Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Karakter pada episode ini

Cherry



Rivaldo
b3fdfe1328033135.jpg
URL=http://www.imagebam.com/image/b3fdfe1328033135][/URL]


Deyara
[


Ryno



Shaun
 
Terakhir diubah:
Episode 11: You cannot Escape Vegas Lust (Part 3)



POV Cherry

“Dickhead… ayo… cepat, masukin!”

“Masukin apa sayang?”

“Masukin kontolmu disitu?” Aku udah gak tahan.

“Tapi kamu kan masih perawan?”

“Gak apa-apa, masukan aja”

“Tapi nanti kamu gak perawan lagi"

“Aku rela kasih perawan ku untuk kamu” Aku gak mampu berpikir lagi. Apa pun akan ku buat agar bisa merasakan kontol dewa itu.

“Aku gak bisa Cher”

“Tapi Shaun, aku mau banget, aku gak peduli” Aku sudah pasrah, aku berbaring dengan posisi menantang, sehingga Shaun harus memalingkan muka.

“Maaf Cher, aku juga udah nafsu tapi aku gak bisa. kita main oral aja yah!”

“Gak mau!” Aku masih menuntut.

“Maaf Cher, aku gak bisa. Memang aku mesum, tapi aku tidak akan merusakkan seorang gadis” Kata-kata Shaun membuat Naya mengeluarkan air mata.

“Tapi aku gak tahan lagi”

“Ini aku jilatin aja yah?” Shaun menolak ML. Dan akhirnya ia pun memberikan oral terbaiknya kepada aku yang sudah pasrah itu.

“Aaarrrrggghhh!”

Perut rata dan indah milih Cherry berkelojotan ketika memprokamasikan orgasmenya. Sementara tubuhnya kelihatan melengkung ketika ia mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi. Sungguh panas… setelah itu tubuhnya lunglai kelelahan dan terjatuh ditempat tidur.

-----

“Ihhhh… gila!” Tak sadar aku mengumpat sendiri.

“Eh, kenapa Cher?” Aldo yang lagi menyetir memalingkan wajah menatapku.

“Enggak kok!” Entah kenapa peristiwa tadi sore teringat lagi. Aku harus mengingatkan lagi diriku, ‘Cherry, yang tadi itu hampir saja. Kali ini jangan pernah bermain-main dengan cowok!’

“Kamu mau jalan dulu, Cher?” Aldo bertanya lagi.

“Gak, bawa aku pulang. Aku mau istirahat dulu!” Sebenarnya aku gak capek, tapi lebih tepatnya butuh waktu sedikit untuk menenangkan pikiran. Sukar juga bisa menghilangkan bayangan tubuh telanjang milik Shaun.

‘Untung sekarang sudah lolos… eh apa benar aku sudah lolos?’ Aku melirik ke kiri, kaget mendapati kalo Aldo masih menatapku tajam. Tatapan yang penuh tanya, tapi bercampur mesum… rasanya ia bisa menelanjangiku dengan tatapannya.

“Astaga!” Aku terpekik kaget. Aku baru sadar kalo gak sempat pake bra, apalagi kaos ini tipis sekali dan putingku yang menonjol cukup membayang. Tadi kan aku terburu-buru menghindari Shaun… Apa Aldo tahu? Mungkin aja ia curiga.

“Aldo lihat jalan dong!”

“Maaf, aku hanya mengagumi pemandangan doang!” Kata Aldo sambil senyum misterius.

‘Benar aja, ia sudah tahu!’ Aku membatin.

Dasar playboy...

——-

“Kamu yakin ini kamar buat aku sendiri?” Aku kaget waktu di bawa ke apartemen yang mewah ini.

Yah, Aldo dan Ayahnya memiliki apartemen hotel yang mewah untuk kelas Vegas, sebuah gedung setinggi 8 lantai, dan berisi sekitar 60 apartement hotel. Lantai yang paling atas setengahnya merupakan ruang terbuka dengan kolam renang dan tempat makan, sedangkan setengahnya lagi penthouse tempat mereka tinggal. Aldo membawaku ke salah satu apartement kosong di lantai 6, bukannya di Penthouse milik mereka.

Menurut cerita Aldo, kawan-kawanku ada cukup banyak yang tinggal disini. Mereka semuanya tinggal di sebuah apartemen gratis yang kebetulan kosong. Yang cowok harus tidur beralaskan matras tipis di lantai ruang keluarga, sedangkan cewek-cewek menempati satu-satunya kamar yang diisi dengan dua buah tempat tidur ukuran double.

Sedangkan aku mendapatkan apartemen sendiri… ada dua kamar, masing-masing memiliki tempat tidur empuk ukuran queen size yang luas. Tempat yang sangat mewah menurutku, isinya baru semua, dari curtain, ke handuk bahkan ke selimut dan seprei juga kelihatan baru. Belum lagi semua peralatan didalam… Gak tanggung-tanggung, Aldo juga menyalakan tiga buah lilin besar aroma terapi supaya aku bisa tidur dengan nyaman, katanya.

‘Apa Aldo punya niat lain? Kok aku jadi curiga.'

“Aldo aku istirahat dulu yah?”

“Ok Princess, tapi ingat jam 6.30 kita dinner di rooftop. Nanti ku bawakan pakaian!” Kata Aldo sambil menuju pintu…

Dari kata-katanya aku tahu kalo aku gak bisa menolak. ‘Apa lagi yang direncanakan cowok itu?’

Untung dia segera bergegas pergi. Setelah mengunci pintu, aku berbaring di atas kasur sambil mengambil telpon untuk kontak Doni.

“Kring… kring… kring…!” Telponnya gak diangkat. Mungkin Doni masih tidur, nanti aku telpon lagi kali berikutnya.

‘Nanti sebentar aku ngomong apa yah? apa aku ceritakan aja kalo aku sudah selingkuh dengan Kak Ryno?’ Aku makin bertanya-tanya sendiri.

Kembali teringat kejadian tadi malam, sungguh pengalaman yang sangat berkesan. Tidak pernah aku menyangka akan seperti ini… ‘Tapi, hitung-hitung, terbayar lunas semua penasaranku, pantesan hebat... ternyata dia yg ajarin Doni bagaimana memuaskan wanita.

Aku jadi geleng-geleng kepala sendiri.

ML dengan Kak Ryno benar-benar seperti bertanding melawan guru-ku sendiri, tak bisa berbuat banyak. Selama ini aku pikir goyanganku tak mampu dihadapi cowok manapun... eh ternyata tetap aja aku kalah. Teknik dan stamina cowok itu benar-benar hebat.

“Eh, tunggu! Apa Dickhead juga sehebat itu?” Aku jadi penasaran karena gak sempat-semptin ngeseks dengan cowok macho itu. Padahal aku sudah telanjang bulat minta ia masukin, kurang apa lagi!. Cowok itu yg bego… ihhh… benar-benar tolol!. Hush, kenapa aku berpikir mesum lagi yah?

Aku menutup wajah lagi. Tadi sore benar-benar malu, udah terpancing nafsu di depan Kak Titien dan Kak Naya. udah nafsu ke cowok… Aku harus ngomong apa kalo ketemu mereka didepan Doni?

----

“Tok… tok… tok…” Bunyi pintu diketuk orang. Aku baru sadar sudah melamun hampir satu jam. Pasti Aldo sudah menunggu. Aku melirik jam yang sudah menunjuk ke angka 6. Pantesan sudah mulai gelap.

Ketika aku membuka pintu, ternyata itu salah seorang pegawai wanita yang datang. Ia membawa baju dress yang baru. Aku melihatnya dan langsung aja menyukainya, dress warna krem muda dengan model yang elegan, pasti mahal. Gak terbuka sih, tapi tetap kelihatan seksi dan chic, persis seleraku. Aldo memang suka memberi hadiah yang berkelas.

Dengan segera aku mandi dan berdandan. Ternyata baju yang dibawanya tepat ukuranku. Rasanya nyaman di badan, mungkin karena bahannya lembut. Aku mengenakan lipstik dan perhiasan pemberian Kak Titien, dan mengatur rambutku sebisanya. Terakhir mengenakan sepatu high heels. Aku akan tampil sempurna untuk cowok itu. Pasti Aldo menginginkan sebuah romantik dinner dengannya di rooftop.

Tiga puluh menit kemudian aku naik keatas menuju ke rooftop. Ternyata ada taman yang indah, dan beberapa meja makan. Tempat ini bisa dipakai buat acara dan menjamu tamu sampai 80 orang.

Aku perhatikan sekeliling begitu indah, setelah lampu taman dinyalakan. Benar-benar suasana romantis.

“Cantik sekali!” Terdengar suara seorang cowok dibelakangku.

“Udah, gak usah lihat seperti itu. Nanti kamu naksir lagi!” Aku tersipu tapi masih sempat membalas kata-kata Aldo.

Aldo mengenakan tuxido modern yang menambah kegagahannya. Persis kayak pangeran, udah tampan, kaya, memiliki tubuh yang ideal lagi.

“Yuk, sayang!”

Aku hanya tersenyum

“Kita hanya berdua di sini? Mana yang lain?” Aku pura-pura bertanya.

“Mereka semua lagi pergi ke pub di sebelah, biasa!” Jawab Aldo.

“Semuanya pergi?” Aku masih gak yakin, karena aku tahu diantara teman-temanku, hanya segelintir orang yang suka dugem ataupun pergi ke bar.

Aldo gak menjawab, ia hanya menarik tanganku menuju ke meja yang ada lilin. Jadi ceritanya candlelight dinner? Aku menggeleng kepala diam-diam.

‘Aldo… Aldo, gampang sekali menebak keinginanmu…’

“Kamu mau makan apa? Nanti aku suruh siapin.”

“Tapi nanti aja dulu yah, aku masih kenyang. Aku ikut aja… tapi aku mau es dulu!” Mungkin untuk mendinginkan hatiku yang mulai panas dan tegang.

“Es krim ato es teler?”

“Terserah, apa aja yang ada!” Sahutku, sementara Aldo kelihatan sibuk dengan hapenya.

Setelah kami duduk tak lama kemudian seorang pelayan membawa pesanan kami. Dua mangkuk besar es teler tapi pake 2 scoop es krim. Setelah aku perhatikan, ternyata hanya bukan es teler, hanya agak mirip... Tapi namanya es, pasti enak…

“Ini es halo-halo dari Filipina, mungkin ini yang terdekat dengan es teler.” Kata Aldo menawarkanku… Ia menceritakan kalo bartendernya orang Filipina dan jago membuat es semacam ini.

Setelah itu kami duduk diam… masih menikmati. Jelas kelihatan kalo Aldo ragu-ragu, lucu juga sih. Padahal cowok itu terkenal playboy cap Kapak.

“Cher…”

“Kenada Do?”

“Kamu cantik sekali malam ini!” Gombal ala playboynya keluar juga.

“Lebih cantik dari Deyara?” Balasku

“Hmm” Aldo gak mau jawab, sementara aku tersenyum menang.

“Kamu tahukan seharusnya kamu yang berada ditempatnya Deyara!”

“Eh…” Aku kaget tak menyangka kalo Aldo akan ngomong terus terang seperti itu.

“Bolehkah malam ini kamu tidak menyinggung tentang Deya? Mungkin malam ini adalah malam terakhir aku bertemu dengan kamu.”

“Maksudmu?”

“Bolehkan aku memiliki moment berharga denganmu yang akan terus aku kenang seumur hidupku? Kamu tahu kan kalo kamu itu cinta pertamaku…” Kata-kata Aldo diucapkan dengan segenap hati.

“Tapi…” Aku masih ragu.

“Aku gak akan macam-macam, Princess” Aldo mengangkat tangan dan dua jarinya tanda berjanji.

Skip… skip… lima belas menit kemudian

Entah siapa yang memulai… aku pun sudah lupa awalnya bagaimana… aku dan Aldo kini sudah berdiri berhadapan, dan bergerak serasi menurut irama musik waltz yang mengundang.

Yah, kami sedang berdansa!

Apa karena musiknya? atau karena pakaian kami? Apa karena suasana yang mendukung? Atau… jangan-jangan karena jauh di lubuk hati kami ada perasaan saling tertarik yang selama ini dipendam jauh.

Sebenarnya kalo mau jujur, Aldo lah yang pertama kali menarik perhatianku. Perhatiannya dan kenekadannya waktu mengejar aku membuat aku hampir saja luluh… dan hampir aja aku setuju menjadi pacarnya. Tapi kemudian Doni muncul… dan dengan pinternya memaksaku dalam sebuah taruhan. Dan perjanjian itupun tercipta. Yah, gara-gara perjanjian kami akupun langsung jatuh cinta kepada preman itu. Aldo langsung berlalu begitu aja… Sedangkan Doni langsung mematok dan membawa hatiku jauh,. Doni satu-satunya cowok yang mampu membuat aku kagum kepadanya hanya dalam hitungan minggu.

Tapi bagaimana pun Aldo tetap memiliki kesannya.

Mungkin sudah puluhan kali aku berandai-andai, seandainya aku memilih Aldo… Dan itulah yang aku lakukan dalam tiga bulan pertama... terus bermimpi. Di waktu itu aku membiarkan kedua cowok itu bersaing mati-matian untuk mendapatkan cintaku. Persaingan yang panjang dan melegenda. Tapi kemudian Keia datang, dan aku menyadari aku gak bisa melepaskan Doni. Yah, ia telah menjadi segalanya bagitu…

“Doni, kamu lagi ngapain? Kamu gak ganggu Nia lagi kan?” Aku memejamkan mata. Setiap kali Aldo merayuku, aku jadi teringat pacarku.

Eh, Cherry! Sudah... malam ini jangan dulu pikirkan tentang Doni. Fokus aja kepada pasangan Tango-kamu… aku menyadarkan diriku.

Ketika mengangkat wajah, aku mendapati kalo Aldo dari tadi menatapku dengan tajam. Tatapan elangnya membuat aku tak mampu berpikir lagi… biarlah malam ini aku terbius… Aku menutup mata… jadilah apa yang akan terjadi.

Bibir Aldo terasa melekat… masih diam… dan tak lama kemudian, sebuah ciuman yang hangat langsung hinggap di bibirku… penuh perasaan… sangat menghanyutkan. Yah! Aldo mencurahkan perasaannya lewat ciuman, membuat aku terharu. Aku membiarkan ia terus menciumku… hangat…dalam.

Melihat aku hanya diam aja, Aldo makin berani. Aldo melepaskan ciuman dan mengatur posisi dibelakan tubuhku… Tangannya mengangkat daguku dan menarik wajahku menyamping… desahan nafasnya terasa. Aku masih menutup mata… dan ia menciumku sambil memeluk tubuhku dari belakang.

Aldo ternyata romantis banget, apa ia tahu kalo aku menyukai film Titanic?

Aku terbuai, gak nyadar kalo aku sudah membalas ciumannya dengan tak kalah panas. Aku juga gak nyadar kalo tangan Aldo sudah masuk kebalik gaun yang kukenakan dan sementara meramas dengan lembut gundukan dadaku… apalagi baju ini didesain bra-less.

“Kring… kring… kring…!”

Bunyi hape Aldo menyadarkan kami berdua… Malu-malu kami berdua langsung memisahkan diri, dan aku langsung mengatur pakaianku yang sudah terbuka sana sini. Sementara Aldo melihat ke iphonenya… rasanya ia gak percaya.

“Hallo?”

Aldo memegang tanganku, seakan tak ingin aku jauh. Pasti ia bermaksud melanjutkan ciuman yang tadi sempat terputus.

“Kalo Ayah harus pergi ke San Diego malam ini, yah silakan!” Mau-tak mau aku mendengar kata-kata Aldo yang ketus dan dapat menerka percakapan mereka. Mungkin ini pertanda kalo aku harus menjauh.

“Aku gak bisa, Ayah tahu sendiri kan kalo aku harus mengantar teman-teman ke bandara besok pagi!” Tangan Aldo makin menarikku, dan kini sudah memelukku… aku merasa kurang nyaman kali ini. Aldo menarik tubuhku menuju ke kedalam rumah… alamat bahaya ini.

“Iya, aku usahakan besok pagi, ok kan?” Aldo terus bicara sementara aku mencoba melepaskan diri tapi tangan Aldo memegangku kuat-kuat. Ia menarikku terus ke pintu… apa ini kamarnya?

“Ok, nanti aku siapkan… Emang ayah mau ngomong apa lagi sih?”

Tangan Aldo kuat sekali, padahal hanya satu tangan, yang satunya memegang telpon. Kami sudah dekat pintu kamar… ia menjepit hape dengan leher dan pundaknya, sementara tangan yang satu membuka pintu. Benar juga itu kamarnya…

“Sudah… Aku lagi dinner dengan teman. Ehhh…. Aaaahhhhh…” Aku mencubit cowok itu, dan Aldo yang gak nyangka langsung teriak meringis. Ia benar-benar terkejut sampai kepalanya terantuk dan hapenya terlepas.

“Bruk!” Aldo gak sempat menyelamatkan hapenya yang hampir jatuh ke lantai.

“Hahahaha…!” Aku gak bisa menahan tawa melihat gaya aldo yang kaget, sampai menabrak pintu. Ia segera mengecek hapenya, dengan satu tangan masih memegang erat tanganku.

“Eh, Aldo… aku dengar ada suara wanita!” Suara ayah Aldo jelas terdengar. Aldo menekan tombol speakerphone tadi. Aldo baru sadar kalo ayahnya masih telpon.

“Hmmm… yah Om, ini Cherry… hihihi!” Terpaksa aku bicara juga. Gak apa-apa sih, aku kan kenal dengan dengan ayahnya.

“Oh, Cherry!”

“Om gak pulang? Padahal aku kesini mau ketemu dan ngobrol dengan Om!” Aldo memberikan hape kepadaku dan segera ku gunakan kesempatan untuk mengundangnya kemari.

“Tapi kalian kan sedang dinner?”

“Belum mulai kok, bagaimana kalo Om ikutan dinner dengan kami?” Aldo menatapku bertanya-tanya, sedangkan aku menatapnya tertawa. Rasain kamu!

“Eh, iya Cher. Kalo gitu Om segera kesana yah? LIma belas menit lagi sampai kok!”

“Iya, Om. Kami tunggu yah!” Aku segera menutup telpon dan memberikannya kepada Aldo yang masih menepuk jidat, stress.

“Kenapa, Aldo?” Aku masih tertawa tertahan, dan cepat-cepat memalingkan wajah supaya Aldo tidak melihatnya.

“Apes deh!”

“Maksudnya apa?” Aku pura-pura gak ngerti, padahal dari masih menahan tawa.

“Dasar!”

“Hahaha… makanya, jangan buat rencana mesum! Pake-pake bilang pertemuan terakhir segala… hahaha!” Aku terus menertawakan cowok itu yang kini hanya pasrah duduk di sofa di kamarnya.

“Aldo aku pinjam kamar mandi yah!” Dengan segera aku pergi memasuki pintu yang ditunjuk Aldo dan menguncinya dari dalam. Aku kembali merapikan gaun malam ku dan merias wajahku seadanya.

Begitu keluar kamar mandi, Aldo juga ternyata sudah rapi. Dan tanpa bersuara kami berdua langsung kembali ke meja makan. Kali ini langsung memesan makanan, termasuk untuk Ayah Aldo.

“Kamu lagi marahan dengan Ayahmu?”

Aldo masih diam.

“Aldo, aku bisa dengar sendiri kata-kata kamu. Kamu pasti bermasalah dengan Om Dani!” Aku menatapnya tajam.

Aldo diam lagi…

“Cher, ini masalah kerjaan!”

“Aldo… kalo kamu gak mau cerita baiklah. Aku ke kamar dulu…!”

“Eh…”

“Aku gak mau nginap disini!” Anak itu harus diancam dulu.

“Cher…”

“Mau ngomong atau tidak?”

“Iya… iya…!” Aldo menarik nafas. Sesudah itu selama lima belas menit ia bercerita tentang bagaimana Ayahnya menentang hubungannya dengan Deyara. Aldo terus terang soal ayahnya yang membeli Deyara dan dealnya dengan ayah supaya ia bertunangan dengan Shania.

Aku terkejut mendengar semuanya. Ternyata buntut masalah Deyara belum selesai. Gadis itu memang pemberani, gak takut melalui kesulitan, dan setia kawan ingin membela teman-temannya. Ternyata ada dampaknya, walaupun sebenarnya Deyara telah berhasil berhasil dengan cemerlang.

Dan yang terjadi adalah perang dingin antara Aldo dan ayahnya. Sementara Deyara sendiri tak tahu harus gimana.

“Kamu gak ngomong berdua dengan Om Dani?”

“Kamu tahu sendiri kan bagaimana ayahku. Ia gak pernah membicarakan hal-hal pribadi.” Aldo merenung.

Aku kasihan kepada cowok itu, sejak kecil ditinggalkan oleh ibunya yang lari dengan laki-laki lain, sementara itu ayahnya sibuk dengan pekerjaan. Pantesan Aldo selalu butuh teman… dan ia tidak bisa marahan dengan Doni walaupun sudah menikung aku.

“Kasihan sekali kamu Aldo!”

“Aku justru merasa kasihan kepada Ayah, biar bagaimanapun ia gak pernah kawin lagi sejak ditinggalkan ibu!” Aldo menjawab. Aku tahu ia mencintai ayahnya, walaupun mereka tidak begitu dekat.

“Sebenarnya aku beberapa kali melihat ayah memandang foto Deyara… sampai menitikkan air mata. Tapi ayah gak mau bilang apa-apa, dan tiap kali aku tanya, dia cuma diam.”

“Aku tahu cara buat ayahmu ngomong…” Aku berkata dengan yakin.

“Eh?”

“Sudah, nanti aku atur. Sekarang aku mau kedapur dulu”

——-

“Cher, tahu gak, cuma kamu lho yang bisa membuat aku minum wine!” Om Doni kembali mengisi gelasnya, sedangkan aku dan Aldo juga ikutan mengisi gelas masing-masing.

Kami bertiga baru saja makan malam, dan atas desakanku kami minum wine bersama.

“Eh, Cherry, kamu yakin? Kamu juga kan gak biasanya minum.”

“Sudah, gak apa. Anggaplah kita minum-minum karena perpisahan dengan aku, iya kan Om! Tanggung, ada minuman mahal gini gak sempat aku cicipi. Kapan lagi aku bisa kalo bukan sekarang, yah kan, Om?”

“Iya deh Cher.”

Tanpa diketahui oleh Aldo dan Om Dani, tadi aku menukar isi botol wine yang ada didepanku dengan coca cola, sehingga sebanyak apapun aku minum aku gak akan mabuk. Sedangkan milik Aldo dan Ayahnya tentu saja minuman keras.

Kayaknya rencanaku mulai berhasil, Aldo dan Ayahnya mulai menunjukkan gejala. Kata-kata yang mereka ucapkan makin berani, tidak ngawur sih, tapi gak malu-malu lagi. Anggur yang dipilih Aldo ternyata cukup nendang, walaupun tidak membuat teler.

“Sayang yah Om, Deyara gak dipanggil. Begini pesta kecil kita tambah rame!” Sementara bercakap-cakap, tiba-tiba aku menyinggung soal Deyara.

“Gimana sih Ayah gak suka sama Deyara!” Aldo langsung menanggapi.

“Kamu kenal gadis itu Cher?”

“Iya dong, Deyara itu sudah ku anggap adik sendiri… adik yang sangat manis dan baik. Gadis itu kan masih sepupuan dengan Doni dan Kak Titien. Tadi pagi aja aku tidur dengan Deya.” Aku sengaja memuja-muja gadis itu.

“Jadi kamu sempat ketemu Deyara?” Om Doni kaget.

“Iya, Om. Terakhir kami sempat makan pagi bersama, sebelum ia pergi ke studio.”

“Aku dengar ia jadi salah satu penari Vegas? Apa benar?” Pertanyaan Om Dani memperkuat dugaanku. Pasti ada orang yang menjelek-jelekan Deya.

“Dibilang penari Vegas kayaknya gak tepat, Om. Ia jadi penari inti di-shownya Ryno Marcello, suami dari Kak Titien. Ia menari diiringi oleh Orkestra dengan musik klasik yang berkelas, lebih mirip ballet, bukan di tempat pertunjukan mesum.”

“Kamu yakin?”

“Aku sendiri yang hadir di show mereka, bersama-sama dengan Kak Titien dan Kak Shania. Kan ada iklannya di surat kabar sama TV”

Om Dani mengangguk-angguk.

“Tadi juga aku baca blog mengenai penari baru… jadi itu Deyara!” Om Dani melanjutkan.

“Iya, Deyara itu gadis baik-baik, gak mungkin ia ikut dalam tarian erotik ala Vegas!” Aku mencoba menjelaskan.

“Aku dengar juga kalo Deyara adalah salah satu gadis Indonesia yang kerja di Red Lion club, kamu tahu kan kisahnya?”

“Iya Om, dan aku juga tahu kalo Deyara lah orang yang membebaskan gadis-gadis malang yang tertipu. Ia menyusup bersama dengan Kak Titien, istri dari Ryno. Dan mereka berdua yang membongkar kejahatan berkedok studio film itu dari dalam.”

“Berani sekali dia menyusup di tempat seperti itu!”

“Anaknya memang pemberani Om, tapi ia tidak sendiri. Ada Shaun tunangan Kak Shania yang ikutan menyusup, demikian juga dengan Edo, sahabat baik Kak Titien, dan ada juga agen federal yang melindungi mereka, juga teman baik Kak Titien.”

“Kenapa harus Deya yang menyusup? ada banyak kan agen yang bisa menyamar?”

“Om lupa yah kalo mereka hanya merekrut gadis dari Indonesia? Apalagi Deyara punya perhitungan dengan otak di balik penculikan itu, Dinah.”

“Dinah?”
“Om pernah dengar kasus beberapa bulan lalu di Manado di mana video-video mesum mahasiswi-mahasiswi yang terbongkar? Itu semua adalah ulah Dinah. Dan Deyaralah yang membongkar kejahatan Dinah di Manado untuk menyelamatkan teman-temannya. Dinah sempat masuk penjara tapi cepat keluar karena kurang bukti. Dan ia merekrut lagi gadis-gadis korbannya di Manado dan dibawa ke Los Angeles.” Aku menceritakan peristiwa itu panjang lebar.

Entah kenapa, Ayah Aldo kembali manggut-manggut…

“Kamu dengar cerita itu dari mana?”

“Om, waktu Deya menyusup, Doni dan Aldo selalu mengawasi mereka 24-jam. Aldo tahu kok apa yang terjadi!”

Aldo mengangguk dan menjelaskan peristiwa itu kepada ayahnya. Kali ini ayahnya mulai sadar kalo kebenciannya terhadap Deyara tak beralasan.

“Gadis itu berani sekali, apa ia gak takut diperkosa orang? Dia kan masih perawan?” Om Dani bergumam, seakan bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.

“Om Dani meragukan kemampuan Deyara, ia itu adalah pemegang medali emas kejuaraan Tae Kwon Do antar pelajar, selama tiga kali berturut-turut.”

Om Dani kembali manggut-manggut…

“Pantasan kamu gak mau melepaskannya, Aldo. Kelihatannya ia wanita istimewa…” Ayah menatap kepada Aldo yang kemerah-merahan.

“Eh, iya Ayah!” Aldo sampai gugup mendengar kata-kata ayahnya.

“Memang sih aku kecewa mendengar kalo ia mau menjual keperawanannya, tapi aku baru tahu kalo itu karena paksaan!”

“Iya om, ia memang ceroboh, gak memperdulikan reputasinya. Tapi ia bukan gadis lemah, Aldo aja hampir dipatahkan tangannya waktu menyentuh Deyara… hahaha!” Aku tertawa mengingat cerita Deya.

“Tapi kan Deyara sendiri masih muda, apa ia gak lanjut kuliah?”

“GIni Om, Deyara sudah diterima di sebuah sekolah seni tari dan koreografi di Los Angeles, dan ia akan melanjutkan pendidikan di sana.”

“Oh, itu bagus… supaya gak jauh-jauh dari Aldo kan. Nanti kalu berjauhan, Aldo bisa ngebet minta cepat-cepat kawin!” Om Doni melirik anaknya. Kata-katanya kini sudah berubah jauh, dan aku yakin kalo ia nanti akan menerima Deyara.

“Gak lah Ayah, aku juga kan baru tamat. Aku mau temani Ayah dulu, dan aku masih harus banyak belajar dari ayah” Kata-kata Aldo juga jadi berubah, tidak ketus lagi seperti tadi.

Om Doni menatap anaknya sambil tersenyum. Aldo juga…

Tiba-tiba pintu terbuka, dan rombongan teman-temanku dari Toronto muncul semua. Wajah-wajah mereka kelihatan bersemangat. Tapi begitu masuk, mereka kelihatannya kaget melihat kami lagi makan bertiga di tempat yang romantis ini.

“Eh, selamat malam Om… malam Aldo! Good night Miss” Mereka menyapaku pake bahasa Inggris… Aku hanya diam dan tersenyum setengah menundukkan kepala.

“Kalian baru pulang?” Kata Ayah Aldo.

“Iya Om, kami gak mau lama-lama, kan besok pesawatnya pagi-pagi.”

“Kalo gitu sini duduk dulu, kita makan sama-sama!” Om Dani mengundang mereka. Ia menyuruh pegawainya menambah makanan.

“Siapa itu om? pacarnya Aldo yah? cantik sekali” Celetuk salah satu teman priaku. Mereka masih menatapku dengan kagum.

“Huh?” Aku jadi terkejut dan tertawa. Ternyata mereka belum mengenalku, apa dandananku terlalu berlebihan yah? atau mungkin karena mereka belum pernah melihat aku pake gaun malam dan high heels setinggi ini.

“Kalian gak kenal, namanya Olyvia Alyana Chandra, biasa dipanggil Princess Cherry!” Om Dani memperkenalkan nama lengkapku.

“Astaga, Cherry? itu kamu?” Aku hanya tertawa…

“Ini semua gara-gara Aldo, maksa aku pake gaun ini!” Aku merajuk, sementara teman-teman masih menatapku tak percaya.

“Tapi cantik kan? Kalian tahu gak kalo Aldo sempat pdkt ke cewek ini sampai berbulan-bulan lamanya, tapi terus ditolak. Sampai sekarang aku masih bingung kenapa ia menolak Aldo, padahal aku suka sekali ia menjadi mantuku.” Kata Ayah Aldo… jelas ia sudah terlalu banyak minum.

“Ayah…!” Aldo jadi merah, sedangkan aku langsung tersipu.

“Ahaaa, aku baru ingat. Sejak mengejar Cherry, Aldo jadi rajin bangun pagi, hanya karena mau sama-sama dengan Cherry kontrak kelas jam tujuh!”

“Huh?” Aku jadi kaget. Kali ini giliran Aldo yang jadi merah.

“Aku kini gak heran kenapa Aldo sampai keteteran mengejarmu, karena kamu cantik sekali. Iya kan? Hahaha… lihat aja sekarang.”

“Ihhh… sudah dong Om Dani. Sekarang kan Aldo sudah punya Deyara yang juga sangat cantik, iya kan?”

“iya juga sih… Aldo sudah punya pacar yang cantik, berarti tinggal aku dong yang belum punya?” Ayah Aldo mau melucu, tapi guyonannya hambar. Maklum, udah makin mabuk.

Aku makin menyadari kalo Om Dani selama ini kesepian. Pantesan ia seperti gak mau kehilangan anaknya. Ia butuh teman bicara yang selama ini tidak didapatkan di rumah tangganya.

“Sudah Om, sini aku temani. Kita ngobrol di dalam aja, biarkan mereka makan dulu.”

——

“Jadi Om mengenal Deyara sebelumnya?”

“Gak sih, tapi wajahnya sangat mirip dengan orang yang pernah aku kenal dua puluh lima tahun yang lalu… orang yang aku rindukan sampai sekarang.” Ayah Aldo makin melantur, tapi kesempatan bagi aku untuk mengorek-ngorek masa lalunya.

“Apa itu ibunya Aldo?”

“Bukan, jangan sebut-sebut perempuan itu. Ia gak ada apa-apanya dibandingkan dengan Chatelaine… yah, namanya Chatelaine, di keluarga ayahnya ada keturunan Prancis, jadi ia dinamakan Chatelaine. Yang aku tahu, cuma dia seorang yang bernama Chatelaine di dunia ini…”

Akhirnya Om Dani menceritakan tentang seorang gadis yang sangat disayanginya, tapi mereka tak ditakdirkan bersama. Justru ia kemudian menjadi teman dekat dengan gadis itu. dan mereka bersahabat sangat dekat, membentuk kelompok yang terdiri dari dua gadis, Chatelaine dan Liske teman sekamarnya, sedangkan yang pria Agus, Om Dani dan adik Om Dani sendiri.

Berulang kali Om Dani menyatakan cintanya kepada Chatelaine tapi ditolak. Akhirnya ia tahu kalo gadis itu mencintai teman baiknya yang bernama Agus. Sementara itu si Agus sendiri tidak berani menembak gadis itu karena ia tahu Om Dani sangat mencintai gadis itu. Ia bahkan sengaja menjauh supaya Om Dani bisa pdkt dengannya… padahal dari gerak-geriknya Om Dani tahu jelas kalo Agus itu juga mencintai gadis itu. Agus adalah teman terbaiknya...

Ketika Agus sengaja menjauh, mau tak mau gadis itu makin dekat dengan Om Dani. Chatelaine sempat menunggu bertahun-tahun untuk Agus, tapi cowok itu hilang entah kemana. Dan mereka sempat berjanji kalau Agus gak pernah muncul lagi maka ia akan menerima Om Dani sebagai suaminya.

Sejak itu mereka tambah dekat, dan Om Dani sudah menyatakan kepada orang-orang kalo Chatelaine itu pacarnya.

Suatu hari Om Dani mengantar Liske ke tempat kos, dan disana ia bertemu dengan seorang gadis yang sangat cantik yang ngekos di kamar sebelah. Gadis itu meminta pertolongan Om Dani, sehingga ia mampir sebentar ke kamar sebelah. Dan entah kenapa ia jadi akrab dengan gadis itu yang bernama Stefani.

Hingga suatu malam ketika liburan, Liske dan Chatelaine sudah pulang kampung halaman sedangkan Om Dani menemani Stefani di kamarnya. Tanpa disangka, mereka terbuai dan dikuasai nafsu… Om Dani sendiri gak tahu bagaimana awalnya, tapi mereka akhirnya ML berulang kali hingga Stefani hamil. Setelah dua bulan masa liburan, Stefani datang menuntut pertanggung jawaban Om Dani.

Dan di saat itu, Om Dani tak mampu memandang mata Chatelaine lagi. Itu kali terakhir ia melihat gadis yang dicintainya… dan dengan terpaksa ia menikah dengan Stefani. Ia gak sempat mengucapkan selamat tinggal kepada gadis pujaannya. Istrinya kemudian melahirkan seorang anak wanita, namun malang sekali anaknya meninggal masih bayi.

Tak lama kemudian keluarga mereka dihempa badai, perkawinan yang tidak dilandasi cinta itu berulang kali bermasalah. Om Dani sendiri masih terus mencari Chatelaine yang terus dicintainya, sedangkan istrinya dibiarkan sendiri.

HIlangnya Chatelaine menyebabkan rumah tangga mereka agaknya bisa bertahan. Cukup lama juga sih, mungkin sekitar delapan tahun. Bahkah di tahun kedelapan, lahirlah seorang anak laki-laki mereka, yaitu Rivaldo. Tapi kemudian, Om Dani mendapati kalo Stefani memiliki cowok lain.

Om Dani melihat sendiri kalo Stefani selingkuh. Cek punya cek, ternyata anak mereka yang pertama, bayi wanita yang sudah meninggal itu bukan anak Om Dani sendiri, melainkan anak haram. Stefani sudah pernah ngesek dengan cowoknya sebelum dipindahkan ke kosan dan bertemu dengan Om Dani Dan ia sudah berada dalam keadaan hamil ketika ML pertama kali dengan Om Dani. Hebatnya, Om Dani yang diminta bertanggung jawab, karena ia tahu Om Dani berasal dari keluarga yang mampu.

Kedatangan pacar lamanya bagaikan bensin yang menyulut api pertengkaran. Dan hanya dalam hitungan bulan, bahkan waktu Aldo masih bayi, ibunya sudah lari meninggalkan Om Dani dan anaknya.

Dan sampai sekarang Om Dani masih merindukan Chatelaine, yang sampai sekarang belum pernah ditemuinya. Aku menghela nafas panjang, cerita Om Dani benar-benar menggugah rasa kasihan. Ia kehilangan kasih sayang yang sudah bertahun-tahun didambakannya.

Tanpa Om Dani sadar, Aldo mendengar kisah papanya, dan turut menangis di sudut sana. Aku melirik kepada Aldo dan menyuruhnya mendekat.

“Ayah, jadi perempuan yang di foto besar rumah di San Diego itu tante Chatelaine?” Tanya Aldo pelan-pelan.

“Iya, nak. Dia itu cinta sejati Ayah, dan ayah sudah bertekad tidak akan menikahi perempuan lain selain dia!”

“Kalau dia sudah menikah dengan orang lain?” Aldo bertanya lagi.

“Aku tunggu janda-nya!”

Aku menatap Aldo yang juga menatapku.

“Ayah, kalo begitu aku temani ayah aja malam ini. Aku suruh orang aja yang mengantar mereka, aku mau ikutan ke San Diego bersama Ayah!” Aldo sudah sadar.

“Makasih, Nak… kalo begitu, mari kita siap-siap, supaya gak terlalu malam!”

“Iya Yah…!” Kata Aldo.

——-

Jam 9.30 malam aku sudah berada di kamarku yang luas. Bingung juga, maunya sih aku ajak salah seorang gadis tidur dengan aku, tapi aku ragu. Bisa-bisa aku sendiri yang repot kalo ada teman, nanti aku bergadang lagi. Pasti mereka mau kepoin pengalamanku.

Terpaksalah aku sendirian di kamar yang luas, dengan dua tempat tidur double yang bisa aku pilih. Mana sunyi lagi…

“Kring… kring… kring!” Bunyi ring tone jadulku terdengar menyakitkan telinga.

“Halloo!” Aku mengangkat telpon.

“Kak Cherry, masak sudah pergi gak pamitan dulu?” Suara Deyara terdengar melengking.

“Eh, Deyara!”

“Ini, Aldo baru telpon kalo Kak Cherry ternyata malam ini nginap di apartemennya. Tadi dia pamit ke San Diego malam ini. Kok teganya kakak gak pamit sama aku dan Kak Ryno!”

“Kamu kan masih sibuk sampai malam, sedangkan aku pagi-pagi sekali sudah harus ke airport bersama rombongan!” Aku cari alasan, padahal alasan utamaku adalah menghindari Shaun.

“Yah udah, kalo gitu aku kesana dulu malam ini, pamitan dulu!”

“Oke, kalo gitu aku tunggu yah!” Aku segera sms nomor kamar dan alamat apartemen ini. Palingan Deyara dengan mudah mendapatkannya.

Lima belas menit kemudian terdengar ketukan di pintu, dan setelah aku buka, ternyata Deyara dan Kak Ryno. Keduanya sempat kesini, padahal sudah cape sekali, baru saja menyelesaikan pertunjukan malam ini. Kak Ryno kelihatan sudah ngantuk, sedangkan Deyara masih agak segar.

'Apa benar ia datang hanya untuk pamitan?'

Tak lama kemudian kita berdua berbincang-bincang. Deya menceritakan bagaimana Ayah Aldo kurang setuju dengan hubungan mereka, dan ingin aku ngomong. Ia tahu kalo aku dekat dengan Ayah Aldo.

Kembali aku tegaskan kalo aku mendukung hubungannya dengan Aldo. Aku juga cerita sedikit tentang percakapan ku dengan Om Dani tadi waktu makan malam.

“Beneran Kak Cherry ngomong begitu kepada Om Dani?”

“Iya sayang, dan aku yakin ia tidak membencimu lagi. Dari kata-kata Om Dani, kayaknya ada orang yang sengaja menjelek-jelekkan kamu supaya gak jadi dengan Aldo. Jadi ia sudah kena hasutan orang duluan.” Aku menjelaskan kepada Deyara.

“Terus baiknya gimana Kak?” Deyara bertanya.

“Kamu harus mendesak Aldo suruh ia kasih perhatian lebih kepada ayahmu. Ia butuh orang untuk berbincang-bincang, kamu tahu kan ia sudah menduda sejak Aldo masih kecil.”

“Iya sih!”

Deyara segera mencomot beberapa cemilan dari meja. Mungkin aja ia belum sempat makan, tapi ia kelihatan senang sekali berbincang-bincang denganku.

Sedangkan Kak Ryno sudah pergi numpang mandi. Mungkin karena melihat apartemen ini cukup mewah, sehingga ia memutuskan untuk mandi di sini. Mungkin sekali belum sempat mandi waktu pulang rumah tadi. Sebenarnya ia sudah capek gak mau datang, tapi dibujuk Deyara dan didesak Kak Titien. Baguslah supaya aku dan Deyara tambah waktu ngomong.

Suara air di kamar mandi terdengar sampai di kamar. Tak lama kemudian Kak Ryno menongolkan kepala minta handuk.

Aku menyiapkan handuk untuk Kak Ryno, dan menyuruhnya untuk menggunakan kamar yang satunya untuk ganti baju. Setelah beberapa lamanya, ketika mengintip aku melihat Kak Ryno sudah berbaring terkelungkup di atas tempat tidur masih mengenakan handuk. Kayaknya sudah pulas.

Sementara itu aku dan Deyara masih serius membicarakan soal Om Dani. Dan kali ini topiknya tentang cerita Om Dani yang kehilangan jejak orang yang dicintainya.

Deyara punya usul untuk mencari cara supaya ia ketemu dengan ‘mantan’-nya itu. Tapi aku gak setuju, apa lagi kemungkinan kalo mantan-nya itu masih menunggunya agak kecil. Mungkin sekali ia sudah kawin dan punya anak.

“Tapi kan selama masih ada jalan kita harus berusaha?”

“Terserah kamu Deya… kan Om Dani itu calon ayah kamu?” Aku mengangkat tangan.

“Oke, sebagai awalnya, kamu tahu nama mantannya itu?” Deya gak mau berhenti.

“Tunggu… namanya… Catherine.. eh salah… Kathleen, bukan… kayaknya mirip nama majalah di Canada” Aku lupa-lupa ingat karena itu mirip dengan nama majalah yang banyak terdapat di dorm tempat kami nginap di Toronto.

“Nama Perancis?” Mata Deyara jadi berbinar-binar.

“Iya, mirip Chatelina… bukan… Chate… apa yah? sulit, karena bahasa Perancis, sih!”

“Chatelaine?” Deya menatapku tajam.

Deya bukan hanya mampu menebaknya dengan cepat, tapi juga ia mengucapkan nama itu menggunakan aksen perancis, persis seperti Om Dani tadi.

“Iya benar… baru sekarang aku mendengar ada orang nama begitu. Eh, kok kamu tahu?” Aku menatapnya balik dan mendapati kalo air mukanya sudah berubah.

Dengan perlahan Deyara bicara sambil tertunduk.

“Kak Cher, mungkin kamu kaget, tapi tahu gak kalo Almarhum ibuku bernama Chatelaine?

“Astaga!”

“Aku tidak tahu apa ibuku orang yang dicintai Om Dani… tapi aku beberapa kali mendapati kalo Om Dani menatapku tak berkedip. Dan orang bilang aku mirip sekali dengan mama…” Deyara mulai menangis.

“Deya, kalopun ia itu ibumu, tetap aja ibumu tidak bersalah… ibumu sendiri bilang kalo ia tidak mencintai Om Dani, tapi mencintai temannya yang bernama Agus!”

“Apa?” Deyara hampir teriak.

“Kenapa?”

“Astaga!” Deya masih belum hilang kagetnya.

“Kenapa Deya?”

“Kamu lupa yah kalo ayah saya bernama Agus?”

“OMG!”

——-

Seusai Kak Ryno mandi, Deyara juga ikutan numpang mandi. Alamat jadi tambah lama ia berbincang-bincang denganku. Kak Ryno sudah lelap di kamar sebelah, sementara saya mempersiapkan pakaian ganti Deyara.

Untung aja Aldo sempat menyiapkan beberapa baju tidur untuk aku, ia memang sudah berulang kali membujukku tidur disini. Ketika ku lihat-lihat, ternyata ada ukuran yang pas untuk Deyara. Mana seksi lagi…

Begitu selesai mandi kami mendapati kalo Kak Ryno telah tertidur pulas dengan posisi berbalik, apa takut jangan kontolnya kami permainkan, hihihi…

Memang sih ia sudah capek… terutama karena malam sebelumnya mengumbar nafsu… eh denganku… hihihi. Ternyata goyangan maut ala Cherry ada pengaruhnya juga. Rasain…

Sementara aku dan baring-baring dan melanjutkan pembicaraan tadi, tiba-tiba hape aku berbunyi. Ada sms dari Shaun tanya alamat. Alasannya, Shaun juga mau ikutan kesini untuk pamit denganku.

Astaga, aku harus bagaimana? Ah, cuek aja. Anggaplah tidak mendengarnya. Mana sudah hampir jam 11 malam.

Sementara itu Deyara sedang berada di kamar yang satunya, sedang mengecek Kak Ryno lagi. Cowok itu masih tidur nyenyak. Bisa-bisa mereka berdua akan menemaniku tidur disini malam ini. Maklum aja, Kak Ryno beberapa hari ini kurang tidur karena fokus di pertunjukan. Untunglah dua hari kedepan mereka bebas, nanti pertunjukan lagi hari Rabu malam. Memang sekarang saatnya memulihkan tenaga.

“Hallooo?”

Terdengar suara Deyara dari kamar sebelah. Mungkin sekali ia sudah selesai mandi.

“Kenapa Dickhead, telpon malam-malam?” Deya lagi ngomong dengan Shaun agaknya.

“Apa? Kamu juga belum pamitan dengan Kak Cherry? kalo gitu ini aku kirim alamat, terus cepat datang sini. Kalo gak datang rugi sendiri…!” Suara Deya menyadarkanku akan bahaya.

Segera aku lari ke kamar sebelah, tapi terlambat. Deya sudah mengirim alamat itu kepada Shaun.

“Deya?”

“Eh kenapa Kak?”

“Kamu panggil Dickhead kesini?” Aku hampir teriak.

“Eh, gak boleh yah?” Ia menatapku dengan wajah innocent-nya.

“Ihhhhh…!” Aku mencubit anak itu dengan gemes. Gak mungkin kan aku cerita soal Shaun dan aku tadi sore.

Astaga, kayaknya aku gak akan lolos malam ini.

Benar aja, 15 menit kemudian pintu apartemen sudah di ketuk dan Shaun sudah berdiri disana. Deyara segera membuka pintu dan menyilahkan cowok itu masuk. Aku jadi tegang ketika melihat dengan santainya Deyara menggandeng cowok itu ke kamar.

“Haha… Cherry, jangan pikir kamu bisa lolos dengan mudah. Aku tak akan melepaskan kamu lagi! Kamu harus tanggung jawab sudah mencukur rambut kontolku…” Kata-kata Shaun dilontarkan tanpa malu-malu.

Deyara jadi kaget…

“Eh, apa maksudnya, Dickhead?”

“Tadi aku ijinkan cewek ini mencukur rambut kontolku, karena ia janji mau ngentot denganku! Tapi setelah cukur ia lari kemari gak bilang-bilang” Shaun menjelasan duduk persoalannya.

“Hah? hahahaha!” Naya tertawa mendengarnya, sedangkan aku mundur menghindari cowok itu sejauh-jauhnya.

“Pantesan tadi aku dan Romeo kaget waktu lihat hutan lebat sudah digunduli. Ternyata gara-gara Kak Cherry!”

“Ihhh… kamu sih gak pake tanya-tanya udah panggil-panggil orang lain!” Aku mencubit pinggang gadis itu, dan ia tampaknya tidak siap.

“Aduh… ampun…!” Deyara tergelincang kegelian, dan secara refleks membalas.

“Eh… nakal!” Deyara meramas dan mencubit toketku, membuat aku kegelian. Nakal sekali, ia malah mencoba membuka lingerie ku untuk memamerkan isinya kepada Shaun.

“Astaga…” Aku membalasnya…

“Hahaha…” Kami berdua makin parah bermain-main.

“Hahaha… girls… kalian mau main-main, ayo aku layani. Berdua juga aku siap… hahaha!” Kata Shaun tertawa melihat kelakuan kami, ia mendekat dan membuka pakaiannya dengan cepat.

Kembali kontol besar itu terpampang didepan ku… Udah dalam posisi siap termpur. Shaun sudah bernafsu. Ih, ngeri... Shaun makin mendekat, hendak menyergapku.

“Eh, tunggu Shaun… ok, kami akan layani kamu tapi kita buat games dulu, supaya tambah nikmat!” Deyara menyela.

“Games apa…”

“Sudah ikuti aja…! Kami akan ijinkan kamu ngentot tapi tutup mata, dan tebak memek siapa yang kamu tusuk!”

“Deya?” Aku berbisik sambil bertanya apa rencana anak begal ini, tapi ia menyuruhku diam sambil mengikuti rencananya.

Deyara mendekat cowok itu dan menutup matanya. Ia memutar-mutar cowok itu sampai hilang arah lalu membawanya keluar kamar… sampai diluar, ia juga memutar-mutar tubunya sekali lagi. Aku mengikutinya dari belakang penasaran apa yang akan ia lakukan.

“Sekarang aku dan Kak Cherry akan nungging di tempat tidur, dan kamu harus meramas dan menjilat pantat kami. Eh, kalo mau gesek-gesek dengan kontol juga boleh, tapi dari belakang. Tapi ingat, pantat doang. Kamu tidak boleh meraba atau menjilati memek kami. Mengerti?”

“Wah main tusbol yah?… ahaha!”

“Sesudah itu Shaun harus tebak, pantat siapa yang digrepe… kalo benar, kamu boleh tusuk sampe keluar. Gimana, mau?”

“Iya-iya…” Kata Shaun dengan semangat.

“Oke, sekarang kita ke kamar… Dickhead cari tebak yah?”

Tanpa ia sadari kami memposisikan dia didepan kamar yang satunya, dan ketika aku melihat tubuh Kak Ryno yang sudah telanjang lagi dalam posisi nungging, hampir aja meledak tertawaku… ‘Astaga, pasti Deyara akan menyuruh Shaun mainin pantatnya Kak Ryno.

“Ssssttt… diam!” Deyara berbisik.

Sambil meraba-raba Shaun masuk kamar dan naik ke tempat tidur… ia meraba kaki Kak Ryno yang lagi tidur… dan dengan lembutnya ia membelai betis dan paha cowok itu.

Hampir aja aku tertawa…

Deya menyuruhku duduk di bagian kepala Kak Ryno, siap-siap untuk mendesah. Sedangkan Deyara mengeluarkan hapenya dan mulai merekam…

“Hhhhhhhhh!”

Aku mulai mendesah berpura-pura menjadi orang yang tidur. Seakan-akan aku lagi menikmati sentuhan tangan Shaun yang lembut di paha dan pantat. Cowok itu makin semangat, ia mulai menciumi pantat sohibnya pelan-pelan, dan merayap sampai ke belahan,

“Aahhhhhh… hahhhhhhh!” Desahanku makin menjadi-jadi membuah Shaun makin bergairah. Dengan ahlinya cowok itu mengeluarkan lidah dan mulai menjilat-jilat anus dari Kak Ryno yang masih tidur dengan pulas. Sementara Deya hampir tertawa sambil memegang camera.

“Aahhhh!” Desahanku makin kuat ketika Shaun meramas pantat itu. Ia membuka kaki Kak Ryno lebar-lebar.

Shaun gak tahan lagi, ia merubah posisi dan sekarang mendekatkan kontolnya, ia mulai mengesek-gesekkan kontolnya di belahan pantat milik Kak Ryno, sementara kami berdua sudah hampir pecah tertawa. Ini benar-benar lucu… Shaun menusuk lubang pantat itu dengan jarinya supaya makin lebar.

“Aahhhhh! ehhh!” Aku mendesah lagi, kali ini merasakan kalo Kak Ryno bergerak sedikit. Mudah-mudahan ia tidak terbangun.

“Wah, beruntung sekali aku… pantatnya masih sempit sekali… ini pasti Cherry. Hahaha…” Shaun sudah siap.

"Iya benar Dickhead. Kamu hebat... kamu boleh tusuk pantatku, tapi tak boleh buka mata!" Aku menjawabnya.

Kontol Shaun terus bergerak, ia membuka lebar pantat itu supaya jalan masuk tidak terhalang. Tiba-tiba… ia menusuk dengan keras, membuat Kak Ryno terbangun kesakitan. Ia terbangun kaget...

“Aaaahhhh apa ini?” Kak Ryno balik belakang mencari tahu apa yang terjadi.

“Eh?” Shaun juga kaget mendengar teriakan sohibnya.

“Dickhead, ngapain kamu?”

“Astaga, Romeo? Kenapa kamu?”

“Astaga Dickhead, kamu mau tusuk pantat ku?”

“Romeo, jadi itu kamu?” Shaun membuka penutup matanya.

“Aaahhhhhhhhhhhhhhh!” Terdengar teriakan keras kedua orang itu, sementara aku dan Deyara sudah keluar kamar diam-diam sambil terus merekam dari luar pintu.

Rekaman ini pasti akan bikin heboh…

“Hahahahahaha…. Aduh, aku sampai sakit perut!” Deyara gak bisa lagi menahan tawa.

“Hahaha… aku juga… itu lucu sekali…!”

“Wah, kalo masuk beneran, rame juga yah?”

“Wah langsung bocor dong pantat Kak Ryno”

“Bisa gak tahan kentut yah?”

“Iya.. dan bisa-bisa Dickhead di potong anunya oleh Kak Titien…!”

“Iya, kontolnya Dickhead di buat sosis… hahaha!”

“Kenapa sih cowok itu bego sekali…”

Kami berdua masih aja tertawa-tawa. Sementara itu di kamar sebelah masih terdengar keduanya saling memaki… Ribut sekali, mudah-mudahan tetangga sebelah gak dengar.

“Deyara… Cherry!” Kak Ryno membuka pintu kamar kami. Mereka berdua masuk kedalam telanjang bulat... tapi mereka gak pusing lagi.

“Eh Kak Ryno sudah bangun?” Aku bertanya untuk meredakan kemarahannya..

“Sudah… bangun karena ditusuk peniti… hahaha! Awas yah, kalian harus tanggung jawab.” Kak Ryno mendekat langsung menangkapku.

Sementara itu Kak Shaun langsung ikutan mendekat dan menyergap Deyara yang dianggapnya biang kerok semuanya.

“Aduh, ampun Kak. Kami juga bingung, ada dua cewek cantik di sini, Dickhead maunya main pedang-pedangan…” Aku berkelit.

“Kami sudah peringatkan tapi ia terus aja menjilat-jilat pantat Kak Ryno!” Kata Deyara berkelit.

“Astaga, Dickhead. Kamu jilat pantatku?”

“Eh… tapi kan aku kira pantatnya Cherry..!” Kata Shaun seakan tak bersalah.

“Astaga!”

——

Akhirnya setelah negosiasi yang alot, kami berdua dituntut harus tanggung jawab. Dan sebagaimana yang diramalkan ujung-ujungnya kami harus melayani keduanya…

Dengan cekatan Kak Ryno menelanjangiku dan meraba bagian-bagian intim tubuhku yang membuat ia terpesona sejak tadi malam. Sementara itu Deyara dengan pasrah membiarkan Shaun menelanjangi dan membuat ia terangsang hebat. Kedua cowok ini dengan nakalnya mempertunjukkan keahlian masing-masing satu sama lain.

“Aaahhhh… ayo Kak…”

Aku sudah membuka kakiku lebar-lebar membiarkan lidah dan jari Kak Ryno mengeksplor tubuhku yang terlentang. Sedangkan Deyara sementara dalam posisi nungging sementara memeknya terus dikobel oleh Shaun, sambil dicium dari belakang.

“Ahhh… Dickhead… ayo…”

Kembali kontol dewa itu memasuki lorong nikmat sampai menyentuh titik-titik rangsang di mulut rahim. Membuat aku kembali mendesah sementara dipompa dalam posisi misionaris, sementara Deyara juga digedor dari belakang dengan kontol yang tak kalah besarnya.

Malam itu benar-benar liar… aku belum pernah ngentot seperti ini… entah ini yang disebut orgy atau foursome. Yang pastinya Deyara dan aku akan mendapat kepuasan dilayani oleh dua kontol monster.

Aku sengaja menyimpan tenaga, karena aku tak kan mampu mengimbangi teknik Kak Ryno yang sudah mencapai tahap sempurna. Terpaksalah aku pasrah dan tak mampu menahan serangannya. Aku sampai mendapat dua kali orgasme dalam waktu yang singkat, sebelum dapat membalas dengan goyagan maut ala Cherry. Dan setelah bekerja keras, akhirnya aku mampu membuat Kak Ryno nge-crot dengan skor 3-1.

Sementara itu aku juga melihat kalo Deyara berulang kali diserang dengan kenikmatan orgasme sampai berulang kali, sebelum mampu meng-KO kan kontol garang itu. Kedua cowok itu akhirnya keluar setelah hampir 30 menit.

Ini pasti akan jadi malam yang panjang.

“Ahhhh… aku gak kuat lagu, ampun!” Kata Deyara.

“Aku juga gak bisa lagi… udah dong, Kak!” Aku juga merajuk.

“Ladies, aku baru keluar satu kali. Itu belum cukup untuk membalas perbuatan kalian yang hampir menjebol bokongku!” Kata Kak Ryno

“Iya, aku juga belum merasakan jepitan Cherry, kamu sih gak berhenti-berhenti dari tadi!” Dickhead juga protes.

Aku dan Deyara hanya bisa menatap kedua senjata istimewa itu yang sudah kembali tegak, siap ronde selanjutnya. Alamak… bisa gak tidur aku semalam.

“Kak, istirahat dulu yah, aku masih cape!”

“Iya, aku juga.”

Kami berdua mencoba menjalankan taktik mengulur waktu. Untunglah kami diberi istirahat 10 menit. Tapi kemudian kami kembali digilir dengan pasangan yang berbeda.

Dickhead kelihatan senang sekali bisa berpasangan denganku. Aku juga deg-degan karena tak lama lagi akan merasakan tusukan kontol garang milik Dickhead.

“Akhrnya aku bisa juga ngentot denganmu, Princess” Matanya berbinar-binar ketika menatapku dalam posisi menyamping. Ia menusukku dari belakang.

“Sampe segitunya, Dickhead!” Aku tersipu mendengar kata-katanya.

“Kamu pasti akan merasakan orgasme terindahmu, setelah tadi hanya di kelitik oleh kontol mainan milik Romeo!” Shaun kembali membangga-banggakan senjatanya.

“Kamu yakin bisa? Jangan-jangan seperti yang Kak Titien bilang, digoyang dikit udah ngecrot!” Aku balas meledeknya.

“Eh, berani menantang…!” Kontolnya sudah siap menembusi liang nikmatku.

“Hahaha… goyang dia Cher, buat dia takluk dengan goyangan itikmu.” Kata Kak Ryno membakar aku…

“Blessshhh” Kontol garang itu masuk juga. Aku meringis menahan nafas... Benar aja, urat-urat yang menonjol membuat kontol ini mengesek kuat di dinding memek. Aku membalas dengan cengkraman otot memek, membuat cowok itu keenakan sampai menahan nafas.

“Ahhh nikmatnya… kamu sungguh enak Cher!”

“Eh, jadi aku gak enak yah?” Deyara protes.

“Eh, gak kok… kamu juga enak. Kapan lagi kita bisa berpesta dengan dua memek jempolan seperti ini yah, Romeo”

“Sudah, tusuk aja…. jangan cuma ngomong. Lihat kudaku udah hampir sampai, sedang kudamu belum apa-apa…

“Huh.. huhhh… huuuhhhh!” Terdengar nafas dan desahan Deyara. Cepat sekali Kak Ryno membuat gadis mudah itu sudah terangsang berat.

Shaun makin meningkatkan serangannya, kali ini dalam posisi doggy, yang merupakan salah satu favoritnya.

Ternyata Shaun main gasak rusuh dengan tusukan yang bertubi-tubi. Tenaganya seperti kuda, gedor terus gak pake istirahat. Berbeda dengan Kak Ryno yang jago mengendalikan tempo, Shaun terus aja menguras stamina… terus meransak. Maka dengan berani aku melayaninya dengan putaran pinggulku… dengan ini aku mampu menahan pompaan cowok itu. Aku minta ganti posisi…

“Ahh… Shaun, terus… ahhhh!” Aku memancing cowok itu makin semangat. Kali ini kami berada dalam posisi WOT. Kali ini aku bisa aktif, walaupun Shaun masih menusuk dari bawah.

“Aah ahhh ahhh!” Nafas cowok makin memburu, kayaknya Shaun sudah masuk kedalam irama putaranku. Serangannya kini dapat ku redam, dan aku tahu kalo aku bisa mengambil alih serangan bila saja aku mendapatkan kesempatan. Untuk sementara biarkan dulu ia yang mendominasi.

‘Entah kenapa aku ingin menaklukkan cowok ini. Apa karena terpicu kata-kata dari Kak Ryno tadi yah?’ Aku membatin.

“Ayo dong Shaun, gitu aja kemampuanmu?” Aku memancingnya.

Shaun makin cepat memompa, membuat aku jadi kelabakan meredam genjotannya. Cowok ini kuat sekali, untunglah aku masih sanggup bertahan. Hampir aja..

Tanpa cowok itu sadari kakiku sudah menjepit pinggulnya dan siap untuk menguncinya. Ini saatnya…

“Ahhh, Cherry, nikmat sekali…!” Shaun kaget merasakan goyanganku.

Tubuhku kini melonjak naik turun menari di atas tubuhnya. Putaran pinggulku makin kuat sementara kakiku menjepit… otot vaginaku turut bergerak mencengkram dan memijat kontol itu dari dalam.

“Aaahhhhhhh…”

Kami mendesah lagi, Shaun masih memberikan perlawanan, tapi pergerakannya kini terbatas. Ia sudah terjebak dalam putaran pinggulku… ia kin merasakan goyangan maut ala Cherry yang teruji berulang kali menguras kontol pacarku.

"Astaga... aduhhh... ahhhh"

Shaun mencoba membalas, tapi ia sudah kalah posisi. Pinggulku makin lihai aja menari diatas tubuhnya. Aku menatap mata cowok itu, yang menunjukkan tanda-tanda tidak mampu menahan orgasmenya.

“Aaaarrrrrggggghhhhhhhhh!” Shaun nyampe. Cowok itu ngecrot dalam memekku… beberapa semprotan yang kuat telak menghantam rahim, ihhh... benar-benar terasa.

Tapi aku tidak berhenti begitu aja, dalam orgasmenya aku masih terus bergoyang dengan liat, menguras sisa-sisa cairan. Sementara Shaun hanya bisa pasrah membiarkan kontolnya digilas…

“Aaahhhhhh!”

“Gimana Shaun, nikmat?”

“Astaga… kamu benar-benar nikmat, Cher!” Kontol Shaun keluar sudah loyo, habis dikuras sampai titik terakhir. Ia masih mengeluh dan merintih.

Ketika aku melihat kesamping, tampak Kak Ryno dan Deyara memperhatikan kami dari tadi.

“Kamu mampu mengalahkan Dickhead?” Kata Kak Ryno.

“Astaga, Dickhead sampe nyerah kayak gitu?” Deyara juga sampe heran.

“Benar kan apa aku bilang, goyang sedikit langsung nge-crot!” Kataku merayakan kemenangan sambil memicingkan mata.

“Astaga! Hahaha…!”

“Kamu ini bikin malu cowok aja, Dickhead!” Kak Ryno kembali mengejek sohibnya.

“Maklum aja, Dickhead kan sudah ngecrot duluan di pantatnya Kak Ryno”

“Hahahaha….!”

"Plop..." Kontol itupun kini terlepas. Kelihatan imut, cocok dengan jembut tipis berbentuk hati. Deyara jadi tertawa melihatnya... Tapi ia gak bisa lama-lama, Kak Ryno masih mau. Ia harus melayani cowok itu sampai keluar... Deyara kalah lagi.

"Aaaaarrrrrggggghhhhh! aduhhh udahhhhh!" Deyara nyampe dengan hebohnya.

Aku membaringkan tubuhku di tempat tidur untuk beristirahat sebentar. Kak Ryno yang kini sudah mengalahkan Deya sudah siap menjadi lawan ku berikutnya. Padahal aku sudah capek.

Ternyata perbuatanku terhadap Shaun tadi berbuntut panjang. Shaun yang gak mau kalah ingin rematch lagi, dan Kak Ryno yang penasaran mau merasakan goyangan maut ala Cherry. Semuanya ditambah dengan Deyara yang sudah menyerah duluan karena kecapean.

Terpaksalah aku harus berhadapan dengan dua kontol monster semalaman. Ternyata dientot sambil nyempong kontol nikmat juga. Benar-benar pengalaman threesome yang tak terlupakan.

Jam 3 pagi baru aku diijinkan tidur, sedangkan jam 5 pagi sudah harus bangun dan siap-siap ke bandara. Dan tepat sebelum aku pergi aku mendengar suara Deyara.

"Astaga Kak Cherry! Siapa yang menyalakan lilin ini tadi malam... ini lilin birahi, aromanya membuat orang terangsang terus. Astaga..."

Oh, ternyata ini cara Aldo untuk menjebakku malam ini... ternyata pacar-nya sendiri yang terjebak. Rasain...

Akhirnya aku pergi juga meninggalkan kota ini dengan begitu banyak kenangan. Good bye Las Vegas… I will never forget you.

----

Bersambung



——
 
Terakhir diubah:
kok nga sekalian di DP cherry nya suhu?? tapi thanks updartnya
 
Thanks buat updatenya suhu. Tetap ditunggu kelanjutannya suhu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd