Aku belari dengan motor 250 CC dengan seorang wanita bersamaku memeluk tubuhku. Sedikit gugp dan ketakutan akan hadirnya mobil yang mencoba membunuhku. Jalanan gelap aku susuri, sebuah jalan di bukit bacusa (badak bercula satu). Dengan kecepatan yang stabil aku masih bisa bergerak depan mobil dibelakangku. Teriakan dan makian kepala orang yang keluar dari jendela mobilnya tak bisa aku dengar. Dari spion motorku ini aku bisa melihat bagaimana orang yang berada dibelakangku sangat ingin kematianku dan juga rani, wanita yang berada dibelakangku.
Jalan semakin menanjak, kutahu jalan ini pernah aku susuri ketika masih SMA bersama koplak. Jalana yang lama kelamaan akan menjadi sangat sempit, dan juga menyeramkan karena kanan-kirinya berupa belahan bukit. Ya, jalan yang akan aku susuri adalah jalan yang membelah bukit dimana kanan dan kirinya hampir seperti tembok yang menjulang tinggi. Motor 250 CC ini semakin aku pacu dengan cepat, hingga pada jalan yang lurus kuliha seorang laki-laki dengan motor bebeknya mengacungkan jempol ke arahku. Aku tak tahu siapa dia yang jelas dia tersenyum kepadaku. Hingga motorku melaju dengan cepat melewati lelaki itu.
Jalan menjadi semakin gelap tanpa ada penerengan jalan disini. Walau begitu aku masih hapal jalan-jalan disini. Tepat didepanku sebuah tikungan yang berbelok ke kanan yang sedikit tajam dengan jalan sedikit menanjak landai. Sesuai dengan rencana, Motorku sedikit aku lambatkan sehingga mobil dibelakangku akan berada di kananku. Dan ya, mobil itu mulai mencoba menyalipku dari kanan. Posisi mobil sudah berada di kanan belakangku, tampaknya mobil itu menginginkan aku hidup-hidup. DOR DOR DOR... suara tembakan dari mobil kulihat tembakan itu diarahkan ke atas.
berhenti! ucap tukang dari belakang mobil,
Tiiiiiiiiin tiiiiiiiiiiiiiiiin... bunyi klaskson dari mobil dibelakangku
Arya, aku takut... ucap rani yang terdengar pelan
Peluk aku lebih erat, kita akan selamat! teriakku
Tepat ketika tikungan ke kanan tajam, kupacu motorku. Dan...
THIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIN THIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIN..... CIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIT BRAAAAAAAAAAAKKKKK....
Sebuah truk dengan bemper baja yang monyonh kedepan melaju di samping kananku. Mobil yang berada dibelakangku kehilangan kendali. Tampak sebelum terjadi tabrakan, dari spion kulihat tukang mencoba membanting mobilnya ke kiri tapi terlambat. Truk dengan lampu yang tidak menyala ini, sudah terlebih dahulu menghantam dan mendorong dengan sangat keras mobil yag ditunggangi tukang. Hingga ringsek mobil itu tak berbentuk tergencet antara truk dan dinding jalan, aku kemudian mengerem motorku dan berputar balik. Tampak pak wan keluar dari truk tanpa plat nomor itu dan berjalan melewati mobil yang ringsek. Aku segera mengejarnya, dan kudekati pak wan. Seorang lelaki datang dengan motor bebeknya. Kami berada agak jauh dari mobil yang ringsek itu.
Pak wan terima kasih ucapku, motor bebek dengan seorang lelaki itu mendekat
Sudah kewajiban saya membantu den arya ucapnya
Ar,aku pinjam korekmu ucap rani yan kemudian turun, mengalihkan perhatianku dan kedua orang lelaki dihadapanku
Buat apa? ucapku
Sudah... pinjami aku ucapnya kemudian ku beri korek apiku
Terlihat sebuah cairan mengalir mendekati tempat kami berada. Rani kemudian mendekati cairan itu dan menyalakan korek api. Seketika, api merambat melalui korek itu dan kemudian berlari kembali kearahku. Kami berempat kemudian bergerak menjauh dan DHUAAAAAAAAAAAARRRR.... sebuah kembang api besar membakar mobil dan truk itu,
MATI KAMU BAJINGAAAAAAAAAAAAAAAAN! Teriak Rani
Sudah ran... ucapku
hiks hiks hiks... terima kasih ar, terima kasih ucapnya sambil memelukku di belakang motor
Masih bersama kobaran api....
pak truknya?ucapku kepada pak wan
Sudah den wicak, tenang... saya bisa beli lagi ucap lelaki itu
Eh... tapi... ucapku sedikit kaget mendengar nama kakekku
Sudah, ndak papa, truk itu belum setimpal dengan apa yang sudah dilakukan tuan wicak kepada saya. Apalagi saya membantu cucu dari orang yang berarti bagi saya, den arya, tapi saya lebih suka memanggil anda den wicak ucap lelaki itu
perkenalkan den, ini anak saya, namanya Warnadi ucap pak wan
oh iya, saya... ucapku terpotong
Den Wicak, pokoknya saya manggil aden dengan nama kakek aden ucap mas war
terima kasih, saya sangat berterima kasih ucapku
Jadi Mas War itu yang tadi dipinggir jalan itu ya? ucapku kepada mas war anak dari pak wan
Iya, tadi sore bapak nelpon aku mas, katanya akan ada pertarungan lumayan besar mas. Makanya aku nemenin bapak, sekalian ngikuti rencana temannya mas yang namanya siapa tadi pak? ucap mas war kepada pak wan
Wongso, anak pemilik warung makan itu lho den ucap pak wan
owh... pantes dia tadi bilang ke aku pak, mas ucapku kepada mereka berdua
Kami terlibat perbincangan sebentar, yang kemudian kami berpisah. Pak wan pulang dan sebelum pulang pak wan memasang sebuah tanda di tengah jalan yang berjarak kurang lebih 200 meter dari tabrakan ADA KECELAKAAN HATI-HATI. Setelahnya kupacu motorku ke arah rumah sakit, dalam perjalanan dengan laju lambat.
Ar... ucap rani
Hmmm... ucapku
Terima kasih ucapnya
tenang cu... sekarang kamu bersembunyi dulu ya cu he he he ucapku
dasar kakek-kakek ha ha ha hiks terima kasih pokoknya ucapnya
iya... iya jangan nangis, toko dah pada tutup ndak ada yang jual tisu ucapku
nyebelin kamu itu
ar, mulai sekarang kamu adalah kakakku ucapnya
kakek sajalah biar keren balasku
Kak arya.. ehem... asyiik punya kakak ucapnya
tapi ingat, aku pengen punya adik ipar bernama anta ucapku
Siap kakakku pasti ucapnya semakin erat memelukku
Hingga aku masuk ke dalam jalur lingkar, dan menuju kearah rumah sakit. Tampak segerombolan koplak berada di samping jalan. Aku berhenti dan tersenyum kepada mereka, mereka pun membalasnya. Wongso dengan santai melempar sekaleng minuma bertuliskan pasir hijau. Aku turun dan duduk memutar bersama mereka, dalam keheningan dan senyum-senyum sendiri. Tiba-tiba kami tertawa sangat keras bersama-sama.
KOPLAAAAAAAAAK! HA HA HA HA HA.... ! teriak kami bersama-sama
HA HA HA HA... MAU HERMAWAN KONTOLE GATEL, OMONGKE DIRA BEN DIGARUKE (tadi hermawan kontolnya gatal, bilangkan dira biar digarukin) teriak karyo
Ah matamu! Malah diemut susah ngko ha ha ha (Malah di emut, susah nanti) balas hermawan
Lha joko malah geblek, moso Hapeku yang dibuat untuk melempar, kampret joko tuh ucap hermawan
masalahnya, kan sayang kalau hapeku, hapeku buat BBM-an sama pacarku. Lha kamu? Pacar sebelah rumah saja pakai hape wekekekekekekeke... ucap joko membalas
AH RAIMU (WAJAHMU) ha ha ha ha ucap hermawan di iringi gelak tawa kami bersama
Lha tugiyo malah jadi pecinta dangdut, sudah tahu situasi genting perang, malah muter evie tamala ucap wongso
Gila separo itu tugiyo dewo menimpali
Parah lagi parjo, lagunya tina toon... mama bolo bolo... gila ndak tuh? ucap karyo sambil gerak tubuhnya meledek parjo
sama gilanya hahaha uca aris diiringi gelak tawa kami semua
Woi, lha tadi hasilnya bagaimana? ucapku kepada mereka semua
NASI BAKAR HA HA HA HA ucap wongso, tugiyo, dewo dan aris yang kemudian mengacungkan jempol ke arahku
PEPES BAKAR HA HA HA HA ucap karyo, joko, parjo, dan hermawan yang kemudian mereka bersama-sama serta masing-masing dari mereka mengacungkan dua jempol kearahku
Lha kamu ar? ucap wongso dan dewo bersamaan
bandeng presto, tapi habis itu dibakar ucapku santai
HA HA HA HA HA... gelak tawa kami bersama...
Kakak-kakakku... ucap rani memecah keceriaan kami
hiks hiks hiks terima kasih hiks hiks hiks ucapnya yang berdiri sambil membungkuk ke arah kami bersembilan
WOI NANGIS MANEH (LAGI) TAK PERKOSA LHO ucap parjo
EH... rani sedikit kaget
Bercanda mbak ha ha ha, mana mungkin kita ngelakuin itu sama ih ih nya arya wekekekekekek ucap wongso
gundulmu, ini adikku ucapku
Adik ketemu gede? Wah bahaya arya... ha ha ha ha ucap dewo
Aku adiknya kak arya, terima kasih sekali lagi teman-teman kak Arya ucap rani kembali membungkuk kearah kami
hei... ucapku, serentak kami bersembilan mengacungkan jempol ke arah rani. Dia hanya mampu tersenyum dengan aliran air mata kebahagiaan
Hingga akhirnya kami menyudahi nongkrong sejenak ini karena telepon dari anton agar segera ke rumah sakit. Ku kabarkan kepadanya bahwa misi berhasil dan kami akan segera menuju ke rumah sakit. Laju pelan motor beriringan, diiringi dengan gelak tawa dan canda kami. kadang ada yang memukul dan kemudian lari dengan motornya. Adapula yang ngegas-ngegas dengan tujuan manas-manasin temannya. Ya itulah koplak, aku sebenarnya juga tidak mengerti kenapa aku bisa bersama mereka. Tidak pernah mengerti kenapa mereka bisa menjadi temanku. Teman yang lebih akrab dari seorang sahabat, entah mungkin nama lainnya adalah keluarga keduaku. Tak ada marah ataupun benci sekalipun ada masalah diantara kami.
Kak... ucap rani dibelakangku
Hmm... jawabku
terima kasih.. ucapnya
Sudahlah anggap saja ini sebagai hadiah persaudaraan kita ucapku
Heem... ucap rani sambil memelukku sangat erat
Rani, seorang gadis yang tampak berbeda dengan yang aku kenal ketika KKN. Dia yang sebelumnya selalu diam selama KKN, tertutup akan semua hal yang ada dalam dirinya. Sekarang sungguh tampak berbeda, dengan posisi memelukku pun dia mendendangkan lagu entah lagu apa. Dia sudah berani mengejek temanku, mengatai mereka dengan berbaga macam hal yang sedikit parno. Tapi tanggapan dari teman-temanku tetaplah biasa, karena mereka tahu gadis ini sudah menjadi adikku dan pastinya adik mereka juga.
Kak aris?! teriak rani ketika motor yang ditunggangi aris berada disampingku
Apa ran? ucap aris
Kakak ahli keris ya? ucap rani
Wah pasti arya yang kasih tahu ya, emang kenapa? ucap aris
iiih pasti itunya ikut bengkog-bengkong juga ya, ngeri deh... hiiiiiiiiiiiii weeeeeeeeeeeeeek ucap rani
awas kamu ya tak jewer kamu ucap aris dengan gaya orang tua yang hendak memukul
Lari kak arya, cepetan... ntar aku dipukul ucap rani
iya iya... ucapku yang langsung menancap gas menjauhi aris
Rani membuat kami semakin lengkap hari ini. candanya membuat kami terpingkal-pingkal, apalagi setelah aku memberitahukan sebutan sahabat-sahabatku. Aku masih dikejar-kejar oleh motor dewo dan aris, terlihat ugal-ugalan namun bahagia. Bukan hanya aris, semua kena, aku juga. Ejekan-ejekan rani terus saja keluar sampai kita berada dirumah sakit. Kami langsung berjalan menuju lantai dimana anton, udin, dan sudira sudah menunggu. Dan jelaslah ada tante asih disana. Kami semua mendapat keterangan bahwa yang mengoperasi ibunya rani adalah Om Heri, adik tante asih yang sudah aku ceritakan sebelumnya.
berdiri, baris yang lurus! bentak tante asih, membuat kami terkejut setengah mati. Tanpa bisa membantah, kami langsung berbaris lurus satu barisan
Maju satu persatu! bentak tante asih
ini lagi, keluyuran malem-malem ucap tante asih sambil menjewer telinga anton. Anton mangaduh dan langsung berjalan kebelakang tante asih
ini lagi, cowok bukan cewek bukan, mau cari pelanggan ucap tante asih menjewer sudira
Awwwwww... tante jangan keras-keras nanti dira tambah ndak cantik lho ucap dira yang langsung terdiam ketika melihat mata tante asih melotot. Dia kemudian berjalan kebelakang anton
kalian ndak usah maju ucap tante asih yang kemudian berjalan kesamping kami semua
ini nakal
ini juga
apalagi ini
kamu juga
ini tambah nakal lagi
dasar ndak bisa di atur
nakal kok ndak ketulungan ergh!
kapan tobatnya!
tambah kamu lagi
ini juga ucap tante asih yang berjalan di samping kami semua, setiap kata-kata yang keluar dari tante asih disertai jeweran
ganas! ucapku pelan
Apa kamu bilang ar? bentak tante asih
ndak tan endak kok ucapku
modaro (mati kamu)ucap dewo
sudah-sudah, pokoknya kalian kalau sedang mengerjakan sesuatu....
hati-hati, tante tidak ingin kehilangan kalian ucap tante yang membuat kami semua terharu
tanteeeeeeee eeee eee eee ee... ucap kami serempak
apa?! Apa?! bentak tante sambil mengepalkan tangan ketika kami hendak memeluknya
hi hi hi hi ternyata kakak-kakakku takut sama tante ya hi hi hi ucap rani
kamu juga?! Cewek keluar malam-malam, mau jadi apa?! ucap tante asih sedikit membentak rani
SUKURIIIIIIIIIIIIIIIINNNN! ucap kami bersama-sama
anu tan anu aaaaa... kak arya yang ngajak tan aaaaaaaaaaaaaa rengek rani, kami semua tertawa melihat tingkah rani
Kami kemudian berkumpul, koplak semua duduk di lantai sedangkan tante asih duduk bersama rani di bangku. Tante memperkenalkan diri kepada rani dan kemudian mengatakan kepada kami jika operasi ibunya rani berhasil. Om heri menyarankan agar ibu rani menjalani rawat jalan.
tapi tan itu anu... ucapku
Sudah tenang saja, anton sudah mengatakan semuanya. Itulah sebabnya om heri mau datang malam ini untuk mengoperasi. Dia sudah pulang sebelum kalian datang, dan tadi anton juga sudah bercerita mengenai apa yang kalian lakukan
Ingat kalian harus terus menyembunyikan identitas kalian. Jangan sampai ketahuan, dan kamu arya, hati-hati karena kamu paling dekat dengan mereka... ucap tante asih
Iya tan, hufffttttthh... tante sudah tahu semua mengenai dia? ucapku
Ketika kamu SD, tante sudah tahu kelakuannya... Aku tidak ingin mbak diah mendertia lagi
untuk tindakanmu malam ini dan seterusnya, tante akan mendukungmu ucap tante
Paling dekat? Dekat dengan siapa? tanya rani
Kamu belum cerita siapa kamu ar? ucap tante asih dan ku jawab menggeleng
Ran... Yang tadi kamu bakar... ucapku dengan senyuman
eh... iya kak... ucapnya
Satu komplotan dengan Ayahku, dan aku juga pasti akan menyingkirkan ayahku sendiri seperti kamu ucapku
Eh... tapi kakak tidak perlu melakukan hal yang rani lakukan tadi ucapnya tertunduk
Mungkin kamu melihat langsung penderitaan Ibu kamu, tapi aku tidak aku mengetahuinya dari sudut pandangku sebagai seorang anak, dan sudah ada beberapa yang menderita karenanya, dan aku tidak ingin itu semua berlanjut. Mungkin aku pelru belajar untuk lebih tegas lagi seperti kamu tadi ucapku, rani tersenyum memandangku
Wah masalah keluarga ini, kayaknya kita ndak perlu tahu... kita mau cari semoking areya, ada ndak tan? ucap hermawan
Di atap gedung, dan ingat puntungnya dibuang ke sampah kalau tidak, besok OB akan tante usulkan untuk libur ucap tante sambil menunjukan arah menuju ke atap gedung
lha? Apa kaitanya dengan kita tan? ucap dewo
Kalian yang akan menggantikannya ucap tante asih dengan pandangan yang sangat tajam
Hiiiiii... takuuuuut.... nanti dibersihkan bro, dulu rumah satu komplek sekarang satu rumah sakit ngeriiii... ganas ucap udin
Apa tadi yang kamu bilang?! bentak tante asih
lari bro... ucap wongso yang langsung lari dan diikuti oleh teman koplak yang lain. Kini tinggal aku, tante dan rani
Ran, nanti setelah ibu sedikit baikan. Akan tante bawa kerumah tante dan kamu juga tinggal bersama tante ya, masalah nanti kebutuhan kamu akan tante penuhi, okay? ucap tante asih
hiks terima kasih tanteee.... huuuuu... huuuuu... ndak nyangka akan bertemu keluarga sebaik ini hiks hiks hiks ucap rani sambil memeluk tante
sudah, kamu katanya dah jadi adiknya arya, berarti kan keponakan tante ucap tante asih
Iya tuh, lagian si arman anak pertama tante yang masih SD kan pengen banget punya kakak perempuan ucapku
heem nanti kamu mainnya sama anak-anak tante ya ran ucap tante asih
Heem... ucap rani yang memandang tante asih sembari mengusap air matanya
Sudah, kamu sekarang boleh menemani Ibu kamu ya, tuh kasihan ibu kamu sendirian, tapi jangan diabangunin ya, biarkan ibu kamu istirahat ucap tante asih
iya, tan... ucap rani cipika-cipiki dan kemudian berdiri
Makasih kakak ehem.. cup ucap rani yang berjalan dan mengecup keningku yang sedang duduk di lantai
iya ngeng cengeng... ucapku, rani hanya menoleh tersenyum dan tetap berjalan ke arah ruang kamar ibunya
Setelahnya hanya tinggal aku dan tante asih. Tante memandangku dengan tatapan lembutnya, aku hanya menaikan bahuku. Tante kemudian tersenyum dan melambaikan tangannya agar aku mendekat. Aku pun mendekat kearahnya dan duduk dilantai membelakanginya, bersandar pada bangku tempat duduk tante asih. Aku duduk dengan kedua kakiku kutekuk ke atas.
Ar... ucapnya
ya tan... balasku
hati-hati, dia terlalu berbahaya... ucapnya
mungkin tan, tapi aku sudah tahu kebusukannya dan karena kebusukannya juga aku lahir ucapku
Ibumu cerita semuanya? ucapnya
Heem... dari awal hingga akhir ucapku
Kakekmu sebenarnya tidak setuju dengan pernikahan Ibumu tapi karena itu janji kakek buyutmu ya kakekmu mau bagaimana lagi, walau kakekmu tahu itu hanya akal-akalan keluarga ayahmu. Karena kakek menghormati kakek buyut dari ayahmu dan kakek buyut dari ibumu, kakekmu mau. Tapi ternyata laki-laki itu busuk sekali, kakek tahu setelah beberapa tahun ayahmu mulai menjabat ucap tante
aku sudah tahu, dan tante jangan salahkan kakek wicak dan nenek mahesa, mereka juga sama menderitanya karena ulah bajingan itu ucapku
Kamu kok tahu kakek dan nenek dari ayahmu? ucapnya
Aku mencarinya dan mereka menceritakan semua. Mereka ahhhh... setelah bercerita meninggal di pelukanku ucapku
Eh... jadi kamu sudah melakukan pencarian...
hati-hati, dan jaga keluarga ini ar... semua bergantung padamu ucap tante
Eh... maksud tante? ucapku
Kita semua sudah tahu akan gerak-gerik Ayahmu, lambat laun dia pasti akan menyingkirkan keluarga kita. Semua sebenarnya sudah berusaha untuk menjatuhkan ayahmu tapi akar dia terlalu kuat jika dihadapi dengan face to face. Harapan kami ya kamu, karena dia tidak pernah tahu kamu ucap tante
hmmm... aku pasti bisa menghancurkannya... ucapku
kami selalu akan mendoakan dan mendukungmu, jaga ibu kamu ya?... ucap tante, aku hanya mengangguk pelan
Keheningan dari kami berdua...
bagaimana dian? ucap tante
Eh... aku hanya menunduk di sela-sela kakiku yang tertekuk
hari minggu malam, sekitar pukul 22:00 dia duduk diruang tunggu pasien lanta bawah...ucap tante
Eh.... aku terkejut dan menoleh ke arahnya
------
Malam ini aku mendapat shift jaga malam. Tepat dihari minggu, aku selalu berjalan-jalan memutari rumah sakit untuk sekedar menghilangkan penat dan kantuk. Tepat diruang tunggu lantai bawah aku melihat seorang wanita yang sudah tidak asing lagi bagiku. Dia Dian, dosen dari keponakanku. Dia duduk terus menatap ke arah mesin penjual makanan dan minuman. Aku berdiri disampingnya dengan jarak beberapa bangku kursi. Dia memandangku sebentar dan kemudian menoleh kembali ke arah mesin itu.
bagaimana... ucapnya memecah keheningan
jika mesin itu rusak mbak, padahal ada seorang pembeli sangat menginginkannya? ucap dian, aku sedikit terkejut ingin aku mendekat kearahnya namun aku tahan sebentar
cari yang lain... hanya itu yang terucap dari bibirku, dan sedikit aku meliriknya
haruskan seperti itu? ucapnya tanpa menoleh sedkitpun
tidak juga, bisa juga kan dibeli dan diperbaiki ucapku
jika kerusakannya sangat parah... ucapnya
aku tidak mengerti maksudmu yan, sangat tidak mengerti... ucapku heran, kemudian kami diam. Dari pandangan matanya aku bisa melihat sesuatu yang dia lihat. Aku kemudian tersenyum sendiri.
huffffthhh... hela nafas panjang dian, yang kemudian dia berdiri memandangku
terima kasih ucapnya sembari membungkukan badan dan meninggalkanku
Hei.... ucapku memanggilnya....
-----
aku kemudian mengatakan sesuatu kepadanya, dan maafkan tante jika akan ada hasil yang ya bisa buruk bisa juga baik, tapi tante tidak tahu selebihnya... ucap tante
Apakah dia menceritakan tentang aku? ucapku
ya, hanya saja tidak semuanya ada yang dia sembunyikan dari cerita tentang kamu ucap tante
Aku terlalu kotor untuknya... ucapku
Makanya pakai deterjen, direndam dan dibersihkan... ucap tante dengan canda
Semua tergantung kalian berdua
Sudah, tante mau menemani rani. Pagi nanti, jika ibu rani sudah siuman akan langsung tante bawa kerumah. Administrasinya sudah tante palsukan jadi kamu tenang saja, pihak rumah sakit sudah tante atur ucapnya sambil meninggalkan aku
Atur? ucapku
kan ada om kamu, tante, dan pak dhe Anas sahabat pak dhemu, jadi everything will be fine, urus tuh cinta kamu hi hi hi ucapnya, aku hanya memandang tante asih berlalu
Aku menerawang ke atas kembali, setelah semua aku lalui hari ini nampaknya akan menjadi sangat rumit hubunganku dengan bu dian. masa bodohlah, seandainya tidak ada dia pun langit masih biru dan daunpun masih hijau kecuali yang sudah layu atau mati. Aku bangki dengan langkah yang malas ke arah atap gedung. Dalam langkah ingatanku kembali ke masa-masa dimana semua masih indah, masa-masa dimana semua masih lugu. Masa dimana aku bersama mereka kembali koplak, rasanya aku ingin sekali kembali ke masa SMA.
Weh weh weh... surem banget wajahmu ar? ucap udin
Sini dira peluk biar ndak surem lagi? ucap dira sambil membuka kedua tangannya
O... lha kenthir (Gila), teman sendiri mau diembat juga?! ucap dewo
Hayah, sudah bro, yang surem itu juga siapa
Rokok! ucapku dengan gerak tangan meminta rokok.
Wongso dan anton yang kemudan berdiri dan melangkah menjauh dari rombongan melambaikan tangan mengajakku untuk mengobrol. Dia kemudian duduk di lantai atap kgedung. Aku menyusulnya, entah apa yang akan dia katakan kepadaku.
Sini ar, aku mau bicara dulu ucap anton
Ada apa? ucapku sembari duduk di depan mereka berdua
Bagaimana rani? ucap anton
Dia akan tinggal bersama tante asih, dan aktifitas sebagai mahasiswinya untuk sementara di tinggalkan dulu. Lagian ini libur semester 7, besok semester 8, rani hanya tinggal bimbingan. Jadi tidak masalah jika dia tidak bimbingan terlebih dahulu, dia bisa bimbingan kalau situasinya sudah mulai reda dan tenang. Masalah registrasi kuliah di semester genap (8) akan diurus oleh tanteku, jadi sekarang rani dipingit ucapku
baguslah kalau begitu...
Oia ar, bagaimana ayahmu? ucap anton
Iya bagaimana dengan dia? uca wongso
Sementara ini, selama Ayahku dirumah tidak ada percakapakan atau pergerakan yang mencurigakan. Rumah baginya hanya terminal pemberhentian bus sementara, habis masuk rumah 1-2 jam kemudian keluar lagi ucapku
Lha ibumu ndak papa ar? Ucap wongso
Ibu, begitu juga aku malah lebih bahagia ketika dia tidak ada dirumah ucapku
Ada informasi tambahan? ucap anton
Tidak ada nton, mungkin kita menunggu reaksi mereka setelah kematian tukang ucapku
benar, kita tunggu saja... ucap anton
Ton... ucapku, dia menoleh kearahku
Jangan beritahukan ke teman-temanmu mengenai aksi kita, aku tidak ingin IN mengambil bagian dari kesenanganku yang berbahaya ini ucapku
Kesenanganmu? Kesenangan kita kali ucap wongso dan anton bersamaan
Eh... aku terkejut dengan jawaban mereka, anton kemudian berdiri
Tenang bro, selama masih ada koplak, biarkan koplak yang menanganinya. Untuk rencana, kita bisa mengaturnya, selama kita masih punya keberanian terutama berani mati. Well... koplak will handle it ucap anton sembari melangkah pergi menuju ke kerumunan koplak yang lain, aku hanya memandangnya dengan tersenyum kecil
Cat... ucap wongso, aku menoleh ke arahnya
Kemarin dian ke warung, dia mengobrol denganku... ucap wongso
Eh... aku hanya tertunduk
Sudahlah... aku sudah tidak ingin mendengarnya lagi ucapku
tapi dia mendengarkan aku tentang seorang lelaki yang bukan apa-apa sekarang menjadi apa-apa untuk sahabat-sahabatnya ucap wongso
Ah.... terserah kamu mau cerita apa wong, aku sudah tidak peduli lagi ucapku, sembari menyulut dunhill dan melepaskan asapnya ke arah langit
Terserah kamu juga cat, mau mendengar atau tidak...
Dia hanya bertanya kepadaku, tentang seorang lelaki, tentang masa lalunya, dan kemudian aku bercerita mengenai 11 orang yang egois! ucapnya dengan sedikit mengeraskan suaranya ketika mengatakan 11 orang egois
Keras kepala ucap dewo
sok jago ucap karyo
Pemarah ucap udin
suka menang sendiri ucap anton
Suka membully ucap tugiyo
Suka menindas ucap joko
Suka menghina ucap parjo
Suka memaksa ciiiin ucap dira
dan tak mau menerima pendapat orang lain ucap aris, ucap mereka secara bergantian dan aku hanya menoleh kearah mereka
tapi disatukan oleh satu orang, yang kemudian jumlah mereka menjadi 12 orang. sebenarnya ketika mereka menjadi satu belum ada namanya, hingga ketika ke-12 orang ini bersatu dan sedang berkumpul untuk sekedar nongkrong di nasi kucing. Tiba-tiba, sekelompok orang menamai diri mereka geng tato dengan jumlah lebih dari 20 orang, mengobrak-abrik nasi kucing tempat ke-12 orang itu nongkrong. Tapi dengan santai ke-12 orang itu menghajar mereka dan menjadikan mereka bahan banyolan di hadapan semua orang. hingga ada orang yag berteriak, matur suwun geng koplak dan mulai saat itu, semua mengenal yang namanya geng koplak ucapnya aku hanya tersenyum kecil kepada wongso
dan ketika itu aku menceritakan bagaimana satu orang yang menyatukan ke-11 orang lainnya itu menolong ibuku dari kebakaran ucap wongso
bahkan mengambil BPKB dan STNK serta motor kakeknya untuk membayar biaya rumah sakit adikku ucap anton
Ada lho, yang ngambil perhiasan ibunya Cuma buat nglunasi utang bapakku ucap joko
Bahkan sampai berdarah-darah nolongin adik perempuanku yang hampir diperkosa sama geng kemarin sore ucap dewo
dan sialnya lelaki itu juga bantu nglunasi hutang ibuku di lintah darat, andai saja ndak dilunasi mungkin udah ndak punya rumah aku ucap karyo
ada juga yang setiap hari ngurusin kambing-kambingku ketika aku nungguin ibuku dirumah sakit, eh ditambah lagi pas keluar dari rumah sakit dan mau bayar, sudah lunas semua biayanya ucap aris
Bahkan ada yang bantu modal ibu dan bapakku buat jualan, agar aku bisa nglanjutin sekolah dan ndak perlu kerja ucap udin
ada juga yan nolongin aku waktu aku dijebak cin sama mata keranjang, untung waktu itu ndak jadi mati cin, dibuang coba di tengah hutan, untung tuh ada yang nyariin aku setelah 2 hari aku ndak kelihatan ucap sudira
Ada juga yang bayarin biaya operasi kakekku dan ayahku yang kecelakaan bersama waktu itu, ya walau akhirnya kakek meninggal tapi paling tidak aku masih bisa melihat ayahku sampai sekarang ucap tugiyo
Ada, waktu ruko ayahku dan ruko ayah hermawan terbakar ludes. Sudah ndak tahu mau kemana, ditambah lagi pake sama mboke semuanya ndak punya uang. Tapi tiba-tiba, selang satu minggu ruko itu sudah berdiri lagi di pasar besar ucap parjo
ya, aneh kan wong terbakar ludes, selang satu minggu ndak pernah tak lihat lagi. Eh dikasih tahu orang pasar, kalau rukoku dan ruko parjo dah siap untuk jualan. Barang dagangannya saja sudah lengkap didalam ucap hermawan mengiyakan parjo
Mereka semua yang berkerumun memandangku dengan senyum. Aku hanya mampu tersenyum lebar setelah semua yang aku lakukan telah diketahui mereka semua. Ya, waktu masih SMA aku menyembunyikannya sebelum aku baru berkumpul dengan mereka, baru saja berkumpul dan belum mempunyai nama. Aku sudah menganggap mereka keluarga, karena mereka aku juga memiliki banyak teman. Kejadian itu semua sudah berlangsung sangat lama, dan ketika itu mereka belum tahu walau akhirnya mereka tahu.
itu catatan masa lalu br... ucapku
masa lalu dengan tinta emas bagi kami semua ucap wongso
Dia tidak hanya datang kepadaku, tapi ke mereka semua. Bertanya tentang laki-laki itu ucap wongs sambil berdiri
Dan kemarin dia ngabisin satu plastik besar tisu dirumahku, belum dibayar lagi? He he he he ucap udin
Hei... semua orang pernah melakukan hal yang salah, tapi apa salahnya jika dibenarkan. Dia memang tidak bercerita secara detail mengenai lelaki itu, tapi sebenarnya teman-temannya ada yang pernah melakukan itu. Tapi karena ada bidadari datang dalam hidup mereka, mereka berhenti karena tidak ingin membuat sakit bidadarinya
Ada yang berhenti mabok, ngedrugs, nyabu, ngesek-ngesek dan masih banyak lagi, semua mereka lakukan agar bidadari yang datang tidak pergi lagi lanjut wongso yang membungkuk dengan kedua telapak tangannya meremas lututnya. Wajahnya tepat didepan wajahku.
jika kamu merasa bersalah, jangan terlalu merendahkan diri kamu. Rendah hati boleh tapi rendah diri jangan. Bersikaplah sewajarnya kamu... ucap wongso meninggalkan aku dan berkumpul bersama mereka
Aku termenung dengan ucapan wongso, enta apa yang ada dipikiranku saat ini. kosong dan tak menentu. Dian, kenapa kamu datang lagi, apakah kamu benar-benar ingin tahu aku sebenarnya? Masa bodohlah, aku akan mencari permaisuriku yang sebenarnya jika itu bukan kamu.
Woi! Kumpul sini napa, biar kaya manusia ucap dewo dan karyo
Aku kemudian berdiri dan berjalan kearah mereka. Mereka tersenyum kepadku, ada yang mengacungkan jempol, jari tengah, jempol kecepit dan aku hanya bisa tersenyum memandang mereka. Tak ada pembicaraan mengenai apa yang terjadi malam ini, apa yang terjadi dengan dian. yang ada kami bercanda semalam suntuk hingga pagi menjelang.
Rembulan itu menjadi teman kami selama berkumpul
Rembulan yang sama ketika aku bersamamu
Namun apalah dayaku
Aku terlalu kotor untukmu
Maafkan aku wahai rembulan terang, saksi bisuku
Saksi bisu tentang kisah cinta yang gelap