Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Karakter dalam episode ini

Deyara


Titien


Naya


Rivaldo


Ryno


Shaun


Darla


Edo


Boy
 
Terakhir diubah:
Episode 12 “Makanya jangan suka Iseng!”



Sudah cukup lama kita meninggalkan Edo dan Darla di New Jersey. Darla masih dalam perawatan psikolog karena trauma dengan kejadian dimana dia diperkosa oleh lima cowok dan disekap sampai berhari-hari. Sering ia terbangun tengah malam karena mimpi buruk. Dan traumanya itu juga sangat mengganggu hubungan seks dengan pacarnya, Edo.

Mari kita kembali ke beberapa hari sebelumnya.

-----

POV Edo

Pengobatan dari psikolog mulai terasa hasilnya. Darla terlihat makin nyaman dan makin terbuka, terutama waktu berhubungan badan dengan aku. Kalo awalnya sering konsentrasinya terganggu, sekarang ia sudah mulai menikmatinya lagi…

Beberapa malam sebelumnya Darla mendapatkan kembali orgasmenya…. ia sampai menangis kesenangan.

Hari ini malah ia yang minta. Tumben…

Menurut psikolog, Darla masih belum menerima sepenuhnya akan keadaannya, lalu menyalahkan diri sendiri. Menurutnya ia yang menjadi biang kerok permasalahan Deyara dan Aldo.

Soal pemerkosaan, berkali-kali ia dipancing untuk membicarakan tentang hal itu, tapi ia gak mau. Darla menyimpan dalam-dalam kejadian itu. Dan menurut psikolog ada perasaan bersalah besar dalam hatinya. Mungkin sekali ia sempat menikmati perkosaan itu sehingga ia malu sekali. Atau juga ia diperlakukan seperti binatang dan diperbudak dengan kasar. Harga dirina diinjak-injak oleh cowok-cowok yang tak bertanggung jawab. Jelas-jelas hal itu menekan psikisnya, membuat memori yang sampai sekarang tak dapat ditembus.

Syukurlah sekarang ini mimpi buruknya semakin jarang muncul. Darla makin dekat kepada kesembuhan. Mudah-mudahan semua ingatannya akan kikis oleh cinta kasih kita.

Sebelumnya aku sempat mempertimbangkan anjuran psikolog untuk merekayasa kembali kejadian yang sama. Aku disuruh mencari lima yang bersedia memperagakan kembali kejadian dimana ia diperkosa dan digangbang… Psikolog itu mengatakan dengan mengalami kembali peristiwa itu, Darla bisa menghadapi trauma terbesarnya. Menurutnya itu satu-satunya jalan supaya trauma Darla bisa hilang.

'Mana mungkin aku akan membiarkan orang yang aku sayang digangbang cowok-cowok lain. Gila! Bisa-bisa ia trauma kedua kalinya…'

Aku hampir aja mengiyakan walau besar sekali ganjalan. Untung aku sempat pindah ke psikolog lain yang memberikan alternatif penyembuhan lain. Sayang sekali ia gak mau cerita detail soal treatmentnya.

'Darla… aku janji akan membuat kamu sembuh!'

Makin lama aku makin mencintainya. Darla penuh perhatian kepadaku, dan senyumnya makin manis aja… Terkadang aku suka mencuri pandang melihat kerajinannya mengatur rumah. Pasti Titien dan Ryno beruntung sekali mempercayakan aset mereka kepada Darla.

“Edo, ayo dong… jangan cuma lihatin aku!” Darla mengerling.

Aku terkejut… sempat-sempatnya aku melamun, padahal gadis itu sudah menatapku dengan mesra diatas tempat tidur. Darla baru selesai mandi… dan keharumannya begitu menggoda.

Aku tahu sekali gaya gadis itu kalo lagi minta. Jelas sekali ia sengaja membiarkan handuk yang menutupi tubuhnya tersingkap, dan sekarang malah sudah dalam posisi menantang diatas tempat tidur.

Tadi aku iseng membuka pakaiannya, dan disambutnya dengan nakal…

Ia terus menunggu aku waktu aku membuka pakaianku satu persatu. Sengaja aku lama-lama, sehingga ia gak tahan dan langsung mengigatkanku. Tak lama kemudian tubuh yang sangat aduhai itu kembali terpampang jelas didepanku. Darla sangat

‘Bodoh sekali aku, sampai kepikiran soal psikolog, padahal ada gadis telanjang dihadapanku’ Aku membatin.

Segera aku mendekat dan tiba-tiba membuka kakinya…

“Ahhhh…!” Darla menjerit kecil, tapi ia terus membiarkan aku melihat organ intimnya. Manja sekali… aku masih terpana mengagumi karya seni yang terpampang jelas.

"Dilihatin aja?" Darla udah mau... Aku segera mendekatkan kepalaku...

“Aaahhhh ahhhhhhhh sssshhhhh aaaauuuuu!” Kali ini jeritannya makin menjadi-jadi, dicampur desahan ketika belhan selangkangannya ku lumat dengan lidah dan bibirku.

Darla terus mendesah… ia kelihatan menikmatinya. Tangannya terus menjambak rambutku, tapi kakinya terus membuka akses seluas-luasnya.

“Kamu mau itu kan?” Aku bertanya.

“Terus Kak!” Tumben ia panggil aku Kak!

Setelah foreplay hampir 10 menit aku langsung mengarahkan batang yang sudah tegang itu ke liang nikmat yang sudah menjadi sarangnya beberapa minggu terakhir ini. Darla menatapku lembut ketika kontol itu menyodok masuk… dan ia hanya melenguh kecil ketika tusukan yang lebih keras membuat organ senggamaku merebak masuk terus sampai mentok di mulut rahimnya…

Akhirnya batangku bisa kembali bersarang di liang senggama yang sangat nikmat.

“Oh Kak…!” Darla memelukku, dan aku membalasnya dengan kecupan di bibirnya.

“Nikmati sayang!” Aku mengusap tengkuknya.

"Terus Kak...!"

Benar-benar penyatuan yang nikmat… entah kenapa, kali ini terjadi tanpa halangan. Darla seakan pasrah dengan semua kemauanku, dan ia membiarkan kontol keras dengan helm besar ini memompa dengan cepat dan bertenaga.

Darla mendesah… menggoda aku supaya terus memompa…

“Terus Kak… aku mau…!”

Wah baguslah… padahal sebelumnya Darla sering hanya pura-pura menikmati. Aku dengar dari psikolog kalo ia jarang mencapai titik orgasme. Mungkin ada pikiran yang mengganjal… Kata-kata serta desahan Darla membuatku tambah bersemangat. Aku terus memompa dengan cepat... jurus andalanku.

"Aaahhhhh..."

Tapi kali ini semua terjadi secara natural. Darla menutup mata… dan ekspresi wajahnya jelas membayang kenikmatan. Aku masih menggedor sehingga terdengar bunyi tepukan antara tubuh bagian bawah kami.

“Aaaahhhhh… iyaaa… terus…!” Ia meraung kuat… tubuhnya mulai gemetaran, tanda orgasmenya makin dekat.

Aku makin bersemangat… jepitan liang itu masih marasa kuat membuat kontolku serasa dipijat dinding vagina yang lembut… benar-benar nikmat.

“Aaahhh… cepatttttttt!”

Aku juga makin kuat menghujam senjataku… memompa dengan mantap. Aku gak tahan lagi, ini benar-benar nikmat…. Akhirnya aku juga keluar...

"Crottt... crottt... Ahhhhhh enakkk!"

“Aaaaarrrrrgggggghhhhhh… Aku juga nyampe Kak Romeo!!!!”

Dengan sebuah pekikan yang kuat Darla berteriak sambil memeluk kepalaku. Hampir saja aku jadi tuli mendengar teriakan yang sangat dekat dengan telingaku.

Aku menyemprotkan sperma yang cukup banyak ke liangnya sampai banjir. Darla membiarkan aja aku buang didalam. Setelah itu aku menarik si otong sampai terlepas dan tidur disampingnya. Aku masih terengah-engah. Untuk beberapa saatnya aku gak bisa berpikir…

“Huhuhhhh…. makasih Kak!” Darla masih mengatur nafasnya setelah orgasme.

Aku membelai wajahnya yang cantik… Darla masih menutup mata. Cantik sekali, persis kakaknya dulu…

‘Kak? Eh tunggu.. Darla panggil aku tadi Kak Romeo?’ Aku baru sadar…

“Astaga!”

——-

Hari-hari makin berlalu, dan aku mencoba melupakan peristiwa itu. Aku tak pernah mengungkit kejadian dimana ia memanggil nama Romeo, dan menutupnya rapat-rapat di dalam hati.

Darla tidak pernah mimpi buruk lagi… tapi ia kembali memanggil-manggil nama Ryno dalam mimpinya. Ada apa sebenarnya…

Dan puncaknya malam ini.

Seperti biasa kami berhubungan badan sebelum tidur dan Darla menikmatinya. Ia memaksa kita melakukannya sampai tiga ronde… yah, Darla benar-benar telah kembali.

Tapi kemudian ia langsung tertidur pulas. Eh, mungkin terlalu capek. Aku segera membaringkan diri disamping gadis itu sambil menatap wajahnya yang kalem. Tak lama kemudian aku melihat ada gerakan-gerakan kecil di bulu matanya.. Darla bermimpi lagi.

“Ayo Kak Ryno, entot aku lagi!” Tubuhnya bergerak perlahan.

Kayaknya sudah fix, Romeo sempat selingkuh dengan Darla. Mungkin sekali waktu Titien gak di rumah.

“Kak Ryno, terus… puaskan aku!”

Wah…. kayaknya gadis ini udah terpesona dengan tusukan Ryno yang melegenda. Aku mulai terbakar cemburu, mengingat onderdil milik cowok itu sangat istimewa. Apa Ryno gak puas dengan Titien dan Naya, sekarang Darla juga dipoles…

“Kak Ryno… puaskan aku, seperti waktu kamu ML dengan Della?”

‘Ryno juga ngentotin Della?’ Aku kaget sekali.

“Astaga!”


——

Sore itu terasa lain. aku berjalan kaki pulang dari tempat kerja, setelah naik bus aku masih harus melewati beberapa gang kecil yang biasanya penuh dengan penjaja barang-barang haram. Untung aja sepi, sehingga langkah seseorang yang mendekatiku dari belakang cukup terdengar.

Kayaknya orang itu membuntutiku... Aku gak takut, Justru memancingnya mendekat dan secara tiba-tiba aku berbalik belakang mencari lihat wajahnya. Eh ternyata mantan sohib ku, Boy yang tak sempat lagi bersembunyi.

“Berani sekali kamu kemari, Boy! Apa kamu punya lebih dari satu nyawa…” Aku mengancamnya.

"Eh... gak..!" Boy balik belakang, tiba-tiba ia lari menjauh.

Aku berteriak mengejar cowok itu, dan ia pun tambah cepat berlari karena ketahuan. Aku mengejarnya sampai ia tersudut… serta merta aku mendekat sambil menggulung tangan kemejaku. Kepalan tinjuku dari tadi sudah mencium bau darah, dan aku yakin sore ini hanya satu orang yang akan keluar dari tempat ini.

"Boy, ucapkan saja doa terakhirmu!" Aku melangkah mendekat, sedangkan Boy yang tersudut hanya bisa menunduk.

“Edo… tunggu, dengarkan dulu penjelasanku!”

“Bajingan, kamu kira dengan kamu dipenjara, aku langsung memaafkanmu!”

“Bukan begitu… tapi dengar dulu!

“Brrruuuuuuaaakkkk!” Tinjuku menghantam telak di rahang kirinya. Boy tersungkur, namun ia tidak melawan.

“Kamu berhak memukulku,,, aku tidak akan melawan. Hanya dengarkan aku dulu!”

“Jahanammmm! Setelah apa yang kalian perbuat kepada Darla, kamu harap aku akan mengampunimu?”

“Bruuuuaakkkk!” Kembali sebuah bogem mentah masuk telak. Boy mencoba menghindar dan menanggis, tapi tetap aja gak bisa luput dari kemarahan orang yang sudah seperti kerasukan ini.

“Edo… tunggu!”

“Brrruuuuuuaaaakkkk!”

“Edo dengarkan aku dulu…. setelah itu kamu boleh buat apa saya yang kamu suka!” Mantan preman itu memohon kepadaku.

“Kenapa aku menurut kamu aku suka mendengar mu?” Aku teringat lagi kalo cowok itu sangat licik, dan lidahnya jago mengolah kata membuat aku dulu mempercayainya.

“Karena aku akan menceritakan kamu dimana Deni berada. Kamu tahu kan siapa dia, cowok yang membunuh Della"

Aku jadi terdiam dan kembali mengingat dendam lama.

"Oke, kamu menang. Bilang aja apa maumu?"



———-



POV Titien

Kayaknya pagi ini ada sesuatu yang kurang… apa yah?

Seperti biasa, aku bangun pagi lalu masak, Naya yang bangun kemudian, agak terlambat sih. Setelah itu Romeo, Dickhead dan Deyara. Kami sarapan bersama tadi pagi, sampai Naya berangkat pergi kantor dengan terburu-buru.

Hari ini adalah hari free-nya Deyara dan Romeo. Mereka nanti manggung lagi hari Rabu, jadi masih ada dua hari keduanya bebas gak kemana-mana. Sedangkan Shaun besok pagi sudah harus kembali ke San Diego untuk kerja. Ia sempat menunda beberapa kali, tapi kali ini gak dapat ijin lagi. Shaun harus berpisah dengan tunangannya.

Agaknya ada yang kurang…. apa yah?

Memang sih waktu sarapan kami hanya banyak diam. Mungkin masih capek, karena aku tahu Deyara dan Ryno semalam nginap di kamarnya Cherry dan nanti tadi subuh baru datang. Tapi bukan cuma mereka, Shaun juga kelihatan capek…

Eh tunggu… aku tahu apa yang kurang. Sikap Naya yang gak ceria seperti sebelumnya, itu yang membuat meja makan tadi kurang rame.

Setelah aku pikir-pikir keknya kelakuan Naya itu normal-normal aja. Mungkin aja kata-katanya kurang ditanggapi oleh Shaun ataupun Ryno. Shaun kebanyakan diam sambil makan… apa itu yang kurang?

Setelah aku analisa baru aku ingat. Biasanya meja makan dipenuhi dengan ledekan mesum ala Dickhead dan Romeo. Mereka akan terus membukan aib satu sama lain… tapi tidak kali ini, keduanya diam seakan sudah janjian.

Apa Shaun beneran gak tahu kalo Ryno sempat ngumpet di tempatnya Cherry?Kayaknya ada sesuatu…

Setelah mandi, aku menarik Deyara yang baru selesai olahraga pagi dan mengikutiku sampai ke kamar. Dan disana aku mendesak dia untuk menceritakan apa yang terjadi tadi malam.

“Maaf kak, aku sudah janji sama Kak Ryno gak boleh ngomong apa-apa!” Deya menatapku tertawa. Pasti ada sesuatu yang terjadi.

“Ayolah Deya, Kakak udah ijinkan kok Kak Ryno ML sama kalian berdua, tapi gak boleh simpan rahasia. Apa kalian main threesome?”

“Eh… emmmmmhhh!” Gerakan Deyara mengunci mulutnya berarti ia gak mau cerita.

“Aku curiga kenapa kalian pake rahasia-rahasiaan. Pasti ada yang terjadi…!” Aku tahu aku gak bisa memaksanya.

“Awas kamu Romeo, nanti aku gak kasih jatah sebulan baru tahu!”

“Eh iya Kak… tapi bukan cuma Romeo… Di… eh… ooopppsss!” Jelas kalo Deya hampir keceplos.

“Selain Romeo siapa?” Aku penasaran. Gak mungkin Shaun, cowok itu udah di tidur di kamar menemani Naya. Apa lagi Cherry sengaja menghindarinya, gak mungkin kalo ia tahu tempatnya.

“Maaf kak!” Deya terkikik.

“Udah, bilang sama Kakak iparmu… kalo dia gak mau ngomong, nanti ku gigit kontolnya!” Aku mengancamnya…

“Hahaha… iya kak!”

Aku berdiri hendak keluar ketika Deya berbisik kepadaku… Suara nya lirih, tapi aku dapat mendengar kata-katanya.

“Kak, colek pantatnya Kak Ryno!” Kata Deya sambil tertawa.

“Eh?”

Deya masih menatapku sambil memicingkan sebelah matanya. Pasti ada apa-apanya.

——

Ketika masuk kamar, aku terkejut measakan udara dingin. Ternyata AC dipasang kencang-kencang. Mungkin sekali Romeo masih ada di kamar.

Begitu menutup pintu aku menuju ke tempat tidur. Benar juga, cowok itu terbaring disana, tertidur pulas.

“Sayang, kamu cape yah?” Gak biasanya aku mendapati suamiku tidur siang. Biasanya dia sibuk dengan projectnya ataupun memanfaatkan waktu luang untuk bermain dengan instrumen musik, entah piano, atau biola ataupun saxophone.

Ryno agaknya kecapean. Otomatis aku meraba dahinya kalau-kalau ia demam, ternyata tidak. Ia hanya butuh istirahat.

Aku segera membaringkan tubuhku disamping suamiku. Ia tidur pulas seperti bayi tanpa mengetahui keberadaanku. Romeo masih mengenakan handuk, dan belum memakai pakaian dalam. Agaknya baru selesai mandi, langsung tertidur.

“Duhai Cherry dan Deya! kamu apain cowok ganteng ini semalaman sampai bisa tepar begini!” Aku membelai rambutnya…

Begitu memikirkan Deyara, aku mengingat kembali perkataan Deyara kepadaku… “Kak, colek pantatnya!” Mau-gak-mau aku langsung penasaran. Pasti ada sesuatu yang terjadi…

Iseng aku menyingkap selimut cowok itu pelan-pelan. Untunglah Romeo tidur menyamping sehingga mudah tanganku meraba bagian belakan tubuhnya. jariku pelan-pelan menuju sasaran, lalu mencolek lubang pantat cowok itu…

“Jangan… aduh.. aku gak mau, Dickhead!” Romeo mengeliat dan langsung melindungi bokongnya secara .

“Dickhead?” Aku kaget sekali. Ini sama sekali diluar perkiraanku.

——


“Nay, eh tumben sudah pulang?” Aku bingung Naya sudah pulang padahal masih jam 11 pagi.

“Baru selesai belanja, Kak! Biasa, keperluan Shaun” Jawab Naya ketika tiba dari kantor. Naya sengaja pulang cepat hari ini karena akan membantu mengepak barang-marang milik Shaun yang akan dibawa ke San Diego besok siang.

“Enak sekali pacarmu, Nay. Dia yang enak-enak tidur sedangkan kamu yang belanja semua keperluannya.” Aku menyindir cewek itu.

“Gak apa-apa Kak, lagian besok sudah harus pisah. Biarlah aku manjain dia hari ini. Shaun sudah bangun?” Naya balas bertanya.

“Belum, masih terdengar suara orang ngorok. Kalian tidak tidur semalaman yah?” Aku meledek adik iparku yang cantik ini.

“Eh, Kak Titien gak tahu yah kalo Shaun juga ikutan menyusul Kak Ryno dan Deya ke tempatnya Cherry!” Naya memberikan info penting.

“Huh? Jam berapa ia berangkat?” Aku kaget.

“Kira-kira 40 menit setelah mereka pergi!”

Aku mulai berpikir, ternyata Shaun juga ada disana tadi malam. Pasti ada apa-apanya antara Shaun dan Ryno.

“Kamu tahu apa yang terjadi tadi malam?” Aku bertanya kepada Naya, tapi ia hanya menggeleng.

“Palingan mereka ngentot, nakal juga yah si Cherry itu!” Jawab Naya.

“Bukan itu Nay, kamu llihat kan tapi pagi Ryno dan Shaun gak saling menyapa. Apa mereka bertengkar ato gimana? Tadi Ryno ngigau bilang Dickhead jangan!” Aku menjelaskan panjang lebar. Ternyata Naya gak memperhatikan hal itu… apa itu hanya pikiranku saja.

“Kak Titien sudah tanya langsung?”

“Romeo dan Deya gak mau bilang apa-apa!”

“Dickhead?”

Mataku berbinar-binar. Kalo ada orang yang gak bisa simpan rahasia pastilah Dickhead. Naya hanya tertawa melihat perubahan air mukaku.

Kami berdua segera menuju kamar Naya, dan membangunkan cowok itu. Tentu kalo dibangunkan kaget ia gak sempat berpikir, aku ingat interogasi gaya militer.

“Dickhead, kamu apain pantatnya Romeo?” Aku menggoyang tubuhnya sekaligus berteriak sehingga ia kaget…

“Bilang cepat, kamu apain pantatnya Romeo tadi malam?”

“Eh, Tien… gak… gak kok!” Shaun tampak gelagapan.

“Jawab aku! Cepat ngomong…”

“Gak masuk semua… eh…!” Shaun masih kebingungan.

“Apanya yang masuk?” Aku jadi curiga.

“Gak masuk semua, kok! Palkon doang yang masuk…” Shaun akhirnya keceplos…

“Kepala kontol kamu masuk ke pantatnya Romeo?” Naya kaget sekali dan mengulangi kata-kata Shaun.

“Eh, iya… tapi aku dijebak!” Kata Shaun.

“Astaga!” Aku kaget sekali. Ini semua gak bisa terbayangkan…

“Hahahahahaaaaa!” Terdengar ketawa Naya melengking. Gadis itu sampai bergulingan di tempat tidur karena sakit perut menahan tawa.

Mau gak mau aku juga ikutan tertawa. Padahal tadi sempat bingung, kasihan banget suamiku. Pantesan mereka dua gak mau bicara apa-apa.

Shaun juga menyadari kalo ia sudah keceplos. Ia langsung aja masuk kamar mandi tanpa memberdulikan kami yang masih mengandai-andai apa yang terjadi. Sukar untuk dipercaya…

“Dasar homo!” Naya mengejek cowoknya.


——-


Makan siang kali ini cukup ramai karena semua berkesempatan ada di rumah. Kebetulan sekali Naya cepat pulang tadi, dan ikutan makan dengan kita. Naya dan Deyara membuat suasana makin ceria, sehingga walaupun Ryno dan Shaun sama-sama tidak saling meledek, tetap aja rame.

Untung tadi aku masak enak… menunya, fillet ikan pake bumbu asam manis ditambah dengan sayur acar. Semuanya memuji-muji masakanku yang sengaja aku buat spesial hari ini.

Walaupun tanpa kata-kata, tapi aku senang melihat makanan yang tadi cukup banyak diambil Ryno ludes tak tersisa. Sementara itu Shaun malah menjilat jari dan piring bekasnya. Mungkin sekali ia suka dengan bumbunya.

“Pasti kamu yang masak…!” Tumben Shaun memuji masakanku, biasanya gak pernah.

“Tahu dari mana? Enak kan?”

Shaun menjilat piringnya sekali lagi…

“Aromanya sama dengan memek kamu!” Bingung juga Shaun memuji atau meledekku.

“Huh?” Aku jadi tertawa mendengar kata-katanya.

Dengan segera cowok itu mendapat tabokan dari Naya.

“Piring di jilat, dikirain itu pantatnya Romeo” Deya ikutan meledek Shaun.

“Ih… hampir muntah aku kamu ingatin soal pantat busuknya!” Shaun bergidik seakan jijik.

“Padahal tadi malam kamu jilat berulang-ulang!” Deya tamba berani.

“Tapi kan aku gak tahu, kalo itu pantat Romeo!” Kata Shaun membela diri.

“Astaga, Dickhead! Kamu jilat pantat Romeo tadi malam?” Aku menyimpulkan dari kata-katanya.

Naya menatapku kaget, lalu kembali menatap Shaun yang kelabakan.

“Kamu sih!…” Shaun memarahi Deyara yang keceplos tadi.

“Sudah… jangan dengar kata-kata Deya!” Ryno juga turut menimpali.

Aku dan Naya kembali berpandangan, curiga sekali. Kenapa Ryno turut membela Shaun. Pasti ada apa-apanya. Kok bisa Shaun menjilat pantatnya Ryno.

“Romeo, kayaknya anak ini mau dikerjain!” Shaun mencoba menangkap tangan Deyara, dan cepat dilelakkan gadis itu.

“Eh, aku gak bilang apa-apa!” Deyara membela diri. Ia sembunyi dibelakangku, dan dibawah perlindungan aku dan Naya, kedua cowok mesum itu tak dapat mengisengi Deyara lagi.

Sementara itu Naya masih mencoba memecahkan teka-teki. Tapi Naya kayaknya sama bingungnya dengan aku.

“Kak, aku jadi bingung. Kenapa Dickhead sampai jilat pantat Romeo?”

“Kayaknya iya, Nay! Kita harus interogasi Deyara."

“Eh kak… jangan!” Deyara mengambil ancang-ancang untuk melarikan diri tapi gak bisa keluar tangan kami.

“Apa yang kalian buat tadi malam kepada Romeo?” Deya hanya tunduk menahan tawa.

“Cepat Deya, cerita!” Aku bingung bagaimana menghadapi gadis ini…

“Kamu tahu kan kalo kamu sudah keterlaluan… boleh iseng tapi gak sampe seperti itu!” Kata-kata Naya menyudutkan Deyara.

“Maaf Kak, kami hanya bercanda doang, gak bermaksud apa-apa!”

“Cerita dulu sejelas-jelasnya apa yang terjadi di kamar Cherry tadi malam.”

“Kak, aku gak bisa!” Deyara melirik ke kiri dan kanan. Deyara menatapku dengan pandangan yang memberikan isyarat untuk melihat ke arah tasnya.

Aku baru sadar, Deyara kasih kode untuk cek hapenya.

Aku yang masih penasaran segera mengeledah tas milik Deyara. Aku baru ingat, kemungkinan besar Deyara merekam peristiwa itu dengan hape-nya. pantesan dari tadi ia melirik terus ke tas tangannya.

Ketika aku menemukan hape itu, dengan segera Ryno dan Shaun protes, tapi keduanya tak bisa buat apa-apa. Terlambat… maaf sayang, aku harus tahu apa yang terjadi.

Aku menyuruh Naya menghubungkan hape tersebut dengan televisi lewat Chromecast, dan kami semua dapat melihat file rekamannya. Tampak wajah Shaun dan Ryno harap-harap cemas ketika rekaman itu diputar.

Pemandangan pertama yang keluar adalah Shaun yang sudah telanjang bulat. Kontolnya sudah posisi siap tempur. Sementara itu matanya ditutup dengan kain sehingga tidak bisa melihat apa-apa….
Tubuh Shaun diputar-putar oleh Deyara sampai ia kehilangan arah, kemudian Deyara menuntunya keluar kamar. Cherry mengikutinya dari belakang.
“Sekarang kami akan nungging di tempat tidur, dan kamu harus meramas dan menjilat pantat kami. Eh, kalo mau gesek-gesek dengan kontol juga boleh, tapi dari belakang. Tapi kamu tidak boleh meraba atau menjilati memek kami. Mengerti?” Terdengar suara Deyara memberikan instruksi.
“Wah boleh tusbol yah?… ahaha!”
“Sesudah itu Shaun harus tebak, pantat siapa yang digrepe… kalo benar, boleh dilanjutkan sampe keluar. Gimana, mau?”
“Iya-iya…” Kata Shaun dengan semangat.
“Oke, sekarang kita ke kamar… Dickhead cari tebak yah?”
Tanpa ia sadari Deyara menuntunnya menuju ke kamar yang satunya, dan disitu ternyata Ryno sedang tidur telanjang dalam posisi tertelungkup, kelihatannya baru selesai mandi. Dan pantatnya yang putih kelihatan menantang.


“Astaga!” Aku sampai teriak, karena aku bisa menebak apa yang akan terjadi.
Naya juga ikutan tertawa kecil.

Sementara itu suara tertawa Cherry kedengaran pelan dalam rekaman.
“Ssssttt… diam!” Deyara berbisik.
Sambil meraba-raba Shaun masuk kamar dan naik ke tempat tidur… ia meraba kaki Ryno yang lagi tidur… dan dengan lembutnya ia membelai betis dan paha cowok itu.


Aku terus tertawa sambil membayangkan peristiwa itu.


Cherry segera berpindah tempat dan duduk di bagian kepala Kak Ryno, dan mulai mendesah.
“Hhhhhhhhh!” Desahan Cherry membuat Shaun penasaran, tangan Shaun yang kasar mengeranyangi paha dan pantat sohibnya. Shaun itu makin semangat, ia mulai menciumi pantat sohibnya pelan-pelan, dan merayap sampai ke belahan pantat.

Tambah sukar bagiku untuk menahan tawa… Naya juga udah terbahak-bahak.

“Aahhhhhh… hahhhhhhh!” Desahan Cherry makin menjadi-jadi membuah Shaun makin bergairah. Dengan ahlinya cowok itu mengeluarkan lidah dan mulai menjilat-jilat anus Ryno yang masih tidur dengan pulas.
“Aahhhh!” Cherry mendesah makin kuat ketika Shaun meramas pantat itu. Ia membuka kaki Ryno lebar-lebar.


“Aduh, ampun… aku gak tahan…” Suara tertawa Deyara mulai kedengaran.


Shaun gak tahan lagi, ia merubah posisi dan sekarang mendekatkan kontolnya, ia mulai mengesek-gesekkan kontolnya di belahan pantat milik Kak Ryno, sementara kami berdua sudah hampir pecah tertawa. Ini benar-benar lucu… Shaun menusuk lubang pantat itu dengan jarinya supaya makin lebar.
“Aahhhhh! ehhh!” Cherry mendesah lagi, kali ini merasakan kalo Kak Ryno bergerak sedikit. Mudah-mudahan ia tidak terbangun.
“Wah, beruntung sekali aku… pantatnya masih sempit sekali… ini mungkin Cherry. Hahaha…” Shaun sudah siap.

Aku dan Naya jadi makin tegang.

Tiba-tiba… Shaun menusuk dengan keras sedangkan Ryno terbangun kesakitan.
“Aaaahhhh apa ini?” Ryno balik belakang mencari tahu apa yang terjadi.
“Eh?” Shaun juga kaget mendengar teriakan sohibnya. Ia segera membuka ikatan matanya.

Aku gak tahan lagi, langsung tertawa keras-keras.

“Dickhead, ngapain kamu?”
“Astaga, Romeo? Kenapa kamu?”
“Astaga Dickhead, kamu mau tusuk aku?”
“Romeo, jadi itu kamu?”
“Aaahhhhhhhhhhhhhhh!” Terdengar teriakan keras kedua orang itu.
Adegan berikutnya Hape sudah dibawa Deyara dan Cherry menuju ke kamar satunya, membiarkan kedua cowok itu saling menyalahkan.
“Hahahahahaha…. Aduh, aku sampai sakit perut!” Deyara gak bisa lagi menahan tawa.
“Hahaha… aku juga… itu lucu sekali…!”
“Wah, kalo masuk beneran, rame juga yah?”
“Wah langsung longgar dong pantat Kak Ryno”
“Bisa gak tahan kentut yah?”
“Iya.. bisa-bisa di potong anunya oleh Kak Titien…!”
“Iya, kontolnya Dickhead di buat sosis… hahaha!”
“Kenapa sih cowok itu bego sekali…”
Terdengar kedua cewek itu masih tertawa-tawa. Sementara itu di kamar sebelah masih terdengar keduanya saling memaki…


Rekaman ini benar-benar lucu. Naya sudah dari tadi menahan tawa sampai harus lari pergi ke WC….

Aku dan Deyara sampai berguling tertawa di atas sofa, sedangkan Shaun dan Ryno juga ikutan menertawakan kesialan mereka. Tapi ada untungnya rekaman itu diputar, untuk pertama kalinya sepanjang hari itu aku melihat keduanya tersenyum… dan ledekan itu keluar juga.

“Dickhead, masak kamu gak bisa bedakan pantatku dengan pantat Cherry?” Kata Romeo sambul tertawa-tawa.

“Itu artinya pantat kamu lembek kayak cewek!” Shaun membalas.

“Bisa saja yang lembek-lembek itu tahi. Ihhh…jijik aku melihat kamu melumat pantatku… mana aku gak sempat cebok tadi malam.” Romeo masih tertawa.

“Bilang aja kalo kamu keenakan waktu aku lumat. Aku curiga jangan-jangan kamu sempat nyemprot” Shaun membalas lagi.

Aku dan Deyara langsung aja tertawa mendengar hujan ledekan dua cowok tadi. Pasti mereka akan saling ledek terus sampai malam.

“Dasar homo…!”

“Hahaha…!”


——-


Malam ini cukup spesial, kami berlima diundang makan di apartemen milik Om Dani. Ayah Aldo sendiri yang mengundang kami. Dari tadi kami sudah bersiap-siap, karena tepat jam 6 sore, kami sudah harus berangkat dengan mobil.

Sebelum keluar rumah, aku melirik sekilas kepada penampilanku. Sexy, modis tapi cukup sopan dengan gaun panjang Christina Ricci tanpa lengan. Baju ini adalah hadiah dari Romeo waktu valentine kemarin dan baru sekarang aku bisa memakainya.

Aku melirik ke Naya tampil dengan gaun yang chic, pasti mahal dan berkelas. Gaun yang panjang transparan berbahan halus, tapi memiliki belahan yang juga panjang. Tadi malah Naya sempat pergi ke salon untuk mengatur rambutnya, tapi gak lama.

Sementara Deyara juga tampil begitu sederhana malah terkesan kasual. Gaun sebatas lutut yang melebar bawahnya. Sopan sih, malah terasa agak konservatif, tapi cukup modis. Cuma gak seperti biasanya Deyara bergaya centil begitu. Mungkin ingin memberikan kesan sopan kepada calon ayah mantunya.

Dari tadi anak ini minta-minta ampun kepada Shaun dan Ryno, dan menurut percakapan mereka ia siap menerima hukuman dari kedua cowok itu. Aku sih gak tahu, tapi kayaknya mereka merencanakan sesuatu yang seru.

“Yuk, kita jalan!”

“Yuk, kami sudah siap!”

Aku menggandeng suamiku yang juga tampil begitu smart dengan tux modernnya. Sedangkan Naya menggandeng Shaun yang memakai jas pinjaman, mengingat semua bajunya sudah dipak. Shaun akan berangkat besok pagi ke tempat kerjanya di San Diego.

Akhirnya kami tiba juga di apartemen milik Aldo, dan cowok itu terlihat menunggu kami di depan pintu. Ia menyambut kami dengan senyuman dan mengantar kami menuju lift. Dengan segera Deyara menggandeng cowok itu yang juga tampil menawan.

Tadi di mobil aku sempat mendengar Ryno bisik-bisik ke Deyara, dan disambut dengan ekspresi horor dari sang gadis. Deyara akhirnya mengangguk menyetujui renjaca mereka. Entah apa maksud mereka. Aku sengaja membiarkan, mengingat keusilan anak itu tadi malam.

Dengan cepat aku mengagumi interior design di paviliun milik Ayah Aldo, yang dirancang dengan konsep mewah dan berkelas. Ruang makan berada di puncak gedung, dan dikelilingi oleh kaca, sehingga menawarkan pemandangan lampu-lampu Vegas strip yang begitu terkenal.

Shaun dan Ryno saja sampai minta difotoin. Dengan segera aku mengambil kesempatan foto berdua dengan suamiku. Mumpung sempat pake gaun…

Tak lama setelah kami duduk, terlihat Ayah Aldo datang mendekat. Ia menyambut kami dengan senyum lebar.

“Selamat malam Om Dani, apa kabar?” Kami menjabat tangannya satu per satu.

Om Dani menyambut kami sambil terus tersenyum. Ia kelihatan bahagia, menjabat tangan kami satu per satu dengan hangat. Ini jauh melebihi apa yang aku pikirkan, karena aku sempat mengantisipasi penyambutan yang kurang hangat mengingat sikap Ayah Aldo.

Dan sikapnya benar-benar berbeda ketika menjabat tangan Deya, Om Dani justru memeluknya dengan erat. Deya sampai kaget, gak nyangka.

Sambutan hangat Om Dani membuat suasana makan malam kita berbeda. Dengan seru kami berbagi cerita, dan ternyata Om Dani cukup mengenal orang tua dari Deyara. Ia banyak bercerita tentang masa lalu.

Om Dani cepat sekali berubah. Kalo saja aku belum tahu cerita waktu pertunangan Naya, aku tidak akan bingung seperti ini. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Dan yang paling beruntung adalah Aldo yang terus tersenyum duduk di samping Deyara sambil menggandeng tangan gadis itu.

Kami segera duduk mengintari meja makan yang sudah terhidang dengan berbagai jenis makanan yang kelihatannya enak-enak. Semua merasa penasaran mencium aroma yang menggugah selera. Malah beberapa botol wine yang mahal turut disediakan. Ini akan menjadi malam yang fantastis.

“Silakan, jangan malu-malu yah. Anggap makan di rumah sendiri!” Om Dani benar-benar tuan rumah yang baik.
“Iya Om, habis makan cuci piring kan!” Balas Naya.

“Hahaha… maksudnya jangan kalian malu-malu.”

“Iya Om, makasih. Makanannya enak-enak semua…!”

Kami semua makan dengan lezatnya, menikmati semua hidangan yang dimasak oleh koki yang handal. Romeo dan Shaun malah meladeni Om Dani yang kelihatannya suka minum anggur. Aku dan Naya menolak mati-matian, sementara Deyara justru ikutan minum walau gak sebanyak mereka.

Tidak terasa sudah lebih satu jam kita berada di tempat ini, rasanya baru aja. Ini benar-benar makan malam yang menyenangkan. Kami semua menikmatinya, rasanya lepas. Eh mungkin tidak semua.

Deyara sendiri kelihatan agak gelisah, sering aku melihat ia menahan nafas dan menggenggam tangan Aldo kuat-kuat, sering malah tersenyum sendiri. Entah apa yang terjadi! Tapi mungkin hanya aku yang perhatikan, karena Romeo asik bercerita sedangkan Shaun sibuk dengan hapenya.

‘Apa Deyara masih gugup kepada calon mertuanya?’

Berulang kali aku mendapati Deyara duduk dengan gelisah. Sedikit-sedikit ia merubah cara duduknya. Entah apa yang terjadi dengan cewek itu, mungkin gak nyaman.

“Eh, jangan berhenti dong. Jangan sudah kenyang bilang belum!” Om Dani kembali mengajak kami.

“Hahaha… kebalik om..!” Kami melayani canda tuan rumah yang membuat kita makin akrab. Mungkin juga pengaruh minuman.

Akhirnya makanan di atas meja ludes semuanya, tanpa malu-malu telah berpindah tempat ke dalam perut kami. Kami makan banyak malam ini, terutama Shaun dan Ryno yang menghabiskan steak yang cukup banyak dengan lahapnya. Eh, mungkin cuma Deyara yang makan sedikit. Ada apa sih dengan anak itu?

Shaun kembali menekan-nekan sesuatu di hape-nya. Entah apa, ‘Dasar Dickhead, masakkan waktu makan malam ia sempat main game.’

“Jangan Eh!” Deyara sempat protes kepada Shaun, tapi gak tahu apa maksudnya.

Aku menatapnya, tapi Deyara malah makin tertunduk.

Serta-merta Deyara kelihatan tegang… seperti menahan sesuatu. Matanya kelihatan membayangkan nafsu yang besar, entah kenapa. Tangannya menggenggam meja kuat-kuat, tubuhnya mengeras dan posisinya kini seakan-akan hendak berdiri. Tiba-tiba ia menutup mulut kuat-kuat sambil membuang nafas. Samar-samar aku mendengar bunyi desahan yang kecil… setelah itu Deya menarik nafas lega.

“Deya, kamu gak apa-apa?” Aku bertanya… Deya hanya menggeleng kepala.

Kejadian itu bukan hanya sekali, tetapi mungkin dua atau tiga kali. Sampai akhirnya Deyara minja ijin keluar.

“Aku butuh ke toilet bentar, Kak!” Ujar Deyara sambil cepat-cepat berdiri. Ia menarik tangan Aldo serta meminta cowok itu mengantarkannya.

“Waduh Deya, mau ke toilet kok berduaan?” Ledek Shaun yang melihat gelagat keduanya.

“Eh, aku mau pergi dengan pacar sendiri kok kamu yang ribet!” Deya balas mencibir. Sementara Aldo langsung berdiri untuk mengantarkan pacarnya.

“Gadis itu persis sekali ibunya…” Kata Om Dani melihat keduanya.

“Eh, Om kenal ibunya Deyara?” Ujarku penasaran.

“Chatelaine adalah salah satu teman baikku, juga Agus…!” Ayah Aldo menjelaskan, ia menceritakan sekilas tentang pertemanan mereka waktu kuliah dulu.

“Terus, kenapa Om gak hadir waktu Tante meninggal?” Aku bertanya penasaran.

“Itulah, aku kelihangan jejak Chatelaine, gak tahu di mana rimbanya. Agus juga ikutan menghilang. Eh, ternyata keduanya sudah menikah diam-diam… Aku juga baru tahu kalo Deyara anak mereka. Nanti kamu bilang sama Agus aku ingin bertemu, sekedar berbincang-bincang dengannya.”

“Sekalian lamaran yah?” Romeo ikutan menyeletuk.

“Hahahah… iya juga sih!” Om Dani tertawa dengan hangatnya.

Aku jadi penasaran, kata-kata Om Dani seakan memiliki makna yang berbeda. ‘Apa ia dulu pacaran dengan ibunya Deyara?’

“Hah ini dia, hidangan penutup kesukaanku… Es Halo-halo dari Filipina…” Om Dani memperkenalkan menu makanan pencuci mulut sewaktu pegawainya datang membawa baki. Aku melihat es yang disajikan, mirip es teler sih.

“Silakan… rasa dulu, pasti kalian suka!”

Aku melirik ke arah Ryno dan Shaun yang mengambil jatah mereka dengan enggan. Siapa suruh udah makan sampai kenyang, pasti mereka lupa kalo ada dessert! Aku coba mencicipinya, eh ternyata cocok di lidah.


“Aku ke dalam dulu yah sebentar!” Om Dani mungkin ke toilet juga. Sudah 15 menit Deyara belum balik-balik, apa ia sakit perut. Gelagatnya dari tadi kelihatan lain…

“Eh, Om! Aku juga mau ke toilet!” Dengan bergegas aku ikut mengiringi langkah Om Dani. Sebenarnya aku gak rasa kebelakang, hanya penasaran kenapa Deyara lama sekali.

Ketika kami berjalan melewati koridor rumahnya, kami mendengar sayup-sayup suara sepasang kekasih yang sementara mengumbar nafsu. Kami saling menatap dan makin mendekat. Astaga… itu suara Deya…!

Benar sekali, suara Deyara dan Rivaldo kedengaran jelas dibalik pintu yang gak tertutup sempurna.

“Deyara, masak mau gituan sekarang!”

“Udah, Rivo… kamu harus ngentot aku sekarang. Aku udah gak tahan… memekku udah gatal dari tadi.”

“Tapi Deya, di luar banyak tamu. Nanti ketahuan!”

“Ah persetan dengan mereka. Justru ini semua ulah mereka!” Kata Deya.

Aku penasaran dan mengintip melalui sela pintu, kelihatan Deya sudah telanjang, sementara berusaha menelanjangi cowoknya yang masih ragu-ragu.

“Deya… sabar dong, tahan dikit!”

“Aku gak tahan lagi Aldo. Aku butuh kontolmu sekarang….! Slupppp…” Terdengar suara gadis itu sementara menyedot kontol cowok itu dengan terburu-buru.

“Tunggu Deya… Aahhhhh….!”

“Udah keras, cepat masukan…. aku gak tahan lagi….” Deya meminta setengah maksa.

“Tapi kamu?”

“Udah, gak usah hiraukan. Aku udah basah kuyup dari tadi…!”

“Tumben kok kamu tiba-tiba aja mau…”

“Udah, diam aja… cepat masukin kontolmu!” Gadis ini benar-benar lagi sange.

“Iya.. iya… ini juga udah masuk kok!”

“Pompa yang cepat, buat aku puas… ahhhh!” Suara Deya terdengar jelas.

“Ahahahah… liar juga sepupumu, Titien!” Om Dani berbisik lirih setengah tertawa.

Jelas-jelas Deyara yang bernafsu dan menginginkan persetubuhan ini. Aku jadi malu sekali. Perbuatan Deyara benar-benar memalukan…

Kata-kata Om Dani seperti memicu sesuatu dalam diriku. Aku gak tahan lagi, segera aku masuk dan membanting pintu kuat-kuat, sehingga berbunyi keras. Om Dani gak sempat menahanku lagi.

“Bruakkkk!” Deyara dan Rivo lantas menghentikan percumbuan mereka…

Keduanya masih telanjang bulat, sementara kontol Rivo udah masuk ke dalam liang milik gadis itu. Keduanya terkejut mendengar bunyi pintu yang dibuka paksa.

“Jadi ini kelakuan kalian…!” Aku menatap mereka dengan marah.

“Astaga, Kak Titien!”

“Ayaaaahhhhh!” Aldo teriak melihat kalo ayahnya ada dibelakangku dan pasti tahu apa yang terjadi.

“Aaahhhh…!” Deyara langsung lari masuk ke kamar mandi, sedangkan Rivo langsung menutup tubuhnya dengan selimut.

“Udah, gak apa… Tien, gak usah marah-marah. Mereka dua udah dewasa kok. Cepat selesaikan dan keluar, papa mau bicara!” Kata-kata Om Dani yang tenang membuat aku malu.

“Iya, pah. Sebentar aku bawa Deyara keluar.” Kata Aldo dengan gentleman.

Setelah itu aku berjalan keluar menantikan keduanya, sementara Om Dani terus menuju ke dalam. Begitu sampai di meja makan terlihat Naya sementara mencubit telinga kedua cowok itu. Romeo dan Dickhead tampak kesakitan tapi tidak berani melawan.

“Ampunnn Nay… udah, aku gak berani lagi.”

“Iya, kami hanya mau iseng balas dendam. Gak nyangka hasilnya seperti ini!”

“Nay, udah dong!”

“Kenapa Nay, mereka usil lagi!”

“Tuh… Mereka menaruh vibrator kecil di kemaluan Deya, dan mereka terus main-main dengan remote di hape!” Naya menjelaskan kenakalan dua cowok itu.

“Astaga!” Pantesan Deya sampai menderita waktu makan malam. Kasihan banget anak itu, sampe dipermalukan di depan calon papa mertua lagi.


——


Naya hanya bisa ikutan tertawa sementara mengendarai mobil. Sesekali ia mencubit cowok macho yang ada disampingnya, tapi Shaun tampaknya gak perduli. Ejekan itu tidak bisa berhenti…

Sepanjang jalan pulang tak henti-hentinya Deya diledek oleh dua cowok itu. Shaun dan Ryno seakan udah diatur bersahut-sahutan mempermalukan Deyara yang ketangkap basah sedang mesum. Lebih parah lagi, didepan aku dan Om Dani gadis ini merengek minta ML sama cowoknya.

“Deya, lain kali kalo mau ngewe, tutup pintu dong!”

“Iya, ini udah buka pintu, pake mendesah lagi kencang-kencang!”

“Tapi aku kasihan lho sama Aldo yang jadi victim. Kayak barusan diperkosa dengan buas tadi…”

“Ia sampe Aldo menyerah sampai anunya gak bisa keras lagi… hahaha!”

“Bilang aja kalo Aldo gak bisa memuaskan kamu?”

“Eh siapa bilang?” Deyara protes cowoknya dibawa-bawa.

“Kayaknya Deya sengaja buka pintu supaya Om Dani stress sendiri… ia mau balas dendam waktu peristiwa tunangan lalu…!”

“Kamu kasihan dong sama Om Dani, udah lama menduda. Nanti kalo ia gak tahan, gimana?”

“Hahaha…..”

“Ehhh… bukan begitu…!” Deyara protes lagi.

“Deya, apa Om Dani tahu kalo kamu sempat dapat big “O” di meja makan tadi?”

“Hahaha… Kelihatannya Deyara menikmati benar. Sampai tutup-tutup mata segala…!”

“Iya, padahal baru lima menit aku taruh di speed 5, cepat sekali udah keluar!”

“Iya, karena kamu lupa charge hape. Terpaksa hapenya mati sementara di speed 5, jadi Deya langsung erupsi mendadak di meja makan…”

Kedua cowok itu benar-benar bikin Deyara stress, aku terus memeluk gadis itu yang wajahnya masih merah seperti kepiting rebus.

“Sial sekali aku…!” Deya merengut, dan mempererat pegangannya di tanganku.

“Sudah, palingan besok mereka sudah lupa lagi…!” Aku kembali membelai rambutnya.

“Terus aku harus gimana Kak?”

Om Dani sendiri gak marah soal Deya. Ia akhirnya mengerti setelah dijelaskan kalo Deya lagi dihukum oleh dua bandot mesum itu. Ia malah yang paling kuat terpingkal-pingkal waktu diceritakan bagaimana Deyara sempat dibuat orgasme di meja makan.

Bukan cuma Deyara yang jadi target, Rivo juga kena. Rivo juga hanya bisa tertawa sambil ‘menghibur’ pacarnya yang lagi ketimpa sial.

Kembali di mobil keadaan mulai tenang.

“Makanya Deya, gak boleh main-main dengan orang tua… pake rekam-rekam Dickhead menjilat pantat aku segala…!” Kak Ryno menutupnya dengan nasihat, sekaligus meledek sohibnya. Mungkin ia melihat kalo Deya udah malu.

“Jadi kalian sengaja yah?” Kata Deyara.

“Siapa suruh kamu iseng bermain-main dengan pantat orang. Hampir aja pantatku bolong ditusuk peniti…”

“Eh?” Shaun kaget.

“Siapa bilang punyaku sebesar peniti, coba kasih dulu pacarmu…” Dickhead gak mau kalah..

“Hush.. sudah, diam. Udah sampai…!” Naya langsung menengahi. Ia juga sadar, kalo gak dihentikan, pasti mereka akan lanjut terus.

Sementara itu aku menarik tangan Ryno supaya ia gak lanjut lagi. Akhirnya tenang juga keadaan dalam mobil setelah dari tadi ribut terus.

“Makanya Deya, jangan suka iseng!”

——-

Bersambung
 
Jadi suka karakter cherri, si goyangan maut, titin kalah kayaknya, kasihan adiknya juga cherri dinikmati bule jagoan
 
Waah keren... Ditunggu cerita selanjutnya
Happy holiday & Happy new year. 🥳🥳
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd