[CHAPTER 1] Part 1 - Air dan Api (Crease Guardian Summit)
Capital City of Ranquille, hari ke-20, bulan ke-1, tahun 949 CP
"Sampaikan kepada Yang Mulia Raja Humboldt bahwa kami, rombongan dari Juravia, telah tiba untuk menyampaikan salam," ucap seorang pria muda dengan jubah biru tua kepada penjaga pintu ruang tahta Lodiston Imperial. Di belakang pria itu berdiri tiga orang lagi, seorang laki-laki dan dua orang wanita, dimana salah satunya adalah Lady Almaiel.
"TEEEENGGG!" penjaga pintu itu lantas membunyikan lonceng yang digantung di dekatnya dan berseru, "DELEGASI DARI MAGIC KINGDOM OF VANAIN TELAH TIBA!"
"JLENG...KRIIEEET!" beberapa detik kemudian, pintu besar berhias ukiran indah itu dibuka dari dari dalam oleh sepasang penjaga. Bersamaan dengan langkah masuk rombongan itu masuk, terlihatlah sebuah ruangan yang berbentuk bulat sempurna. Alasnya terbuat dari batu pualam yang digosok hingga mengkilat. Langit-langitnya dibuat menjulang tinggi hingga ujungnya susah untuk dilihat. Di ruangan itu berdiri sepasang ksatria berbaju besi lengkap dengan jarak kosong antara masing-masing penjaganya sebesar setengah kuadran. Mereka bergeming sempurna laksana patung sambil berpangku tangan pada sebuah pedang yang bilahnya saja lebih panjang dari kaki orang dewasa. Ruangan tahta itu terasa begitu resmi dan kaku jika tidak karena karpet merah bersulam benang emas dengan motif singa yang dibentangkan dari pintu masuk hingga ujung ruangan.
Dua orang istimewa hadir di ujung ruangan itu. Salah seorang sedang duduk santai di singgasana bertatahkan emas dan batu berharga sedang seorang lagi berdiri siaga sambil mengamati rombongan dari Juravia tanpa berkedip sedikitpun.
Raja Humboldt Deckering sudah memasuki usia senja. Rambut coklatnya hanya tinggal beberapa helai saja, tersamarkan oleh lebat uban putih di wajah yang terlihat letih. Cambang dan kumis yang panjang hampir menyembunyikan ekspresi wajahnya. Dengan malas Raja Humboldt melirik ke arah para tamu yang berjalan mendekat. Air mukanya berubah ketika melihat sosok seseorang yang amat ia kenal di antara para wajah yang sulit untuk ia ingat karena usianya yang sudah uzur. Ia menatap seorang wanita bergaris muka tirus dengan rona wajah yang sedikit pucat. Umur wanita itu kira-kira sekitar hampir masuk lima puluh tahun. Wanita itu mengenakan gaun panjang dari beludru berwarna gelap dipadu dengan rompi panjang yang berkilauan. Tampilannya semakin anggun dengan rambut merah yang digelung rapi ke belakang dan dikunci sebuah tiara berornamen batu mulia warna-warni.
"Aku tak menyangka kalau Ratu Belziel sendiri yang datang ke gubukku yang sederhana ini," seru Raja Humboldt riang sembari bangkit dari posisinya yang setengah merebah tadi. Rangka tuanya rupanya tidak bisa diajak kompromi ketika Raja Humboldt sedikit oleng saat mencoba berjalan menuruni anak tangga yang berada beberapa langkah dari di depan tahtanya.
Sang ksatria tadi bergegas maju menangkap lengan pemimpinnya dan membantunya untuk kembali tegak. "Hati-hati Ayah," bisik pria berwajah tegas itu.
"Aku tak apa-apa Leonard," sergah sang raja pelan dan memberikan isyarat kepada pengawalnya itu bahwa dirinya baik-baik saja. Raja Humboldt kemudian maju mendekati Ratu Belziel dan menyambut tangannya. "Cup," Raja Humboldt memberikan sebuah kecupan ringan di punggung telapak tangan Ratu Belziel sebagai penghormatan bagi pemimpin kerajaan sihir yang ternama itu. "Maafkan kelakuan kikukku barusan, aku hanya terlalu gembira melihat ratu bisa hadir," pujinya.
"Baginda Raja, anda terlalu memuji. Maafkan juga kelakuan kami yang jarang berkunjung ke Ranquille akhir-akhir ini," ucap Ratu Belziel dengan suara yang lembut. Meski tidak muda lagi, Ratu Belziel tetap menawan dilihat dari sisi manapun.
Raja Humboldt lantas menggaetkan tangan Ratu Belziel ke lengannya. "Biar pria tua ini mengantarkanmu langsung ke ruang pertemuan," ujarnya sambil kemudian memerintahkan pengawalnya, "Leonard! Ayo kita ke ruang konferensi. Kita mulai saja pertemuannya. Kurasa semua petinggi Pandea dan orang-orang dari CGA sudah di sini."
"Baik, Ayah," sahut Leonard bergegas membukakan sebuah pintu kecil di samping aula bundar itu. Ia lalu memimpin rombongan itu masuk.
Pintu itu tersambung dengan sebuah koridor sempit yang panjang. Sisi langit-langitnya terdapat lubang di mana angin dan cahaya matahari bisa menyelinap masuk sehingga memberi sedikit kesan hidup di lorong yang sebetulnya tampak suram itu. Perjalanan mengarungi selasar itu diiringi dengan riuhnya obrolan antara Raja Humboldt dan Ratu Belziel. Kedua orang itu sibuk saling bertanya kabar dan mencari tahu tentang apa saja yang telah mereka lewatkan ketika diri mereka direpotkan oleh urusan pelik politik dan pemerintahan di negeri mereka masing- masing. Rangkaian kata-kata dari sepasang kawan lama itu hanya diselingi ketukan langkah kaki para pengikut yang sengaja diam membisu guna memberikan sedikit ruang berharga bagi junjungannya untuk bernostalgia.
Sekitar dua menit kemudian, Leonard mendorong pintu di ujung seberang gang yang baru saja mereka tempuh. "Cklek...," begitu terbuka sedikit, ramai suara orang bercakap-cakap langsung menyelinap masuk. Lorong itu ternyata tersambung dengan ruang konferensi utama di mana acara pertemuan digelar.
"RAJA HUMBOLDT DARI LODISTON IMPERIAL DAN RATU BELZIEL DARI MAGIC KINGDOM OF VANAIN HADIR DI RUANGAN PERTEMUAN!" teriak Leonard lantang.
Para peserta pertemuan itu mendadak hening dan berdiri untuk menghormati kedatangan dua pimpinan kerajaan itu.
"Jangan sungkan saudara-saudaraku. Silakan duduk dan anggap rumah di rumah sendiri," celoteh Raja Humboldt ketika ia meniti jalan menuju mimbar yang terletak di balkon paling atas tempat sidang. Sementara itu, Leonard mengawal delegasi dari Juravia untuk menempati tempat duduk di tribun yang disediakan khusus untuk perwakilan dari kerajaan sahabat.
Sesampainya di mimbar itu, sang raja menanti sejenak hingga seluruh peserta konferensi tenang dan memperhatikan. Sesudah ruangan senyap, Raja Humboldt pun menarik nafas dan memulai sambutannya, "Selamat datang di Ranquille tuan-tuan dan nyonya-nyonya. Pertama-tama, saya sangat berterima kasih atas kehadiran saudara-saudara sekalian di ruangan ini. Saya selaku pimpinan dari Lodiston Imperial merasa telah mendapatkan kehormatan yang luar biasa besar, dapat menjadi tuan rumah untuk pertemuan istimewa dari seluruh pemerintah dan kalangan yang peduli atas kelangsungan hidup kita di Benua Pandea ini," buka Raja Humboldt.
Sejenak sang raja melayangkan pandangannya ke seluruh ruangan sebelum melanjutkan pidatonya, "Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, kehadiran kita bersama kali ini adalah untuk membahas tentang kinerja Crease Guardian Authority, apa-apa yang baru saja mereka capai, dan bagaimana persiapan mereka menghadapi tantangan ke depannya.
Karena saya yakin sebagian besar dari para hadirin sekalian yang duduk di tempat ini sudah mengetahui mengenai alur acara ini, saya tidak akan berlama-lama lagi dan akan langsung masuk pada rangkaian acara utama.
Kira-kira tiga bulan yang lalu, unit Crease Guardian kita sekali lagi telah berhasil menghalau upaya invasi yang dilakukan oleh kaum terkutuk dari Netherworld Realm. Kegagalan mereka untuk menguasai tanah Pandea adalah kemenangan bagi kita, kemenangan bagi seluruh ras dan suku bangsa yang hidup di Pandea.
Namun kesuksesan itu kita bayar dengan harga yang sangat mahal. Dengan perasaan duka cita yang sangat mendalam, saya ingin menyampaikan bahwa dua anggota terbaik Crease Guardian kita meninggal dunia dalam pertempuran sengit itu.
Dan itu bukan satu-satunya kerugian yang kita alami. Dalam proses penaklukan Demonic Crease yang paling anyar tersebut, dua pemukiman yang berada paling dekat dengan Mount Ghyndar, yaitu Kota Astier dan Desa Shill, luluh lantak sehingga tidak dapat dihuni sama sekali.
Saya masih bersyukur tidak ada korban jiwa dari rakyat umum karena mereka sudah dievakuasi keluar dari wilayah tersebut sebelum pertarungan terjadi."
Segala cerita tentang keberhasilan Crease Guardian itu tetap tidak sanggup menyembunyikan perasaan bimbang yang mendera pikiran Raja Humboldt. Ada sesuatu di benak sang raja yang menyebabkan dirinya terlihat ragu untuk melanjutkan ceramah. Keriput di keningnya semakin kentara saat ia tanpa terduga menyudahi gilirannya dan mempersilahkan Ketua Crease Guardian untuk menyambung paparan tersebut, "Cardinal Rhemus, tolong agar bisa dilaporkan rincian dari misi Crease Guardian yang perlu kiranya diketahui oleh majelis ini."
Seorang pria tua dengan badan agak gemuk, yang duduk di tribun bawah, tampak terkejut ketika mendadak Raja Humboldt menyerahkan mandat pemaparan itu kepadanya. "B-baik Baginda," responnya dengan setengah tergagap. Cardinal Rhemus pun segera berdiri di dan turun ke tengah tribun seraya merogoh secarik kertas yang ia selipkan di saku jubahnya. Sampai beberapa detik sesampainya ia di pusat ruang konferensi, Cardinal Rhemus masih sibuk mengamati baris-demi baris coretan di lembaran itu dan mencari kalimat pembuka terbaik.
Setelah berdehem, Cardinal Rhemus pun memulai penjelasannya, "Yang Mulia Raja Humboldt Deckering, para pimpinan kerajaan dan negara sahabat yang saya hormati, dan undangan sekalian. Ijinkan kami selaku pimpinan Crease Guardian Authority, atau CGA, untuk menyampaikan risalah singkat dari misi terakhir yang baru saja kami jalani kira-kira tiga bulan yang lalu.
Penanganan objek demonic crease nomor 255 atau DC-255 dimulai saat seorang penjaga menara pengintai di Desa Shill melihat anomali berupa sebuah pulau kecil yang melayang-layang di atas Mount Ghyndar. Keanehan yang terlihat pada hari ke-5, bulan-10, tahun 948 CP itu kemudian dikonfirmasi oleh petugas lapangan yang melaporkan mengenai adanya prekursor dari demonic crease sehari sesudahnya.
Bersamaan dengan dipastikannya bahwa titik di lokasi DC-255 merupakan sebuah demonic crease, CGA memberangkatkan satuan Crease Guardian Unit, atau CGU dibawah pimpinan Sir Falour Steelsterner. Tim CGU dengan kode penugasan 278 tersebut terdiri dari Sir Falour Steelsterner dari Elkhurst, Lady Almaiel Tavalic dari Juravia, Cardinal Deneria Weavensnow dari Ranquille, Sentinel Chen Dao-long dari Nan-tuo, dan Shade Hazim Abdussalam dari Yudaba. Seluruh anggota CGU-278 tersebut berkumpul di lereng Mount Ghyndar pada hari ke-7, bulan yang sama."
Cardinal Rhemus membalik catatan yang ia pegang lalu menyambung pembicaraannya, "CGU-278 sampai di depan DC-255 pada saat ukuran crease sudah mencapai sekitar 5 x 5 meter. Kemunculan makhluk pertama dari dalam DC-255 tersebut adalah jenis Grugh, atau yang lebih kita kenal dengan sebutan Demon Ape.
Pada awalnya, CGU-278 mengambil sikap pasif dengan formasi bertahan dan hanya melindungi banisher yang berusaha menghapus DC-255. Namun ketika volume makhluk penginvasi tersebut bertambah, termasuk dengan kedatangan makhluk jenis Bwarg atau Wolverine, pimpinan CGU-278 mengambil inisiatif menyerang untuk mengendalikan jumlah lawan agar tidak terlampau banyak. Taktik tersebut terbukti berhasil sampai pada kemunculan genesis demon yang memiliki kemampuan istimewa dan tidak pernah ditemui pada generasi sebelumnya.
Menurut anggota CGU-278, genesis demon nomor 21, atau GD-21, berbentuk seperti Grugh raksasa, dilengkapi dengan dua pasang lengan, dan sepasang kaki. Oleh anggota kami dikatakan bahwa GD-21 mempunyai ketahanan tubuh yang luar biasa, dapat menggunakan bagian tubuhnya untuk menahan tepi portal antar dimensi, serta menunjukkan tanda-tanda kognisi aktif dalam memanfaatkan keuntungan yang dia miliki."
Mendengar perkataan Cardinal Rhemus, sebagian besar air muka peserta konferensi tampak terkejut. Beberapa diantaranya langsung berbisik-bisik dengan rekan di sisinya.
"Berdasarkan testimoni Cardinal Deneria Weavensnow, GD-21 dapat menghalangi upaya penutupan DC-255 dan membalikkan proses itu dengan sangat mudah, hanya dalam hitungan detik saja.
Namun dengan kepiawaian strategi perang pimpinan CGU-278 dan kerjasama regu yang sangat baik dari anggotanya, CGU-278 berhasil melenyapkan DC-255, serta menghabisi GD-21," tutup Cardinal Rhemus sembari melipat kertas coretan itu dan memasukkannya lagi ke dalam saku jubah sebelah kanan, "Demikian dari kami terkait penjelasan pasca misi CGU yang terakhir. Apakah ada pertanyaan yang kiranya ingin yang ingin saudara-saudara sampaikan menanggapi keterangan tentang penanganan DC-255 ini?"
Seorang dari deretan tempat duduk yang ditempati bangsa Phrei mengangkat tangan. Begitu mendapat anggukan dari Cardinal Rhemus, sosok pria rupawan itu berucap, "Terjadi sebuah ledakan yang dahsyat di medan pertarungan DC-255 yang menghancurkan apapun dalam radius sekitar 10 kilometer dari titik asal. Apakah CGA punya informasi terkait hal ini?"
Cardinal Rhemus sempat terkesima mendengar pertanyaan itu meski kemudian ia memulai jawabannya dengan normal. "Kami mohon maaf bahwasanya rincian mengenai kejadian tersebut juga masih menjadi sebuah misteri bagi CGA. Dua anggota CGU-278 yang menghadapi GD-21 saat letusan terjadi telah wafat, sedangkan tiga lainnya saat itu sedang dalam upaya menyelamatkan diri atas perintah pimpinan CGU-278. Dikarenakan ketiadaan saksi mata ini, CGA belum dapat memberikan kesimpulan yang definitif tentang apa, bagaimana, dan penyebab ledakan itu bisa berlangsung. Tapi kami terus menggali fakta yang ada, baik dari anggota CGU-278 sendiri maupun dari lokasi kejadian, dan terus melakukan penyelidikan atas hal ini. Pada waktunya nanti, CGA pasti akan mengumumkan hasil penelusuran tersebut kepada seluruh pihak yang berkepentingan."
Sang penanya tidak puas akan jawaban tersebut dan kembali mengejar, "Jika tidak ada saksi mata, bagaimana CGA bisa memastikan kematian dua anggota CGU-278 dan GD-21?"
"Surveillance and Aftermath Team, atau SAT, yang kami tugaskan telah menyisir dan mengamati lokasi DC-255 satu hari setelah kejadian tersebut. Dalam pemantauan yang kami lakukan kurang lebih selama satu bulan, dan tanpa jeda sedikitpun, SAT kami tidak menyaksikan seorangpun, atau apapun yang signifikan, bergerak di sekitar Mount Ghyndar, yang saat ini telah menjadi kaldera. Berdasarkan hasil SAT itu, kami menarik kesimpulan bahwa besar kemungkinan ketiganya telah wafat akibat ledakan energi yang saudara bahas sebelumnya" jawab Cardinal Rhemus.
Tidak ada respon lagi dari si pemberi pertanyaan selain anggukan kecil tanda bahwa dirinya kurang lebih sudah memahami keterangan Cardinal Rhemus.
Cardinal Rhemus pun melanjutkan, "Tugas yang menanti pasca penanganan DC-255 ini adalah restorasi Desa Shill dan Kota Astier, yang menjadi tanggung jawab Lodiston Imperial, serta terus meningkatkan sumber daya CGA guna menciptakan CGU yang lebih optimal dalam rangka penanganan demonic crease yang akan datang."
Seorang di bangku tempat para pemerintahan Lodiston Imperial mengacungkan jari dan langsung menyahut sebelum dipersilakan, "Cardinal!" teriaknya, "Kira-kira langkah seperti apa yang dimaksud oleh Cardinal?"
Cardinal Rhemus mengernyitkan dahi dan melirik orang tersebut. Ia mengenali wajah pria yang tanpa permisi menyelanya itu. "Ah, Walikota Astier. Jika anda sekiranya belum mendapatkan informasi langsung, Yang Mulia Raja Humboldt telah menginstruksikan pembukaan lahan sementara di selatan Kota Bradenford untuk menampung para pengungsi dari Kota Astier. Sedangkan masyarakat dari Desa Shill, karena tidak terlampau banyak jumlahnya, masih akan ditempatkan di Kota Galleon sampai ada perintah lebih lanjut. Dengan sangat menyesal kami memberitahukan juga bahwa akses menuju situs Kota Astier dan Desa Shill masih akan kami batasi hingga proses telaah atas mungkin atau tidaknya kedua kota asal tersebut untuk dibangun kembali diselesaikan," terang Cardinal Rhemus yang lalu mengembalikan dialog kepada walikota, "Bagaimana Bapak Walikota? Apakah sudah jelas?"
"Terima kasih atas informasinya Cardinal Rhemus. Tetapi maksud saya, apa yang akan dilakukan CGA selanjutnya terkait fenomena demonic crease ini?" selidik pejabat itu. "Seluruh rakyat Pandea tentunya ingin tahu langkah-langkah seperti apa yang ditempuh oleh CGA," lanjutnya.
"Baiklah jika Bapak Walikota berkeras. CGA sebagai benteng terakhir Pandea dari kaum iblis senantiasa melakukan seleksi untuk mendapatkan prajurit paling tangguh sebagai calon guardian, menyelenggarakan riset persenjataan dan mantra sihir untuk meningkatkan kemampuan para guardian dalam pertarungan, serta..."
"...merancang strategi terbaik guna menghalau atau menggagalkan para musuh kemanusiaan tersebut untuk menguasai Pandea," sang walikota membeo berbarengan dengan ucapan yang sama Cardinal Rhemus hingga mereka berdua bak sedang berdeklamasi bersama-sama. Sang cardinal, yang sama sekali tidak menyangka hal tersebut akan terjadi, hanya melongo setelah menyelesaikan kalimatnya.
"Atau mungkin menambah CGU sehingga lebih efektif dalam membinasakan ancaman? Mungkin dengan dengan 10 orang, CGU bisa menyelesaikan perlawanan musuh lebih cepat," imbuh sang walikota.
Cardinal Rhemus pun menjawab meski terkesan sedikit gelagapan , "Ide anda cukup...ehm...masuk akal. Kami akan pertimbang..."
"Di situlah masalahnya!" sela Walikota Astier sebelum Cardinal Rhemus sempat merampungkan perkataannya. Seluruh mata melihat ke sosok pria paruh baya yang menengadahkan kedua tangannya ke samping itu. Pria itu kemudian menaikkan tiga jari tangan kanannya dan berujar, "Selama kurang lebih 30 tahun saya mengikuti perkembangan penanganan demonic crease ini, apa yang dilakukan CGA hanya berkutat masalah petarung yang lebih kuat, rapalan yang makin hebat, dan senjata penghancur yang tambah efektif. Tidakkah ada yang merasa bahwa kita hanya berputar-putar di tempat yang sama selama belasan generasi ini? Tidak adakah orang yang paham bahwa ini hanya akan menjadi perlombaan kekuatan saja?
Jika ancaman itu baru bisa dikalahkan dengan ledakan yang meratakan kota kami, mau jadi seperti apa Pandea jika makhluk seperti yang satu ini terus menerus berdatangan? Bahkan CGA saja belum bisa memastikan apa yang menyebabkan terjadinya ledakan itu, dan menurut saya, itu bukan sebuah jaminan."
Dengan senyum kecut, pria itu memandang Lady Almaiel. "Jika menilik kesimpulan Cardinal Rhemus, bahkan sihir Lady Almaiel yang kesohor itu pun tidak mampu menumbangkan genesis demon itu bukan?"
Merasa diremehkan oleh pernyataan orang yang tidak tahu apa-apa tentang sihir, Lady Almaiel menahan emosi hingga badannya terlihat gemetar. Matanya menatap sang walikota tajam, tulang rahang Lady Almaiel bergerak-gerak saat ia melampiaskan kekesalan dengan mengatupkan gigi geliginya. Keheningan ruangan itu bagi Lady Almaiel justru sangat memekakkan telinga. Apalagi beberapa saat kemudian para hadirin mulai gaduh dan saling berbisik-bisik bak menghakimi dirinya.
Melihat gelagat saudarinya yang tengah dirundung kegundahan akibat kritikan pedas sang walikota, Ratu Belziel segera menasihati sang adik untuk sedikit menenangkan diri. "Sudahlah Mai-lu. Jangan kau masukkan ke hati omongan pejabat pandir itu. Simpan amarahmu," bujuk Ratu Belziel sambil menyentuh lembut punggung tangan Lady Almaiel.
"Walikota," tiba-tiba Raja Humboldt berseru, "Saya rasa semua setuju bahwa kita di sini adalah untuk membahas kinerja CGA secara umum, dan bukan melontarkan sindiran yang tidak membangun."
Sejenak sang walikota menatap nanar sang raja. Ucapan sang raja seolah mengembalikan lagi kewarasan hati nurani pria yang sesaat lalu penuh dengan hawa kesal dan keluh kesah. "Mohon maaf Yang Mulia, dan Lady Almaiel, atas ucapan saya yang terlampau berlebihan. Yang coba saya sampaikan adalah, alangkah baiknya CGA dapat memandang penanganan demonic crease ini dari sisi lain. Apakah tidak ada cara untuk benar-benar mengakhiri munculnya demonic crease ini untuk selamanya-lamanya?" tanya Walikota Astier.
Raja Humboldt manggut-manggut mendengarkan usulan itu. "Sebenarnya ide walikota bukanlah sesuatu yang benar-benar baru," gumam sang raja, " saya percaya bahwa Cardinal Rhemus mengetahui satu atau dua hal mengenai hal ini. Silakan Cardinal," tukasnya.
"Baik Yang Mulia," jawab Cardinal Rhemus, "usulan untuk menggali kemungkinan menutup demonic crease secara permanen dan mencegah kemunculannya kembali pertama kali diangkat pada sekitar pertengahan tahun 700 CP. Pada masa itu, ada satu divisi CGA yang ditugaskan khusus untuk meneliti lebih lanjut tentang demonic crease ini. Di setiap pertempuran diikutkan seorang ahli sihir untuk melakukan pendalaman pada setiap portal yang terbentuk.
Meskipun sangat vital guna mengetahui seluk beluk tentang sifat crease, namun tugas si peneliti di lapangan sangatlah sukar untuk dapat dikerjakan dengan baik. Kesulitan utama penelitian ini terkait dengan sifat crease yang menimbulkan potensi bahaya yang semakin besar apabila objek itu semakin lama dibiarkan terbuka. Padahal, cara penelitian demonic crease yang paling efektif dan akurat adalah ketika pintu dimensional tersebut dalam kondisi aktif.
Dalam kurun waktu dua dekade setelah pembentukan divisi penelitian tersebut, terdapat tiga orang peneliti yang menjadi korban di medan pertempuran. Rentannya para peneliti tersebut terutama karena peranan mereka dalam penanganan crease tidak memungkinkan untuk melakukan pembelaan diri secara aktif terhadap serangan lawan, mengingat upaya pendalaman harus dilakukan dengan cara meditasi. Oleh karena itu keberadaan peneliti crease dalam CGU, dipandang dari pendekatan dari sisi efektivitas dan efisiensi, tidakkah efektif dan seringkali malah mengalihkan perhatian kelompok. Dari hasil evaluasi itulah maka pada tahun 722 CP, divisi penelitian tersebut dibubarkan setelah bertugas kurang lebih selama dua dekade," papar Cardinal Rhemus dengan nada lesu.
Walikota Astier langsung menyambar begitu kesempatan itu tiba, "Lalu apa hasil penelitian selama dua puluh tahun itu Cardinal?"
"Tidak banyak yang bisa diketahui, Walikota. Para peneliti kami hanya baru sebatas memperoleh kemampuan untuk merasakan apakah pada crease yang sedang aktif tersebut akan muncul genesis demon atau tidak. Bagi CGU, kemampuan prekognisi itu tidak berpengaruh banyak. Karena ada ataupun tidak ada genesis demon, kami selalu menyiapkan pasukan terbaik dalam menangani demonic crease."
"Cardinal," sapa Raja Humboldt, "Sebagai orang yang mengetahui seluk beluk CGA luar dan dalam, apakah menurutmu divisi penelitian ini bisa menyumbangkan lebih banyak lagi apabila kembali dihidupkan?"
Cardinal Rhemus tampak sedikit ragu untuk menjawab, "Kami belum mempunyai cukup pengetahuan untuk menjawab pertanyaan Yang Mulia saat ini. Hal ini pelik dan membutuhkan banyak penelitian dan pertimbangan untuk dapat mengetahuinya."
Raja Humboldt merebah ke sandaran kursi mimbar dan mengurut-urut keningnya. Ia ingin memutuskan sesuatu, namun hatinya dan pikirannya sedang berkecamuk mengkalkulasi kemungkinan-kemungkinan. "Para sahabatku pimpinan negara, bagaimana menurut kalian?" ujar sang raja sembari mengusap wajah.
Dari tribun bangsa Phrei, berdirilah wakil dari penghuni negeri lembah dan pegunungan itu. "Salam Raja Humboldt. Saya Odan Teile dari Gulud mewakili Union of Phreian. Menurut hemat kami bangsa Phrei, pengaktifan kembali divisi penelitian ini tidak bisa kita hindari. Tidak mungkin bagi kita untuk mencegah atau bahkan menghentikan demonic crease tanpa tahu apa yang menjadi penyebabnya. Namun CGA harus mencari cara yang efektif agar personel yang ditugasi untuk meneliti Demonic Crease bisa melakukan tugasnya dengan sempurna."
Mendengar dukungan terhadap rencana itu, Raja Humboldt kembali menegakkan badannya dan langsung menyahut, "Aku berpikir juga begitu. Tapi kita sudah melupakan hal ini begitu lama. Apakah kira-kira masih ada orang yang mampu dan tahu apa yang harus mereka lakukan untuk membuat penelitian ini berjalan lagi?"
"Hormat kami Raja Humboldt," dari sisi tribun sebelah timur, Ratu Belziel membuka suara, "Kami ingin bertanya pada Cardinal Rhemus, apakah ada kemungkinan bagi kita untuk melanjutkan hasil penelitian yang ditinggalkan oleh CGA generasi sebelumnya?"
"Kemungkinan bisa," jawab Cardinal Rhemus, "tapi sepertinya tidak akan bisa seratus persen," lanjutnya.
"Maksud Cardinal?" selidik Ratu Belziel.
"Kami hanya memiliki beberapa jurnal yang ditulis oleh para peneliti crease terdahulu," papar sang cardinal, "Sifat ilmu magis yang terbangun dari pengalaman psikis membuat proses transfer keahlian meneliti tersebut tidak bisa ditularkan secara teori saja. Kami tidak yakin apakah orang yang akan berperan sebagai peneliti nanti akan dapat langsung paham apa yang harus dia lakukan."
Ratu Belziel mengatupkan bibirnya yang disaput warna merah gelap sebentar sebelum melanjutkan ucapannya, "Benar. Kami sepaham dengan Cardinal terkait hal itu. Tapi apakah Cardinal tahu seberapa komprehensif jurnal tersebut?"
"Kami rasa jurnal tersebut cukup komprehensif. Apabila Ratu berkenan, kami bisa menunjukkannya setelah majelis ini berakhir," tawar Cardinal Rhemus.
Wanita paling berkuasa di negeri sihir itu pun melemparkan senyum kecil sambil memberikan tanda kepada Cardinal Rhemus untuk menunggu sejenak. Ia pun kemudian bercakap-cakap dengan sepasang lelaki kembar yang duduk di samping kirinya. Beberapa detik berlalu, saudara kembar itu tampak mengangguk-angguk dan mengucapkan beberapa patah kata kepada Ratu Belziel. Sang ratu membalas anggukan itu dengan memegang lengan salah seorang anggota delegasinya tersebut. Selesai berbicara, Ratu Belziel mendongak ke arah mimbar Raja Humboldt.
"Yang Mulia Raja Humboldt," mulai sang ratu, "Magic Kingdom of Vanain menyadari akan pentingnya keberadaan divisi penelitian crease ini dan berkomitmen penuh untuk mendukungnya. Lebih dari itu, sebagai salah satu negeri yang diberkahi oleh belimpahnya ahli dalam ilmu magis, kami memiliki iktikad baik untuk menyumbangkan talenta terbaik kami untuk berkontribusi kepada divisi yang akan dibentuk tersebut."
Ratu Belziel memiringkan badannya sedikit mengarah ke arah dua lelaki kembar identik tadi, "Cardinal Rhemus, izinkan kami memperkenalkan Alveond Valdens dan Galleon Valdens, saudara kembar dari dari Tavrizk yang telah mendalami ilmu magis sejak kecil."
Alveond dan Galleon pun menundukkan kepala untuk memberikan penghormatan pada majelis itu.
"Meskipun usia mereka masih muda, namun kemampuan sihir dan psikis mereka cukup mumpuni bahkan di kalangan ahli sihir terbaik yang kami miliki. Kami menilai bahwa Valdens bersaudara ini memiliki potensi yang besar untuk bisa mengisi posisi sebagai peneliti Crease," usul Ratu Belziel, "kami berharap Cardinal Rhemus dapat memberikan bimbingan kepada mereka selama ditugaskan sebagai anggota CGA."
Cardinal Rhemus tidak mengeluarkan sepatah kata-pun. Ia terkesima melihat bagaimana Ratu Belziel yang biasanya protektif dan cenderung pelit soal pasukan, tiba-tiba memberikan dua orang berilmu tinggi kepada CGA.
Respon pertama kali justru datang dari mimbar teratas, "BAGUS! HAHAHA! BAGUS!" timpal Raja Humboldt yang tak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya setelah mendengarkan kebijakan Ratu Belziel, "Tenang Ratu, adik-adik kita dari Tavrizk ini berada di tangan yang aman. Saya akan pastikan keduanya akan mendapatkan apapun yang mereka butuhkan selama menjadi anggota CGA."
"Baiklah! Meskipun sepertinya Cardinal Rhemus sudah mendapatkan calon anggota baru yang dicari, masih adakah kiranya dari sahabat sekalian yang berbaik hati untuk menyumbangkan keahliannya bagi CGA?" harap Raja Humboldt.
Tidak ada jawaban dari majelis itu. Merelakan diri menjadi anggota CGA, apalagi yang berpeluang besar untuk ditugaskan di CGU, bukan merupakan hal yang lazim diidam-idamkan oleh petarung di seantero Pandea. Mungkin mereka akan dielu-elukan oleh penduduk dan bangsawan yang mereka lindungi. Tapi apa gunanya semua itu jika kemudian mereka mati di hari berikutnya? Waktu berlalu dalam keheningan.
"Ah, maafkan ketidaksopanan saya," seru Raja Humboldt sambil menepuk keningnya, "Betapa saya bukan tuan rumah yang baik karena telah mendesak tuan dan nyonya sekalian dalam kondisi yang kurang mengenakkan," mohonnya sambil berdiri dari mimbarnya. "Untuk merayakan kemurahan hati Ratu Belziel dan kemajuan yang telah kita capai hari ini, perkenankan kami menjamu tuan dan nyonya sekalian dengan sajian makanan dan hiburan terbaik dari seantero Lodiston Imperial. Mari!"
"PLOK...PLOK...PLOK," ajakan sang raja disambut tepuk tangan meriah oleh seluruh peserta majelis. GLENG...KRRIIIITT, sesaat kemudian prajurit protokoler segera membuka pintu utama ruang majelis dan mempersilahkan rombongan demi rombongan untuk berjalan menuju ruang jamuan utama. Raja Humboldt memang terkenal tidak terlalu suka akan forum resmi yang kaku. Ia lebih suka berdiskusi dan mencoba merayu kawan, bahkan lawan politiknya, di tengah sajian makanan yang menggoyangkan lidah, minuman keras yang melimbungkan sadar, dan irama merdu musik yang melenakan hati. Ia yakin bahwa diplomasi paling ampuh adalah ketika pihak perunding dalam keadaan kenyang, senang, dan bergelimang kenikmatan dunia.
"RATU BELZIEL," seru Raja Humboldt sambil tergopoh-gopoh turun dari tribun paling atas untuk mengejar ratu dari negara sihir itu.
Ratu Belziel yang tadinya berjalan ke arah pintu keluar aula itu, menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah si pemanggil. Senyum teduh sang ratu terkembang melihat betapa antusiasnya Raja Humboldt hingga setengah mengejarnya.
"Ratu..Aku tak menyangka kau akan berbaik hati melepaskan...prajurit-prajurit terbaikmu...untuk CGA," ucap Raja Humboldt sambil terengah-engah.
Ratu Belziel tidak lekas merespon. Ia mengaitkan lengan kirinya ke lengan kanan sang raja dan mengajaknya berjalan beriringan. Sang ratu memberikan gestur kecil kepada anggota rombongannya untuk membiarkan mereka berdua berjalan lebih dulu.
Ketika posisi mereka berdua sudah sedikit menjauh, Ratu Belziel memulai percakapan, "Yang Mulia, saya melatih kedua anak itu dari buaian hingga mereka jadi seperti sekarang ini. Bagi mereka, saya sudah seperti ibu kandung," Ratu Belziel sempat menerawang sejenak. Ia ingin meneruskan ucapannya tadi namun terpikirkan masalah lain yang nampak tidak bisa ia pendam dalam hati, "Yang Mulia, sebenarnya saya tidak begitu nyaman ketika saya harus berpikir bahwa nasib penerus tahta Vanain ada di tangan CGA."
Hati Raja Humboldt tergerak mendengar keluh kesah Ratu Belziel. Ia pun mencoba menenangkan sang ratu, "Ah, aku paham sekarang. Tenanglah ratu, Almaiel tidak akan apa-apa. Tidakkah ratu melihat bahwa dia tidak pernah sedikitpun tersentuh bahaya selama dia bergabung di CGA?"
"Tapi...," sergah Ratu Belziel.
"Shhh...," tukas Raja Humboldt, "Ratu tidak perlu khawatir. Aku akan menugaskan Leonard untuk melindungi mereka bertiga," pungkas sang raja, "Anggaplah kita sama-sama mempertaruhkan takdir negeri kita di tangan CGA. Bagaimana menurutmu?
Ratu Belziel tidak ingin mempercayai Raja Humboldt begitu saja. Masalah mereka berdua sama. Keduanya hanya memiliki penerus kerajaan tunggal, dan sayangnya mereka berdua tidak tertarik pada politik dan intrik. Leonard Deckering dan Almaiel Tavalic dibesarkan di rentang masa yang kurang lebih sama. Waktu di mana dongeng tentang kepahlawanan para pelindung Pandea yang mengadu nyawa dengan kumpulan Netherworld Demon, seolah menjadi satu-satunya bahan cerita pengantar tidur. Perlahan namun pasti, rasa kagum terhadap heroisme para pelakon di dalam dongeng itu merasuk ke dalam benak kedua pewaris tahta itu. Akhirnya, mereka lebih memilih mengasah kemampuan mereka sebagai petarung, dibandingkan memperhatikan tugas-tugas kenegaraan yang sudah menjadi bagian dari darah dan daging nenek moyang mereka.
Betapapun aku melindungi Leonard untuk masa depannya, tidak akan ada gunanya apabila peradaban ini nantinya diberangus oleh binatang-binatang tidak berakal itu," gumam sang raja. Aku sudah tua, Ratu. Cepat atau lambat, para penerus kitalah yang harus memperjuangkan nasib mereka sendiri, tutupnya.
Itulah pil pahit yang harus saya telan ketika melepas Almaiel. Dua puluh tahun lalu dan masih saja terasa penderitaannya hingga sekarang, keluh Ratu Belziel, setiap hari.
Perbincangan kecil itu telah membawa keduanya sudah sampai di aula perjamuan Ranquille. Meja-meja besar panjang berderet yang tertata rapi dan dibalut alas beludru disesaki oleh sajian makanan dan minuman yang ditata oleh para pelayan kerajaan. Segala jenis makanan dari daging, roti, sayuran, hingga buah-buahan digelar seolah tidak akan ada lagi kesempatan untuk makan esok hari.
Raja Humboldt melepas Ratu Belziel ke tempat duduknya dan bergerak tengah-tengah ruang makan sambil melihat ke sekeliling ruangan. Para tamu undangan sudah duduk rapi di mejanya masing-masing, namun masih terkesan kaku dan ragu-ragu untuk mulai mencicipi makanan yang telah disuguhkan. Setelah berhenti, Raja Humboldt membentangkan kedua tangannya dan berseru lantang, "SILAKAN SAHABAT-SAHABATKU, SAYA HARAP JAMUAN INI TIDAK MENGECEWAKAN KALIAN SEMUA." Sang raja merenggut sebuah gelas minuman yang disodorkan kepadanya lalu mengacungkannya ke atas sambil berkoar, "BERSULANG! UNTUK KELANGSUNGAN HIDUP PENGHUNI PANDEA!"
Ajakan itu dijawab dengan riuh oleh seluruh yang hadir di ruang jamuan itu. Tidak lama kemudian, suara denting gelas beradu dan keletuk piring keramik bersahut-sahutan silih berganti menandai dimulainya pesta makan bersama yang meriah itu. Musik merdu perlahan pun mulai mengalun.
Sejenak, mereka seolah terlupa akan segala perasaan takut dan khawatir terhadap masa depan kehidupan mereka yang masih dibayangi ketidakpastian.