nb: maap ya suhu, updatenya lama. soalnya kemaren pengen ikut LKTCP, udah mulai nulis tp lupa mendaftar. T.T udah nulis cerita baru, mau nyambung yang lama jadi kurang greget. update pendek dulu yah.
Sesampainya di rumah kak dian, nadine membukakan pintu untuk kami dan sedikit terkejut melihat kehadiran dila, namun dia nyengir ke arahku karena langsung paham kenapa si dila bisa ikut kerumah di hari jadwal aku nginap dirumah kak dian.
Begitu sampai kami langsung disuguhi makan malam sama nadine, katanya si nadine yang masak. Dan karena udah lapar, kami pun mengiyakan ajakan makan itu dengan senang hati.
Selesai makan dan setelah ngobrol-ngobrol sebentar, dila ngelirik-ngelirik ke arah kak dian, dan kak dian yang langsung paham, ngajak kami berdua ke dalam kamarnya dengan alasan mau minta tolong sesuatu. Nadine tetep di luar nemenin anaknya kak dian. Memang selama ini kami selalu nungguin kemal tertidur dulu sebelum memulai permainan kami. Tapi kayanya dila udah ga sabar jadi harus ada yang nemenin anaknya kak dian.
Waktu pintu kamar kak dian ditutup, dila langsung memelukku dengan erat dan merengek kepadaku ingin melanjutkan yang tadi.
“Baang dila mau lanjutin yang tadi. Udah ga tahan bang.” rengeknya manja.
“hihihi iyah iyah kalian lanjut aja disini, suaranya jangan kenceng-kenceng soalnya anak kakak masih di ruang tamu. Kalo dia udah masuk kamar gpp. Kakak keluar dulu nemenin nadine, kasian dia ditinggal sendirian.” Ucap kak dian.
“Iya kak, kami ati-ati kok.” Jawabku lagi.
Begitu kak dian keluar ruangan, dila langsung menyambar bibirku dan lidahnya mencari-cari lidahku dengan liarnya. Aku yang sempat terkejut dengan serbuan anak polos itu membalas ciumannya dengan tak kalah nafsunya, dan membimbingnya ke tempat tidur tanpa melepaskan ciumanku.
DI tempat tidur, kami bergumul dan bercumbu dengan nafsunya. Bentuk jilbab dila udah mulai ga beraturan karena aksi kami yang berguling-guling di tempat tidur. Dan akhirnya dibukanya jilbabnya dan dilemparkannya dengan ga sabar.
Melihat leher jenjangnya udah terbuka lebar, aku langsung mencumbu lehernya dengan gemas. Tubuh dila menggelinjang kegelian dan tangannya meremas lenganku kuat-kuat menahankan rasa geli dari cumbuanku di lehernya.
“uuuugghh geli banget bang...” lenguhnya dengan nikmatnya.
“Enak sayang?” tanyaku
“Enak banget bang uughh...” desah dila.
“Mau dilanjutin ga?” tanyaku lagi
“Mau bang, jangan berhenti plis..” pintanya memelas.
“Abang mau liat kamu telanjang boleh ga sayang? Soalnya kemarin kan kamu cuma buka dikit-dikit aja. Jadi tangan abang harus nyusup kedalam celana dalam kamu. Kamu buka semuanya ya sayang” Pintaku ke dila
“Hhhhahh? Dila buka semuanya bang? dila malu bang” tanyanya lagi
Aku hanya mengangguk, dan ga berkata apa-apa lagi menunggu dila membuka bajunya.
Karena melihatku tak bergeming, dila pun turun dari tempat tidur dan berdiri di depanku. Dan dengan ragu-ragu mulai membuka kancing kemejanya sampai terlepas, dan melepaskan kemejanya ke lantai, memamerkan bra warna biru muda yang dipakainya. Kupandangi leher, bahu dan perutnya yang putih mulus tak bercela.
Lalu dila lanjut menurunkan resleting celananya, dan sebelum menurunkan celananya, dia kembali memandang ke arahku, aku hanya mengangguk tak sabar, dan dia pun lanjut menurunkan celana panjangnya sampai terlepas, memperlihatkan celana dalamnya yang sepasang dengan branya.
“Semuanya dong sayang..” perintahku lagi.
Dila hanya mengangguk dengan muka merah padam, dan mulai membuka pengait branya, dan branya pun terlepas dengan gampangnya, namun tangannya masih menutupi payudaranya karena malu. Lalu dengan satu tangan dia menurunkan celana dalamnya sampai terlepas, dan karena dia ingin menutupi kemaluannya, mau tak mau payudaranya terlihat sebelah sampai celana dalamnya terlepas. Dan setelah itu dia langsung menutupi payudaranya kembali.
Entah kenapa ekspresi malunya yang menggemaskan itu justru membuatku semakin bernafsu untuk mengerjainya lebih jauh lagi.
“Sayang abang, geser tangannya yaah..” bujukku pada dila.
Dila pun mengangguk dan menggeser tangannya sampai payudara dan vaginanya terlihat bebas. Memang badannya dila ini sebenarnya bisa dibilang kurang oke. Payudaranya kecil, bentuknya juga hampir rata, bokongnya juga kecil. Tapi kulitnya bener-bener putih mulus terawat.
Kulihat ekspresinya, dila udah memejamkan mata sambil menggigit bibirnya, tangannya sampai gemeteran menahankan malunya, wajahnya juga udah merah padam. Namun lagi-lagi malunya dila itu justru menambah gairah birahiku.
“Kamu cantik sekali sayang, sakin cantiknya abang jadi kepengen ngajak kamu jalan-jalan keluar supaya orang liat cantiknya kamu telanjang gini.” Pujiku yang mulai nyeleneh.
“Jangan bang.... dila malu banget...” pintanya memohon.
Lalu kucolek bibir vaginanya yang udah basah dan kutunjukkan ke hadapannya.
“Liat nih memek kamu udah basah loh sayang, kamu emang seneng kan telanjang di depan orang?” tanyaku
“Engga baang.. itu karena dila telanjang di depan abang doang.. dila ga mau kalo orang lain yang ngeliat..” jawabnya lagi dengan memelas
“Hihihi iya iya sayang. Kalo gitu abang boleh request lagi ga sayang?” tanyaku lagi
“Mau request apa abang sayangnya dila?” tanya dila yang udah mulai tenang.
“Abang mau liat memek sama lubang pantat kamu. coba kamu pamerin dong ke abang.” Pintaku lagi
Lagi-lagi dila terlihat terkejut namun dia menggigit bibirnya dan menganggukkan kepalanya. Lalu ia naik ke atas tempat tidur kembali dan nungging ke arahku, lalu tangannya membuka kedua sisi pantatnya dan memamerkan anus dan memeknya ke dapan wajahku.
Kulihat memeknya udah berdenyut-denyut dan cairan vaginanya udah memenuhi lubang memeknya. Ekspresinya dila juga terlihat jelas kalo dia udah horni berat, sampai akhirnya dia ngaku..
“Bang, dila...sangek banget abang liatin kaya gini bang.. Kok bisa gini dila ya bang?” tanyanya dengan nada semakin memelas.
“Hmmm mungkin itu karena kamu sayang sama abang, dan kamu ingin abang melihat semua ketelanjangan kamu.” jawabku ngasal sambil menggenggam telapak kakinya.
“Gitu ya bang. shhhhh dila udah sangek banget bang, abang mau ga nonton dila masturbasi bang?” tanyanya. Namun pertanyaannya itu justru terdengar seperti permintaan dibanding pertanyaan.
“Mau sayang. Abang juga pingin nonton kamu berusaha memuaskan diri kamu sendiri. Kamu seneng yah masturbasi di depan abang?” tanyaku lagi
“hmmmm.. dila ga tau bang, tapi barusan tadi dila ngebayangin masturbasi di depan abang, kok kayanya dila jadi makin nafsu banget bang.” katanya dengan suara lirih
“Iya iya sayang. ywda masturbasilah dulu abang liatin ya” jawabku membujuk
“Iya abang. Liatin dila yaa bang.. uuughhhh shhhh” balasnya sambil langsung memainkan klitorisnya.
Kulihat tangannya memang belum terlalu terampil memainkan memeknya. Tapi ekspresinya sekarang udah dikuasai oleh nafsu, dan berkali kali dia memandang ke arahku seolah ingin memastikan kalo aku menonton semua aksinya.
“Dila, abang videoin masturbasi kamu ya. Ekspresi kamu sekarang bener-bener indah banget sayang.” kataku.
“Iyaaa bang.. shhhh aaahhhh rekam semua ya bang jangan ada yang kelewatan. Nanti dirumah sering-sering abang tonton ya baang masturbasinya dila. shhhh” jawab dila membolehkan.
Gerakan tangannya di memeknya semakin terlihat ga beraturan, kayanya dia malah semakin nafsu waktu tau aku merekam aksi masturbasinya. Ku close up ke memeknya dan anusnya, lalu kurekam ekspresi wajahnya yang semakin binal di depan kamera itu.
“Kamu bener-bener cantik dila. Wajah sangek kamu itu udah bikin kontol abang tegang sayang” pujiku padanya sambil membuka celanaku dan memamerkan kontolku yang udah berdiri.
“Ahhhh aahhhhh. Iya baang. Shhhhh itu tegang karena nonton dila kan bang? Abang nafsu kan ngeliat dila kaya gini?” tanyanya dengan nada memelas.
“Iya sayang. Kamu yang sekarang ini nafsuin banget.” Jawabku pendek dan lanjut ngerekam memek dan anusnya.
Mendengar jawabanku nafsu dila pun semakin menggila. Dia mengobok-obok memeknya seakan udah ga sabar ingin mencapai puncak kenikmatan.
“ahhhh abang enak banget baang.. liatin dila baang.. dila mau keluar.. aaaaahhhhhhhhh..... shhhhhhh hhhhhhhh” Desahnya ketika akhirnya sampai ke puncak kenikmatan. Suara desahnya masih tertahan karena tadi udah diingatkan kak dian untuk jangan terlalu berisik karena anaknya masih nonton tv diluar.
Kuletakkan hp ku dan langsung kupeluk dila yang masih gemetaran tak kuasa menahankan nikmatnya orgasmenya.
“Ummmh nikmat banget yah sayang?” bisikku di telinganya.
“hhhhaahhh shhhh haaahhh. Iyah bang nikmat banget bang.” jawabnya masih ngos ngosan.
Kubiarkan dia menyandarkan kepalanya di dadaku sampai nafasnya teratur kembali. Kuelus-elus kepalanya dan kukecup keningnya dengan sayang. Kulihat dila menatapku dan melemparkan senyum yang sangat indah. Matanya masih terlihat nanar, dan rona merah di pipinya yang masih belum menghilang, membuat senyumnya itu terlihat sangat manis namun binal.
“Cantik banget kamu sayang.” pujiku lagi.
Kali ini dila hanya tersenyum kembali, ekspresi kebahagiaan terpancar dari wajahnya yang membuatku semakin gemas kepadanya. Kukecup bibirnya dengan gemas, kutelusuri lidahnya dengan lidahku, dan dia membalas dengan melilitkan lidahnya ke lidahku. Saat itu baru kusadari kalo lidah si dila ini panjang banget sampe aku kewalahan melawan jiliatan-jilatan lidahnya yang lebih panjang dari lidahku.
Kami lanjut terus berciuman sampe entah berapa menit, karena aku bener-bener menikmati ciuman dan jilatan dila, dan dila juga ga ada tanda-tanda mau berhenti. Sampai akhirnya rahangku kerasa pegal barulah kami berhenti berciuman, sampai nafas kami berdua ngos-ngosan.
“Nikmat banget ciuman sama kamu sayang. Lidah dila panjang banget ya, coba dila julurkan lidahnya” pintaku ke dila.
Si dila pun nyengir dan menjulurkan lidahnya, ternyata lidahnya lebih panjang dari dugaanku, panjang lidahnya sampai dagunya karena sakin panjangnya.
“Ya ampun sampe dagu loh dila panjangnya..” seruku terkejut.
“Hehehe keliatan aneh ya bang?” tanyanya malu-malu.
“Enggak kok, malah nafsuin. Nadine sama kak dian pasti demen liat lidah kamu.” jawabku.
Dila keliatan terkejut dan bingung, dan kayanya dia mau nanya sesuatu, tapi dia belum sempat ngomong karena aku udah mengulum dan mengemut lidahnya di mulutku. Dan kami pun melanjutkan cumbuan kami kembali. Aku bener-bener jadi ketagihan berciuman dengan dila.
Kali ini dila ga banyak bisa ngelawan dengan lidahnya, karena aku sedang menikmati mengemut lidahnya yang panjang itu, karena terus-terusan membuka mulut dan menjulurkan lidah, air ludahnya pun lama-lama terkumpul di dalam mulutnya, yang langsung kuseruput dan kutelan dengan nikmatnya. Dila pasrah aja dan membiarkanku ngemut lidahnya dengan nafsu.
“Ummmh enak banget ngemut lidah kamu yank...” Pujiku setelah puas ngemut lidahnya.
“Hehehe enak yah bang? Baguslah supaya abang tetep mau nyium dila. hehehehe” jawabnya sambil nyengir.
“Ya pasti maulah sayang, kalo pun lidahnya ga panjang kek gini pun abang tetep mau banget ciuman sama kamu.” jawabku lagi.
“hehhehehe iya iya bang. makacii ya bang” jawabnya manja.
“Dila.... abang boleh minta sesuatu ga?” tanyaku ragu-ragu.
“Boleh bang.” Jawabnya dengan singkat.
“Abang belum ngasi tau mau minta apa kamu udah jawab boleh. Yakin banget kamu yah? hehehe” balasku nyengir.
“Hihihi soalnya dila pasti ngasi aja bang kalo abang yang minta.” Jawabnya lagi.
“Iniii... Kalo bang mau minta... kaya yang kemaren waktu ulang taun kak dian.. Boleh ga dila?” tanyaku lagi.
“Kaya yang kemaren yang mana bang? kan semua... oooh. Abang mau minta dila pipisin yah?” tanyanya lagi. Untungnya wajah dila ga terlihat jijik kaya waktu itu.
“Iyaa, tp nanti aja kalo dila emang lagi mau pipis.. boleh sayang?” tanyaku lagi memelas.
Kulihat dila terdiam menatap wajahku, namun sesaat kemudian dia langsung tersenyum dengan manisnya dan membelai pipiku dengan sayang.
“HIhihih ya ampun baang bang. Emang kalo ga dila kasi ke abang, trus pipis dila mau dila jual lagi? toh di buang juga ke wc ujung-ujungnya. Abang minta pipisnya dila kaya mau minjem uang aja. hahahahhaa” jawab dila sambil terkekeh geli.
“Emang kenapa sih bang? Abang suka pipisnya dila juga? kan kak dian sama nadine pasti udah sering pipisin abang kan?” tanyanya lagi.
“Hehehe iya siih. Abang rasa hot aja kayanya kalo dipipisin sama gadis cantik dan polos kaya dila.. hehehee. Tp kalo ga dikasi jg gpp loh dila, ntar dila jadi ngerasa terpaksa lagi ngikutin maunya abang..” jawabku jadi ngerasa ga enak sendiri.
Entah kenapa mendengar jawabanku dila hanya memandangiku dan tersenyum lebar. Namun ekspresinya terlihat keibuan banget, aku langsung ngerasa kaya jadi anak kecil di depan dila. Aku jadi salah tingkah dilihatin kaya gitu jadi aku cuma menunduk malu sendiri.
Tiba tiba dila menarikku dan mendekapku di dadanya dan mencium keningku. Aku terkejut melihat reaksinya namun aku diem aja membiarkan dia memelukku seperti itu.
“Ya ampuun bang. Mana mungkin dila nolak permintaan abang. Duuh gimana ga sayang dila ngeliat abang kaya gini. Pantesan kak dian itu cinta x sama abang yah. Manja banget sayangnya dila ini..” sahutnya sambil memeluk dan mengusap punggungku.
Aku jadi malu sendiri diperlakukan kaya gini sama anak gadis yang lebih muda 5 tahun dibawahku. Tp pelukan dan belaian dila bener-bener membuatku nyaman, jadi aku tidak memperdulikannya dan membenamkan wajahku ke ketiak dila dan membiarkannya memanjakanku.
“Hihii tuh kan manja banget abangnya. Ngapain sayang disitu? Dila belum mandi loh sayang, tadi udah seharian ngantor.” kata dila lagi namun membiarkanku membenamkan wajahku di ketiaknya.
“Wangi dila enak banget loh. Dila ga usah mandi aja mulai sekarang. Hehehe” jawabku cengengesan
“HIhihi jangan dong sayang, ntar dila ga ada temennya kalo bau ketek.” Jawabnya sambil mencium keningku.
“Ummmh.. Enak banget disini yank. Serasa disayang banget kalo dipeluk kaya gini.” Jawabku semakin kebawa suasana dimanjain sama dila.
“HIhihi kan emang abang disayang banget. Dila aja sayang banget sama abang, belum lagi sama kak dian, trus nadine juga yang sayang banget sama abang. Pokoknya abang ini cowo paling disayang diseluruh dunia. Hihihih” balas dila lagi dan kemudian mengecup hidungku dengan gemas.
Hadeh ancur deh gua. Udah ga tau lagi siapa yang lebih tua siapa yang lebih muda. Tapi emang nyaman banget dipeluk-peluk sama dila kaya gini jadi aku ga perduli lagi. Namun setelah beberapa saat kami berpelukan dalam diam, tiba-tiba dila bertanya kepadaku..
“Bang, dila baru teringat nih karena tadi nyebut kak dian sama nadine, dila boleh tanya ga?” tanyanya tiba-tiba dengan wajah penasaran.
“tadi abang bilang kak dian sama si nadine pasti demen liat lidah dila, maksudnya gimana ya bang?” tanya dila lagi tanpa menungguku menjawab.
Mendengar pertanyaannya aku pun jadi nyadar kalo si dila belum tw kalo kak dian dan nadine juga suka berhubungan seks berdua tanpa aku. Tadi aku emang asal nyeletuk aja karena aku tau kak dian suka minta nadine jilatin memeknya, makanya tadi aku mikir kak dian pasti demen ngeliat lidah dila yang panjang.
“Hmmm panjang tu ceritanya. Ntar aja deh kamu liat sendiri..” jawabku ngeles.
Setelah itu aku berdiri dan menaikkan celanaku yang tadi sempat kubuka, dan aku mengintip keluar kamar. Aku cuma mau cari tau anaknya kak dian udah masuk kamar apa belum. Namun yang kulihat diluar jauh melebihi ekspektasiku.
Kulihat kak dian dan nadine sedang berciuman dan bergumul di sofa kaya orang kehausan. ‘pas banget nih’ pikirku. Lalu kupanggil dila dan kusuruh mengintip keluar.
Saat melihat mereka, kudengar suara nafas tertahan dila yang terkejut melihat kak dian sedang bercumbu dengan penuh nafsu dengan adik kandungnya sendiri. Lalu dia langsung menutup kembali pintunya dan memandangku dengan ekspresi penuh tanya.
“Abang ga berhak untuk cerita, karena itu kisahnya mereka berdua. Kita keluar kamar aja, terus kita ajak mereka masuk ke dalam ya.” Ajakku. Dan dila langsung mengangguk. Untungnya sih dia ga terlihat jijik atau geli melihat kak dian dan nadine berciuman.
“Eh bentar bang dila pake baju dulu..” serunya tiba-tiba karena baru teringat kalo dia masih telanjang.
“Udah ga usah, abang suka ngeliat kamu telanjang gini dila.” jawabku sambil nyengir.
DIla hanya senyum-senyum mendengar jawabanku dan mengangguk malu-malu.
Setelah itu kami membuka pintu kamar perlahan dan sengaja memergoki kak dian dan nadine yang sedang bercumbu bak orang pacaran.
Kak dian yang melihatku dan dila datang terlihat terkejut tapi ga panik dan ttp nyantai,
“Udah siap? Si dila kok ga disuruh pake baju dulu sayang? ntar masuk angin loh.” tanya kak dian.
“Iya kak, aku mau pamerin pacar baru.” Jawabku sambil nyengir.
Kak dian tersenyum mendengar jawabanku, namun nadine kelihatannya salah tingkah karena kepergok dila sedang ciuman dengan kakak kandungnya sendiri.
“Dila ngeliat kakak sama nadine ciuman tadi dek?” tanya kak dian langsung to the point.
Dila cuma mengangguk tapi ekspresinya lebih ke penasaran sih, ga terlihat ngejudge risih atau gimana.
“Ywda dila. kita ke kamar aja yuk biar kk ceritain ke dila semuanya.” Ajak kak dian, dan kami berempat masuk ke kamar mengikuti kata kak dian.
Sesampainya di kamar, kak dian langsung menceritakan awal mula cerita mereka kenapa mereka yang merupakan kakak beradik kandung dan sama-sama perempuan akhirnya bisa seks bareng. Mulai dari cerita tentang paman mereka, cerita tentang perselingkuhan suami kak dian dengan nadine, dan ketika suaminya meninggal. Ekspresi dila pun bermacam-macam, mulai dari shock dan marah ketika mendengar paman mereka sendiri yang melecehkan kak dian, lalu sedih ketika kak dian dan nadine hampir berantem gara-gara suami kak dian, lalu nyengir-nyengir sendiri ketika kak dian cerita pertama kali berciuman sama nadine.
Setelah mendengar cerita kak dian yang panjang lebar, yang pertama kali ditanyakan dila ketika ceritanya selesai adalah,
“Emang enak kak main sama-sama cewe?” tanyanya dengan muka polos
Mendengar pertanyaannya kak dian dan nadine pun terkekeh geli.
“Bukan soal cewe apa cowonya sih. Karena emang kami sama-sama saling nafsu aja sih.” Jawab kak dian.
“hehehe kalo nadine emang dari sebelum itu juga udah suka masturbasi sambil ngebayangin kak dian.” Jawab nadine. Dan kak dian terlihat agak kaget mendengar jawaban nadine. Wah kak dian ternyata belum tau nih.
“Oiya nad? Kok kakak ga tau? Eh tau sih kamu masturbasi. Tapi ga tau kalo itu kamu ngebayangin kakak.” Jawab kak dian kaget.
“Iyaa kak. Sejak kita masturbasi bareng itu kak, nadine udah mulai fantasiin kakak.” Aku nadine jujur.
“Ya ampuun kk ga tau sayang.” seru kak dian dan langsung memeluk adiknya itu dan mencium bibirnya.
Duh binal banget emang kakak beradik ini. Lagi cerita-cerita sekarang udah bercumbu lagi. Tapi gua emang demen banget kalo ngeliat mereka berciuman. Sama-sama cantik, sama-sama berjilbab, adik kakak lagi. Binal banget.
Di sela-sela ciuman mereka, kak dian ngelirik ke gua sambil senyum-senyum dan berkomentar,
“Si iko mulai mupeng tuh nad..” kata kak dian. Dan nadine pun nyengir ngelirik ke gue.
Ciuman mereka semakin hot dan kak dian menindih nadine dan menyerbu bibir kakaknya. Kayanya mereka sengaja bikin gue nafsu nih.
“Kamu udah tau belum dila? bang iko ini paling demen ngeliat kami berdua ciuman loh. Apalagi sampe jilat-jilatan memek.” Beber kak dian.
“Oiya bang?” seru dila ga percaya.
“Hehehe iya. Hot banget ngeliat dua cewe cantik ciuman gini.” Jawabku malu-malu.
“duuh dila belum pernah sih..” gumam dila pelan. Namun terdengar oleh kak dian.
“Kamu mau coba dila?” tanya kak dian langsung.
Dila keliatan ragu mendengar pertanyaan kak dian, dan beberapa kali melirik ke arahku.
“Hmmm abang beneran suka?” tanya dila lagi memastikan.
“Iya beneran sih. Tp kalo kamu ga suka..” jawabku yang langsung dipotong oleh dila,
“Iya dila mau kak. Tp pelan-pelan ya kak dila ga biasa.” Jawab dila ke kak dian
Kak dian pun melepaskan ciumannya dengan nadine dan mendekati dila dengan senyuman binal khasnya. Njiir kak dian mau aja nih.
“Kamu rileks aja dila, kalo kamu mulai ga nyaman kamu suruh kk stop yah” kata kak dian.
Dila mengangguk dan menutup matanya. Lalu kak dian mendekatkan wajahnya dan mengecup pelan bibir dila. Ekspresi dila masih mengernyit kayanya dia masih agak geli, tapi karena dia belum nyuruh stop kak dian kembali mengecup bibir dila pelan. Lalu di kecupan ketiga dila mulai membalas kecupan kak dian dengan memonyongkan bibirnya. Di kecupan keempat kak dian mulai mengemut bibir bawah dila, dan dila juga membelas mengemut bibir atas kak dian. Lalu kak dian melepaskan ciumannya dan memperhatikan ekspresi dila.
Dila membuka matanya, dan tersenyum nyengir ke arahku.
“Mau lanjut dila?” tanya kak dian lagi.
Dila mengangguk, dan kak dian lanjut mendekatkan wajahnya namun kali ini dila udah menyambut bibirnya kak dian dan kali ini dila mulai menghayati ciuman kak dian. Tangan dila pun mulai merangkul pinggul kak dian dan kak dian merespon dengan mempercepat ritme ciumannya. Ga berapa lama lidah kak dian pun mulai memaksa musuk mulut dila, namun dila dengan cepat merespon dan membalas jilatan lidah kak dian dengan lidahnya yang panjang.
Nafas mereka berdua mulai memburu, dan pelukan di tubuh masing-masing udah berubah menjadi belaian-belaian yang mencerminkan hasrat mereka berdua terhadap satu sama lain. Tangan kak dian perlahan mengarah ke dadanya dila dan mulai meremas dadanya yang kecil itu. Tubuh dila tersentak karena terkejut, namun dia membiarkan kak dian meremas dadanya, dan dila pun mulai mendesah keenakan.
Kak dian merebahkan tubuh dila ke sandaran tempat tidur, dan kembali mencumbu bibir dila dengan nafsu. Tangan kak dian yang tadi masih meremas dada dila, perlahan turun ke perutnya, lalu turun lagi dan menyenggol bibir vaginanya dila, lalu naik lagi ke perutnya. Tubuh dila tersentak dan dia mulutnya mengeluarkan lenguhan nikmat yang menggoda. Tangan dila meraih tangannya kak dian, dan mengarahkannya kembali ke vaginanya.
Kak dian yang mengerti keinginan dila kembali meraba memeknya dila dan badan dila pun bergelinjang kenikmatan. Kak dian mulai menggosokkan tangannya ke memek dila, dan desahan desahan dila pun mulai kedengaran.
Melihat dila udah mulai menikmati, nadine mendekati dila dan menjilati puting dila dan meremas dadanya yang sebelah lagi. Mendapat serbuan dari mana-mana, anak gadis yang belum banyak pengalaman itu menggelinjang kesana kemari meronta-ronta menahankan geli dan nikmat yang menyerbu tubuhnya.
“Enak bangeet diginiin.. shhhh hhhaahhh shhh hhaaah. Bang liatin dila nih bang, abang suka liat dila diginiin kan bang..??” rintih dila.
“Iya sayang, abang suka banget liatnya. Serasa ngeliat dila diperkosa dua perempuan cantik. Liat nih kontol abang tegang gara-gara kamu..” jawabku dan menunjukkan kontolku yang udah berdiri kembali.
“ahhhh shhhh iyaaa bang. karena dila itu kan bang? liatin dila baang. Ini dila udah mw keluar... ahhhh shhh aahhh” desahan desahan dila terdengar semakin intens. Dan ga lama kemudian dila menggeliat-geliat ga karuan, dan akhirnya tangannya terkulai lemas.
Kak dian menghentikan kocokannya di memek dila dan memeluk dila yang udah terkulai lemas tak berdaya, dan mengecup bibirnya, nadine juga ikutan memeluk dila dan bergantian dengan kak dian menciumi bibir dila. sampai akhirnya nafas dila kembali normal, dan membuka matanya melihat ke arahku sambil nyengir malu-malu.
Lalu dia bangkit dan memelukku erat-erat.
“ehehe udah puas sayangnya abang ini?” tanyaku ke dila
“Puas banget bang. hehehe dila jadi malu bang.” bisik dila ke telingaku
“Loh kenapa sayang?” tanyaku lagi
“Iya malu dila bisa keluar gara-gara dirangsang sama sesama cewe bang.” jawab dila jujur
“Hahhahaha ga usah malu lah kalo itu. mereka juga seneng ngelakuinnya sama kamu kok. Iya kan kak? Nad?” tanyaku ke mereka berdua
“Iya dong. Namanya juga kamu udah jadi pacarnya iko.” Jawab kak dian.
“Iya nadine juga suka kok dila.” timpal nadine.
“hehehe iya iya.” Jawab dila malu-malu.
“Berarti mulai sekarang udah sah nih dila jadi pacarnya bang iko kan kak?” tanya dila sambil nyengir.
“Kalo itu kan emang udah sah, kami juga dari kemaren-kemaren udah setuju kok. Kalo yang barusan itu tambahannya aja. hhihihi” jawab kak dian sambil terkikik.
“Hehehe iya iya kak.” Jawab dila sambil nyengir.