan pakaian putih hitam. Yg make seragam hanya memberi perintah, si kemeja putih yg membawa piring demi piring ke dalam meja Panjang gazebo. Baru sekali jalan, si seragam pamit ke kemeja putih untuk Kembali ke restoran karena ada pesanan lain.



“mas, anak pkl ya?” tanya indra iseng.

“eh iya mas, lagi training” jawab mas-mas yg kemudian kami tau Namanya Agung.

Agung bolak balik menaruh piring makanan di gazebo. Tinggal dua piring terakhir, Indra meminta Agung membawakan piring tersebut ke ruang Tengah. Di ruang Tengah, Indra dan mbak Eva mulai negosiasi.

Agung: pembayaran nanti pas checkout ya

Mbak Eva: mas, kalo dibayar nanti, berarti ga dapet tip yaK

Agung mengangguk

Indra: mas Agung, sorry, punya pacar?

Agung: belum mas, lagi kosong

Mbak Eva: naah, kami boleh ngasih tips?

Agung bingung: eh, ya boleh sih mbak kalo ngasih tips. Tapi apa urusannya ama pacar?

Indra masuk kamar sebentaar, gw lg asik mencupangi dada ci Yuri (yg sebelumnya sudah banyak cupang, jadi lebih banyak lagi) diberi brief untuk kembali memakai celana. Gw hanya menuruti. Indra Kembali keluar kamar

Indra: mas mau saya kasih tips, tapi bukan uang, gapapa?

Agung bingung dengan maksud Indra ini apa dan hanya mengikuti Indra yg meminta Agung mengintip ke kamar.



Agung terbelalak kaget Ketika mengintip ke kamar. Posisi Kasur ini memang menghadap kamar, dan posisi ci Yuri sekarang, vaginanya memang jadi menganga menghadap ke pintu.

“astagaa ini apa mas?” tanya Agung kaget melihat pemandangan ini. Melihat Wanita telanjang yg mengangkang dengan vagina yg menantang dirinya.

Indra menutup Kembali pintu kamar.

“gini, mas 10 menit bebas ngapain aja, tapi jangan dientot mas, stok kondomnya abis. Anggeplah 10 menit ini tips mas agung. Mau?”

Agung berpikir sejenak, ya penisnya mungkin sudah berontak di balik celana hitamnya.

“saya malu mas” jawab Agung.

“mau ga? Kami tinggal berdua aja kok. Apapun boleh, asal jangan dientot. Gimana?” Negosiasi Indra ini memang sangat sulit ditolak. Agung akhirnya mengangguk. Indra memberi brief agung untuk tidak bersuara.



Mereka berdua masuk. Mata agung memperhatikan setiap senti tubuh ci Yuri, menikmati lenguhan ci Yuri yg vaginanya masih dihujam vibrator. Robi kemudian mencabut vibrator dari liang vaginanya, yg Ketika dicabut, lender bening meleleh dari vagina dan vibratornya.



Kepala agung mendekati vagina ci Yuri, mengendus harum vaginanya, kemudian perlahan menjilat vaginanya, menyedot sisa cairan yg meleleh di bibir vagina ci Yuri.

“ahh, lebih cepat master” ci Yuri melenguh. Ia tidak menyadari bukan Indra yg menjilati vaginanya.

Napas agung makin cepat, jilatannya makin liar, ia membenamkan seluruh wajahnya ke selangkangan ci Yuri yg mengangkang lebar terikat tali.



“aahhh terus master” ci Yuri mulai meracau

“ngapain gw jilatin memek lu” Indra akhirnya membuka suara, agak kencang seperti biasa.

Ci Yuri seperti sedikit tertegun.

“ahh..ahhh… Rico?” ci Yuri menikmati, melenguh, sambil menerka siapa yg menjilati vaginanya

“dih ngapain, vagina gondrong dijilatin” jawab Robi agak keras.

“aahhhh, ini siapa? Febri?” tanya Ci Yuri lagi, pinggulnya bergoyang menikmati, tapi penasaran

“kan gw bilang gamau gw jilatin kalo belom cukur, ngeyel banget” jawab gw mengikuti cerita.



Bagi yg bingung, ternyata kebiasaan mereka kalo ada orang asing, mereka gaakan ngasih nama asli, jadi kami play along dengan nama asal yg diucapkan ci Yuri aja.



“ehh ini siapa ini ehhhh….” Ci Yuri kaget, ia seperti ingin menutup dadanya, tapi tangannya terikat. Ia ingin menutup pahanya, tapi juga terikat.

“ga perlu tau, enak ga?” tanya Indra masih dengan suara cukup keras.

“ahhh…ini siapaa? Ahhh, enak…” jawab ci Yuri dengan tubuhnya bergerak berusaha membela diri namun terikat di semua sisi

Indra mencekik pelan leher ci Yuri, “badan lo kan milik Bersama, memek lo bebas pake kan?” tanya Indra

“ahhh…ahhhhh…mmmhhh” ci yuri hanya menjawab dengan lenguhan Ketika Agung memasukan dua jarinya ke vagina ci Yuri.

“lo nikmatin aja, itung-itung nambah penis count memek lu yg udah dua ratus berapa? banyak lah”

Indra memberi pesan terakhir sambil menepuk-nepuk pipi ci Yuri. Indra mengecup bibir ci Yuri sebentaar dan mengajak gw dan Robi keluar. Kami meninggalkan ci Yuri dan Agung berdua di kamar. Semua sudah berkumpul di ruang Tengah. Semua Lagi menikmati makanannya, kecuali teh Nia, katanya sih lagi mandi di kamar mandi deket dapur. Indra membawa piring ke pintu kaca samping pool. Rupanya Indra masih bertanggung jawab, ia makan di dekat pintu kaca agar percakapan Agung dan ci Yuri kedengeran.



Mungkin sekitar 15 menit kami sudah selesai makan, Indra memutuskan “hadiah” untuk agung sudah selesai. Ia mengajak gw masuk kamar. Saat kami masuk, posisi agung ada di sebelah kanan ci Yuri, ci Yuri sendiri sibuk mengulum penis agung, sementara tangan kanan agung mengocok vagina ci Yuri. “waktunyaa abis” Indra berkata agak kencang, suaranya Kembali berubah berat. Agung langsung menarik penisnya dari mulut ci yuri. Seperti malu ia menutup penisnya sendiri. “gimana gung? Enak lonte gue?” tanya Indra.

“eh, iya mas. Enak banget” jawab agung gelagapan Kembali memakai celananya.

“bagus ga badannya?” tanya Indra lagi

Agung melihat tubuh ci Yuri, memperhatikan ujung kepala hingga ujung kaki. “bagus banget mas”.

“seneng ama tipnya gung?” tanya Indra lagi sambil tangannya meraba paha bagian dalam ci Yuri

“iya mas, terima kasih mas, saya pamit” jawab Agung berpamitan. Indra membisikan sesuatu pada Agung yg hanya dijawab anggukan saja.



“gimana yur?” tanya Indra sambil melepaskan ikatan ci Yuri. “yah biasa, kurang pengalaman, jilatinnya aja kurang masih” jawab ci yuri sambil membersihkan vaginanya.



Waktu menunjukan jam 9.30. yg lain mulai pada mandi. Sabrina mandi di kamar sisi kiri, Robi bergantian dengan teh Nia. Gw, Indra, ci Yuri, dan mbak Eva ngobrol di ruang Tengah.

“lo ga mau make baju atau apa gitu ci?”tanya gw yg mulai tinggi namun agak terganggu dengan ci Yuri yg makan sambil masih telanjang.

“abis ini mau mandi, ngapain make trus dilepas lagi sih, ribet” jawabnya santai.

“mandi di luar yuk?” indra memberi ide gila lagi.



Ya memang, di samping kolam renang ada satu shower terbuka, di dekat gazebo juga ada kran dan selang untuk merapikan area kolam. Indra dan Ci Yuri berdiri di bawah shower, saling berpelukan dan berciuman. Belum 5 menit, pintu gerbang diketok. Ci Yuri bingung dan agak panik. Indra langsung memeluknya dari belakang. “rebung?” Kembali indra membisikkan kode ini. Ci Yuri agak panik, tidak yakin. Gw dan Sabrina antusias menjawab “rebuuung!”. Ci Yuri masih kebingungan sampai Indra menggesekan jarinya di bibir Vagina Ci Yuri. “aahhh…rebung” jawab ci yuri akhirnya.



Gw berjalan cepat menuju gerbang dan membukanya. Agung datang lagi, membawa 3 gelas jus dan satu sandwich. Ia tidak sendirian, ada 1 orang lagi, sepertinya sama anak magang karena mereka make seragam hitam putih yg sama. “tau aja lu gung” jawab gw terkekeh.



“ehehehe iya nih, master nambah pesenan” jawab Agung sambil menunjukan pesanan Indra. Temannya seperti sudah tidak tahan, ia mengintip ke dalam. “yaudah taro di gazebo aja gung, ada di situ master” jawab gw mempersilahkan masuk. “Indra itu emang segini gilanya?” bisik gw ke mbak Eva, agak di luar nalar tetiba ngajak orang lain ke dalam. “ini ga seberapa” jawab mbak Eva sambil menggandeng tangangw ke dekat Gazebo.



“sini gung, bantuin nyuci lonte” ajak Indra yg sudah mengikat tangan ci Yuri di pilar gazebo dan menutup matanya menggunakan blindfold yg ternyata disembunyikan daritadi.

Agung: ini yg gw bilang tadi

Temennya: wanjir, bidadari, gile lu gung

Agung: parah, cewe lu mah lewat jauh

Yaah mereka berdua berbisik ngomongin ci Yuri. Agung dan temennya yg sebut saja Rudi, berdiri terpukai di depan ci Yuri.



Agung: itunya wangi banget, Cobain dah

Rudi: ah bekas mulut lu

Agung: biarpun bekas gw, mau ga?

Rudi berpikir sejenak, ia kemudian berlutut, kepalanya sangat dekat dengan vagina ci Yuri.

“eeh apa nih? Siapa lagi nih?” ci yuri terlihat ga nyaman dengan keadaan ini

Rudi kemudian mulai menjilati vagina ci yuri, bersamaan agung meremas dada ci yuri sambil menjilatinya.

“bukannya dimandiin malah mandi kucing” celetuk Indra melihat kejadian ini.

“tadi masih bersih bang, dikotorin dikit lah biar bisa dimandiin” balas Agung. Mereka berdua mulai berani yak, pikirku.



Agung dan rudi kompak menggerayangi dan menjilati tubuh ci Yuri. Sampai titik ini ci yuri bahkan ga pernah melihat mereka berdua. “aaah, jir..aaaah ini siapa..enak..ahhhh” ci Yuri melenguh, awalnya kakinya menyilang seperti menolak, sekarang bahkan satu kaki ci Yuri bertopang di bahu Rudi. Mulut Rudi masih buas menjilati vagina ci Yuri, lidahnya berusaha menyeruak masuk, sambil sesekali ia menggigit kecil klitorisnya.



Sementara Agung, kedua tangannya meremas dada ci Yuri bergantian sambil mulutnya menjilati, menggigit, dan mencupang dadanya. Sepertinya jumlah ruam merah di dada ci yuri semakin banyak. “aaaahhhhh… teruus.. siapapun lo, enaak bangaat” ci yuri melenguh sambil terus meracau.



Gw duduk di kursi dekat ci Yuri, memangku mbak Eva. Gw perhatikan napas sabrina mulai berat. Tangan kanan gw memeluk melingkar di perutnya, tangan kiri gw mencubit pantatnya “sange mbak??”

“ahhhhh…iya lah” jawab mbak Eva sambil menggoyangkan bokongnya. Tangan gw kemudian menyusup ke balik celananya, vaginanya sudah basah. Jemari gw perlahan menekan klitorisnya, perlahan turun hingga satu jari gw masuk ke liang vaginanya. “ahhhhhhhhhhh” mbak Eva mendesah berusaha menyembunyikan suaranya.



Indra membuka ikatan tangan dan blindfold ci Yuri. “ooh ini orang-orangnyaa” ci Yuri akhirnya melihat 2 orang yg menggerayangi tubuhnya. Ia memeluk Rudi, membuka resleting dan menurunkan celana Rudi.

“mbak mau ngapain, malu mbak” jawab Rudi gelagapan, mau tapi malu.

“udah nurut aja, mau ga?” goda ci Yuri yg kemudian Rudi hanya menurutinya.



Jadi Gazebo ini ada 4 pilar, 3 sisi ada semacam bangku Panjang, di tengahnya ada meja kayu cukup besar. Ci Yuri mengarahkan Rudi untuk tidur di meja kayu, dan memasangkan blindfoldnya ke Rudi.



Perlahan tangannya mengocok penis Rudi yg sudah menegang. Agung hanya bisa menganga melihat Rudi dan ci Yuri. Ci Yuri mengocok penis Rudi sambil mulutnya menjilat kedua biji Rudi. Hanya beberapa menit ci Yuti memainkan biji Rudi dengan mulutnya, diiringi desahan Rudi yg makin menjadi, ci Yuri bangkit, ia kemudian bersimpuh di paha Rudi, mengarahkan vaginanya ke penis Rudi.



Bukan dimasukan, ci Yuri menggesekan penis rudi di bibir vaginanya seperti sosis hotdog dengan roti. Ci Yuri perlahan naik, menggesekan vaginanya yg basah ke perut Rudi, naik hingga ia kini bersimpuh tepat di wajah rudi.



“mau jilatin? Tanya ci yuri menggoda. Bukan menjawab, Rudi menaikan kepalanya berusaha menjilati vagina ci Yuri. Lidahnya menjulur menyapu bibir vagina ci Yuri yg sudah basah. Seperti membantu Rudi, ci yuri menggoyangkan pinggulnya maju mundur naik turun, menyeka vaginanya ke seluruh wajah Rudi. “ahhh… jilat lagi” goda ci yuri Ketika beberapa saat lidah rudi menyentuh bibir vaginanya.



“kamu mau gabung? Mau disepongin lagii?” goda ci yuri kepada Agung. Agung memposisikan dirinya berdiri di atas kursi Panjang agar penisnya setara dengan kepala ci yuri. Ci Yuri perlahan membuka celana Agung dan mengocok penisnya, sambil pinggulnya masih bergoyang dijilati oleh Rudi. Seperti treatment ke Rudi, ci yuri mengocok penis Agung sambil menjilati bijinya. Setelah beberapa menit baru kemudian perlahan mengulum penis Agung.



“ahelah ga tahan gue” mbak Eva bangkit, berjalan ke arah Rudi. Mbak Eva kemudian menungging, sambil tangannya mulai mengocok penis Rudi. “mmhh, siapa nih” Rudi kaget namun kesulitan untuk bicara karena mulutnya disumpal vagina ci Yuri.



“udah nikmatin aja” jawab mbak Eva sambil Kembali mengulum penis Rudi. Lenguhan bergaung ke berbagai arah, Agung, Rudi, Ci yuri, mbak Eva saling melenguh menikmati momen ini. Hanya beberapa menit akhirnya ci Yuri yg pertama kalah, ia melenguh Panjang, tubuhnya bergetar. “aahhh keluaar” dan wajah rudi langsung dibanjiri cairan vagina yg menyembur. Rudi berusaha menyeruput seluruh cairan tersebut ke mulutnya namun gagal dan banyak yg akhirnya tumpah ke seluruh wajahnya.



Keadaan ini membuatnya tak tahan, mbak Eva yg mengulum dengan cepat tetiba berhenti Ketika tubuh Rudi membusung. Mbak Eva kemudian melepaskan kulumannya dan memamerkan mulutnya yg dipenuhi sperma Rudi.



Ci Yuri melepaskan kulumannya dan bangkit yg disusul Rudi juga bangun dari posisinya dan melepas blindfoldnya. Ia melihat ke arah mbak eva yg masih memamerkan mulutnya penuh sperma. Rudi tersenyum puas sambil tangannya menyeka wajahnya yg basah oleh cairan vagina ci yuri.



“lah, gw ngentang dong?” tanya Agung kebingungan dengan penis masih berdiri tegak. Mbak eva menelan sperma yg ada di mulutnya. “sini gw bikin keluar” tantang mbak eva ke agung. Mbak eva meminta agung duduk di bangku Panjang, kemudian mbak Eva bersimpuh di selangkangan agung dan tangannya perlahan mengocok penisnya.



Mbak eva meludahi penis agung beberapa kali, mengocok penis yg basah itu, sambil melihat agung dengan tatapan menggoda. Ia kemudian tersenyum, lalu melepaskan bajunya. Mata agung terbelalak melihat dua dada besar mbak eva bergoyang Ketika kaos dilepaskan.



Mbak eva kemudian merapatkan dadanya, memposisikan penis agung di dadanya dan mulai mengocoknya. Mbak eva menekan kedua sisi dadanya hingga dadanya bisa menjepit penis agung. “aaaaaahhhh” Agung melenguh sejadinya. Hanya beberapa menit dan penis Agung berkedut, menembakkan 4 kali muatannya. Membuat wajah dan dada mbak Eva.



Agung dan Rudi tersenyum puas, memandang ci yuri tanpa sehelai benangpun, dan dada mbak eva yg menggelantung bebas dipenuh sperma. Pria-pria ini memakai Kembali celana mereka dan membetulkan seragam mereka yg sudah berantakan. Agung dan Rudi berpamitan namun matanya tidak lepas melihat dua Wanita di hadapannya.



Selepas mereka berdua pergi, Sabrina, teh Nia, dan Robi sudah selesai mandi. Waktu sudah sedikit lagi, maka robi mengantar Sabrina dan teh Nia ke hotel, kemudian akan menjemput kami. Ci Yuri dan Indra Kembali mandi dengan shower di samping kolam, gw di kamar mandi kanan, dan mbak Eva di kamar mandi kiri.



Kami bisa Kembali ke hotel tepat pada waktunya, 11.30. teman sekamar gw tentu saja kebingungan kemana gw semalaman.



Apakah ini akhir dari circle ini? Di acara ini, iya. Namun tentu saja ada acara-acara circle berikutnya. Di kantor, seperti tidak terjadi apa-apa. Kami berusaha professional di jam kerja.
 
seru banget punya geng macem ini
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd