(Udah diberi peringatan ya, kalo lanjut baca spoilernya resiko tanggung sendiri
)
Saat masih lelap dalam mimpi, aku merasa seperti ada sesuatu yang lembut dan agak basah menyentuh pipiku dan keningku dan lama kelamaan aku pun membuka mata, dan melihat kak dian sedang mencium keningku.
Matanya memandangiku dengan penuh kasih sayang, namun ekspresinya terlihat berbeda. Mirip ketika saat dia akan mengencingiku, tp kami semalam baru aja selesai bercinta, jadi aku sedikit bingung melihatnya yang terlihat masih bergairah. Sepertinya kak dian sedang merencanakan sesuatu dan aku ga tw apa.
“Kk kok terbangun sayang?” tanyaku sambil membelai pipinya.
“Iyaah kakak tadi terbangun beberapa menit yang lalu, kakak mw bangunin kamu pelan-pelan makanya kk cium2. Hihihi” jawabnya sambil nyengir.
Wajah imutnya semakin terlihat menggemaskan dengan ekspresi nyengir polosnya itu. Kulihat jam sudah menunjukkan jam setengah 6 pagi. Kak dian emang selalu bangun lebih cepat, dan aku jarang terbangun duluan, dan kak dian juga jarang membangunkanku jam segini.
“Kok cepet banget bangunnya kak?” tanyaku basa basi.
“hihi kakak kan emang cepet bangunnya, kamu tuh yang suka bangun siang.” Jawab kak dian lagi sambil nyengir yang semakin lebar.
“Hehehe iya sih. Kk udah laper mau sarapan yah? kita mau ke bawah sekarang sayang?” tanyaku.
“Enggak kok. Kakak ntar aja, ini kakak mau kasi sarapan buat kamu.” jawab kak dian dengan ekspresi yang semakin misterius, namun ekspresi binalnya tidak berhasil menyembunyikan niatnya kalo ini pasti soal seks.
“Kakak udah ga sabar lagi sayang, dan setelah kk pikir-pikir, emang paling pas itu pagi-pagi gini. Waktu muka lagi imut-imutnya karena baru bangun tidur.” Jelas kak dian lagi yang tidak menjelaskan apa-apa.
“sini” ajak kak dian sambil menggandeng tanganku turun dari tempat tidur. Lalu dia membimbingku ke kamar mandi, dan menunjuk matras karet di lantai kamar mandi yang luas itu. Aku ingat dia emang ada masukin matras itu, tp aku ga tau gunanya untuk apa.
Aku tau dia menyuruhku berbaring disitu jadi aku langsung berjalan ke atas matras itu dan merebahkan badanku. Kak dian lalu menunduk dan mencium bibirku dengan ekspresi nafsu. Aku membalas ciumannya, namun masih bingung dengan nafsu kak dian pagi itu. ‘Kayanya tadi malam dia udah dua kali keluar, apa kak dian masih belum puas yah.’ Pikirku dalam hati.
“Semalam kamu puas banget nyiumin dan jilatin pantat kakak. Kamu suka yah?” tanya kak dian
“heheh iya suka kak.” Jawabku yang masih bingung.
“Kamu suka apanya?” tanya kak dian lagi dengan tak sabar.
Setelah berpikir sejenak aku menjawab,
"Aku suka wanginya sama rasanya kak. Enak banget." Jawabku
Mendengar jawabanku kak dian tiba2 menggigit bibirnya, lalu tiba2 meludahi wajahku dengan keras.
"Uugggh dasar kamu. Masa wanginya sama rasanya enak? Emang kamu ga tw itu tempat keluarnya apa??" Tanya kak dian dengan suara setengah berbisik.
"Tw dong. Tempat keluarnya kotoran kakak. Tp enak." Jawabku lg sambil nyengir.
"Itu sama aja dengan kamu bilang tai kakak wanginya enak, trus rasanya enak. Emang beneran enak??" Tanya kak dian kembali dengan ekspresi wajahnya terlihat semakin bernafsu.
"Enak banget kak. Tai kakak pun pasti enak." Jawabku lg setelah mulai nangkep arah pembicarannya.
"Ahhh sayaang. Kamu tuh ngomong yg bener, jangan ngelantur. Masa kamu bilang tai kk enak? Emang kamu mw kalo kk pup di muka kamu??" Tanya kak dian lg dengan mata terbalak.
"Ya mau dong kak. Jgnkan kk pup beneran, sekedar ngomonginnya aja udah buat aku tegang kak." Jawabku lg sengaja memancing kak dian.
"Ah kk ga mau lah pup di muka kamu. Ada-ada aja kamu dek." Jawab kak dian. Namun kata-kata sama ekspresi wajahnya ga sinkron. Seolah dia berharap aku memohon supaya dia mw pup di wajahku.
"Iih kk kok gt. Emang udah ga sayang sama suaminya?" Tanyaku berlagak merengek ke kak dian.
"Emang kalo ga mw pupin suaminya namanya ga sayang lg yah?" Tanya kak dian lagi-lagi sambil menggigit bibirnya.
"Iyalah. Please kak, aku pengen kali ngerasain tai kakak. Aku dulu waktu masih sering onani aku sering banget ngayalin kakak pup di mukaku. Kalo udah ngayalin itu cepet banget keluarnya. Hehee" Jawabku lg sambil nyengir.
"Ya ampun sayang nakal banget kamuu siiih.." Jawab kak dian sambil megangin perutnya kaya org mules. Melihat itu aku jantungku tiba-tiba berdegup kencang. 'Jangan-jangan jni beneran mw pup, ga kaya kemaren-kemaren yg sekedar cuma jadi bahan kami berdua supaya nambah nafsu waktu lg ml.' pikirku dalam hati.
Otakku ngerasa takut, tp kontolku langsung berontak sekuat tenaga karena bayangin kak dian yg sekarang beneran mau pup di wajahku.
"Kak... Plis. Adek pengen banget. Adek mau tai kakak. Pengen banget kak. Pliss... " Rengekku memohon-mohon. Kata-kata itu meluncur begitu aja dari mulutku tanpa sempat aku rem.
Dan mendengar kata-kataku segala bentuk pertahanan dan akal sehat kak dian pun akhirnya runtuh.
"Uuughhh iya iya sayang kakak. Adeknya pengen banget tai kakak yah? Duh sayang... kamu kok nakal banget sih? Mana mungkin kk bisa nolak kalo kamu mohon-mohon kaya gitu. Udah ga tertahankan lg yah sayang? Harus kakak bokerin kamu sekarang juga yah?" Tanya kak dian panjang, sekarang malah dia yg terkesan memohon supaya beneran jadi.
"Iyaa kak. Adek maunya sekarang. Kalo kakak ga kasih sekarang juga, adek pulang duluan aja. Nanti adek onani sendirian aja dirumah ga usah ada yg temenin lg." Rengekku lagi.
"Aduhh sayang kakak jangan dong. Iyah iyah ini kakak kasih ya sayang. Jangan ngambek yaah. Duh adek kakak ini manja banget yaah, kalo ga dikasi tai malah ngambek." Jawab kak dian lg dengan nafas memburu.
"Iyaaah kak mau sekaraang. Cepetaan." Rengekku lg.
"Iyaa iya sayang." Jawab kak dian pendek.
Lalu dia bangkit berdiri mengangkangi kakiku, dan duduk berlutut sambil menungging. Dia melirik kebelakang menyesuaikan posisi pantatnya supaya pas di atas wajahku.
Kupandangi anus kak dian yg imut itu, yang sekarang sedang kembang kempis berusaha mengeluarkan isinya. Jantungku berdetak kencang, pikiranku masih tidak percaya tentang apa yang akan terjadi beberapa menit ke depan. 'Akhirnya kak dian akan pup di wajahku!!' seruku dalam hati. Tak kusangka ini akan beneran kejadian.
Lalu anusnya mulai merekah, dan ujung kotorannya yg berwarna coklat mulai terlihat di dalamnya. Aku yang tadinya antara takut dan agak jijik juga, melihat itu semua keraguanku sirna seketika. Sekarang aku justru tak sabar menantikannya keluar.
Lalu dengan gerakan pelan sebongkah kecil benda coklat itu keluar dan jatuh di ke sebelah kepalaku. Kak dian masih ngelirik kebelakang tak ingin ketinggalan momen ini sedetik pun, lalu ia menyesuaikan kembali posisinya, supaya yg berikutnya jatuh tepat di wajahku.
Lalu dia mulai berkontrasi kembali, dan anusnya kembali merekah dengan indahnya dan kali ini bongkahan kecil kotorannya jatuh ke pipiku. Rasanya hangat, lembut, dan sedikit basah di pipiku. Namun belum sempat menikmati, anus kak dian kembali merekah dan kali ini kotorannya panjang dan jatuh perlahan.
Waktu sedetik yg terasa seperti berabad itu akhirnya berlalu, dan akhirnya tainya jatuh menyerong ke bibir dan bawah hidungku. Wanginya yg kuat langsung menyerbu indra penciumanku. Kontolku berontak mendapat rangsangan ini, tp perutku bereaksi spontan ingin mengeluarkan isinya. Aku harus berkonsentrasi penuh supaya isi perutku gak keluar, aku tak sudi muntah gara2 tubuhku belum terbiasa dengan tai kak dian.
Tanpa ampun anus kak dian pun kembali mengeluarkan isinya, kali ini lebih besar dan lebih panjang dari yg tadi. Dan dengan satu dorongan yg kuat, tainya meluncur dengan indahnya dan jatuh ke pipi sampai ke bibir dan daguku. Air kencingnya juga mengalir keluar memandikan perut dan kontolku yg udah berdiri tegak.
Pemandangan yg indah itu membuatku refleks melenguh nikmat.
Kulihat anusnya mengembang mengempis lg mengeluarkan sisa sisa tainya yg tinggal sedikit dan jatuh menumpuk diatas tainya yg tadi.
Setelah memastikan ususnya udah bersih, kak dian pun berbalik dan lututnya lunglai melihat pemandangan wajahku yg sudah dipenuhi tainya. Lubang hidungku yg sebelah dan bibirku udah tertutup oleh tumpukan tainya. Dengan tangan bergetar dielusnya rambutku dengan sayang.
"Ya ampuun si gantengnya kakak. Tai kakak udah penuh di muka kamu sayang." Seru kak dian setengah mendesah.
"Maafin kakak, kakak udah ga tahan..." Sambungnya lagi, dan kulihat tangan kanannya udah sibuk mengobok2 memeknya. Ekspresi kak dian udah kaya orang mabuk dikuasai nafsu, matanya terbelalak lebar, nafasnya memburu, dan mulutnya menganga lebar, mendesah desah kehausan, bahkan air liurnya sampai menetes dari sudut bibirnya tanpa ia sadari. Segitu nafsunya dia melihat wajahku yg sudah dipenuhi kotorannya.
Aku masih berkonsentrasi menahan isi perutku, setelah agak mereda aku menarik nafas lebih panjang, dan wangi tai kak dian pun menusuk hidungku kembali, dan aku berusaha lg untuk tidak muntah. Setelah beberapa saat, akhirnya aku kebal dengan wanginya, lalu dengan takut2 akun menjulurkan lidah ku sampai ujung lidahku mengenai tainya yg menempel di bibirku.
Seketika perutku pun bergejolak kembali, tapi aku tetap tak sudi muntah gara2 menjilat tai kak dian. Fantasiku yg akhirnya terwujud ini tak akan kubiarkan di kotori dengan itu. Aku harusnya bersyukur kak dian udah sukarela untuk memberikan tainya, sangat tak pantas kalo aku sampai muntah.
"Ahh shhh aahh gantengnya kakak. Itu tai kakak di muka kamu sayang ahhhhhhh..." Desahan kak dian semakin menjadi.
Aku cuma punya waktu sebentar untuk membuang refleks alami perutku yg berusaha menolak tai kak dian. Lalu kujulurkan kembali lidahku sampai menempel ke tainya, kali ini kubiarkan sesaat, dan kutarik kembali karena aku hampir gagal mengontrol perutku.
Sampai akhirnya aku berhasil mengalahkan refleks perutku, dan kali ini kujulurkan lidahku lebih jauh lagi sampai lidahku menusuk kedalam bongkahan tai kak dian yg masih kokoh berdiri diatas mulutku. Saat kutarik lidahku ke dalam, aku bisa ngerasain kalo serpihan kecil tainya ikut masuk ke dalam mulutku. Kukulum-kulum dan kumainkan dengan lidahku.
"Sayaang.. Kk udah keluar hhaahh hhaaah. Maafin kk udah enak2 sendirian. Tp kk masih nafsu banget. Kamu gpp kan sayang??" Tanya kak dian yg mulai sadar.
Aku melirik ke arahnya dan menggerakkan bibirku untuk membentuk senyuman, namun gerakan itu membuat kotoran kak dian ikut bergerak dan sebagian jatuh ke pipiku lalu mendarat dilantai, dan sebagian lagi masuk ke dalam mulutku.
"Ummmmmmh" Erangku saat merasakan sebongkah kotoran kak dian di dalam mulutku. Sensasinya sungguh luar biasa. Tak kusangka aku akhirnya bisa merasakan tai kak dian di dalam mulutku.
"Sayang..!!" Pekik kak dian yg terkejut. Kak dian dr td ga sadar kalo aku udah menjilati tainya, tp barusan dia bisa melihat dengan jelas bongkahan tainya masuk ke dalam mulutku.
"Sayang jangan dimasukin ke mulut..!!" Teriak kak dian dengan panik.
"Sini cepet keluarin..!!" Perintah kak dian lagi.
Dan untuk pertama kalinya aku menolak perintah kak dian, dan menggelengkan kepalaku sambil nyengir.
"Uuughhh sayaang.. Jangan nakal. Itu kotoran kk loh sayang.." Seru kak dian dengan suara memelas.
"Ummh enak banget kak." Jawabku pendek dengan mulut yg penuh.
Kak dian masih terbelalak tidak percaya melihatku mengulum dan mengemut kotorannya di dalam mulutku, dan tentu saja dengan ekspresi nikmat yang dengan sengaja kulebih-lebihkan. Kak dian lagi-lagi menggigit bibirnya dengan ekspresi tak berdaya melihatku sedang mengulum kotorannya dengan nikmatnya.
“sayaang...” panggil kak dian lagi dengan suara lemah.
Aku tidak menjawab, dan masih sibuk menikmati rasa tai kak dian di dalam mulutku. Aku tau kak dian tadi hanya setengah hati melarangku mengulum tainya, karena ekspresinya yang setengah terkejut dan setengah berharap. Aku tau dan yakin bahwa dia juga memang menginginkan ini.
“kamu memang... luar biasa banget ya.. enak yah?” tanya kak dian tiba-tiba sambil tersenyum lebar.
Aku hanya mengangguk mendengar pertanyaan kak dian.
“Apanya yang enak sayang?” tanya kak dian dengan muka mupeng banget.
“Enak kak, rasa tai kakak enak banget..” jawabku sambil nyengir.
Mendengar jawabanku pun nafsu birahinya semakin terbakar, lali ia berdiri dan menginjakkan kakinya ke bongkahan kotoran di sebelah kepalaku, lalu mengarahkannya ke depan mulutku. Kakinya sekarang dihiasai kotoran kecoklatan yang sangat kontras dengan warna kulit kakinya yang putih bersih.
“Aaak sayang kakak..” perintahnya.
Aku pun membuang yang ada didalam mulutku, lalu membuka mulut lebar-lebar dan memasukkan jari-jari kaki kak dian yang udah berlepotan tai ke dalam mulutku, lalu kujilati seisi kakinya sampai bersih dan memasukkan tainya ke dalam mulutku.
Lalu kak dian berjongkok dan mengambil sebongkah lagi dengan tangannya dan di lumurinya ke payudaranya, lalu diangkatnya kepalaku dan diarahkannya ke dadanya, lalu dengan patuh kujilati putingnya dan payudaranya juga yang sudah berlumuran tai.
Lalu terakhir, diraihnya lagi sisa tainya yang masih ada dilantai, lalu dipandanginya sejenak. Aku pun bertanya-tanya akan diapakannya tainya kali ini.
Lalu ia memandang ke arahku sambil tersenyum lalu mengedipkan matanya, lalu ia memasukkannya ke dalam mulutnya sendiri. Wajah cantiknya sesaat terlihat jijik tp lalu berubah menjadi ekspresi menikmati. Melihat kak dian melakukan itu sensasinya bener-bener luar biasa banget, wanita cantik ini sedang mengulum kotorannya sendiri.
Lalu ia membuka mata, dan langsung mencumbu bibirku dengan nafsu. Kami pun berciuman dengan ganasnya, lidah kami yang saling melilit dan bertukar ludah dan kotoran.
Nafsuku yang sudah sampe di ubun-ubun pun akhirnya tak mampu ku bendung, kutidurkan badannya diatas matras, kulebarkan kedua kakinya dan kusetubuhi dengan penuh nafsu. Cukup sudah perempuan binal ini membuatku segitu nafsunya, kuhajar memeknya dia dengan sepuasku kaya orang kerasukan. Kak dian juga sangat menikmati hujaman kontolku di memeknya.
Ekspresinya di wajah cantiknya yang sedang berusaha menggapai kenikmatan yang di warnai dengan tainya sendiri itu bener-bener membuatku bernafsu. Berkali-kali kami harus berhenti sejenak mengambil nafas, lalu berganti posisi lalu kami melanjutkan kembali persetubuhan kami.
Bahkan setelah keluarpun kami juga tidak kunjung puas, kami kembali bercumbu, berpelukan, dan berguling di tumpukan kotorannya. Saat nafsu kami tak lagi mampu kami bendung, kami pun bercinta kembali. Kali ini kak dian yang naik diatasku, dan menggoyangkan pinggulnya dengan lincahnya sambil sesekali melepehkan ludah dan tai yang ada di dalam mulutnya ke wajahku. Lalu ia kembali menggenjot kontolku dengan penuh nafsu.
Aku udah ga ingat lagi udah berapa kali kami keluar, tp yang jelas percintaan kami malam itu serasa tak pernah berakhir, begitu bernafsu namun nikmat, begitu menjijikkan namun indah, begitu lelah namun puas. Bahkan ketika tubuh kami tak lagi sanggup melanjutkan, kami tetap berpelukan dan berciuman sambil mengumpulkan tenaga untuk bangkit dan membersihkan badan kami.
Sebenarnya kami berdua udah sangat lelah dan mengantuk, tp kak dian berkali-kali mengingatkan kalo kami harus bener-bener bersih baru boleh tidur. Setelah kak dian puas dan merasa semua kotoran udah bersih di badan dan di lantai kamar mandi ini, baru lah kami keluar dari kamar mandi dan langsung tertidur pulas sampai sore.