Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Home: Wherever you are with me (Bulgan 3-season finale)



Keia


Sebelum lanjut cerita Titien, kita tinjau dulu side story ini yah!



Side story 1 Beni & Keia - Pertemuan


POV Author.


Sam Ratulangi International Airport, Manado, beberapa bulan sebelumnya. Seorang pria muda tampak menunggu dengan tegang di area pintu kedatangan, ia sengaja berdiri di tempat agak tersembunyi seakan tak ingin orang tahu kalo ia berada disana.





“Kenapa sih cewek itu suruh aku yang menjemputnya di bandara Sam Ratulangi? Kan ada sopirnya? Mana aku hanya bisa jemput pake mobil butut lagi.” Cowok itu kembali menatap layar yang menyatakan kalo pesawat yang ditumpangi Keia terlambat sekitar 30 menit.





Pria itu bernama Beni, seorang mahasiswa komputer semester akhir yang lagi sibuk persiapan ujian skripsi. Harus hari ini ia minta tanda tangan di mana-mana sambil mendengar celoteh dosen PA satu persatu dan merevisi sesuai permintaan mereka. Setelah semua revisi selesai, ia juga harus kontak panelis ujian skripsi satu demi satu, terus bawa copian ke rumah mereka masing-masing.





“Apa ia gak tahu kalo aku lagi sibuk? Beni ngomel lagi. Tapi diam-diam ia tersenyum sendiri.





“Beni…. Beni, kayak kamu gak mau aja di suruh2 Keia, gadis terpopuler di Fakultas Computer.” Batinnya berbicara lagi. “Dan kamu mencintainya sejak pertama kali mengenalnya!”





Beni tersenyum sendiri.





Keia gadis idola, cantik, pinter, terus jago lagi… ia pernah menjuarai lomba programmer tingkat nasional. Bodi mantap, toket cup-C tapi yg masih padat menjulang dan mengerucut kedepan dengan pentil menjadi mata tombak yang pernah Ia lihat dengan mata kepala sendiri di kantin—hal yang membuat ia dingin merinding membayangkan keberuntungannya saat itu. Sejak itu udah fix deh, toket Keia menjadi bacolnya tiap malam.





Sejak kejadian itu di warung makan itu, gadis itu jadi suka WA dia, tanya-tanya keadaannya serta ngobrol apa aja. Gadis itu malah menjadikannya tempat curhat. Tiap hari pasti ada WA dari gadis itu sehingga ia sendiri jengah. Keia mengajaknya berkali-kali ke bioskop, atau makan, ataupun menemaninya belanja sampai ia berangkat ke Amerika selama 3 minggu. Dan sekarang ia balik lagi dan meminta Beni menjemputnya.





Bukannya Beni gak mau pacarin dia, tapi ia terus melihat dulu siapa dirinya. Keia itu orang kaya, ayahnya seorang pebisnis sukses. Selain cantik, ia juga sangat populer di kampus, digandrungi cowok-cowok jempolan. Sedangkan Beni hanya seorang anak yatim yang harus cari makan untuk ibu yang sakit-sakitan, dan adik-adiknya. Dan hanya karena kebaikan sohibku Doni beserta kakak perempuannya, Beni bisa kuliah dan cari uang makan.





Tak lama kemudian matanya memicing, melihat seorang gadis yang berjalan keluar hanya membawa tas pinggang yang kecil. Gadis itu memandang ke kiri dan kanan seakan mencari jemputannya. Terlihat wajahnya yang cantik agak keringatan mengingat teriknya matahari Manado di siang itu.





Sang pemuda langsung mengenalinya sebagai orang yang ia tunggu. Tapi ia masih belum juga keluar menampakkan diri, menunggu reaksi gadis itu, walaupun jelas terlihat ia sementara mencari jemputannya. Tak lama kemudian gadis itu segera dikelilingi oleh para pemilik taksi gelap yang berkeliaran menjajakan jasa mereka.





Ada gerakan, gadis ini kembali memaksa maju seakan ingin melepaskan diri, gadis secantik dia pasti banyak yang ingin mendekat menawarkan jasa, atau sekedar ikut menikmati parasnya yang menarik yang membawa penyegaran mata. Ini merupakan suatu keberuntungan bagi para penjaja jasa yang sehari-hari mengadu nasib di airport. Sehingga jelas kelihatan walaupun gadis itu berupaya menjauh, mereka terus mengikuti langkahnya seakan predator yang enggan melepas mangsanya.





Gadis itu kembali berpaling, kelihatan kurang senang dikeributi. Segera ia memasukkan tangan ke dalam tas kecilnya dan mengambil hape.





Sang pria langsung mengetahui kalo ia harus segera turun tangan. Dari tadi ia gak tega membiarkan gadis ini diganggu, tapi ia ingin meyakinkan dulu kalo dia satu-satunya orang yang menjemput gadis itu. Dengan cepat ia segera menghampiri gadis itu dan memaksa mendekatinya.





“Cewek, suka naik ojek jo?” Ia menawarkan tepat di samping gadis itu.





Seperti terhipnotis gadis itu segera berpaling mendengar suara yang sangat dirindukannya. Segera ia berpaling dan melihat sosok cowok tampan yang ada disampingnya, tanpa dapat di tahan, tangannya langsung terbuka memeluk pria itu dengan erat.





“Kak Beni!”





Sedangkan pria itu agak kaget menerima pelukan gadis yang sangat dirinduinya itu didepan umum. Dengan gugup ia mengangkat tangannya pelan dan perlahan membalas pelukan, sambil membelai rambut pendek sebahu yang begitu harum.





“Keia, udah ah… kita masih di airport!”





Keia dengan enggan melepaskan pelukan dan menatap wajah cowok itu sambil tersenyum.





“Ih… jahat, biarin aku sendiri!”





“Eh, kan aku sudah di sini!”





“Kenapa baru datang?”





“Aku sudah dari tadi kok!”





“Iya, terus kenapa baru menemuiku?” Keia bertanya lagi sambil tersenyum. Ia pasti udah tahu apa yang menyebabkan cowok itu enggan menemuinya langsung.





“Keluarga kamu gak jemput?”





“Mama dan papa masih di Jakarta. Aku datang sendiri…” Kata gadis itu sambil berjalan berdua menuju ke parkiran.





“Kamu beneran bawa motor?”





“Gak kok, aku pinjam mobil ke teman! Aku pikir kamu bawa barang, masak jauh-jauh dari Amrik bawa tas sekecil ini” Kata cowok itu menunjuk ke arah sebuah mobil sejuta umat berwarna silver yang terparkir di ujung jalan.





“Iya, aku bawa bagasi, tapi nanti diambil porter dan langsung dijemput sopirku!” Gadis itu menjelaskan. Beni langsung bingung, ‘kalo sopirnya bisa jemput, ngapain juga ia harus datang?’





“Kamu tunggu di sini, nanti aku jemput di sini” Kata cowok itu.





“Gak, aku mau jalan sama kamu aja!”





“Eh, jangan. Aku harus mendinginkan mobil itu dulu, soalnya AC-nya agak lama baru dingin, kasihan kamu udah kepanasan!”





“Gak apa-apa, asal sama kamu!” Kata gadis itu nekad. Sang pria hanya bisa geleng-geleng kelapa sambil menuju ke parkiran.





——





“Maaf yah, harus buka kaca dulu, ini AC-nya masih ngadat!” Kata Beni ketika mereka meninggalkan airport.





“Gak apa-apa! Aku yang harus berterima kasih Kak Beni jemput aku walaupun sibuk revisi skripsi. Kalo gak ada Kak Beni aku pasti bingung gimana mau pulang!” Kata Keia.





“Hahaha… Keia, kayak aku gak tahu aja kalo kamu punya sopir di rumah!” Kata cowok itu.





“Ihhh… romantis dikit gak bisa sih!” Kata gadis itu sambil tertawa.





“Kita langsung ke restoran yah?” Tanya Beni.





“Aku lapar, sih tapi….” Keia menggantungkan kata-katanya.





“Ayo ke restoran yang lalu, kamu maukan?” Beni mengajak lagi.





Keia menggeleng kepala.





“Makan apa?” Beni sok menawarkan padahal dalam hati bilang moga-moga gak minta yg mahal-mahal.





“Aku suka makan supermi.”





Beni jadi kaget. Apa aku harus bawa dia ke warung supermi langgananku yang berada di lingkungan kumuh?





“Kamu gak ada supermi di rumah?” Tanya Keia lagi.





“Ada sih, tapi?” Beni masih bingung apa maunya gadis ini. ‘Apa ia mau cari tahu di mana aku tinggal?’ pikir Beni. Sedangkan Keia terus aja tersenyum melihat kebingungannya.





“Yuk... kamu masakin mie untuk aku yah!” Katanya lagi sambil memegang tangan Beni.





Beni makin bingung aja, ‘anak ini maunya apa sih’





—-





Akhirnya lega juga sampe ‘rumah’, gimana AC mobil yang terus rewel membuat Beni stress. Kasihan sekali melihat gadis yang disampingnya yang sudah keringatan, walaupun ia tidak komplain apa-apa. Untunglah mereka sudah sampai, dan bisa merasakan dinginnya AC di rumah merangkap warnet miliknya yang terletak dekat kampus, terutama dekat fakultas komputer.





Eh, tunggu! Ada satu lagi yang ditakuti cowok itu, pasti di warnet banyak orang main game waktu jam segini. Pasti banyak mahasiswa dari fakultasnya nongkrong di situ. ‘Mudah-mudahan aja lagi sepi’ Kembali ia membathin.





“Wah Bang Beni, baru sekarang aku lihat kamu bawa cewek ke rumah!” Kata Roni adiknya yang lagi mengoperasikan mesin fotokopi. Yah, Roni tadi disuruh jaga warnet. Mereka berdua sudah bagi jadwal, karena Roni juga sekarang berstatus sebagai mahasiwa di fakultas yang sama, malah sekelas dengan Keia.





Kaka-kata dari adiknya itu sontak membuat semua pengunjung warnet mendongkakkan kepala hendak melihat gadis yang bersama Beni. Memang sih Roni orangnya humoris, suka meledek kakaknya yang menurutnya terlalu lama menjomblo.





“Wah Ben pinter juga kamu cari cewek.” Kata seorang pelanggannya yang lagi main game..





“Siapa itu Ben? Kenalin dong.” Nyeletuk pelanggan lainnya.”





Beni hanya tertawa sambil mengajak Keia ke belakang warnet. Gadis itu berbalik menghadap semua orang.





“Keia?” Kata Roni yang pertama mengenal gadis itu.





“Astaga, Keia?” Mereka baru sadar kalo itu gadis yang sangat mereka kenali.





“Eh hai... “ Keia jadi gugup mengahadapi teman-temannya sefakultas yang menjadi pelanggan tetap disitu. Wajahnya jadi kemerahan.





“Kirain kamu masih di Amrik? Udah balik yah?”





“Aku baru turun dari airport, dijemput Beni!” Katanya sambil malu-malu menggandeng tangan Beni yang udah gugup gak karuan.





“Keia, kamu pacaran dengan Beni?” Tanya seorang cewek bernama Irina, teman sekelasnya.





“Kalo aku pacaran dengan Beni emang kenapa?” Tanya Keia balik membuat mereka semua jadi kaget.





Keia kembali menarik tangan Beni dan berjalan menuju je tempat tinggalnya dibelakang warnet. Begitu pintu ditutup, suata orang ribut di luar tanya-tanya.





Tapi tak lama kemudian Beni keluar lagi menuju ke warnet, lalu berbisik kepada adiknya sambil memberikan uang. Ia cepat-cepat kembali ke belakang ketika suara Roni terdengar kuat.





“Pacar secantik itu cuma dikasih makan supermi doang?”





“Hahahaha...” Semua yang di ruangan itu langsung tertawa, sedangkan Beni cepat-cepat masuk dan menutup pintu.





Di bagian belakang warnet, Keia menyambutnya sambil senyum-senyum. Pastilah ia mendengar celoteh adik kandung Beni.





“Kamu tinggal di sini?” Tanya Keia.





“Iya, aku sama adikku, Roni!”





Keia memandang keliling, ruangan yang hanya seluas 2 x 6 meter itu disulap menjadi kamar tidur, ruang belajar, ruang makan dan dapur. Sedangkan kamar mandi harus nebeng dengan WC warnet.





Mata Keia kini terpusat pada tumpukan buku dan makalah, serta skripsi cowok itu yang penuh coretan revisi. Dan di diatas meja belajar kumuh itu ada foto keluarga, ayah dan ibu, serta tiga orang anak, dua cowok dan satu cewek yang paling kecil.





“Orang tua kamu?”





“Ayahku meninggal karena kecelakaan, dan Ibuku sementara sakit dan dijaga adik perempuanku yang baru lulus SMA di kampung.” Kata Beni tanpa malu-malu menceritakan keluarganya.





“Sejak kapan ayahmu meninggal?”





“Sejak aku kelas 2 SMA. Itu foto kami terakhir!”





“Jadi kamu cari uang sendiri untuk kuliah?” Tanya Keia.





“Iya, aku diberikan modal oleh teman untuk buat warnet dan fotokopi, dan kalo ada kelebihan kirim ke adikku di kampung. Yah, kamu lihat sendiri sekarang bagaimana.” Ujarnya.





“Kamu hebat, sudah mampu menafkahi keluargamu!” Kata gadis itu terharu. Ia makin kagum terhadap cowok itu. Entah berapa lama mata mereka bertemu, makin kuat rasa gadis itu terhadap sosok tegar yang ada didepannya.





“Eh kamu apain hape-ku!” Tanya Beni melihat tampilan wallpapernya udah berganti. Ia baru sadar kalo cewek itu dari tadi mengutak-atik hape blackberry jadulnya.





“Taruh foto aku!” Kata Keia tersenyum.





“Kenapa?”





“Supaya kamu lihat terus. Siapa tahu nanti kamu jatuh cinta…!” Kata Keia menggodanya.





“Ihhhh…. modus”





“Hahaha...Kamu gak marah kan?” Tanya Keia.





“Iya!” Jawab cowok itu singkat. Gadis itu gak tahu betapa hati cowok itu berdebar-debar tak karuan.





“Cantik gak?”





“Cantik kok!” Beni masih gugup, suaranya terasa bergetar.





“Baguslah, soalnya Kamu save nama aku Keia cantik. Eh, jangan-jangan udah cinta beneran?” Kembali Keia menggodanya.





“Eh gak…” Beni jadi kelabakan.





“Oh, kirain.” Keia kembali tersenyum mendapati kegugupan cowok itu.





“Eh Roni udah ada?” Mereka kaget mendapati kalo adik Beni udah ada di situ sambil tersenyum-senyum melihat kemesrahan mereka.





“Dari tadi Keia, tuh superminya udah siap., tuan putri”





“Kok aku gak lihat kamu datang?” Kata Keia.





“Gimana mau lihat, matanya gak bila lepas dari kakakku… hahaha, siapa suruh sibuk pacaran sih!”





“Eh…!” Kali ini Keia yang gugup. Beni juga kaget.





“Hahaha…” Roni tertawa, dari gerak-gerik mereka ia tahu sekali apa artinya.





——





“Kak Ben, kita naik motor aja yah?” Kata Keia.





“Hahaha, udah trauma dengan mobil tanpa AC?” Kata Beni, ia makin lepas setelah ngobrol lama dengan gadis ini.





“Iya!” Kata gadis itu singkat, sambil mengambil helm hijau yang ditawarkan cowok itu. Soalnya Beni sering ngojek waktu gak ada kerjaan.





Tadi Keia menceritakan pengalamannya di Amerika. Ia juga menyinggung kalo Aldo sepupunya udah jadian dengan Deyara. Ia sempat ketemu mereka, bersama Kak Titien dan Kak Naya. Beni menambahkan bagaimana bantuan dari Kak Titien yang memberikan modal awal kepada warnet mereka, dan terus mendorongnya untuk kuliah.





Beni juga menceritakan persahabatannya dengan Doni, adik Titien sejak di kampung. Doni banyak membantunya setiap kali ia mengalami masalah. Mobil yang dipakai jadi juga milik Doni, yang sehari-hari dipake oleh pembantunya untuk ke pasar.





Tak terasa hari sudah hampir malam waktu Beni memutuskan untuk mengantar gadis itu pulang.





“Eh, Kak… langsung ke rumah yah, kita makan aja di rumah, aku sudah pesan ke pembantu siapkan makanan enak!” Kata Keia waktu Beni mengantarnya pulang.





“Tapi, aku mau bawa kamu ke restoran”





“Tadinya sih, tapi Aku mau langsung ke rumah!”





“Kamu gak lapar?” Ajak Beni seakan memaksanya ke restoran.





Keia menggeleng.





“Kamu kan cuma makan supermie tadi siang!”





“Iya, aku lapar tapi mau makan dirumah! Aku sudah telpon orang rumah masak!” Kata Keia lagi, ada aja alasannya.





“Tapi…” Cowok itu mencoba mendesak, tapi ia tahu kalo ia gak bisa memaksa.





“Kak Beni temani aku makan nanti yah…”





“Oke deh!”





Sepanjang perjalanan gadisi itu terus memeluk dengan erat, seraya menempelkan dadanya ke punggung cowok itu. Dari tadi Beni sudah merasakan kenyalnya daging bongkahan dada milik gadis cantik itu, tapi ia gak bisa buat apa-apa.





Tak lama kemudian, motor itu segera berbelok menuju sebuah rumah yang megah di pinggiran kota Manado tak jauh dari Bandara. Mereka langsung berhenti didepan pagar tinggi.





“Open the gate, Dolly!”





Seakan mengenal suara gadis itu, serta-merta pintu gerbang terbuka sendiri.





Setelah memarkirkan motornya, sang cowok mengiringi langkah gadis itu ke pintu rumah. Ia terlihat kagum dengan kemegahan rumah yang bergaya modern yang terlihat dari luar, tapi hanya menyimpan pujiannya dalam hati.





“Open front door, Dolly!” Kata gadis itu terdengar jelas ketika mereka menuju ke pintu yang secara tiba-tiba terbuka otomatis. Segera mereka masuk sambil menarik koper kedalam kamar sang gadis.





Kalo sebelumnya ia terkagum karena melihat kemewahan rumah yang berdesain futuris itu, sekarang Beni tercengang melihat kecanggihan teknologi smart house yang terinstall di rumah tersebut. Dan sepertinya Keia sengaja pamer, terus menghidupkan fitur2 rumah, termasuk pencahayaan, jendela dan curtain, air condotion, bahkan TV screen dan sebagaian pajangan foto.





“Kamu sengaja pamer yah?” Beni menyadari kalo Keia memperhatikan wajahnya dari tadi.





“Hehehe... kak Beni sih sampe segitunya!” Kata Keia sambil tertawa lepas.





Beni hanya bisa menggaruk kepala, merasakan jurang status sosial antara keduanya makin lebar. Keia adalah seorang anak pengusaha top, sedangkan dirinya hanya bermodalkan warnet kecil di sudut kampus.





“Taruh situ aja Kak, terus tunggu aku mandi dulu!” Kata gadis itu membuyarkan lamunannya.





“Kalo gitu… aku…!” Dengan ragu-ragu Beni berencana untuk pamit, tapi kata-katanya langsung di sambung oleh Keia.





“Eit, jangan ke mana-mana, Kak Beni sudah janji mau temani aku makan di rumah.” Kata gadis itu centil.





“Eh terus aku tunggu di mana?” Kata Beni dengan gugup.





“Kamar ini aja, gak apa-apa. Ato mau ikutan mandi?” Keia mengerling dengan centil membuat aku tambah gugup. Ia malah mulai melepaskan pakaiannya luarnya segera sebelum menutup tubuhnya dengan handuk. Hal yang sukses membuatku deg-degan atas tingkahnya yang centil. Tak lama kemudian terdengar ia tertawa cekikikan karena kegugupanku.





“Dasar!” Aku mengumpat.





“Keia, aku tunggu di luar aja.” Masih terngiang di kepala cowok itu bagaimana Keia melepaskan pakaian luarnya dan membalut tubuhnya dengan handuk.





“Gak usah, di sini aja!” Kata cewek itu dari balik kamar mandi.





Aku masih berdiri terpana gak tahu harus buat apa. Akal sehatku menyuruhku untuk segera keluar, namun aku penasaran apa yang akan terjadi. Siapa sih gak akan penasaran kalo gadis secantik Keia sempat pamer di depanmu. Tanpa sadar aku terduduk di tempat tidur sambil membuka hape untuk cek email ataupun sosial media. Ternyata Keia belum memberitakan kedatangannya di sosial media, instagrammnya masih berisi postingannya di Los Angeles.





Apa ia sudah kasih kabar kepada orang tuanya kalo udah tiba dengan selamat? Tiba-tiba terdengar bunyi sms di hape gadis itu yang hanya terletak di meja. Dengan penasaran aku mencoba melihat di notifikasi, kali aja aku tahu siapa yang kirim.





“Keia, udah sampai di Manado? kasih kabar dong!” Itu sms dari Aldo.





Aku tersenyum mengingat cowok itu, dulu aku sempat cemburu melihat kedekatannya dengan Keia, dan merasa gak mungkin aku bisa bersain dengan Aldo mendapatkan gadis itu. Eh, ternyata Aldo adalah sepupunya. Ketika Keia mengatakan hal tersebut beberapa bulan lalu, aku merasa orang paling bego sedunia.





Aku juga tahu Keia itu dekat dengan Doni, sohibku, tapi aku tidak menganggapnya ancaman kareka aku tahu kalo ia sudah lama pacaran dengan Cherry.





Aku kembali merasa bodoh sekali, selama ini Keia memang masih single. Kenapa aku tidak pdkt dari dulu.





Selama ini aku merasa ia jauh tak terjangkau, udah cantik, kaya dan gaul lagi. Sedangkan aku hanya orang yang trus berjuang membiayai keluargaku dan uang kuliah adik-adikku. Tapi tak disangka justru gadis itu yang mendekatiku tanpa memperdulikan statusnya. Aku tahu Keia gak akan minta yang mahal-mahal, makan aja suka di kaki lima, atopun nasi kuning murah kegemarannya. Sukar membayangkan gadis idola yang down-to-earth kayak dia.





Setelah sepuluh menit aku merasa ia sudah selesai mandi. Udah tidak kedengaran lagi bunyi air dari shower.





“Kak, boleh tolong ambil sandal aku!” Kata Keia dari dalam kamar mandi. Astaga, godaan apa lagi ini.





“Taruh di mana?” Tanyaku.





“Di pintu aja… aku sudah selesai mandi kok!” Kata gadis itu dari dalam.





Segera aku mengambil sandal dan membawanya… tanpa berpikir panjang aku membuka pintu pelan-pelan dan menengok ke dalam.





Aku terkesiap mendapati Keia hanya berbalutkan sepotong handuk yang tak mampu menutupi aset-aset penting tubuhnya. Mungkin sekali ia tidak menyadari kalo pintu sudah terbuka, dan mataku menikmati tubuh seksi yang menyembul di sela-sela handuk. Keia masih sibuk dengan perawatan wajah di depan cermin, sedangkan aku masih terpana dengan pemandangan indah.





Cukup lama aku diam, gak tahu harus buat apa. Sementara mataku terus mengagumi pemandangan itu. Pada waktu Keia mengangkat tangan mengambil sesuatu dan tiba-tiba handuknya jatuh!





“Hhhhhhhhhhh!” Aku menarik nafas panjang melihat moment erotis tersebut dan langsung merekamnya di otak.





Tubuh yang telanjang bulat membuat mataku sempat terpaku tak berkedip… sepasang payudara yang sekal yang pernah aku intip dulu kini terekspos bebas, kulit yang putih dan mulus, perut yang rata dan selangkangan yang ditutupi oleh rambut hitam yang tipis menutupi belahan yang masih perawan itu jelas tersaji didepanku.





Tubuh gadis itu benar-benar indah dan seksi. Untuk beberapa waktu lamanya Ia masih terus berlenggak-lenggok di depan cermin memamerkan aset-aset yang mampu membuat cowok mabuk kepayang. Sementara aku tersandera dengan pemandangan yang indah tersebut tak mampu bergerak sama sekali.





“Ahhhhhhh!” Keia agaknya baru menyadari keberadaanku, ia berteriak ketika melihat ke arah pintu.





“Eh maaf!” Aku memalingkan pandangan, baru sadar kalo aku sudah lancang, dan langsung menutup pintu.





“Ihhhhhh….!” Terdengar suara gadis itu mengeluh, pasti ia malu.





Segera aku menjauh setelah sebelumnya meletakkan sendal didepan pintu. Aku baru ngerti kalo sandalnya disuruh taruh di luar pintu, bukan di bagian dalam. Kok aku bego sekali, pantesan ia kaget melihat aku ngintip. Apa ia marah yah?





Agak lama juga waktu yang ia butuhkan baru keluar dari kamar mandi, masih mengenakan handuk kecil yang tak mampu menutupi dengan sempurna tubuh yang seksi itu. Tanpa berkata-kata, Keia segera menuju ke lemari pakaian dan membuka salah satu rak yang tersedia. Dari tadi ia masih diam, mungkin masih malu dengan kejadian tadi.





Aku langsung berbalik belakang ketika melihat ia keluar, tapi agaknya keberuntungan berpihak padaku. Di depan wajahku ada cermin yang besar, sehingga dengan mudah aku dapat melihat apa yang ia lakukan. Tapi tampaknya Keia gak marah, walaupun ia masih terus diam dan tidak menyapaku waktu mencari pakaian yang hendak dipakainya.





Aku merasa jengah, berada di satu ruangan dengan seorang gadis yang lagi berganti baju. Tapi gak lama kemudian Keia menarikku untuk berbalik menghadapnya. Ia sudah memakai baju, celana hotpant berbahan kain dengan tanktop yang tipis menjadi pilihannya.





“Kak, ayo kita makan!”





“Eh iya!” Kataku sambil melirik ke tanktopnya. Jelas ia tidak mengenakan bra…





Duh… gusti… cobaan apa lagi ini.





——





Setelah makan bersama, Keia menarik aku ke ruang keluarga dan mendorong aku duduk di sofa. Tanpa kata-kata, ia segera berbaring di atas pahaku dan menarik tanganku untuk memijit kepalanya. Kayaknya ia mau bicara…





“Kak Beni, sekarang harus jujur! Tadi Kak Beni sempat ngintip aku kan di kamar mandi?” Tanya gadis itu setelah kita berdua berada di sofa ruang keluarga.





Aku gak tahu mau bilang apa.





Tadi aku minta pamit, malah pake alasan mengembalikan mobil pinjaman, tetap aja gak dikasih sebelum memijit kepalanya. Sebenarnya ini namanya penindasan, tapi berhubung aku menyukainya maka ku biarkan aja.





“Kak…” Keia memegang tanganku dan menahannya. Wajah Keia tampak merah, apa ia masih malu?





“Katanya aku boleh ikutan mandi tadi?” Aku membalikkan pertanyaan, sengaja menggodanya.





“Ihhhh… tapi…!”





“Aku tadi mau bawa sendal ke dalam, eh malah di kasih show gratis!” Aku kembali menggoda, seakan-akan ia yang sengaja memanggilku kedalam.





“Astaga… ihhhhh…. bukan begitu” Keia menutup mukanya malu.





“Kamu seksi lho!” Aku memotongnya dan langsung menggodanya lagi.





“Kak Beni nakal!” Katanya sambil menutup mukanya dengan kedua tangan tanda ia malu sekali. Cukup lama ia diam dalam posisi ini. Aku merasa kasihan juga,, gadis yang suka menggodaku ini ternyata bisa malu juga.





“Eh, tapi aku lihatnya gak lama kok. Hanya lihat sekilas…!” Kataku taktis, padahal tadi hampir setengah menit aku terpaku didepan pintu.





“Bohong banget!” Benar aja, ia terpancing dengan kata-kataku.





“Ala…, gak percaya! Hanya sekilas, palingan baru satu menit!” Aku mencoba bercanda lagi.





“Ihhhh satu menit itu lama, kak!” Ia protes lagi masih terlihat merah karena malu. Tapi wajahnya tambah cantik.





“Maunya lihat satu jam, siapa suruh tubuhmu seksi banget…!”





“Eeeehhhhh!” Ia tahu aku meledeknya.





“Gini aja, supaya adil, kamu juga boleh ngintip aku mandi!” Kataku lagi menggodanya! Ia kini tertawa, tapi tak lama kemudian diam lagi. Pasti masih malu, padahal aku sudah mengajak bercanda tadi.





“Gini Keia, memang sih aku lihat, tapi hanya yang perlu aja!” Kataku pelan sambil mengaku dosa.





“Apa maksudnya kak? Eh berarti kakak lihat yang itu...?” Keia tidak mampu meneruskan kata-katanya.





“Iya, aku lihat semuanya tadi, kamu seksi banget” Aku kini perlahan.





“Kelihatan jelas atau sekilas doang?”





“Iya, jelas sih!” Aku berkata terus terang dan siap menerima akibat. “Aku minta maaf udah lancang. Sebagai hukumannya, Keia bisa minta apa saja, nanti aku sanggupi!” Keia kembali menutup muka mendengarnya.





Lama ia termenung, sementara aku masih diam menunggu hukuman apa yang akan dijatuhkan. Tapi aku rela dihukum apa aja demi mengintipnya lagi, hihihi.





“Oke deh, sip. Hukumannya, mulai detik ini Kak Beni harus menjadi pacarku!” Kata gadis itu masih menutup muka.





“Eh, gimana yah! Ini serius?” Aku menggodanya lagi.





Tiba-tiba gadis itu bangun dari tidurnya, dan mengambil posisi duduk dipangkuan ku. Kami saling bertatapan, dan dengan berani wajahnya mendekat hendak menciumku. Pipinya makin merah aja!





Nekad juga ia, pasti udah terbawa perasaan. Mungkin sekali karena aku sudah mendesaknya sampai ke batas yang dapat ia tahan. Ia gak bisa menahan perasaannya, rasa malu yang besar sudah telanjang didepanku, sekalian rasa ingin memiliki dan mencintai.





“Kak…” Ia tak mampu bicara, wajahnya makin dekat sedangkan bibirnya merekah setengah terbuka.





Nakal banget. Nakal dan nekad, gitulah kalo udah jatuh cinta. Gadis ini gak mampu menahan emosinya. Wajah Keia makin dekat makin merona, ia menutup matanya ketika jarak bibir kami sudah sangat dekat.





“Eh tunggu!” Aku masih sempat menaruh jari telunjuk di depan bibirku sehingga bibir kita jadi terhalang.





“Kakak gak mau?”





“Bukan itu Keia, tapi… bukan gini dong caranya…!” Aku membelai pipi dan rambutnya.





“Jadi gimana?” Ia bingung dan tampak kecewa tapi tetap menatapku.. Serta merta ia menarik kepalanya sehingga ada jarak. Aku gak boleh buat ia makin kecewa…

“Gini…” Aku memeluknya sambil terus membelai rambut yang masih basah. “Keia sayang, kamu mau kan jadi pacarku, aku cinta kamu… yah, aku mencintaimu dari lubuk hatiku yang paling dalam, dan bertemu kamu di airport tadi merupakan kebahagiaan yang terbesar yang pernah kurasakan!”

Mata gadis itu berbinar-binar.

Aku tahu apa maunya selama ini, ia sudah memberikan signal kuat sejak pertemuan kita yang lalu. Dan pastilah aku mengerti apa maksudnya bela-belain telpon aku dari Amerika, dan menyuruh aku menjemputnya di airport.

“Bener kak?” Keia menatapku mencari pembenaran di mataku.

Aku mengangguk…

“Kamu mau kan, sayang?”

“Iya, iya aku mau…” Keia memelukku terharu.

“Sekarang tutup mata…” Aku berbisik, sambil mengangkat dagunya. Keia langsung tahu…

Kali ini bibirku yang mencari bibirnya, dan tak lama kemudian kita berdua larut dalam ciuman yang panjang dan penuh cinta.

Cupppp… Satu kali kecupan panjang, begitu terasa getar-getar cinta dalamnya. Keia masih menutup mata…

“Kak?” Ia berbisik.

“Yah sayang?”

“Aku malu sekali tadi…” Katanya sambil memelukku erat.

“Malu kenapa?”

“Siapa gak malu udah telanjang didepan Kak Ben tadi…”

“Hahaha… aku juga kaget lho, tiba-tiba ada suguhan pepaya di kamar mandi!” Aku meledeknya, ia makin membenamkan wajahnya di dada.

“Ihhh… nakal.!”

“Tumben kamu yang duluan minta aku jadi pacarmu?” Aku menggodanya lagi.

“Kakak sih, lama-lama nembak aku!” Katanya sambil mencubit pipiku. “Jadi cowok harus berani dong, jangan pengecut!” Ia membalas godaanku.

Aku memeluknya.

Tiba-tiba ada sms masuk ke hapeku… dari Roni, yang sudah siap di restoran dari tadi, dan ia tanya apa aku jadi nembak malam ini. Keia sempat baca, dan ia menatapku dengan tatapan penuh pertanyaan.

Aku tersenyum.

“Apa itu?” Ia kembali bertanya.

“Eh, sebenarnya tadi aku sudah siapin spesial surprise untuk kamu di restoran kesukaanmu, maksudnya aku mau tembak kamu dengan cara yang spesial.” Beni kini berterus terang dengan rencana-nya.

“Astaga, beneran?”


“Iya, tapi kamu yang menolak, malah maksa aku ke rumah dulu! Eh, malah aku yang ditembak pake pameran papaya” Beni tertawa lagi.


“Ihhhh…. jahat banget jadi orang!”


“Siapa suruh kamu yang duluan pamer, jadi aku gak bisa tahan bilang cinta!” Gombalku lagi, Keia makin memelukku.


“Makasih yah!” Hanya itu kata yang bisa keluar.


“Iya…” Beni tak sempat bicara lagi, bibirku kembali dilumat dengan penuh perasaan yang tertuang. I love you, Keia.





——
 
Terakhir diubah:
Akhirnya di lanjut terima kasih suhu update terbarunya suhu. Menunggu kisah titien
 
Lumayanlah, walau sebenarnya mengharapkan lanjutan POV Titin yang lagi dilema nikmat dari boy and the geng
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd