Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT [Diary Ari] The Story

Karakter Perempuan Ter-Favorit?


  • Total voters
    636
:ngiler:
Aku ngebayangin gimana jd si ika..
BTW, nanti aku lnjut lg bacanya, belomkelar, lg kerja soalnya muehehee..:Peace:
 
pingin tau gimana nia takluk lagi hu, habis judes nolak jadi mndesah2 keenakan ketagihan gangbang lg
 
[HIDE]
WARNING!!!
Cerita di bawah ini hanya karya FIKSI TS belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan karakter itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
***************************************************************************************************************************************
[Diary Ari] The Story

Chapter 25: Pengkhianat!
***************************************************************************************************************************************
Ari

“Mas… mbak ika kemana ya?” tanya aliyah. “Kok belum pulang-pulang udah malam gini mas?” tanya aliyah lagi. “Mungkin mampir ke rumah temennya kali” ucapku. Beberapa jam kemudian, “Ini udah malam banget loh mas, coba ditelpon deh” tanya aliyah seraya mengeluarkan hpnya hendak menelpon ika. “Diangkat gak?” tanyaku. “Gak mas, coba mas deh yang telpon” ucap aliyah mulai panik. Akupun mencoba untuk menghubungi nomor hp ika namun juga tidak ada jawaban, aku menduga mungkin ika mampir ke rumah nia sekedar bersilaturahmi, namun sangat tidak masuk akal karena hingga hampir tengah malam begini kok belum pulang. “Mas gimana nih mas? Aliyah takut mbak ika kenapa-napa” ucap aliyah seraya memelukku. “Sst…tenang say….mungkin ika memang nginap di rumah temennya..besok deh kita telpon dia lagi yaa” ucapku.

Keesokan harinya…

Ika

Tubuhku yang keletihan pasca digilir oleh dua remaja tanggung tadi malam terasa sangat pegal pagi ini. “Oo si cantik sudah bangun rupanya” ucap pemuda yang menolongku. Karena aku terkejut akan keberadaannya, langsung saja aku beringsut ke sudut ranjang. “Loh kok ketakutan gitu kamu?” tanya sang pemuda. “Plis biarin saya pergi” ucapku memelas. “Gak bisa…kamu harus puasin saya dulu” ucap sang pemuda seraya mulai membuka celana dan cd yang ia kenakan. Kontol lemasnya yang kurus membuatku tertawa geli dalam hati. Ia lalu mendekatiku dan menuntun tanganku untuk mengocok kontolnya. “Pandai ngocok yaa…Kamu masa’ gak ingat denganku ka?’ tanya sang pemuda. “Aku ini Ajis ka” ucap sang pemuda yang ternyata adalah salah satu siswa dari SMA ku yang telah di DO karena kasus pemerkosaan. “Hah! Kamu ajis yang merkosa Nur itu?” tanyaku kaget. “Yaa kamu benar….kangen ngentotin dia lagi…hehe” ucapnya. Aku yang kesal langsung meremas keras kontolnya yang mulai tegang itu. “Ughh remasannya keras banget…pasti himpitan memekmu akan sekuat remasanmuuhh” ucapnya seraya menyingkapkan rok hitam yang aku kenakan.

Jemari nakalnya mulai bermain pada bibir memekku, “Memek yang kurindukan…” ucapnya saat asik memainkan jemarinya. Saat mendengar ucapannya, aku mendelik heran padanya. “Kenapa kamu liatnya begitu? Kan kamu pernah aku entotin dulu” ucapnya. Aku bingung, entah kapan si ajis ini ngentotin aku. “Oiya waktu dulu aku entotin kamunya tidur ya” ucapnya lagi yang semakin membuatku bingung. Salah satu tangannya merogoh kocek celananya untuk mengeluarkan hp miliknya, ia lalu menunjukkan sebuah foto padaku, aku terkejut dan lekas teringat apa yang terjadi saat itu, foto yang ajis tunjukkan adalah aku yang tengah duduk tertidur dengan kaki mengangkang diatas sebuah wastafel, kondisi baju batik yang sudah tak karuan dan rok tersingkap serta ada lumeran peju keluar dari memekku, yaa aku ingat masa lalu yang cukup kelam itu, itu adalah pasca aku digangbang oleh pemuasnya si novi dan ada 3 orang lagi yang menikmati tubuhku saat aku tertidur dan ternyata salah satu dari mereka adalah si ajis ini.

“Bangsat rupanya kamu ya yang perkosa aku!!!” bentakku seraya menampar kontol ajis yang dari tadi kukocok. “Njing! Sakit kontolku lonte!” ucap ajis meringis kesakitan saat kontolnya kutampar. Aku berusaha merangkak untuk turun dari ranjang, namun dengan sigap ajis menahan pinggulku, aku meronta dan memukul-mukul ajis yang memegang pinggulku dengan keras, salah satu tangan ajis menyingkapkan rok yang kukenakan, “Jis…jangan lagi jis…plis lepasin aku jis” ucapku seraya meronta-ronta. Kurasakan palkon ajis mulai menggesek bibir memekku. “Sshh jangan lakuin ini padaku jis” aku memohon. Namun sepertinya ajis sudah terlalu kesal dengan tindakanku tadi sehingga saat posisi palkonnya sudah tepat ia langsung menghentakkan pinggulnya “Akhh” desahku. “Bangsat! Lebih rapat sekarang! Pantes dua cecunguk kemarin gak tahan!” ucap ajis seraya menyodok memekku dengan kasar. “Ugghh hhmm” aku berusaha untuk menahan desahanku. Kedua tangan ajis mulai merayap dipunggungku hingga akhirnya tiba di toketku, ia lalu meremas kedua toketku dengan kasar. “Agghh sakit jis” desahku. “Ini rasanya kontolku yang kamu tampar tadi!!” ucap ajis.

Permainan kasar yang ajis lakukan ini perlahan membangkitkan birahiku, tanpa sadar aku mulai menggerakan pinggulku mengikuti sodokan kontol ajis. “Enak yahh? Ugghh” ucap ajis. “Braakk!!” pintu kamar ini terbuka dan seketika membuat kami diam terpaku. “Wah sudah pada olahraga pagi ya” ucap pak marno. “Iya gak ngajak-ngajak si ajis ini” sahut pak isno. “Maa..maaf pak…saya ndak tahan” ucap ajis yang masih saja menggenjot memekku. “Ah ngapain minta maaf begitu…tuntaskan saja nafsumu” ucap pak marno seraya membuka celana dan cd yang ia kenakan. Kulihat pak isno juga mengikuti tindakan pak marno. Kontol pak marno yang seingatku berukuran 19 cm kini terlihat menggantung lemas begitu juga dengan kontol pak isno. Mereka berdua mendekatiku dan memerintahkan ajis untuk merubah posisiku menjadi terlentang. Saat aku telah terlentang, pak marno menuntun tanganku untuk mengocok kontolnya dan kontol milik pak isno. Sodokan ajis semakin liar, “Akkhh sshh” desahku diikuti semburan cairan cintaku. “Hebat juga kamu jis bisa bertahan dan buat si lonte ini banjir” puji pak isno yang kontolnya mulai keras.

“Gantian dong jis” ucap pak isno. Pak isno lalu memposisikan kontol pendek beruratnya untuk masuk ke memekku, saat sudah masuk, ia langsung menyodok memekku dengan cepat. “Buset…buru-buru amat dah si isno ini…gimana rasa memek dia sekarang?” tanya pak marno yang kontolnya masih kukocok. “Peret…rapet ughhh” ucap pak isno. “Wah..kalau kontolmu terasa dihimpit banget pasti rapet banget tuh” ucap pak marno. “Ganti posisi lah is…aku pengen ngerasain lubang belakangnya dia” ucap pak marno. Pak isno melepaskan kontolnya dari memekku lalu berbaring terlentang, pak marno menuntunku untuk naik keatas tubuh pak isno dan kembali memasukkan kontol pak isno ke memekku dengan posisi WOT. Pak isno memintaku untuk menunduk agar ia mudah menghisap toketku yang menggantung indah. “Ughhh pak…” desahku memanaskan suasana. Kurasakan palkon pak marno menggesek lubang anusku, “Pak jangan itu deh ya…memek aja” ucapku. “Iya bapak nih..kontol bapak kegedean” sahut ajis. “Yaudah kamu deh yang coba…kayak gak tau aja aku apa maumu” ucap pak marno pada ajis. Ajis yang kegirangan pun langsung menggantikan posisi pak marno dan menggesek palkonnya untuk masuk ke lubang anusku. “Ughh pelan…pelannn” desahku, kurasakan kontol ajis mulai masuk membelah liang anusku yang sudah lama tak terjamah, “Bangsat!! Anusnya rapet juga!” desah ajis seraya terus menekan kontolnya masuk ke anusku.

“Ughh perih jis” desahku. Kini dua kontol yang tak begitu besar bergantian keluar masuk di kedua lubang milikku. “Agghh shhh” desahku. “Wah ada telpon nih” ucap pak marno. Saat kulirik ternyata beliau memegang hpku, “Suami tersayang..” ucap pak marno seraya cekikikan. “Pak…beri ke saya pak” ucapku. “Ini..awas kalau kamu bilang lagi kami siksa!” ucap pak marno. “Ha…halo” ucapku, “Sayang kemana? Kok gak pulang?” kudengar suara mas ari panik. “Akhh aku lagi di rumah nia say” ucapku berbohong. “Yaa paling tidak kabarin mas lah say…” ucap mas ari. “Ih..iyaahh mass maaf” ucapku terputus-putus karena desahan kenikmatan yang tak dapat kutahan akibat sodokan dua kontol ini tak membiarkanku berpikir jernih. “Kamu lagi ngapain? Kok ngos-ngosan gitu?” tanya mas ari. “Ihh iniih lagi senam samaahh niaa say” ucapku kembali berbohong, sesungguhnya aku ingin berteriak minta tolong namun kini aku sudah terlarut dalam kenikmatan, sehingga kuurungkan saja niatku tersebut. “Kapan mau pulang?” tanya mas ari. “Nantihh akuhh kabarin mass” ucapku seraya menahan gejolak orgasme yang akan menghampiri. “Yaa…aliyah khawatir soalnyaaa” ucap mas ari. “Iyaahh mass…titip salam sama diaa yaaahh” ucapku. “Yaa sayang….” Ucap mas ari dan seketika panggilan tersebut berakhir. “Istri kamuh lagi dientot mass Hahahaa” ucap pak isno meledekku seraya kembali mempercepat sodokan kontolnya. “Tadi saya dengar nama aliyah..apa saya salah dengar ya?” tanya pak marno. Aku tak menjawab pertanyaan beliau.

Tiba-tiba pak isno dan ajis mempercepat sodokan kontol mereka pada dua lubangku, dan hal itu cukup membuatku kewalahan. “Ughh ughh akkhh” aku tak ragu lagi untuk mendesah di hadapan mereka. “Akhh akhh gak tahan” desahku, “Ughh ingin keluar yahh kamuuhh?” desah pak isno, “Ugghh ehemm” desahku diikuti semburan cairan cintaku yang kedua. “Aghhh memeknya rapat! Akhhh rasakan iniii!!” desah pak isno diikuti semburan pejunya yang kurasakan ada sekitar 3 semburan yang cukup deras. “Ughh ughh woi ajis! Belum selesai juga? Masih digenjot aja…” ucap pak isno yang masih tersengal-sengal pasca ejakulasinya. “I..in…inihh sebentar lagi saya keluar…ughh!” ucap ajis seraya menekan batang kontolnya dalam-dalam pada anusku dan “Croot…crott…crottt..croott” ada sekitar empat semburan pejunya langsung mengisi liang anusku. Kini dua kontol yang tadi begitu perkasa berubah menjadi sangat lemas di dalam dua lubang milikku.

Saat aku telah mengumpulkan kembali staminaku yang sudah terkuras habis dalam permainan ranjang tadi, aku mulai melepaskan diri dari dekapan pak isno dan ajis. “Prok!Prok!Prok!” kudengar tepuk tangan tak jauh dari ranjang ini. “Luar biasa! Suatu pertunjukan yang luar biasa!” terdengar suara seorang pria yang tak asing bagiku. Saat aku menoleh ternyata ia adalah pak karyo, dan satu hal yang membuatku terkejut adalah wanita yang dipeluk pak karyo adalah nia. Kulihat nia memalingkan wajahnya seperti jijik menatapku. Seketika saat itu juga aku berteriak “Nia! Apa maksudnya semua ini?!”, namun tak ada jawaban darinya. Kulihat pak karyo memerintahkan pak marno, pak isno dan ajis meninggalkan ruangan ini. Kini hanya ada aku dan nia, aku yang mulai meneteskan air mata kembali mengutarakan pertanyaan yang sama namun sama sekali tak ada jawaban dari nia.

Setelah beberapa menit berselang lebih tepatnya setelah aku berhenti menangis, Nia berkata “Kamu berkhianat ika”, aku menatapnya bingung, “Ma..maksud kamu apa nia?” tanyaku bingung. “Kamu rela membagi cintamu dengan pelacur itu” ucapnya singkat seketika membuat hatiku tercabik-cabik. “Ha! Siapa maksudmu?!” tanyaku setengah memekik. “Aliyah” jawab nia singkat. Aku tak percaya nia menyimpan dendam sebegitu busuk pada aliyah. “Ingin rasanya aku membunuh si pelacur itu” ucap nia dengan tatapan kosong. “Nia..Sadar nia! Kamu kenapa nia!” pekikku pada nia seraya langsung memeluknya dengan erat. “Ya…aku akan lakukan itu bila tiba masanya” ucap nia singkat. “Nia! Sadar! Kumohon jangan lakukan hal itu!” aku memohon dengan berlutut di hadapan nia, aku tak lagi memikirkan harga diriku yang aku pikirkan sekarang hanyalah keselamatan dan kebahagiaan mas ari dan juga aliyah. “Nia…Kamu terserah mau apakan aku! Tapi kumohon jangan rusak kebahagiaan suamiku dan aliyah…Kumohon nia….kumohon….” ucapku seraya sesenggukan memeluk betis nia. Saat kulirik wajahnya, tersungging senyum jahat. “Baiklah…Kau akan jadi pemuas syahwat disini hingga akhir hayatmu” ucap nia singkat seraya meninggalkan ruangan ini. “I..iya nia…Tapi tolong jangan sakiti suamiku dan istri keduanya…Hiks hiks” ucapku seraya sesenggukan bersujud di lantai.

Ari
Sore harinya…

“Tadi pagi sepertinya aku dengar mas nelpon mbak ika, Apa kata mbak ika mas?” tanya aliyah dengan wajah penasarannya. “Katanya dia lagi di rumah temannya ngajarin kegel” ucapku. “Ooo gitu…apa tidak sebaiknya mas periksa saja kesana untuk memastikan mbak ika ndak kenapa-napa?” ucap aliyah memberi saran. “Bener juga, baiklah say, mas ke tempat temannya ika dulu ya…kamu jaga rumah baik-baik ya” ucapku seraya mencium dahi aliyah.

Sesampainya di rumah nia, kudapati rumah tersebut kosong, aku beberapa kali memanggil ika ataupun nia namun tak ada jawaban, namun aku berusaha bersabar. Tak berselang beberapa menit, “Mas ari ngapain kesini?” tanya seorang wanita saat aku menoleh ternyata nia. “Eh nia..Ini loh, ika kemana ya? Katanya dia latihan dengan dirimu disini” tanyaku. “Ha? Nia aja udah beberapa hari ini tidak ada jumpa dengan ika” ucap nia yang seketika membuat jantungku berhenti berdetak, “Ika…kenapa kamu berbohong?” aku membatin.[/HIDE]
 
yes tebakan ane bener.....
N
I
A
tapi kok alasannya agak aneh ya?
apa ane yg lupa dendamnya karena apa?
 
Om @Radicks, kok saya ngerasa ketinggalan yah,
Sekarang om yg senggang saya yg sibuk.

BTW Makasih Om updatenya,
Semangat dalam bekerja dan berkarya.
Sukses selalu RLnya dan selalu sehat. :top:
 
thank you update nya,

semoga happy ending yga buat ika dan semuanya hhe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd