Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Nuernberg - Dua Kosong Satu Tujuh. [TAMAT]

Bantu pilih ya...

  • With threesome

    Votes: 46 82,1%
  • Without threesome

    Votes: 10 17,9%

  • Total voters
    56
  • Poll closed .
PART 10.2

30RCpslr_o.png


Kami berciuman...

Perlahan lidah Shani berusaha masuk kedalam, aku mengimbanginya. Kami saling belit dan decak lidah kami mulai terdengar lebih seksi. Kami terus berciuman, tangan Shani bergerak aktif menarik celanaku turun dan seketika penisku yang mulai tegang terlihat...

Shani melepas ciuman dan turun kebawah, aku mulai gelisah...

"Hhh... Hhh... Hhh..."

Nafasku jadi memburu merasakan lidah Shani menjilati penisku sambil sesekali memijitnya...

"Mmhh..."

Aku sedikit bergetar saat merasakan penisku masuk kedalam mulutnya, Shani mulai mengoral penisku. Menghisap, memijit, dan sesekali menjilat seluruh penisku, ditambah dengan tatapannya yang sayu. Rasanya sungguh luar biasa!

Nggak! Tahan yov! TAHAN!

Shani makin berisik dibawah sana, sementara aku berusaha mati-matian menahan rasa nikmat yang memenuhi nafsuku sekarang...

Damn! Shani hampir sama dengan Gracia, dia tau titik-titik kelemahanku!

"Shan... Mmhh... Aku... Ssshh... Nggak mau... Kuar sekarang!"


Shani tidak memperdulikan perkataanku, dia malah mempercepat menghisapnya!

Shit! ARGHH!


Aku jadi sayu, rasa gatal memenuhi penisku! Tanganku berpindah dari mencengkram sofa sekarang memegang kepala Shani menahannya...

"Sshaann! Ergh!"

Shani kaget berusaha melepas penisku dari mulutnya tapi tertahan tanganku, dia meronta sedikit. Setelah terlepas, tersedak, wajahnya sedikit memerah, matanya berair...

"Parah banget..." Bisiknya membersihkan sisa spermaku di bibirnya.
"Hampir gabisa nafas..." Lanjutnya.

Aku cengengesan, "Ya maaf..."


***

bEZG2iwZ_o.jpg


Aku mendorongnya kearah dinding sambil menciumi lehernya, pakaiannya menyisakan pakaian dalam sementara aku sudah tidak berpakaian. Aku menciumi lehernya, Shani memejamkan matanya memiringkan kepalanya sedikit memberikan ruang padaku...

"Sshh..."

Nafas kami menjadi berat, aku mengangkat tangan Shani keatas dan mencengkramnya. Shani menatapku sayu, kami berciuman... Decak lidah kami perlahan terdengar makin keras...

Ciuman terlepas...

Kami saling tatap, sama-sama sayu...


"...Aku udah lama nggak begini lagi, Yov..."


Aku berlutut dan dengan sekali tarik merobek celana dalamnya, Shani sempat kaget sesaat tapi...


"AAHHH..."


Desahannya keluar saat aku menjilat vaginanya, dia terus mendesah terkadang mendesis dan tangannya mengelusi kepalaku. Aku tetap fokus menjilat setiap inci dari vaginanya yang sekarang mulai basah sambil sesekali menghisapnya...


"YooVV... SSSHH... OOOHH..."


Desahannya makin lama makin kencang, berdirinya mulai gelisah. Aku menghentikan kegiatanku dan mendongak...


Dia menggeleng...


"MMHH... MMHHH!!"


Jari telunjuk dan jari tengahku masuk kedalam vaginanya...


"NGGAAHHH!! MMHHH!! YOOVV!!!"


Aku makin mempercepat tusukanku didalam vaginanya, Shani memegang tanganku berusaha menahannya. Menggeleng liar...


"Kuarin Shan!"

"NGGGAAAAAHHHHHH!!!!"


Shani histeris, dia squirting cukup banyak dan kehilangan keseimbangan dan terjatuh terduduk. Vaginanya sedikit memerah dan berkedut. Aku tersenyum...


"Hhh... Gila... Hhh..."


Aku menuntunnya menuju sofa, dia masih lemah merebahkan dirinya. Sesaat aku berpikir ingin menghajarnya, tapi aku urungkan melihatnya sayu. Aku menatapnya dengan tatapan ingin melanjutkan...

Dia mengerti, dengan sisa tenaganya dia merunduk membelakangiku. Aku mengarahkan penisku kedalam vaginanya...

"Ssshh... Ergh!"

Dengan sekali dorong penisku masuk kedalam vaginanya dan mulai bergerak menyesuaikan temponya...

"Yoovv... Mmhh... Sssshh... AAHH!!"

Kudorong dan tarik penisku sambil merasakan denyutan dinding vagina Shani yang berkedut. Desahannya membuat pinggangku bergerak mempercepat doronganku didalam vaginanya. Luar biasa!

Aku terus menggenjot vaginanya. Shani mencengkram bibir sofa kuat-kuat, rambutnya sudah lepek akibat keringat sambil terus mendesis terkadang mengerang. Aku mencengkram pinggangnya...

Oh shit...


Rasa itu datang, seketika seluruh kepala penisku mendadak gatal. Gatal sekali. Aku mempercepat dorongan penisku di vagina Shani...

"AAHH!!! YOOVVV!!! NNGGAAAAHH!!"
"Dikit... Lagi... Ssshaann..."
"Mmhh... Kuarin! Kuarin di dalem! YOOVV!!!"


Aku tidak mendengar perkataannya, reflek meringkuk memeluk pinggangnya erat. Ini sudah diujung!

Tiba-tiba Shani mengencangkan jepitan vaginanya sehingga terasa makin diurut... Fuck!

"TERUS... TERUS YOV! AKU KUAARR!!"

Dia squirting tubuhnya sedikit bergetar, selang beberapa detik kemudian kudorong penisku lebih dalam menyentuh rahimnya, kakiku seolah tertarik menjinjit sendiri...

Satu...
Dua...
Tiga..
Empat...
Lima...
Enam?!
Tujuh?!!

Tujuh kali aku menyemburkan spermaku di dalam rahim Shani!

Kami sama-sama kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Nafas kami sama-sama tidak beraturan, beberapa tetes keringat membasahi sofa dan lantai. Penisku masih memerah begitu juga dengan vagina Shani, memerah dan masih berkedut beberapa kali dan meneteskan spermaku persis seperti dalam video yang pernah aku tonton...


DEG...



"Shan?"
"Ya?"
"Aku keluar di dalem..."

Aku berganti panik menatapnya. Dia berusaha tersenyum walau masih tersengal...

"Gapapa... Aku juga pengen ngerasain kok... Makasih ya..."


Mendengar itu entah kenapa aku jadi tersenyum...


"Nggak nyangka..." Aku berbisik.
"Kenapa?" Shani bingung.

"Mimpi aku jadi kenyataan..."
"Hhh... Aku juga..."


DEG...



"Maksudnya?"
"Iya, selama ini, semenjak kejadian itu aku selalu mimpiin kamu... Dan ternyata... Itu sesuai sama mimpi aku..."


Jadi selama ini nggak cuman aku yang suka mimpi begitu? Shani juga?


Senyumku makin lebar...


***

Pq0QlU3Z_o.jpg


Setelahnya kami sama-sama membersihkan badan dan membersihkan seluruh ruangan-ruangan dari segala cairan-cairan yang tersisa dari perbuatan kami berdua barusan. Aku membuatkan Shani coklat panas. Dia keluar dari kamar mengenakan switer merah dan celana cukup pendek hingga nyaris tidak keliatan...

Mirip Gracia...


"Hei! Kok bengong!"

"Ah? Nggak. Kamu mirip seseorang..." Aku nyengir.
"Ini coklat panasnya..." Lanjutku memberikan segelas coklat panas.

"Gracia kan?" Tebaknya. Aku diam.

"Jadi kamu enak juga ya... Ada tiga cewek yang bisa kapan aja kamu ajak...
"Sekarang empat!" Potongku.

"Ih! Aku nggak masuk hitungan..." Celetuknya.

"Masuk lah. Kan barusan..."
"Iya tapi kan nggak hamil!"
"Ya tunggu aja, ntar juga hamil..."


Kami terus berdebat hal yang tidak penting sampai akhirnya...


"Jujur aku udah lama banget nggak ngerasain kayak tadi..." Shani nyengir.
"Makasih ya..." Dia menatapku.

Aku diam sesaat...

"Tapi setidaknya kamu juga harus pulang, Shan. Ketemu orang tua kamu disana..."

"Aku gamau, aku masih trauma..." Dia berubah sendu.
"Ngapain kamu trauma? Kejadian itu udah lama. Dan ga mungkin dia satu rumah sama orang tua kamu kan?" Aku menatapnya serius.

Shani diam...

"Aku nyesel kehilangan kedua orang tua aku...
...Jangan sampe kamu... Nyesel karena kehilangan orang tua kamu...
...Selagi mereka masih ada, pulang Shan..."


"Tapi aku takut kalo suatu saat tiba-tiba ketemu dia..." Shani menatapku lemah.
"Nggak akan. Ya kalo ketemu juga pasti ada rasa penyesalan dari dia pasti..." Balasku.

Shani memikirkan sesuatu lalu kembali tersadar...

"Mudah-mudahan aku bisa..." Bisiknya.

Aku tersenyum menatapnya...


***

1HSZM8RX_o.jpg


Tersisa beberapa hari lagi aku harus kembali ke Indonesia, dan entah kenapa belakangan ini selalu seperti ini...


"Kak, nanti kalo aku nggak ada di sisi kakak. Kakyov bakalan kangen ga?"

Gracia tersenyum menatapku...

"Kak, aku harus pergi ke Jerman..."

Gracia menatapku ragu...

"Kak... Please... Hamilin aku...!"

Gracia menitihkan air mata menatapku...


"Kak! Mikirin apa sih!" Gracia membuyarkan lamunanku.
"Ng-nggak papa..." Aku berusaha tenang.


Ya, aku sedang bersama Gracia saat ini. Dan yang menariknya...


"Astaga, antriannya panjang banget! Cuman demi kamu gre!" Shani menghampiri kami.
Gracia cengengesan, "Maaf ya cici aku!"


Kami bertiga bisa berkumpul bersama, ceritanya begini...


"Mudah-mudahan aku bisa..." Shani berbisik.

Aku tersenyum menatapnya lalu memeluknya...

"Ci Shan..."


DEG...
Suara Gracia?


"Gre?" Shani tersadar, melepas pelukanku.
"Aku harus gimana?" Aku panik.
"Ngumpet! Kamu ngumpet aja di kamar!" Shani ikutan panik.


Bel beberapa kali berbunyi, Shani memastikan semuanya aman sementara aku bersembunyi di kamarnya...


Aku tidak mendengar apa-apa dari dalam sini, sampai tiba-tiba...


Pintu kamar terbuka, Gracia berdiri di ambang pintu...


Hancur...


"Jadi kakyov disini?
...Kalian ada apa?"


DEG...


"Nggak gitu..."
"Gee, dengerin aku. Ini...

"Kakyov sama Cishan... Kenapa kak?" Gracia menatapku.

Aku berusaha menjelaskan tapi entah kenapa tidak sepatah katapun keluar dari bibirku. Gracia ragu menatapku, ada beberapa menit kami semua terdiam...

"...Aku cerita sama Yovie soal pacar sepupu aku..." Shani angkat bicara.

Gracia menatap Shani,

"Kenapa?" Gracia bingung.
"Karena dia cowok..." Shani enteng.
"Tapi, itu kan masalah... Pribadi..." Gracia masih ragu.

"Iya, tapi gegara Yovie aku setidaknya berani untuk kembali ke Indonesia...
...Karena selagi orang tua aku masih ada, aku harus kembali..."


Shani tersenyum menatapku yang diam nggak tau harus ngomong apa...


Makasih, Shan!


Aku, Shani, dan Gracia kembali menyusuri jalanan kota Nuernberg. Meskipun panas tapi tidak mengurangi suhu dingin yang ada disini. Perhatianku tiba-tiba...


"Aku cinta sama kamu..." Gracia memerah menatapku.


DEG...
Apa sih? Belakangan ini aku terbayang Gracia terus...


"Ci, aku mau nginep di rumah ci Shan. Udah lama nggak nginep semenjak ada kakyov..."
"Terus Yovie gimana?" Tanya Shani.
"Kakyov? Ikut aja..." Gracia enteng.


DEG...
Sepertinya... Ah sudah lah...


***

Frvy14u7_o.jpg


Shani dan Gracia sedang sibuk di dalam, sementara aku terdiam menatap langit. Sudah kurang lebih sebulan aku disini. Banyak kejadian-kejadian yang sudah aku lewati, satu hal yang pasti dari semua kejadian ini adalah aku menyesal. Kenapa aku lebih milih Shania daripada Gracia waktu itu? Kenapa aku begitu cepat memilih Shania jadi pasanganku? Maafin aku, gee...

"Kak..."
"Eh, kenapa, gee?"
"Gapapa. Kakak kenapa? Kayak mikir gitu..."

Gracia menatapku dalam, tatapan itu membuat rasa menyesalku makin membesar. Kupeluk dia erat...

"Maafin aku, aku menyesal..."
"Udahlah kak, nggak perlu nyesel. Toh aku nggak kemana-mana. Kan aku udah pernah bilang, kakak boleh kapan aja kesini, tanpa harus selalu disini. Ada Yuvia dan kak Shania yang nungguin kakyov disana..."

"Iya tapi sekarang aku nyesel, kalo tau disini selama lima tahun kamu berjuang sendirian..."

"Aku nggak sendirian kak, ada ci Shani kok yang bantuin aku, ada mamah juga..."

Gracia meyakinkan aku untuk tidak perlu menyesal dan memendam rasa bersalah sendirian karena dia disini juga bahagia meskipun tanpa aku. Dia memintaku untuk tidak perlu khawatir dengan keadaannya disini. Aku sedikit lega walau... Ada satu hal yang belum bisa aku ungkap... Aku dan Shani...

"Makan yuk, aku sama ci Shani udah masak..."

Gracia menarikku masuk kedalam...

OgONe71p_o.jpg


BERSAMBUNG...


Ehehehe update lagi nih potongan kemaren. Semoga sukak! Bocoran buat update selanjutnya... Kesian banget Gracia...
Di tunggu adegan bertiganya suhu~ alias ceritanya mantep abis dah part 10 khusus buat ci shani doang
 
Tunggu tunggu, ini Yovie belum jujur sama Gracia soal apa yang udah dia lakuin sama Shani?

Jangan bilang di update selanjutnya, waktu Yovie 'jujur' sama Gracia, Gracia nya mau maafin dan berujung pada 'hasil poling'

Yovie kampret emang!!! :elu::elu:
 
Tunggu tunggu, ini Yovie belum jujur sama Gracia soal apa yang udah dia lakuin sama Shani?

Jangan bilang di update selanjutnya, waktu Yovie 'jujur' sama Gracia, Gracia nya mau maafin dan berujung pada 'hasil poling'

Yovie kampret emang!!! :elu::elu:
Ya pokoknya #Special #Upgrade deh.
:haha::haha:
 
Ya pokoknya #Special #Upgrade deh.
:haha::haha:

Waduh, kalo jawabannya gini jangan-jangan bener nih :pandaketawa:
Atau setidaknya kurang lebih seperti itu?
Berikan kami kejutan Mr. DeG!

Kamu sabar banget sih jadi cewek? Tampar dong tampar! Shania aja berani nampar yovie.

Jangan. Kasihan dong kalo ditampar.
Itu lagi nyiapin makanan kan, coba diracun deh makanannya si Yovie (jahat banget kesannya gue, maaf ya Mr. DEG) :pandapeace:
 
Bimabet
Ini yovie sdh ga inget anaknya yg di jkt ya malah pingin tinggal di negara lain krn ada yg menggugah selera gracia sm shani kacian yuvie sama shania, ini sungguh terlalu.....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd