kusuma_wijaya
Semprot Sejati
- Daftar
- 7 Jun 2017
- Post
- 10.429
- Like diterima
- 55.670
Makasih updatenya @tristan86
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
-
Alamat alternatif sudah baru gan.
Bookmark alamat ini gan : https://bit.ly/ceksemprot
Atau buka dengan VPNIkuti alamat terbaru dari forum di : Follow Twitter @SemprotCom
CERBUNG Cinta dan sayang itu beda..
PaijoKenthir1976
Dewa Semprot
- Daftar
- 3 Jun 2021
- Post
- 9.559
- Like diterima
- 50.174
Ngabsem nyempil.dipojokan
Garonk84
Semprot Sejati
- Daftar
- 5 May 2020
- Post
- 10.964
- Like diterima
- 53.007
nuhun suhu @tristan86
Siap hu. Makasi udah mampirMakasih hu, yg pnting apdet dan anda masih aktip. Hehehe. Nuwun
Siap hu.
Enjoy hu
Asyik2 getir gt rasanya hu
Gua yg nulis aja iri hu
Makasih hu
Makasih suhu
Enjoy suhu
Sama2 suhu
Tq suhu
Enjoy hu
Lanjooot
Sama2 hu
Siaap suhu
Ngopi dulu hu
Lanjooot
Enjoy hu
Siap hu. Udha tiga skrg hu.
Enjoy hu.
Update next agak telat ya suhu2 semua. Kerjaan lg ribet. Tengkyu udah mampir
Garonk84
Semprot Sejati
- Daftar
- 5 May 2020
- Post
- 10.964
- Like diterima
- 53.007
siap suhu, utamakan RL
PaijoKenthir1976
Dewa Semprot
- Daftar
- 3 Jun 2021
- Post
- 9.559
- Like diterima
- 50.174
Asiaaaaaap....RL lebih utama
Masih setia & sabar menanti
sitrus3399
Guru Semprot
- Daftar
- 19 Jul 2012
- Post
- 636
- Like diterima
- 442
Ditunggu updatenya hu
Malam itu aku terbangun karena suara cekikikan tertahan dari sebelahku. Dengan mengantuk aku membuka mata dan melihat dila, kak dian, dan nadine sedang asyik mengobrol. Kulihat mereka semua udah make baju tidur masing-masing, sementara aku masih telanjang bulat karena tadi langsung ketiduran.
“Kok belum tidur nih kalian? Sedang gosipin aku yah?” tanyaku sambil menguap
“eeehh sayangnya dila kebangun yaah..” jawab dila dan langsung balik badan dan mengecup keningku.
“heheh iya nih..” jawabku sedikit malu karena di gituin si dila.
“Kak dian tadi nunjukin video abang lagi onani waktu vc an sama kak dian bang. ihihihi” beber dila ke aku.
“Hah? Emang ada videonya??” tanyaku kaget dan langsung melek.
“Eh kk belum nunjukin ke kamu yah?” tanya kak dian dengan ekspresi pura-pura ga bersalah
“Ih kk rekam yah yang kemarin??” tanyaku dengan nada sok ngambek.
“Iyaa dong. Kemarin itu kan kita belum jadian, kan kk butuh bahan juga. hahahha.” Jawab kak dian nyantai.
“Iss bandel banget ya kak dian ini.” Jawabku.
“Hihii lucu loh abang disitu. Sampe mohon-mohon minta jadi wc nya kak dian sambil onani.” Kata dila sambil ngakak.
“Iya kan dila, gimana kakak ga pengen ngasi aja semuanya coba. Mukanya melas gitu.” Komentar kak dian
“nadine udah liat juga?” tanyaku ke nadine
“hehe iya udah bang. Kan itu jadi bahan nadine juga bang. hihihi” jawab nadine sambil nyengir.
“isss bandel-bandel kali kalian ya. Dah lah aku mau mandi dulu. Lanjut sana ngetawainnya.” Jawabku sok ngambek sambil langsung berdiri.
“eh kok ngambek??” kata kak dian yang langsung ikutan berdiri.
Kak dian ngejar aku ke kamar mandi, tapi keburu pintunya udah aku tutup dan aku kunci. Sebenarnya aku ga beneran ngambek sih. Cuma agak malu aja karena di depan dila. jadi pura-pura ngambek supaya bisa ngacir ke kamar mandi.
“Sayaang kakaak. Buka dong pintunya..” panggil kak dian sambil menggedor pintu kamar mandi.
“Ga ah. Aku mau mandi kak.” Jawabku masih akting ngambek.
“Iyaa iyaa kknya yang salah. Kakak minta maaf ya adek kakak. Kami ga ngetawain kamu kok. Malah jadi pada pengen gara-gara nonton video kamu..” bujuk kak dian dari depan pintu.
“Bodo amat ah.” Jawabku pendek sambil nahan ketawa.
“Duuh jangan gitu dong sayang. Kamu kalo mau marah sama kakak aja, jangan marah sama nadine sama dila juga. Kakak yang salah. Kakak minta maaf ya sayaaang..” balas kak dian lagi dengan suara semakin putus asa.
Mendengar kata-katanya akhirnya aku jadi ngerasa bersalah karena pura-pura ngambek, tapi karena gengsi aku tetep pura-pura pasang muka kesel sambil buka pintu. Ekspresi kak dian ketika pintunya kubuka, terlihat ngerasa bersalah banget, bahkan ga berani ngomong duluan waktu ngeliat muka ku.
“Kakak kok nakal sih? Suka banget ya ngerjain aku?” tanyaku berusaha ketus
“Iyaaa. Maafin kakak ya sayang, kk ga nyangka kamu semarah ini. Kakak ga mikirin perasaan kamu sama sekali. Maafin kakak..” pinta kak dian memelas, yang membuatku semakin ngerasa bersalah.
Njir, gimana ni ya nyelesaiannya padahal awalnya cuma pura-pura marah, tp kalo aku ngaku cuma pura-pura ntar malah kasian kak dian yang udah ngerasa bersalah banget.
“Ywda aku maafin kak. Tp gantian sekarang kakak yang aku kerjain ya..” jawabku lg sambil nyengir yang ga bisa kutahan lagi.
“isss kamu malah nyengir, kk ngerasa bersalah banget loh dek. Maafin kk ya sayang..” rengek kak dian sambil membenamkan wajahnya di dadaku.
“Iyaa iya kakak sayang. tp kakak harus aku hukum dulu. Supaya ga nakal.” Balasku lagi.
“Hihi kakaknya udah nakal ya sayang? ywda hukum aja kakaknya dek.” jawabnya sambil nyengir. Mata sendunya menatapku yang membuatnya malah keliatan berharap dihukum seberat-beratnya.
“Duh enaknya diapain ya kknya ini. Dikentot udah sering, atau disuruh puasa aja ya, ga boleh maen, ga boleh masturbasi, ga boleh minta jatah sama nadine juga?” tanyaku sambil nyengir
“Eh jangan deeek. Jangan yang itu kk ga sanggup kalo itu..” seru kak dian sambil memohon padaku.
Belum sempat menjawab kak dian, nadine dan dila tiba-tiba muncul di depan pintu ngeliatin kami dengan muka ga enak. Mungkin mereka ga tw kalo aku udah maafin kak dian tadi. Tp ngeliat muka mereka berdua aku jadi ada ide.
“Ywda kalo gitu kakak turutin kata-kata aku ya..” perintahku ke kak dian. Kak dian hanya mengangguk pelan mendengar kata-kataku.
“Nadine, dila, bantuin abang ya kita hukum kak dian.” Kataku ke mereka sambil nyengir.
“hehehe siap baang.” Seru mereka berdua kompak.
“Ywda sekarang kakak tutup dulu alas wcnya, trus duduk di disitu.” Perintahku ke kak dian.
Dengan patuh kak dian menutup tutup toilet, dan duduk di atasnya dan menunggu perintahku selanjutnya.
“Sekarang kakak pipis” perintahku lagi
Mendengar perintahku, kak dian mengangguk dan berdiri lalu mengangkat dasternya sampai ke atas perut.
“eh kan dasternya ga disuruh buka. Kakak duduk disitu trus langsung pipis aja.” perintahku lagi.
“Hah?” seru kak dian agak kaget, namun dia mengangguk dan mengikuti perintahku dan kembali duduk. Lalu wajahnya mengernyit berkonsentrasi untuk pipis.
“Dek kk ga konsen, ga bisa kalo celananya ga dibuka..” rengek kak dian dengan wajah memerah.
“Ya harus bisa dong. Aku tungguin sampe keluar pipisnya.” Jawabku pendek
“Iya iya dek..” balas kak dian dan kembali berusaha pipis.
Ga berapa lama kemudian kulihat air pipis kak dian mengalir menyusuri betisnya yang putih bersih, lalu menetes ke lantai dari ujung jari kakinya. Kulihat ekspresi kak dian sedikit malu karena ngompol di depanku, wajah cantiknya jadi terlihat menggemaskan dengan rona merah halus di pipinya.
“Duuuh lucu banget ya kak dian, udah gede masih aja ngompol nih. Sampe dasternya basah tuh..” ledekku ke kak dian sambil nyengir.
Kak dian tersenyum malu mendengar ledekan ku, lalu mengangkat ujung dasternya dan memamerkan celana dalamnya juga yang udah basah kuyup, dan paha putih bersihnya yang mengkilau karena terkena air kencingnya. Pemandangan erotis itu sungguh membangkitkan birahi ku, dan tentu saja kak dian yang kenal banget dengan fetishku juga menyadari hal itu.
Saat kupandang wajahnya, kak dian melemparkan senyuman manis dengan mata sayu nan binal, dan rona merah di pipinya. Karena sekalipun dia ngerasa malu karena dia udah mempertontonkan adegan dia ngompol di depan kami semua, dia juga tau kalo aksinya ini berhasil membangkitkan birahiku.
Perlahan rasa sedikit kesal tumbuh di dadaku, karena aku menyuruhnya melakukan ini untuk menghukumnya, tp dia berhasil membalikkan keadaan dan memancing nafsuku semata-mata karena kecantikan wajahnya dan kemolekan tubuhnya, dan senyumannya barusan seolah-olah menunjukkan bahwa dalam keadaan seperti ini pun aku masih dibawah kendali penuh kak dian.
Dengan sedikit kesal, aku menyuruhnya untuk duduk di lantai kamar mandi, di atas genangan air kencingnya sendiri. Kak dian menuruti perintahku tanpa kata-kata dan ekspresi wajahnya masih kalem. Ya wajar aja, dia udah pernah tiduran diatas genangan kencing sebelumnya, jadi ini masih biasa aja untuk dia.
Lalu aku melihat ke nadine dan dila yang dari tadi cuma nonton dari samping, dan memanggil mereka untuk mendekat.
“Nad, dila, sekarang kalian juga kencingin kak dian.” Perintahku ke mereka.
Ekspresi nadine biasa aja, karena aku tw mereka udah pernah ngelakuin ini sebelumnya, tp dila keliatan terkejut dan takut-takut mendengar perintahku.
“hmmm Dila juga bang?” tanya dila ragu-ragu.
“Iya dong, justru kamu harus ikutan. Karena nadine udah pernah pipisin kak dian” kataku ke dila.
Dila pun mengangguk dan mengambil posisi di sisi kanan kak dian, dan nadine di kirinya kak dian. Nadine mengangkat kakinya yang sebelah ke atas dudukan wc, dan mengarahkan memeknya tepat di atas sisi kiri wajah kak dian. Dila lalu meniru posenya nadine supaya lebih gampang mengarahkan pipisnya ke sisi kanan wajah kak dian juga.
Ekspresi kak dian perlahan mulai berubah melihat kedua perempuan yang umurnya jauh dibawah dia ini sekarang sedang mengarahkan memek mereka ke wajah cantiknya dengan tujuan untuk mengencinginya. Sedikit banyaknya, harga dirinya pasti tercoreng sebagai perempuan paling tua di sini.
Kak dian mulai menunjukkan ekspresi tak berdaya, dan tepat ketika dia menatap mataku, air kencing nadine dan dila mengucur deras dan membasahi wajah dan rambutnya, dan turun mengalir ke tubuhnya yang masih berpakaian lengkap itu.
Kak dian memejamkan matanya dengan panik, namun pasrah, dan membiarkan adik-adiknya itu mengencengi wajahnya. Setelah selesai, kak dian menyeka sisa-sisa air kencing mereka dari kelopak matanya dan berusaha membuka matanya kembali. Kali ini ekspresi kak dian sudah lagi tidak seperti tadi yang masih tetap tenang dan percaya diri. Sekarang dia terlihat sedikit malu dan kalah. Atau paling tidak kesannya seperti itu dengan rambut, wajah, dan dasternya yang udah basah kuyup karena dikencingi mereka.
Ia menatapku penuh harap, bertanya-tanya apakah hukumannya sudah selesai atau belum. Entah datang dari mana, tiba-tiba aku ada ide, dan aku berdiri di hadapannya, dengan posisi kontolku tepat di depan wajahnya.
Dia menatap wajahku bingung, dan aku juga ga berkata apa-apa. Lalu ia mendekat dan memasukkan kontolku ke dalam mulutnya. Mungkin ia berpikir kalo aku minta dia untuk ngemut kontolku, tp bukan itu tujuanku mendekatkan kontolku ke wajahnya. Dan beberapa saat kemudian, kak dian tersedak dan mengeluarkan kontolku dari mulutnya ketika air kencingku menyembur deras langsung ke kerongkongannya. Kak dian terbatuk beberapa kali sebelum duduk diam menerima semua air kencingku di wajahnya.
Setelah selesai, kak dian kembali menyeka mukanya, namun ekspresinya lebih cerah dibanding tadi ketika dila dan nadine yang mengencinginya. Dia duduk dengan patuh menunggu hukumannya selanjutnya. Tp karena aku juga udah ga tega, akhirnya aku memutuskan untuk mengajak dila dan nadine untuk memandikan kak dian.
“Kakak berdiri sini.” Perintahku ke kak dian.
“Ayok kita mandiin kak dian” ajakku ke dila dan nadine.
Kami lalu mengguyur kak dian, dan menyabuni dan menyampo rambutnya yang udah basah kena kencing. Setelah selesai aku menyuruh dila dan nadine keluar dan menunggu di tempat tidur.
Setelah mereka keluar kupeluk tubuh kak dian yang masih basah dan kucumbu bibirnya dengan mesra. Kak dian menyambut cumbuanku dengan semangat karena ngerasa masa hukumannya udah selesai. Kulepaskan ciumanku setelah beberapa menit, dan kupandangi wajahnya.
“Gimana rasanya dikencingin kaya tadi?” tanyaku sambil nyengir.
“hmmmm. Kk sih ga keberatan waktu kamu yang pipisin, sebenarnya karena ada dila aja. Kakak malu banget canggung banget dipipisin sama dila.” jawabnya jujur.
“Hahahhaa. Ya emang itu tujuannya, kalo cuma aku sama nadine ya itu ga jadi hukuman dong. Paling ujung2nya kita main lagi bertiga.” Jawabku
“Heheheh. Iya iya, maafin kk ya dek.” Katanya lagi.
“Iya kan udah di hukum, ya ga usah minta maaf lagi kk. Lagian aku sebenarnya ga marah kok, cuma malu sama gengsi aja diliat sama dila.” kataku lagi sambil terkekeh
“Iiiiih kamu nakal ya ngerjain kakak. Kakak udah panik banget loh kirain kamu beneran marah. Soalnya kamu ga pernah kaya tadi itu sama kakak.” Seru kak dian sambil mencubit lenganku.
“hihihi sekali sekali boleh dong ngerjain kakaknya.” Jawabku sambil nyengir.
Setelah itu kami pun mandi bareng sambil diselingi pelukan dan ciuman mesra sesekali. Selesai mandi, aku langsung merebahkan badanku di tilam yang di bawah karena di atas kulihat dila dan nadine udah molor. Jadi aku memilih tidur dibawah dan menyuruh kak dian untuk tidur di atas bareng mereka.
***
Pagi subuh itu aku lagi-lagi terbangun, dan duduk ngelamun di atas tilam ku. Kenapa ya hari ini kok kayanya ada yang ngeganjel gitu, pikirku dalam hati. Padahal badan udah lelah banget, tapi tidurku serasa ga nyaman. Akhirnya aku memutuskan untuk bangkit dan keluar kamar mengambil segelas air minum.
Aku buka pintu belakang rumah kak dian menuju tempat jemuran dan dapur kotornya. Lalu aku duduk di lantai dan meletakkan gelas minumku, dan membakar rokok.
Ga kerasa udah 2 tahun lebih aku mengenal kak dian. Kalo ku ingat-ingat awal dulu waktu baru deket sama dia, kayanya serasa udah bertahun-tahun yang lalu, kaya udah lama banget. Kak dian yang selalu berhasil membuatku salah tingkah, berdebar-debar, dan yang pastinya, ngaceng.
Dan sekarang tiba-tiba pacarku udah 3 aja. ‘Ini terlalu gila sih’, pikirku dalam hati. Emang sih, aku yakin perasaanku ke kak dian masih belum luntur sama sekali. Dan mungkin menikahi kak dian dan nadine hanya tinggal soal meyakinkan keluargaku kalo aku sanggup dan mampu menjadi suami mereka berdua, karena keluarganya kak dian juga udah ga deket sama mereka. Sekarang udah ada dila. Apa kata keluarganya dila ya kalo orang tuanya tau dila itu akan dijadikan istri ke tiga?? Dan sekarang dia udah masuk ke dalam hubungan kami, ya ga mungkin juga aku tinggalkan begitu aja. Sebejat-bejatnya aku, aku paling ga sanggup harus ngecewain orang. Apalagi aku emang udah sayang sama si dila.
“huuuuufft” aku menghela nafas panjang karena pusing memikirkan itu semua.
“Kenapa kamu sayang? kok kayanya lagi banyak pikiran gitu??” tanya kak dian tiba-tiba.
Aku pun melompat kaget karena kak dian yang tiba-tiba muncul di sampingku.
“Eh ga kak, tadi kebangun karena haus, ini lagi ngerokok aja sebatang.” Jawabku sekenanya
“Bener ya cuma sebatang..” seru kak dian. Kak dian emang ga suka ngeliat aku ngerokok, katanya dia ga mau aku nanti sakit-sakitan gara-gara rokok.
“Iyaaa kak.” Jawabku pendek.
“Ywda kalo gitu kk temenin deh sampe rokoknya habis.” Balas kak dian lagi dan duduk di sampingku.
“Mikirin apa kamu dek?” tanya kak dian lagi.
“Hhhmmm ga ada kok kak. Hehehe. Nadine sama dila masih tidur kak?” tanyaku ngeles
“Masih kok. Nadine ga bakal kebangun itu kalo ga dibangunin. Si dila juga tidurnya masih pulas kakak liat” jawab kak dian.
“Ooh iya iya kak. Ngomong-ngomong kak. Gimana perasaan kakak sekarang udah ada dila. Kakak masih yakin ga keberatan ada dia disini? Di hubungan kita?” tanyaku lagi serius.
“Hmmmmm yakin kok dek. Emang kenapa kok nanya gitu lagi?” tanya kak dian.
“Ya gpp sih. Aku masih belum terbiasa aja, tiba-tiba kita udah berempat aja kak.” Jawabku
“Hihihi iya dek. Lama-lama juga biasa kok.” Balas kak dian
Kami pun duduk dalam diam kembali. Kuhisap rokokku dan ku hembuskan asapnya ke atas supaya ga terkena kak dian. Setelah beberapa menit, muncul lagi pertanyaan dalam benakku.
“Kak... aku mau nanya deh.. Kemarin kakak kok mau ngejodoh2in aku sama dila kak? Apa kk emang mau aku pacaran sama dila juga, atau sekedar bobo bareng kaya gini aja tp ga pacaran.” Tanyaku ke kak dian
“Ya kakak emang ngejodohin kamu untuk kamu jadiin pacar.” Jawab kak dian pendek tanpa melihat ke arahku.
Aku berusaha merenungi jawaban kak dian itu. Namun belum sempat menjawab apa-apa, kak dian pun berkata kembali.
“Kakak udah tau dari dulu kalo dia tu bener-bener sayang sama kamu. Kakak sih lebih ngerasa sayang aja kalo kamu ga bisa mendapatkan semua kasih sayang yang seharusnya bisa kamu dapatin. Pasti kamu juga lebih bahagia kalo semakin banyak yang bisa nyayangin kamu.” jawab kak dian jujur.
Jawaban kak dian tadi membuatku terkejut. Ternyata alasan kak dian bukan semata-mata untuk menambah partner sex dll, tp karena dia tau perasaan dila ke aku itu gimana.
“Tapi untuk kakak sendiri gimana? Kan jadi harus berbagi lagi. tadinya aja udah berbagi dengan nadine, sekarang ditambah dila lagi. Apa kk ga keberatan kalo aku harus membagi kasih sayang aku ke kakak, ke dila dan nadine?” tanyaku lagi
“Hmmm kakak ga keberatan sama sekali kok. Karena kakak emang cinta sama kamu, dan kakak ingin membuat kamu bahagia semampu kakak. Kakak sadar kalo kakak ini janda, trus udah punya anak juga satu. Itu aja belum tentu semua orang bisa nerima. Belum lagi soal nadine.” Jawab kak dian. Lalu ia terlihat sedang memikirkan sejenak kata-katanya selanjutnya, dan ia pun berkata lagi,
“Nadine itu.... memang udah ga bisa lepas dari kakak, dan kakak juga ga bisa lepas dari nadine. Kakak jadi ngerasa bersalah sama kamu.... Kakak ngerasa udah menjebak kamu ke dalam hubungan kami berdua yang jauh dari kata normal. Makanya kakak ingin mencarikan satu lagi pasangan untuk kamu, pasangan yang bisa membuat kamu merasa normal, dan bisa menjadi istri yang normal juga untuk kamu. Tapi kakak ga bisa selogowo dan se-tidak egois itu untuk melepas kamu sepenuhnya untuk dila, karena kakak ga sanggup kalo pisah sama kamu. Jadi kakak ngerasa ini satu-satunya jalan yang harus kakak tempuh untuk bahagiain kamu.” jalas kak dian panjang lebar.
Mendengar jawaban jujur dari kak dian, aku pun shock. Sejauh itu dia berfikir untuk mebahagiakan aku. Tanpa kusadari air mataku mengalir keluar mendengar penjelasan kak dian. Ternyata ini yang menjadi beban pikiran kak dian selama ini. Aku ga tau dia ngerasa insecure soal hubungan dia sama nadine, dan ga bisa kupungkiri, awal-awal mulai dekat sama dila aku emang ngerasa santai dan normal banget. Bisa ngerasain bunga-bunga di awal pdkt sama pasangan, deg-degannya juga waktu ketemu orang tuanya, malu-malunya juga waktu baru mulai deket. Dan memang hal itu ga kudapatkan dari kak dian. Karena dari awal aja kami ga ada cerita soal pacaran2 atau menjalin hubungan yang gimana. Momen2 dimana kami secara sah lebih dari sekedar temen itu justru dimulai dari video call kami yang aku onani di depan dia. Tentunya itu aja udah jauh dari kata normal. Apalagi awal hubunganku dengan nadine, lebih ga normal lagi. Sementara dengan dila, aku bisa ngerasain apa yang biasanya orang rasain ketika menjalin hubungan yang normal. Mungkin kalo kak dian bisa milih, dia pasti memilih untuk bisa menjalani hubungan yang normal denganku, mungkin ini cara yang dia pilih untuk membahagiakan aku.
“Loh kamu kok nangis sayang. jangan nangis dong..” bujuk kak dian dengan suara bergetar. “Ntar kakak juga ikutan nangis kalo ngeliat kam..u na..ngis..” ujarnya mulai terbata-bata.
Mendengar suaranya yang mulai pecah karena hampir menangis, aku langsung memeluk kak dian erat-erat.
“Kakak ga usah pusing mikirin itu lagi ya sayang. Seandainya ga ketemu dila pun, aku juga udah bahagia kok. Kasih sayang kakak terlalu besar untuk aku, aku ga pantes ngedapatin itu semua kak..” Seruku sambil menangis memeluk kak dian karena terharu.
“Sshhhh kk ga mau denger kamu ngomong kaya gitu. Kakak yang udah egois sama kamu. Kakak ga bisa memberikan kehidupan kaya orang-orang lain, keluarga kakak ancur lebur, kakak sendiri juga begitu. Tapi giliran membayangkan ....mw pisah sama kamu, kakak ga sanggup. Jadi kakak ...sengaja ngejodohin dila... sama kamu, sekarang.... dila jadi harus terlibat sama.... kehancuran kakak juga gara-gara kakak... egois. Maafin kakak ya dek.” Balas kak dian terbata-bata yang sekarang juga udah menangis tersedu-sedu.
“Aku juga ga mau dan ga bisa pisah dari kakak. Kalo kakak berani pergi dari hidup aku, aku kejar kk sampe ke ujung dunia. Paham kakak? Pokoknya apapun ceritanya aku ga mau denger lagi soal pisah sama aku itu.” Jawabku ke kak dian.
Kak dian mengangguk sambil sesenggukan di dadaku. Dan kami kembali duduk dalam diam, karena bagaimanapun masalah nyata yang menunggu kami masih tetap ada, dan ga akan selesai hanya karena kami semua sepakat ingin bersama. Namun yang membuatku tetap optimis adalah, yang penting sekarang kami semua masih saling menyayangi, dan sepakat ingin mencoba hubungan ini. Masalah hubungan ini bakalan bisa sampe mana ga bakal ada yang tau.
Setelah tangisan kak dian mereda, aku berdiri dan menggendong kak dian.
“Masuk kamar yuk sayang.” ajakku ke kak dian.
Kak dian mengangguk dan melempar senyuman manisnya kepadaku. Aku menggendong kak dian masuk ke dalam dan mataku tertuju ke samping ketika ngelewatin kamar nadine yang sekarang kosong. Saat itu kami berdua tatap-tatapan dan kami langsung tau isi pikiran masing. Kak dian yang langsung paham isi otakku pun langsung nyengir dan mengangguk. Tanpa pikir panjang kubuka pintu kamar nadine dan kubawa kak dian masuk ke dalam.
***
Dua tahun telah berlalu setelah aku dan kak dian akhirnya ngomong dari hati ke hati soal kondisi percintaan kami. Dan dari dua tahun kebelakang kuperhatikan ada perubahan besar yang terjadi dalam diri kak dian dan hubungan kami. Kalau kubandingkan dengan yang sebelumnya, kak dian itu dulu terlihat seperti orang yang berusaha normal namun baru bisa bebas apa adanya ketika bersama kami. Nafsu seks dan fetishnya yang menggebu-gebu juga sebenarnya karena dia selalu berusaha normal dan normal, namun ketika sumbunya sudah tersulut, segala macam kegilaan jadi keluar dalam saat yang bersamaan. Dan semakin sering nafsunya meledak, dia juga semakin insecure dengan keadaannya dan fetishnya sendiri.
Namun perlahan kak dian berubah. Dia sudah berdamai dengan masa lalu dan masa sekarangnya. Kalau dulu hubungan kami bertiga seolah hanya soal seks doang, sekarang kami juga bisa menikmati sekedar jalan-jalan ke pantai, atau nge date santai yang cuma sekedar makan malam.
Dari situ aku menyadari bahwa, dulu memang hubungan aku dengan kak dian dan nadine sebagian besar itu soal seks doang. Kak dian mungkin merasa ga pede kalo harus romantis-romantisan, atau manja-manjaan dengan aku yang jauh lebih muda sementara dia udah janda. Jadi dia terlihat berusaha mengkompensasi keadannya dengan seks yang liar bersamaku.
Nadine juga yang selalu insecure karena ngerasa jadi orang ketiga di dalam hubungan kami dan selalu berusaha mengecilkan peran dirinya sendiri dalam hubungan kami. Bahkan setelah berkali kali aku berusaha menspesialkan dia, nadine tetep aja ngerasa dirinya cuma jadi peran pembantu diantara kami bertiga.
Dengan kehadiran dila yang memang beda dengan kami semua, dan setelah ngobrol dari hati ke hati dua taun yang lalu, kak dian juga jadi semakin berani mengungkapkan keinginannya dalam hubungan kami, dia ternyata juga ingin ngerasain pacaran bak anak gadis denganku, nadine juga semakin percaya diri karena dengan hadirnya dila, dia jadi ga perlu ngerasa jadi pengganggu di dalam hubunganku dengan kak dian, karena toh sekarang juga udah ada nambah satu orang lagi di hubungan kami. Aku juga berusaha sekuat mungkin untuk membagi waktuku dengan mereka bertiga, agar ga ada lagi yang ngerasa dirinya ga diperlukan di dalam hubungan kami yang ribet ini.
Malam itu aku mengendarai mobil dan sedang dalam perjalanan pulang ke rumahku dari rumah dila. Kami baru aja dari rumah kak dian untuk membicarakan rencana acara nikahan kami di bulan depan. Ga terasa sih, ternyata udah 6 bulan yang lalu aku ngelamar kak dian. Raut wajah kak dian yang memancarkan kebahagiaan masih terngiang jelas di ingatanku ketika aku melamarnya dengan membawa seikat bunga dan cincin.
Awalnya sih aku ingin menikah dengan mereka dan mengadakan resepsi untuk mereka bertiga secara bergantian, tapi kak dian berhasil meyakinkanku untuk menunda resepsi sampai waktu aku menikahi dila. Dan kami hanya menikah di kantor KUA dan hanya merayakan acara nikahan kami di rumah kak dian dan yang dateng juga cuma temen-temennya kak dian dan beberapa temenku yang udah tau soal hubungan kami. Kami juga sepakat untuk tidak lagi bercinta sampai kami menikah dengan sah secara bergantian. Dan mungkin ada bagusnya juga ga pake resepsi, karena di malam pertama kami sah sebagai suami istri, badan kami masih fit untuk berhubungan seks sepuas kami. Malam itu dila dan nadine ga ikut tidur di kamar bareng kami karena sesuai perjanjian, kami baru bisa bercinta kalo udah jadi suami istri sah, jadi aku bisa mencurahkan semua perasaanku ke kak dian tanpa ada orang lain. Entah berapa kali kami bercinta sampai-sampai kami baru terbangun jam 1 siang.
Malam itu aku ngerasa kalo seolah nafsuku ke kak dian itu ga ada habisnya, walaupun udah keluar 3 x. Kami ngobrol, bercanda, bermesraan dan bercinta. Selesai bercinta, kami lanjut ngobrol lagi, mesra-mesraan lagi, lalu bercinta lagi. Bahkan siangnya setelah terbangun, aku langsung menimpa tubuh kak dian, dan bercinta lagi dengannya, seolah-olah itu hari terakhir aku bisa bercinta dengan kak dian.
Sebulan setelah menikah dengan kak dian, aku lalu melamar nadine, dan menikahinya seminggu kemudian. Nadine juga tidak ingin mengadakan acara resepsi. Setelah kupikir-pikir mungkin itu upaya mereka supaya aku bisa langsung segera menikahi mereka bertiga dalam kurun waktu yang singkat.
Aku ngelamar nadine di tempat restoran jepang kesukaannya dengan cincin doang, karena katanya dia ga suka bunga. Dan seminggu kemudian kami menikah lagi di KUA yang sama tempat kak dian. Sebelumnya aku udah memberitahukan ke penghulu kalo aku berencana akan menikah tiga x, jadi waktu aku dan nadine menikah disana mereka udah ga kaget lagi.
Malamnya seperti kemarin, aku hanya tidur berdua dengan nadine, dan kak dian tidur di kamarnya, sementara dila ga ikut menginap karena lagi ga enak badan.
Malam itu nadine membuktikan niatnya dan memintaku untuk mengambil keparawanan anusnya.
“Nadine udah ga pewe bang, jadi cuma ini yang bisa nadine kasih untuk abang..” katanya memelas.
Aku pun menyanggupi permintaan nadine, dan merangsang anusnya dengan lidahku. Kutusuk-tusukkan lidahku ke dalam anusnya, lalu kumasukkan jari tanganku yang sudah kulumuri dengan pelumas dengan perlahan, lalu saat aku merasa anusnya udah siap untuk dimasukin, aku pun menusukkan kontolku ke dalam anusnya.
Rasanya sempit banget, dan susah banget untuk menggenjotnya. Nadine berkali kali merintih kesakitan setiap kali aku menggerakkkan kontolku keluar masuk anusnya. Namun setelah beberapa saat, gerakan kami mulai mulus dan teratur, jari-jari nadine juga sibuk merangsang klitorisnya dengan liar.
Meilhatnya udah terbiasa, aku juga mempercepat gerakanku, karena tak sabar ingin segera meraih kenikmatan.
Sempitnya bool nadine membuatku tak bisa bertahan terlalu lama, rasanya ngilu banget bahkan kontolku sempat terasa sedikit kebas. Namun beberapa menit kemudian, aku pun menyemburkan spermaku kedalam anusnya. Kucabut kontolku, dan kuperhatikan spermaku mulai mengalir keluar dari anus nadine yang sekarang sudah menganga lebih lebar. Anusnya mengembang dan mengempis seiring dengan orgasmenya nadine yang juga telah sampai ke puncak kenikmatannya.
Saat nadine akhirnya merebahkan badannya dan memperlihatkan wajahnya, aku baru menyadari kalo tadi dia mengeluarkan air mata saat kusetubuhi anusnya. Aku langsung memeluknya dengan erat, dan menanyakan keadaannya.
“Kamu gpp sayang? sakit banget yah? maaf ya sayang..” ucapku khawatir dan merasa bersalah.
“Gpp bang. ga sakit-sakit banget kok bang. hehehe” jawab nadine sambil nyengir. Masih bisa nyengir aja nih anak.
“tuh kamu sampe ngeluarin air mata gitu, pasti sakit banget kan?” tanyaku lagi sambil mengelap air matanya.
“Ini awal-awalnya aja bang, lama-lama nikmat banget kok. Hihihi.” Jawab nadine lagi meyakinkanku.
“Ywda kalo gt, makasi ya sayang udah ngasi pewenya untuk abang.” Jawabku sambil mengecup keningnya.
Kami lalu lanjut bermanja-manja dan sayang-sayangan. Dan setelah beristirahat sebentar, kami pun lanjut main lagi namun kali ini aku memasukkan kontolku ke memeknya. Malam itu kami bercinta dengan romantis, tanpa ada embel-embel fetish yang gimana-gimana. Kami berdua bener-bener menikmati percintaan kami sampai akhirnya kami pun terlelap.
Bulan depannya, giliran dila yang aku lamar. Dan kami berempat sudah merencanakan akan agar nikahan dengan dila dan sekaligus resepsinya itu 4 bulan lagi. Jujur aja, awalnya aku bener-bener ga kuat mental membayangkan menghadapi orang tua dila. Namun ternyata, dari awal dila sudah memberitahu orang tuanya situasi hubungan kami berempat. Dan memang, dulu ketika aku main lagi ke rumah dila, orang tuanya bersikap sangat dingin kepadaku. Bahkan ada beberapa lama dila disuruh langsung pulang kerumah setiap pulang kerja dan ga diijinkan untuk keluar bertemu kami.
Namun setelah beberapa kali kami berkunjung kerumahnya, lama-lama orang tuanya pun melunak. Mereka melihat sendiri ke akraban kami berempat, dan apalagi kak dian udah kenal keluarga dila lebih lama dariku. Orang tuanya juga tau kalo kak dian udah banyak nolongin dila dan jadi temen pertama dila di kantor saat dila baru diterima kerja disitu. Dan dila ini ternyata memang anak paling kecil dan paling dimanja di keluarganya, mungkin dila juga udah berkali kali berusaha melunakkan orang tuanya untuk memberikan ijin.
Saat aku, kak dian dan nadine berkunjung ke rumah dila dengan niat ingin melamarnya, orang tua dila akhirnya cuma mensyaratkan dua hal. Dia mempertanyakan kesanggupan finansialku, dan kesanggupan mentalku dalam memperistri 3 orang sekaligus.
Soal finansial, aku memang lahir di keluarga berada, dan investasiku sejak dua tahun yang lalu juga membuahkan hasil yang sangat lumayan, jadi aku bisa menjawab dengan mantap soal kemampuanku memberi nafkah untuk mereka bertiga. Dan aku juga udah menyiapkan rumah untuk kami semua. Dan untuk soal mental, aku mengatakan kalo aku siap menghadapi segala macam cobaan yang pasti bakal kami hadapi bersama. Dan akhirnya orang tua dila memberikan restunya walaupun dengan berat hati. Dan belakangan juga aku baru tau, kalo ternyata ayahnya dila juga punya sempet punya dua istri sebelum akhirnya istri pertamanya meninggal. Jadi dia ga bisa menolak terlalu keras atas keinginan anaknya untuk jadi istri ketiga.
Suara ringtone hpku yang tiba-tiba berbunyi membuyarkanku dari lamunanku. Kuraih hpku dari dalam dasbor mobilku yang menampilkan nama kak dian di layarnya.
“Halo kak..” sapaku yang udah mengantuk.
“Sayang kakak udah dimana?” tanya kak dian.
“Ini udah setengah jalan kok kak. Tadi barang-barang hantarannya udah aku turunin semua dirumah dila.” jawabku.
“Ooh iya bagus deh kalo gt. Kamu suaranya kok gt? Kamu ngantuk yah?” tanya kak dian lagi cepat-cepat.
“Iya kak, dari tadi udah menguap aja nih.” Jawabku yang langsung menguap lagi.
“Duuh bahaya banget loh kamu bawa mobil sambil ngantuk gitu. Maafin kk ya kk ga bisa nemenin kamu nganterin hantarannya ke rumah dila. Demamnya anak kakak baru aja mulai turun.” Jelas kak dian ngerasa bersalah.
“Gpp loh kak. Kan kasian si tio jg kalo kk tinggal. Lagian ini udah setengah perjalanan kok kak, 15 menit lagi nyampe.” Kataku menenangkan kak dian.
“Ywda kamu ati-ati ya. Kalo udah ga tahan mendingan pinggirin dulu mobilnya cari kopi dulu di warung.” Kata kak dian lagi.
“hehe iya iya kak. Ywda aku jalan dulu ya kak.” Jawabku.
“Iya sayang. dadaah.” Jawab kak dian dan mematikan telfonnya.
***
“Fiuuhh cape banget ya sayang.” seruku ke dila saat kami berganti baju di ruang ganti di belakang pelaminan.
“duuh iya bang.. ampun deh” jawab dila sekenanya sambil melepas baju pengantin khas adat karo yang dikenakannya.
Kulihat jam masih menunjukkan pukul setengah dua siang dan mengumpat dalam hati. ‘sial acaranya masih lama lagi selesainya’
Beberapa menit kemudian kak dian dan nadine masuk membawakan makanan untuk kami berdua, karena kami belum juga makan. Kak dian dan nadine terlihat cantik hari itu, mengenakan kebaya seragam berwarna pink yang membuat mereka berdua terlihat anggun. Aku jadi ngerasa bersalah ngeliat nadine dan kak dian yang ga kebagian pesta resepsi, namun mereka kekeuh ingin membuat hari ini hari spesial buat dila. jadi walaupun kami tidak menyembunyikan fakta kalo mereka berdua adalah istri pertama dan keduaku, resepsi hari ini tetap dijadiin resepsi pernikahan aku dan dila.
“Udah ntar aja pake bajunya, makan dulu nih. Kalian kan belum makan dari tadi” tegur kak dian ke kami.
“Iya kak..” sahut kami serentak.
Kami pun berhenti ganti baju dan makan dengan buru-buru. Karena kami udah laper, kami berdua makan tanpa banyak bicara. Kak dian dan nadine dengan setia nemenin kami berdua mengisi perut kami yang udah keroncongan.
Selesai makan, kami pun lanjut berganti pakaian dan kembali keluar ke pelaminan untuk menyambut tamu. Kupandangi dila yang udah berganti dari gaun adat ke gaun bebas berwarna emas. Wajah dila yang sumringah bahagia walaupun lelah menambah kecantikannya berkali lipat.
“Dila cantik banget hari ini sayang..” bisikku ke telinganya ketika kami sedang berjalan ke pelaminan.
“heheh makasih bang, harus dong. Hari ini kan dila udah sah jadi istri abang.” Jawabnya sambil nyengir lebar.
Resepsi hari itu berjalan dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Orang tua dila juga terlihat puas dengan acara resepsi megah yang kusiapkan untuk anak perempuannya itu. Ketika acara sudah berakhir, ayahnya sudah bisa tersenyum ketika kami menghampiri untuk permisi pulang ke hotel. Dia tidak berkata apa-apa hanya tersenyum dan menepuk pundakku.
Malam itu kak dian, anaknya dan nadine pulang duluan ke rumah baru kami, karena mereka ingin memberikan privasi ke aku dan dila yang masih pengantin baru. Sebelum pulang kulihat kak dian dan nadine sempet bisik-bisik ke dila sambil ngakak-ngakak sebentar, ga tau deh ngomongin apa.
Sesampainya di hotel, aku langsung membongkar tas dan mengambil peralatan mandiku dan langsung menuju kamar mandi karena udah ga tahan gerah seharian.
Ga lama kemudian dila ngeloyor masuk dengan hanya mengenakan handuk yang dililit sampai dada. Dengan anggunnya dia melangkah ke hadapanku, dan melepas handuk yang dikenakannya secara perlahan. Handuk yang terlepas akhirnya memamerkan tubuh telanjang dila yang putih mulus.
Dipandanginya wajahku dengan penuh arti, lalu dipeluknya tubuhku yang masih basah karena lagi mandi. Badanku yang mulai dingin karena keluar dari shower akhirnya terbungkus oleh kehangatan tubuhnya dila yang juga udah telanjang. Kubalas pelukan dila dengan erat, dan kuhujani keningnya dengan ciuman.
Ciumanku perlahan bergeser dari kening ke pipi, hidung, dagunya dan terakhir ke bibirnya yang langsung disambutnya dengan ciuman yang mesra pula. Ciuman yang awalnya mesra dan romantis itu pun lama-lama berubah menjadi ciuman ganas yang sarat dengan nafsu birahi.
Lidah dila yang panjang dengan ganas melilit dan mimijit lidahku. Tangan dila meremas-remas biji dan batang kontolku dengan lembut yang membuatku keenakan. Tanganku juga meremas-remas bokong mungilnya dan sesekali menyentuh bibir vaginanya yang membuat tubuh dila tersentak.
Erangan dila perlahan berubah menjadi desahan-desahan yang mendambakan kenikmatan. Kujilati dan kuemut puting dila yang mungil itu, dan desahan dila pun semakin menjadi-jadi.
Lalu dia menarik tanganku keluar dari kamar mandi dan merebahkan badannya ke tempat tidur lalu mengangkangkan kakinya lebar-lebar, memamerkan memeknya yang udah basah kuyup. Raut wajahnya yang sayu dan penuh nafsu memberikanku isyarat kalo ia sudah siap untuk di setubuhi.
Kugesekkkan kontolku ke bibr vaginanya dengan perlahan, lalu kuarahkan ujung penisku ke dalam bibir vaginanya. Dila mengernyitkan dahi dan menggigit bibirnya ketika penisku mulai berusaha masuk ke dalam vaginanya yang masih perawan, sampai akhirnya penisku berhasil membobol selaput daranya yang membuat dila memekik tertahan.
Kuhentikan gerakanku dan memberikan waktu untuk dila untuk terbiasa dengan keberadaan penisku di dalam vaginanya.
“Abang gerakin sekarang ya sayang” bisikku memberikan aba-aba kepada dila.
Dila hanya mengangguk sambil memejamkan matanya tanpa berkata apa-apa. Lalu aku pun mulai menggerakkan penisku keluar masuk memeknya dila. Erangan-erangan dila pun kembali terdengar dan perlahan berubah lagi menjadi desahan.
Wajah polosnya mulai menunjukkan ekspresi penuh kenikmatan, aku pun semakin menikmati kenyotan memeknya ke penisku dan mempercepat gerakanku. Sampai akhirnya kami tak kuasa lagi membendung kenikmatan itu, dan aku menyemburkan maniku ke dalam memeknya, dila yang juga merasakan orgasme menggelinjang tak karuan dan meremas bantal di kepalanya.
Setelah orgasme kami mulai mereda, aku tarik penisku keluar pelan-pelan dan kurebahkan badanku di sampingnya. Dila menatapku dan melemparkan senyuman yang sangat indah dan dengan suara yang masih mendesah dia berbisik kepadaku.
“Makasi sayang...” bisiknya manja.
“abang juga makasi sayang..” balasku yang masih terengah-engah.
“Dila bilang makasih bukan cuma untuk ini yank, dila bilang makasih untuk semuanya yang abang lakuin untuk dila, dan udah mau ngijinin dila untuk hadir di hidup abang..” jawab dila dengan penuh isyarat.
Kupandangi wajahnya sebelum menjawab, “Iya sayang abang juga makasi kamu mau hadir di hidup abang..”
Kami lalu berpelukan dan saling membelai dan menumpahkan kasih sayang kami antara satu sama lain, seolah hari ini adalah hari yang tidak berujung.
***
Seteleh menyelesaikan mandi yang tadi sempat tertunda, kami memesan makanan dan langsung makan dengan lahap karena udah laper.
Selesai makan kami lanjut bersantai di tempat tidur sambil menonton tv. Dila meletakkan kepalanya di dadaku dan ga mau lepas dari dekapanku. Aku yang masih ga habis pikir kenapa perempuan cantik ini bisa sebucin ini ke aku, hanya bisa memandangi wajahnya yang sekarang terlihat polos dan lugu.
“Makasi ya bang..” bisik dila tiba-tiba.
“Makasi kenapa sayang, kamu dari tadi kok bilang makasi mulu..” jawabku lagi dengan bercanda.
“Heheheh iyaah. Soalnya ga nyangka aja. Ga nyangka bakalan bisa manja-manja sama abang kaya gini.” Jawab dila sambil menggosokkan pipinya ke dadaku dengan manja.
“hehe. Emang dimananya yang buat kamu ga menyangka? Kan abang juga sayang sama kamu..” jawabku.
“Iya dila tu dulu sempet udah nyerah tau, sejak tau abang dekat dengan kak dian. Kak dian kan juga cantik, udah banyak pengalaman juga. hahahaha” jelas dila sambil terkekeh
“Eh abang nanya dong, emang dulu kak dian tu suka cerita apa sih kalo lagi ngumpul bareng kalian?” tanyaku tiba-tiba penasaran.
“Emang kenapa bang?” tanya dila yang juga bingung.
“Gpp abang penasaran aja. Soalnya awalnya kita mulai deket kan gara-gara acara ulang taunnya kak dian. Kalo si sarah sama kak wida sih abang ga heran karena mereka juga nafsuan. Tp kok kamu ga ilfil sih ngeliat abang disitu?” tanyaku heran.
“hihihi ilfil sih ngga bang cuma kaget doang beneran. Emang sih kak dian udah sering becandaan bilang, ‘ywda kalo mw nyobain cowoku cobain aja’ gitu-gitu bang. Tapi dia ga cerita detail sih dia ngapain aja sama abang. Tapi mereka kalo udah cerita soal seks itu emang kayanya seru banget sih ceritanya. Dila aja jadi kebayang-bayang.” Jawab dila sambil nyengir.
“Ngebayangin apa tuh hayooooo..” godaku sambil nyubit pantatnya.
“Kebayang kalo gituan sama abanglah. Itu kan dila udah suka sama abang. Hihihi” jawab dila lagi sambil cengengesan.
“Itu awalnya kak sarah tuh suka nyeritain abang kalo kami lg ngumpul. Katanya laki-laki pendiam kaya abang itu biasanya aslinya nafsuan.” Beber dila lagi.
“Oiya trus-trus kalian ada cerita apa lagi?” tanyaku yang mulai kepo.
“Ya gitulah bang pokoknya. Kak dian kayanya malah seneng dengerin kak sarah nyeritain abang. Trus ya lama-lama jadi kebiasaan aja. Kak dian tuh suka nantangin kami, katanya suruh godain abang sampe abang mau diajak macem-macem. Dila sih mikirnya becandaan. Makanya kaget juga waktu acara ultah kak dian bang. Ga taunya beneran.” cerita dila panjang lebar.
“Hahahhaa iya iya.” Jawabku pendek
Setelah itu kami mengobrol hal lain lagi dan ngelanjutin gelendotan sampai akhirnya kami berdua mengantuk dan tertidur berpelukan.
Besoknya kami pulang ke rumah baru kami. Dila belum pernah kesini karena pengen jadi kejutan. Sesampainya dirumah nadine, dan kak dian menyambut kedatangan kami dengan gembira.
“Selamat dataang di rumah barunyaa..” sambut kak dian ke dila dan memeluknya dengan erat.
Kami pun membawa dila keliling-keliling melihat rumah kami. Rumah ini memang sengaja aku bangun dengan ukuran yang besar agar muat untuk menampung kami semua. Mereka aku buatkan kamar masing-masing, dan kami juga udah sepakat kalo lebih baik aku tidur sekamar dengan mereka secara bergantian daripada setiap hari tidur berempat. Karena masing-masing istri pasti butuh momen berdua denganku, termasuk soal hubungan seks. Jadi hanya saat-saat tertentu aja kami bermain berempat. Ya contohnya seperti malam ini, hari pertama kami akhirnya lengkap tinggal disini.
Aku ga tau apa aku beneran bisa membina rumah tangga dengan tiga orang sekaligus seperti ini. Tp yang jelas aku menyayangi ketiga istriku, apapun resikonya aku akan berusaha sebisa mungkin membahagiakan mereka semua dan anak-anakku nanti. Yah, ga ada gunanya terlalu merisaukan hal-hal yang terjadi. Yang jelas aku merasa sangat beruntung bisa menikahi ketiga wanita cantik ini. Kak dian yang cantik dan nafsuan dengan segala fantasi liarnya, nadine dengan pengabdiannya yang tanpa batas, dan dila yang bucin banget dan selalu mencurahkan cintanya kepadaku. Yah semoga kami tetap bersama sampai tua.
“Kok belum tidur nih kalian? Sedang gosipin aku yah?” tanyaku sambil menguap
“eeehh sayangnya dila kebangun yaah..” jawab dila dan langsung balik badan dan mengecup keningku.
“heheh iya nih..” jawabku sedikit malu karena di gituin si dila.
“Kak dian tadi nunjukin video abang lagi onani waktu vc an sama kak dian bang. ihihihi” beber dila ke aku.
“Hah? Emang ada videonya??” tanyaku kaget dan langsung melek.
“Eh kk belum nunjukin ke kamu yah?” tanya kak dian dengan ekspresi pura-pura ga bersalah
“Ih kk rekam yah yang kemarin??” tanyaku dengan nada sok ngambek.
“Iyaa dong. Kemarin itu kan kita belum jadian, kan kk butuh bahan juga. hahahha.” Jawab kak dian nyantai.
“Iss bandel banget ya kak dian ini.” Jawabku.
“Hihii lucu loh abang disitu. Sampe mohon-mohon minta jadi wc nya kak dian sambil onani.” Kata dila sambil ngakak.
“Iya kan dila, gimana kakak ga pengen ngasi aja semuanya coba. Mukanya melas gitu.” Komentar kak dian
“nadine udah liat juga?” tanyaku ke nadine
“hehe iya udah bang. Kan itu jadi bahan nadine juga bang. hihihi” jawab nadine sambil nyengir.
“isss bandel-bandel kali kalian ya. Dah lah aku mau mandi dulu. Lanjut sana ngetawainnya.” Jawabku sok ngambek sambil langsung berdiri.
“eh kok ngambek??” kata kak dian yang langsung ikutan berdiri.
Kak dian ngejar aku ke kamar mandi, tapi keburu pintunya udah aku tutup dan aku kunci. Sebenarnya aku ga beneran ngambek sih. Cuma agak malu aja karena di depan dila. jadi pura-pura ngambek supaya bisa ngacir ke kamar mandi.
“Sayaang kakaak. Buka dong pintunya..” panggil kak dian sambil menggedor pintu kamar mandi.
“Ga ah. Aku mau mandi kak.” Jawabku masih akting ngambek.
“Iyaa iyaa kknya yang salah. Kakak minta maaf ya adek kakak. Kami ga ngetawain kamu kok. Malah jadi pada pengen gara-gara nonton video kamu..” bujuk kak dian dari depan pintu.
“Bodo amat ah.” Jawabku pendek sambil nahan ketawa.
“Duuh jangan gitu dong sayang. Kamu kalo mau marah sama kakak aja, jangan marah sama nadine sama dila juga. Kakak yang salah. Kakak minta maaf ya sayaaang..” balas kak dian lagi dengan suara semakin putus asa.
Mendengar kata-katanya akhirnya aku jadi ngerasa bersalah karena pura-pura ngambek, tapi karena gengsi aku tetep pura-pura pasang muka kesel sambil buka pintu. Ekspresi kak dian ketika pintunya kubuka, terlihat ngerasa bersalah banget, bahkan ga berani ngomong duluan waktu ngeliat muka ku.
“Kakak kok nakal sih? Suka banget ya ngerjain aku?” tanyaku berusaha ketus
“Iyaaa. Maafin kakak ya sayang, kk ga nyangka kamu semarah ini. Kakak ga mikirin perasaan kamu sama sekali. Maafin kakak..” pinta kak dian memelas, yang membuatku semakin ngerasa bersalah.
Njir, gimana ni ya nyelesaiannya padahal awalnya cuma pura-pura marah, tp kalo aku ngaku cuma pura-pura ntar malah kasian kak dian yang udah ngerasa bersalah banget.
“Ywda aku maafin kak. Tp gantian sekarang kakak yang aku kerjain ya..” jawabku lg sambil nyengir yang ga bisa kutahan lagi.
“isss kamu malah nyengir, kk ngerasa bersalah banget loh dek. Maafin kk ya sayang..” rengek kak dian sambil membenamkan wajahnya di dadaku.
“Iyaa iya kakak sayang. tp kakak harus aku hukum dulu. Supaya ga nakal.” Balasku lagi.
“Hihi kakaknya udah nakal ya sayang? ywda hukum aja kakaknya dek.” jawabnya sambil nyengir. Mata sendunya menatapku yang membuatnya malah keliatan berharap dihukum seberat-beratnya.
“Duh enaknya diapain ya kknya ini. Dikentot udah sering, atau disuruh puasa aja ya, ga boleh maen, ga boleh masturbasi, ga boleh minta jatah sama nadine juga?” tanyaku sambil nyengir
“Eh jangan deeek. Jangan yang itu kk ga sanggup kalo itu..” seru kak dian sambil memohon padaku.
Belum sempat menjawab kak dian, nadine dan dila tiba-tiba muncul di depan pintu ngeliatin kami dengan muka ga enak. Mungkin mereka ga tw kalo aku udah maafin kak dian tadi. Tp ngeliat muka mereka berdua aku jadi ada ide.
“Ywda kalo gitu kakak turutin kata-kata aku ya..” perintahku ke kak dian. Kak dian hanya mengangguk pelan mendengar kata-kataku.
“Nadine, dila, bantuin abang ya kita hukum kak dian.” Kataku ke mereka sambil nyengir.
“hehehe siap baang.” Seru mereka berdua kompak.
“Ywda sekarang kakak tutup dulu alas wcnya, trus duduk di disitu.” Perintahku ke kak dian.
Dengan patuh kak dian menutup tutup toilet, dan duduk di atasnya dan menunggu perintahku selanjutnya.
“Sekarang kakak pipis” perintahku lagi
Mendengar perintahku, kak dian mengangguk dan berdiri lalu mengangkat dasternya sampai ke atas perut.
“eh kan dasternya ga disuruh buka. Kakak duduk disitu trus langsung pipis aja.” perintahku lagi.
“Hah?” seru kak dian agak kaget, namun dia mengangguk dan mengikuti perintahku dan kembali duduk. Lalu wajahnya mengernyit berkonsentrasi untuk pipis.
“Dek kk ga konsen, ga bisa kalo celananya ga dibuka..” rengek kak dian dengan wajah memerah.
“Ya harus bisa dong. Aku tungguin sampe keluar pipisnya.” Jawabku pendek
“Iya iya dek..” balas kak dian dan kembali berusaha pipis.
Ga berapa lama kemudian kulihat air pipis kak dian mengalir menyusuri betisnya yang putih bersih, lalu menetes ke lantai dari ujung jari kakinya. Kulihat ekspresi kak dian sedikit malu karena ngompol di depanku, wajah cantiknya jadi terlihat menggemaskan dengan rona merah halus di pipinya.
“Duuuh lucu banget ya kak dian, udah gede masih aja ngompol nih. Sampe dasternya basah tuh..” ledekku ke kak dian sambil nyengir.
Kak dian tersenyum malu mendengar ledekan ku, lalu mengangkat ujung dasternya dan memamerkan celana dalamnya juga yang udah basah kuyup, dan paha putih bersihnya yang mengkilau karena terkena air kencingnya. Pemandangan erotis itu sungguh membangkitkan birahi ku, dan tentu saja kak dian yang kenal banget dengan fetishku juga menyadari hal itu.
Saat kupandang wajahnya, kak dian melemparkan senyuman manis dengan mata sayu nan binal, dan rona merah di pipinya. Karena sekalipun dia ngerasa malu karena dia udah mempertontonkan adegan dia ngompol di depan kami semua, dia juga tau kalo aksinya ini berhasil membangkitkan birahiku.
Perlahan rasa sedikit kesal tumbuh di dadaku, karena aku menyuruhnya melakukan ini untuk menghukumnya, tp dia berhasil membalikkan keadaan dan memancing nafsuku semata-mata karena kecantikan wajahnya dan kemolekan tubuhnya, dan senyumannya barusan seolah-olah menunjukkan bahwa dalam keadaan seperti ini pun aku masih dibawah kendali penuh kak dian.
Dengan sedikit kesal, aku menyuruhnya untuk duduk di lantai kamar mandi, di atas genangan air kencingnya sendiri. Kak dian menuruti perintahku tanpa kata-kata dan ekspresi wajahnya masih kalem. Ya wajar aja, dia udah pernah tiduran diatas genangan kencing sebelumnya, jadi ini masih biasa aja untuk dia.
Lalu aku melihat ke nadine dan dila yang dari tadi cuma nonton dari samping, dan memanggil mereka untuk mendekat.
“Nad, dila, sekarang kalian juga kencingin kak dian.” Perintahku ke mereka.
Ekspresi nadine biasa aja, karena aku tw mereka udah pernah ngelakuin ini sebelumnya, tp dila keliatan terkejut dan takut-takut mendengar perintahku.
“hmmm Dila juga bang?” tanya dila ragu-ragu.
“Iya dong, justru kamu harus ikutan. Karena nadine udah pernah pipisin kak dian” kataku ke dila.
Dila pun mengangguk dan mengambil posisi di sisi kanan kak dian, dan nadine di kirinya kak dian. Nadine mengangkat kakinya yang sebelah ke atas dudukan wc, dan mengarahkan memeknya tepat di atas sisi kiri wajah kak dian. Dila lalu meniru posenya nadine supaya lebih gampang mengarahkan pipisnya ke sisi kanan wajah kak dian juga.
Ekspresi kak dian perlahan mulai berubah melihat kedua perempuan yang umurnya jauh dibawah dia ini sekarang sedang mengarahkan memek mereka ke wajah cantiknya dengan tujuan untuk mengencinginya. Sedikit banyaknya, harga dirinya pasti tercoreng sebagai perempuan paling tua di sini.
Kak dian mulai menunjukkan ekspresi tak berdaya, dan tepat ketika dia menatap mataku, air kencing nadine dan dila mengucur deras dan membasahi wajah dan rambutnya, dan turun mengalir ke tubuhnya yang masih berpakaian lengkap itu.
Kak dian memejamkan matanya dengan panik, namun pasrah, dan membiarkan adik-adiknya itu mengencengi wajahnya. Setelah selesai, kak dian menyeka sisa-sisa air kencing mereka dari kelopak matanya dan berusaha membuka matanya kembali. Kali ini ekspresi kak dian sudah lagi tidak seperti tadi yang masih tetap tenang dan percaya diri. Sekarang dia terlihat sedikit malu dan kalah. Atau paling tidak kesannya seperti itu dengan rambut, wajah, dan dasternya yang udah basah kuyup karena dikencingi mereka.
Ia menatapku penuh harap, bertanya-tanya apakah hukumannya sudah selesai atau belum. Entah datang dari mana, tiba-tiba aku ada ide, dan aku berdiri di hadapannya, dengan posisi kontolku tepat di depan wajahnya.
Dia menatap wajahku bingung, dan aku juga ga berkata apa-apa. Lalu ia mendekat dan memasukkan kontolku ke dalam mulutnya. Mungkin ia berpikir kalo aku minta dia untuk ngemut kontolku, tp bukan itu tujuanku mendekatkan kontolku ke wajahnya. Dan beberapa saat kemudian, kak dian tersedak dan mengeluarkan kontolku dari mulutnya ketika air kencingku menyembur deras langsung ke kerongkongannya. Kak dian terbatuk beberapa kali sebelum duduk diam menerima semua air kencingku di wajahnya.
Setelah selesai, kak dian kembali menyeka mukanya, namun ekspresinya lebih cerah dibanding tadi ketika dila dan nadine yang mengencinginya. Dia duduk dengan patuh menunggu hukumannya selanjutnya. Tp karena aku juga udah ga tega, akhirnya aku memutuskan untuk mengajak dila dan nadine untuk memandikan kak dian.
“Kakak berdiri sini.” Perintahku ke kak dian.
“Ayok kita mandiin kak dian” ajakku ke dila dan nadine.
Kami lalu mengguyur kak dian, dan menyabuni dan menyampo rambutnya yang udah basah kena kencing. Setelah selesai aku menyuruh dila dan nadine keluar dan menunggu di tempat tidur.
Setelah mereka keluar kupeluk tubuh kak dian yang masih basah dan kucumbu bibirnya dengan mesra. Kak dian menyambut cumbuanku dengan semangat karena ngerasa masa hukumannya udah selesai. Kulepaskan ciumanku setelah beberapa menit, dan kupandangi wajahnya.
“Gimana rasanya dikencingin kaya tadi?” tanyaku sambil nyengir.
“hmmmm. Kk sih ga keberatan waktu kamu yang pipisin, sebenarnya karena ada dila aja. Kakak malu banget canggung banget dipipisin sama dila.” jawabnya jujur.
“Hahahhaa. Ya emang itu tujuannya, kalo cuma aku sama nadine ya itu ga jadi hukuman dong. Paling ujung2nya kita main lagi bertiga.” Jawabku
“Heheheh. Iya iya, maafin kk ya dek.” Katanya lagi.
“Iya kan udah di hukum, ya ga usah minta maaf lagi kk. Lagian aku sebenarnya ga marah kok, cuma malu sama gengsi aja diliat sama dila.” kataku lagi sambil terkekeh
“Iiiiih kamu nakal ya ngerjain kakak. Kakak udah panik banget loh kirain kamu beneran marah. Soalnya kamu ga pernah kaya tadi itu sama kakak.” Seru kak dian sambil mencubit lenganku.
“hihihi sekali sekali boleh dong ngerjain kakaknya.” Jawabku sambil nyengir.
Setelah itu kami pun mandi bareng sambil diselingi pelukan dan ciuman mesra sesekali. Selesai mandi, aku langsung merebahkan badanku di tilam yang di bawah karena di atas kulihat dila dan nadine udah molor. Jadi aku memilih tidur dibawah dan menyuruh kak dian untuk tidur di atas bareng mereka.
***
Pagi subuh itu aku lagi-lagi terbangun, dan duduk ngelamun di atas tilam ku. Kenapa ya hari ini kok kayanya ada yang ngeganjel gitu, pikirku dalam hati. Padahal badan udah lelah banget, tapi tidurku serasa ga nyaman. Akhirnya aku memutuskan untuk bangkit dan keluar kamar mengambil segelas air minum.
Aku buka pintu belakang rumah kak dian menuju tempat jemuran dan dapur kotornya. Lalu aku duduk di lantai dan meletakkan gelas minumku, dan membakar rokok.
Ga kerasa udah 2 tahun lebih aku mengenal kak dian. Kalo ku ingat-ingat awal dulu waktu baru deket sama dia, kayanya serasa udah bertahun-tahun yang lalu, kaya udah lama banget. Kak dian yang selalu berhasil membuatku salah tingkah, berdebar-debar, dan yang pastinya, ngaceng.
Dan sekarang tiba-tiba pacarku udah 3 aja. ‘Ini terlalu gila sih’, pikirku dalam hati. Emang sih, aku yakin perasaanku ke kak dian masih belum luntur sama sekali. Dan mungkin menikahi kak dian dan nadine hanya tinggal soal meyakinkan keluargaku kalo aku sanggup dan mampu menjadi suami mereka berdua, karena keluarganya kak dian juga udah ga deket sama mereka. Sekarang udah ada dila. Apa kata keluarganya dila ya kalo orang tuanya tau dila itu akan dijadikan istri ke tiga?? Dan sekarang dia udah masuk ke dalam hubungan kami, ya ga mungkin juga aku tinggalkan begitu aja. Sebejat-bejatnya aku, aku paling ga sanggup harus ngecewain orang. Apalagi aku emang udah sayang sama si dila.
“huuuuufft” aku menghela nafas panjang karena pusing memikirkan itu semua.
“Kenapa kamu sayang? kok kayanya lagi banyak pikiran gitu??” tanya kak dian tiba-tiba.
Aku pun melompat kaget karena kak dian yang tiba-tiba muncul di sampingku.
“Eh ga kak, tadi kebangun karena haus, ini lagi ngerokok aja sebatang.” Jawabku sekenanya
“Bener ya cuma sebatang..” seru kak dian. Kak dian emang ga suka ngeliat aku ngerokok, katanya dia ga mau aku nanti sakit-sakitan gara-gara rokok.
“Iyaaa kak.” Jawabku pendek.
“Ywda kalo gitu kk temenin deh sampe rokoknya habis.” Balas kak dian lagi dan duduk di sampingku.
“Mikirin apa kamu dek?” tanya kak dian lagi.
“Hhhmmm ga ada kok kak. Hehehe. Nadine sama dila masih tidur kak?” tanyaku ngeles
“Masih kok. Nadine ga bakal kebangun itu kalo ga dibangunin. Si dila juga tidurnya masih pulas kakak liat” jawab kak dian.
“Ooh iya iya kak. Ngomong-ngomong kak. Gimana perasaan kakak sekarang udah ada dila. Kakak masih yakin ga keberatan ada dia disini? Di hubungan kita?” tanyaku lagi serius.
“Hmmmmm yakin kok dek. Emang kenapa kok nanya gitu lagi?” tanya kak dian.
“Ya gpp sih. Aku masih belum terbiasa aja, tiba-tiba kita udah berempat aja kak.” Jawabku
“Hihihi iya dek. Lama-lama juga biasa kok.” Balas kak dian
Kami pun duduk dalam diam kembali. Kuhisap rokokku dan ku hembuskan asapnya ke atas supaya ga terkena kak dian. Setelah beberapa menit, muncul lagi pertanyaan dalam benakku.
“Kak... aku mau nanya deh.. Kemarin kakak kok mau ngejodoh2in aku sama dila kak? Apa kk emang mau aku pacaran sama dila juga, atau sekedar bobo bareng kaya gini aja tp ga pacaran.” Tanyaku ke kak dian
“Ya kakak emang ngejodohin kamu untuk kamu jadiin pacar.” Jawab kak dian pendek tanpa melihat ke arahku.
Aku berusaha merenungi jawaban kak dian itu. Namun belum sempat menjawab apa-apa, kak dian pun berkata kembali.
“Kakak udah tau dari dulu kalo dia tu bener-bener sayang sama kamu. Kakak sih lebih ngerasa sayang aja kalo kamu ga bisa mendapatkan semua kasih sayang yang seharusnya bisa kamu dapatin. Pasti kamu juga lebih bahagia kalo semakin banyak yang bisa nyayangin kamu.” jawab kak dian jujur.
Jawaban kak dian tadi membuatku terkejut. Ternyata alasan kak dian bukan semata-mata untuk menambah partner sex dll, tp karena dia tau perasaan dila ke aku itu gimana.
“Tapi untuk kakak sendiri gimana? Kan jadi harus berbagi lagi. tadinya aja udah berbagi dengan nadine, sekarang ditambah dila lagi. Apa kk ga keberatan kalo aku harus membagi kasih sayang aku ke kakak, ke dila dan nadine?” tanyaku lagi
“Hmmm kakak ga keberatan sama sekali kok. Karena kakak emang cinta sama kamu, dan kakak ingin membuat kamu bahagia semampu kakak. Kakak sadar kalo kakak ini janda, trus udah punya anak juga satu. Itu aja belum tentu semua orang bisa nerima. Belum lagi soal nadine.” Jawab kak dian. Lalu ia terlihat sedang memikirkan sejenak kata-katanya selanjutnya, dan ia pun berkata lagi,
“Nadine itu.... memang udah ga bisa lepas dari kakak, dan kakak juga ga bisa lepas dari nadine. Kakak jadi ngerasa bersalah sama kamu.... Kakak ngerasa udah menjebak kamu ke dalam hubungan kami berdua yang jauh dari kata normal. Makanya kakak ingin mencarikan satu lagi pasangan untuk kamu, pasangan yang bisa membuat kamu merasa normal, dan bisa menjadi istri yang normal juga untuk kamu. Tapi kakak ga bisa selogowo dan se-tidak egois itu untuk melepas kamu sepenuhnya untuk dila, karena kakak ga sanggup kalo pisah sama kamu. Jadi kakak ngerasa ini satu-satunya jalan yang harus kakak tempuh untuk bahagiain kamu.” jalas kak dian panjang lebar.
Mendengar jawaban jujur dari kak dian, aku pun shock. Sejauh itu dia berfikir untuk mebahagiakan aku. Tanpa kusadari air mataku mengalir keluar mendengar penjelasan kak dian. Ternyata ini yang menjadi beban pikiran kak dian selama ini. Aku ga tau dia ngerasa insecure soal hubungan dia sama nadine, dan ga bisa kupungkiri, awal-awal mulai dekat sama dila aku emang ngerasa santai dan normal banget. Bisa ngerasain bunga-bunga di awal pdkt sama pasangan, deg-degannya juga waktu ketemu orang tuanya, malu-malunya juga waktu baru mulai deket. Dan memang hal itu ga kudapatkan dari kak dian. Karena dari awal aja kami ga ada cerita soal pacaran2 atau menjalin hubungan yang gimana. Momen2 dimana kami secara sah lebih dari sekedar temen itu justru dimulai dari video call kami yang aku onani di depan dia. Tentunya itu aja udah jauh dari kata normal. Apalagi awal hubunganku dengan nadine, lebih ga normal lagi. Sementara dengan dila, aku bisa ngerasain apa yang biasanya orang rasain ketika menjalin hubungan yang normal. Mungkin kalo kak dian bisa milih, dia pasti memilih untuk bisa menjalani hubungan yang normal denganku, mungkin ini cara yang dia pilih untuk membahagiakan aku.
“Loh kamu kok nangis sayang. jangan nangis dong..” bujuk kak dian dengan suara bergetar. “Ntar kakak juga ikutan nangis kalo ngeliat kam..u na..ngis..” ujarnya mulai terbata-bata.
Mendengar suaranya yang mulai pecah karena hampir menangis, aku langsung memeluk kak dian erat-erat.
“Kakak ga usah pusing mikirin itu lagi ya sayang. Seandainya ga ketemu dila pun, aku juga udah bahagia kok. Kasih sayang kakak terlalu besar untuk aku, aku ga pantes ngedapatin itu semua kak..” Seruku sambil menangis memeluk kak dian karena terharu.
“Sshhhh kk ga mau denger kamu ngomong kaya gitu. Kakak yang udah egois sama kamu. Kakak ga bisa memberikan kehidupan kaya orang-orang lain, keluarga kakak ancur lebur, kakak sendiri juga begitu. Tapi giliran membayangkan ....mw pisah sama kamu, kakak ga sanggup. Jadi kakak ...sengaja ngejodohin dila... sama kamu, sekarang.... dila jadi harus terlibat sama.... kehancuran kakak juga gara-gara kakak... egois. Maafin kakak ya dek.” Balas kak dian terbata-bata yang sekarang juga udah menangis tersedu-sedu.
“Aku juga ga mau dan ga bisa pisah dari kakak. Kalo kakak berani pergi dari hidup aku, aku kejar kk sampe ke ujung dunia. Paham kakak? Pokoknya apapun ceritanya aku ga mau denger lagi soal pisah sama aku itu.” Jawabku ke kak dian.
Kak dian mengangguk sambil sesenggukan di dadaku. Dan kami kembali duduk dalam diam, karena bagaimanapun masalah nyata yang menunggu kami masih tetap ada, dan ga akan selesai hanya karena kami semua sepakat ingin bersama. Namun yang membuatku tetap optimis adalah, yang penting sekarang kami semua masih saling menyayangi, dan sepakat ingin mencoba hubungan ini. Masalah hubungan ini bakalan bisa sampe mana ga bakal ada yang tau.
Setelah tangisan kak dian mereda, aku berdiri dan menggendong kak dian.
“Masuk kamar yuk sayang.” ajakku ke kak dian.
Kak dian mengangguk dan melempar senyuman manisnya kepadaku. Aku menggendong kak dian masuk ke dalam dan mataku tertuju ke samping ketika ngelewatin kamar nadine yang sekarang kosong. Saat itu kami berdua tatap-tatapan dan kami langsung tau isi pikiran masing. Kak dian yang langsung paham isi otakku pun langsung nyengir dan mengangguk. Tanpa pikir panjang kubuka pintu kamar nadine dan kubawa kak dian masuk ke dalam.
***
Dua tahun telah berlalu setelah aku dan kak dian akhirnya ngomong dari hati ke hati soal kondisi percintaan kami. Dan dari dua tahun kebelakang kuperhatikan ada perubahan besar yang terjadi dalam diri kak dian dan hubungan kami. Kalau kubandingkan dengan yang sebelumnya, kak dian itu dulu terlihat seperti orang yang berusaha normal namun baru bisa bebas apa adanya ketika bersama kami. Nafsu seks dan fetishnya yang menggebu-gebu juga sebenarnya karena dia selalu berusaha normal dan normal, namun ketika sumbunya sudah tersulut, segala macam kegilaan jadi keluar dalam saat yang bersamaan. Dan semakin sering nafsunya meledak, dia juga semakin insecure dengan keadaannya dan fetishnya sendiri.
Namun perlahan kak dian berubah. Dia sudah berdamai dengan masa lalu dan masa sekarangnya. Kalau dulu hubungan kami bertiga seolah hanya soal seks doang, sekarang kami juga bisa menikmati sekedar jalan-jalan ke pantai, atau nge date santai yang cuma sekedar makan malam.
Dari situ aku menyadari bahwa, dulu memang hubungan aku dengan kak dian dan nadine sebagian besar itu soal seks doang. Kak dian mungkin merasa ga pede kalo harus romantis-romantisan, atau manja-manjaan dengan aku yang jauh lebih muda sementara dia udah janda. Jadi dia terlihat berusaha mengkompensasi keadannya dengan seks yang liar bersamaku.
Nadine juga yang selalu insecure karena ngerasa jadi orang ketiga di dalam hubungan kami dan selalu berusaha mengecilkan peran dirinya sendiri dalam hubungan kami. Bahkan setelah berkali kali aku berusaha menspesialkan dia, nadine tetep aja ngerasa dirinya cuma jadi peran pembantu diantara kami bertiga.
Dengan kehadiran dila yang memang beda dengan kami semua, dan setelah ngobrol dari hati ke hati dua taun yang lalu, kak dian juga jadi semakin berani mengungkapkan keinginannya dalam hubungan kami, dia ternyata juga ingin ngerasain pacaran bak anak gadis denganku, nadine juga semakin percaya diri karena dengan hadirnya dila, dia jadi ga perlu ngerasa jadi pengganggu di dalam hubunganku dengan kak dian, karena toh sekarang juga udah ada nambah satu orang lagi di hubungan kami. Aku juga berusaha sekuat mungkin untuk membagi waktuku dengan mereka bertiga, agar ga ada lagi yang ngerasa dirinya ga diperlukan di dalam hubungan kami yang ribet ini.
Malam itu aku mengendarai mobil dan sedang dalam perjalanan pulang ke rumahku dari rumah dila. Kami baru aja dari rumah kak dian untuk membicarakan rencana acara nikahan kami di bulan depan. Ga terasa sih, ternyata udah 6 bulan yang lalu aku ngelamar kak dian. Raut wajah kak dian yang memancarkan kebahagiaan masih terngiang jelas di ingatanku ketika aku melamarnya dengan membawa seikat bunga dan cincin.
Awalnya sih aku ingin menikah dengan mereka dan mengadakan resepsi untuk mereka bertiga secara bergantian, tapi kak dian berhasil meyakinkanku untuk menunda resepsi sampai waktu aku menikahi dila. Dan kami hanya menikah di kantor KUA dan hanya merayakan acara nikahan kami di rumah kak dian dan yang dateng juga cuma temen-temennya kak dian dan beberapa temenku yang udah tau soal hubungan kami. Kami juga sepakat untuk tidak lagi bercinta sampai kami menikah dengan sah secara bergantian. Dan mungkin ada bagusnya juga ga pake resepsi, karena di malam pertama kami sah sebagai suami istri, badan kami masih fit untuk berhubungan seks sepuas kami. Malam itu dila dan nadine ga ikut tidur di kamar bareng kami karena sesuai perjanjian, kami baru bisa bercinta kalo udah jadi suami istri sah, jadi aku bisa mencurahkan semua perasaanku ke kak dian tanpa ada orang lain. Entah berapa kali kami bercinta sampai-sampai kami baru terbangun jam 1 siang.
Malam itu aku ngerasa kalo seolah nafsuku ke kak dian itu ga ada habisnya, walaupun udah keluar 3 x. Kami ngobrol, bercanda, bermesraan dan bercinta. Selesai bercinta, kami lanjut ngobrol lagi, mesra-mesraan lagi, lalu bercinta lagi. Bahkan siangnya setelah terbangun, aku langsung menimpa tubuh kak dian, dan bercinta lagi dengannya, seolah-olah itu hari terakhir aku bisa bercinta dengan kak dian.
Sebulan setelah menikah dengan kak dian, aku lalu melamar nadine, dan menikahinya seminggu kemudian. Nadine juga tidak ingin mengadakan acara resepsi. Setelah kupikir-pikir mungkin itu upaya mereka supaya aku bisa langsung segera menikahi mereka bertiga dalam kurun waktu yang singkat.
Aku ngelamar nadine di tempat restoran jepang kesukaannya dengan cincin doang, karena katanya dia ga suka bunga. Dan seminggu kemudian kami menikah lagi di KUA yang sama tempat kak dian. Sebelumnya aku udah memberitahukan ke penghulu kalo aku berencana akan menikah tiga x, jadi waktu aku dan nadine menikah disana mereka udah ga kaget lagi.
Malamnya seperti kemarin, aku hanya tidur berdua dengan nadine, dan kak dian tidur di kamarnya, sementara dila ga ikut menginap karena lagi ga enak badan.
Malam itu nadine membuktikan niatnya dan memintaku untuk mengambil keparawanan anusnya.
“Nadine udah ga pewe bang, jadi cuma ini yang bisa nadine kasih untuk abang..” katanya memelas.
Aku pun menyanggupi permintaan nadine, dan merangsang anusnya dengan lidahku. Kutusuk-tusukkan lidahku ke dalam anusnya, lalu kumasukkan jari tanganku yang sudah kulumuri dengan pelumas dengan perlahan, lalu saat aku merasa anusnya udah siap untuk dimasukin, aku pun menusukkan kontolku ke dalam anusnya.
Rasanya sempit banget, dan susah banget untuk menggenjotnya. Nadine berkali kali merintih kesakitan setiap kali aku menggerakkkan kontolku keluar masuk anusnya. Namun setelah beberapa saat, gerakan kami mulai mulus dan teratur, jari-jari nadine juga sibuk merangsang klitorisnya dengan liar.
Meilhatnya udah terbiasa, aku juga mempercepat gerakanku, karena tak sabar ingin segera meraih kenikmatan.
Sempitnya bool nadine membuatku tak bisa bertahan terlalu lama, rasanya ngilu banget bahkan kontolku sempat terasa sedikit kebas. Namun beberapa menit kemudian, aku pun menyemburkan spermaku kedalam anusnya. Kucabut kontolku, dan kuperhatikan spermaku mulai mengalir keluar dari anus nadine yang sekarang sudah menganga lebih lebar. Anusnya mengembang dan mengempis seiring dengan orgasmenya nadine yang juga telah sampai ke puncak kenikmatannya.
Saat nadine akhirnya merebahkan badannya dan memperlihatkan wajahnya, aku baru menyadari kalo tadi dia mengeluarkan air mata saat kusetubuhi anusnya. Aku langsung memeluknya dengan erat, dan menanyakan keadaannya.
“Kamu gpp sayang? sakit banget yah? maaf ya sayang..” ucapku khawatir dan merasa bersalah.
“Gpp bang. ga sakit-sakit banget kok bang. hehehe” jawab nadine sambil nyengir. Masih bisa nyengir aja nih anak.
“tuh kamu sampe ngeluarin air mata gitu, pasti sakit banget kan?” tanyaku lagi sambil mengelap air matanya.
“Ini awal-awalnya aja bang, lama-lama nikmat banget kok. Hihihi.” Jawab nadine lagi meyakinkanku.
“Ywda kalo gt, makasi ya sayang udah ngasi pewenya untuk abang.” Jawabku sambil mengecup keningnya.
Kami lalu lanjut bermanja-manja dan sayang-sayangan. Dan setelah beristirahat sebentar, kami pun lanjut main lagi namun kali ini aku memasukkan kontolku ke memeknya. Malam itu kami bercinta dengan romantis, tanpa ada embel-embel fetish yang gimana-gimana. Kami berdua bener-bener menikmati percintaan kami sampai akhirnya kami pun terlelap.
Bulan depannya, giliran dila yang aku lamar. Dan kami berempat sudah merencanakan akan agar nikahan dengan dila dan sekaligus resepsinya itu 4 bulan lagi. Jujur aja, awalnya aku bener-bener ga kuat mental membayangkan menghadapi orang tua dila. Namun ternyata, dari awal dila sudah memberitahu orang tuanya situasi hubungan kami berempat. Dan memang, dulu ketika aku main lagi ke rumah dila, orang tuanya bersikap sangat dingin kepadaku. Bahkan ada beberapa lama dila disuruh langsung pulang kerumah setiap pulang kerja dan ga diijinkan untuk keluar bertemu kami.
Namun setelah beberapa kali kami berkunjung kerumahnya, lama-lama orang tuanya pun melunak. Mereka melihat sendiri ke akraban kami berempat, dan apalagi kak dian udah kenal keluarga dila lebih lama dariku. Orang tuanya juga tau kalo kak dian udah banyak nolongin dila dan jadi temen pertama dila di kantor saat dila baru diterima kerja disitu. Dan dila ini ternyata memang anak paling kecil dan paling dimanja di keluarganya, mungkin dila juga udah berkali kali berusaha melunakkan orang tuanya untuk memberikan ijin.
Saat aku, kak dian dan nadine berkunjung ke rumah dila dengan niat ingin melamarnya, orang tua dila akhirnya cuma mensyaratkan dua hal. Dia mempertanyakan kesanggupan finansialku, dan kesanggupan mentalku dalam memperistri 3 orang sekaligus.
Soal finansial, aku memang lahir di keluarga berada, dan investasiku sejak dua tahun yang lalu juga membuahkan hasil yang sangat lumayan, jadi aku bisa menjawab dengan mantap soal kemampuanku memberi nafkah untuk mereka bertiga. Dan aku juga udah menyiapkan rumah untuk kami semua. Dan untuk soal mental, aku mengatakan kalo aku siap menghadapi segala macam cobaan yang pasti bakal kami hadapi bersama. Dan akhirnya orang tua dila memberikan restunya walaupun dengan berat hati. Dan belakangan juga aku baru tau, kalo ternyata ayahnya dila juga punya sempet punya dua istri sebelum akhirnya istri pertamanya meninggal. Jadi dia ga bisa menolak terlalu keras atas keinginan anaknya untuk jadi istri ketiga.
Suara ringtone hpku yang tiba-tiba berbunyi membuyarkanku dari lamunanku. Kuraih hpku dari dalam dasbor mobilku yang menampilkan nama kak dian di layarnya.
“Halo kak..” sapaku yang udah mengantuk.
“Sayang kakak udah dimana?” tanya kak dian.
“Ini udah setengah jalan kok kak. Tadi barang-barang hantarannya udah aku turunin semua dirumah dila.” jawabku.
“Ooh iya bagus deh kalo gt. Kamu suaranya kok gt? Kamu ngantuk yah?” tanya kak dian lagi cepat-cepat.
“Iya kak, dari tadi udah menguap aja nih.” Jawabku yang langsung menguap lagi.
“Duuh bahaya banget loh kamu bawa mobil sambil ngantuk gitu. Maafin kk ya kk ga bisa nemenin kamu nganterin hantarannya ke rumah dila. Demamnya anak kakak baru aja mulai turun.” Jelas kak dian ngerasa bersalah.
“Gpp loh kak. Kan kasian si tio jg kalo kk tinggal. Lagian ini udah setengah perjalanan kok kak, 15 menit lagi nyampe.” Kataku menenangkan kak dian.
“Ywda kamu ati-ati ya. Kalo udah ga tahan mendingan pinggirin dulu mobilnya cari kopi dulu di warung.” Kata kak dian lagi.
“hehe iya iya kak. Ywda aku jalan dulu ya kak.” Jawabku.
“Iya sayang. dadaah.” Jawab kak dian dan mematikan telfonnya.
***
“Fiuuhh cape banget ya sayang.” seruku ke dila saat kami berganti baju di ruang ganti di belakang pelaminan.
“duuh iya bang.. ampun deh” jawab dila sekenanya sambil melepas baju pengantin khas adat karo yang dikenakannya.
Kulihat jam masih menunjukkan pukul setengah dua siang dan mengumpat dalam hati. ‘sial acaranya masih lama lagi selesainya’
Beberapa menit kemudian kak dian dan nadine masuk membawakan makanan untuk kami berdua, karena kami belum juga makan. Kak dian dan nadine terlihat cantik hari itu, mengenakan kebaya seragam berwarna pink yang membuat mereka berdua terlihat anggun. Aku jadi ngerasa bersalah ngeliat nadine dan kak dian yang ga kebagian pesta resepsi, namun mereka kekeuh ingin membuat hari ini hari spesial buat dila. jadi walaupun kami tidak menyembunyikan fakta kalo mereka berdua adalah istri pertama dan keduaku, resepsi hari ini tetap dijadiin resepsi pernikahan aku dan dila.
“Udah ntar aja pake bajunya, makan dulu nih. Kalian kan belum makan dari tadi” tegur kak dian ke kami.
“Iya kak..” sahut kami serentak.
Kami pun berhenti ganti baju dan makan dengan buru-buru. Karena kami udah laper, kami berdua makan tanpa banyak bicara. Kak dian dan nadine dengan setia nemenin kami berdua mengisi perut kami yang udah keroncongan.
Selesai makan, kami pun lanjut berganti pakaian dan kembali keluar ke pelaminan untuk menyambut tamu. Kupandangi dila yang udah berganti dari gaun adat ke gaun bebas berwarna emas. Wajah dila yang sumringah bahagia walaupun lelah menambah kecantikannya berkali lipat.
“Dila cantik banget hari ini sayang..” bisikku ke telinganya ketika kami sedang berjalan ke pelaminan.
“heheh makasih bang, harus dong. Hari ini kan dila udah sah jadi istri abang.” Jawabnya sambil nyengir lebar.
Resepsi hari itu berjalan dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Orang tua dila juga terlihat puas dengan acara resepsi megah yang kusiapkan untuk anak perempuannya itu. Ketika acara sudah berakhir, ayahnya sudah bisa tersenyum ketika kami menghampiri untuk permisi pulang ke hotel. Dia tidak berkata apa-apa hanya tersenyum dan menepuk pundakku.
Malam itu kak dian, anaknya dan nadine pulang duluan ke rumah baru kami, karena mereka ingin memberikan privasi ke aku dan dila yang masih pengantin baru. Sebelum pulang kulihat kak dian dan nadine sempet bisik-bisik ke dila sambil ngakak-ngakak sebentar, ga tau deh ngomongin apa.
Sesampainya di hotel, aku langsung membongkar tas dan mengambil peralatan mandiku dan langsung menuju kamar mandi karena udah ga tahan gerah seharian.
Ga lama kemudian dila ngeloyor masuk dengan hanya mengenakan handuk yang dililit sampai dada. Dengan anggunnya dia melangkah ke hadapanku, dan melepas handuk yang dikenakannya secara perlahan. Handuk yang terlepas akhirnya memamerkan tubuh telanjang dila yang putih mulus.
Dipandanginya wajahku dengan penuh arti, lalu dipeluknya tubuhku yang masih basah karena lagi mandi. Badanku yang mulai dingin karena keluar dari shower akhirnya terbungkus oleh kehangatan tubuhnya dila yang juga udah telanjang. Kubalas pelukan dila dengan erat, dan kuhujani keningnya dengan ciuman.
Ciumanku perlahan bergeser dari kening ke pipi, hidung, dagunya dan terakhir ke bibirnya yang langsung disambutnya dengan ciuman yang mesra pula. Ciuman yang awalnya mesra dan romantis itu pun lama-lama berubah menjadi ciuman ganas yang sarat dengan nafsu birahi.
Lidah dila yang panjang dengan ganas melilit dan mimijit lidahku. Tangan dila meremas-remas biji dan batang kontolku dengan lembut yang membuatku keenakan. Tanganku juga meremas-remas bokong mungilnya dan sesekali menyentuh bibir vaginanya yang membuat tubuh dila tersentak.
Erangan dila perlahan berubah menjadi desahan-desahan yang mendambakan kenikmatan. Kujilati dan kuemut puting dila yang mungil itu, dan desahan dila pun semakin menjadi-jadi.
Lalu dia menarik tanganku keluar dari kamar mandi dan merebahkan badannya ke tempat tidur lalu mengangkangkan kakinya lebar-lebar, memamerkan memeknya yang udah basah kuyup. Raut wajahnya yang sayu dan penuh nafsu memberikanku isyarat kalo ia sudah siap untuk di setubuhi.
Kugesekkkan kontolku ke bibr vaginanya dengan perlahan, lalu kuarahkan ujung penisku ke dalam bibir vaginanya. Dila mengernyitkan dahi dan menggigit bibirnya ketika penisku mulai berusaha masuk ke dalam vaginanya yang masih perawan, sampai akhirnya penisku berhasil membobol selaput daranya yang membuat dila memekik tertahan.
Kuhentikan gerakanku dan memberikan waktu untuk dila untuk terbiasa dengan keberadaan penisku di dalam vaginanya.
“Abang gerakin sekarang ya sayang” bisikku memberikan aba-aba kepada dila.
Dila hanya mengangguk sambil memejamkan matanya tanpa berkata apa-apa. Lalu aku pun mulai menggerakkan penisku keluar masuk memeknya dila. Erangan-erangan dila pun kembali terdengar dan perlahan berubah lagi menjadi desahan.
Wajah polosnya mulai menunjukkan ekspresi penuh kenikmatan, aku pun semakin menikmati kenyotan memeknya ke penisku dan mempercepat gerakanku. Sampai akhirnya kami tak kuasa lagi membendung kenikmatan itu, dan aku menyemburkan maniku ke dalam memeknya, dila yang juga merasakan orgasme menggelinjang tak karuan dan meremas bantal di kepalanya.
Setelah orgasme kami mulai mereda, aku tarik penisku keluar pelan-pelan dan kurebahkan badanku di sampingnya. Dila menatapku dan melemparkan senyuman yang sangat indah dan dengan suara yang masih mendesah dia berbisik kepadaku.
“Makasi sayang...” bisiknya manja.
“abang juga makasi sayang..” balasku yang masih terengah-engah.
“Dila bilang makasih bukan cuma untuk ini yank, dila bilang makasih untuk semuanya yang abang lakuin untuk dila, dan udah mau ngijinin dila untuk hadir di hidup abang..” jawab dila dengan penuh isyarat.
Kupandangi wajahnya sebelum menjawab, “Iya sayang abang juga makasi kamu mau hadir di hidup abang..”
Kami lalu berpelukan dan saling membelai dan menumpahkan kasih sayang kami antara satu sama lain, seolah hari ini adalah hari yang tidak berujung.
***
Seteleh menyelesaikan mandi yang tadi sempat tertunda, kami memesan makanan dan langsung makan dengan lahap karena udah laper.
Selesai makan kami lanjut bersantai di tempat tidur sambil menonton tv. Dila meletakkan kepalanya di dadaku dan ga mau lepas dari dekapanku. Aku yang masih ga habis pikir kenapa perempuan cantik ini bisa sebucin ini ke aku, hanya bisa memandangi wajahnya yang sekarang terlihat polos dan lugu.
“Makasi ya bang..” bisik dila tiba-tiba.
“Makasi kenapa sayang, kamu dari tadi kok bilang makasi mulu..” jawabku lagi dengan bercanda.
“Heheheh iyaah. Soalnya ga nyangka aja. Ga nyangka bakalan bisa manja-manja sama abang kaya gini.” Jawab dila sambil menggosokkan pipinya ke dadaku dengan manja.
“hehe. Emang dimananya yang buat kamu ga menyangka? Kan abang juga sayang sama kamu..” jawabku.
“Iya dila tu dulu sempet udah nyerah tau, sejak tau abang dekat dengan kak dian. Kak dian kan juga cantik, udah banyak pengalaman juga. hahahaha” jelas dila sambil terkekeh
“Eh abang nanya dong, emang dulu kak dian tu suka cerita apa sih kalo lagi ngumpul bareng kalian?” tanyaku tiba-tiba penasaran.
“Emang kenapa bang?” tanya dila yang juga bingung.
“Gpp abang penasaran aja. Soalnya awalnya kita mulai deket kan gara-gara acara ulang taunnya kak dian. Kalo si sarah sama kak wida sih abang ga heran karena mereka juga nafsuan. Tp kok kamu ga ilfil sih ngeliat abang disitu?” tanyaku heran.
“hihihi ilfil sih ngga bang cuma kaget doang beneran. Emang sih kak dian udah sering becandaan bilang, ‘ywda kalo mw nyobain cowoku cobain aja’ gitu-gitu bang. Tapi dia ga cerita detail sih dia ngapain aja sama abang. Tapi mereka kalo udah cerita soal seks itu emang kayanya seru banget sih ceritanya. Dila aja jadi kebayang-bayang.” Jawab dila sambil nyengir.
“Ngebayangin apa tuh hayooooo..” godaku sambil nyubit pantatnya.
“Kebayang kalo gituan sama abanglah. Itu kan dila udah suka sama abang. Hihihi” jawab dila lagi sambil cengengesan.
“Itu awalnya kak sarah tuh suka nyeritain abang kalo kami lg ngumpul. Katanya laki-laki pendiam kaya abang itu biasanya aslinya nafsuan.” Beber dila lagi.
“Oiya trus-trus kalian ada cerita apa lagi?” tanyaku yang mulai kepo.
“Ya gitulah bang pokoknya. Kak dian kayanya malah seneng dengerin kak sarah nyeritain abang. Trus ya lama-lama jadi kebiasaan aja. Kak dian tuh suka nantangin kami, katanya suruh godain abang sampe abang mau diajak macem-macem. Dila sih mikirnya becandaan. Makanya kaget juga waktu acara ultah kak dian bang. Ga taunya beneran.” cerita dila panjang lebar.
“Hahahhaa iya iya.” Jawabku pendek
Setelah itu kami mengobrol hal lain lagi dan ngelanjutin gelendotan sampai akhirnya kami berdua mengantuk dan tertidur berpelukan.
Besoknya kami pulang ke rumah baru kami. Dila belum pernah kesini karena pengen jadi kejutan. Sesampainya dirumah nadine, dan kak dian menyambut kedatangan kami dengan gembira.
“Selamat dataang di rumah barunyaa..” sambut kak dian ke dila dan memeluknya dengan erat.
Kami pun membawa dila keliling-keliling melihat rumah kami. Rumah ini memang sengaja aku bangun dengan ukuran yang besar agar muat untuk menampung kami semua. Mereka aku buatkan kamar masing-masing, dan kami juga udah sepakat kalo lebih baik aku tidur sekamar dengan mereka secara bergantian daripada setiap hari tidur berempat. Karena masing-masing istri pasti butuh momen berdua denganku, termasuk soal hubungan seks. Jadi hanya saat-saat tertentu aja kami bermain berempat. Ya contohnya seperti malam ini, hari pertama kami akhirnya lengkap tinggal disini.
Aku ga tau apa aku beneran bisa membina rumah tangga dengan tiga orang sekaligus seperti ini. Tp yang jelas aku menyayangi ketiga istriku, apapun resikonya aku akan berusaha sebisa mungkin membahagiakan mereka semua dan anak-anakku nanti. Yah, ga ada gunanya terlalu merisaukan hal-hal yang terjadi. Yang jelas aku merasa sangat beruntung bisa menikahi ketiga wanita cantik ini. Kak dian yang cantik dan nafsuan dengan segala fantasi liarnya, nadine dengan pengabdiannya yang tanpa batas, dan dila yang bucin banget dan selalu mencurahkan cintanya kepadaku. Yah semoga kami tetap bersama sampai tua.
“The End”
Hai suhu-suhu semua, akhirnya bisa jg ngelanjutin cerita ini. kerjaan lagi sibuk2nya, dll jadi cuma bisa nambahin dikit2. rencananya, ane akan buat epiloge 3 chapter sama side story. tp untuk main story gua tamatin dulu biar enak. supaya ga sibuk musingin soal plot cerita utamanya. mkanya update kali ini sebagian besar cuma ceritanya. tp tenang aja, adegan2 hotnya nanti ane sambung di epilog sama side story. tq yg udah baca. 
suwun updet lanjutannya @tristan86
kusuma_wijaya
Semprot Sejati
- Daftar
- 7 Jun 2017
- Post
- 10.429
- Like diterima
- 55.670
Makasih updatenya hu
Makasih buat update nya suhu @tristan86
PaijoKenthir1976
Dewa Semprot
- Daftar
- 3 Jun 2021
- Post
- 9.559
- Like diterima
- 50.174
Makasih updet lanjutannya @tristan86
Similar threads
CERBUNG
Ya, Dia Kakakku.
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
