Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Karakter pada episode ini

Titien


Deyara


Keia


Naya


Rivaldo


Shaun


Doni


Cherry
 
Terakhir diubah:
Episode 4: Makna sebuah pertunangan


POV Titien

“Aldo, gimana sih sampai kamu dan Deya bisa baikan lagi?” Aku bertanya kepada cowok berwajah blasteran yang sedang memegang setir mobil. Kami berdua berada dalam kendaraan untuk menjemput Deya, Keia dan Shaun dari San Diego.

“Kak Titien kepo banget sih!” Aldo hanya tersenyum.

“Kok bisa ketemu di San Diego?” Aku coba mengingat-ingat cerita suamiku, Ryno.

“Kebetulan, kak! Gak nyangka sama sekali kalo Deya bisa nongol di zoo… Dan kebetulan ia juga terpisah dari Kak Ryno dan Shaun yang kebetulan ditarik oleh Keia supaya menjauh.

“Kamu beruntung sekali…”

“Iya kak, mungkin ini yang namanya jodoh!” Aldo tersenyum sambil memandang jalanan di depan.

“Kamu benar-benar serius dengan Deya?” Pertanyaan yang penting karena Aldo terkenal sebagai cowok playboy yang suka gonta-ganti pacar. Tahun ini aja, sudah hampir 5 cewek yang sempat jadi ‘korban’-nya.

“Kak, kali ini aku serius. Aku sangat mencintai Deyara, dan tidak pernah akan meninggalkannya.” Aldo menjawab tegas.

Aldo sudah sangat berubah. Hilang sudah gayanya yang plin-plan ikut yang hanya ikut-ikut keinginan orang tua. Cowok yang berada disampingku adalah seorang yang bertanggung jawab dan berani membuat keputusan. Bukan main, cinta bisa mengubah segalanya.

“Kamu siap LDR?” Aku mengingatkan kalo Deya masih kuliah dan Aldo harus kerja di perusahaan keluarganya.

“Iya Kak, aku siap demi Deya!”

Cowok ini sementara dibuai cinta. Jelas kelihatan kalo ia sementara berbahagia. Dari tadi aku melihat ada senyum mengintip di ujung bibirnya. Mudah-mudahan ia bisa langgeng dengan Deya.

“Kak, turun di sini aja. Nanti aku parkir mobil dulu” Aldo menepi sebentar untuk membiarkan aku turun duluan. Mungkin ia takut kalo mereka tiba lebih cepat dari jadwal.

“Oke deh!” Aku membuka pintu ketika mobil benar-benar berhenti. Dan tak lama kemudian mobil langsung melesat lagi menuju tempat parkir. Aku langsung aja menuju ke dalam terminal, masih cukup jauh jalan ke bagian kedatangan domestik.

Tak lama kemudian Aldo muncul dan menemaniku bersandar di rel yang membatasi area kedatangan. Ia penasaran karena aku membawa kertas tebal yang biasanya menjadi cover, lengkap dengan tulisan besar yang mudah dibaca. Kayak mau jemput tamu yang tak dikenal aja.

Dengan tersenyum aku menunjukkan tulisanku ke Aldo:

Welcome to Las Vegas:
Dua cewek gaul
Satu cowok gatal
“Hahaha… ide yang bagus, Kak!” Aldo sampai terkekeh melihat tulisanku.

Tak lama kemudian ketiganya muncul dari tikungan, dan aku langsung mengangkat kertas itu di depan dada.

“Astaga, Kak Tien…” Keia yang melihatnya tertawa, diikuti oleh Deya yang baru memperhatikan. Mungkin mata Deya sibuk cari-cari cowoknya terlebih dahulu.

“Titien… bilang aja kalo kamu sudah kangen kontolku… pake dipamer-pamer segala!” Shaun menyambut tulisanku dengan ledekan khas-nya.

“Eh?” Keia kaget dengar kata-kata Shaun yang mesum. Gantinya marah aku langsung merangkul teman baikku itu, tentu saja setelah Deya dan Keia.

“Gimana Tien, dari sini kita langsung ngamar, yuk?” Ajak Shaun.

“Ayo! Siapa takut!” Aku balas bercanda.

“Huh?!” Keia sampai melongo mendengar percakapan kami. Aldo juga ikutan tertawa-tawa.

“Hahaha… dasar, Dickhead!” Deya langsung menapok cowok itu sementara aku hanya tertawa membalas candanya.

-----

“Kak Titien, aku ke WC dulu yah?” Deya minta ijin.

“Eh, kok ke WC berdua?” Aku meledek Aldo yang mau mengantar Deya.

“Eh…!” Deya jadi merah.

“Ok, tapi cepat yah… jangan lama-lama!”

“Iya, cukup dua kali celup aja, nanti lanjut di hotel!” Shaun ikutan mengejek, sementara Rivo dan Deya sudah cepat-cepat menjauh. Keia menatap mereka sambil tersenyum.

Sementara menunggu Deya dan Aldo, aku memanggil yang lain untuk duduk dan pesan kopi di salah satu gerai yang ada. Maklumlah, baru bertemu kembali dengan orang yang dicintai.

Sementara aku pesan kopi ke barista, aku mendengar sekilas kata-kata Shaun. Ia lagi bercerita tentang masa lalu. Dan tentu saja ia mengulangi lagi cerita mesum tentang pengalaman dulu. Walaupun samar-samar tapi aku bisa tapi arahnya ke mana.

“…. Titien sendiri yang datang mendekat waktu aku lagi ngentot… bener lho, bajunya transparan dan gak pake dalaman…. Jembutnya lebat sekali… iya, waktu itu ia belum kawin, baru beberapa hari kenalan…. Iya, Titien malah pernah striptease di kamarku… ih, gak percaya, tanya sendiri ke Titien… ia beneran, ia kocok kontolku terus oral lagi… gak sih, tapi aku juga oral memeknya…”

Dari kejauhan aku menggeleng kepala. Shaun masih aja membanggakan kalo aku nafsu kepadanya. Dasar… pasti ia akan tutup dengan cerita waktu aku mengentotnya di ruang tamu. Rasanya aku harus keluar ada dari barisan antri dan melabraknya, tapi aku tahu kalo cara itu tidak akan efektif.

Benar juga begitu kembali membawa pesanan, aku sempat mendengar kata-kata Shaun terakhir. Ketika aku mendekat, mereka yang masih asik ngomong.

“Dari tempat tidur, Titien tarik aku…. Ia sudah telanjang bulat, dan ia langsung menelanjangiku… benar, ia paksa ngentot diruang tamu dan dipamer ke oang-orang rumah…. Eh, gak percaya… kejadiannya baru bulan lalu, kok!”

Keia sampai melongo tak percaya dengan perkataan Shaun.

“Astaga Dickhead, kamu ngomong itu lagi?” Tangan kiriku langsung mencubit cowok itu.

Keia jadi gugup melihat kedatanganku, mungkin malu ketahuan membicarakan kejelekan orang lagi. Gadis itu langsung memalingkan muka seperti pencuri kayak ketangkap basah. Aku cuma tertawa sambil menyuguhkan kopinya.

“Kamu percaya sama Dickhead?” Aku hanya menganggapnya bercanda.

“Kak? Eh… Jadi…. itu beneran kak?” Keia bertanya malu-malu.

Aku tidak menanggapinya, malah hanya tertawa. Aku malah duduk sambil menikmati kopi seakan tidak menghiraukan percakapan mereka. Dickhead tidak boleh disanggah, nanti malah tambah bahaya. Shaun juga duduk disampingku dan ikut menikmati kopinya.

“Dasar Dickhead. Pikirannya mesum melulu!”

Tak lama kemudian, Aldo datang mendekat bersama Deya. Ia tampat bergegas dan segera menjemput Keia. Mungkin ingin cepat-cepat karena ada tugas.

“Wah, mesranya! Apa tadi sempat dapat yah?” Keia langsung mengejek Deyara yang kelihatan mesra dengan pacarnya.

“Hush!” Deya kelihatan malu-malu.

“Padahal kemarin marah-marah soal Nia, sampe Shaun jadi korban. Eh, pas ketemu langsung klepek-klepek.” Tambah Keia.

“Eh…!”

“Keia!” Aldo membentak kaget, Deya kelihatan semburat merah dan malu sekali.

“Hahaha sorry Kak...” Keia langsung menarik Aldo menjauh. Mereka langsung pamit keluar.

“Kak Titien, Deya, Shaun kami pergi dulu yah” Keia langsung pamit.

----

Walaupun mereka sudah agak jauh, Deya masih terlihat kemerah-merahan. Pasti gadis ini merasa malu. Pasti ada yang sengaja ditutupi. Kayaknya Keia tahu.

Tak lama kemudian, aku dan Deya sudah berada di taxi online yang dipesan. Kalo di Las Vegas disini yang ngetop adalah uber, bukannya gocar atau grab. Deya disuruh duduk di belakang bersama Shaun, sementara aku bercakap-cakap dengan sopir.

Di mobil aku memperhatikan kalo Deya berbisik-bisik dengan Shaun. Pasti ada apa-apanya. Aku jadi makin penasaran, dan aku tahu kalo Shaun itu orangnya mudah keceplos. Kayaknya harus ku manfaatkan sebelum Ryno tanya duluan di hotel.

“Lita, apa Shaun tambah nakal di sana?”

“Iya kak, nakal sekali. Kakak tahu sendiri orangnya mesum level dewa” Deya mengerling… Bagus juga, kayaknya ia kena umpan.

“Ohhh, bukannya kamu yang mesum ke Shaun? Iya kan?” Aku coba memancing di air keruh.

“Eh, gak kok.”

“Keia bilang kalo kamu yang pancing-pancing dia untuk mesum…!” Pancingan kali ini agaknya akan berhasil. Aku melihat tingkah Shaun yang mulai gak sabar hendak bicara.

“Ihhh… bicara apa sih! Shaun tuh yang nakal!”

“Eh, gak mau mengaku… kamu kan yang mulai. Aku lagi asik nonton, eh tiba-tiba Lita datang udah telanjang minta dientot. Terpaksa aku pasrah aja...!” Jawaban klise ala Shaun.

“Hahaha… berarti kalian udah em-el yah?” Aku masih menahan tawa. Kayaknya ini rame. Satu hal yang aku pelajari dari Shaun, cowok itu jarang berdusta soal selangkangan.

“Eh Shaun, astaga!” Deya kaget. Langsung mencubit paha cowok itu.

“Jadi Lita main paksa, gitu?” Aku memancing lagi pura-pura bego, dan Shaun mengiyakan.

“Iya Tien… aku jadi korban perkosaan!”

“Eh, gak salah? Kamu yg ngocok kontol di depan aku duluan, pake mesumin aku di sofa. Terus yg masuk kamar mandi waktu aku lagi mandi tadi pagi siapa? Dasar mesum...” Deya main cubit. Aku makin sulit menahan tawa… untung aja kita bercakap pake bahasa Indonesia, sopir uber hanya memandang kebingungan.

“Tapi kan kamu yg tarik aku ke kamar, udah telanjang lagi. Kamu yg buka celanaku, terus menaiki tubuhku. Aku hanya pasrah waktu Lita masukin lalu pompa.” Shaun menjelaskan dari sudut pandangnya.

“Dickhead ih, sudah kubilang jangan ngomong soal itu lagi.” Deya tampak malu sekali.

“Eh bukan aku yang mulai kok. Kamu yg duluan ngomong. Aku hanya meluruskan fakta kalo kamu yang memulainya, buktinya kamu yang pompa terus sampe aku keluar”

“Ihhh astaga!”

“Benar kan?”

“Tapi itu kan?”

Aku gak tahan lagi, langsung tertawa kuat-kuat. “Hahahaha..!”

“Astaga, Kak Titien!” Deya malu sekali baru sadar aku ada di situ.

“Jadi ceritanya kalian ngentot yah?” aku masih tertawa.

“Cuma lima kali kok, terakhir tadi pagi spermaku diperas hampai habis...”

“Ihhhh Dickhead!” Deyara langsung menyerang cowok itu dengan cubitan.

——

“Dengar baik-baik Dickhead, karena kamu sudah em-el dengan pacar Aldo, kamu harus tanggung jawab gantiin Aldo di acara tunangan bentar malam.” Aku memaksa Shaun bangun. Kalo gak, pasti ia mau tidur seharian.

“Tapi? Kok bisa…”

“Udah nanti aku atur”

“Terus keuntungan buat aku apa?” Shaun masih lagi membujuk. Coba kalo ia tahu Naya yang akan duduk disampingnya.

“Beres, nanti aku kasih apa yg kamu paling inginkan dari dulu...” Aku bergaya genit kepada Shaun membuat cowok itu jadi kesemsem. Deya menatapku kaget, tapi diam ketika aku main mata.

“Eh kamu mau?” Shaun girang banget.

“He-eh… aku jamin kamu pasti puas. Gimana deal?”

Sounds good!” Mata Shaun berbinar-binar

“Oke, kalo gitu sore ini kamu ikut kita belanja baju untuk kamu, lalu ke salon untuk rapikan rambutmu. Setelah itu baru ikut acara…”

“Eh, aku gak mau. Masakan harus ke salon segala…” Shaun protes.

“Bener gak mau?” Aku menantangnya sambil menggoyang pinggul sedikit, cukup membuat cowok itu kikuk.

“Tapi nanti kita main bertiga? Threesome?” Gila juga…

“Sudah ku bilang, apa aja yang kamu suka…!”

“Deal!” Tanpa pikir panjang cowok itu menyetujuinya.

“Tapi ingat yah, sore dan malam ini harus ikut semua permintaanku…”

“Beres bos!” Shaun nyengir sambil menuju ke kamar mandi.

Deya menatapku curiga dan berbisik, “Kak beneran?”

“Kamu lihat aja. Jangan ganggu rencanaku.” Aku balas berbisik.

“Ok deh Kak”

——

POV Deyara

Sore itu kami berangkat duluan ke acara tunangan Naya dan Aldo. Aku juga sempat kaget kalo acara dilanjutkan, padahal jelas Naya dan Aldo tidak berencana menikah. Menurut Aldo sih acara ini cuma untuk menjaga nama baik. Kan minggu lalu sudah keluar undangan pertunangan, nanti orang bilang apa kalo acaranya batal.

Awalnya aku protes dengan keras… siapa sih yang mau pacarnya ditunangkan dengan cewek lain, meski cuma pura-pura. Tapi setelah dikasih penjelasan oleh Kak Titien, terpaksa aku setuju.

“Titien memakai gaun berwarna hitam dan dipadukan dengan warna orange muda. Sangat elegan, ia memang jago memilih busana. Untung ia sempat memilihkan baju untukku yang aku rasa sangat cocok…

Oh… jadi ini yang namanya Deyara, yah!”

“Selamat sore Om… Tante…!”

Eh, ternyata orang tua Naya sudah ada. Mereka mengajak kami mojol. Menurut Kak Titien, tadi malam mereka udah sempat makan bersama. Kayaknya orang tua Naya masih mau berbincang-bincang dengan Titien. Hehehe… Ge-er dia.

Kami masih asik ngobrol. Mumpung tamu-tamu belum berdatangan… masih ada dua jam sebelum acara mulai. Tapi, entah kenapa aku agak gugup menyadari kalo yang datang semuanya tamu terhormat.

Setelah perkenalan tadi, aku kaget karena papa dan mama-nya Kak Naya ternyata tahu banyak tentang keluargaku… dan tentang kenakalanku dulu.

“Kamu tahu gak, kalo kedua orang tuamu itu sahabat kami. Juga kakakmu Deyana itu salah satu sohib kental dari Nando, kakak dari Naya.” Ibunya menjelaskan.

“Selain itu kita kan berasal dari kampung yang sama, kami tahu kok kelakuanmu waktu kecil, suka manjat pohon dan lempar kulit manggis dari atas pohon…” Ayah Naya tambah cerita nostalgia.

“Iya, terus kamu lempar kena istrinya Pak RT!” Ibunya menyambung perkataan ayah Naya.

“Terus jadi heboh di kampung, kalo pohon manggis itu ada penjaganya… soalnya mereka gak bisa lihat kamu yang bersembunyi…” Ayah tambah mengungkap kenakalanku. Aku jadi malu… gak nyangka kalo ada yang tahu.

Kak Titien jadi tertawa lebar… gak nyangka kalo aku dulu nakal dan tomboy.

“Kamu dulu suka isengin ibu RT, kamu angkat rok-nya tinggi-tinggi terus minta maaf bilang salah orang…!”

“Bukan cuma itu, kamu sengaja injak genangan air dan tercimprat ke bajunya, pas mau dimarahi kamu pura-pura buta… supaya lolos dari hukuman!”

“Astaga…! Hahaha….” Kak Titien tertawa… bersama Naya di sampingnyal

Aku menutup wajahku malu sekali. Semua kenakalanku diungkap di depan Kak Titien… padahal sudah lama aku ingin lupakan.

“Hebat juga kamu Deyara…!” Kak Naya malah sampai merangkulku... entah kenapa ia terasa akrab denganku.

“Udah dong Om.. Tante… masak cerita tentang aku terus. Ganti topik dong… eh Om dan Tante udah punya cucu belum?”

Mereka menggeleng sedih…

“Anak pertama sih udah lama kawin dengan bule belum suka dapat anak… gak tahu kenapa…” wajah Tante dan Om melirik Kak Titien yang sudah jadi merah. Aku baru sadar kalo selama ini Om dan Tante memanggap Titien anak mereka.

“Eh, anak ke dua sebenarnya udah mau tunangan, eh putus tengah jalan…”

“Gitulah Deya, kedua anak gadis om, dua-duanya kepincet cowok bule, apa Naya kejangkit sama kakaknya…” Ayahnya menambahkan sambil melirik ke Naya.

“Pah, Mah… ihhhh…” Naya cuma tertawa.

“Jadi papa dan mama tidak setuju punya menantu bule?” Titien bertanya.

“Gak kok, kali ini kami tahu kalo cinta itu gak bisa dipaksakan. Makanya Naya didorong supaya cepat kawin, kami udah ingin gendong cucu…”

“Itulah, bawa aja cowok itu kemari Titien, supaya langsung disuruh tunangan…” Ibunya ikutan memanas-manasi.

“Kalo gitu aku panggil Shaun sekarang, yah?” Titien sukses membuat Naya gugup.

Naya jadi salah tingkah… semua mata tertuju padanya.

“Gimana Nay? Kita panggil aja dia kesini suruh tunangan sama kamu?” Titien bertanya… Naya kelihatan kaget. Ia gak nyangka….

“Ihhhh… gimana sih! Kan sudah janjian dengan Aldo… terus dia ada dimana sih? Eh, belum tahu lagi kalo dia mau…!” Naya cari alasan, tapi jelas kelihatan kalo ia gugup…

“Kalo soal Shaun mah gampang, tapi yang pertama tanya ke Naya dulu. Kalo Naya mau, aku lebih suka kok kalo Shaun yang duduk dipelaminan, bukan Aldo… apalagi hubungan kamu dengan Aldo hanya pura-pura!” Ayah Naya bicara tegas.

“Nay, gimana…?”

“Tapi Kak, Shaun ada dimana?” Naya masih gugup.

“Eh, kamu dulu yang kasih keputusan. Kalo kamu bersedia aku akan panggil Shaun datang!”

“Jadi gimana Nay?” Ibunya ikutan mendesak Naya.

“Aku sih mau…! Tapi….” Naya akhirnya setuju. Tapi ia masih deg-degan.

“Kalo gitu baguslah… Tien, cepat panggil Shaun supaya gak terlambat!”

“Iya pah!” Titien menangguk sambil membuka hape-nya…

Aku masih melihat wajah Kak Naya yang masih harap-harap cemas.

-----

“Aldo!” Aku melihat Aldo dan Keia memasuki ruangan. Mereka baru tiba…

“Aldo… sini…!” Kak Titien memanggil mereka yang segera mendekat. Masih agak jauh sih…

“Ohhh itu toh pacarnya Aldo… cantik!” Ayah Naya memperhatikan Keia yang tampil anggun.

“Mereka kelihatannya serasi…” Ibunya juga turut kasih komentar. Entah kenapa aku merasa gak senang.

“Halo Om… Tante… perkenalkan ini Keia!” Aldo memperkenalkan Keia kepada mereka.

“Beruntung banget kamu Aldo. Pantesan ia gak mau sama Naya!” Sempat-sempatnya Om menggoda anaknya.

“Eh, bukan….!” Aldo langsung sadar…

“Mah… Pah… Keia itu sepupu Aldo kok!” Titien langsung jelaskan.

“Ohhhh…. Kirain.” Orang tua Naya langsung maklum kalo mereka salah menduga.

“Maaf, soalnya Om penasaran yang mana pacar kamu? Katanya ada disini!” Kata-kata Ayah Naya langsung membuatku merah karena malu…

“Pacarnya benar ada di sini?” Tante juga ikutan penasaran.

“Hahaha… rasain kamu Deya” Suara Keia membuka identitasku membuat aku jadi salah tingkah… udah merah sekali… “Tuh orangnya…” Katanya sambil menunjuk ke aku.

“Oh… astaga! Ternyata dunia ini sempit yah…”

-----

“Eh, ngomong-ngomong mana Shaun?” Tanya Keia sementara kita semua ngobrol.

“Kamu kenal Shaun?” Naya jadi kaget…

“Iya dong. Kami terbang kemari dari San Diego tadi pagi, bersama Shaun.” Keia jelaskan.

“Apa? Ngapain dia di San Diego?” Naya kelihatan kaget sekali.

“Shaun baru beli apartment di San Diego, kan mau kerja di sana. Tapi tadi dijemput Kak Titien, bersama aku dan Deya. Karena mau hadir acara ini!” Keia mencoba jelaskan…

“Astaga… ini pasti kerjanya Kak Titien…!” Naya mencari kakaknya, namun sudah keburu pergi menjauh. Tadi Kak Titien pamit mau angkat telpon.

“Kamu belum tahu?” Keia jadi bingung, sementara Ayah dan Ibu Naya sudah tertawa. Rahasia yang mereka atur bersama Titien tadi malam terbongkar…

Naya langsung tahu… “Astaga, jadi Papa dan Mama sudah tahu?”

“Hehehe… Titien udah bilang kok tadi malam…!” Ibu Naya buka rahasia.

“Ihhhh… nakal!” Naya tampak tambah gugup.

“Tapi kamu mau kan?”

Naya diam aja…

“Oke deh, tuh orang tua Aldo sudah ada. Nanti ayah yang ngomong langsung ke ayahnya… supaya Shaun yang menggantikan anaknya!”

Naya masih terus diam… tapi jelas matanya bersinar indah.

----

“Eh, Shaun di mana? Udah banyak orang…!”

Waktu Kak Titien kembali semua tanya ke dia umpetin Shaun di mana. Kak Titien hanya tertawa-tawa.

“Udah kok, Shaun udah dekat. Baru selesai gunting rambut di salon sebelah situ!” Titien memlesakan.

“Tumben Shaun mau ke Salon!” Naya tertawa, ia tahu sekali gimana karakter pacarnya.

“Karena dipaksa, kan mau ditunangkan….”

“Tuh dia sudah di pintu. Aku panggil yah?” Aku ikutan ngomong.

“Eh jangan dulu…” Naya masih menolak.

“Kenapa…?” Aku bingung.

“Aku belum berdandan… tuh make-up ku udah mulai luntur. Kak Titien sih gak bilang-bilang.” Naya jadi gugup.

Orang tuanya langsung tahu… dan mereka terus menatap Shaun yang menuju kemari dengan langkah tegap.

-----

“Selamat malam semua… met malam Om dan Tante… Nay…!” Shaun menyapa kita semua dengan hormat.

Cowok tampak tampan sekali, dengan kemeja putih dan celana panjang dan sepatu. Memang sebelumnya ia sudah disuruh Titien pake pakaian itu.

Awalnya cowok itu masih berdiri di pinggir meja, menunggu untuk diijinkan duduk. Gayanya yang sopan dan tahu tata krama membuat orang tua Naya tercegang.

“Shaun… masih sini!”

“Ayo, duduk di samping Naya”

“Makasih Om… makasih Tante!” Perangai Shaun benar- benar berubah menjadi gentlemen sejati…

‘Wah, bisa mulus rencana kita’

----

“Om… Tante… aku pinjam Deya dulu yah!” Rivo mengajak aku menemui orang tuanya…

“Kak Titien… Kak Naya… aku tinggal sebentar yah?” Aku pamit ke mereka semua. Jadi malu, semua memandang aku yang kini berjalan disamping Rivo…

“Deya… tarik nafas dulu yah… supaya gak gugup!” Kak Titien kasih nasihat… tapi aku malah tambah gugup.

Aku melangkah pelan-pelan, seakan enggan menuju ke sana. Dari tadi jantungku terus deg-degan… apa yang akan terjadi. Jangan-jangan mereka gak senang. Tanganku menggandeng Rivo dengan kuat… aku gugup sekali.

Semakin aku mendekat, semakin gugup. Aku melihat Ayah Rivo sempat ngomong sebentar dengan Ayah Naya. Ia kelihatan kurang senang… mungkin ia marah karena Shaun akan menggantikan Aldo duduk di pelaminan.

“Mat malam Pa… ini pacarku, Deyara!”

Ayahnya memperhatikanku dan mendekat… matanya tajam seakan hendak menelanku.

“Jadi kamu si perusak anak orang!” Ia kelihatan marah.

“Ayah… sabar dong!” Tapi Ayah Rivo gak kenal kata sabar.

Tangan Ayah Rivo bergerak cepat menuju ke pipiku… aku mau ditampar… Astaga!

----

Sudah cukup lama kita tinggalkan Doni di Indonesia. Kisah ini terjadi minggu yang lalu di Manado.

POV Doni

Pagi ini benar-benar spesial, aku dibangunkan oleh keharuman makanan yang lezat. Kayaknya nasi goreng, eh siapa yang masak?

Hmmm ada apa ini? Aku curiga karena tidak biasanya masakan dari dapur bawah mencapai kamarku. Pasti makanan ini berada didekatku.

“Mat pagi sayang!”

“Cherry, what a surprise! Eh kamu datang kapan?” Tumben pagi-pagi pacarku sudah ada di kamar, malah membawa nasi goreng dengan teh hangat.

“Dari jam 6 tadi, rencana bangunin kamu tapi gak jadi.” Cherry menaruh piring di meja kecil dekat tempat tidurku. Ia duduk disampingku di tempat tidur.

“Wah udah latihan jadi istri yah?” Aku menggodanya. Cherry hanya tertawa.

‘Cherry.. Cherry… kamu cantik sekali pagi ini. Apalagi pake baju minim gitu, tanktop dan hot pants doing. Apa ia sengaja menggoda aku yah?’

“Yuk makan!” Ia membuat lamunanku buyar lagi.

Aku melirik kilas ke jam dinding yg menunjukkan hampir jam 7 pagi. Dikit lagi ia bersiap pergi kerja.

“Ok, asal kamu temani!”

Ia mengambil sendok, dan mulai bersiap untuk menyuapiku. Wajahnya terus dihiasi senyuman manis.

‘Ini kesempatanku!’

Dengan cepat aku menarik tubuhnya hingga terlentang di tempat tidur, Cherry hanya tertawa mendapati tubuhnya sudah ditindih tubuhku. Ia membiarkan saja tanganku menggeranyangi tubuhnya. Tumben udah pasrah… biasanya harus digombalin dulu.

Kayaknya masih cukup waktu buat quicky, aku meremas bongkahan dada yang kenyal itu

Cherry meraba kontolku yg sudah tegang. Ia terus menatapku dengan pandangan berbinar-binar.

“Makan dulu, udah mau dingin masakannya.” katanya sambil tersenyum.

“Soal makan sih gampang, tapi ini... nanti gak keburu!” Tanganku turun membelai gundukan kecil di selangkangannya.

“Haha, udah mau banget yah?” Cherry membiarkan aku mulai membuka hotpants yang ia pakai secara paksa. Ia juga tidak melawan ketika tanganku mulai menyelinap masuk ke balik CD

“Masih sempat kan?” Tangan ku mulai membelai nakal... Aku udah tahu tempat-tempat sensitive pacarku. Dengan cepat sekali nafsu-nya mulai naik

Cherry tersenyum dan berbisik pelan. “Hari ini aku libur, gak perlu quicky... ahhh” Ia mendesah

“Ah benar? Baguslah...” Tangan kiri ku makin nakal aja. Cherry udah basah kuyup.

“Eh Don?” Tiba-tiba aku menarik tangan ku keluar. Cherry protes, kayaknya ia udah mau, mungkin kentang...

“Makan dulu, udah mau dingin” Aku kembali mengambil makanan.

“Dasar…!” Cherry hanya tertawa.

“Satu kosong sayang…!”

——

Entah mimpi apa semalam, begitu aku kembali dari gosok gigi, aku langsung disuruhnya tiduran. Cherry mulai aktif, tangannya yang kecil namun telaten mulai menelanjangi pakaianku. Dengan penuh nafsu ia mulai menggeranyangi tubuh telanjangku, mengisap putingku dan mengocok kontolku.

Ihhh… anak ini nakal sekali, kontolku langsung tegang… udah siap perang nih.

Aku bangun dan duduk supaya dapat balas menelanjangi pakaiannya. Kali ini Cherry menolak walaupun tanpa kata-kata dan wajahnya masih tersenyum menggoda. Ia pasti ingin aku berusaha lebih keras lagi.

“Hihihi…!” Cherry menghindar waktu bangun dari tempat tidur. Terpaksa aku berdiri mengejarnya… ia terus berlari menjauh… ih, bikin nafsu orang aja.

Akhirnya setelah beberapa menit kejar-kejaran, Cherry tertangkap juga, aku memaksa tarik tanktopnya sampai terbuka tapi ia melawan. Aku mengelitik tubuh rampingnya menyebabkan ia terus tertawa sehingga pertahanannya jadi longgar.

“Ayo dong... masak cuma aku yang telanjang!”

“Tunggu… jangan!”

“Eh? Kenapa”

“Eh aku baru ingat!” Ia protes dan merapikan kembali baju atasnya.

“Ada apa sih?” Aku gak sabar…

“Sabar yah…!” Cherry cepat-cepat memakai kaos lagi dan melangkah keluar.

“Cherry sayang, mau kemana?”

“Aku baru ingat, koperku masih di muka pintu. Aku masukin dulu…” Cherry mengeluarkan lidah seakan meledekku.

“Ihhh kentang deh...”

“Hehehe, satu sama sayang!”

——-

“Wah, Cher… kamu mau pindah rumah yah?” Aku kaget melihat kalo ia membawa koper yang cukup besar.

“Aku mau nginap disini sampai hari Senin, boleh kan?” Cherry tersenyum malu-malu.

‘Wah, alamat ngentot terus week-end ini!’ Aku mulai berpikir mesum. Ini benar-benar ketiban rejeki anak sholeh…

“Tentu saja kamu boleh nginap disini selama kamu mau… asal…” Aku sengaja menggantung.

“Hahaha… aku tahu kok yang kamu mau. Jangan kuatir…!” Cherry benar-benar mengoda. Gayanya yang genit membuat aku penasaran… Cherry makin mendekat… dan berbisik pelan… duh, godaan apa lagi.

“Kali ini kamu bisa masukkan di lubang mana aja!”

‘Eh?” Aku kaget, ini undangan yang hot. Apa benar ia mau main anal?

Sementara aku masih tersentak kaget, Gadis itu menarikku ke tempat tidur, dan mulai membuka bajunya… aku hanya bisa mengikutinya dari belakang. Cherry sudah telanjang bulat, membuat mataku bisa menyantap jelas pantat yang kencang yang bergoyang dengan indahnya, dan pinggul yang genit menantang. Cherry sengaja menggodaku, Tumben…

Tepat di pinggir tempat tidur ia berhenti lalu menarik tanganku memeluknya dari belakang. Aku mendekat, dan Cherry memalingkan wajahnya untuk menciumku… ihhh… kayak ciuman di film Titanic.

Tangannya terus menahan tanganku seakan tidak mau melepaskanku, sementara lidahnya menjelajah dengan nakal…. Suatu ciuman panjang dan penuh nafsu. Gadis ini benar-benar udah terbakar…

“Mmmmmpppphhhh!” Akhirnya ciuman panjang itu berhenti…

Sedari tadi tanganku sudah berada di atas kedua bongkahan dadanya… sedangkan tubuhnya dari tadi menggeliat dengan nakal. Tapi kali ini ia yang menaruhnya disitu. Gadis ini benar-benar nafsuin, ia menempelkan pantat kencangnya di kontol ku yang sudah tegang.

“Hihihi… udah mau kan?” Cherry menggoyang pantatnya dengan nakal. Aku gak tahan lagi.

Aku mendorongnya jatuh ke depan di tempat tidur, tapi ia justru berbalik. Sementara ia duduk di pinggir tempat tidur, ia mulai memegang kancing bajuku… tatapannya sungguh nakal menggoda.

“Tunggu yah, sabar sayang!” Cherry tersenyum.

Kali ini ia yang aktif membuka pakaianku dan menjamah tubuhku. Tangan nakalnya kembali hinggap di batangku yang sudah sangat tegang.

“Ahhhh…!” Aku hanya bisa mendesah pasrah ketiga gadis yang sudah nafsu itu mengocok kontolku… bukan cuma itu, kali ini ia menciumnya pelan sebelum membuka mulut selebar-lebarnya untuk menelan batang itu masuk sempurna. Dengan nafsu Cherry mengulum kontolku… ia terus memanjakanku walaupun kelihatan gak nyaman dengan posisi gini.

Cherry terus mengulum… ia buat yang sebaik-baiknya, sampai aku hampir keluar. Yah… hampir aja!

“Capek… kamu naik sini!” ia mengundang aku naik ke tempat tidur dan berbaring. Ia naik ke atasku, dengan wajah di atas kontolku… posisi 69 baby!

“Ahhh….!” Kali ini Cherry yang mendesah… ia menyodorkan memeknya di depan wajahku, dan mengundang lidahku bermain di sana. Tanpa menunda-nunda aku balas menyerang liangnya… Cherry merintih… memeknya sudah basah kuyup.

Aku masih terheran-heran melihat keberuntunganku kali ini. Biasanya aku hanya di kasih jatah bulanan karena kesibukan, tapi ini… gadis itu justru yang mengambil inisiatif. Apa ada sesuatu? Mungkin sih!

Tapi aku gak bisa berpikir panjang… Cherry sudah berbalik dan kini duduk diatas tubuhku. Ia mau main dengan gaya WOT… ia menurutkan pinggulnya dan menelan kontolku dengan memeknya yang sudah basah. Ia mulai bergoyang lincah… Cherry liar sekali… tubuhnya meliuk indah dan kembali menghujamkan pinggul dengan telaten. Aku ingat sekali, ia menggunakan putaran pinggul yang terkenal dashyat.

“Cantik sekali…” Tapi Cherry tak perduli lagi dengan pujianku. Ia terus bergoyang dan memompa… ia meminta aku supaya jangan tahan-tahan…

“Aaahhhhh…..!” Tubuh gadis itu gemetaran kuat…. Sampai terkejang-kejang berkelojotan… dan akhirnya melengkung indah sambil mengedan kuat, menandakan kalo ia sudah orgasme. Aku merasakan kontolku tersiram cairan hangat… dan sempat tergenjet indah dalam kontraksi otot memeknya tadi.

Aku juga sudah keluar…. Cepat sekali, eh… maklum dong, ia liar sekali hari ini. Aku gak mampu menahan lagi… apalagi tak ada yang perlu ditahan-tahan.

Cherry menatapku tersenyum.

Aku mencapai puncak pertama yang sangat indah, tubuh gadis itu jatuh diatas ku. Ia membiarkan spermaku memenuni rahimnya… malah sempat meluber keluar saking banyaknya. Tapi Cherry gak perduli lagi…

“Don sayang! ronde ke dua aku mau anal!” Ujarnya sambil tersenyum. Aku hanya bisa pasrah aja… gak nyangka hari ini aku akan mengambil keperawanan analnya….

Hari itu benar-benar menjadi sejarah baru. Kami ngentot seharian… hanya diselingi dengan waktu makan dan minum. Kontolku terus dimanjakan, menyembur dalam tiga lubangnya… satu kali di kamar mandi, juga di sofa ruang tamu.

Benar-benar seks yang liar.

Malamnya setelah seks terakhir, Cherry memujiku lagi.

“Sayang, kamu benar-benar terbaik! Kamu selalu membuat aku nyampe… aku selalu takluk, kamu pria perkasa!”

Apa ia bicara soal ukuran kontolku yang sempat diupgrade oleh treatment rahasia ala Kak Ryno? Atau maksudnya gaya gedorku dan staminaku yang terus ditempah oleh latihan rutin dan keras? Atau juga karena teknik bercintaku yang diajar langsung oleh suhu Brenda dan disempurnakan oleh beberapa gadis idola? Entah apa yang membuat ia begitu, tapi aku benar-benar nyaman.

“Udah, bobo dulu… nanti besok kita lanjut!”

“Tapi besok aku mau lain lagi…!” Cherry berkata malu-malu…

“Mau apa sayang?”

“Kamu ikat aku di alat-alat gym… lalu kita juga ngentot pake penutup mata di ruang dapur, kamu tuang aku pake custard and milk, eh, habis itu kita main di ruang belajar tapi aku pake kostum seragam SMA, mau kan? Juga aku mau didobelin pake dildo… Semuanya ada di koper lho…” Cherry berbisik lagi. Baru rencananya aja sudah sukses buat aku nyut-nyutan mendengarnya.

“Wah sudah persiapan yah?”

“Sudah, tidur aja! Kamu butuh istirahat… aku mau kamu segar besok pagi!” Cherry menciumku.

Gadis itu terus memelukku dalam keadaan telanjang.

Tanpa ia ketahui aku sms temanku supplier obat kuat. Kayaknya aku butuh untuk besok sampai hari senin… sudah ku bilang ini week end yang panjang.

-----

Besok malam….

Kali ini kita berdua lagi peluk-pelukan sebelum tidur. Kembali hari ini diisi dengan berbagai sensasi seksual yang sebelumnya hanya ada di angan-anganku. Cherry benar-benar memanjakanku… dan hebatnya, masih ada hari esok.

“Sayang… tumben kamu liar sekali dua hari ini?” Aku penasaran juga.

“Aku mau cerita tapi jangan marah, yah?”

“Mana mungkin aku marah…!”

“Janji?”

“Janji!”

“Gini… aku akan diutus dari tempat kerja untuk ikut pelatihan selama dua bulan di Toronto, Canada. Aku terpilih mengikuti program SEDS training dari Humber Institute sebagai penggalak e-entrepreneur di Manado. Programnya bagus sekali, dan aku beruntung bisa terpilih di antara ribuan… kamu kasih ijin kan?”

“Aha… ternyata ini maunya!” Aku hanya bisa tersenyum.

“Ihhh… nakal. Tapi beneran yah, Sayang ijinkan aku pergi, kan?” Cherry menatapku dengan pandangan manjanya yang khas… mana bisa aku tolak.

Sebelum aku jawab ia langsung mencium pipiku…

“Makasih yah sayang, nanti aku bawain oleh-oleh…. Dan kalo aku kembali, nanti aku cuti seminggu bersama kamu…!” Cherry terus berjanji. Ia tahu kalo aku sudah menyetujuinya.

“Nanti Melania yg bantu masak sambil bersih-bersih sambil jagain kamu. Eh gak boleh macam-macam ke Nia yah...” Cherry tertawa.

“Tapi kalo icip sedikit boleh kan?”

“Dasar cowok, gak puas kalo ditinggalin… kamu gak bisa hidup yah tanpa cewek? Tapi ahhh… Berarti aku juga boleh dong main-main dengan cowok bule, gimana?” Ia menantang.

“Eh gak boleh!” Aku gak bisa membayangkan kalo Cherry kecantol cowok lain.

“Hihihi... kamu berani apa-apain Nia, kubalas.” Kejam sekali…

“Eh, kalo gitu dealnya batal. Kamu gak oleh pergi, titik!” Aku membalasnya.

“Eh, gak boleh!” Cherry tersenyum…

Ini celahku, aku terus merayu Cherry...

“Hahaha…Oke deh. Kamu boleh main dengan Nia, asal Nia mau. Dengar, gak boleh pake tipuan ato paksaan ke Nia. Dan terutama, ingat baik-baik… kamu harus pake pengaman. Aku gak mau kamu menghamili anak orang!”

“Beres boss!”

“Kalo aku tidak kasih ijin palingan kamu embat juga... hihihi.”

----

Hari ketiga… aku kali ini merasakan apa yang disebut orang mandi kucing.

Walaupun intensitas seks di hari ketiga tidak lagi se-hot dua hari sebelumnya, tapi hubungan kami justru tambah dekat, baik secara emosi maupun secara intelektual. Cherry banyak berbicara mengenai keinginannya membuka usaha sendiri.

Ternyata selama ini ia kerja di bank karena ingin mengetahui seluk-beluk soal permodalan dan investasi. Ia bilang kalo ia banyak mendapat pengalaman berharga bertemu dengan para entrepreneur yang berani membuka usaha baru, entah itu kandang ayam, toko, bengkel, tempat kos, cuci mobil, dan lain sebagainya. Tak pernah ia punya keinginan untuk menjadi pegawai tetap yang terikat peraturan kantor. Cherry ingin menjadi entrepreneur. Mungkin juga itu sebabnya ia mengikuti pelatihan ini.

Ia mengidolakan Shania Tan, salah seorang pebisnis yang merupakan kakak tingkat kami. Dari percakapan kami ia dengar terus kekagumannya pada cewek itu, dan keinginannya kalo ia bisa bertemu muka dengan muka. Eh, apa dia tahu yah kalo Naya itu teman baik Kak Titien?

‘Cherry kamu sungguh berharga! Gak heran ia jadi putri kampus yang diidolakan banyak pria. You are more than just a face!

Aku makin mengenal keinginan dan cita-citanya, dan aku pun melihat kalo ia menghendaki aku menyelesaikan pendidikanku. Tapi lebih dari itu, Cherry ingin aku berbenah diri, menjadi lebih baik… jangan cuma menerima.

Memang sih tempat kos yang dimiliki oleh Kak Titien sekarang ini berada dibawah manajemenku. Dan tiap bulan aku selalu mendapat untung… tapi aku gak mau hanya gini terus sampai tua. Aku kayaknya harus mengupgrade diri, jangan cuma menerima sudah jadi aja….

Aku harus punya rencana…

“Cherr…!” Aku menyentuh lengannya tipis.

“Tuh kan melamun lagi, ada apa?”

“Gak kok!” Cherry hanya diam dan tersipu. Gaya khasnya kalo lagi malu… tapi kok akhir-akhir ini aku melihat Cherry makin banyak berpikir. Mungkin ada masalah di tempat kerja.

“Kamu gak apa-apa sayang?”

“Iya, gak apa-apa!”

“Tapi kok jadi suka melamun, banyak pikiran yah?”

“I am fine, Doni… I am okay!”

Cherry suka melamum, kurang konsen. Kayak ada masalah, gak mau ngomong tak seperti biasasanya. Mungkin kerjaan banyak.

—-

Dua hari kemudian aku mengantar Cherry ke bandara. Ia akan mengadakan perjalanan jauh ke Toronto. Dua bulan lamanya kita akan berpisah rasanya lama sekali.

Di bandara ternyata sudah ada beberapa rombongannya, ada yang sudah kerja tapi ada yang masih kuliah. Aku mengenal beberapa dosen dari kampusku, juga ada beberapa teman seniorku yang menjadi peserta pelatihan.

Ternyata rame juga. Kalo ku tahu pasti aku isi formulir yang di kasih Cherry beberapa bulan lalu.

Aku melihat Cherry akrab dengan beberapa temannya, yang rata-rata sudah kerja. Kebanyakan mereka mengenal aku dan menyapaku sekedar basa-basi. Tak lama kemudian aku menarik Cherry ke bagian atas untuk sarapan.

“Don, ini ada teman sekerjaku tapi dari cabang lain. Namanya Wita…” Cherry memperkenalkan temannya yang kebetulan berada di ruang makan.

Aku terkesiap waktu menatapnya… cukup lama. Agaknya aku mengenalnya… cantik sekali. Apa ia juga mengenalku?

“Hush, jaga tu mata. sampai segitunya lihat cewek cantik!” Cherry sudah tahu kelakuan ku dan tidak lagi tersinggung.

“Wah Don, berani sekali kamu biarkan pacarmu ikut. Tapi, nanti aku jaga Cherry supaya tidak digaet bule.” Wita sok akrab.

“Tapi kalo buie ganteng boleh kan?” Cherry menyeletuk.

“Ih, buat aku aja! Aku kan yang masih jomblo” Katanya sambil tersenyum Manis sekali. Tapi kemudian ia segera minta diri menuju ke kamar kecil.

“Dia itu mantan nya Aldo kan?” Aku kini mengenalnya setelah melihat senyum di bibirnya. Dia itu Juwita, salah satu idola kampus dulu dan pernah jadian dengan Aldo walau hanya beberapa minggu doang.

“Apa?” Gantian Cherry yang terkejut ketika aku mengenalnya.

“Iya pasti dia. Bego amat juga si cukun, Gadis secantik itu disia-siakan.”

“Yah pastilah gak sebaik Deyara”

“Iya juga sih. Hati-hati dengan cewek itu!” Aku memperingatkan Cherry, tapi kayaknya ia tak perduli.

“Eh, sayang, kamu sudah telpon Kak Titien kan?” Aku mengingatkan Cherry kalo Toronto itu sudah dekat dengan New York, tempat tinggal Kak Titien. Siapa tahu ia mau jalan-jalan. Mumpung ia masih punya visa Amerika.

“Belum! Lupa... nanti juga aku telpon, kok! Kamu mau kesana kapan?”

“Weekend depan… kan pas hari Senin-nya libur, jadi bisa jalan selama tiga hari.”

“Oke deh… nanti aku telpon, soalnya mereka masih di Las Vegas!”

-----

Bersambung
 
Terakhir diubah:
akhir nya kluar jg suhu, sempet mikir di awal kirain titien bakal 3s sma shaun + deya.

tpi kyknya makin menarik nih, cherry ikutan k US. apa yg bakal terjadi yah :pandajahat:
 
tak pikir:pandajahat: sekalian tarungnya DoniVsMelania ehh masih tertunda...
:D
 
habis maraton baca cerita ini. cerita yg bener2 bagus, bikin penasaran. patut untuk di tunggu updated nya
 
Maaf suhu-suhu, belum bisa update sesuai jadwal minggu ini. Udah keburu sibuk, updetan baru sekitar 50% yg jadi. Moga bisa secepatnya...
masih di tggu kok suhu, moga minggu ini ada updated yah :pandajahat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd