BIMBANG
Aku beranjak ke toilet untuk membasuh mukaku agar dapat meredakan segala emosiku, diatas meja disudut ruangan tak sengaja kumelihat figura, sebuah foto Neng bersama Yoga, aku ambil kemudian ku capture menggunakan kamera ponselku agar aku ingat wajah dari musuh terbesarku saat ini.
Aku meyakinkan Neng bahwa semuanya akan baik baik saja, aku berjanji pula tidak akan melakukan hal-hal hal bodoh seperti yang dia minta.
Aku pamit untuk pulang setelah tangisan Neng mulai reda.
Didalam mobil pikiranku melayang, betapa besarnya kesalahan yang aku perbuat, sehingga sangat berpengaruh begitu besar dalam kehidupan Neng, tapi aku ingat perkataan Riska, bahwa jalan hidup seseorang telah digariskan, semua sudah ditetapkan oleh Sang Maha Pencipta, tapi batinku menjerit, kenapa harus aku, kenapa harus dia........ Aaaarrrrgggghhhhhh..... Podaran ku Aing sia Yogaaaa!!!!!!
Aku ambil ponselku untuk kembali melihat wajah Yoga, begitu screen lock aku buka, nampak ada 13 notifikasi panggilan tak terjawab, juga ada beberapa pesan Whatsapp yang belum sempat aku baca, karena sedari malam ponsel aku aktifkan dalam mode senyap.
Semua panggilan dan pesan dari nomor yang sama, Riska.
" Mas belum masuk kerja kan?? Aku lagi di cafe burangrang tempat kita ketemu dulu waktu mas bawain kunci mobilku"
"Mas"
"Mas kok ga dibaca"
" Mas.. Aku telpon berkali-kali ga diangkat "
" Mas kamu dimana? "
"Masssss........ "
Beberapa pesan whatsapp dari Riska yang baru saja aku baca.
Aku lalu menghubungi Riska
"Kamu dimana "
" Sebel aku sama kamu mas, aku WA ga dibaca, ditelpon ga diangkat " Jawab Riska
" Biar nanti aku jelaskan,, kamu dimana ini? "
" Aku lagi ditaksi dijalan Cipaganti, tadinya mau jalan jalan ke Rumah Mode Factory outlet "
" Ke cafe lamping Ris, di jalan Jurang, tunggu aku, sepuluh menit aku sampai"
" Iya mas" Jawab Riska.
Limabelas menit kemudian aku tiba di cafe lamping, Riska nampak dingin dalam menyambut kedatanganku, nampaknya dia sedang kesal.
" Dari tadi? " Tanyaku
" Baru kok mas belum lama"
"Kok manyun aja, ga ada cipika cipiki"
" Iya nanti dirapel kalo moodnya udah bagus, kesel aku sama kamu mas ga ada kabar, ga ada peduli sama aku" Ucap Riska merajuk
" Sabar Ris, nanti aku jelaskan semuanya, mau pesan apa? "
" Aku masih kenyang, tadi abis makan di cafe burangrang, lemon tea aja mas" Jawab Riska
Kemudian aku menghampiri waiters, memesan lemon tea, vietnam drip papua cofee dan satu porsi roti gandum bakar topping keju.
" Maafin mas ya sayaaannnnk, hari ini bukan hari yang bagus buat aku yank"
Sengaja aku panggil dia sayank, menggoda dia agar moodnya kembali ceria.
"Serius? " Tanya Riska
"Apanya? " Aku balik bertanya
" Serius sayangnya? " Riska kembali bertanya
" Dua rius yankkk" Jawabku
" Aku mau semiliyar rius masssssss "
Raut wajah ceria sudah mulai nampak dari air mukanya, lalu aku pegang tangannya ku kecup dengan mesra.
" Hmmmmm baccarat... Benar benar gersangggg"
" Loh kok gersang? ' tanya Riska kebingungan
" Segarrr dan merangsaaannnnnggggg " Jawabku
" Parahhhhhhhh " Ucap Riska sambil tertawa dengan ceria
Tak berselang lama, pesanan tiba, lalu aku mulai ceritakan semua hal tentang Neng kepada Riska, dia nampak berempati aku lihat dari raut wajahnya yang nampak merasakan kesedihan yang Neng rasakan.
" Uwasuuuu buajingannnn " Riska mengumpat Yoga dengan bahasa dan dialek Surabaya nya yang kental.
" Berapa total hutang Yoga yang harus Neng bayar mas? "
" Sekarang tinggal tersisa lima jutaan, itupun kalau Neng ga telat bayar, kalau telat ya akan terus bertambah banyak " Jawabku
" Bayarin mas, lunasin, aku ada uang tabungan, pake aja ga apa-apa aku rela aku ikhlas" Ucap Riska
" Makasih Ris, ga usah, biar masalah uang menjadi urusanku, aku ga akan melibatkan kamu dalam masalah ini, aku hanya sekedar berbagi cerita aja kok, bukan maksud minta bantuan"
"Hmmmmmmmm..... " Ucap Riska dengan wajah kecewa
" Kenapa ? " Tanyaku
" Kok manggil akunya Ris lagi sih..., aku mau di panggil sayangnya bukan cuma sekali kan, aku mau semiliyar kali" Ucap Riska...
" Ohh maafkan aku sayangku, cintaku, cahaya hatiku, bidadari penyelamat ku"
" Huaaaaaaaaaaaa lebaaaayyyyyyy" Jawab Riska kembali tersenyum.
" Tapi seriusan loh mas, masalah hutang Neng, biar jadi urusan aku mas, aku ga akan melibatkan diri, hanya sebagai bentuk empati dariku sebagai seorang wanita yang sama-sama merasakan penderitaannya"
" Terimakasih sebelumnya Yankk... " Ucapku
" Sini sini masku sing bagus dewe.... Aku mau rapel cipika cipikinya" Ucap Riska
Kemudian Riska menciumi pipiku berkali-kali, rapel katanya.
" Unchhhh makasih sayaaankkk, luv u" Ucapku
" Love u too mass" Jawab Riska disertai kecupan ditanganku
" Aku lagi cari cara ini Yank, mencari cara apa yang harus aku lakukan untuk memberikan pelajaran pada si Yoga"
" Ga usah mas, mas fokus aja untuk selametin Neng, ga usah urusin masalah emosi mas kepada Yoga"
" Tapi aku sakit hati yaannnkk... "
" Apalagi Neng mas, dia juga sakit hati, akupun begitu, dan Neng pastinya akan lebih sakit hati lagi apabila Mas berbuat konyol demi sebuah emosi, inget Maas, kamu tuh udah bukan bujangan lagi, banyak orang yang terlibat dan sayang dalam kehidupanmu, ada anakmu, istrimu, Neng, dan tentunya aku"
Ucapan Riska sama dengan apa yang Neng ucapkan tadi, ditambah sebuah embel embel bahwa dia juga menyayangi aku.
Beberapa saat kemudian ponselku berdering, Neng menelponku, aku ijin pada Riska untuk mengangkat telpon darinya, dia pun mempersilahkan..
" Iya geuliss"
" Aa dimana? " Tanya Neng
" Aa lagi ngopi diluar Neng, kenapa ? "
" Aa plissssss yaaa, Neng mohon kontrol emosi Aa ya... Sayangi diri Aa, sayangi keluarga Aa, dan sayangi orang-orang yang juga menyayangi Aa, termasuk mamah dan Neng tentunya"
" Iya Neng iyaa.. " Jawabku
" Ya udah A, janji yaaa" Ucap Neng kemudian menutup telponnya
" Kenapa Neng mas? " Tanya Riska
" Sama seperti yang kamu ucapkan barusan Yank, mengingatkan aku agar tak melakukan hal bodoh dalam bertindak, memintaku meredakan emosiku kepada Yoga" Jawabku
" Tuh kan samaaaaa, aku dan dia sama mas, sama sama menyayangi kamu" Ucap Riska
Hatiku menjadi bimbang, antara memaafkan atau membinasakan