Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Wild love????

Sebuah rencana yang secara garis besar sudah aku ceritakan tapi bagaimana nantinya aku tidak tahu. Yang aku tahu, kami berangkat untuk membunuh beberapa orang. Mungkin aku bisa disamakan dengan Ayahku tapi biarlah orang yang menilai aku tidak peduli. Saat ini, sekarang ini yang aku tahu hanya menolong rani dan ibunya. Kami sekarang berada tidak jauh dari pos satpam perumahan arwah. Mobil Apanza hitam berada di depan kami bersembilan yang membawa motor 250 CC, berpakaian serba hitam. Dengan membawa mikropon untuk bisa saling berhubungan satu dengan yang lainnya, kami bercakap-cakap. Hingga Rani mengirimkan BBM yang isinya Ayah telah pergi. Sejenak kami menungguk 3 mobil keluar, dan aku mengatakan kepada koplak bahwa mobil itu yang aku lihat tadi pagi.

Setelah mobil itu keluar, melewati kami dan menjauh anton keluar memastika semuanya aman. Kemudian sudira dengan pakaian seksi berwarna hitam dengan belahan dada yang wah menggiyurkan berjalan berlenggak lenggok ke arah pos satpam. Tak tahu apa yang dilakukan oleh sudira karena memang terlalu jauh jarah kami, kira-kira 100 meter dari pos satpam. Yang terlihat adalah sudira berada di antara dua satpam, dan tiba-tiba kepala kedua satpam itu tampak menunduk ke daerah dada sudira. Dan tiba-tiba satpam sudah tidak tampak lagi, sudira kemudian keluar dan melambaikan tangan. Tanda untuk kami segera menuju kearahnya, kami semua kemudian bergerak secara serempak menuju arah sudira. tampak sudira sedikit kesal ketika hendak masuk ke dalam mobil.

“iiih... tuh satpam ganas deh, masa puting dira digigit hi hi hi” ucap dira keti membuka pintu mobil

“sudah cepat masuk woi!” ucap anton

“iya ndak sabaran sih, ntar dira kasih servis deh he he he” ucap dira

“hueeeeeeeeeeeeek...” ucap kami serempak

Terlihat satpam tidak sadarkan diri, entah apa yang dilakukan sudira. Yang jelas, setelah menggigit puting dira mereka pingsan. Bodohlah, segera kami bergerak menuju ke rumah rani. Mobil melaju terlebih dahulu dan berputar berhenti di sebrang jalan. Agar lebih mudah untuk bergerak terlebih dahulu. Segera aku menelepon rani, rani segera keluar dan membukakan pintu gerbang.

“Ayo cepat!” teriakku kepada teman-temanku, masing-masing ada yang tinggal di motor dan yang membonceng turun masuk kerumah rani kecuali aku. Aku ikut masuk ke dalam.

Segera kami masuk kedalam rumah rani. Kami angkat tubuh ibu rani dari dalam kamar menuju mobil. Rani tampak sedikit cemas dengan aksi kami, tapi disela-selanya aku menenangkan rani. Ibu rani tampak menangis tapi kami berusaha menenangkannya. Tak ada kata-kata yang terucap diantara kami selama kami beraksi. Talk less do more!

“hati-hati...” ucapku yang membopong ibu rani bersama tugiyo, aris, joko

“ran, kamu ke mobil buka pintu mobilnya cepat” ucapku, Setelahnya kami segera membopong ibu dan memasukannya ke dalam mobil.

“terima kasih nak...” ucap ibu rani

“sudah ibu tenang saja, malam ini ibu akan sembuh” ucapku

“yoi bu” ucap anton

“segera kembali ke posisi sayang” ucap sudira

“cepat kalian kembali” ucap udin

“terus aku bagaimana ar?” ucap rani

“kamu bonceng aku” ucapku

Segera kami bergerak cepat ke arah motor kami. rani berjalan di belakangku dan kuserahkan helm yang sudah aku bawa sebelumnya. Kunyalakan motor 250 CC, dan Ketika hendak menarik gas terdengar teriakan dari belakang. Kami menoleh kebelakang, sebuah mobil bergerak yang semula lambat bertambah sedikit cepat.

“Hai berhenti!” teriak seorang yang kepalanya keluar dari pintu depan mobil, tukang ayah rani

“rani kembali atau ibu kamu akan mati!” teriaknya

“Ayo ar, cepat jalan!” teriak wongso yang sudah menarik gas motornya,

“Ar itu Ayah” ucap rani yang sudah dibelakangku, segera aku menarik gas motorku

“wes to lhek dang nyikep (sudah to segera peluk aku)” ucapku, rani kemudian memeluk tubuhku dan kutarik gas motor dan berputar melewati median jalan

“Berhenti atau kubunuh kalian” ucap tukang yang semakin mendekat, kulihat sekilas ada dua mobil dibelakang motor tukang.

Kaca mobil anton terbuka....

“PLAN C” ucap anton

Kami kemudian berhenti menunggu ketiga mobil itu bergerak memutar sedangkan mobil anton sudah terlebih dahulu bergerak menjauh. Ketika 3 mobil dibelakang kami mendekat kami tarik gas dan melaju menjauh. Dengan posisi kami melaju, tugiyo sedikit membalikan badannya ke belakang.

“FUCK YOU!” teriak tugiyo dengan mengacungkan jari tengah tangan kanannya

“Kejar mereka!” teriak tukang kepada dua mobil dibelakangnya

“ingat arah tujuan kalian pergi” ucap anton di mikrophone kami

“roger danuarta bro!” ucapku

Kelima motor melaju dengan cepat, diiikuti 3 mobil dibelakang kami. Malam jam 8 jalanan sedikit ramai ditengah kota. Anton mennginsturksikan untuk bergerak melingkar melewati kota seperti pada rencana kami. Kami melewati jalur lingkar kota, anton berada jauh di depan kami sedangkan kami 10 orang berada di belakangnya. 3 mobil yang berjajar dibelakang kami terus mendekat.

“pisah formasi!” teriak wongso dengan gerak tangannya, 2-2-1.

Motor 1 dan 2 menepi ke kiri, motor 3 dan 4 tetap ke kanan sedangkan motor 5, aku tetap di tengah. Posisi sekarang adalah posisi arah jalan ke bukit yang kita rencanakan. Sebuah mobil mendekati motor 1 dan 2 tampak tugiyo dan aris sedikit berdiri dan mengejek mobil dibelakangnya dengan menepuk-nepuk bokongnya. Mobil itu terpancing dan mengikuti motor 1 dan 2 yang berbelok ke kiri, entah apa yang terjadi.

Motor 3 dan 4 juga didekati oleh sebuah mobil tepat di belakangnya, parjo dan joko tampak membalikan badan kebelakang dserta diacungkannya jari tengah kearah mobil itu dan akhirnya mobil itu ikut terpancing dan berbelok ke kanan, menghilang dari pandanganku. Sekarang yang tersisa hanyalah aku dan rani dengan satu motorku, menuju bukit bacusa. Tapi sial, mobil anton didepan jauh berhenti karena ada truk yang sedang mencoba berputar padahal jalan menuju bukit bacusa ada di sebelah kanan setelah truk itu.

Brak... ciiiit mobil dibelakangku sedikit menabrak bagian belakangku. Rani hanya terdiam dan memelukku semakin erat. Aku sedikit mengerem dan membanting setri ke arah kiri, dari kejauhan mobil anton bisa memaksa truk untuk berhenti dan membiarkan anton melewatinya. Karena posisi truk yang masih melintang membuatku tak bisa berbelok ke kanan menuju bukit bacusa. Hanya bisa melewatinya saja diikuti oleh mobil dibelakangku. Aku masih melaju dengan cepat didepan mobil yang mengejarku.

“Sial” bathinku

Tiba-tiba sebuah mobil berada di sebelah kiriku mencoba menghempaskan aku dengan bodi sampingnya. Dengan cepat aku menggoyang motorku ke arah kanan dan dia mendahuluiku. Tampaknya mobil itu tidak mempedulikan aku, dia mengejar mobil anton. Kulihat sebuah tanda plang berputar balik, tanda bahwa didepan ada median yang bisa aku gunakan untuk berputar dan menuju ke bukit bacusa. Kutarik gas lebih dalam segera aku berada disamping mobil itu, terlihat tukang sedang serius mengyetir mobilnya mengejar mobil anton.

“Ran...!” teriakku

“Apa?!” balasnya

“Acungkan jari tengahmu ke arah mobil itu!” ucapku

“Cepat!” teriakku

Segera aku mendekati mobil itu dari arah kanannya, dan brak kutendang spion kanan mobil itu. Tampak tukang sangat terkejut dan menoleh kearahku, dan tepat pada saat dia menoleh ke arahku. Rani mengacungkan jari tengahnya kearah tukang. Tukang seketika itu menggoyang mobilnya mencoba menjatuhkan aku, tapi dengan cepat aku mennggoyang motorku ke kanan untuk menghindari sentuhan bodi.

“KAMU BAJINGAAAAAN! KONTOL KECIL! SUKA ONANI! BAJINGAN GILA TEMPIIIK!” teriak rani yang sebenarnya diluar dugaanku karena dia bisa mengatakan hal kotor seperti itu

“BAJINGAN!” terdengar teriakkan tukang, segera dia mengarahkan mobilnya mengejarku

Ya, sesuai rencanaku. Aku kemudian menancap gas lebih dalam, dan dengan cepat aku banting setir ke arah kanan. Ciiiiiiitttt... dan posisi motorku sekarang berlawanan dengan posisi mobil. Mobil itu tampak mengeram mendadak dan mencoba memutar arah.

“cuiiiihh...” rani meludah kearah mobil itu dan segera aku tancap gas. Yupz, mobil itu mengikutiku di belakangku. Saatnya menuju keara bukit bacusa

-------------------------

Sudut pandang orang ketiga....

Nguuuueeeeeng.... Nguuuueeeeeng.... Nguuuueeeeeng....

“Tug, lagune disetel sing apik ben yen tibo opo kecekel awake dewe ketok sangar (“Tug (tugiyo), lagunya diputar yang bagus biar ketika kita jatuh atau tertangkap, kita kelihatan sangar) ” ucap dewo di mikrophone yang didengarkan oleh ketiga orang yang lain

“Iya tug, yang bagus, yang menghentak” ucap aris

“kalau bisa lagunya dream theater tug, okay” ucap wongso

“sebentar bro, susah ini” ucap tugiyo yang mencoba mengambil sematpon di saku jaketnya, kemudian di hubungkan ke colokan mikrophone (pokoknya gitulah ane juga bingung, masalahnya nubie bukan mata-mata). Dan...

Selamat malam duhai kekasih
sebutlah namaku menjelang tidurmu
bawalah aku dalam mimpi yang indah
di malam yang dingin sesunyi ini

Selamat malam duhai kekasih
aku sebut namamu
menjelang tidurku
agar kau hadir dalam mimpi indahku di peraduan yang sepi ini

Reff :
Gelisah hatiku karena kau jauh dariku
tak lelap tidurku karena terbalut rindu
adakah rindu didalam hatimu
seperti diriku merindukanmu
“WASYU,CELENG, BAJINGAN, KEMIN, KOPET! (ANJING, BABI HUTAN, BAJINGAN, ANAK BABI HUTAN, KOPET!)” teriak mereka bertiga setelah lagu diputar dan bait pertama lagu di dengarkan

“Sori bro, salah bawa sematpon pas berangkat, punya’e simbok” ucap tugiyo membela diri

“JEMBUT! Lagune ike nurjanah saja bro, malah lebih bagus, aku sering onani mbayangin mbak ike dengan senyum manis mengemut kontolku” ucap dewo

“MATAMU!” teriak mereka bertiga

“Ganti-ganti!” ucap aris

“lagunya satu thok, ini lagu pacarannya mbok sama pak’e dulu bro, maklum ya bro” ucap tugiyo

“Tugiyo koplak!” teriak wongso di mikrophone

“IYO!” teriak mereka bertiga, jelaslah koplak mereka geng koplak

Ngueeeeeeeeeeeeeeeng! Dua buah motor melaju dengan kecepatan tinggi menuju bukit komodo. Meninggalkan sebuah mobil yang berada di belakangnya. Diringi lagu evie tamala yang terus berputar dan berputar. Tampak sedikit kewalahan mobil itu meladeni keliaran dua pembalap di depannya. Mobil terus membuntuti setiap pergerakan dari kedua motor didepannya. Hingga sebuah jalan yang dilewati oleh ketiga kendaraan bermotor itu menanjak. Mendeti jalan yang yang disebelah kanannya adalah sebuah jurang yag curam.

“leng, ning buriku tapi ati-ati yo (babi hutan, ke belekangku tapi hati-hati ya)” ucap wongso kepada dewo melalui mikrophone

“oke, nyante wae su (Oke, santai wai njing)” ucap dewo kepada wongso

“rodo ngiwo ojo terlalu nengen ngko keno awakmu (agak ke kiri jangan terlalu ke kana nanti kena kamunya)” balas wongso

“Roger wong, kasih aba-aba yo” ucap dewo kepada wongso

“Ya jelas to ndeeeeeeeeeees ndes” ucap wongso

Ketika jalan mulai menanjak, tampak kecepatan dari ketiga kendaraan itu sedikit melambat. Motor 2 yang ditunggangi dewo dan aris melambat. Di arahkannya motor 2 ke belakang motor 1 sedikit ke kiri, mobil tetap membuntuti dengan jaral semakin dekat. Dan tepat ketika itu mobil mengambil posisi sedikit ke kanan.

“Mati kalian, setelah ini aku pepet kalian ke kiri dan matilah kalian ha ha ha”

“tembak mereka bro!” ucap seorang lelaki dalam mobil

“tembak? Aku tidak bawa pistol tahu sendiri kan aku pelupa” ucap seorang lagi yang berada disampingnya

“Dasar ******, kalau mereka ditembak kan pasti mereka lebih empuk lagi” ucap lelaki yan menyopir itu

“Lha kamu bawa?” ucap lelaki disampingnya

“ndak bawa he he he” ucap lelaki yang menyetir

“Sama saja, lalinan (pelupa)” ucap lelaki disampingnya

“banting kiri, pepet yang terdekat” ucap lelaki yang tidak mengemudi

Brak.... sebuah tabrakan kecil mengenai motor 2. Citttt... ngueeeeng.... motor 2 sempat kehilangan kendali namun dengan keahlian dewo menunggangi kuda besi itu,motor dapat kembali ke jalur. Wongso yang berada di Motor 1 melihat kejadian itu dari spion melambatkan motornya.

“WASUUUU! (WANJIIING!)” teriak dewo memaki yang baru saja terjadi

“DIGAS! OJO NGALON! WONG! (TARIK GAS! JANGAN MELAMBAT!)” teriak dewo kepada wongso melalui mikrophonenya

“Ati-ati ndes, aku durung duwe anak (Hati-hati ndes, aku belum punya anak)” ucap aris yang memeluk tubuh dewi erat

“Sama bro, cita-cita anakku 8, 5 pemain inti 3 cadangan” ucap dewo

“Emange futsal!” teriak aris dan tugiyo dari mikrophone

“Dasar koplak!” teriak wongso

Setelah terjadi tabrakan posisi sekarang menjadi seperti yang koplak inginkan. Motor 1 berada di depan, motor 2 dibelakangnya dan agak masuk kekiri sedangkan mobil berada dikanan belakang motor 2. Kecepatan dari tiga kendaraan bermotor itu sangat cepat, layaknya pembalap yang suda diakui mereka melibas jalan dengan santainya. Mata pengemudi motor 1 melihat sesuatu yang sudah ditunggi. Bibirnya tersenyum, dan sedikit terkekeh. Tiga temannya yang mendengar kekehan wongso seakan tahu apa yang dipikirkan wongso. Tepat di depan kedua motor tersebut, ada sebuah tikungan yang berbelok ke kiri dengan sebelah kanan jalan adala sebuah jurang yang dalam.

“Siapkan semuanya!” ucap wongso

“Roger!” teriak tiga orang yang mendengar wongso dari mikrophone

Dua orang, tugiyo meraih tas yang berada dipunggungnya beitu juga aris. Dengan cepat mereka mengambil kantong plastik besar yang berisi sesuatu berwarna hitam. Masing-masing tugiyo dan aris memegang dua buah kantong plastik besar. Dan tepat ketika mendekati belokan, mobil melaju di kanan mereka tepatnya dibelakang motor 2. Dan dengan laju dipercepat dan posisi mobil mencoba menyalip dari kanan motor 1 dan 2, mereka mulai masuk ke belokan.

“Sekarang!” Teriak wongso di mikrophone

Dilemparkannya kantong plastik itu ke depan mobil yang membuntuti mereka. Walau sebenarnya sangat berat karena terpaan angin dan juga posisi mereka sedang berkendara dengan laju yang sangat cepat. Dan pyukkk... pyukkk empat kantong plastik jatuh di depan mobil.

“Apa itu?!” teriak seorang lelaki dalam mobil

Ciiiiiiiiiiitttt.... mobil mencoba mengerem namun sayang, terlambat. Seketika dua motor didepannya berbelok ke kiri, mobil melaju disebelah kanan. Mobil melaju diatas aspal yang berlumurkan oli, walaupun mencoba untuk mengerem tapi laju roda mobil terpeleset oleh oli. Sebenarnya mereka bisa saja berhenti tapi ruang berhenti mereka sangat sempit. Mobil yang terlebih dahulu terpeleset oleh oli direm mendadak, tapi setelahnya mobil tetap melaju tanpa kendali. Mobil menabrak pembatas jalan, pembatas antara jalan dan jurang.

“Tidaaaaaaaaaaaaaak!”teriak dua orang lelaki di dalam mobil

Ciiiiiiiiiiit brakkk.... nguuuuunggg.... brak brak brak................... DHUARR DHUARRR DHUAAAAAARRRRR. Sebuah ledakan besar. Dari bawah jurang mewarnai gelapnya langit, api tampak berkobar. Mereka yang semula berkecepatan tinggi berhenti dan berbalik untuk menyaksikan kobaran api. Empat orang pemuda tampak tersenyum puas atas hasil kerja mereka.

“bro kenapa orang-orang itu terjun ke jurang?” ucap dewo

“cari suasana baru kali” jawab wongso

“cari wangsit, mau pasang nomor togel” sambung aris

bawalah aku dalam mimpi yang indah
di malam yang dingin sesunyi ini

“Pateni! (Matikan!)” teriak ketiga orang itu kepada seorang temannya bernama tugiyo yang sedang asyik berjoged mendengarkan lagu evie tamala.

Ngueeeeeeeeeeeeengggg...... Ngueeeeeeeeeeeeengggg...... Ngueeeeeeeeeeeeengggg......

Motor 3 dan 4, diikuti sebuah mobil dengan 2 orang berada di dalamnya. Mobil melaju dengan cepat, mengikutii du amotor yang tampak liat meyusuri jalan. Jalan menanjak dilewatinya dengan kecepatan yang sangat tinggi.

“isih adoh Yo,karyo? (masih jauh Yo karyo)” tanya hermawan di mikrophone

“sabar bro, sedelok ngkas” ucap karyo

“kontolku gathel (kontolku gatal)” ucap hermawan

“matamu! Situasi kaya gini ngomong kontol” ucap karyo

“biar ndak stress bro ha ha ha, aba-abane ya” ucap hermawan

“oke bro” ucap karyo

Kedua motor melaju dengan cepat diikuti oleh mobil dibelakangnya. Jalan kemudian menjadi datar, hingga kecepatan ketiga kendaraan bermotor itu melebihi kecepatan batas.

“tak puterin lagu biar ndak tegang” ucap parjo

“oke bro!” ucap hermawan, joko, karyo bersamaan.

Mama ... bolo-bolo, Papa ... bolo-bolo
Nenek ... bolo-bolo, Kakek ... bolo-bolo
Mama bolo Papa bolo, Nenek bolo Kakek bolo, Semua bolo

Cantiknya memang cantik, Manisnya memang manis
Teman-teman semua suka

Mama sayang aku, Papa sayang aku
Nenek apalagi, Kakek juga sayang aku

Wajah yang cantik siapa yang punya
Wajah yang manis siapa yang punya
Anak mama anak papa semua
“KENTHIR!” ucap mereka bertiga kepada parjo

“lagu penyemangat bro ha ha ha” ucap parjo membela diri

“Penyemangat gundulmu! Lagu anak-anak disituasi seperti ini” ucap hermawan

“masa kecil kurang bahagia si parjo” ucap joko

“bar iki, diantemi wae parjo, setuju?! (setelah ini dihajar saja parjo)” ucap karyo

“Setuju!” teriak hermawan dan joko

“Jangan bro, ini artis idolaku bro, tina toon muach pokokmen” ucap parjo

“wah parah ini orang” ucap karyo

“HA HA HA HA HA” tawa mereka berempat, gelak tawa dalam situasi mencekam

Bertiga kendaraan bermotor itu saling memperbanyak rpm. Motor 3 dan 4 masih tetap berada didepam mobil yang terus membuntutinya. Tak heran jika dua motor itu bisa dengan mudah dan gampang mempertahankan posisi mereka. Ya, karena mereka sudah hafal betul mengenai jalanan di bukit ini.

“Hei tembak mereka!” ucap supir mobil itu kepada temannya

“oke” ucap seorang yang kemudian membuka kaca pintu, diarahkannya moncong pistol ke arah dua motor didepannya. Dhuaaarrrrr..... Pyar.....! kaca spion kanan pada motor 4 terkena tembakan untungnya tidak mengenai mereka.

“woi ada pistol! Bergoyang!” teriak hermawan, seketika itu motor 3 dan 4 bergerak zigzag dengan kecepatan yang tinggi

DHUUUUUARRRR... DHUAARRRRRR... dua tembakan meleset

“balang jok sing nembak!(lempar sesuatu jok ke arah yang nembak)” ucap hermawan, tanpa berbicara joko merogoh saku jaketnya dan jaket hermawan

“Makan nih!” ucap joko

Prak! Brughhh...

“Arghhhh! Sialan” ucap si penembak yang kemudan masuk, pistol yang di gunakannya pun jatuh

“ada apa?” ucap pengemudi

“Tanganku dilempar sesuatu sial, memar sedikit” ucap penembak

“tenang saja, setelah ini kita lempar mayat mereka he he he” ucap pengemudi

“kita lempar ke wadah makanan anjing ha ha ha” ucap penembak

Sebuah teriakan “......wuuuuuuuuu....” terdengar dari mulut karyo. Menandakan sebuah pemandangan jalan yang sudah mereka tunggu. Walau sebenarnya itu adalah jalan lurus biasa tapi tampaknya karyo hafal betul mengenai apa yang akan ada beberapa ratus meter didepan mereka.

“Siapkan!” teriak karyo

“Roger!” ucap mereka bertiga, parjo dan joko menambil sebuah tabung dalam tasnya

Seketika itu, motor 4 mendekati motor tiga dan bergerak menyamping kanan. Posisi motor 3 dan 4 berada di depan dengan jarak antar kedua motor melebar. Tanpa disadari oleh pengemudi, Mobil yang di kendarainya berada di tengah dengan posisi berada dibelakang motor 3 dan 4.

“Sekarang!” ucap karyo

Dengan segera parjo dan joko membuka isi tabung dan menarik katup penutupnya. Gerombolan asap kelauar dari tabung itu, sangat banyak sekali. Hingga mobil dibelakangnya tak bisa melihat apa yang ada didepannya. Asap masih keluar terus menerus dan mobil tetap dengan kecepatan yang sama mencoba mengejar mereka. Hingga asap sudah tidak keluar dari tabung itu, motor 3 berbelok ke arah kiri sesuai arah jalan dan motor 4 bergerak ke arah kenan melawan arus. Untungnya jalanan bukit komodo sepi, jadi resiko motor 4 mengalami tabrakan dengan kendaraan dari lawan arah adalah nol. Dan....

CIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIT... BRAAAAAKKKK!

Mobil yang diawal tidak bisa melihat tiba-tiba menabrak sebuah monumen pemisah jalan. Ya, jalan didepan mobil ini bercabang, satu ke arah kiri sesuai arus jalan sedangkan yang kekanan melawan arus. Mobil tidak menyadari bahwa mereka berada ditengah-tengah kedua arus jalan tersebut. Ketika asap telah berhenti, baru mobil itu menyadari bahwa mereka berada ditengah-tengah jalan yang akan membelah. Mereka berusaha menghentikan mobil namun sayang, jarak mereka terlalu dekat dengan sebuah monumen besar pembelah jalan itu. Hingga akhirnya mobil itu menabrak monumen dan mobil ringsek tidak karuan. Dua orang yang berada di dalamnya... missing their soul. Motro 3 dan 4 kembali memutar dan melihat mobil yang menabrak itu dari belakang mobil dengan jarak yang sangat jauh. Ya mereka melihat sebuah mobil ringsek dan dengan asap sedikit mengepul dari mobil, dan DHUAAAAARRRRRRR.... sebuah ledakan yang disaksikan empat orang dengan posisi berada di atas motornya.

“Tadi yang kamu lempar apa jok?” ucap hermawan yang disampingnya ada karyo dan parjo

“Hape” ucap joko

“Hapemu?” ucap hermawan

“bukan, hape kamu” ucap joko santai, seketika hermawan merogoh saku jaketnya

“KAMPRET KOWE JOK! (KAMPRET KAMU JOK!)” teriak hermawan ke joko

“Sori bro ha ha ha ha” ucap joko yang kemudian tertawa bersama karyo dan parjo, walau kehilangan Hape hermawan juga ikut tertawa...

HA HA HA HA HA....

--------------------
 
Aku belari dengan motor 250 CC dengan seorang wanita bersamaku memeluk tubuhku. Sedikit gugp dan ketakutan akan hadirnya mobil yang mencoba membunuhku. Jalanan gelap aku susuri, sebuah jalan di bukit bacusa (badak bercula satu). Dengan kecepatan yang stabil aku masih bisa bergerak depan mobil dibelakangku. Teriakan dan makian kepala orang yang keluar dari jendela mobilnya tak bisa aku dengar. Dari spion motorku ini aku bisa melihat bagaimana orang yang berada dibelakangku sangat ingin kematianku dan juga rani, wanita yang berada dibelakangku.

Jalan semakin menanjak, kutahu jalan ini pernah aku susuri ketika masih SMA bersama koplak. Jalana yang lama kelamaan akan menjadi sangat sempit, dan juga menyeramkan karena kanan-kirinya berupa belahan bukit. Ya, jalan yang akan aku susuri adalah jalan yang membelah bukit dimana kanan dan kirinya hampir seperti tembok yang menjulang tinggi. Motor 250 CC ini semakin aku pacu dengan cepat, hingga pada jalan yang lurus kuliha seorang laki-laki dengan motor bebeknya mengacungkan jempol ke arahku. Aku tak tahu siapa dia yang jelas dia tersenyum kepadaku. Hingga motorku melaju dengan cepat melewati lelaki itu.

Jalan menjadi semakin gelap tanpa ada penerengan jalan disini. Walau begitu aku masih hapal jalan-jalan disini. Tepat didepanku sebuah tikungan yang berbelok ke kanan yang sedikit tajam dengan jalan sedikit menanjak landai. Sesuai dengan rencana, Motorku sedikit aku lambatkan sehingga mobil dibelakangku akan berada di kananku. Dan ya, mobil itu mulai mencoba menyalipku dari kanan. Posisi mobil sudah berada di kanan belakangku, tampaknya mobil itu menginginkan aku hidup-hidup. DOR DOR DOR... suara tembakan dari mobil kulihat tembakan itu diarahkan ke atas.

“berhenti!” ucap tukang dari belakang mobil,

Tiiiiiiiiin tiiiiiiiiiiiiiiiin... bunyi klaskson dari mobil dibelakangku

“Arya, aku takut...” ucap rani yang terdengar pelan

“Peluk aku lebih erat, kita akan selamat!” teriakku

Tepat ketika tikungan ke kanan tajam, kupacu motorku. Dan...

THIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIN THIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIN..... CIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIT BRAAAAAAAAAAAKKKKK....

Sebuah truk dengan bemper baja yang monyonh kedepan melaju di samping kananku. Mobil yang berada dibelakangku kehilangan kendali. Tampak sebelum terjadi tabrakan, dari spion kulihat tukang mencoba membanting mobilnya ke kiri tapi terlambat. Truk dengan lampu yang tidak menyala ini, sudah terlebih dahulu menghantam dan mendorong dengan sangat keras mobil yag ditunggangi tukang. Hingga ringsek mobil itu tak berbentuk tergencet antara truk dan dinding jalan, aku kemudian mengerem motorku dan berputar balik. Tampak pak wan keluar dari truk tanpa plat nomor itu dan berjalan melewati mobil yang ringsek. Aku segera mengejarnya, dan kudekati pak wan. Seorang lelaki datang dengan motor bebeknya. Kami berada agak jauh dari mobil yang ringsek itu.

“Pak wan terima kasih” ucapku, motor bebek dengan seorang lelaki itu mendekat

“Sudah kewajiban saya membantu den arya” ucapnya

“Ar,aku pinjam korekmu” ucap rani yan kemudian turun, mengalihkan perhatianku dan kedua orang lelaki dihadapanku

“Buat apa?” ucapku

“Sudah... pinjami aku” ucapnya kemudian ku beri korek apiku

Terlihat sebuah cairan mengalir mendekati tempat kami berada. Rani kemudian mendekati cairan itu dan menyalakan korek api. Seketika, api merambat melalui korek itu dan kemudian berlari kembali kearahku. Kami berempat kemudian bergerak menjauh dan DHUAAAAAAAAAAAARRRR.... sebuah kembang api besar membakar mobil dan truk itu,

“MATI KAMU BAJINGAAAAAAAAAAAAAAAAN!” Teriak Rani

“Sudah ran...” ucapku

“hiks hiks hiks... terima kasih ar, terima kasih” ucapnya sambil memelukku di belakang motor

Masih bersama kobaran api....

“pak truknya?”ucapku kepada pak wan

“Sudah den wicak, tenang... saya bisa beli lagi” ucap lelaki itu

“Eh... tapi...” ucapku sedikit kaget mendengar nama kakekku

“Sudah, ndak papa, truk itu belum setimpal dengan apa yang sudah dilakukan tuan wicak kepada saya. Apalagi saya membantu cucu dari orang yang berarti bagi saya, den arya, tapi saya lebih suka memanggil anda den wicak” ucap lelaki itu

“perkenalkan den, ini anak saya, namanya Warnadi” ucap pak wan

“oh iya, saya...” ucapku terpotong

“Den Wicak, pokoknya saya manggil aden dengan nama kakek aden” ucap mas war

“terima kasih, saya sangat berterima kasih” ucapku

“Jadi Mas War itu yang tadi dipinggir jalan itu ya?” ucapku kepada mas war anak dari pak wan

“Iya, tadi sore bapak nelpon aku mas, katanya akan ada pertarungan lumayan besar mas. Makanya aku nemenin bapak, sekalian ngikuti rencana temannya mas yang namanya siapa tadi pak?” ucap mas war kepada pak wan

“Wongso, anak pemilik warung makan itu lho den” ucap pak wan

“owh... pantes dia tadi bilang ke aku pak, mas” ucapku kepada mereka berdua

Kami terlibat perbincangan sebentar, yang kemudian kami berpisah. Pak wan pulang dan sebelum pulang pak wan memasang sebuah tanda di tengah jalan yang berjarak kurang lebih 200 meter dari tabrakan “ADA KECELAKAAN HATI-HATI”. Setelahnya kupacu motorku ke arah rumah sakit, dalam perjalanan dengan laju lambat.

“Ar...” ucap rani

“Hmmm...” ucapku

“Terima kasih” ucapnya

“tenang cu... sekarang kamu bersembunyi dulu ya cu he he he” ucapku

“dasar kakek-kakek ha ha ha hiks terima kasih pokoknya” ucapnya

“iya... iya jangan nangis, toko dah pada tutup ndak ada yang jual tisu” ucapku

“nyebelin kamu itu”

“ar, mulai sekarang kamu adalah kakakku” ucapnya

“kakek sajalah biar keren” balasku

“Kak arya.. ehem... asyiik punya kakak” ucapnya

“tapi ingat, aku pengen punya adik ipar bernama anta” ucapku

“Siap kakakku pasti” ucapnya semakin erat memelukku

Hingga aku masuk ke dalam jalur lingkar, dan menuju kearah rumah sakit. Tampak segerombolan koplak berada di samping jalan. Aku berhenti dan tersenyum kepada mereka, mereka pun membalasnya. Wongso dengan santai melempar sekaleng minuma bertuliskan pasir hijau. Aku turun dan duduk memutar bersama mereka, dalam keheningan dan senyum-senyum sendiri. Tiba-tiba kami tertawa sangat keras bersama-sama.

“KOPLAAAAAAAAAK! HA HA HA HA HA.... !” teriak kami bersama-sama

“HA HA HA HA... MAU HERMAWAN KONTOLE GATEL, OMONGKE DIRA BEN DIGARUKE (tadi hermawan kontolnya gatal, bilangkan dira biar digarukin)” teriak karyo

“Ah matamu! Malah diemut susah ngko ha ha ha (Malah di emut, susah nanti) ” balas hermawan

“Lha joko malah geblek, moso Hapeku yang dibuat untuk melempar, kampret joko tuh” ucap hermawan

“masalahnya, kan sayang kalau hapeku, hapeku buat BBM-an sama pacarku. Lha kamu? Pacar sebelah rumah saja pakai hape wekekekekekekeke...” ucap joko membalas

“AH RAIMU (WAJAHMU) ha ha ha ha” ucap hermawan di iringi gelak tawa kami bersama

“Lha tugiyo malah jadi pecinta dangdut, sudah tahu situasi genting perang, malah muter evie tamala” ucap wongso

“Gila separo itu tugiyo” dewo menimpali

“Parah lagi parjo, lagunya tina toon... mama bolo bolo... gila ndak tuh?” ucap karyo sambil gerak tubuhnya meledek parjo

“sama gilanya hahaha” uca aris diiringi gelak tawa kami semua

“Woi, lha tadi hasilnya bagaimana?” ucapku kepada mereka semua

“NASI BAKAR HA HA HA HA” ucap wongso, tugiyo, dewo dan aris yang kemudian mengacungkan jempol ke arahku

“PEPES BAKAR HA HA HA HA” ucap karyo, joko, parjo, dan hermawan yang kemudian mereka bersama-sama serta masing-masing dari mereka mengacungkan dua jempol kearahku

“Lha kamu ar?” ucap wongso dan dewo bersamaan

“bandeng presto, tapi habis itu dibakar” ucapku santai

HA HA HA HA HA... gelak tawa kami bersama...

“Kakak-kakakku...” ucap rani memecah keceriaan kami

“hiks hiks hiks terima kasih hiks hiks hiks” ucapnya yang berdiri sambil membungkuk ke arah kami bersembilan

“WOI NANGIS MANEH (LAGI) TAK PERKOSA LHO” ucap parjo

“EH...” rani sedikit kaget

“Bercanda mbak ha ha ha, mana mungkin kita ngelakuin itu sama ih ih nya arya wekekekekekek” ucap wongso

“gundulmu, ini adikku” ucapku

“Adik ketemu gede? Wah bahaya arya... ha ha ha ha” ucap dewo

“Aku adiknya kak arya, terima kasih sekali lagi teman-teman kak Arya” ucap rani kembali membungkuk kearah kami

“hei...” ucapku, serentak kami bersembilan mengacungkan jempol ke arah rani. Dia hanya mampu tersenyum dengan aliran air mata kebahagiaan

Hingga akhirnya kami menyudahi nongkrong sejenak ini karena telepon dari anton agar segera ke rumah sakit. Ku kabarkan kepadanya bahwa misi berhasil dan kami akan segera menuju ke rumah sakit. Laju pelan motor beriringan, diiringi dengan gelak tawa dan canda kami. kadang ada yang memukul dan kemudian lari dengan motornya. Adapula yang “ngegas-ngegas” dengan tujuan manas-manasin temannya. Ya itulah koplak, aku sebenarnya juga tidak mengerti kenapa aku bisa bersama mereka. Tidak pernah mengerti kenapa mereka bisa menjadi temanku. Teman yang lebih akrab dari seorang sahabat, entah mungkin nama lainnya adalah keluarga keduaku. Tak ada marah ataupun benci sekalipun ada masalah diantara kami.

“Kak...” ucap rani dibelakangku

“Hmm...” jawabku

“terima kasih..” ucapnya

“Sudahlah anggap saja ini sebagai hadiah persaudaraan kita” ucapku

“He’em...” ucap rani sambil memelukku sangat erat

Rani, seorang gadis yang tampak berbeda dengan yang aku kenal ketika KKN. Dia yang sebelumnya selalu diam selama KKN, tertutup akan semua hal yang ada dalam dirinya. Sekarang sungguh tampak berbeda, dengan posisi memelukku pun dia mendendangkan lagu entah lagu apa. Dia sudah berani mengejek temanku, mengatai mereka dengan berbaga macam hal yang sedikit parno. Tapi tanggapan dari teman-temanku tetaplah biasa, karena mereka tahu gadis ini sudah menjadi adikku dan pastinya adik mereka juga.

“Kak aris?!” teriak rani ketika motor yang ditunggangi aris berada disampingku

“Apa ran?” ucap aris

“Kakak ahli keris ya?” ucap rani

“Wah pasti arya yang kasih tahu ya, emang kenapa?” ucap aris

“iiih pasti itunya ikut bengkog-bengkong juga ya, ngeri deh... hiiiiiiiiiiiii weeeeeeeeeeeeeek” ucap rani

“awas kamu ya tak jewer kamu” ucap aris dengan gaya orang tua yang hendak memukul

“Lari kak arya, cepetan... ntar aku dipukul” ucap rani

“iya iya...” ucapku yang langsung menancap gas menjauhi aris

Rani membuat kami semakin lengkap hari ini. candanya membuat kami terpingkal-pingkal, apalagi setelah aku memberitahukan sebutan sahabat-sahabatku. Aku masih dikejar-kejar oleh motor dewo dan aris, terlihat ugal-ugalan namun bahagia. Bukan hanya aris, semua kena, aku juga. Ejekan-ejekan rani terus saja keluar sampai kita berada dirumah sakit. Kami langsung berjalan menuju lantai dimana anton, udin, dan sudira sudah menunggu. Dan jelaslah ada tante asih disana. Kami semua mendapat keterangan bahwa yang mengoperasi ibunya rani adalah Om Heri, adik tante asih yang sudah aku ceritakan sebelumnya.

“berdiri, baris yang lurus!” bentak tante asih, membuat kami terkejut setengah mati. Tanpa bisa membantah, kami langsung berbaris lurus satu barisan

“Maju satu persatu!” bentak tante asih

“ini lagi, keluyuran malem-malem” ucap tante asih sambil menjewer telinga anton. Anton mangaduh dan langsung berjalan kebelakang tante asih

“ini lagi, cowok bukan cewek bukan, mau cari pelanggan” ucap tante asih menjewer sudira

“Awwwwww... tante jangan keras-keras nanti dira tambah ndak cantik lho” ucap dira yang langsung terdiam ketika melihat mata tante asih melotot. Dia kemudian berjalan kebelakang anton

“kalian ndak usah maju” ucap tante asih yang kemudian berjalan kesamping kami semua

“ini nakal”

“ini juga”

“apalagi ini”

“kamu juga”

“ini tambah nakal lagi”

“dasar ndak bisa di atur”

“nakal kok ndak ketulungan ergh!”

“kapan tobatnya!”

“tambah kamu lagi”

“ini juga” ucap tante asih yang berjalan di samping kami semua, setiap kata-kata yang keluar dari tante asih disertai jeweran

“ganas!” ucapku pelan

“Apa kamu bilang ar?” bentak tante asih

“ndak tan endak kok” ucapku

“modaro (mati kamu)”ucap dewo

“sudah-sudah, pokoknya kalian kalau sedang mengerjakan sesuatu....”

“hati-hati, tante tidak ingin kehilangan kalian” ucap tante yang membuat kami semua terharu

“tanteeeeeeee eeee eee eee ee...” ucap kami serempak

“apa?! Apa?!” bentak tante sambil mengepalkan tangan ketika kami hendak memeluknya

“hi hi hi hi ternyata kakak-kakakku takut sama tante ya hi hi hi” ucap rani

“kamu juga?! Cewek keluar malam-malam, mau jadi apa?!” ucap tante asih sedikit membentak rani

“SUKURIIIIIIIIIIIIIIIINNNN!” ucap kami bersama-sama

“anu tan anu aaaaa... kak arya yang ngajak tan aaaaaaaaaaaaaa” rengek rani, kami semua tertawa melihat tingkah rani

Kami kemudian berkumpul, koplak semua duduk di lantai sedangkan tante asih duduk bersama rani di bangku. Tante memperkenalkan diri kepada rani dan kemudian mengatakan kepada kami jika operasi ibunya rani berhasil. Om heri menyarankan agar ibu rani menjalani rawat jalan.

“tapi tan itu anu...” ucapku

“Sudah tenang saja, anton sudah mengatakan semuanya. Itulah sebabnya om heri mau datang malam ini untuk mengoperasi. Dia sudah pulang sebelum kalian datang, dan tadi anton juga sudah bercerita mengenai apa yang kalian lakukan”

“Ingat kalian harus terus menyembunyikan identitas kalian. Jangan sampai ketahuan, dan kamu arya, hati-hati karena kamu paling dekat dengan mereka...” ucap tante asih

“Iya tan, hufffttttthh... tante sudah tahu semua mengenai dia?” ucapku

“Ketika kamu SD, tante sudah tahu kelakuannya... Aku tidak ingin mbak diah mendertia lagi”

“untuk tindakanmu malam ini dan seterusnya, tante akan mendukungmu” ucap tante

“Paling dekat? Dekat dengan siapa?” tanya rani

“Kamu belum cerita siapa kamu ar?” ucap tante asih dan ku jawab menggeleng

“Ran... Yang tadi kamu bakar...” ucapku dengan senyuman

“eh... iya kak...” ucapnya

“Satu komplotan dengan Ayahku, dan aku juga pasti akan menyingkirkan ayahku sendiri seperti kamu” ucapku

“Eh... tapi kakak tidak perlu melakukan hal yang rani lakukan tadi” ucapnya tertunduk

“Mungkin kamu melihat langsung penderitaan Ibu kamu, tapi aku tidak aku mengetahuinya dari sudut pandangku sebagai seorang anak, dan sudah ada beberapa yang menderita karenanya, dan aku tidak ingin itu semua berlanjut. Mungkin aku pelru belajar untuk lebih tegas lagi seperti kamu tadi” ucapku, rani tersenyum memandangku

“Wah masalah keluarga ini, kayaknya kita ndak perlu tahu... kita mau cari semoking areya, ada ndak tan?” ucap hermawan

“Di atap gedung, dan ingat puntungnya dibuang ke sampah kalau tidak, besok OB akan tante usulkan untuk libur” ucap tante sambil menunjukan arah menuju ke atap gedung

“lha? Apa kaitanya dengan kita tan?” ucap dewo

“Kalian yang akan menggantikannya” ucap tante asih dengan pandangan yang sangat tajam

“Hiiiiii... takuuuuut.... nanti dibersihkan bro, dulu rumah satu komplek sekarang satu rumah sakit ngeriiii... ganas” ucap udin

“Apa tadi yang kamu bilang?!” bentak tante asih

“lari bro...” ucap wongso yang langsung lari dan diikuti oleh teman koplak yang lain. Kini tinggal aku, tante dan rani

“Ran, nanti setelah ibu sedikit baikan. Akan tante bawa kerumah tante dan kamu juga tinggal bersama tante ya, masalah nanti kebutuhan kamu akan tante penuhi, okay?” ucap tante asih

“hiks terima kasih tanteee.... huuuuu... huuuuu... ndak nyangka akan bertemu keluarga sebaik ini hiks hiks hiks” ucap rani sambil memeluk tante

“sudah, kamu katanya dah jadi adiknya arya, berarti kan keponakan tante” ucap tante asih

“Iya tuh, lagian si arman anak pertama tante yang masih SD kan pengen banget punya kakak perempuan” ucapku

“he’em nanti kamu mainnya sama anak-anak tante ya ran” ucap tante asih

“He’em...” ucap rani yang memandang tante asih sembari mengusap air matanya

“Sudah, kamu sekarang boleh menemani Ibu kamu ya, tuh kasihan ibu kamu sendirian, tapi jangan diabangunin ya, biarkan ibu kamu istirahat” ucap tante asih

“iya, tan...” ucap rani cipika-cipiki dan kemudian berdiri

“Makasih kakak ehem.. cup” ucap rani yang berjalan dan mengecup keningku yang sedang duduk di lantai

“iya ngeng cengeng...” ucapku, rani hanya menoleh tersenyum dan tetap berjalan ke arah ruang kamar ibunya

Setelahnya hanya tinggal aku dan tante asih. Tante memandangku dengan tatapan lembutnya, aku hanya menaikan bahuku. Tante kemudian tersenyum dan melambaikan tangannya agar aku mendekat. Aku pun mendekat kearahnya dan duduk dilantai membelakanginya, bersandar pada bangku tempat duduk tante asih. Aku duduk dengan kedua kakiku kutekuk ke atas.

“Ar...” ucapnya

“ya tan...” balasku

“hati-hati, dia terlalu berbahaya...” ucapnya

“mungkin tan, tapi aku sudah tahu kebusukannya dan karena kebusukannya juga aku lahir” ucapku

“Ibumu cerita semuanya?” ucapnya

“He’em... dari awal hingga akhir” ucapku

“Kakekmu sebenarnya tidak setuju dengan pernikahan Ibumu tapi karena itu janji kakek buyutmu ya kakekmu mau bagaimana lagi, walau kakekmu tahu itu hanya akal-akalan keluarga ayahmu. Karena kakek menghormati kakek buyut dari ayahmu dan kakek buyut dari ibumu, kakekmu mau. Tapi ternyata laki-laki itu busuk sekali, kakek tahu setelah beberapa tahun ayahmu mulai menjabat” ucap tante

“aku sudah tahu, dan tante jangan salahkan kakek wicak dan nenek mahesa, mereka juga sama menderitanya karena ulah bajingan itu” ucapku

“Kamu kok tahu kakek dan nenek dari ayahmu?” ucapnya

“Aku mencarinya dan mereka menceritakan semua. Mereka ahhhh... setelah bercerita meninggal di pelukanku” ucapku

“Eh... jadi kamu sudah melakukan pencarian...”

“hati-hati, dan jaga keluarga ini ar... semua bergantung padamu” ucap tante

“Eh... maksud tante?” ucapku

“Kita semua sudah tahu akan gerak-gerik Ayahmu, lambat laun dia pasti akan menyingkirkan keluarga kita. Semua sebenarnya sudah berusaha untuk menjatuhkan ayahmu tapi akar dia terlalu kuat jika dihadapi dengan face to face. Harapan kami ya kamu, karena dia tidak pernah tahu kamu” ucap tante

“hmmm... aku pasti bisa menghancurkannya...” ucapku

“kami selalu akan mendoakan dan mendukungmu, jaga ibu kamu ya?...” ucap tante, aku hanya mengangguk pelan

Keheningan dari kami berdua...

“bagaimana dian?” ucap tante

“Eh...” aku hanya menunduk di sela-sela kakiku yang tertekuk

“hari minggu malam, sekitar pukul 22:00 dia duduk diruang tunggu pasien lanta bawah...”ucap tante

“Eh....” aku terkejut dan menoleh ke arahnya

------

Malam ini aku mendapat shift jaga malam. Tepat dihari minggu, aku selalu berjalan-jalan memutari rumah sakit untuk sekedar menghilangkan penat dan kantuk. Tepat diruang tunggu lantai bawah aku melihat seorang wanita yang sudah tidak asing lagi bagiku. Dia Dian, dosen dari keponakanku. Dia duduk terus menatap ke arah mesin penjual makanan dan minuman. Aku berdiri disampingnya dengan jarak beberapa bangku kursi. Dia memandangku sebentar dan kemudian menoleh kembali ke arah mesin itu.

“bagaimana... ” ucapnya memecah keheningan

“jika mesin itu rusak mbak, padahal ada seorang pembeli sangat menginginkannya?” ucap dian, aku sedikit terkejut ingin aku mendekat kearahnya namun aku tahan sebentar

“cari yang lain...” hanya itu yang terucap dari bibirku, dan sedikit aku meliriknya

“haruskan seperti itu?” ucapnya tanpa menoleh sedkitpun

“tidak juga, bisa juga kan dibeli dan diperbaiki” ucapku

“jika kerusakannya sangat parah...” ucapnya

“aku tidak mengerti maksudmu yan, sangat tidak mengerti...” ucapku heran, kemudian kami diam. Dari pandangan matanya aku bisa melihat sesuatu yang dia lihat. Aku kemudian tersenyum sendiri.

“huffffthhh...” hela nafas panjang dian, yang kemudian dia berdiri memandangku

“terima kasih” ucapnya sembari membungkukan badan dan meninggalkanku

“Hei....” ucapku memanggilnya....

-----
“aku kemudian mengatakan sesuatu kepadanya, dan maafkan tante jika akan ada hasil yang ya bisa buruk bisa juga baik, tapi tante tidak tahu selebihnya...” ucap tante

“Apakah dia menceritakan tentang aku?” ucapku

“ya, hanya saja tidak semuanya ada yang dia sembunyikan dari cerita tentang kamu” ucap tante

“Aku terlalu kotor untuknya...” ucapku

“Makanya pakai deterjen, direndam dan dibersihkan...” ucap tante dengan canda

“Semua tergantung kalian berdua”

“Sudah, tante mau menemani rani. Pagi nanti, jika ibu rani sudah siuman akan langsung tante bawa kerumah. Administrasinya sudah tante palsukan jadi kamu tenang saja, pihak rumah sakit sudah tante atur” ucapnya sambil meninggalkan aku

“Atur?” ucapku

“kan ada om kamu, tante, dan pak dhe Anas sahabat pak dhemu, jadi everything will be fine, urus tuh cinta kamu hi hi hi” ucapnya, aku hanya memandang tante asih berlalu

Aku menerawang ke atas kembali, setelah semua aku lalui hari ini nampaknya akan menjadi sangat rumit hubunganku dengan bu dian. masa bodohlah, seandainya tidak ada dia pun langit masih biru dan daunpun masih hijau kecuali yang sudah layu atau mati. Aku bangki dengan langkah yang malas ke arah atap gedung. Dalam langkah ingatanku kembali ke masa-masa dimana semua masih indah, masa-masa dimana semua masih lugu. Masa dimana aku bersama mereka kembali koplak, rasanya aku ingin sekali kembali ke masa SMA.

“Weh weh weh... surem banget wajahmu ar?” ucap udin

“Sini dira peluk biar ndak surem lagi?” ucap dira sambil membuka kedua tangannya

“O... lha kenthir (Gila), teman sendiri mau diembat juga?!” ucap dewo

“Hayah, sudah bro, yang surem itu juga siapa”

“Rokok!” ucapku dengan gerak tangan meminta rokok.

Wongso dan anton yang kemudan berdiri dan melangkah menjauh dari rombongan melambaikan tangan mengajakku untuk mengobrol. Dia kemudian duduk di lantai atap kgedung. Aku menyusulnya, entah apa yang akan dia katakan kepadaku.

“Sini ar, aku mau bicara dulu” ucap anton

“Ada apa?” ucapku sembari duduk di depan mereka berdua

“Bagaimana rani?” ucap anton

“Dia akan tinggal bersama tante asih, dan aktifitas sebagai mahasiswinya untuk sementara di tinggalkan dulu. Lagian ini libur semester 7, besok semester 8, rani hanya tinggal bimbingan. Jadi tidak masalah jika dia tidak bimbingan terlebih dahulu, dia bisa bimbingan kalau situasinya sudah mulai reda dan tenang. Masalah registrasi kuliah di semester genap (8) akan diurus oleh tanteku, jadi sekarang rani dipingit” ucapku

“baguslah kalau begitu...”

“Oia ar, bagaimana ayahmu?” ucap anton

“Iya bagaimana dengan dia?” uca wongso

“Sementara ini, selama Ayahku dirumah tidak ada percakapakan atau pergerakan yang mencurigakan. Rumah baginya hanya terminal pemberhentian bus sementara, habis masuk rumah 1-2 jam kemudian keluar lagi” ucapku

“Lha ibumu ndak papa ar?” Ucap wongso

“Ibu, begitu juga aku malah lebih bahagia ketika dia tidak ada dirumah” ucapku

“Ada informasi tambahan?” ucap anton

“Tidak ada nton, mungkin kita menunggu reaksi mereka setelah kematian tukang” ucapku

“benar, kita tunggu saja...” ucap anton

“Ton...” ucapku, dia menoleh kearahku

“Jangan beritahukan ke teman-temanmu mengenai aksi kita, aku tidak ingin IN mengambil bagian dari kesenanganku yang berbahaya ini” ucapku

“Kesenanganmu? Kesenangan kita kali” ucap wongso dan anton bersamaan

“Eh...” aku terkejut dengan jawaban mereka, anton kemudian berdiri

“Tenang bro, selama masih ada koplak, biarkan koplak yang menanganinya. Untuk rencana, kita bisa mengaturnya, selama kita masih punya keberanian terutama berani mati. Well... koplak will handle it” ucap anton sembari melangkah pergi menuju ke kerumunan koplak yang lain, aku hanya memandangnya dengan tersenyum kecil

“Cat...” ucap wongso, aku menoleh ke arahnya

“Kemarin dian ke warung, dia mengobrol denganku...” ucap wongso

“Eh...” aku hanya tertunduk

“Sudahlah... aku sudah tidak ingin mendengarnya lagi” ucapku

“tapi dia mendengarkan aku tentang seorang lelaki yang bukan apa-apa sekarang menjadi apa-apa untuk sahabat-sahabatnya” ucap wongso

“Ah.... terserah kamu mau cerita apa wong, aku sudah tidak peduli lagi” ucapku, sembari menyulut dunhill dan melepaskan asapnya ke arah langit

“Terserah kamu juga cat, mau mendengar atau tidak...”

“Dia hanya bertanya kepadaku, tentang seorang lelaki, tentang masa lalunya, dan kemudian aku bercerita mengenai 11 orang yang egois!” ucapnya dengan sedikit mengeraskan suaranya ketika mengatakan 11 orang egois

“Keras kepala” ucap dewo

“sok jago” ucap karyo

“Pemarah” ucap udin

“suka menang sendiri” ucap anton

“Suka membully” ucap tugiyo

“Suka menindas” ucap joko

“Suka menghina” ucap parjo

“Suka memaksa ciiiin” ucap dira

“dan tak mau menerima pendapat orang lain” ucap aris, ucap mereka secara bergantian dan aku hanya menoleh kearah mereka

“tapi disatukan oleh satu orang, yang kemudian jumlah mereka menjadi 12 orang. sebenarnya ketika mereka menjadi satu belum ada namanya, hingga ketika ke-12 orang ini bersatu dan sedang berkumpul untuk sekedar nongkrong di nasi kucing. Tiba-tiba, sekelompok orang menamai diri mereka geng tato dengan jumlah lebih dari 20 orang, mengobrak-abrik nasi kucing tempat ke-12 orang itu nongkrong. Tapi dengan santai ke-12 orang itu menghajar mereka dan menjadikan mereka bahan banyolan di hadapan semua orang. hingga ada orang yag berteriak, “matur suwun geng koplak” dan mulai saat itu, semua mengenal yang namanya geng koplak” ucapnya aku hanya tersenyum kecil kepada wongso

“dan ketika itu aku menceritakan bagaimana satu orang yang menyatukan ke-11 orang lainnya itu menolong ibuku dari kebakaran” ucap wongso

“bahkan mengambil BPKB dan STNK serta motor kakeknya untuk membayar biaya rumah sakit adikku” ucap anton

“Ada lho, yang ngambil perhiasan ibunya Cuma buat nglunasi utang bapakku” ucap joko

“Bahkan sampai berdarah-darah nolongin adik perempuanku yang hampir diperkosa sama geng kemarin sore” ucap dewo

“dan sialnya lelaki itu juga bantu nglunasi hutang ibuku di lintah darat, andai saja ndak dilunasi mungkin udah ndak punya rumah aku” ucap karyo

“ada juga yang setiap hari ngurusin kambing-kambingku ketika aku nungguin ibuku dirumah sakit, eh ditambah lagi pas keluar dari rumah sakit dan mau bayar, sudah lunas semua biayanya” ucap aris

“Bahkan ada yang bantu modal ibu dan bapakku buat jualan, agar aku bisa nglanjutin sekolah dan ndak perlu kerja” ucap udin

“ada juga yan nolongin aku waktu aku dijebak cin sama mata keranjang, untung waktu itu ndak jadi mati cin, dibuang coba di tengah hutan, untung tuh ada yang nyariin aku setelah 2 hari aku ndak kelihatan” ucap sudira

“Ada juga yang bayarin biaya operasi kakekku dan ayahku yang kecelakaan bersama waktu itu, ya walau akhirnya kakek meninggal tapi paling tidak aku masih bisa melihat ayahku sampai sekarang” ucap tugiyo

“Ada, waktu ruko ayahku dan ruko ayah hermawan terbakar ludes. Sudah ndak tahu mau kemana, ditambah lagi pak’e sama mbok’e semuanya ndak punya uang. Tapi tiba-tiba, selang satu minggu ruko itu sudah berdiri lagi di pasar besar” ucap parjo

“ya, aneh kan wong terbakar ludes, selang satu minggu ndak pernah tak lihat lagi. Eh dikasih tahu orang pasar, kalau rukoku dan ruko parjo dah siap untuk jualan. Barang dagangannya saja sudah lengkap didalam” ucap hermawan mengiyakan parjo

Mereka semua yang berkerumun memandangku dengan senyum. Aku hanya mampu tersenyum lebar setelah semua yang aku lakukan telah diketahui mereka semua. Ya, waktu masih SMA aku menyembunyikannya sebelum aku baru berkumpul dengan mereka, baru saja berkumpul dan belum mempunyai nama. Aku sudah menganggap mereka keluarga, karena mereka aku juga memiliki banyak teman. Kejadian itu semua sudah berlangsung sangat lama, dan ketika itu mereka belum tahu walau akhirnya mereka tahu.

“itu catatan masa lalu br...” ucapku

“masa lalu dengan tinta emas bagi kami semua” ucap wongso

“Dia tidak hanya datang kepadaku, tapi ke mereka semua. Bertanya tentang laki-laki itu” ucap wongs sambil berdiri

“Dan kemarin dia ngabisin satu plastik besar tisu dirumahku, belum dibayar lagi? He he he he” ucap udin

“Hei... semua orang pernah melakukan hal yang salah, tapi apa salahnya jika dibenarkan. Dia memang tidak bercerita secara detail mengenai lelaki itu, tapi sebenarnya teman-temannya ada yang pernah melakukan itu. Tapi karena ada bidadari datang dalam hidup mereka, mereka berhenti karena tidak ingin membuat sakit bidadarinya”

“Ada yang berhenti mabok, ngedrugs, nyabu, ngesek-ngesek dan masih banyak lagi, semua mereka lakukan agar bidadari yang datang tidak pergi lagi” lanjut wongso yang membungkuk dengan kedua telapak tangannya meremas lututnya. Wajahnya tepat didepan wajahku.

“jika kamu merasa bersalah, jangan terlalu merendahkan diri kamu. Rendah hati boleh tapi rendah diri jangan. Bersikaplah sewajarnya kamu...” ucap wongso meninggalkan aku dan berkumpul bersama mereka

Aku termenung dengan ucapan wongso, enta apa yang ada dipikiranku saat ini. kosong dan tak menentu. Dian, kenapa kamu datang lagi, apakah kamu benar-benar ingin tahu aku sebenarnya? Masa bodohlah, aku akan mencari permaisuriku yang sebenarnya jika itu bukan kamu.

“Woi! Kumpul sini napa, biar kaya manusia” ucap dewo dan karyo

Aku kemudian berdiri dan berjalan kearah mereka. Mereka tersenyum kepadku, ada yang mengacungkan jempol, jari tengah, jempol kecepit dan aku hanya bisa tersenyum memandang mereka. Tak ada pembicaraan mengenai apa yang terjadi malam ini, apa yang terjadi dengan dian. yang ada kami bercanda semalam suntuk hingga pagi menjelang.

Rembulan itu menjadi teman kami selama berkumpul
Rembulan yang sama ketika aku bersamamu
Namun apalah dayaku
Aku terlalu kotor untukmu
Maafkan aku wahai rembulan terang, saksi bisuku
Saksi bisu tentang kisah cinta yang gelap
 
Pagi menjelang, Ibu rani siuman dan sadar setelah operasi semalam. Dengan segera tante membawa rani beserta ibunya ke rumahnya. Pagi-pagi sekali sebelum matahari terbit dan penghuni rumah sakit melakukan aktifitas, kami semua sudah sibuk memeprsiapkan kepergian rani dan Ibunya kerumah tante asih. Sebenarnya kami ingin segera pulang kerumah, namun rani memintaku untuk mengambil beberapa barang dirumahnya. Ya, sebelum polisi melakukan menemukan dan mengidentifikasi mengenai mayat yang akan mereka temukan. Segera aku dan koplak ke rumah rani dengan membawa mobil, motor kami tukar dengan mobil pikep (pick-up) wongso. Sesampainya dipos satpam kulihat dua orang satpam masih teler. Langsung kami menuju rumah rani beberapa barang berharga, dokumen serta beberapa foto kami ambil, hufth seperti orang mau dagang saja. Dan kemudiana ku antar kerumah tante asih.

“Kakak-kakak, terima kasih ya” ucap rani dengan senyumannya setelah kami bergotong royong memasukan barang-barangnya

“Iya...” teriak kami semua, yang melangkah meninggalkan rumah dan aku paling belakang

“Kak arya...” ucap rani sedikit pelan

“Terima kasih...” ucap rani yang berlari dan kemudian memelukku

“Iya sama-sama adikku” ucapku

Aku dan koplak kemudian akhirnya pulang menuju kerumah masing-masing. Sebelumnya kami kembali ke rumah wongso untuk mengambil motor kami. Perjalanan pulang kerumah aku ngebut secepat-cepatnya, sudah tidak tahan lagi dengan rasa kantuk. Sesampainya dirumah, aku langsung buka pintu gerbang dan kututup lagi. Kuparkir motorku tanpa harus memasukannya ke dalam garasi. Tak ada mobil ayahku, sama seperti sebelum-sebelumnya. Aku langsung menuju ke pintu rumah, dan...

“Kamu baik-baik saja sayang?” ucap Ibu dengan wajah gelisahnya, dengan kebaya berwarna hitam menerawang berbalut jarit yang benar-benar membuatnya semakin mengagumkan

“Eh... Ibu” aku terkejut

“Sudah masuk dulu sayang” ucap Ibu, ingin sekali aku memeluknya dan melepaskan hasratku ketika melihat tubuh seksi ibu dari belakang. Aku kemudian masuk lalu kututup pintu dan duduk di kursi ruang tamu begitupula dengan ibu duduk dikursi sebelah kiri depanku.

“Ibu tahu?” ucapku

“Tante asih cerita sama ibu” ucap Ibu

“Tenang saja bu, arya baik-baik saja. Kan ada kolak he he he” ucapku

“Yang penting kamu hati-hati ya sayang” ucap Ibu

“Iya ibuku yang cantik” ucapku yang tersenyum kepadanya, kami kemudian saling pandang.

Dalam hening kami saling bertatapan. Ibu kemudian tersenyum, matanya menyipit. Aku lalu berdiri dan kugeser meja didepanku. Aku berada didepanku dan berdiri memandang ibu yang sedang duduk didepanku. Perlahan dan Begitu lambat, tubuh ini membungkuk dan kudaratkan ciuman di bibirnya. Dibalasnya ciuman itu dengan ciuman lebih hebat dari ibu. Lelah tubuhku hanya inginkan tubuh Ibu. Dipeluknya kepalaku dengan kedua tangannya dengan sangat erat.

“Puaskan dirimu, kau masih kekasihku sekarang, aku akan menurutimu sayangku” ucap Ibu

“Iya,bu... sayangku... arya sudah kangen sekali” ucap ku

“Kamu ingin apa, kekasihmu ini akan menurutinya” ucapnya

“Aku ingin menjelajahi tubuhmu, sudah lama aku tidak menjelajahinya” ucapku

“Lakukan, ibu akan menurutinya...” ucap Ibu dengan desah dan kami kembali berciuman.

Kedua tanganku meraba bukit kembar milik ibu, aku remas secara perlahan. Keras, karena masih tertutup oleh bungkusan kemben didalamnya. Ciumanku semakin turun kebawah, keleher ibu. Desahan-desahan nafas menambah birahi kami semakin meningkat. Kujilati leher jenjang itu hingga bagian belahan susu ibu. susu yang tampak menyembul dari kebaya yang seksi ini. jilatanku, ciumanku masih berputar-putar di arean belahan susu ibu, dan remasan lembut tanganku masih berada disusu ibu. kudorong tubuhnya perlahan, kuangkat kedua kakinya sembari menyingkap jarik yang melilit pinggang hingga kaki bagian bawahnya. Ibu mengangkat sedikit pinggulnya dengan bantuan kedua tangannya. Yupz, tak ada Celana Dalam. Setelah jarik ibu sudah berada di pinggangnya, aku lebarkan kedua kakinya, kaki kanan tetap berada di lantai yang satu aku posisikan menekuk dan bertumpu pada kursi.

“Ayo nak, kamu kangen kan sama tempik ibu?” ucap ibu

“kangen bu, sudah lama aku ndak mainin ini tempik, apa kabarnya tempik ibu ini?” ucapku nakal

“Kangen sama kamu, tambah sempit nanti kalau kamu masuki” ucap ibu

“Masuki pakai apa bu?” ucapku

“pakai kontol anakku sayang ini... ayo jangan dilihati nak, kan bukan film” ucap ibu

“memang mau diapakan bu?” ucapku

“iiih... nakal deh, tempik ibu pengen dijilati sama kamu anakku sayang, mmmmhhhh....” ucap ibu disertai desahan, kudekatkan wajahku ke vagina ibu

“Wangi sekali slurrp... slurrrp...” ucapku kemudian menjilati vagina seperti halnya eskrim

“Khusus buat kamu emmmmhhhh nak... jilathhhhhh...ti terus nak ibu benar-benar kangenhhh sama kamuwh... owhh....” racaunya

Lidahku kemudian aku julurkan dan bermain diitil ibuku. Jarik tengah kanan mulai aku masukan dan kumainkan di bagian bawah vaginanya. Lama dengan posisi itu, aku kemudian menusukan jari tengah kananku lebih ke atas, dan aku korek-korek dinding atas bagian dalam vagina ibu.

“Owhh... yah disitu nak enak banget owhh... terusshhh... mmmmhhh.... lebih kuat, mainkan sesukahhhhmuhhh owhhh... iya anakku begitu... mainka tempik ibumu yang kering itu owh...” racaunya, yang membuat aku semakin bernafsu dan semakin kuat dalam mengocok vaginanya

“Arghhh... lebih cepathhh lebih cepat.... tempik ibu mau muncrat.... arhhh... terus kocok tempik ibu nak... sedot lebih kuat itil ibumu itu owhh... yah terussshhhh...” racaunya, dengan tubuhnya semakin tegap dan bergoyang

“Arghhhhhhhhhhhhhhhh.....” teriaknya dengan tubuh mengejang beberapa kali, aku hanya diam dan kemudian berdiri melihat ibu yang mengejang merasakan nikmat

“kamuhhh nakal anakku erghh... egh... eghh... egh...” ucapnya dengan tubuh sedikit mengejang, setelah beberapa saat tubuh ibu kemudian maju dan meraba selangkanganku

“yang didalam kangen ndak ini hashhhh...” ucap ibu

“kagnen banget, kangen bibir, sama tempik Ibu” ucapku

“pengen diapain” ucap ibu sambil memandangku ke arahku, senyuman nakal terlukis di bibirnya

“Pengen dijilati sama diemut sama bibir kamu ibuku, owhhh...” desahku yang merasakan rangsangan ketika jari-jari itu mulai bergerak disekitar selangkanganku

“begini ya” ucap Ibu yang kemudian membuka resleting celanaku, tanpa berlama-lama.

Dipelorotkannya celanaku seklaigus celana dalamku. Dan toeeeeng dedek arya kembali akan beraksi. Tangan ibu memegang kedua pahaku, dan bibirnya mulai menciumi ujung kepala dedek arya. kadang lidahnya dikeluarkan dan bermain-baim di lubanng pipis dedek arya. ah, ternya aku menyukai posisi ini, tapi akan terasa lelah jika aku harur berdiri.

“bu, aku duduk ya, ibu dibawah” ucapku

“he’em... apapun maumu anakku” ucap ibu

Aku bergantian dengan ibu, aku duduk dikursi dan ibu sekarang berada dibawahku. Tangannya secara lembut melepaskan celana jeans dan celana dalamku dengan bibir masih menciumi dedek arya. setelah lepas, tangannya mulai mengocok pelan dedek arya.

“bu, tangannya di bawah saja, arya pengen ibu pakai mulut arghhh” ucapku

“iya sayang...” ucap Ibu yang kemudian menurunkan kedua tangannya disamping kedua lututnya yang bersimpuh

“cepetan bu, kulum kontolnya” ucapku

“kontol siapa?” ucap ibumenggodaku

“kontoll arya bu” ucapku

“Siapa yang ngulum, jelas dong sayangku” ucap ibu masih menciumi ujung dedek arya

“Emutin kontol anakmu bu, kontol anakmu sudah pengen di emut sama mulut ibu” ucapku dengan nada penuh nafsu

“iih.. nakal deh, gini ya?” ucap ibu,

Ibu kemudian memasukan dedek arya perlahan dengan mata msaling berpandangan denganku. Kedua tangannya berada dibawah, sebuah posisi yang indah. Hanya bibirnya saja yang bermain-main di dedek arya. Kepalanya maju mundur perlahan, kedua tanganku mengelus-elus rambut ibu dengan tubuh bersandar pada kursi. Terlihat jika ibu tersenyum ketika mengulum dedek arya.

“Owhh... ibu suka?” ucapku sambil memandangnya

“iya, suka kontol anaknya sendiri slurrppp mmmmmhhhh...” ucap ibu yang kemudian kembali mengulum dedek arya, kepalanya maju mundur

“bu, owhh... elusin yang dibawah emmmmhhh.... yang dibawah zakar...” ucapku. Jari-jari lentiknya kemudian mengelus-elus dengan ujung jarinya di bawah zakarku

“yah, begitu owhh... lebih enak bu” ucapku. Setelah cukup lama ibu mengulum dedek arya, tampaknya aku harus memulainya.

Kupegang kepala ibu dan kutekan lebih kedalam lagi, tak ada perlawanan dari ibu. setelah itu aku tarik kepalanya dan kucium bibir indahnya itu. Kuangkat tubuh ibu dan akupun ikut berdiri. Kuposisikan ibu duduk mengangkang di kursiku, kedua kakinya aku sandarkan di sandaran tangan kursi. Kuarahkan dedek arya ked vagina ibu, dengan bertumpu pada sandaran tangan kursi. Aku menekan perlahan.

“bu... owhhh tempikmu sempit sekali... arghhhh...” ucapku dan langsung kepalaku diraih ibu dan dikulumnya bibirku

“mmmmh... mmhhh mmmhhh “ hanya itu yang aku dengar dari bibir kami berdua

Aku semakin cepat dan memompa pinggulku, posisi ini lebih melelahkan karena aku benar-benar harus membungkuk. Dipegangnya kedua buah pipiku, dan kami saling berpandangan. Aku terus melakukan aksiku dan memompa vagina ibuku sendiri. Wajahnya mengrenyit dan tetap menatapku tanpa berkata-kata. Kucium bibir indahnya kembali, dan aku terus memompanya.

“ermmmmm... emmmmhhh..... emmmmmhhhh... mmmmhhhhhh.... slurrpp..... mmmmhhhh” desah ibuku, lama kami dalam posisi ini

“emmmmm arghhhhhhh.....” racau ibu, aku yang kelelahan kemudan kucabut dedek arya yang masih berlumur cairan vaginanya

“emut bu...” ucapku dengan menyodorkan dedek arya ke arah ibu, tanpa menolaknya ibu kemudian bangkit dan langsung mengulum dedek arya yang masih berlumuran cairan vaginanya

“enak kan bu? Enakan mana sama punya suamimu bu” ucapku semakin nakal

“slurrppp... arhhhh jelas enak punyamu nak slurrrppp....” ucap ibu disela-sela emutan, wajahnya memandangku dan dia tampak tersenyum

“Kamu adalah milikku bu owhhh... terus emut bu, tunjukan pada arya cintamu bu owhh...” racauku, mendengar kata-kata itu ibu semakin mengulum dedek arya semakin kuat

“ayo sayang, masukan lagi kontolmu ketempik ibumu, ibu sudah ndak kuat...” ucap ibu yang melepaskan emutannya

“iya bu...” ucapku, kutarik ibu dan kuposisikan menungging dengan bertumpu pada meja

“Tell me what you want son, hot or wild?” ucap ibu ketika dedek arya sudah berada di depan vaginanya

“both of them” ucapku dengan dedek arya yang terhenti

“lakukan semaumu, ayo masukan kontolmmu itu ke tempik ibu, garuk tempik ibu pake kontol kamu cepetan sayang biar ibu puasin kontol kamu” ucap ibu mulai membakar birahiku

“ooo.. jadi ibu mau disodok pakai kontol anaknya ya?” ucapku

“iya, cepetan sudah pengen digaruk-garuk pake kontolkamu” ucap ibu

“Seperti ini” ucapku memasukan dedke arya perlahan

“erghh... he’em... mmmhhhh “ ucap ibu menikmati

“kok diem bu? Mana hotnya?” ucapku meminta

“Dasar nakal banget kamu,ughhh...”

“cepetan goyang keras, sodok tempik ibumu” ucap ibu

PLAK... tamparan tangan kananku di pantat ibu, yang kemudian mulai menggoyang pinggulku

“Aaa... nakal banget kamu nak, tampar lebih keras lagi” ucap ibu, dan aku semakin keras menampar dengan menggunakan tangan kanan walau sebenarnya sedikit ragu melakukannya

“tempikmu sempit sekali buowh kontolku kejepit di tempik ibu owgh...” racauku

“emmmhh.... sssshhh... kamu ingin tempik ibukan? Sudah kangen kan sama tempikh ufthhh ibu? erghh... ayo puaskan birahimu kenthu lebih keras lagi... biar kamu puas dan ibu jugggaahhhhh owghhh... lebih dalamhhhh ibu sukahh kalau kontolmu mentokhhh didalam.... emmmhhh...” racaunya

“mentokh dimana buh... emmmmhhh.... ah... njepit banget buwh....” racauku

“mentoj didalam tempik ibumu ini anakkku owhhh yeahhh... lebih keras.. tampar pantat ibu nak wmmmmhhh.... kontolmu benar-benar buat ibu gila... owgh penuh banget tempik ibumu ini rasanyahhhh owhhh.... terushhhh ssshhhhhhh... erghhhh....” racaunya

Segera aku mengocok dan menyodok lebih keras lagi dedek arya ke dalam vagina ibu. kubungkukan tubuhku dan kuraih susu ibu yang masih berbakut kebaya. Kuremas keras, walau yang masih berbalutkan kemben. Dengan sangat kasar karena dikuasai birahi, aku tarik kebawah kebaya yang hanya menutupi sebagian bahunya ini.

“Iya begitu... sodok lebih keras lagi tempik ibu, erghhh... tarik robek nak... mainkan susu ibu, kamu sukahh kan susu owghhhh” racaunya

“ya aku suka susu besar ibu, indah, putih, kenyal owghhh...” racauku

Sejenak aku berhenti agar aku bisa merobek-robek kebaya ibu. dengan petunjuk ibu aku buka kemben yang menutupi susu indahnya. Dan bergelantunglah dua buah susu indah ibu segera akumeremas dan memainkan putingnya.

“Ayo sayang jangan susu terus, tempik ibu jangan dianggurin aw...” ucapnya kemudian kaget ketika aku mulai menggoyang lagi

“Emmmhhh sssshhh terus sayang, genjot lebih keras lagi tempik ibu ouwhh.... kontol kamu benar-benar mantab ouwhh...”racau ibu yang membuat birahiku semakin meningkat.

“enak ndak bu kalau arya beginikan” ucapku, tangan kiriku masih meremas susu kirinya dan tangan kananku menelusur ke keselangkangannya yang kemudian bermain-main di klitoris ibu, bibirku menciumi punggung ibu.

“Owhh yah... itil ibu kamu apakan ufth... pinter banget kamu sayang... enak banget yeah... ermmmmggghhhh ssshhhh terus... goyangghhhh.... plintir itil ibu enyakkk ouwhh... y abegituh sayangku...” racaunya menerima perlakuanku

“ufthh... tempikmu tambah becek banget bu... tambah enak... arghhh... ya bu... owhhh jepit lagi kontol anakmu bu... jepit kontol anakmu pakai tempikmu yang sering dianggurin sama suamimu bu owh... yahhh...” racauku semakin liar

“begini emmhhh.... arghhh.... yahhh... emmmhhh.... dah ndak pernah nganggur owh sayang kan sudah kamu sodok terus ouwhh... tempik ibumu ndak pernah nganggur sejak kontolmu masuk ketempik ibu owh...” racaunya menikmati

“iya ya bu... enak mana b sama kontol suamimu?” ucapku menggoda

“Enak punya mu owhh yah... terus kontol kamu enak, paling enak daripada kontol kecil suamiku owh...” racaunya

“aku sodok lagi yah aku sodok lagi tempikmu owh...” racauku

Lama kami dalam posisi doggy style, tampak vagina ibu semakin becek. Terasa cairan-cairan pelumas dari vaginanya keluar semakin banyak. Apalagi tambahan dari sisa orgasmenya, walau becek tapi ibu selalu menggerakan dinding vaginanya untuk menjepit dedek arya.

“owghh... nak istirahat owghhh ibu ndak capekkhhh owghh...” ucap ibu,

Tak berlama-lama, aku langsung menarik tubuhnya dan kurebahkan di sofa yang berada di kanan pintu masuk rumah. Aku kangkangan kedua kakinya,kaki kanannya berada di atas sandaran sofa dan kaki kirinya menjuntai kebawh. Dengan segera aku posisikan tubuhku di selangkangan ibu.

“Sebentar jangan terburu-buru sayangku, biar ibu lap dulu” ucap ibu seembari mengelap vaginanya dengan kain jariknya

“Ayo bu cepat, kontolku sudah ndak tahan pengen ngenthu tempikmu” paksaku

“iya, silahkan anakku yang ganteng, masuki tempik ibumu dengan kontol besar dan kuatmu itu, kontol yang aaaaaaaaawwwwwwwww.... lebih besarhhhh dari kontol ayahmuwhhh owhhh...” ucap ibu yang kemudian menjerit karena aku memaksa masuk kontolku

“owghhh besar kontolmu owghh... emmmmhhh esssshhhh... lebih dalam lagi.... mentokin ke dalam tempik ibu... ufthhh... enak sayang emmmhh...” racaunya yang kemudian kutekan lebih kedalam

Tubuhku membungkuk dan kedua tanganku meremas susu ibu. kulumat bibir indahnya, kedua tangannya berada diatas kepalanya. Kupercepat goyangan pinggulku.

“Owghh ibu, arya mau keluar...” ucapku

“kibu jugaahhh... keluar sama-sama owghhh terus lebih keras... sodok lebih keras tempik ibu... sodok pakai kontol besarmuhh orghhh...” racaunya

“Aku ingin meju di tubuh ibu...” ucapku

“terserah... pejuhin tubuh ibumu ini owghh...” racaunya

“AKU HAMPIR KELUAR BU ..” ucapku

“ibu juga... aaaaaaaaaaaaa” teriak ibu tubuhnya mengejang

Ku tarik dedek arya dari vagina ibu, segera aku berdiri disamping wajah ibu. dan...

Crooot... crooot... crooot... crooot... crooot... crooot... crooot... crooot

Tumpuh semua spermaku diwajah ibu, beberapa tembakan aku arahkan ketubuhnya. Kini wajah dan dada ibu berlumurkan air maniku.

“hashhh hashhh hashhh kamu itu ibu sendiri kamu pejuhin... hash hash hash” ucap ibu disela-sela nafasnyayang tersengal-sengal

“ibu seksi banget hash hash bu bersihin kontol arya pakai mulut ibu ya” pintaku dengan segera ibu menagangkat sedikit kepalanya, kedua tangannya memegang pinggulku dan mulutnya mulai mengulum dedek arya

“Owh... enak banget bibir ibu” ucapku sambil menikmati kulumannya

“mmmmhh.... slurrrp... kamu itu masa ibu suruh bersihin kontol nakal ini sluurpp mmmmm...” ucap ibu disela-sela mngulum dedek arya

Setelah benar-benar bersih, aku jatuh terduduk dilantai karena lelah. Ibu membersihkan sisa-sisa sperma yang menempel di waja dan tubuhnya. Ibu kemudian bangkit dan melepas semua kebaya yang di kenakannya.

“Yuk, bobo sayang dikamar kamu” ucap ibu mengajakku

“he’em...” ucapku

Pintu masuk rumah dikunci, kubawa pakaianku di tangan kiriku. Ibu membawa kebayanya ditangan kanannya. Kami berjalan beriringan dan saling berciuman. Tangan kiri ibu mengelus-elus dedek arya yang tertidur, dan tangan kananku melingkar meremas susu kanan ibu. hingga di dalam kamar kulempar semua pakaianku begitu pula dengan ibu. kami berdua rebah, ibu membelakangiku dan kupeluk tubuhnya.

“Sudah bangun kontol anakku yang nakal itu ya?” ucap ibu ketika aku memeluknya, dedek arya sudah kembali bangkit

“he’em bu, minta disodok lagi?” ucapku

“He’em, dimasukin saja sayang terus bobo sambil dipeluk kamu ya” ucap ibu manja

Perlahan aku angkat kaki kanan ibu, dan kumasukan dedek arya.

“Masih anget saja bu tempiknya” ucapku

“iya dong, kan dipanasin setiap hari buat kamu hihihi... dah bobo yuk” ucap ibu

“kalau tiba-tiba pengen gimana bu” ucapku

“udah masuk ya tinggal digoyang kan?” ucap ibu

“nakal deh ibu sekarang muachhh...” ucapku sambil mengecup lehernya

“kan kamu yang minta” ucap ibu

Kami berdua kemudian tidur bersama dengan dedek arya tertancap di vagina ibu. hingga kami terlelap dalam lelahnya pagi ini....

Siang hari aku terjaga, tubuhku terlentang. Mataku perlahan terbuka memandang ke arah bawah tubuhku. Tak ada lagi dedek arya padahal aku merasakan bahwa dedek arya sedang tegang tapi aku tidak bisa melihatnya. Ternyata dedek arya sudah berada dalam mulut ibu.

“Ibu essshhh... “ ucapku dengan masih rasa kantuk

“mm.... slurrrpp... ibu pingin dipejuhi lagi, tapi giliran ini...” ucap ibu yang kemudian duduk mengangkang, ditunjukannya vagina indah itu.

“jadi pengen dipejuhin didalam ya bu?” ucapku nakal

“he’em... owhhhh.... besar keras dan emmmmhhh... terasa sekali...” ucap ibu secara perlahan memasukan dedek arya ke dalam vaginanya

“sudah disodok mash sempit saja bu owhhh yahhh... ayo bu bergoyang...” ucapku

“seperti ini arghhh... edian kontol anakku ngobok-ngobok tempik ibunya sendiri arghhh... ndak rugi kalau tempik ibu kamu masuki sama kontol kamu owhhh....” racaunya

“Enak kan bu, mmmyah terus bu” ucapku sambil kedua tanganku meremas susu sekal yang menggelantung indah dihadapanku

“lebih keras bu goyangannya, kontolku keenakan...” racauku

“owghh... ini kan yang kamu mau nak owghh... tempik ibu... kontol kamu benar-benar mentok ke dalam...” racau ibu

Lama kami berada di posisi ini, ibu terus menggoyang tubuhnya. Kepalanya mendongak ke atas dan semakin tak karuan. Aku bangkit dan kupeluk tubuh ibu, kudaratkan ciuman di bibirnya. Kurebahkan ibu di kasur, aku lepas dedek arya dari vaginanya dan kukangkangI tubuhnya

“bu diemut lagi ya ibuku, emut kontol arya anakmu ini” ucapku yang menyodorkan dedek arya kemulutnya, dan langsung dikulum habis dedek arya. aku tidak berlama-lama, setelah aku puas dengan posisi mengangkangi ibu aku posisikan kembali di selangkanganya

“arghh... tempik sempit enak sekali ouhw..” racauku

“arghhh.... kontol kamu besar sekali, sodok yang keras nak... sodok lebih dalam tempik ibu ouhw” racaunya

Aku pegang kedua pinggang ibu, aku mulaimempercepat tempo. Goyangan pinggulku semakin keras dan semakin liar. Racau kotor dari mulut kami berdua menghiasi persetubuhan ini. aku tidak tahu kenapa ibu semakin liar, aku juga bertambah semakin liar. Walau liar wajahnya tetap terlihat anggun, pandanganku melihat dia sebagai sosok seorang wanita penuh dengan keanggunan yang membutuhkan kehangatan.

“Bu, aaaaarya mau mejuhi tempikmu... aaaarya mau keluar...” racauku

“Keluarkan... pejuhin tempik ibumu...” ucapku

“bu ayo bilang dong enak ndak kontol anakmu ini” ucapku

“Enak kontolmu nak, mentok didalam, ibu selalu puas dengan kontolmu... ouwh... kontol ayahmu tidak pernah buat ibu puas... kamu yang arghhh pertama kali buat ibu keluar terus-terusannn ouwhh...” racaunya

“iya bua tempikmu paling nikmat ouwh... yahh... enak sekali buwh.... kontoku tambah linu, tambah pengen terus keluar” racauku, dengan semakin memepercepat goyanganku, susu ibu naik-turun tidak karuan

“arya keluaaaaaaaaaaar.....” teriakku

“Awhhh......” teriak ibuku

Crooot Crooot Crooot Crooot Crooot Crooot Crooot Crooot

Kupeluk tubuhnya dan kuciumi wajahnya. Tubuhnya mengejang dengan kedua tangan berada diatas kepalanya. Setelah reda, kedua tangannya memelukku. kami berdiam diri mengatur nafas kami berdua. Setelah reda, ku angkat wajahku dan kupandang ibu dan kami saling berpandangaan.

“Bu maafkan arya kalau minta yang aneh, aneh...” ucapku

“Ibu sudah tidak peduli lagi dengan semuanya, yang penting kamu bisa menyelamatkan semua kelaurga kita, yang penting kamu puas begitupula dengan ibu, tidak bisa ibu pungkiri dengan kamu ibu merasakan kepuasan” ucap ibu

“terima kasih bu” ucapku

“Dan masalah dian, jika dia memang menginginkanmu dan berbicara dengan ibu, ibu akan menghentikan ini semua. Jika tidak, ibu akan melayani lebih dari yang tadi sayang sampai kamu benar-benar bosan dengan ibu” ucap ibu, membuatku sedikit tertegun. Masa bodohlah...

“terima kasih bu.. tapi kalau tubuhnya seksi seperti ini terus mana bisa bosan bu” ucapku kemudan menciumnya

Kami bergumul bersama, saling berciuman hingga merasa cukup. Ibu dengan tubuh telanjangnya bangkit dan meninggalkanku di kamar.

“ibu mau siapin makan dulu, kamu bersih-bersih ya sayang” ucap ibu sebelum meninggalkanku

Akku termenung didalam kamar, seakan sekarang semuanya telah berubah. Waktu yang kami tunggu seakan tidak akan pernah datang lagi. Aku bangkit dan membersihkan tubuhku dikaram mandi, kulihat ibu di dapur sedang memasak. Setelah bersih, Segera aku berpakaian dan duduk diruang TV. Ibu kemudian berjalan ke arahku dengan menggunakan tank-top tanpa bra dan celana ketat selutut terlihat cetakan puting susu serta vaginanya menunjukan ibu tidak menggunakan celana dalam. Langsung kutarik ibu dan kupeluk serta kucium bibirnya diatas pangkuanku.

“Bu.. pengen lag...” ucapku

“mmmhh.... iya sayang...” ucap ibu

“bu emutin lagi ya, tapi tangannya dibawah...” ucapku

“pasti kebanyakan nonton film ya?”

“begini sayang...” ucap ibu yang memposisikan duduk bersimpuh ditengah-tengah selangkanganku

“He’em begitu bu...” ucapku

Ibu kemudian menarik celanaku hingga terlepas. Kedua tangannya berada di sebelah kanan dan kiri pahanya. Ibu melihat ku dengan senyuman, wajahnya tepat didepan dedek arya.

“kaya anjing saja nih, pasti imajinasimu sudah kemana-mana ya sayang” ucap ibu

“He’em.. bu pengen selalu melihat ibu ngemut nda pakai tangan kelihatan lebih seksi” ucapku

“argghhh... ya bu terus...” lanjutku

“Slurrrp... dielus-elus dong kepala ibu...slurpp...”ucap ibu sambil memandang wajahku. Ku elus-elus kepala ibu, kadang elusanku menelusup di kedua buah susunya.

“Sayang sandaran saja, biar kelihatan kaya raja dan ibu jadi ratu seks kami sayang” ucap ibu,

Kulipat tanganku di belakang kepalaku, sambil bersandar aku melihat ibu dengan bibir indahnya mengemut-emut dedek arya. rambutnya digelung ke belakang, membuat lehernya terlihat lebih indah. Memang benar-benar seperti seorang raja, duduk bersandar dengan kedua tangan berada dibelakang kepalaku. Sedang dedek arya dikulum oleh ratu-ku, ough... benar-benar nikmat.

“Ibuku sayang lebih keras, aku pengen mejuhin tubuh kamu lagi” ucapku santai

“Sluuurppp... he’em iya sayanngku... pengen di mana mejuhinya... slurppp...” ucap ibu

“Erghh... pengen di ergghhh wajah... dan ermmmhhh... di susu Ibu yang besar itu owhhh...” ucapku sambil memejamkan mata

“Slurrppp... gini ya?” ucap ibu yang kemudian aku membuka mata melihat ibu melepas tank-topnya

Di jepitnya dedekarya dengan kedua susu besarnya itu. Ibu kemudian meludahi dedek arya, pemandangan yang penuh sensasi. Dinaik turunkan tubuhnya agar susu indah itu menggesek dedek arya. ketika tubuhnya turun, lidahnya keluar dan menjilat ujung dedek arya. kadang ketika tubuhnya turun, dilahapnya ujung dedek arya dengan bibirnya.

“Owh... ibu tambah seksi sekali...” ucapku

“Seksi apa nafsuin sayang?” ucap ibu

“Seksi dan nafsuin bu owhh...” ucapku sambil mengelus pipi kananya, kepalanya pun miring ke kanan meminta elusan lebih

“arya... sayangku kamu nakal sekali... emmmhhhtapi ibu suka sayang, lebih nakal lagi sayang mumpung bajingan itu ndak ada dirumah...” ucap ibu, sambil menaik turunkan tubuhnya

“Kalaupun dirumah, aku tetap akan nakal bu...” ucapku

“beneran sayang... ouwh.... nakalin ibu terus ya sayang...” ucap ibu

“pasti bu... ayo bu lebih cepat lagi arya pengen banget mejuhin ibu” racauku sambil jempolku aku masukan kedalam mulut ibu

“Emmmhhh... slurrppp....” hanya itu yang aku dengar

Tubuh ibu semakin cepat naik turun, mulutnya pun semakin kuat menyedot jempol tanganku. Ujung dedek arya semakin sensitif. Aku meraih kepala ibu dengan tangan kiriku, aku sudah tidak tahan lagi.

“bu aku pengen mejuhin ibu... owhhh.... arya mau keluar...” racauku, dan ibu tidak membalasnya. Tubuhnya semakin cepat bergerak.

“arya keluar bu....” teriakku, ibu masih menggoyang dan...

Croot croot croot croot croot croot croot croot croot croot

Ketika tembakan pertama ibu berhenti dari menggoyang tubuhnya. Kepalanya ditundukan dan langsun disembur oleh dedek arya pada tembakan kedua dan seterusnya. Aku langsung rebah kebelakang besandar pada sofa ruang TV. kulihat ibu masih mengapitkan susunya pada dedek arya.

“masih tegang nak, sayang kalau dianggurin” ucap ibu

“hesh hes hesh yang sayang dianggurin kontol arya apa tempik ibu” ucapku

“Nakal kamu, ya dua-duanya sayangku” ucap ibu sambil memutar tubuhnya dan berpose mennungging

Aku langsung bangkit dan memeluk tubuh ibu. kuciumi punggung putih nan indah ini. kulorotkan celana ketat ibu.

“tampar nak, ibu sekarnag suka kalau kamu tampar pantat ibu” ucap ibu

“Hanya dengan arya ibu begini, ndak boleh sama yang lain” ucapku

PLAK... PLAK... hanya dua kali aku menampar pantat ibu

“aw... seandainya kamu sudah tidak lagi main sama ibu, berarti ya itu terakhir kalinya tempik ibu dimasuki kontol” ucap ibu

“Janji bu?” ucapku sambil mengarahkan dedek arya ke vagina ibu

“Janjihhh... emmmhh... itu kontol jangan di depan tempik ibu, dimasukan sayang” ucap ibu

“begini ibu sayang?” ucapku, memasukan dedek arya dan mulai menggoyangnya

“Yah... begitu... owhhh sampai dalam lagi, kontol kamu benar-benar panjang sayang ouwh... erghh... goyang lebih keras” racaunya

Aku memegang kedua pantat ibu yang montok dan besar ini. kulihat lubang anus yang merekah yang pernah aku masuki, timbul dalam pikiranku untuk memasukinya lagi. Tapi pertama aku harus membuat ibu ke puncak terlebih dahulu.

“Owh bu... bolehkah arya memasuki ini lagi, dulu arya pernah janji satu kali tapi arya kepingin lagi” ucapku sambil memasukan jempol tangan kananku ke dalam anusnya

“Arghh... terserah kamu sayang... oughhh... terserah... yang penting kamu puas dengan tubuh tua ini” ucap ibu

“Ibu memang sudah tua tapi tubuh ibu serasa 20 tahun yeah... menjepit banget tempik ibu” racauku

“Terserah owh... hajar terus sayang... hajar tempik ibu ouwh yahh begitu goyang lebih keras lagi... emmmhh... lebih dalam lagi sayangkuwh owh....” racaunya

Aku terus menggoyang tubuh dan pinggulku. Ibu meracau tak karuan ketika dek arya menghujam lebih dalam dan lebih keras dari sebelumnya. Tubuh bagian depannya ambruk tak kuat menahan hentakan demi hentakan yang aku berikan. Kepalanya menunduk mencoba melihat dedek arya yang menghujami vaginanya.

“Lebih cepat... ibu mauh.... owh... ke lu... ar.... aaaaaaaaaaaaaa” teriaknya

Dan kuhujamkan dedek arya lebih dalam dan kudiamkan. Menikmati sensasi cairannya keluar membasahi batang dedek arya. tubuh ibu tampak mengejang sebentar dan nafasnya yang semula tidak teratur menjadi teratur. Ku cabut dedek arya dan ku buka anus ibu dengan kedua jempolku. Kumasukan dedek arya secara perlahan

“pelaan arghhhh... itu jarang kamu masuhki owh.... pelan sayang...” ucapnya

“Iya bu ini pelan, enak ndak bu?” ucapku

“Sakit tapi teruskan sayangh ouwh.. emmhhh...” ucapnya, tubuhnya kembali terangkat menikmati tusukan dedek arya di anusnya

“masuk semua bu, digoyang ndak bu?” ucapku

“Digoyang sayang biar kamu keluar, yang pelan dulu sayang jarang kamu masuki itu...” ucapnya

Aku kemudian menggoyang perlahan pinggulku. Semakin lama semakin cepat kepala ibu tampak mendongak keatas. Setelah ritme goyanganku stabil, aku peluk tubuh ibu. sempit dan lebih sempit dari vaginanya. Kupeluk tubuhnya, tangan kiriku kugunakan untuk menopang tubuhku dan tangan kananku kugunakan untuk memainkan susu ibu. kepala ibu menoleh kebelakang dan kami saling berciuman. Ciuman antara ibu dan aku semakin lama semakin panas membuatku semakin cepat menggoyang pinggulku. Saking kerasnya menggoyang, pinggul ibu jatuh kelantai dengan kedua tangannya menekuk. Kini posisi ibu telengkup denan tangan tertekuk sebagai tumpuan dan kedua tanganku masuk kedalam meremas susu ibu.

“ouwh bu... arya rasanya pengen keluar...” racauku

“keluarkan... pejuhin ibumu nak ouwh... “ balasnya

“owuh ibu tempikmu enak,anusmu enak susumu besar, arya mau keluar bu....” ucapku

“keluarkan sayang... pejuhin ibumu” balasnya, langsung aku cabut dedek arya dan aku berlutut dibelakangnya

Croot croot croot croot croot croot croot croot

Semburan spermaku tumpah dipunggung ada pula yang mengenai rambut ibu yang digelung. Setelah semua keluar, aku langsung dududk mekangkang disamping ibu. ibu kemudian berputar dan kepalanya berada dipahaku, dikulumnya dedek arya untuk membersihkan sisa-sisa cairan kenikmatanku.

“Ough... masih linu bu pelan... uftthhh.... has has has” ucapku tersengal

“slurppp mmm... iya sayang... oia mau makan ndak? Itu sudah ibu suapin.. slurrrppp....” ucapnya

“Sebentar bu istirahat, habis sarapan dan makan sian tempe masalahnya he he he” ucapku

“Tapi belum mimik susu kan?” ucap ibu yang kemudian bangkit dan duduk di pahaku

“Dimimik susunya sayang...” ucap ibu

Aku kemudian mengenyot susu ibu secara bergantia, dedek arya pun tertidur karena kelelahan. Tapi posisi ibu yang duduk di pahaku berbuat sedikit nakal. Tubuhnya naik turun dan menggesek-gesekan vaginanya di dedek arya. awalnya tidak begitu terasa tapi setelah beberapa lama ibu melakukan itu, dedek arya menjadi bangkit kembali. Dengan cepat ibu memasukan kembali dedek arya ke dalam vagianya

“Ibu ndak capek?” ucapku

“capek sih capek, tapi kasihan tuh kedinginan makanya ibu selimuti hi hi hi” ucap ibu nakal

“Bu makan yuk...” ucapku

“Ayuk” ucap ibu yang kemudian berusaha bangkit tapi aku tahan, aku peluk tubuhnya dan aku angkat dengan posisi dedek arya tertancap di vaginanya

“Aw nakal ya sayangku” ucap ibu

Kami kemudian menuju meja makan, aku duduk dikursi dan ibu sedikit membalikan tubuhnya mengambil makanan. Ibu kemudian berusaha menyuapiku tapi aku tidak mau. Aku suruh ibu mengunyah terlebih dahulu dan disuapkan ke aaku setelah mengunyahnya.

“Kalau begitu ambilnya lebih banyak, ibukan juga lapar” ucap ibu dan aku hanya tersenyum kepadanya

Begitulah hari ini, ibu menyuapiku dengan makanan yang telah dikunyahnya. Dan kadang ibu menyuruhku mengunyah makanan yang akan dia makan. Hingga akhirnya setelah makan kami kelelahan dan mandi bersama. Ibu kemudian berpakaian sopan karena mungkin saja ayah akan pulang. Kami tidur dikamarku dan kupeluk ibu dari belakang hingga sore menjelang.

Aku terbangun dengan kepala sedikit pusing, dengan malas aku bangun dan menuju kelantai bawah. Kulihat jam menunjukan pukul 18:00, dan aku dapati ibu dengan pakaian yang sopan duduk i ruang TV. disambutnya aku dengan bibir yang maju kedepan dan kubalas. Ibu kemudian menunjuk-nunjuk ke arah pekarangan rumah. Langsung aku melompat dari tangga dan duduk di samping Ibu.

“baru datang...” ucap ibu

“Ouh... ada informasi bu?” ucapku, ibu hanya menggeleng

Ibu kemudian mengecilkan suara televisi, dan kami kemudian diam mendengarkan ayah yang berada dibelakang.

“Benarkah itu dia?”

“APA?! Bagaimana mungkin?!”

“ARGH! Kenapa bisa seperti ini? bagaimana dengan anak perempuannya dan istrinya? Apa ada dirumah?”


“APA?! Tidak ada sama sekali?!Pasti ada mata-mata disekitar kita, kita harus lebih hati-hati lagi”

“Oke reng (nico), kamu suruh orang awasi rumahnya” (Suara televisi kemudian aku keraskan sedikit agar tidak menimbulkan curiga)

“Nanti aku akan ke sana, jam 10 aku belum istirahat setelah tadi malam”

“oia, jika nanti kamu melihat anaknya, langsung kamu bawa saja”

“Dan ingat... beberapa hari lagi, di cermin darat rembulan” (Deg, ketika aku mendengarnya aku serasa telah melupakan itu semua)

“Dan... lewat email, sematpon itu (milik KS) kelihatannya menjadi sumber malapetaka kita”
 
Setelah percakapan itu, ayah kemudian masuk dengan wajah penuh rasa takut. Entah apa yang ada di dalam pikirannya tapi yang ada dalam pikiranku adalah sebentar lagi pasti aku akan menjatuhkanmu. Ayah kemudian duduk sebentar bersamaku dan ibu, kemudian aku candai Ayah. Ayah pun sedikit membalas, aku tidak berani membahas masalah yang baru saja aku dengar. Wajahnya tampak begitu suram dan kelam. Ayah kemudian beranjak pergi dan masuk ke kamar, setelah kurang lebih satu jam terdengar dengkur ayah. Ibu kemudian memberitahuku mengenai berita di TV tentang orang yang terbakar dalam mobil. Ada 5 orang. 1 orang terbakar di dalam mobil yang tertabrak truk, 2 orang terbakar di dalam jurang, dan 2 orang lagi terbakar setelah menabrak monumen. Aku hanya tersenyum dan tiba-tiba ibu menciumku. Aku dan ibu kemudian bercumbu di ruang TV, tidak sampai main karena jujur saja habis tenagaku. Kami saling berpelukan dan aku juga meremas susunya. kami bercumbu di depan TV hingga ayah kembali banggun dari tidurnya. Kami berdua bersikap biasa saja. Ayah kemudian pamit keluar. Mungkin besok aku akan bermain lebih keras lagi.

Aku dan ibu kemudian kembali ke kamar masing-masinng untuk menghindari permainan selanjutnya. Aku masuk ke dalam kamar dan duduk didepan komputerku. Lama aku termenung memikirkan apa yang selanjutnya aku lakukan. Kubuka email dari om nico tapi juga tidak ada kabar berita. Aku bersandar sambil menguap di meja komputerku. Ku tumpuk kedua tanganku di meja komputerku dan kubenamkan wajahku ke dalamnya.

“Sial tak ada informasi, dan aku harus menuggu hingga malam tahun baru, tapi apa yang harus aku lakukan besok?” bathinku

Aku angkat wajahku dan kulihat kalung monel dengan gantungan cincin. Kuraih kalung itu, mencoba mengingat siapa pemilik kalung ini sebenarnya. Aku jadi ingat dengan kalung pemberian nenek mahesawati, kuambil kalung milik nenek. Ku letakan berjajar kedua kalung itu.

“ini punya nenek, ini punya siapa?” ucapku sendirian

Ku ambil kalung nenek dan kuletakan ditempat dimana aku menyembunyikannya bersama sematpon KS. Ku pandangi kalung monel itu kembali, dan terus mencoba mengingatnya. Kuputar-putar kalung itu, terus aku putar-putar dihadapan kedua mata ini. Lalu aku lingkarkan kalung itu di pergelangan tanganku, jadi aku pakai seperti gelang. Dan...

“Ah... ternyata ini...” bathinku yang kemudian tersenyum sendiri teringat akan pemilik kalung ini

“Sudahlah... mungkin hanya akan menjadi kenangan saja” ucapku perlahan. Kuletakan kalung itu di dalam saku dompetku dan kemudian kembali ke kasur empuk dan terlelap dalam lelahnya malam

Mungkin sebagian manusia memiliki masa lalu yang indah
Mungkin sebagian manusia memiliki masa lalu yang buruk
masa lalu adalah sebuah catatan kenangan
Namun masa lalu adalah sebuah kenangan
Itulah mengapa kita bisa dihari ini
Itu juga karena masa lalu
Esok adalah sebuah misteri yang tak pernah kita ketahui
Misteri yang belum pernah kita hadapi
Hari ini, ya hari ini lakukan yang terbaik agar esok tidak menjadi buruk
Aku yakin esok selalu indah
 
mohon maaf terlambat, sesuai dengan apa yang nubie katakan sebelumnya kalau update bakal lebih lama dari sebelumnya
silahkan dinikmati dan semoga berkenan,
mohon maaf kalau update kali ini tidak sesuai dengan harapan agan dan suhu

bagi yang minta rokok, monggo saya baru saja beli he he

Kagak nyangka kalau sudah ampe page 90an he he he

sekedar informasi saja suhu dan agan,
bagi yang mau mengcopy paste atau menjadikannya jadi pdf atau apapun itu
bahkan ingin disebarkan
bagi nubie ndak masalah dengan catatan tidak dikomersilkan seperti website negara tetangga yang suka copas dari negara kita dan dikomersilkan, dan jika ingin dibagikan pun nubie harap bisa di share di forum SEMPROT, terima kasih

mohon kritik dan sarannya terima kasih :)

ngupiil dulu :ngupil:

terbang :angel::devil:

lariiiii.... :ngacir:
 
kereen. :jempol:

Ane masih blom selesai nulisnya :galau:
 
jossh hu.. ojo suwe suwe update e yo hu.. selak ngawat mbute, juh e dadi kolang kaling mengko. haha
 
¡°Ah... ternyata ini...¡± bathinku yang kemudian tersenyum sendiri teringat akan pemilik kalung ini

kalung siapakah itu?

Anda penasaran?

Hah? Apa?

Iya. Sama. Aku juga penasaran kog.

Tunggu kelanjutannya di episode mendatang.

:cool: :haha: :papi:

***

dan adegan balapan itu serasa mirip dgn adegan balapan di death race. Gak tau pasti yang keberapa.

Ini hanya pendapat kog... Hehehe...
 
Keren-keren dah updatenya.. Gila ampe kebawa suasana gini bacanya..
Malem minggu yg update terbaiks semua dah..
Makasih gan..
 
ntar kalo novelnya dah jadi, ane daftar satu, kalo ane ntar gak kebagian, ane sumpahin ti2t ente :konak: trus :haha::haha::haha::gubrak::Peace::pantat:

wah wah, asal ada izin dari agan down hill bakal ane share gan, ntar ane jadiin pdf dengan protect, jadi gak bisa di copy paste hehehe
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
mohon maaf terlambat, sesuai dengan apa yang nubie katakan sebelumnya kalau update bakal lebih lama dari sebelumnya
silahkan dinikmati dan semoga berkenan,
mohon maaf kalau update kali ini tidak sesuai dengan harapan agan dan suhu

bagi yang minta rokok, monggo saya baru saja beli he he

Kagak nyangka kalau sudah ampe page 90an he he he

sekedar informasi saja suhu dan agan,
bagi yang mau mengcopy paste atau menjadikannya jadi pdf atau apapun itu
bahkan ingin disebarkan
bagi nubie ndak masalah dengan catatan tidak dikomersilkan seperti website negara tetangga yang suka copas dari negara kita dan dikomersilkan, dan jika ingin dibagikan pun nubie harap bisa di share di forum SEMPROT, terima kasih

mohon kritik dan sarannya terima kasih :)

ngupiil dulu :ngupil:

terbang :angel::devil:

lariiiii.... :ngacir:

sip gan... ane salah satu fans garis keras tokoh bu dian dari cerbung ini hehehehe, makanya ane niatin betul buat jadiin ini sebagai karya novel gan, dan hanya bakal ane share dengan seizin agan downhill.. progresnya sih sampai update terakhir yang sebelum update ini sudah sampai 700 halaman lebih gan dengan ukuran paper a4, spasi 1, dan huruf new times roman 12... dan di novel karya agan downhill ane buat pake chapter2 gitu gan biar jelas alur dan pemisahan antar ceritanya... ane doain semoga agan downhill sehat selalu dan cerbung ini bisa sampai dapat prefix tamat... thanks untuk izinnya gan buat jadiin cerbung ini sebagai novel, dan ane gak bakal komersilin kok gan, hanya sebagai koleksi pribadi dan sebagai bentuk apresiasi dan kekaguman ane sama cerita agan..
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd