Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FADILAH [By. Rangga]

GanCae mikir kawin mulu :ha:

Ga takut apa diulek-ulek?

#Itu sih kalo ga ditolak mulu :D

:Peace:
Ane mah type yg bandel ganRang, makin d tolak makin semangat..:haha:

#efek gk prnah ngjar cwe, jd gk prnah ngerasain d tolak:p
 
saya penggemar baru karyanya ganrang

ditunggu lanjutannya gan :semangat:
 
lala... apakah kau Fadilah..
maka kau selalu sabar terhadap kelakuan dimas..
masih menunggu kelanjutan ceritanya.. :semangat:
 
Ayo buruan updete om Rangga,ane setia menanti..:D


#ane jauh2 dari lounge cuman mau ucapin makasih buat kiriman minumanya Om..
:ampun:
 
la,,lala,, bangun la.....:aduh:
kau tertidur menindih kaki ku
please, la..., ini sakiiit:hua:
 
Dibalik Tegarnya Fadilah



“Dimaaaassss...., cepetan ganti bajunya. Mama udah lama nunggu nih...” Terdengar teriakan mama.

Aku yang sedang ganti baju segera menyelesaikan segala bentuk pengesetan diri. Tak perlu dandan cantik, karena aku bukan cewek. Cukup pakai minyak rambut, semprotkan sedikit minyak wangi di tubuh, lalu bergegas keluar.

“Dimas udah siap Ma...” ucapku dengan mantap semantap penampilanku saat itu tentunya.

Mama hendak mengajak aku ketemuan dengan keluarga Oom Tio. Tentu saja aku senang. Persetan dengan kesepakatan masa kecil (seperti kata mama) yang jelas aku ingin, sangat ingin malah, untuk bertemu dengan si imut Lala. Maka dari itulah hari ini penampilanku tak seperti biasanya. Aku memang harus tampil prima. Aku tak ingin dilihat oleh Lala dalam penampilan yang biasa-biasa saja. Bukankah ini perjumpaan pertama kami setelah terpisah selama beberapa tahun?.
Yup...!

Setelah menutup pintu rumah, dan menghidupkan sepeda motor, aku biarkan mama menikmati perjalanan yang tenteram diatas boncengan sepeda motorku yang selama ini ngebut.
Mama mulai cerita tentang Oom Tio, tentang Lala yang kata mama sudah menjadi seorang gadis cantik.

“Kita mampir sebentar di Mall. Mama mau beli sesuatu untuk Lala...” Ucap mama setelah sepeda motor mengarah ke sebuah Mall yang akan kami lewati menuju rumah Lala.
Aku sih tak tahu arah mana rumah Lala, hanya keyakinanku saja mengatakan bahwa mama yang bertindak sebagai guide bagiku pasti sudah tahu.

Sebuah Mall yang cukup megah dan besar, Mall terbesar di kotaku. Kami pun singgah. Aku mengikuti langkah mama masuk ke dalam, dari pada bengong sendirian diluar. Kubiarkan mama memilih sendiri barang yang hendak dijadikan cendera mata buat Lala. Aku berdiri saja dekat pintu masuk, disamping Pak Satpam yang menatapku sedikit curiga.

Kriiiiiiiiiing...!

Tiba-tiba Handphoneku berdering. Ada panggilan masuk. Dilayarnya tertera nama Andy. Nampaknya ada sesuatu yang hendak disampaikannya. Mungkin sedikit penting, mengenai Tim Basket atau apalah. Biasanya sih seperti itu...

“Hallo..., ada apa, Ndy?”

“Cepetan kesini...” Nada panik Andy terkandung dalam suaranya.

“Eh? Kenapa kamu?”

“Nggak usah banyak nanya. Pokoknya cepetan kesini..!”

“Santai, bro..., tarik nafas..., dan...”

“Bukan saatnya bercanda. Cepetan kesini. Penting dan Gawat!” Potong Andy dengan suara agak meninggi.

“Iya..., Iya..., tapi kenapa dulu...”

“Kamu akan tahu sendiri...”

“Waduh. Ga bisa gitu bro. Bilang sekarang, karena Aku sekarang sedang bersama...”

“Cepetaaaaaaannnnn...!” potong Andy sekali lagi.

“Kamu tidak sedang ngerjain aku kan?”

“Waduh...! Ini berhubungan dengan mati hidupnya seseorang bro...! Aku tidak main-main. Cepetan kemari...”

“Lho!? Terus apa hubungannya dengan aku? Maksudnya kenapa mesti aku?”

“Jangan dulu nanya ini itu. Pokoknya kamu mesti datang, karena hanya kamu yang bisa mengatasi masalah ini...”

“Hey...! Masalah apa???” Aku jadi penasaran.

“Kamu mau datang ga sih?” jerit Andy.

“Tapi...” aku tak melanjutkan ucapanku. Bimbang hatiku akan hal ini. Antara hendak menemui Lala yang sejak dulu kuingin menemuinya, ataukah hendak mengabulkan permintaan Andy yang nampaknya punya urusan yang cukup ‘gawat’.

“Oke..Oke...!” Keputusan untuk memenuhi permintaan Andy pun keluar.

Meskipun agak bingung aku menyanggupi permintaan itu. Pasti ada sesuatu yang penting. Apalagi kata “Gawat” yang diucapkannya.
Bergegas aku mencari mama. Butuh waktu beberapa menit akhirnya aku menemukan keberadaan mama yang sedang asyik memilih-milih boneka beruang yang cukup besar.

“Ma..., Dimas harus pergi. Kita tunda ketemuan dengan keluarga Oom Tio ya?”

“Kenapa..?” Tanya mama sambil mengernyitkan kening.

“Teman Dimas nelpon. Ada pertemuan mendadak yang mesti dihadiri...”

“Kalau masalah Tim Basket, mama rasa meskipun tanpa kehadiranmu masih bisa jalan. Jangan tunda pertemuan ini, Dimas. Mama sudah terlanjur janji dengan Oom Tio hari ini...” ucap mama tegas seakan tak memberi peluang untukku.

Aku bingung. Tak tahu mesti bagaimana.

Kriiiiiiiing....!

HP mama berdering.

“Ya, hallo...”

“........”

“Iya, ini mau kesini. Bentar juga nyampe”

“...........”

“Hah? Pergi kemana?”

“............”

“Di rumah temannya ga ada?”

“..........”

“Baik..., baik....,” Mama memandangku sejenak “Nanti beritahu lagi kapan waktunya...”

“...........”

“Iya, gapapa...”

“...........”

“Sama-sama. Daaag...”

Wajah mama berubah agak sedikit panik, tapi kemudian cerah.

“Baiklah. Antarkan mama ke rumah dulu. Sesudah itu kau pergi temui teman-temanmu...” ucap mama kemudian.
Dengan pandangan kurang percaya aku menatap wajah mama lekat-lekat. Tak biasanya mama menyerah begitu saja terhadapku, apalagi urusanku dinilai sangat tidak penting oleh mama. Tapi menjaga jangan sampai mama berubah pikiran, aku tak berani berlama-lama menyetujui permintaan mama.

“Baik, Ma...”

Entah siapa yang nelpon tadi dan apa isi percakapan mereka, aku tak tahu. Hanya aku jadi senang karena mama akhirnya setuju untuk menunda pertemuan dengan keluarga Oom Tio, meskipun sejujurnya ada rasa sesal karena penundaan ini, tapi disana sahabatku sedang butuh aku. Urusannya pasti gawat. Aku mesti menjumpainya serta memberikan pertolongan...


~~~**fadilah**~~~


“Fadilah !???” heran aku melihat Fadilah yang sedang terisak. Gadis cacat itu sedang duduk disamping Andy, tubuhnya terguncang karena menahan isak yang lebih banyak tak sanggup ditahannya.

“Ada apa ini?” Tanyaku penasaran.

“Duduklah, Dim...” Ucap Andy tenang.

Aku makin heran dengan keadaan yang sedang terjadi didepan mataku. Fadilah. Gadis yang hampir tak pernah kulihat menangis, berduka, ataupun marah ini sekarang sedang terisak. Mengapa gadis yang berjiwa tegar ini tiba-tiba berubah selemah ini? Adakah dia telah mengalami hal yang sangat mengguncang jiwanya?

Agak ragu aku duduk disamping kanan Fadilah. Kini gadis itu berada diantara aku dan Andy. Wajahnya ditutupinya dengan kedua belah telapak tangannya. Dengan pelan aku mencoba meletakkan tanganku ke pundak gadis itu, mencoba menghiburnya dengan sedikit tepukan dibahunya.

“Ada apa?” Tanyaku pelan.

Fadilah makin terisak. Aku memandang ke arah Andy dan mencoba mencari tahu jawabannya melalui anggukan kepala. Andy mengangkat bahunya sambil menggelengkan kepala.
Mencoba mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi, terlebih mendengar ucapan Andy saat menelepon tadi “tentang mati hidupnya seseorang” aku berusaha setenang mungkin membelai pundak Fadilah, memberi kekuatan bathin padanya.
Entah apa yang telah menimpa diri gadis ini, dan apa pula arti perkataan Andy di telepon tadi, semua masih belum jelas bagiku.

“Andy, ada apa ini? Kenapa kau...” pertanyaan yang hendak kulayangka pada Andy terputus saat melihat Andy memberi isyarat dengan menempelkan telunjuknya dibibir.

Sesaat kemudian Fadilah mengangkat wajahnya menatapku dengan sendu. Sesungging senyum yang dipaksakan menghias dibibirnya, membentuk lengkung patah.

“Aku..., maafkan aku...” ucapan itu tersendat mengandung arti yang tak jelas.

“Kenapa? Ada masalah apa?” Tanyaku sambil menatap wajah manis itu lekat-lekat.

Setelah mengusap airmata yang sudah mulai mengering, Fadilah menegakkan tubuhnya. Dengan tergagap dia mulai menceritakan permasalahan yang dihadapinya.


~~~**fadilah**~~~



Fadilah adalah anak tunggal dalam keluarganya. Meskipun keluarganya tergolong keluarga yang berharta, namun kedua ayah bundanya tak pernah memanjakannya sedikitpun. Walaupun keadaan gadis itu cacat, namun didikan untuk menghadapi dunia dengan ketegaran dan ketabahan selalu didapatinya.
Tak heran sejak dulu Fadilah tak pernah membalas segala perbuatan jahilku padanya. Sejak dulu aku dibuat penasaran olehnya, sebab keinginanku melihat dia menangis akibat kejahilanku selalu berujung senyuman tulus dibibirnya. Harus aku akui bahwa gadis ini benar-benar tabah, tegar dan kuat, lebih kuat dariku. Tapi kini? Agak mengherankan juga, gadis yang aku kenal berjiwa tegar dan tabah ini, sekarang seakan-akan berubah jadi lemah. Mungkin ini memang kodrat seorang wanita? Entahlah...!

Menurut cerita Fadilah, dia dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan anak seorang family jauh mereka. Hal ini tentu saja ditentangnya. Bukan hendak membangkang dari keinginan orang tua, tapi Fadilah sudah bertekad dari dulu tak akan mau pacaran apalagi menikah sebelum cita-citanya tercapai.
Orang tua Fadilah benar-benar sangat keras dan tegas. Segala apapun yang telah diputuskan tak boleh dibatalkan. Ini soal perjodohan yang telah terikat, maka dalam hal ini mereka mengharuskan Fadilah menerima perjodohan yang telah terikat sekian lamanya itu tanpa membantah sedikitpun.
Fadilah yang telah mengukir cita-citanya dan menggantungkannya ke langit tertinggi tentu saja membantahnya. Dia ingin menyelesaikan studynya hingga meraih gelar sarjana, lalu memulai sebuah usaha hingga sukses, barulah memikirkan soal perjodohan.
Tak dinyana malah ayah bundanya justeru menginginkan perjodohan itu dikukuhkan dalam ikatan pernikahan secepatnya. Soal melanjutkan study bisa dilaksanakan setelah pernikahan itu dilaksanakan.

Fadilah tak bisa apa-apa lagi. Satu-satunya jalan yang mesti ditempuhnya adalah bunuh diri, atau melupakan kodratnya sebagai seorang Wanita Timur dengan mengakui rasa cintanya yang telah gagal dibunuh dalam hatinya terhadap seseorang. Dan seseorang itu adalah...



Bersambung...
 
Terakhir diubah:
Wah akhirnya apdet,,

Orang setegar Fadilah bisa dibuat sampai ingin bunuh diri. Untung ada si Andy.

Kayaknya si Fadilah naksir Dimas nih...
 
Gagal kawin...:galau:

Bgini nih enaknya jd TS, main belokin aja..
Jd gagal dah kawinnya..:((

#yg sabar ya dim, eike setia menanti koq..ehh...
:bingung:
 
Wah akhirnya apdet,,

Orang setegar Fadilah bisa dibuat sampai ingin bunuh diri. Untung ada si Andy.

Kayaknya si Fadilah naksir Dimas nih...

Hmmmm... :pusing: keknya sih gitu..., ntar ane tanya ke Fadilah dulu ya?
:D :D

Gagal kawin...:galau:

Bgini nih enaknya jd TS, main belokin aja..
Jd gagal dah kawinnya..:((

#yg sabar ya dim, eike setia menanti koq..ehh...
:bingung:

Wkwkwkwkwk :ha: =))=))
Hati-hati Oom..., ntar GanVit cemburu, bisa dibacok... :ha:
 
Terakhir diubah:
nah ... looo ...
ayo dimasss ...
cacat bukan penghalang Cinta ...
:jempol:...deh ceritanya ...
 
Bimabet
BTW ini si Fadilah udah tau gak cowok yang dijodohin sama dia???


motongnya itulho... bikin orang pengen obrak-abrik treath. :galak:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd