Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

keadaan:ugh: kembali gawat nichh... masih belum kapok juga mereka-mereka.
seharusnya kemaren itu jangan cuma digigit, kenapa nggak dikunyah sekalian:bata:
hati-hati, Nia:sori:
 
makasih suhu updated nya.. duh gemes deh sma deya, tp kyk nya masih lama yah deya di coblos nya :sendirian:

kabar nya titien gmn hu, blm ada yah sidestory nya
Sabar yah... hehehe...
Titien nanti nongol di cerita ini di episode 9 ato 10, nanti lihat gimana...
 
keadaan:ugh: kembali gawat nichh... masih belum kapok juga mereka-mereka.
seharusnya kemaren itu jangan cuma digigit, kenapa nggak dikunyah sekalian:bata:
hati-hati, Nia:sori:
Hehehe... pake dikunyah lagi.
Baiknya Nia diapain suhu? dijadiin binal aja yah...
 
eah titin ya...jadi pengen tahu titin bisa diexe teman bule cowoknya pa gak nih...and cherry diajak 3$ $@ma doni dan rivo seru kayaknya
 
eah titin ya...jadi pengen tahu titin bisa diexe teman bule cowoknya pa gak nih...and cherry diajak 3$ $@ma doni dan rivo seru kayaknya
Ikuti terus suhu... nanti Titien, Rimei dan Shaun nongol.
Soal Cherry sebenarnya ada thread tersendiri bagaimana Doni mengejarnya sampe jadian.
Harusnya udah terbit fuluan sebelum ini, tapi gak jadi karena ada masalah teknis sedikit. Nanti terbit sesudah thread ini tamat... sabar yah! Yang pasti thread ini akn diusahakan tamat.
 
Ikuti terus suhu... nanti Titien, Rimei dan Shaun nongol.
Soal Cherry sebenarnya ada thread tersendiri bagaimana Doni mengejarnya sampe jadian.
Harusnya udah terbit fuluan sebelum ini, tapi gak jadi karena ada masalah teknis sedikit. Nanti terbit sesudah thread ini tamat... sabar yah! Yang pasti thread ini akn diusahakan tamat.
Ayo Suhu.. yg penting selalu semangat..
 
Episode 9: Aku tak mau mereka menjadi korban

POV Deyara


“Kak Doniiiiiiiiii!” Aku berteriak ketika melihat sosok tubuh yang terbaring di jalan raya dekat dengan tempat tinggal cowok itu. Rivo segera memarkirkan mobil dan aku cepat-cepat turun untuk memeriksa keadaannya.


Doni masih tak bergerak, tubuhnya penuh dengan memar dan luka sayatan. Darah ada di mana-mana. Dan wajah ganteng itu kini tampak babak belur habis dihajar beberapa bogem mentah.


Setelah memeriksa dengan seksama dan meraba-raba tubuhnya, Rivo menarik nafas lega.


“Deya… Doni hanya pingsan, untung gak ada luka yang berbahaya… kayaknya patah tangan, tapi gak parah!” Rivo mencoba menghiburku.


Kami segera membawanya ke rumah sakit. Doni sempat siuman di atas mobil, tapi kemudian pingsan lagi setelah menunjuk ke bagian pinggangnya yang sakit. Mungkin sekali ada tulang rusuk yang patah. Sayang ia belum bisa menceritakan apa yang terjadi.


Setibanya di rumah sakit, Doni segera mendapat perawatan di UGD. Baju dan celana yang dipakai digunting sampai terbuka, dan Doni dimandikan untuk mengeluarkan darah di beberapa bagian tubuh. Luka sayatan juga segera dijahit. Setelah itu Doni mengenakan pakaian pasien.


Ternyata Ayahku sudah tiba duluan di rumah sakit dan membantu proses administrasi. Setelah menunggu hampir dua jam, akhirnya Doni di bawah ke kamar. Ia sudah sadar…


Dokter mengatakan luka Kak Doni gak terlalu parah, gak terkena di bagian vital yang terus dijaga Doni waktu perkelahian. Memang kepalanya terkena benturan hingga pingsan, namun tidak berbahaya. Nanti di CT-scan besok hari. Kayaknya setelah 1-2 hari ia sudah boleh pulang. Nanti dilanjut dengan rawat jalan menunggu lukanya kering. Yang mengkhawatirkan adalah retaknya beberapa tulang rusuk di pinggang. Itu yang menyebabkan dia gak bisa sembarangan bergerak. Mudah-mudahan besok waktu di scan gak ada masalah serius.


Setelah dapat perawatan, Doni tidak pingsan lagi. Menurut Dokter pingsannya dipicu oleh keadaan emosionalnya yang terganggu, dan tidak banyak pengaruh dari luka yang diderita.


Doni kemudian menceritakan soal perkelahian itu. Dia dicegat beberapa cowok ketika mau pulang, dan langsung dipukuli. Doni sebenarnya sempat menjatuhkan beberapa lawan. Pengalamannya sebagai preman di masa SMA membuat ia mampu melawan keroyokan beberapa orang.


Namun ketika makin banyak orang yang mengeroyoknya, ia harus jatuh bangun mempertahankan diri. Apalagi lawan-lawannya memegang pisau. Beberapa sayatan mengenai tangan dan kaki, sehingga ia tak mampu membalas serangan dan hanya bisa bertahan total. Karena gelap dan tidak menyadari keadaan sekitar, Ia terpeleset jatuh dan dipukul berulang-ulang. Untung saja tubuhnya kuat karena sudah biasa menerima pukulan.


“Doni, ada diantara mereka yang kamu kenal?” Rivo bertanya.


Doni tidak menjawab hanya menggeleng kepala.


“Mungkin pemimpin mereka, sayang sekali ia memakai topeng. Aku gak berani menuduh sembarang orang.” Doni menjelasan.


Namun kemudian aku memperhatikan Kak Doni memegang sebuah kalung di tangannya. Namun ia gak mau bilang apa-apa, sayang aku gak bisa melihat bentuknya dengan seksama. Pasti ia punya rencana tertentu.


Malam itu aku memaksa menginap di rumah sakit menjaga sepupuku. Ayah dan Rivo tidak dapat membujukku pulang. Aku merasa turut bertanggung jawab atas kemalangan yang diderita Kak Doni. Pasti ini semua terjadi karena ulah Dinah dan komplotannya, kemarin Darla sekarang Doni. Selanjutnya siapa lagi?


Ketika Rivo dan Ayah pulang, aku duduk di samping Kak Doni dan membelai rambut dan wajahnya. Kak Doni mungkin adalah sodara yang paling dekat dengan aku. Eh, mungkin karena ia dan aku hanya beda umur 3 tahun. Memang sih, Kak Titien juga baik, tapi gak sedekat dengan Kak Doni.


Aku terus memandang cowok ganteng yang kembali pingsan itu. Wajahnya yang keras dan macho banyak menggambarkan pengalamannya sebagai anak terminal selama ia SMA dulu. Dasar preman…


Doni kini siuman lagi, menatapku berbinar-binar… ia tampak senang, bahagia sekali. Tetapi hanya beberapa detik kemudian ia meringis kembali…. Kali ini penuh kekecewaan… wajahnya kembali suram.


“Ahhhhh!” Doni memegang dadanya.


“Kenapa kak? Sakit?” Aku membelai tubuhnya pelan.


Doni hanya diam aja… walau ia tampaknya menahan sesuatu.


“Aku panggilin suster yah?” Aku mencari tombol untuk memanggil perawat, tapi Doni menggeleng dan menahanku.


“Kok sakit di dada, kan lukanya di kepala, pinggang dan di bahu?” Aku penasaran. Jangan-jangan ada luka lain yang gak sempat ditemukan dokter.


Doni hanya diam aja sambil meraba di bagian jantungnya. Aku tambah cemas.


“Kak, Gimana? sakit apa?” Aku bertanya.


“Aku bukan sakit, hanya sedih!” Kak Doni menggumam kecil.


“Sedih kenapa?”


“Kirain tadi yang disampingku Cherry, eh teryata Lita doang!” Kak Doni tertawa kecil. Aku menatapnya tajam, benar aja. Kak Doni tidak lagi bercanda.


“Ahaaa… ketahuan. Rindu yah? baru tiga minggu…” Aku ketawa juga, ternyata sakit rindu. Kayaknya Doni lebih sakit karena Cherry gak ada daripada luka yang dideritanya.


Doni mengambil cermin dan melihat wajahnya yang bengkak dan lebam. Terlihat ada bekas jahitan di pelipis dan pipinya. Aku memandangnya terus.


“Kenapa? Udah gak ganteng lagi?” Aku meledek Doni yang terus memandang wajahnya yang bengkak.


“Pasti berbekas… Kalo Cherry lihat, ia masih suka gak yah?” Doni mengumam pelan, seakan berbicara kepada diri sendiri.


“Pastilah… aku yakin Kak Cherry gak hanya lihat penampilan luar!” Aku memberi semangat.


“Oh yah?” Doni kaya geer. “Aku sengaja membiarkan mereka memukul wajah, tapi melindungi bagian vitalku” Doni menambahkan sambil tersenyum.


“Maksudnya?” Aku gagal ngerti.


“Pukulan ke wajah aku biarkan, tapi pukulan ke kontol dan biji aku tangkis semua… demi Cherry!” Doni menjelaskan…


“Hahahaha……! Masih sempat pikir gituan. Dasar…” Aku kembali tertawa mendengar komentar yang mesum itu.


“Kalo luka di wajah kan bisa sembuh… tapi kalo bijiku hancur gimana? Impoten dong” Kak Doni masih melucu… Aku jadi jengah mendengarnya, walaupun sempat tertawa tadi. Kak Doni memang gitu orangnya.


“Ehhh… ambil hikmahnya Kak. Wajah Kak Doni yang luber begini ada bagusnya… supaya cewek-cewek gak mendekat waktu Kak Cherry lagi jauh!” Aku balas meledek sambil mengalihkan cerita. Gak enak nyerempet di mesum-mesum lagi. Walaupun biasa dengan teman-teman, aku masih risih bercanda mesum dengan Kak Doni. Apalagi aku sudah pernah melihat kontolnya yang jago memuaskan wanita. ihhhh....


“Hehehe… udah Lita tidur aja. Tadi malam kan kamu gak tidur semalaman…” Kak Doni balas meledek lagi. Ternyata ia bisa menebak apa yang terjadi antara aku dan Rivo. Aku memalingkan wajah yang sudah merah karena malu.


“Eh, yang tidak tidur semalam itu siapa? Apa gak kebalik? Sampe-sampe Kak Cherry kehabisan suara teriak terus…” Aku balas meledeknya.


“Tuh buktinya kamu dengar, artinya kamu gak tidur!” Doni membalas lagi.


“Gak kali, Kak… aku semalaman tidur nyenyak” Aku mengelak.


“Kamu sih bukannya tidur, malah ditiduri… hahahah!” Kak Doni ketawa sedangkan aku hanya bisa tersenyum mendengar ia bercanda. Awalnya gak ngerti kata-katanya… ‘ditiduri? Huh?!’


“Eh… maksudnya? Gak … gak kok! Ih pancing terus…” Aku baru sadar. Sebuah cubitan langsung mampir di pinggang Kak Doni. “Udah kangen cubitan Kak Cherry yah, dari tadi ledek terus…!”Aku menambahkan.


“Auwww… sakit!” Kak Doni mengeluh sambil tertawa-tawa. Bener juga… pasti ia merindukan cubitan cewek.


“Udah Lita, sekarang tidur, yah!” Doni menyuruhku naik ke tempat tidur satunya yang disiapkan untuk penjaga.


Tak lama kemudian terdengar dengkuran Kak Doni. Aku masih belum bisa tidur. Terlalu banyak yang dipikirkan.


Cukup lama aku merenung sebelum tidur. Kenapa hal-hal ini menimpa teman-teman terdekatku. Aku menyesali gara-gara peristiwa itu Kak Darla dan Kak Doni jadi korban. Aku harus memperingatkan Nia dan Rivo… eh, aku juga harus jaga diri sendiri. Untunglah Kak Cherry sudah aman jauh di Makassar…


“Cherry… sayang! ohhhh.. Cherry….!” Doni sempat memanggil-manggil kekasihnya dalam mimpi. Sooo sweeeeeet. Kak Cherry benar-benar membuat ia berubah, dari seorang playboy jalanan menjadi cowok yang setia. ‘Eh mungkin saja karena goyangan Cherry yang membuat Kak Doni gak mampu berpaling, hehehe!’


Aku merenung kembali, sampai sekarang ini aku masih ragu kalo aku mencintai Rivo atau orang lain. Memang sih aku sempat menghayalkan ciuman Rivo… tapi gak sampe mimpi seperti ini kaliiii.


-----


Masih jam enam pagi.


Aku masih nyenyak tidur, ketika terasa sebuah ciuman mengenai pipiku. Lembut sekali…


“Sayang…. bangun dong, udah pagi!” Suatu suara bisikan jelas di telingaku. Tak jelas siapa yang berbisik… namun hanya satu nama di kepalaku.


“Rivo, nanti dulu. Aku masih ngantuk…!” Mataku masih berat… aku hanya memutar badan dan kembali tidur lagi.


Aku merasakan sebuah tangan yang lembut menjelajahi dadaku, dan sempat menyenggol gundukan indah itu.


“Rivo ah… bilangin masih ngantuk. Ntar ku gigit lagi kontolmu…!” Aku kembali memindahkan tangan itu dan mencegahnya membelai bongkahan dadaku.


“Astaga! Kamu gigit kontol Rivo?” Terdengar suara wanita yang kaget, suara yang sangat aku kenal.


OMG…. Kenapa ia ada disini?


“Yarra… cepat bangun, terus cerita gimana kamu gigit anunya Rivo?” Suara itu tambah mendesak. Ia menarik kedua tanganku yang kini dipakai menutup wajahku. Aku malu sekali…


“Nia?!?” Akhirnya aku bangun juga dan tertawa malu. Benar aja, disampingku ada sosok gadis manis yang sudah menjadi sohibku sejak SMP. Ia menatapku penuh tanya… dan aku gak bisa mengelak lagi.


Mana Kak Doni sudah bangun lagi, dan ia malah tertawa-tawa mendengar ocehan kami. Untung ia ngerti dan segera masuk kamar mandi.


“Eh tunggu dulu… kenapa kamu masih pagi buta udah ada disini?” Aku bertanya…


“Hahaha… kamu lupa yah Yarra… aku kan nginap disini untuk jaga sepupu. Barusan ketemu kemarin, kok bisa lupa?” Nia menertawakan kepikunanku. Maklum aja, baru bangun. Belum sempat kumpul nyawa udah ditodong kek gini.


Gadis polos itu terus menuntut ku bercerita. Sebenarnya Nia itu orangnya pemalu pake banget, sangat tidak pede-an… tapi kalo bersamaku ia jauh berbeda, gak takuk menunjukkan siapa dia sebenarnya. Dan aku tahu banget kalo Ia tidak akan berhenti menuntut sampai aku menceritakan semua. Aku harus ngomong apa? Astaga…


Mau-gak mau aku menceritakan kejadian di paviliun Doni, dan diakhiri dengan gigitanku di kontol Rivo. Memang sih gak detail, terutama mengenai Kak Cherry. Aku gak mau derajat Kak Cherry jatuh di mata gadis itu. Melania sampe ikutan tegang dan tertawa-tawa mendengar ceritaku.


“Pantesan waktu dicium dan diraba-raba langsung keingat Rivo…” Nia meledekku. Gadis culun ini udah mulai dewasa.


“Itu sih gak seberapa, kalo aku gigit kuat-kuat pastilah Rivo masuk rumah sakit … hehehe… mungkin hampir putus seperti… eh gak!” Aku tidak dapat meneruskan kata-kataku. Aku baru sadar Kevin lagi dekat dengan Nia.


“Seperti siapa, Yara?” Nia terus mendesak, tapi aku gak berani bilang. Malu sekali kalo ia tahu kontol Kevin pernah masuk kedalam mulutku.


“Ihhh kepo!” Aku hanya nyengir dan mengalihkan cerita.


“Yara… aku tanya?” Nia terus aja memaksa, menuntut jawaban.


“Kring…. Kring… Kring…!” Bunyi nada dering hape-ku gak pernah semerdu ini. Tepat sekali ketika aku butuh mengalihkan perhatian gadis kepo itu.


“Haloooo” Aku menjawab sambil bertanya-tanya. Nomornya gak keluar, gak tauh siapa yang telpon dan mau mengangkat karena waktunya yang tpat.


“Lita… ini Kak Titien. Doni gimana? Lukanya parah gak?” Suara Kak Titien tampak penuh dengan kecemasan. Ngomongnya cepat-cepat gak kasih kesempatan aku bernafas dulu.


“Kak Titien? Ini dari America?” Aku masih gak percaya.


“Iya Lita… ini Kak Tien. Kakak mau tanya soal Doni yang katanya lagi dirawat karena dikeroyok orang!” Sementara Kak Titien ngomong, aku memandang ke arah Kak Doni yang baru keluar dari kamar kecil. Ia datang mendekat setelah mengetahui aku berbicara dengan kakaknya.


“Aduh Kak… Kasian banget, luka Doni parah.. ada beberapa kali tusukan pisau, terus rusuknya sampe patah, otaknya geger terkena benturan. Dokter bilang ada luka dalam… dokter agaknya sudah angkat tangan… gak bisa buat apa-apa. Kak Doni dirujuk untuk di bawa ke rumah sakit yang lebih besar.” Aku menahan tawa mendengar Kak Titien sangat kuatir. Kapan lagi bisa kerjain dia… Kak Doni sendiri sampe kaget mendengar jawabanku yang ngawur.


“Astaga…. Jadi parah? Terus kalo dokter sudah lepas tangan, gimana dong?” Kak Titien tambah cemas. Kak Doni mau rampas telpon, tetapi aku menyuruhnya diam… “hush… sssstttt”


“Gini Kak, setelah tanya-tanya dokter, Kak Doni harus pindah ke rumah sakit. yang punya fasilitas lengkap. Yang terdekat ada di luar kota, di Makassar. Jadi kayaknya Kak Doni harus diterbangkan ke Makassar dan dirawat disana… mungkin sampe 3 minggu” Aku kini menatap Kak Doni dan bercerita sambil tersenyum. Cowok itu masih aja menggaruk-garuk kepala dan baru menyadari rencanaku. Kak Doni balas tersenyum dan mengangkat kedua jempolnya tanda setuju.


“Yah sudah… Lita bantu urus yah, Kak Tien kirim uang dan segera bawa Doni berobat ke Makassar. Aku boleh ngomong dengan Doni?” Kak Titien ternyata sangat mengkhawatirkan adiknya.


Aku memberikan telpon ke Kak Doni…


“Kak Tien… aduh kak… sakit, rasanya mau mati Kak…!” Suara Doni terdengar lemah dan parau merintih kesakitan. Ternyata si cunguk itu jago juga main drama. Sementara itu aku hanya tertawa-tawa mendengar rengek si cowok preman itu. Doni sendiri hampir gak tahan mau ikutan tertawa.


Baguslah, kalo Kak Doni dirawat di Makasar, paling tidak ia aman disana. Gak akan diganggu gang Dinah disana. Sekarang, waktunya telpon Kak Cherry… eh tunggu, baiknya ngomong apa yah? Yang pasti harus jadi surprise… Hihihi


Tak lama kemudian aku meneelpon ke Makassar.


“Halo, Kak Cherry… ini, ada sodaraku yang mau rawat di RS di Makassar. Kak Cherry tahu RS yang bagus? Jauh gak dari tempat kos? Kakak boleh jemput? Eh, tapi Kak Cherry gak sibuk lagi kan? Ok terima kasih Kak Cherry sayang… nanti aku titip ole-ole deh untuk Kakak.


-----


Setelah makan pagi, aku mojok dengan Nia dan menyampaikan uneg-unegku soal hubungannya dengan Kevin. Nia gak terima dan menganggap aku berlebihan… susah juga menasihati gadis yang lagi jatuh cinta.


“Yarra… kali ini kamu harus percaya aku. Kevin itu sudah berubah… ia bilang sendiri kok kalo ia juga pernah menjadi playboy yang suka mempermainkan wanita. Tapi sekarang sudah tidak lagi, sudah kapok katanya…” Nia masih terus membantah dan tidak mau mendengarkan nasihatku.


“Bukan cuma playboy, Nia… ia juga anggota gang Dinah yang tujuannya menghancurkan gadis-gadis baik-baik di kampus kita. Aku bilang ini karena aku mau melindungi kamu… aku takut jangan kamu jadi korban mereka!” Aku terus ngomong tapi agaknya Nia gak perduli lagi.


Setelah beberapa minggu ketemu terus di rumah sakit, kayaknya bibit cinta sudah tumbuh di hati Nia. Gadis polos yang selama ini belum pernah pacaran, baru sekarang mengenal cinta. Sayangnya… cinta ini tidak dapat dikendalikanya.


Aku memang menyuruh Nia menjauhi Kevin. Aku takut jangan-jangan gadis polos ini jadi korban kejahatan… bisa saja Nia dijadikan bagian dari balas dendam gang Dinah kepada ku. Setelah Darla dan Doni, kini Nia… aku mulai bertanya-tanya.


Sayangnya Nia gak mau dengar.


Aku tahu satu-satunya cara supaya ia ngerti adalah kalo aku menceritakan apa yang terjadi di villa Susan. Tapi gak mungkin lah yah... aku malu sekali… aku ingin mengubur kisah itu dalam-dalam.


“Kamu yakin Kevin berterus terang kepadamu? Apa betul ia mempercayaimu?” Aku bertanya lagi.


Nia hanya mengangguk yakin.


“Kamu tahu alasan ia masuk rumah sakit? Tahu gak ia sakit apa?” Aku bertanya, Nia kelabakan. Ia gak tahu jawaban yang sebenarnya.


“Eh… aku gak tanya sih…” Nia mulai ragu.


“Aku tahu Nia…! Tapi aku gak bisa bilang… kalu ia memang berubah ia pasti ngomong, karena itu adalah bukti ia masih playboy.” Aku menjawab tegas.


Melania hanya diam saja… masih berpikir. Aku tahu ia butuh waktu untuk memutuskan.


“Nia, aku gak berhak mengatur hidup kamu. Aku hanya bisa ngomong, terus kasih nasihat. Aku gak mau kamu menderita…” Aku merendahkan suarahku.


“Terus aku harus gimana, Yara?” Nia bertanya.


“Kamu harus jauhi dia… lebih cepat lebih baik, sebelum kamu dimanfaatkannya.” Aku memberikan jalan keluar.


“Tapi…” Nia masih ragu-ragu.


“Nia, Kevin itu bajingan. Ia itu pemangsa cewek tahu… aku lihat sendiri bagaimana ia merayu cewek sampe hampir aja melepaskan keperawanannya dan menjadi budak seks mereka!” Kali ini kata-kataku penuh emosi membayangkan kalo saja Kesha tidak menolongku.


Nia menatapku dan melihat kesungguh-sungguhan dimataku.


“Yarra… gini aja. Aku tidak akan jadian dengannya, sebelum Kevin membuktikan ia sudah berubah. Selama ia belum tunjukkan perubahan, aku gak mau jadi pacarnya…” Nia menatapku tertunduk. Dua buah butiran air mata tampak membasah pinpihnya


Aku menariknya mendekat dan memeluknya.


“Makasih Nia!” Aku berbisik di telinganya.


Nia hanya menangis kuat, meratapi cinta pertamanya.


-----


Setelah aku mengambil beberapa baju dari rumah untuk di bawah ke Rumah sakit, aku kembali menengok sahabatku yang dirawat di lt. 3, satu lantai di bawah kakak sepupu-ku, Kak Doni.


“Kak Darla? Lagi ngapain?”


Gadis cantik yang lagi dirawat itu kelihatan menggerakkan tangan di bawah selimut. Tubuhnya bergoyang-goyang, terutama di bagian perut-nya, eh mungkin lagi… Astaga!


Aku baru sadar, Kak Darla lagi masturbasi…


Ihhhh… nafsu banget, udah lagi dirawat, masih pake selang infus, sempat-sempat lagi. Padahal baru aja di gang-bang… nakal banget.


“Deya???” Kak Darla kayak melihat hantu di siang bolong.


“Astaga Kak?!” Aku gak tauh mau bilang apa.


“Aduh… hahahaha….” Kak Darla kelihatan malu sekali. “Deya, jangan bilang siapa-siapa yah!”


Tak lama kemudian kami larut dalam pembicaraan yang penuh canda… kadang menyerempet ke arah mesum-mesum dikit. Dasar… Tapi mungkin ini yang ia butuhkan setelah menjadi korban perkosaan. Kata orang, mereka yang menjadi korban biasanya trauma dan mengurung diri berhari-hari. Tapi Kak Darla kelihatan enjoy aja.


Kak Darla menceritakan perkosaan yang dilakukan oleh Bren dan tiga orang temannya, yang menyekap gadis itu di sebuah rumah kosong. Kak Darla disekap dua hari satu malam, dan selama itu mereka bergantian mengentotnya, eh kadang malah threesome. Selain itu Kak Darla dijadikan objek fantasi seks, pernah diikat, dijadikan slave, dan bermain macam-macam peran. Kak Darla juga sempat ditusuk analnya waktu DP.


Untunglah setelah hari kedua, tetangga pada curiga mendengar teriakan seorang gadis. Dan ketika mereka menggebrek, didapati Kak Darla lagi diikat dan diperkosa di tempat tidur.


“Mana kontolnya besar-besar lagi… rasanya tubuhku sudah hampir dicabik-cabik. Selama itu aku telanjang bulat, untung waktu dingin malam-malam aku sempat di kasih selimut tipis.” Kak Darla terus aja curhat.


“Kak, sakit yah?” Aku merasa kasihan mendengar penderitaannya.


“Eh, memang sakit sih… tapi kakak juga merasa nikmat kok… terutama waktu di gang-bang… aku sampe orgasme berkali-kali!” Kak Darla gak malu-malu mengakui.


“Eh… ini perkosaan ato?” Aku terkejut mendengar jawabannya yang polos.


“Hahaha…” Kak Darla tertawa lucu mendengar perkataanku.


“Padahal aku kira mau menghibur korban yang lagi trauma… eh gak taunya malah korbannya mau-mau aja…!” Aku meledeknya.


“Aku gak tahu Deya, sejak main dengan Kevin dan Bren di villa lalu, agaknya aku merasa udah menjadi cewek hyper… kadang aku stress kalo gak dapat kontol sehari kek gini! Justru waktu digang-bang aku merasa puas… nikmat banget.” Kak Darla menatapku… aku bergidik mendengar kata-katanya.


Kak Darla mulai curhat menceritakan pengalaman hidupnya, yang makin kacau sejak putus dengan Edo, cowok yang memperawaninya sejak SMA. Sejak Edo lulus dan mencari kerja di Bali, Kak Darla tidak pernah lagi mendapatkan cinta kasih seorang cowok.


Sampai suatu kali ia ketemu dengan seorang cowok di tempat kuliah. Awalnya gak sengaja, tapi mereka terlibat dalam hubungan yang gila-gilaan, yang membuat ia berubah menjadi maniak seks. Cowok ini mampu memberinya kepuasan berulang-ulang, dan mengajarkan kepadanya bermacam-macam gaya dan posisi. Sejak itu ia mulai mengumbar nafsu, dan jatuh dalam perangkap kecanduan. Eh, justru waktu itu ia menyadari cowok itu hanya mau mengambil keuntungan nafsu, tapi tidak mencintainya. Berulang kali ia mencoba membuat cowok itu jatuh cinta, tapi ia tak mampu…


Setelah itu keadaan hanya menjadi semakin buruk. Kak Darla sempat jatuh lagi ke pelukan beberapa cowok yang hanya mengejarnya karena nafsu belaka. Namun sampai sekarang belum menemukan seseorang yang mampu mengimbanginya seperti cowok itu.


“Terus, gimana dengan cowok itu? Kak Darla gak mengejarnya lagi?” Aku penasaran.


“Gak sayang, aku tahu ia tidak mencintaiku. Sampai sekarang kita hanya teman biasa.” Kak Darla menyimpan sebuah misteri. Aku gak enak mau desak dia…


“Terus kenal Rivo dan Doni dari mana?” Aku masih penasaran.


“Doni itu sudah lama kenal, dari SMA. Dikenalin sama Kak Titien, sedangkan Rivo kenal karena ia teman dekat Doni… Eh, bukan hanya teman dekat, tapi saingan berat… hahaha!” Kak Darla membuat aku makin penasaran.


“Saingan berat? Maksudnya?” Aku gagal paham.


“Keduanya berbulan-bulan bersaing mengejar si Cherry… yah, akhirnya Doni yang beruntung, Aldo patah hati. Berbulan-bulan stress soal Cherry! Hampir aja ia menjadi penjahat kelamin, dan selalu pacaran dengan cewek paling top di kampus. Banyak korbannya… terakhir ia pacaran dengan Juwita, si putri kampus. Tapi keknya sekarang udah tobat. Gak tahu yah siapa yang akhirnya bisa menaklukan si playboy ganteng itu?” Kak Darla tertawa meledek sambil melirikku.


-----


“Sayang, aku jemput satu jam lagi yah, aku masih di Mantos (Manado Town Square), beli perlengkapan komputer" Rivo meneleponku. Suaranya pelan, kayak bisik-bisik, entah kenapa.


“Kamu di Mantos di mana? Kok kek ada orang lain?” Aku bertanya, tapi Rivo segera mematikan hape. ‘Ih.. bodoh! Aku mau bilang kalo aku juga ada di Mantos, supaya ia gak perlu jemput lagi…’ Ujarku dalam hati, merasa dongkol karena Rivo mematikan hape secara sepihak.


“Udah dapat bukunya, Yara?” Nia bertanya. Agaknya ia sudah bosan di Gramedia...


“Iya… sudah, ini udah siap bayar kok!” Kami berdua menuju ke kasir.


Setelah memilih sebuah buku novel, kami langsung menuju ke Hypermart untuk belanja cemilan. Ada beberapa barang yang disuruh beli Doni, terutama untuk di bawa ke Makassar besok siang. Benar juga, cowok itu makin hari makin romantis, beruntung benar lho Kak Cherry.


Kalo gak harus belanja, kami lebih suka tinggal di rumah atau di rumah sakit. Soalnya tadi sempat ketemu dengan beberapa teman kuliah, yang begitu melihatku langsung aja menghindar. Ternyata biar sudah lama, peristiwa itu masih diingat terus.


“Eh, Yara… itu kan?” Nia menarikku dan menunjuk ke arah kiri. Melihat kearahku, Nia gak mampu menyebutkan nama cowok itu…


Aku tertegun melihat pemandangan didepanku. Seorang cowok sementara bercanda mesra dengan seorang gadis. Akrab sekali… tangan kanan gadis itu terus digenggam… tampak ia berbisik kecil, dan gadis itu membalas dengan mencubitnya.


Astaga, Rivo???


“Siapa gadis itu?” Tanya Nia ketika melihat aku mengeluarkan hape untuk mengambil gambar mereka dari jauh.


“Namanya Keia… dia itu mahasiswa senior, dua tingkat diatas kita… Jurusan Computer Science.” Aku menggumam kecil, entah menjawab Nia atau mengingatkan kembali hatiku.


“Keia… kayaknya kenal deh, programmer sempat jadi putri kampus kan?” Tanya Nia membuat aku kembali sadar cewek itu memang segala-galanya dari ku.


Keia bukan gadis centil yang suka menonjolkan kecantikan. Bukan pula gadis manja yang bergantung kepada laki-laki. Ia adalah putri kampus yang kontroversial, karena selain memiliki pesona kewanitaan… ia juga adalah programmer yang handal yang memenangkan beberapa kejuaraan nasional di bidang programming. Paduan berbahaya dari kecantikan dan kepinteran…

Aku masih melongo menatap mereka sampai berpisah, ketika Rivo mencubit pipi gadis itu, dan kembali Keia membalasnya dengan cubitan di pinggang.


“Nia… yuk kita pulang!” Aku menariknya sebelum Rivo melihatku. Jarak kami hanya 6 meter…


“Deyara… kenapa?” Nia sampe berteriak terkejut dengan tarikanku… Suaranya agak keras… eh, mungkin terlalu keras. Aku merasa deg degan kalo aja Rivo mendengarnya.


“Eh… Deya?” Aku mendengar seruan Rivo dari belakang. Pasti ia sudah melihat kami… Aku terus menarik tangan Nia cepat-cepat.


“Yara… kenapa kamu?” Nia masih bertanya… tapi ia membiarkan tangannya ditarik. Ahhhh mana masih jauh lagi pintu keluar… aku terus menarik tangan Nia. Walaupun sempat terlepas beberapa kali, tapi terus ku cari dan tarik lagi. Aku gak berani melihat kebelakang… takut jangan Rivo mengenaliku.


Setelah setengah perjalanan aku merasa tangan Nia makin berat… mungkin ia sudah capek, karena aku berjalan secepatnya dari tadi.


“Nia… ayo dong… nanti aku ngomong kalo sudah di parkiran.” Untunglah Nia menyusulku. Kali ini tangannya ku pegang erat-erat, gak mau terlepas lagi.


Begitu tiba diluar, parkiran sudah gelap. Matahari barusan terbenam, tapi karena banyak awan maka langit cepat sekali menjadi gelap. Akhirnya… nafasku sudah tersengal-sengal… cape juga jalan cepat dari tadi.


‘Eh tunggu, ini bukan tangan Nia! Ada apa ini?’ Akupun memandang kebelakang. Dan ketakutanku makin nyata… aku menarik tangan Rivo dari tadi.


“Eh kunyuk, kenapa kamu ikut-ikut?” Aku malu sekali. Orang yang harusnya kuhindari justru ini berada tepat dibelakangku…


“Justru aku bingung, kenapa kamu tarik tanganku dari tadi!” Rivo malah meledekku.


Baru kali ini aku gugup sekali, gak tauh mau buat apa. Cowok itu masih aja cengar-cengir tersenyum menatapku. Kali ini kedua tanganku sudah digenggamnya… ehhh.


“Rivo, lepaskan tanganku…!” Aku tambah malu dilihat orang.


“Iya aku lepaskan, tapi janji dulu gak akan mencubitku..” Rivo masih melucu. Tanganku masih digenggam terus, aku gak tauh harus buat apa…


Untung saja di saat yang memalukan itu ada seorang datang membelaku, sahabat sejatiku, Melania.


“Eh cowok! jangan pegang-pegang tangan sahabatku… awas kamu mendekat!” Nia kalo marah ngomongnya cepat-cepat, kadang tidak terkontrol. Rivo sampe terkejut melihat kemarahan sahabatku… rasain!


Nia kembali menaruh tangannya kepinggang, dagunya diangkat tinggi dan mulai mercak-mercak. Gayanya membuat Rivo mundur ketakutan… nada suaranya makin lama makin meninggi! Baru tahu aslinya Nia yah… hehehe.


“Mentang-mentang kamu sudah pernah oral Deyara sampe berkali-kali orgasme, kamu sudah anggap berhak yah?” Astaga… apa maksudnya Nia ngomong begitu.


“Tahu gak… Sahabatku ini sekarang udah berbeda. Biar tadi malam ia mimpi soal ciumanmu, sekarang ia gak mudah lagi terpesona oleh rayuanmu… biarpun ia sampe puji-puji kontolmu tadi pagi, bukan berarti ia gampangan.” Aku makin terkejut dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya. Ihhh bikin malu aja.


“Awas kamu yah! Kalo berani macam-macam akan ku suruh Deyara menggigit kontolmu lagi! Berani?” Kata-kata Nia makin kacau aja, dan kembali wajahku merah sekali… kali ini pake banget.


“Eh, kok kamu tahu?” Rivo bingung harus takut ato malah ketawa…


“Astaga, Nia…..!” Hilang semua kemarahanku … yang tersisa hanyalah rasa malu… ih malu banget. Rivo hanya memandangku tersenyum dari tadi.


Nia baru sadar udah keceplos dari tadi. “Udah kalian selesaikan sendiri, aku tunggu di dalam!”

Eh, malah biarkan aku sendiri dengan cowok ini. OMG! Dengan cepatnya gadis itu berbalik meninggalkan kami berdua.


“Nia!?” Aku memanggilnya, tapi ia terus pergi.


Teriakanku tidak sampai selesai, sudah kembali ditutup dengan ciuman dahsyat dari cowok itu. Lututku langsung goyah… rasanya tubuh ini jadi lemah, dan aku kembali jatuh ke pelukannya…


-----


POV Nia


Melihat Yara ciuman dengan Rivo aku deg-degan. Tadi mereka ciuman lama sekali, setelah itu diam gak ada kata-kata. Bahkan sampe waktu makan malam pun mereka masih diam terus. Mungkin masih malu.


Oh yah, kali ini Deyara dan aku diantar Rivo kembali ke rumah sakit. Jalanan lagi macet, sehingga walaupun jarak hanya dekat, mungkin hampir satu jam baru tiba.


Begitu tiba aku langsung turun, dan pamit. Iyalah kasih kesempatan kepada dua sejoli itu untuk cipokan di mobil. Dari tadi mereka udah keliatan mau, cuma malu-malu karena ada aku. Eh, takut dimarahi lagi, hehehe…


Begitu tiba aku langsung masuk ke kamar Kevin…


Yah benar… Meskipun sudah diwanti-wanti oleh Deyarra, aku masih aja tetap menjalin hubungan dengan Kevin. Terutama waktu jam-jam sepi di rumah sakit kayak sekarang.


Aku masuk dalam kamar tempat Kevin di rawat. Ia sementara duduk, siap untuk makan. Pasti nunggu disuapin… cowok itu manja sekali. Dan semuanya berawal tadi malam…


Tadi malam…


Aku kembali teringat kemarin malam, aku mendapatkan ciuman pertamaku. Yah benar, Kevin tembak aku tadi malam, dan parahnya aku langsung ijinkan bibirku disosor dengan bibirnya.


Co… cwiiittttt


Tadi malam ketika menyatakan cintanya… Kevin berubah menjadi cowok yang benar-benar romantis. Eh mungkin kelebihan... jadi melankolis. Awalnya ia kelihatan sesak dan sukar bernafas. Badannya gemetaran dan matanya tinggi kek gak sadar. Aku jadi takut sekali, mana sodaranya bilang Kevin mungkin sakitnya gak bisa sembuh lagi… mungkin saja ia gak sanggup bertahan malam ini.


Aku jadi terkejut dan takut. Rasanya terlalu cepat, tapi sosoknya langsung terpatri di hati. Dan ketika ia menyatakan pesan-pesan terakhirnya aku langsung terisak. Kevin mewariskan cintanya kepadaku...


“Nia.. mungkin kau pikir ini terlalu cepat, tapi sungguh aku rela mati asalkan kau di sampingku. Tahu gak, kau orang yang paling berarti bagiku… Mawar setangkai ini adalah pernyataan cintaku kepadamu… aku gak mau mati sebelum menyatakan cintaku.”


Di saat suasana haru dan sedih, aku membiarkan ia memelukku dan menciumku… aku hanya bisa menutup mata ketika bibirnya sudah sangat dekat melumat bibirku. Dan aku terus membiarkan lidahnya masuk dan bermain-main didalam… dan selama 5 menit itu aku merasa diriku ada diawan-awan, menerima pencurahan cinta yang sangat besar.


Untung saja sejak saat itu kesehatan Kevin cepat sekali berangsur pulih. Ia dapat tidur dengan nyenyak dan malah tadi pagi sudah hampir sembuh. Apa benar semuanya karena ciumanku?

Balik ke malam ini...

Walaupun tadi malam adalah malam yang paling berkesan dalam hidupku… ternyata malam ini juga punya kenangan yang gak kalah indahnya. Untuk pertama kali dalam sejarah aku membuka diri pada cinta seorang pria.


Setelah jam 11 malam Kevin sms aku suruh datang ke kamarnya. Ia membujuk aku supaya mau tidur dengannya… awalnya aku sempat menolak, pake alasan kalo udah ganti baju tidur. Tapi Kevin terus memohon… Aku takut jangan ia anfal lagi… aku udah gak pikir panjang lagi langsung mengiyakan. Kayaknya aku akan dicium lagi kek tadi malam. Gak apa-apa sih… kitakan memang pacaran…


Apa iya yah… aku sempat bercermin dan membasahi bibirku… ihh apaan sih!


Setelah masuk, Kevin langsung meminta aku naik ke tempat tidur disampingnya. Karena ranjang sangat sempit, terpaksa kami harus tidur berpelukan… berdesakan. Tangannya bebas memelukku sepanjang malam… juga bibirnya bebas mencium bibir dan wajahku, eh malah sampai ke leherku dicupang… eh menurutnya tanda jadi kalo mulai saat itu aku miliknya. Hihihi… lucu.


Setelah itu aku mulai menutup mata tanda ingin tidur. Kevin juga membuat hal yang sama sementara lampu dipadamkan, hanya cahaya remang-remang menerangi kamar yang mewah ini.


Aku belum bisa tidur… tapi gak mau bergerak supaya Kevin cepat tidur. Eh, tapi malu juga sih… Kevin ternyata nakal sekali. Awalnya kita saling berpelukan, tapi lama-lama tangannya mulai meraba-raba dadaku… aku merasa tangannya sempat meremas bongkahanku… dan aku hanya diam aja pura-pura tidur. Ihhh nakal…. Aku menggerakkan tanganku mencoba memindahkan tangannya… tapi gak lama kemudian tangannya balik lagi. Ihhhh… setelah berkali-kali terjadi hal yang sama aku membiarkannya.


Kali ini aku tertidur singkat. Tapi kemudian terbangun lagi karena gerakan tangannya. Eh… tangannya cekatan, lho… entah bagaimana sudah masuk dibalik baju tidurku. Awalnya perutku yang diusap-usap, tapi lama kelamaan udah mampir ke gundukan di dada. Aku juga gak tahu bagaimana bra-ku bisa tersingkir… yang pasti tangannya sudah mengeksplorasi gundukan dadaku. Wah, ia menang banyak cowok ini….


Ih geli sekali waktu jarinya memegang putting di payuradaku. Aku terus pura-pura tidur gak tahu mau buat apa…


Tangan Kevin terus menjelajah di dadaku, membelai, meremas, memijat, ujungnya diputar-putar… ia sempat memuji-muji toketku waktu baju tidurku disingkap keatas… Eh, menurut Kevin bodiku mantap sekali… putih, mulus, padat, kenyal… padahal toketku masih kalah dengan punya Yara. Ih…. rasanya lagi melambung tinggi waktu mendengar pujian dari cowok ganteng ini.


Dan aku hampir aja ketahuan tadi malam… waktu mulut Kevin turun dan menjilat-jilat dadaku… lidahnya nakal sekali, memuntir pentil kiri dan kanan. Ihhhhh… geli sekali. Aku gak tahan dan mengeluarkan desahan pelan… ini enak sekali. Aku sampai bergetar menahan nikmat… Mungkin aja Kevin tahu aku sudah bangun, karena pinggulku sempat mengejang beberapa kali. Dan aku merasa ada cairan meluber di bagian intim tubuhku… CD-ku langsung basah kuyup. Aku hanya bisa menikmatinya…


Kevin masih terus memuji kecantikanku… ia membelai-belai tubuhku, tangannya makin lama makin turun ke bawah. Ia mulai menurunkan celana tidurku… disaat itu aku terkejut. Aku malu sekali kalo Kevin tahu aku sudah basah kuyup… tetapi aku gak mampu untuk menahan gerakan tangannya… ia mulai membelai-belai paha dan selangkanganku dari luar… aku jadi gemetaran. Tapi aku tak berdaya…


Apa yang harus aku lakukan? Aku masih gak tahu harus buat apa, dan terus menutup mataku membiarkan tangan Kevin mempermainkan kembali nafsu birahiku… ohhh nikmat sekali!


Bersambung…
 
akhir nya updated jg, terima kasih suhu..
hmm.. kirain darla bakal langgeng sma edo krn di suruh jagain sma della. eh ternyata malah pts jga yah, kyk nya masih banyak misteri dari tokoh2 terdahulu. gmn darla bsa jadi se hyper skrg? :pandajahat:
 
Yah .. sayang banget kalo Nia sampe jebol sama si PK
 
Bimabet
akhir nya updated jg, terima kasih suhu..
hmm.. kirain darla bakal langgeng sma edo krn di suruh jagain sma della. eh ternyata malah pts jga yah, kyk nya masih banyak misteri dari tokoh2 terdahulu. gmn darla bsa jadi se hyper skrg? :pandajahat:

Nanti ada POV khusus Darla dan ia akan cerita masa lalu... kenapa ia sampe putus dengan Edo.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd