Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Karakter pada Episode ini

Titien



Naya



Ryno



Deyara



Shaun



Keia
 
Terakhir diubah:
Episode 3: Judgment Day


POV Titien

“Kak Titien! Ngapain?”

Suara merdu gadis imut itu menggema memenuhi ruangan. Naya sementara menggosok matanya sambil melihat kegiatanku hari ini…

“Eh, sudah bangun? Apa aku terlalu ribut yah?” Aku baru sadar suara TV yang ada didepanku mungkin agak terlalu keras. Pasti Naya terbangun, biasanya dia masih tidur jam segini, beda dengan aku yang sudah terbiasa bangun pagi.

“Gak apa-apa sih! Lanjutkan aja… aku cuma bingung, Kak Titien lagi ngapain pagi-pagi?” Naya mencegah aku yang hendak mencari remote TV.

“Udah lihat sendiri, pake tanya-tanya lagi!”

Aku sementara olahraga senam aerobik yang rutin aku buat setiap pagi selama hampir empat tahun terakhir. Pasti Naya bingung melihat gerakanku yang tidak seperti biasa. Malah sempat melompat-lompat kemudian mengangkat pinggul sambil tidur.

“Kok aerobiknya seperti itu?”

Aku terus melanjutkan dengan stretching, mungkin bagus juga aku share dengan Naya.

“Gini Nay, itu tadi adalah latihan gerakan aerobic khusus untuk otot-otot pinggul, pinggang dan selangkangan. Tujuannya untuk memperkuat bagian vitalitas kewanitaan…” Aku mencoba menjelaskan.

“Bilang aja kalo senam vagina, hehehe…!”

“Eh?” Aku malu juga, ternyata Naya tahu.

“Wah, pantas Kak Titien bisa mengimbangi permainan Ryno, ternyata udah persiapan!” Naya tertawa melihat rona merah di pipi.

Aku hanya bisa tertawa mengiyakan. “Yah, nasib Nay. Dapat suami agak hyper, jadi aku harus mengimbangi.”

“Pantesan Kak Ryno sayang banget! Kak Titien perhatian banget!” Naya kembali mengejek.

“Hush… udah, yuk Kakak ajarin yah!”

Naya hanya tersenyum lagi mengikuti gerakanku. Dasar… ternyata mau juga.

-----

“Minum dulu ini Nay!” Aku menyerahkan segelas jus yang tadi baru aku buat. Naya masih terengah-engah karena kelelahan. Bagi orang yang gak biasa aerobic, gerakan dasar ini cukup membuat mereka cape.

“Kak Ryno mana?”

“Tadi sudah pergi pagi-pagi. Dia sibuk hari ini, mau audisi beberapa pemusiik baru. Katanya ada beberapa alat music yang kurang, jadi harus nambah personil!”

“Kak Ryno ternyata workaholic juga yah?”

“Karena passion-nya di situ, Nay. Dari tadi malam ia terus cerita tentang persiapan konsernya.” Aku menjelaskan lagi.

“Kak Titien mengerti soal music emangnya?”

“Gak banyak sih, tapi melihat ia berbicara dengan penuh semangat udah senang kok!”

“Enak sih Kak Ryno udah jelas passion-nya, si Dickhead gak tauh mau jadi apa. Suka-nya keluyuran melulu… jalan terus, gak mau kerja.”

Naya mulai mengomel lagi. Mungkin ini waktu yang terbaik bercerita kepadanya soal Shaun.

“Nay, kak Titien boleh tanya… kamu tahu gak, apa yang dilakukan Dickhead di Manado dan Bali?”

Naya kelihatan bingung, setelah agak lama baru ia sadari kalo ia gak tahu banyak soal Shaun.

“Nay, Shaun itu orang tipe naturalist. Ia suka sekali bekerja di alam, dan mengeksplorasi flora dan fauna di suatu tempat. Malah ia jatuh cinta dengan ekosistem tropis!” Aku mulai menjelaskan kepada Naya apa pekerjaan seorang naturalis biologis.

“Jadi dia itu kerja, yah Kak?”

“Disitu passion-nya. Kakak sempat bingung dengan apa yang kamu cerita kemarin, soal kamu cari orang untuk menangani soal resort dengan sanctuary satwa, kenapa kamu tidak panggil shaun?”

“Shaun? Eh, aku mencari zoologist yang beneran kak!” Naya berkelit. Sukar baginya untuk melihat Shaun seperti itu.

“Kamu meragukan pacarmu?”

“Tapi kan Shaun?”

“Aku yang buat resume untuk Shaun, dan setelah tanya-tanya aku tahu kalo ia punya kompetensi dan pengalaman yang menjanjikan. Bahkan aku sendiri yang telpon beberapa ahli biologi ternama untuk minta reference buat Shaun. Tahu apa yang aku dengar? Mereka sangat memuji karya Shaun. Banyak yang menganggap dia salah satu yang paling berbakat dan terbaik khususnya mengenai primate daerah tropis.”

“Huh? Beneran?” Naya sempat tersedak.

“Tenang dulu, Nay… tarik nafas…!” Aku meledeknya, gadis itu kelihatan sangat excited mendengar kata-kataku.

Aku menceritakan soal passion dari Shaun dan keinginannya kerja di sana. Aku akhirnya bilang kalo Shaun sudah terima tawaran kerja di sebuah kebun binatang. Mereka bersyukur sekali karena Shaun suka kerja bagi mereka. Padahal mungkin saja ia orang yang tepat untuk resort milik Naya!

“Shaun? Astaga Kak…” Naya masih shocked.

“Masak mau sudah bertahun-tahun kamu tidak mengenal dia? Jangan-jangan Naya hanya kenal urusan selangkangan Shaun aja” Aku kembali menggodanya.

“Kak Titien…!” Naya protes.

“Hehehe… benar kan?”

“Hehehe, aku tahu sih ia seks maniak. Tapi kerjaannya hanya jalan-jalan doang pergi ke tempat terpencil ato mendaki gunung! Aku gak pernah mendengar ia bicara soal binatang” Naya masih menyangkal.

“Itu artinya kamu benar-benar tidak mengenal pacarmu. Tahu gak apa ketakutan terbesarnya?”

Naya menggeleng kepala.

“Ia paling takut ditinggali orang yang paling ia sayang. Ia baru saja melewati trauma kematian ibunya yang jadi korban WTC di New York!” Aku terus menasihati Naya. Ibunda Naya sendiri yang ngomong kalo hanya aku orang yang Naya mau dengar.

“Kak Titien tahu?”

“Bukan aku, tapi Deyara. Dan Deyara hanya satu bulan lebih tinggal bersama di rumah, udah tahu segala sesuatu tentang Shaun. Malah sudah dapat merubah penampilan, eh cara berpakaian cowok itu. Kamu tahu gak Shaun sekarang sudah gentlemen banget?”

“Shaun?” Naya masih tak percaya.

“Tuh kan! Deya yang merubahnya… ia sudah mampu mengontrol tingkah laku dan cara bicaranya di depan orang! Eh, kamu tahu makanan kesukaan Shaun?”

Naya menggeleng lagi. Kali ini ia makin merasa bersalah. Shaun tahu banyak hal tentang dia, tapi ia gak tahu apa-apa.

“Kentang goreng… ia juga suka ngemil potato chips. Deya selalu beli snack kesukaannya.”

Aku melihat Naya sempat beberapa kali terdiam dan berpikir. Mudah-mudahan ia cepat sadar.

“Eh, tunggu Deya siapa yah?”

“Sepupuku, Adik dari Anita… si Lita!”

“Oh, yang imut kecil?” Ternyata Naya masih kenal.

“Ia gak kecil lagi udah kuliah…”

“Oh…” Pasti Naya kaget kalo ia tahu Deya adalah pacarnya Aldo.

Naya terus terdiam, dan aku langsung pergi mempersiapkan sarapan meninggalkan Naya sendiri. Mungkin ia butuh waktu untuk berpikir.

-----

Setelah mandi dan berdandan, kami berdua makan. Cukup lama Naya di kamar sampai ia gak sempat bertemu dengan Ryno yang sudah pergi kerja. Gak apa sih… soalnya suamiku lagi buru-buru.

Akhirnya Naya keluar juga, udah cantik dengan gaun terusan yang elegan. Hari ini ia sudah janji untuk menemaniku. Kami akan menjemput Ryno lalu makan siang dengan orang tua Naya. Menurut Naya ini surprise, eh mungkin terlalu cepat, tapi bagaimana lagi. Acara pertunangan tinggal dua hari.

Karena masih ada waktu, kami sempat jalan-jalan menuju ke salah satu pusat pembelanjaan di kota itu. Seperti biasa, aku mencari pakaian yang lagi diskon, sedangkan Naya kayaknya lagi gak hoby belanja.

Tak lama kemudian kami berdua sudah berada di foodcourt untuk ngopi. Tempat kerja Ryno berada di gedung ini, dan tadi dia bilang tinggal 30 menit ia sudah selesai. Mendingan kami tunggu disini.

Naya duduk didepanku… diam aja.

“Kak… jadi aku harus bagaimana?” Naya agaknya sangat tersentuh dengan kata-kataku tadi. Sampai saat ini masih tetap jadi pikiran.

“Kamu harus berubah Nay…” Aku menatapnya dalam-dalam.

“Iya kak, tapi? Apa yang harus aku buat?”

“Kamu harus banyak mengerti passionnya Shaun, dengar apa yang dia bilang, cari tahu apa yang ia mau!” Aku menasihatinya.

“Ok kak! Terus bagaimana mulainya” Naya menanggapinya dengan serius.

“Yang pertama, harus rajin latihan aerobic dasar dulu, penting lho untuk membuat pacarmu klepek-klepek.” Aku meledeknya.

“Hahaha… dasar!”

-----

Udah lebih lima belas menit kami duduk di restoran Kamboja sambil menunggu orang tua Naya. Restoran ini cukup megah dengan suasana khas istana negeri tetangga Thailand itu.

Ryno kembali bertanya kalo orang tua Naya masih jauh. Dari tadi bilang udah dijalan. Ternyata begini yah kalo buat janji dengan pebisnis yang super sibuk.

Ryno sudah gelisah. Aku tahu ia juga hanya punya waktu luang yang singkat. Mungkin kalo gak ada Naya dari tadi ia sudah ngomel. Aku memegang tangannya supaya ia diam.

Ryno menatapku… aku balas tersenyum. Ia juga tersenyum walaupun agak kecut, menandakan kalo ia tak kan lari.

“Nay, apa kamu sempat ingatkan lagi ortumu?”

“Iya… cuma aku gak bilang kalo mau ketemu siapa. Pasti mereka kaget lihat Kak Titien.” Naya hanya tersenyum iseng.

“Eh, kamu gak bilang? Tadi kamu bilang kalo mereka mau bertemu denganku?” Aku kaget, merasa setengah tertipu.

Entah kenapa sampai sekarang aku masih gugup bertemu dengan ‘Mama’ dan ‘Papa’ angkatku.

“Hahaha… kayak gak tahu Kak Titien aja. Kalo aku gak bilang gitu, mana Kak Titien mau ketemu mantan calon mertua… hahaha…!” Si kunyuk malah tertawa. Aku makin deg-degan…

Romeo membelai tanganku, seakan merasakah kegelisahanku, dan mencoba menghiburku. Ia tahu kalo aku lagi gugup…seakan mengatakan kalo gak apa-apa, ‘Santai aja, Titien’. Aku menatapnya tersenyum. Romeo tahu banget gestur tubuhku.

Naya tahu sekali kalo sampai sekarang pun aku masih segan kepada orang tuanya. Eh, bukan karena mereka tidak menyukaiku, justru sebaliknya. Mereka selalu menganggapku anak sendiri. Aku aja yang sejak awal merasa risih bergaul dengan orang se-kaya mereka, maklum aja aku kan hanya anak kampung yang miskin.

“Tapi ayah dan ibumu beneran ada waktu lowong, kan?”

“Aku sudah atur bilang mereka janjian dengan klien penting.”

“Baguslah, berarti mereka gak akan terlambat…” Aku balas menghibur suamiku yang dari tadi sudah menatap jam, supaya kita segera order makanan.

Aku meremas tangan Ryno tipis. Walau bagaimanapun situasinya tentu tak mengenakan baginya, bertemu dengan orang tua mantan pacarku. Tapi aku sengaja meminta ia datang, supaya gak ada kecurigaan apa-apa. Dan ia memakluminya, sehingga ia menyempatkan diri, walaupun jadwalnya sangat padat.

Naya sempat tersenyum mengejek… mungkin aja ia sempat perhatikan kegelisahan aku dan Ryno.

“Papa cerita kalo ia pernah membuat klien menunggu dua jam di rumah makan. Papa orangnya gitu!”

Kata-kata Naya seakan menaruh bensin diatas api yang membara. Aku jadi panik, dan cepat memegang lagi tangan Ryno.

“Astaga!” Ryno gak tahan juga… Ia hampir aja berdiri, sehingga aku harus meremas tangannya sekali lagi.

“Hahaha, Romeo… aku hanya bercanda kok! Tuh mereka sana!” Naya tertawa melihat tingkah Ryno.

Cowok itu jadi malu… aku malah tambah gugup. Naya sih, gak kasih waktu untuk persiapan.

“Titien… what a surprise!” Dari jauh ibu Naya segera mengenalku. Ia segera datang mendekat dengan cepat.

“Titien… hi! Senang sekali bertemu…” Ayah Naya juga tampak berseri-seri mendekatiku.

Tanpa bisa ku hindari, kedua orang tua Naya langsung memeluk dan mencium pipiku. Mereka benar-benar merindukanku… ibunya membelai rambutku dengan senang. Aku jadi sangat malu.

“Naya gak bilang kalo mau ketemu, kalo tahu Mama pasti bawa oleh-oleh untuk kamu!” Ibu Naya menciumku sekali lagi, sementara ayah Naya masih terus merangkulku.

“Tuh kan, udah ku bilang Papa dan Mama pasti rindu lihat anak mantunya ini!” Naya menggodaku yang sudah jelas semburat merah di wajah menahan malu.

Tak lama kemudian kami duduk, dan kali ini aku diapit orang tuanya. Padahal tadi aku sudah memperkenalkan kembali Ryno, suamiku. Biarlah, aku juga senang kok.

Kembali kenangan indah tentang Nando teringat. Kan wajah ayahnya persis seperti wajah almarhum mantanku.

----

Setelah order makanan, kami terus larut dalam cerita nostalgia. Mereka juga bertanya soal keadaanku sekarang. Dan mereka senang sekali melihat kalo aku baik-baik aja.

“Tien, kamu kerja di mana sekarang?” Ayah Naya bertanya.

Aku melirik ke Ryno, supaya ia yang menjawabnya. Dari tadi ia diam aja gak tahu mau cerita apa. Aku gak mau kalo dia merasa dicuekin.

“Eh, gini Om dan Tante. Titien kerja di sebuah agency untuk testing center di New Jersey. Selain itu ia juga kerja sambilan jadi penulis blog. Ia punya banyak audience, lho…” Ryno menjawab dengan bahasa Indonesia. Ia sengaja membesar-besarkan aku, supaya mereka gak pandang enteng ke anak kampung ini.

“Oh yah! Hebat sekali. Boleh tahu nama blog kamu?”

Kali ini aku keceplos menjawab, menyebutkan sebuah blog mengenai gaya hidup yang lagi trend akhir-akhir ini. Aku yang terlanjur excited lupa kalo hal itu harus dirahasiakan. Padahal biasanya aku gak sembarangan kasih tahu orang, apalagi karena aku pake nama samaran.

“Eh?” Naya kelihatan kaget, hampir aja keselet makanan.

“Wah, kalo blog itu, aku juga tahu. Artikelnya bagus-bagus, cukup terkenal lho… barusan terbit yang judulnya What drives you, bagus sekali!” Ibu Naya menanggapi dengan serius. Mereka kelihatan bangga sekali.

“Eh tunggu, kalo begitu… kamu kenal Ms.CT, blogger yang terkenal di situs itu?”

“Ms.CT itu pen name ku!” Aku terus terang membuka samaranku.

“Astaga?” Naya kaget hampir gak dapat menahan rasa excited-nya.

“Kamu?” Ibunya juga ikutan kaget. Kemudian ia menatapku.

Ketika aku mengangkat muka, aku mendapati kalo Ayah Naya menatapku dalam-dalam. Matanya seakan mencari tahu… aku rasa seperti ditelanjangi.

“Oh, jadi kamu yah?” Kata-kata Ayah Naya diucapkan pelan-pelan, seakan gak mau yang lain dengar.

Aku langsung tahu kecerobohanku. Aku lupa ada sedikit menyentil mengenai Nando di artikel terakhirku.

Aku mengangguk, gak berani menatap mata mereka.

Tak lama kemudian kami terdiam. Hanya Naya dan Ryno yang terus bercerita mengenai karya-karyaku. Tapi lama kelamaan mereka juga ikutan diam. Suasana jadi akward… eh cenderung tegang… seram.

“Eh, pas banget. Tuh makanan sudah datang. Mari kita makan dulu, semua makan yang banyak yah!” Ryno langsung mencoba mencairkan suasana. Ia melihat pelayan membawa pesanan kita.

Ini namanya saved by the bell!

----

“Maaf yah, Om.. Tante, aku permisi dulu. Mau sambung kerja…” Ryno pamit mau pergi duluan.

“Ok deh… Nay, antar Ryno ke depan!”

“Eh gak usah Tan, gak usah Om” Ryno jadi malu. Masak ia diantar oleh cewek.

“Gak apa-apa kok. Ayo dong Nay!”

“Ma, nanti aku aja yang antar yah!” Aku menawarkan diri.

“Eh, Naya aja. Kamu duduk aja, Papa dan Mama kan masih kangen sama kamu….” Ibu Naya menahanku. Kayaknya sengaja…

Akhirnya dengan berat hati Naya mengantar Ryno keluar. Mereka berdua juga ikutan berbisik-bisik di luar… aku jadi tambah tegang.

Ada apa ini?

“Nay, sekalian singgah belikan oleh-oleh yah buat Titien!” Ayah Naya menimpali.

“Iya, belikan dia handbag di toko depan sana!” Ibunya ikutan ngomong, sambil menunjuk ke salah satu factory outlet tas bermerek Coach yang cukup terkenal.

Ada apa ini? Kayaknya mereka sengaja lama-lama menjauhkan Naya.

‘Apa ini yang namanya Judgement day?’

----

POV Deyara

‘Astaga… aku akan ngesek dengan Dickhead!’ Entah kenapa aku jadi deg-degan. Tangan Shaun sudah berada di bagian atas memekku yang tertutup dengan bulu tipis… tinggal dikit lagi.

“Ahhh… Shaun, ahhhh jangan!” Aku mendesah dan menyingkirkan tangannya. Mungkin ini perlawananku terakhir. Shaun terus memaksa. Apa yang harus aku buat… aku gak tahan lagi.

“Kring… kring… kring….!” Bunyi telponku seakan mengembalikan kesadaranku. Tanpa melihat siapa yang menelpon, langsung aja ku angkat.

“Halllooo…”

“Halloo”

“Deya sayang, ini aku…!”

“Eh, Rivo… astaga… ahhhhh!” Suara Deya terdengar agak gemetaran.

“Deyara sayang, kamu lagi ngapain?”

“Eh, gak.. aku hanya di rumah kok, nonton film dengan Shaun.” Aku berusaha untuk tidak mendesah. Shaun nakal sekali, karena aku sibuk menelpon, gak sadar kalo mulut Shaun sudah tepat berada di antara belahan nikmat itu… nafas cowok itu mengendus kuat membuat aku bergidik menahan desahan….

“Mana Keia?”

“Keia belum balik, pergi makan malam… ahhh” Shaun mulai mengesek itilku dengan lidahnya, membuat aku kegelian. ‘Astaga, aku nelpon dengan Rivo sambil dioral Shaun!’

“Jadi kamu hanya berdua dengan Shaun di apartemen?” Suara Rivo penuh kecurigaan. Mungkin ia sempat mendengar desahanku… sementara aku masih mengeliat menahan geli.

“Eh… gak kok…. Eh… tunggu… aduhhhh…!” Suaraku makin bergetar… cowok ini hebat sekali mampu membuat aku gemetaran menahan nafsu. Kali ini serangannya bukan hanya mulut, tapi kedua tangannya turus mempermainkan titik-titik rangsangku. Lidahnya terus mengekplorasi memekku….

“Deya?”

“Arggghhhhhh!” Dua jari Shaun masuk dan mulai mengocok. Aku tak mampu menahan diri lagi dan mengeluarkan desahan yang kuat. Aku mencoba menutup mic telpon, mudah-mudahan Rivo gak dengar.

“DEYA!”

“Maaf sayang, nanti aku telpon balik. Aku ke WC dulu yah!” Aku langsung menutup telpon secara sepihak. Kuluman Shaun makin menuntut… bibirnya mengisap cairan yang mulai merembes di sela-sela belahanku. Aku mulai merintih dengan kuat… tubuhku gemetaran.

“Shaun…. Jangan!”

Tapi sudah terlambat. Cowok itu sudah menguasai tubuhku, dan serangannya tak mampu lagi ku bendung. Shaun terus mengisap dan menyeruput sementara tubuhku kini mulai bergetar hebat.

“Ahhhh….!” Aku menjerit kuat, ini nikmat sekali.

“Enak kan sayang?” Dasar Dickhead, orang sudah hampir orgasme masih aja meledekku.

“Shaunn….”

“Kenapa?”

“Terus….” Hanya satu kata yang keluar. Dan dengan kata-kata itu aku memasrahkan tubuhku dan membuka dengan selebar-lebarnya akses ke belahan nikmatku. Aku langsung berkelojotan dan pinggulku naik tinggu menyambut hisapannya.

“Arrrrgggghhhhhhh!” Gila, ini orgasme yang nikmat sekali. Sempat dua atau tiga kali vaginaku menyemprot cairan bening.

Shaun menatapku dengan tamaj, sedangkan aku hanya bisa tertawa malu. Aku dibuatnya sampai squirt. Shaun mulai membuka sisa pakaiannya perlahan-lahan… ia mendekatiku…

“Eh…!” Tubuh telanjangku bangkit hampir meloncat.

“Lita?”

“Aku mau ke kamar mandi dulu….!” Aku langsung lari dengan kencang meninggalkan cowok itu gigit jari.

“Makan itu kentang!” Aku berteriak dari jauh.

“Dasar!”

----

“Lita, buka pintu… ayo dong! Aku masih kentang, nih!” Suara Dickhead terus bergema.

Aku tertawa dalam hati… agaknya ia masih stress dengan permainan tadi. Hampir aja aku gak bisa kontrol… batang yang udah keras itu menjanjikan kenikmatan yang besar. Tapi… masa aku ngeseks dengan Dickhead?

‘Dasar Dickhead’

Di balik pintu yang terkunci, aku berbaring dan merenung. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku sampai nafsu begini?

Kayaknya aku dikasih perangsang... Aku coba ingat-ingat pelajaran yang diberikan Rivo. Ada katanya perangsang yang sukar dideteksi dan bekerja secara perlahan-lahan. Jenis ini biasanya dicampur di makanan. Dan bisa dikasih ke cewek dan cowok… pasti Shaun juga ikutan dicercoki.

Kayaknya aku dikerjain si kunyuk Keia… aku baru ingat kalo aku dan Shaun makan masakannya tadi.

‘Awas kamu Keia…. Nanti aku balas.’

Aku langsung melihat keliling dan menemukan sebuah lemari es kecil tempat minuman dingin. Aku mengambil karton susu, dan meminumnya banyak-banyak. Mudah-mudahan bisa membantu menawarkan racun.

Selain itu, aku membuka pakaianku dan mandi sampai segar... cukup lama aku berendam di air. Setelah itu aku minum lagi, gak perduli harus bolak-balik ke WC untuk kencing.

Baiklah… Untuk sementqra aku aman.

“Rivo… aku ingat janjiku…”

Sayup-sayup aku dengan Shaun lagi ngocok diluar… ia terus menyebutkan nama ku… eh juga nama Kak Titien dan pacarnya Naya… Ihhhh, kasihan deh loe… sebelum bayangan kontol besar itu muncul lagi, cepat-cepat aku naik ke tempat tidur dan menutup telinga dengan headset.

“Deya, Shaun… buka pintu…!” Suara seorang gadis terdengar kecil. Kayaknya Keia sudah pulang.

Aku mendengar bunyi pintu terbuka dan Keia masuk dan langsung mengunci pintu. Tak lama kemudian terdengar jeritan kecil gadis itu… disusul oleh suara mendesah…. Dan bunyi kain yang dirobek.

“Rasain kamu Keia, siapa suruh cercoki perangsang ke Dickhead!” Aku hanya tertawa kecil membayangkan apa yang terjadi.

Suara jeritan berulang-ulang bercampur dengan Desahan. Kayaknya Keia sudah siap dieksekusi di sofa.

‘Eh… astaga, Dickhead kayaknya gak bisa tahan lagi… Keia masih perawan!’ Aku baru ingat. Bahaya ini, bisa jadi Shaun lepas kontrol karena nafsu.

Aku masih bergumul, akankah ku biarkan Keia diperkosa? Memang sih itu salahnya sendiri. Tapi, mana aku tega?

Dengan terpaksa aku membuka pintu dan melihat keluar. Suatu pemandangan yang panas… Shaun dan Keia sudah telanjang bulat, sementara mengocok dan mengulum kemaluan lawan main. Mereka benar-benar tak bisa lagi menahan nafsu.

Tak lama kemudian Keia dibaringkan ke sofa, dan kakinya dikangkang, sementara kontol yang besar itu siap merampas keperawanan gadis cantik itu.

“Ahhhh.. jangan Dickhead… ahhhhh…. Jangan!” Keia terus menolak, tapi Shaun terus menciumi sekujur tubuhnya. Kontol Shaun juga bergerak mengesek di bagian luar memeknya. Ia dirangsang habis-habisan sampai menyerah.

Tak lama kemudian aku mendapati Keia hanya bisa pasrah. Ia tak mampu mencegah… tubuhnya sudah pasrah membiarkan penistaan itu terjadi.

“Eh… aduhhhh jangan!” Keia hanya dapat menggelengkan kepala sambil menutup mata. Shaun gak mampu lagi membendung libido yang dari tadi dikentangin. Kontol besar itu sudah siap masuk…

“Shaun jangan!” Aku berseru keras… Shaun termengadah! Ia kaget melihatku.

“Shaun… ayo…” Suara Keia sudah parau menahan nafsu.

“Eh?” Aku dan Shaun sampai kaget mendengarnya.

“Masukin....” Tubuh indah Keia menggeliat di bawah tubuh cowok itu.

“Eh Dickhead!” Aku menjambak rambut Shaun….

“Eh… tapi..!” Shaun stress… baguslah, ia takut padaku.

“Stop… lepaskan gadis itu!”

“Tapi ia sudah!” Shaun masih protes.

“Stop… kataku!” Tanganku memegang lehernya…

“Uh…. Sial!” Shaun kembali bangun dan menghentakkan kakinya. Dengan jengkel ia masuk kamar sambil membanting pintu.

-----

“Makasih Deya…” Keia memelukku dengan tubuh telanjangnya… suaranya agak parau menahan isak.

“Dickhead gak sempat masuk kan?” Aku bertanya.

Keia hanya mengangguk pelan

“Udah gak apa-apa… kamu sih! Main-main dengan obat perangsang!” Aku menegurnya.

“Eh kamu tahu?” Keia kaget, ia memeluk lebih erat lagi.

“Kamu sengaja menjebakku kan?”

“He-eh… Kamu hebat! Kok bisa yah?”

Aku hanya tertawa. Ia gak tahu kalo aku tadi sudah sempat dipuasin cowok itu.

“Kenapa? Kamu gak mau rasa gimana kontolnya?” Ia masih penasaran.

“Buka gitu, sih…”

“Kamu masih pikir Aldo kan? Hahaha…” Keia menertawaiku.

“Kalo aku jadi kamu, aku pasti bersenang-senang. Lagian Aldo sendiri pernah main dengan Kak Cherry…” Keia sengaja memanas-manasiku lagi.

“Tapi…”

“Eh, sebenarnya bukan cuma Cherry, tapi juga dengan sahabat baik kamu sendiri!”

“Eh siapa?” Aku kaget. Bayangan kalo Rivo sementara mengentot cewek lain membuat hatiku jadi panas…

“Coba tebak… kamu pasti gak nyangka. Tapi cowok mu jago sekali merayu cewek-cewek perawan!” Keia terus memanas-manasiku, ia tahu kalo aku sukar menahan emosi. Mukaku makin merah…

“Siapa? Bilang cepat.. siapa?” Aku penasaran.

“Nia…” Keia berbisik.

“Tapi ia kan…?”

“Rivo memerawaninya barusan! Nia sendiri yang mengaku!”

“Astaga?” Aku kaget sekali.

-----

“Halooo” Terdengar suara gadis itu.

“Nia ini aku…”

“Yaraaa…” Nia satu-satunya orang yang memotong namaku di ujung.

“Apa benar kamu diperawani oleh Rivo?” Tanpa tending aling-aling aku langsung bertanya. Hatiku sudah panas….

“Eh… kok kamu tahu?” Nia kaget.

“OMG, jadi benar?” Aku benar-benar emosi…

“Yara, tunggu… aku bisa jelaskan!” Suara Nia putus ditengah. Aku sudah mematikan telpon.

Aku marah sekali… baru sekarang aku dikhianati seperti ini. Aku gak bisa terima…

Keia menatapku ketakutan… ia pasti belum pernah melihat aku se-emosi ini.

“Ahhh… kamu cantik sekali Titien… Keia…. Lita…” Sayup-sayup aku mendengar suara Shaun yang lagi onani. Keia hanya tertawa…

Dengan segera aku berdiri.. niatku sudah kuat. Aku harus membalas dendam…

“Eh, Keia? Ngapain…” Keia kaget melihat aku membuka seluruh pakaianku dengan tergesa-gesa.

Aku diam saja, membiarkan tubuh telanjangku terekspos sempurna. Masih terburu-buru aku berjalan menuju ke kamar Shaun. Pintunya kembali dibanting, kali ini dibuka dengan kuat…

“Lita?”

Shaun masih telanjang bulat di tempat tidur, dan kontol besarnya masih tegang sekali. Ia kaget melihat aku berjalan menghampirinya dengan telanjang bulat.

“Ini kan yang kau mau, Dickhead!” Aku mendekat dengan langkah bergoyang seksi.

“Eh… tapi? Kamu beneran mau dientot?”” Shaun makin nafsu… wajahnya kelihatan kaget bercampur sange.

“Mmmppphhhhh!” Shaun terkejut, aku tiba-tiba mencium bibirnya. Lidahku masuk dan bermain… cowok itu langsung menyambut permainanku dengan panas. ‘Gitu dong!’

Ciuman kami cepat berubah menjadi suatu permainan yang panas. Aku menciumnya sambil menggesekkan tubuhku di kontolnya… Shaun sampai terengah-engah. Pasti sudah nafsu…

Kali ini tangan cowok itu mulai aktif, membelai, meramas dan menyibak bagian-bagian tubuhku yang sensitive. Aku balas menggenggam batangnya dan mengocoknya pelan. Kali ini mulut Shaun sudah turun ke leherku…

“Cukup Shaun…!” Aku kegelian. Aku sudah sangat bernafsu…

“Kamu mau buat aku kentang lagi…!” Shaun masih terus bermain-main di sana.

“Fuck me till your brain off!” Aku berbisik pelan. Shaun masih belum percaya.

Aku langsung naik diatas tubuhnya sambil melebarkan kakiku … Shaun hanya berdiam ketika tubuhku mulai turun dan menyambut kontolnya yang sudah tegang dengan memekku…

“Lita?”

“Hush… diam!” Aku tambah berani.

“Blesh!” Batangnya yang tegang mulai masuk.

Aku menahan diri supaya jangan dulu masuk semua. Aku takut memekku bisa ngilu menerima batang sebesar ini.

“Lihat aku Dickhead!” Aku mengambil tangan Shaun dan menaruhnya diatas toketku. Shaun menyambutnya dengan gembira dan mulai bermain disana. Aku mulai menggerakan pinggulku pelan-pelan.

Semuanya berlangsung dengan cepat.

Oh my God… you are so tight!” Shaun sampai berteriak keenakan. Kata-kata yang menambah keberanianku untuk memamerkan kemampuanku.

Aku makin terbawa nafsu, walaupun terasa sangat sesak, tapi aku memaksa, menghujamkan tubuhku diatas tubuhnya. Kali ini kontol berurat dan garang itu terus masuk sampai dalam… dalam sekali.

“Ahhhh….!” Aku juga merasa kalo liang sempitku tergesek kuat. Aku membiarkan dulu kontol itu terbenam untuk sementara… Aku juga merasa kalo sesuatu yang hilang kini kembali terisi.

Untung aja gak lama sudah terasa kalo cairan pelumas mulai keluar… entah karena remasan kasar di toketku, atau mungkin karena obat perangsang yang tadi kembali bekerja.

Aku mulai menggoyang lagi pinggulku… udah terasa nyaman. Aku gak takut-takut lagi menggoyang pinggulku, kali ini makin liar seiring persetubuhan yang makin lama makin panas.. Ih, kontolnya besar sekali… aku merasakan tonjolan urat di kontol dan helm yang garang itu menjadi nilai tambah daya dobrak Shaun. Beringas eh!

“Ini enak sekali… terus Lita…” Shaun kembali membakarku.

Pinggul dan pantatku terus bergerak aktif, binal… nakal… penuh gairah, penuh emosi. Aku tidak perduli tenagaku hampir habis, dengan gairah yang memuncak, terus aku naik turun sambil meliukkan tubuh mengenjot kontol itu.

“Ahhhh… enak sekali…” Kami berdua mendesah

“Bantu tusuk, Dickhead.” Aku memancing gairah cowok itu….

“Ahhh…. Enak sekali memeknya…” Shaun juga mulai dengan kata-kata joroknya. Cowok itu jago memancing nafsu.

“Ahhh…“

Kami terus mendesah… ini percintaan yang sangat panas. Aku terus bergerak naik turun seperti memompa. Tak kuhiraukan lagi rasa malu… yang tersisa hanyalah birahi yang ganas yang terpicu oleh keinginan membalas dendam.

‘Kamu lihat Rivo, memek kebanggaanmu sementara mengentot kontol lain… dan gadis kesayanganmu sementara menjadi lonte cowok bule!’

Sudah lebih lima belas menit aku terus memompa, meliuk dan menggerakkan badan dengan semangat. Tubuhku yang sudah terlatih olah raga memungkinkan aku memiliki stamina yang tinggi. Tak henti-hentinya Shaun memuji kebinalan dan daya tahanku… aku terus memamerkan gerakan-gerakan dance yang mampu membuat cowok keteteran mengimbangiku.

“Litaa, ahhh… pelan dikit. Aku udah dekat…”

Kata-kata Shaun justru menjadi bahan bakar yang baru, aku tambah semangat menggenjot kontol itu. Shaun hanya bisa diam dan menikmati… ia membiarkan aku benar-benar mendominasi.

“Ahhhh….” Aku benar-benar menikmati. Ini enak sekali.

“Ahhh…” Shaun juga ikutan mendesah. Cowok itu hampir gak tahan. Dari tadi ia mencoba mengendorkan seranganku tapi aku terus memutar dalam gerakan mengulek.

“Litaaa… ehhhh!” Aku makin semangat… staminaku ku kuras habis. Shaun sudah dekat… ada kebanggaan tersendiri hendak membuat cowok itu keluar duluan.

“Ahhhhhh…!”

Kali ini aku mendeah, secara tiba-tiba Shaun bergerak cepat menyambutku. Kontolnya gila… menggesek kuat walaupun sudah kujepit. Shaun memang hebat, Aku pun langsung terbang di awan-awan, tubuhku berkelojotan. Dan dalam hitungan menit, aku mencapai puncak..

“Aaaarrrggggghhhhhhhhh” Aku meraung dengan tubuh yang mengedan menahan geli. Sungguh orgasme yang dahsyat…

“Litaaa… ahhhhhhhh!” Shaun juga sampai. Ia sudah tahan-tahan, dan ketika memekku berkedut, ia juga nyampe.

Aku merasakan beberapa kali kontol Shaun mengedan sambil menyemprotkan spermanya dalam liang nikmatku… terasa sampai di tulang-tulang. Ia buang di dalam, tapi aku gak perduli lagi.

“Aaaahhhhhh!”

Tubuhku jatuh lunglai kecapean diatas tubuh berotot milik cowok itu. Shaun memelukku sebentar sementara aku hanya bisa diam mencari nafas. Tak lama kemudian Shaun membaringkan aku disampingnya. Ia membiarkan aku istirahat selama 15 menit.

“Lita… makasih yah! Yang tadi itu enak sekali” Shaun membelai wajahku. Aku merasa nyaman.

“Eh tunggu…!” Tangannya yang nakal turun terus sampai ke bongkahan dada. Ia mulai merangsangku lagi.

“Udah, kamu diam aja. Kali ini giliranku…”

“Eh, Dickhead…” Aku kaget… tubuhku mulai diraba-raba dan dibelai… tangannya menyentuh memekku yang masih basah dengan cairannya.

“Ssstttt!” Wajah Shaun sangat dekat… dia mencium mataku hingga terpejam. Dan kali ini ia menyambar bibirku dan kami langsung larut dalam ciuman yang dalam.

Tindakan Shaun yang lembut mengingatkan aku sekilas aku teringat tentang Rivo. Tapi kemudian mengingat perbuatannya kepada Nia, membuat aku kembali marah.

“Mmmmppphhhhh!” Aku balas melumat lidah Shaun yang sudah masuk mengobrak-abrik liang mulutku selama hampir dua menit.

“Sudah siap?” Shaun menatapku, ia membuka selangkanganku dan mengangkangkan kakiku lebar-lebar. Mulutnya kembali bermain menyeruput muara liang nikmatku…

Aku hanya diam dan pasrah… gairahku sudah bangkit kembali

“Ahhh….” Aku menggeliat kegelian sambil menutup mata. Dickhead sudah tahu… Aku siap dientot!

“Blessshhhh….” Akhirnya kontol garang itu masuk lagi… menembus sampai kedalaman menyentuh mulut rahimku.

-----

Baru tadi malam kayaknya aku ngentot seliar ini… ganas… dan aku juga kayaknya membangkitkan sisi liar cowok ganteng ini. Shaun benar-benar perkasa, dan batang yang berurat serta garang itu benar-benar mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Berkali-kali aku dibuatnya melayang di awan-awan kenikmatan.

Shaun adalah orang kedua sesudah Rivo yang aku ijinkan keluar di dalam. Toh aku juga lagi gak subur… dan ia tidak menyia-nyiakan kesempatan menikmati tubuhku setelah selama ini hanya bisa gigit jari dan merasa kentang.

Kek-nya nafsu yang dia pendam selama ini dilampiaskan tadi malam. Yah, benar, Cowok itu seakan tidak menyia-nyiakan kesempatan menikmati tubuhku setelah selama ini hanya bisa gigit jari. Ia membalas kekentangan yang selama ini ia rasakan terhadapku. ‘Dasar Dickhead’.

Malam itu benar-benar malam yang panjang… kami melaksanakan berulang-ulang. Mungkin juga karena efek perangsang yang masih menguasi kami. Bahkan sampai pagi hari kami masih terus melanjutkan pergumulan nikmat ini. Shaun tidak mengijinkan aku istirahat… benar-benar malam yang paling melelahkan. Aku benar-benar dipaksa kerja keras.

Kalo dihitung-hitung, kayaknya aku sampai 6 kali dilanda orgasme. Tapi sebagai balasannya aku juga mampu menguras semua sperma yang tersimpan. Shaun sampai minta ampun… Aku ingat Shaun harus merangkak menuju ke kamar mandi tadi subuh, ia hampir gak bisa jalan lagi.

Wah, ternyata aku bisa nafsu begini yah…

Tadi malam pula aku melihat sekilas di ujung mataku aku ada sebuah titik lampu merah kecil. Pasti ada orang yang iseng merekam adegan panas kami tadi… tapi aku gak perduli lagi.

-----

POV Shaun

“Enak benar Romeo bisa berulang kali menikmati memek ini… eh aku juga beruntung kok, bisa kena tempiasnya.”

Tadi malam baru kali ini aku melihat Deya sangat bernafsu… berulang-ulang ia memijit dan menyedot kontolku dan mengisap dan memeras cairan cintaku… ini benar-benar nikmat. Persis kata lagu, ‘hingga tetes terakhir!’

Gadis itu sungguh tahan… kuat sekali. Aku harus berulang kali mengimbang, kalo ngak udah pasti aku KO duluan. Kontol garangku benar-benar bertemu tandingannya. Dan lagi memeknya enak sekali… cengkramannya luar biasa! Kalo gini terus, aku bisa lumpuh…

Aku mencoba bangun… ini sudah pagi. Kayaknya aku terlambat lagi.

Aku melihat gadis cantik masih aja tidur. Mimpi apa aku semalam bisa ngentot dengan gadis secantik ini. Aku rela kok diperkosa lagi. Eh, kayak dulu di rumah Ryno, waktu aku ditarik Titien dari tempat tidur dan dipaksa ngentot.

‘Astaga… aku mengalaminya kembali, yang lalu Titien, sekarang Lita…’

Gadis yang masih telanjang disampingku mulai bergerak kecil. Aku mengelus dan membelai panggungnya. Deya membuka mata…

“Hai sayang… mat pagi!”

Setelah menatapku, Deya mencari selimut dan menutup tubuhnya. Ia segera berbalik menghadap dinding.

“Deya… ihhh, gadis ini pake malu-malu. Tadi malam kamu yang memaksa, eh sekarang balik belakang, tanggung jawab dong…! Ini namanya habis manis sepah dibuang!” Aku meledeknya.

“Eh siapa bilang aku perkosa kamu?”

“Kan aku yang digrebrek di tempat tidur!”

“Hahaha… dasar. Emangnya kamu gak mau?” Deya tertawa, tapi lama-kelamaan dia jadi tersadar dan malu-malu kembali.

Aku memeluk gadis ini.

“Shaun, kenapa kita jadi begini.” Deya membalas pelukanku.

“Aku juga bingung, kamu datang-datang langsung minta entot…”

“Kamu sih, orang lagi stress malah di pake…” Deya protes

“Eh, siapa yang datang kemari langsung memperkosaku.”Aku pura-pura ngomel.

“Hahaha…” Deya tertawa lepas, menutupi semburat merah di wajahnya.

“Lita… eh, gak apa-apa aku semprot di dalam?” Aku bertanya pelan.

“Kalo jadi nanti kamu tanggung jawab, aku lapor ke Kak Titien kalo kamu menghamiliku…” Deya hanya tersenyum.

“Ihhh… dasar! Nanti lain kali aku pake kondom” Aku memancingnya.

“Aku pake spiral kok…!” Deya tersenyum.

“Oke deh, kalo begitu lain kali aku semprot lagi di dalam!”

“Eh, maksudku… ihhhhh…!” Deya baru sadar. Aku tertawa, Deya sudah terjebak.

“Kenapa?”

“Gak ada kali lain, ihhhh… nakal!” Deya mencubit tubuhku dan langsung disambut oleh pelukanku.

Kami masih terdiam, aku merasakan denyut jantungnya yang menempel di dadaku. Aku merasa ada sesuatu yang disembunyikan… gadis ini gak biasa selingkuh.

“Lita, kamu ada masalah dengan Rivo?” Aku bertanya pelan tak mau membuatnya tersinggung.

Deya hanya mengangguk tipis, hampir gak kentara.

“Cowokmu kedapatan selingkuh?” Deya diam aja.

“Lita, kamu sudah tanya kepada Rivo bagaimana kejadiannya? Pasti ada sesuatu yang terjadi. Kamu dengar dulu apa katanya baru ambil tindakan. Kamu sendiri tahu kalo bangsa cowok itu memang seperti itu, gak bisa tahan lihat godaan cewek. Tapi bukan berarti mencintai orang lain.”

“Tapi kamu setia pada pacarmu?”

“Siapa bilang? Kan aku sudah selingkuh dengan Titien… sekarang dengan kamu. Tapi Naya tahu kalo hatiku hanya ke dia… aku gak pernah mencintai cewek lain!”

Deya diam aja.

“Saranku gini aja… tiap kali Rivo buat kesalahan, kamu datang kemari. Aku siap kok diperkosa lagi!” Aku meledeknya lagi.

“Ihhhhh… dasar!” Deya tertawa… kali ini tangannya mencari kontolku.

Astaga, ia mau lagi… aku harus doping kayaknya.

“Dickhead, jangan bilang siapa-siapa yah…!” Permohonan yang wajar. Yang aneh justru gerakan tangannya yang mulai mengocokku.

“Emang aku cari mati?” Aku mengelak, gak mau berjanji.

Maaf Deya, justru aku harus bilang ke semua orang. Ini pengalaman yang tak terlupakan lho…

-----
 
Mantap Suhu.. akhirnya update juga..
Komentar nanti aja, karena belum selesai baca.. btw, thank Suhu..
 
akhir nya updated jg. awalnya kirain shaun bakal kentang lg, gk tw nya dapet jg makasih suhu updated nya.

kyknya deya bakal ketagihan sma shaun nih :pandajahat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd