ursagemini
Semprot Kecil
- Daftar
- 18 Mar 2021
- Post
- 61
- Like diterima
- 1.297
Sinopsis :
Cerita ini adalah bentuk fan fiction yang diambil dari Grancrest Senki (Record of Grancrest War). Menceritakan kisah di dunia yang dilanda kekacauan dimana para bangsawan memiliki sebuah holy seal “crest” yang dapat digunakan untuk dapat meredam kekacauan sekaligus melindungi masyarakat, namun para bangsawan memilih mempergunakan kekuatan tersebut untuk berperang satu sama lain demi tujuannya masing-masing.
Warning :
Cerita ini merupakan fan fiction yang merupakan fantasi penulisan dari cerita yang terdapat dalam anime sehingga banyak menceritakan bagian yang tidak sesuai jalan cerita aslinya. Mengandung unsur dewasa (18+) dan menceritakan adegan vulgar.
Tags :
18+, NTR, Rape, …
Cerita ini adalah bentuk fan fiction yang diambil dari Grancrest Senki (Record of Grancrest War). Menceritakan kisah di dunia yang dilanda kekacauan dimana para bangsawan memiliki sebuah holy seal “crest” yang dapat digunakan untuk dapat meredam kekacauan sekaligus melindungi masyarakat, namun para bangsawan memilih mempergunakan kekuatan tersebut untuk berperang satu sama lain demi tujuannya masing-masing.
Warning :
Cerita ini merupakan fan fiction yang merupakan fantasi penulisan dari cerita yang terdapat dalam anime sehingga banyak menceritakan bagian yang tidak sesuai jalan cerita aslinya. Mengandung unsur dewasa (18+) dan menceritakan adegan vulgar.
Tags :
18+, NTR, Rape, …
Bagian Cerita :
Volume 1
Volume 2
Volume 3
Marrine Kreische “Black Princess”
Chapter 1 : Permulaan.
Atlanta, benua di dunia fantasi dimana manusia hidup bersama ras-ras lain seperti ras iblis, vampir, dan manusia serigala. Sihir merupakan suatu kekuatan yang membedakan seorang penyihir dengan manusia biasa. Kehidupan masyarakat berjalan sulit dengan penuhnya kekacauan dari perang antar bangsa, ras, maupun kelompok masyarakat yang memberontak dan melakukan tindak kejahatan.
Di dunia ini, negara-negara dipimpin secara monarki melalui keturunan atau direbut melalui kekuatan bersenjata. Seperti kehidupan bumi di abad pertengahan, dipimpin oleh seorang raja atau adipati yang memiliki kekuatan “crest” yang membedakannya dari masyarakat biasa memiliki kehendak yang luas untuk memimpin sekaligus menjalankan kegiatan politik dan sosial di negaranya.
Terdapat banyak kekuatan politik yang ada di benua Atlanta, baik berupa kota kecil yang berada dibawah penguasaan suatu bangsawan, kota yang secara independen merdeka, dan juga yang menguasai banyak wilayah dan kekuasaan berupa negara persatuan. Dua kekuatan besar di negara ini adalah Factory Alliance (Aliansi) dan Fantasia Union (Federasi) yang mana mereka memegang kekuatan terbesar sekaligus negara adikuasa dalam memiliki banyak negara bawahan di bawah komandonya.
Factory Alliance atau dikenal dengan Aliansi dikenal menggunakan jalur kekuatan tempur dalam menguasai dunia untuk merebut crest dari pemimpin wilayah lain sekaligus memperluas jajahannya. Dibangun oleh Raja Jurgen Kreische seorang pemimpin berdarah dan dikenal dengan Si Raja Besi dalam memimpin kerajaannya. Fantasia Union di lain sisi yang dipimpin oleh Sylverster Doucet adalah raja yang bijaksana dan menggunakan jalur diplomasi damai untuk dapat bekerjasama dengan negara lain untuk membangun kekuasaannya.
Kisah romansa yang terjadi Alexis Doucet putra raja dari Federasi dengan Marrine Kreische putri dari raja Aliansi terjalin dengan indah sehingga keduanya saling mencintai dan melanjutkannya ke jenjang pernikahan. Sebagaimana pernikahan kedua anak raja, pernikahan ini akan memiliki pengaruh yang kuat secara politik karena dapat menyatukan dua bangsa besar untuk menjadi suatu kesatuan. Meskipun optimisme terciptanya kedamaian gencar dilakukan hanya saja terdapat ancaman dari berbagai pihak dari ras selain manusia seperti ras iblis maupun kelompok yang bersitegang dari upaya penyatuan crest.
Pernikahan antara Putri Marrine dan Pangeran Alexis akan diadakan, dengan diadakannya parade dan pesta besar sebagai bentuk sukacita baik dari kalangan bangsawan ataupun dari pihak masyarakat yang antusias. Di bawah mimbar pernikahan kedua raja dari kedua negara Aliansi dan Federasi yang memiliki perbedaan pandangan dapat bersama saling bersimpati melihat pernikahan putra-putrinya. Dengan gaun indah putri Marrine datang ke aula secara menawan berjalan bersama Pangeran Alexis yang tampil dewasa. Suasana yang bahagia sekaligus penuh sukacita.
Upacara pernikahan ini harus berakhir tragis dan berakhir ke dalam tragedi. Upacara penggabungan cest sebagai simbolis bersatunya Aliansi dan Federasi harus berakhir dengan menyakitkan. Seorang iblis tiba-tiba datang dan membunuh kedua raja negara tersebut dan menimbulkan kekacauan. Pernikahan yang indah pun berakhir dengan keji dan membuat Pangeran Alexis jatuh pingsan namun di lain sisi Putri Marrine merasa kecewa dan meninggalkan Pangeran Alexis yang dianggap gagal dalam melindungi orang tuanya sekaligus pernikahannya.
Chapter 2 : Transisi Benua.
Terbunuh raja Aliansi dan Federasi serta gagalnya upaya penggabungan kedua negara melalui pernikahan Putri Marrine dan Pangeran Alexis menyebabkan timbulnya kekacauan di benua Atlanta. Secara misterius terus bermunculannya para iblis serta kerajasaan-kerajaan dan kelompok-kelompok yang saling menjatuhkan demi merebut kekuasaan dari crest para pemimpin wilayah. Putri Marrine sebagai putri raja sebelumnya lantas menjadi pemimpin bagi Aliansi dan Pangeran Alexis secara mengejutkan terus menyesali perbuatan dan menyendiri di kastilnya.
Putri Marrine sebagai pemimpin Aliansi memimpin dengan kejam dengan tidak segan-segan membunuh kepada pihak yang menolak patuh dan tunduk di bawah pemerintahannya. Secara tirani melalui kekuatan militer merebut wilayah lain dan merebut cest sebagai simbol kekuatan pemimpinnya. Penyesalan dari rasa kebencian yang mendalam ditunjukkannya melalui cara berpakaian yang memakai gaun berwarna hitam atau pakaian lain yang memiliki warna dasar hitam sebagai bukti bahwa dia masih berduka cita atas kematian ayahnya.
Sosok Marrine Kreische merupakan seorang wanita anggun yang menawan dengan kecantikan paras dan terkenal dengan lekuk tubuhnya yang sangat mempesona bagi siapa saja yang melihat. Dengan paras rupawan ditunjang dengan tubuh yang mempesona, Putri Marrine terlihat berusia diawal 20 tahunnya dengan memiliki rambut pirang panjang menyentuh pinggulnya. Semenjak kematian ayahnya timbul rasa tirani untuk membalas penyesalannya melalui tindak kekerasan dan tidak segan-segan secara langsung memimpin pasukannya di medan pertempuran tidak seperti raja yang semestinya terlindungi dari ancaman bahaya.
Seiring berjalannya waktu kekuatan Aliansi yang dipimpinnya semakin meningkat pesat dari segi kekuasaan wilayah, kekuatan militer, serta nama “Aliansi’ sendiri di mata masyarakat dan bangsawan. Kengerian dan kebrutalan dalam cara mereka menginvasi negara lain membuat takut negara-negara kecil sehingga mereka harus membuat pilihan untuk bergabung di bawah komandonya atau memilih bergabung dengan Federasi dengan ancaman mereka akan diserang oleh Aliansi akibat tidak selaras dan dianggap memberontak.
Federasi sebagai negara yang memilih menggunakan jalur diplomasi damai mengalami hambatan akibat terpecah belahnya kesatuan mereka akibat pangeran Alexis pemimpin Federasi yang dianggap lemah dan tidak mampu memimpin bangsa dari ancaman aliansi. Persekongkolan dalam meruntuhkan Federasi dari dalam bermunculan dan upaya untuk memilih berkelompok dari kemungkinan ancaman Aliansi diperhitungkan oleh pemimpin-pemimpin wilayah di bawah Federasi. Hanya saja terdapat pemimpin muda yang pemula dalam membawa kekuatan crest namun dianggap dapat memimpin dan membawa Federasi ke arah yang lebih baik, tetap saja perlu waktu yang panjang agar dia dapat menempatkan diri dari bangsawan lain dan pemimpin wilayah besar.
Chapter 3 : Perubahan.
Suara guyuran air lantas bergantian diantara sunyinya malam dan ketegangan yang terjadi di luar. Dibawah sinar bulan berjejer tenda-tenda militer serta amunisi dan barang-barang yang dipergunakan untuk pertempuran. Aliansi, dikenal sebagai negara tirani yang menggunakan jalur militer untuk menguasai negara lain dengan kejam sedang mempersiapkan penyerangan ke negara wilayah Federasi. Melewati perbatasan negaranya, Aliansi tidak segan-segan membawa banyak pasukan yang cukup untuk melibas dan memusnahkan negara tersebut dalam satu malam, hanya saja tujuan mereka tidak lain dan tidak bukan demi merebut cest, sumber kekuatan yang dimiliki pemimpin wilayah tersebut.
Guyuran satu ke suara guyuran lain saling menanggapi seiring seorang wanita yang sedang membersihkan tubuhnya. Wanita itu tidak lain kalau bukan putri Marrine, pemimpin kerajaan Aliansi. Dia tidak peduli kalau dia mandi di tenda yang dikelilingi tenda prajuritnya, ataupun ancaman dari wanita yang turun ke medan perang mengingat jumlah wanita yang berada di camp tersebut dapat dihitung dengan jari. Tanpa menggunakan satupun kain untuk menutupi tubuhnya, Marrine yang telanjang membersihkan seluruh lapisan kulitnya. Dimulai dari membersihkan tubuh atas ke bagian bawahnya, tanpa rasa malu kalau suara mandinya dapat terdengar oleh pasukannya.
Seiring dia menyabuni tubuhnya, Marrine terus memikirkan rencana dan strategi untuk menguasai wilayah lain dan ancaman yang timbul. Penyerang yang dilakukan secara serentak kepada Federasi dapat mendorong kerajaan lain di bawah naungan Federasi untuk melakukan penyerang balik dan dapat membuat Aliansi dipaksa mundur. Pikiran berkecamuknya diperparah melalui asistennya yang berkata bahwa Federasi memiliki seorang pemimpin dengan kemampuan tempur yang setara 1.000 pasukannya di yang dapat memberikan ancaman yang keras bagi dirinya maupun aliansi. Tanpa pikir panjang, Marrine menyudahi mandinya dan lantas mengeringkan tubuhnya dibantu oleh kedua pelayannya Layla dan Cammie. Berpindah ke gaun malam hitam di menyempatkan diri untuk bertemu dengan para pasukannya. Meskipun Marrine tampil menggoda dengan gaun malamnya yang memberikan siluet bentuk tubuhnya, tak seorangpun yang menunjukan rasa nafsu melainkan rasa ketakutan dan tegang dari bertemu dengan pemimpinnya. Menyudahi hari ini dia lantas tertidur.
Perang yang merebut wilayah musuh dan mendapatkan crest berhasil dilakukan dengan mudah melalui perbedaan kekuataan militernya yang bagaikan langit dan bumi. Keberhasilan ini memudahkannya untuk dapat membuka akses jalur untuk memperluas wilayah yang mereka miliki ke arah Federasi baik untuk membuka jalur persediaan ataupun sebagai basis untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai kota militer. Marrine menyerahkan penyerangan lanjutan terhadap simpatisan dan memberontak kepada pemimpin pasukannya untuk kembali ke ibu kota Aliansi.
Kabar mengejutkan dari pemimpin pasukannya berselang beberapa minggu kemudian, fakta bahwa prajurit elitnya dikalahkan oleh suatu kelompok pasukan terlebih fakta bahwa di seorang diri berhasil membunuh banyak prajuritnya melalui bakat dan kemampuannya mendorong rasa ketertarikan dan rasa ingin tahu kepada prajurit ini. Marrine lantas bersiap dan akan bergabung dengan pasukannya untuk berangkat ke medan pertempuran.
‘
Melalui teropong, Putri Marrine menunjukan rasa keterkejutannya bahwa dia sangat berbakat dalam melakukan pertempuran jarak dekat melebihi pasukan elit miliknya dengan armor penuh. Fakta bahwa prajurit tersebut adalah seorang Pangeran dari kerajaan Dartania yaitu negara dari seberang lautan bernama Milza Kuches dan dia merupakan rekan dari Villar Constance, musuh sekaligus saudaranya sendiri menimbulkan rasa kekecewaan yang dalam bagi dirinya. Namun dorongan yang kuat atas kekuatan dan upaya untuk memperluas wilayah kekuasaan aliansi mendorongnya untuk mengirimkan prajurit mata-mata untuk mendapatkan informasi tentang dirinya yang cukup misterius.
Informasi yang datang cepat diterima oleh prajurit mata-matanya dan terungkap bahwa pangeran Milza adalah seorang petualang berusia 40 tahun yang sudah berkelana selama 5 tahun untuk memenuhi hasratnya yang kuat dan obsesinya untuk dapat menjadi seorang kaisar suatu wilayah dan tidak segan seorang diri bertempur dengan banyak orang demi merebut kekuasaannya dan tidak segan-segan membahayakan pasukannya dan berakhir dengan banyak korban jiwa. Kemampuan yang kuat serta besarnya ambisinya dapat berguna apabila dia dapat bergabung dengan Aliansi mengingat dia hanya membantu Federasi karena pemimpin negara di wilayah Federasi itu adalah temannya. Serta fakta bahwa dia membawa ambisi “Harta, Tahta, dan Wanita” adalah hal yang tidak bisa diingkari dan harus dipertimbangkan Marrine untuk membawanya ke dalam Aliansi.
Pertempuran prajurit Aliansi dan Federasi terus berlanjut dengan cara kotor menggunakan racun untuk melawan pihak Federasi sehingga Aliansi dapat memenangkan pertempuran. Marrine yang sudah mempertimbangkan banyak hal memerintahkan kedua pelayannya Layla dan Cammie untuk dapat bertemu dengan Pangeran Milza serta membuat suatu kesepakatan dengan dirinya untuk bekerja dengan Aliansi.
Chapter 4 : Hilangnya Kesucian
Dalam upaya menyatukan daratan Atlanta dan merebut semua crest demi menyatukan seluruh wilayah Aliansi di bawah komandonya, Putri Marrine Kreische memerintahkan kedua pelayannya untuk datang kepada Pangeran Milza untuk membangun kesepakatan dan membuatnya bergabung dengan Aliansi apapun caranya mengingat kemampuan tempurnya yang nyaris tidak tertandingi.
Di sunyinya malam di puncak perbukitan, jauh dari lokasi pertempuran yang berhasil melalui cara yang kotor. Berjalan Putri Marine dengan Layla dan Cammie kedua pelayannya untuk datang memenuhi permintaan Pangeran Milza untuk datang tidak membawa pasukannya dari Aliansi. Sebagai bentuk pencegahan Putri Marrine menggunakan armor proteksi diatas gaun malam yang selalu dipakai di dalam pertempuran. Dihadapan Putri Marrine terlihatlah Pangeran Milza, seorang pria kekar yang memiliki tubuh lebih besar dari saat dia melihat melalui teropong. Dengan kulit gelap terbakar matahari dan otot yang selalu dilatih.
Berdiri dengan tubuh besarnya dengan penuh rasa angkuh dan menunjukan kekuatannya, Putri Marrine menawarkan kontrak kerjasama untuk dia dapat membantu Aliansi untuk melawan Federasi. Pangeran sudah mendengarkan permintaan dari Putri Marrine melalui perantara pengawalnya dan dia pasti sudah memikirkan jawabannya untuk mau bekerjasama dengan pihak Aliansi. Pangeran Milza lantas membicarakan tentang Pangeran Alexis sebagai mantan kekasih, Putri Marrine yang enggan membahas Alexis dan mulai melupakannya enggan memberikan jawaban yang layak.
Disinari sinar bulan dan obor penerangan, Pangeran Milza secara mengejutkan bersujud ke hadapan Putri Marrine dan tanpa rasa malu dia berkata “Aku tidak keberatan untuk satu malam ini malam ini, kau harus menjadi milikku.”
Ucapan Pangeran Milza membuat amarah dari Layla pengawalnya dan tanpa sengaja menendang obor penerangan di dekat kakinya. Putri Marrine tidak menunjukan keterkejutan dan di dalam pikirannya dia pasti sudah memikirkan bahwa bukankah setiap pria seperti ini? Menganggap seorang wanita tidak lebih dari sekadar alat pemuas nafsunya saja.
“Meskipun anda meniduriku, saya tidak akan menjadi milik anda.” Putri Marrine berkata sambil menggenggam erat tangannya di pedang yang dia bawa.
Dia sudah menyerahkan hidup dan akal sehatnya di jalan untuk menguasai dunia, tidak ada cara lain dengan mengorbankan apapun yang dia punya dalam benaknya.
“Aku tahu itu, anggap saja ini sebagai ritual persekutuan mereka.” Jawab Milza.
“Baiklah, hanya saja saya belum mengenal pria. Saya menyerahkan segalanya pada anda, apa itu bisa diterima?”
Dengan satu anggukan dari Pangeran Milza, Putri Marrine memandang kedua pelayannya dan berbalik dan melebarkan tangannya menunjukan bahwa Putri Marrine sudah menyerahkan hal ini dan meminta bantuan keduanya untuk melepaskan armor dan pakaian yang dia pakai. Terdapat tangis dari pelayannya melihat nyonya yang dia layan harus memberikan tubuhnya kepada orang lain dihadapan mereka.
Satu persatu armor yang melekat pada tubuhnya dilepaskan baik yang menutupi pundak dan armor yang berfungsi sebagai pelindung dada menyisakan Putri Marrine dengan gaun yang selalu dipakai. Dengan satu tarikan, gaun sekaligus lapisan terakhir yang menutupi dirinya jatuh ke arah rerumputan di kakinya dan dia melangkah meninggalkan gaunnya dengan telanjang bulat. Pelayannya mengambil pakaian Marrine yang lepas dan berangsur menghilang di kegelapan sesuai permintaan nyonyanya dan pertimbangan apabila mereka melihat apa yang seharusnya mereka tidak lihat.
Di bukit berdiri kedua insan, wanita dan pria dimana wanita sudah tidak memakai busana alias telanjang dihadapan pria yang baru saja dia temui dan sama sekali tidak dia kenal. Pangeran Milza menatap penuh nafsu ke arah tubuh Putri Marrine yang menampakan pesona wanita muda yang menawan dengan lekuk tubuh yang cantik dengan kulit lembut yang tanpa cacat, diberkahi oleh buah dada yang bulat dan besar yang menggoda siapa saja yang melihat serta Putri Marrine sepertinya selalu mencukur bulu kemaluannya sehingga tampak indah tanpa terhalang sehelai rambut.
“Aku tak bisa menjamin kesetiaanku. Tapi dari saat ini aku akan menjadi pendangmu selama kamu berada di jalan militer aku bersumpah untuk bertarung untukmu.”
Pangeran Milza melepas jubahnya dan melemparkannya ke arah rerumputan dan berani langsung memeluk Putri Marrine yang sudah tanpa busana.
"Mmmphhh.." satu ciuman panjang yang membuat turunnya air mata dari Putri Marrine. Dia sudah tahu bahwa berhubungan badan merupakan salah satu cara untuk dapat membuat Pangeran Milza mau bergabung dengan aliansi dan dia harus membayar dengan tubuhnya.
Membaringkan tubuh Marrine yang sudah telanjang diatas jubahnya di atas rumput dengan menggenggam erat kedua tangannya. Pangeran Milza melepas baju yang dikenakan dan menunjukan fisik dan otot dari prajurit terkuat. Terdapat momen saling pandang antara putri Marrine dan Pangeran Milza, dan Pangeran Milza yang mendekat membuat Marrine sempat memalingkan mukanya. Tidak ada cara lain, dan dia sudah bulat dalam tekadnya untuk menyerahkan tubuhnya kepada Pangeran Milza.
Pangeran Milza sangat beruntung untuk mendapatkan tubuh suci milik Putri Marrine. Sebagai permulaan Pangeran Milza menggenggam buah dada kanannya dengan penuh nafsu dan menghisap putingnya secara paksa. Perasaan jijik untuk membiarkan orang yang tidak dia cintai menggunakan tubuhnya ditambah sikapnya yang secara kasar dalam berhubungan mau tidak mau Putri Marrine mengatakan protesnya.
“Jangan terlalu kasar.”
Tetapi Milza tanpa peduli menyedot puting Marrine dengan nafsu dan bergantian dari kanan ke kiri. Sambil terus menggenggam erat kedua payudara yang ditawarkan di depan matanya. “Jangan terlalu kaku. Aku bisa merasakan dorongan yang kuat dalam nadimu jadi jangan terlalu malu.” sambil membisikkan di telinganya.
“Apa maksudmu ?” Protes serta amarah dari Marrine.
Dengan tawanya, Milza berkata “Sebentar lagi tubuhmu akan tertulis oleh tubuhku dan kamu pasti akan memohon untuk dapat terus bercinta denganku.”
“Aku hanya melakukan ini demi mengakhiri perang, ingat itu Pangeran Milza.” Putri Marrine hanya memberikan fakta yang tak terbantahkan bahwa dia rela melakukan ini demi dapat menguasai benua.
“Oh benarkah? Lalu jelaskan mengapa vaginamu mulai basah sendirinya.” Tangan Milza berpindah dari payudara Marine ke arah selangkangan miliknya menyusuri belahan vaginanya. Dia secara paksa menggosokkan telapak tangannya di bibir vaginanya membuat vaginanya semakin basah akibat respon tubuhnya.
Marrine terus menahan rasa sakit sekaligus kenikmatan seiring Milza menggesekan telapak tanggannya di bibir vaginannya. Dia tidak menjawab pernyataan Milza bahwa dia menikmati hal ini, tentu saja dia merasa tersiksa dan takut.
“Sayangnya aku tidak membawa pelumas, aku akan biarkan cairanmu sendiri menjadi pelicin bagi vaginamu.” Milza terus menggesekan telapak tangan dan jemarinya semakin kencang dan membuat Marrine bergerak karena kenikmatan yang dia belum pernah rasakan. Dengan berhati-hati jarinya menyisir belahan vaginanya untuk tidak sengaja merobek lapisan hymen yang akan menjadi sia-sia.
Marrine bergerak seolah memberontak dan menikmati hal, sayangnya dia tidak punya waktu untuk hal semacam ini. “Mengapa kamu tidak cepat saja hmphh.. mengapa kamu harus melakukan ini.”
Milza tersenyum mengetahui pikirannya dan mengutarakan alasan liciknya, ”Malam masih panjang, masih banyak waktu bagi kita untuk saling mengenal lebih baik.”
Sial, apakah si brengsek ini berencana memperkosa dirinya sepanjang malam. Di Tengah ketakutan dan kengerian yang ada. Tapi tidak ada jalan mundur, dia sudah menyetujui dan menyanggupi permintaan Pangeran Milza.
Menikmati keindahan tubuh Putri Marrine, Milza lantas membuka pakaian terakhir tubuhnya dan menurunkannya dan menunjukan ke hadapan Marrine besarnya penis yang dia miliki. Hitam, besar, dan berurat merupakan tiga kata yang tepat untuk menggambarkannya. Marrine tahu dia memiliki ukuran yang besar dilihat dari besarnya tubuhnya namun dia tidak berpikir bahwa dia akan memiliki penis sebesar itu.
Putri Marrine berpikir bagaimana penis tersebut masuk ke dalam tubuhnya apalagi dia masih perawan. Ketakutannya tidak berselang lama ketika dia sudah tidak bisa menahan tubuhnya dan untuk beberapa saat tersemburnya cairan dari vaginannya. Dia memalingkan muka tidak mengakui bahwa dia menikmati hal ini namun tidak ada jalan mundur.
Milza mengambil cairan yang disemburkan oleh Marrine lantas menjilatinya dan menunjukan rasa kenikmatan. Marrine semakin jijik terhadap tindakan yang dilakukan oleh Pangeran Milza.
Merasa vagina Marrine sudah cukup basah, Pangeran Milza lantas memposisikan penisnya di atas belahan vaginannya. Dia bergerak atas ke bawah seolah membelah belahan vaginannya sambil menimati kulit lembut Marrine. Di depannya Marrine mengawasi dengan ketakutan apabila dia tiba-tiba memasukkan penisnya ke dalam vaginannya.
“Keperawananmu milikku.” Adalah kata terakhir yang dia dengar sebelum merasakan rasa sakit yang tidak tara.
Dengan satu hentakan pinggul Milza, masuklah penis raksasa ke lubang kecil milik Marrine yang masih perawan seolah ditusuk sebuah tombak. Marrine menjerit dalam hatinya dan menggertakan giginya menahan rasa sakit yang dia rasakan. Dengan berani Marrine menatap wajah nafsu Milza menunjukan bahwa dia menolak untuk dipatahkan oleh dirinya.
Hentakan yang beriringan dan secara perlahan darah kesucian Marrine turun dari vaginnya ke penis milik Milza dan jatuh ke jubah yang dijadikan alas mereka bersetubuh. Marrine terus menahan rasa sakit dari hilangnya keperawanan dan penis yang memasuki tubuhnya.
“Kamu dapat merasakan tubuhmu bereaksi bukan ?”
“Tidak!”
“Kamu dapat berbohong dengan mulut atasmu, tetapi mulut bawahmu tidak akan bisa membohongiku.”
Plak.. Plakk.. Plakk..
Bunyi hentakan dari beradunya kulit keduanya terdengar jelas menggema di perbukitan. Milza dengan semangat terus memompa pinggulnya ke arah Marrine yang terlentang pasrah. Meskipun rasa sakit yang dirasakan sangat menyakitkan, perlahan muncul kenikmatan. Perlahan Milza memajukan mukanya ke wajah Marrine dan mulai menciumnya. Beradulah lidah antara keduanya dimana Milza tidak segan-segan melemparkan ludah kedalam mulut Marrine dan membuat Marrine tersedak yang membuatnya semakin bergairah untuk memacu tubuhnya.
Merasa cukup puas, Milza membalikkan tubuh Marrine ke posisi berlutut dengan kedua tangannya berada dibawah (menungging). Dihadapkannya pantat bulat Marrine membuat Milza lantas menggenggam erat dan menjilati seluruh bagiannya tanpa menyisakan satu bagian pun. Sambil terus meremas pantatnya dia memposisikan penisnya ke arah lubang vaginannya dan dengan paksa akibat sempitnya lubang milikinya dia mendorong dengan paksa.
“Seperti yang kuharapkan, kenikmatan bercintanya dengan perawan memang terbaik.” Milza terus berbicara acak seiring dia memompa tubuhnya ke dalam Marrine. Rasa sempit dari bercinta dengan perawan dan kenikmatan dari memikirkan untuk bercinta dengan seorang putri menjadi kebanggaan milikinya.
Tanpa rasa bersalah dia semakin cepat untuk memompa tubuhnya selayaknya binatang. Marrine yang tidak dapat menahan perbandingan tubuh Milza yang besar akan terlempar apabila dia tidak ditahan orang Milza.
Plak.. Plakk.. Plakk..
Bunyi persetubuhan mereka menjadi semakin jelas terdengar menjadi suatu simfoni. Milza yang semakin keras memompa penisnya lalu menggenggam perut Marrine dan mengangkat kedua tangannya keatas. Marrine yang sudah tidak menahan tubuh melalui tangannya menjadi lepas kendali karena Milza dengan selayaknya binatang dengan terus memompanya dengan paksa.
“Ahhh.. Aahh.. Aahhh. sakit.. cukupp.. ahhh..”
Marrine yang sejak awal menutup mulutnya menjadi kewalahan lantas berteriak sebagai respon akibat Milza yang terus memompanya dengan kasar. Milza yang mendengar hal ini menjadi bersemangat dan mendorong lebih jauh penisnya kedalam lubag milik Marrine.
“Cukup Milza.. ahh.. ahh.. jangan.. vaginaku akhhh.. “
Jeritan Marrine lantas ditambahi dengan turunnya air mata, selain merasakan rasa sakit dia merasa mengkhianati dirinya, ayahnya, dan juga Alexis yang masih dia cintai. Jeritan tersebut tidak berhenti sampai Milza dengan paksa mendorong penisnya jauh kedalam vaginannya dan menunjukan gerakan seolah-seolah dia akan ejakulasi.
“J-jangan di dalam ! Milza berhenti!.. ahh.. ahh.”
Marrine terangkat jauh ke atas dalam posisi menungging dan keluar cairan panas dari dalam vaginanya. Upaya untuk membuat Milza mengeluarkannya di luar gagal. Milza menyudahinya dan melepas Marrine sehingga membuatnya jatuh terkulai dengan keluarnya cairan sperma yang keluar dari lubang vaginanya akibat tidak mampu menampung jumlah banyaknya air mani yang Milza keluarkan didalam vaginanya dan turun di sepanjang pahannya.
Belum cukup puas menikmati Marrine, dengan penisnya yang masih kokoh berdiri Mirza berjalan ke arah muka Marrine dan dengan paksa memasukkan penis besarnya ke mulutnya. Marrine yang sudah pasrah terpaksa mengulum penis yang dilumuri air mani yang sangat menjijikan itu. Dengan paksa penis itu didorong sampai mengenai pangkal mulut dan dimaju mundurkan selayaknya lubang vagina yang baru saja dia masuki.
“Bersihkan penisku dengan mulutmu !”
Marrine mengikuti apa yang diminta oleh Milza supaya dia cepat mengakhiri hubungan terlarang ini. Dengan perasaan jijik dia menjilati kepala penisnya dan terpaksa menelan habis sisa sperma yang melekat di sepanjang batang penisnya. Marrine berpikir dengan keluarnya dia di dalam tubuhnya mengakhiri kegiatan ini namun nyatanya dia salah. Milza lalu kembali memperkosa Marrine dengan kasar layaknya binatang dengan berbagai posisi. Marrine yang sudah pasrah secara perlahan kehilangan kesadarannya dan perlahan matanya mulai terpejam dan jatuh pingsan dan Milza tidak henti-hentinya memperkosa Putri Marrine hingga waktu pagi tiba. Hanya satu ucapan yang dia dengar sebelum jatuh pingsan.
“Aku akan merasakan keperawananmu yang lain saat waktunya tiba.”
Bersambung
Terakhir diubah: