---------------------------------
Aku yang sedari tadi bersembunyi di bagian dalam cafe, sangat terkejut dengan teriakan tersebut. Teriakan hukuman ketika aku masih kecil, ini adalah suara yang akau kenal. Dengan perlahan aku keluar dari persembunyianku.
TANTE?! ucapku kaget
Kamu itu ya sudah dibilang jangan berkelahi lagi masih saja berkelahi, kamu juga wongso, kalian juga, erghhhh.... ucap tanteku, tante Asih, tante Asih adalah seorang kepala perawat dirumah sakit terkenal didaerah kami karena prestasinya yang cemerlang. Dia adalah anak dari adik kakekku, intinya dia adalah sepupu Ibuku. tante asih mendekat kearahku, cubitan pada tanganku yang tidak terluka beberapa kali aku dapatkan.
DASAR ANAK NAKAL! SUDAH DIBILANG BERAPA KALI?! Bentak tante asih yang masih saja mencubitku
ampun tante... ampun... ampuuuuun ucapku dengan darah yang mengering di kepalaku
MASSS! Hiks hiks hiks hiks teriak asmi tiba-tiba, yang dibelakangnya diikuti pacar-pacar sahabat-sahabatku. Mereka satu persatu memberi hukuman kepada pacarnya masing-masing, aku hanya tersenyum iri kepada mereka. Walau begitu, mereka tidak bisa menahan tangisnya. Bagaimana ya kalau saja ada seorang cewek yang menagisi aku setelah berkelahi seperti ini?
sudah dibilang jangan berkelahi lagi, kamu itu lho hiks hiks hiks ucap asmi
lihat sendiri kan aku ndak apa-apa ucap wongso santai
ndak papa gimana? Itu cat merah dikepala kamu, hiks hiks hiks ucap asmi sambil memeluk wongso
aduh duh duh duh... pelan-pelan sayang ucap wongso
dah mana tak obati dulu, kalian ndak usah kelihatanya kalian baik-baik saja ucap tante asih yang beranjak ke arah wongso dan mengobatinya.
iya bulik, kita ndak papa, mereka berdua saja bulik yang sok jago ucap aris. Kulihat mereka malah berpacaran dihadapanku, sialan. Coba bayangkan perasaan kalian ketika sedang sakit dan tak ada pacar tapi malah melihat orang pacaran, sakit , sakit hiks hiks hiks he he he.
kamu ndak papa Ar? ucap Bu Dian yang tanpa aku sadari ternyata duduk di sampingku
Eh...
ndak papa... ucapku. Kemudian Bu Dian mengambil kapas yang dibasahi oleh sedikit alkohol. ketika tangan itu mencoba menyentuh kenigku yang terluka, aku memundurkan kepalaku
ndak usah bu, biar tante asih saja, ibu pulang saja dulu ndak papa kok ucapku. Tampak sekali wajah khawatir Bu Dian terhadapku tapi aku mengacuhkannya. Diremasnya kapas itu dengan sedikit menahan tangis, tampak sekali matanya berkaca-kaca ketika aku sedikit meliriknya. Bodoh ah!
Ar, biarkan aku membasuh lukamu ar, aku mohon...ucap Bu Dian
Bu, biar tante asih saja, Ibu tidak usah repot, okay? ucapku yang tersenyum ke arahnya. Wajahnya tampak bertambah kecewa dengan sikapku, kaca-kaca di matanya bertambah tebal.
Dah, sekarang giliran si bandel ini ucap tante asih yang berjalan kearahku
iya itu bulik buandele minta ampun ucap anton
Kamu juga sama saja! Kalian juga! Bandel semua! bentak tante asih, membuta mereka semua bersembunyi di balik tubuh pacarnya masing-masing
Harus dihukum kalian semua! bentak bulik
jangan bulik kasihan ucap asmi pacar wongso, yang kemudian diikuti beberapa pembelaan dari pacar mereka masing. Bulik hnay mendengus kesal dan berjalan ke arahku.
Lha kamu siapanya arya? Kok dari tadi nempel arya terus? ucap tante asih
teman dekatnya tan... ucap Bu Dian
Dosenku Bu... ucapku dengan senyum
ini yang benar apa? Teman dekat atau dosen? ucap tante asih
Doseeeeeeeeen buliiiiik ucap sahabat-sahabatku dengan serempak, seakan-akan tahu isi hatiku. Kulirik Bu Dian tampak terdiam dan kaget, wajahnya sedikit tertunduk air matanya tampak menetes di tangnya yang menggenggam di atas pahanya.
Mau dosen mau pacar mau teman dekat, kamu bantu tante membersihkan luka Arya ucap tante
Eh... ucapku
Ah... iya tan... ucap Bu Dian, yang kemudian wajahnya berubah sumringah. Diusapnya sedikit air mata itu dengan tangannya. Dengan perlahan dibersikannya luka-lukaku dengan perlahan dan hati-hati
Aduh duh... rintihku
eh maaf maaf... sakit? ucap Bu Dian yang nampak sedih ketika aku mengaduh
eh pelan-pelan bu ucapku
i... i... iya.. ucap Bu Dian dengan wajah sumringahnya. Entah kenapa dia jadi tambah senang ketika membasuh lukaku. Dengan bantuan tante lukaku kemudian di obati olehnya.
sudah...
sebentar... ucap tante, yang kemudian berjalan keluar dan menelepon seseorang sambil memandangku dan menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian dia kembali duduk disampingku.
dah kamu rebahan dulu... ucap tante
rebahan disini saja ar ucap bu dian menawarkan pahanya
tidak di tante saja jawabku dan membuat kecewa bu dian. Aku kemudian rebah di paha tante.
dasar anak manja! ucap tante
biarin kali, kan enak dimanja he he he ucapku cengengesan
aku pijit ar ucap Bu dian
ndak usah bu, ndak papa kok akujawabku menolak
kamu itu bagaimana jarang-jarang ada dosen mau memijiti mahasiswanya, kamu itu aneh ucap tante asih
aku sering lihat kok tan, jadi ya ndak perlu dipijit tan ucapku
heh,Dimana? ucap tante
Dirumah tante asih, kalau om lagi mijiti kaki tante, itu kan dosen yang mijiti MANTAN mahasiswinya yang sudah jadi istrinya he he he ucapku
dasar! ucap tante asih. Tiba-tiba perhatian kami semua tertuju pada pasagan yang sangat romantis.
Dira sayang, koko akan menjadi pejantan kamu dan akan melindungi kamu, kamu jangan berkelahi lagi ya sayang ucap eko
Ich koko romantis dech dira jadi tambah sayang sama koko, sini dira cium dulu ucap dira yang tertutup taplak meja pada bagian tubuhnya. Kami yang melihatnya merasa mau muntah walau secara penampilan dira memang sudah sama persis dengan seoran cewek tapi kami semua tahu asal muasal Dira. Kadang tingkah mereka berdua membuat kami terbahak-bahak dan mau muntah tapi dua insan itu seakan tidak peduli dengan keberadaan kami.
Eh... kenapa kalian? Iri ya? ucap Dira
Babar blas ora su! (sama sekali tidak njing!) ucap Aris
Kalau iri bilang saja, preman takut sama tante asih hih weeek ucap dira yang langsung terdiam dan memasukan kepalanya ke dalam pelukan eko. Jelas saja, tatapan mata tante asih sangat tajam ke arah kami. ya, kita memang takut dengan tante asih, karena dialah yang selalu mengobati kami dan juga yang memberi hukuman kami menyapu halaman, entah halaman siapa saja yang sudah kami bersihkan karena ulah kami.
Sebenarnya kamu pacarnya Arya atau hanya seorang teman? tanya tante pelan kepada Bu Dian. Bu Dian diam tak bisa menjawab pertanyaan itu, aku juga tidak begitu mempedulikan jawab Bu Dian
Ya Sudah, tak perlu dijawab mbak
Aku tantenya Arya, dari adik kakeknya, jadi kamu tidak perlu grogi, Arya dan teman-temannya memang suka berkelahi sejak SMA. Tante selalu dibuat pusing mereka karena tante satu-satunya keluarga Arya yang bekerja di kesehatan yang dekat dengan Arya. Adik tante sebenarnya dokter tapi dia dinasnya diluar kota ucap Tante. Aku hanya mendengarkan cerita tante.
Arya ini sejak kecil paling dimanja oleh pakdhe, om serta tante-tantenya karena dia cucu pertama. Nakalnya minta ampun jelas tante
Argh... tante masa cerita-cerita seperti itu ke dosenku ucapku
Mungkin saja Dosen kamu itu perlu tahu keluarga kamu, Ar ucap tante
Eh... e... e... ucap Bu Dian
Kok grogi? Sudah dibilang santai saja dengan tante, okay? ucap tante
Sejenak kemudian kami mulai saling melempar canda, gurau, dan juga banyolan. Kami bisa tertawa dalam suasana apapun, sekalipun dalam suasana genting. Ya itulah kami KOPLAK. Akhirnya kami memutuskan pulang, tampak eko dan dira masih berpacaran layaknya suami istri.
biar aku yang antar kamu ar ucap Bu Dian pelan ke arahku
Sudah, Ibu ke RS saja jenguk pak felix ucapku datar
pokonya aku yang mengantarkan kamu! ucapnya sedikit membentak dan memaksa. Semua orang di dalam cafe terkejut dengan ucapan Bu Dian tak terkecuali tante asih. Tante asih tidak berkomentar apa-apa, tatapan matanya menjadi sangat teduh ke arah Bu Dian.
Sudah Ar, nanti motor kamu aku yang bawa saja dan aku titipkan dirumah wongso ucap tugiyo. Tampak wajah Bu Dian kembali sumringah. Kau sudah tidak bisa berkutik lagi.
Tante kemudian pulang terlebih dahulu dengan menggunakan ambulan. Satu persatu dari kami pulang, aku kemudian membuka pintu belakang mobil Bu Dian dan duduk di belakang. Bu Dian yang sudah berada di depan, menengok ke belakang.
Ar, kamu duduk di depan saja, ndak papa kok ucap Bu Dian
Dibelakang saja Bu ucapku. Sedikit kekecewaan dari raut wajahnya, kemudian mobil berjalan menuju ke alamat rumahku. Selama perjalan kehening disekitar kami, aku hanya melihat keluar kaca jendela mobil.
Ar... ucap Bu Dian
Hm... ucapku
maafkan aku... ucapnya
Ibu tidak salah.. ucapku
Terima kasih untuk malam ini... ucapnya
sama-sama.. ucapku
Ar, kejadian malam itu, aku... ucapnya
maaf bu, aku ingin istirahat bu, saya mohon agar saya bisa rehat sejenak ucapku mencoba menghindari percakapan dengannya
Eh... maaf.. istirahatlah ucapnya
Terima kasih ucapku. Keheningan kembali datang diantara kami, kulihat pohon-pohon itu berjalan mundur meninggalkan kami. Tiyang-tiyang lampu jalan juga menjauhi kami seakan-akan mereka bergerak mundur menjauhi kami.
Sesekali aku melirik di kaca tengah mobil, kulihat Bu Dian selalu menyempatkan menatapku dan kadang tatapan kami bertemu di kaca itu. Dia tersenyum kearahku namun aku menanggapinya dengan dingin dan tak ada senyum di bibirku. Lelah menyelimutiku dan kadang membuatku terkantuk-kantuk. Malam semakin gelap, kulihat jam digital di mobil menunjukan pukul 23:30. Akhirya sampailah aku didepan rumahku, didepan sana ada seorang wanita dengan kaos hitam longgar tanpa belahan dada, kaos itu mentupi hingga sikunya. Celana krem sedikit ketat menutupi hingga dibawah lututnya, Ibuku.
Terima kasih Bu.. ucapku
Sama-sama... ucap Bu Dian. Kemudian Bu Dian turun dan berlari kearah pintu mobil yang aku buka. Ketika berpapasan dengan Ibu, Bu Dian melempar senyum. Ibu dan Bu Dian kemudain membantuku keluar dari mobil.
Sayang, kamu tidak apa-apa? Apa yang sakit? ucap Ibu dengan nada sok ABG, ya memang dari caranya berdandan Ibu tampak lebih muda 10 tahu dari usianya, tampak lebih muda lho
Ah... I... ucapku terpotong karena tangan Ibu yang bergaya membasuh mulutku padahal tidak ada kotoran di mulutku
Sudah jangan banyak bicara, tadi Ibu kamu telepon katanya kamu berkelahi, jadi aku langsung kerumah kamu sayang, aku kan khawatir, aku tidak bisa tidur kalau kamu kenapa-napa sayang
Oia Ibu kamu sudah tidur capek nunggu kamu, Ayah kamu sedang keluar dinas ucap ibu
Eh... aku kaget dengan sikap Ibu, kulirik bu Dian nampak sedikit terkejut dan bingung
Terus dia siapa sayang? Kamu kok jahat sekali jalan bareng cewek lain ucap Ibu dengan wajah cemberut dengan memukul pelan lenganku. Jujur aku jadi bingung, ada apa dengan Ibu? Apa dia ingin rahasianya denganku terbongkar?
maaf, mm..mbak siapanya ar.. arya? ucap Bu Dian dengan wajah sedikit kebingungan, apalagi aku malah tambah bingung kenapa Bu Dian memanggil Ibu dengan sebutan mbak? Ibu kemudian mengulurkan tangannya yang kemudian di raih oleh Bu Dian
Diah, Pacarnya Arya, dan kamu jangan sekali kali merebut arya dariku ya
kami baru jadian 1 minggu ini ucap Ibu dengan wajah judesnya. Kuaget setengah mati ketika Ibu mengatakan hal itu. Kulirik Bu Dian, raut wajahnya penuh dengan kekecewaan
Saya dian, sa... sa... saya
Dosennya... ucapnya pelan sambil menunduk dan disaat Bu Dian menundukan kepalanya Ibu mengerlingkan matanya ke arahku
Saya mohon maaf mbak, ini semua terjadi karena Arya mencoba menyelamatkan aku ucap Bu Dian
Owh ya sudah ndak papa, pacarku ini memang baik hati kok, aku sangaaaaaaaaaaaat beruntung mendapatkannya ucap ibu
Iya, mbak sangat beruntung...
beruntung sekali... ucap Bu Dian yang nada suaranya menjadi sangat pelan.
emm... kalau begitu saya pulang dulu mbak
dan Arya, maaf telah melibatkanmu dan terima kasih telah menolongku untuk kedua kalinya ucap Bu Dian , dari matanya terlihat mencoba sedikit untuk tegar
lho kedua kalinya? Emang kamu pernah nolong dia sebelumnya sayang? ucap Ibu
Pernah waktu itu ucapku
Oooo... jadi dulu sayang pernah jalan bareng sama Dian, sayang jahat dech nggak cerita sama aku ucap Ibuku manja dengan wajah cemberutnya dan lagak ABG-nya
eh.. ya nanti aku ceritakan ucapku
eh... begini mbak waktu itu kita cuma merayakan keberhasilan karya ilmiah kita kok ucap Bu Dian
Oooo.... ucap Ibu dengan manja dan tatapan yang dibuat-buat seakan-akan dia cemburu pada Bu Dian
mmm... selamat ya Ar, punya pacar seperti mbak Diah, cantik ehem... ucap Bu Dian dengan senyumannya, mengulurkan tangannya menyalami kami berua, aku dan Ibu kemudian menyalaminya. Kemudian Bu Dian masuk kedalam mobilnya.
mari mbak... ucap Bu Dian
iya hati-hati dian ucap Ibu mengantarkan kepergian Bu Dian. Entah apa yang akan dirasakan Bu Dian saat ini. sesaat kemudian mobil Bu Dian menghilang diujung jalan sana.
KAMU ITU JANGAN BERKELAHI MASIH SAJA BERKELAHI! bentak Ibu sambil mencubitku
Aduh... aduh Ibu... sakit... ucapku. Tapi kemudian Ibu mengecup pipiku
Kamu tahu? ucap Ibu sembari memapahku masuk kedalam rumah
Apa? ucap Ibu
Dia suka sama kamu ucap Ibu
Sok Tahu kamu, cinta ucapku
Ibu adalah wanita dan begitu juga dia, Ibu bisa merasakan kekecewaannya ketika Ibu bilang Ibu pacar kamu ucap Ibu
Eh... bodoh ah... ucapku
Tapi ngomong-ngomong, Ibu memang masih mda ya? ucap Ibu
Kok Bisa bu? ucapku
Lha nyatanya, Dian percaya saja kalau Ibu ini pacarmu ucap Ibu
memang Ibu masih muda, kan Ibu pacarku ucapku sambil aku mengecup bibirnya
Ayah dirumah? ucapku
Dinas hi hi hi pengen ya? ucap Ibu. Aku hanya mengangguk.
Istirahat dulu nanti Ibu temani, besok masih panjang waktunya ucap Ibu
kok Ibu tadi berlagak sebagai pacar Arya didepan bu Dian? ucap ku
Tante Asih telepon Ibu, dan dia menceritakan kepada Ibu semua, jadi ya Ibu akting saja
Dah lekas istirahat ucap Ibu
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sudut pandang orang ketiga
Mobil itu berjalan dengan sangat cepat menuju rumah sakit. Menuju ke tempat lelaki yang telah memasangkan cincin di jari manis sang pengemudi. Namun ketika mobil itu berhenti di tempat parkir mobil RS. Sang pengemudi itu menangis, entah menangis karena apa. Tangisnya pecah memecah kesunyian tempat parkir RS tersebut. Hingga akhirnya diusapnya tangis itu dan menemui lelaki yang telah melamarnya. Dia melangkah mencoba untuk tersenyum dan melupakan semua yang telah terjadi, sebuah kenyataan pahit yang dia dapatkan. Didepan kamar lelakinya itu dia berdiam sejenak.
ini semua juga karena kesalahanku desah pelan bibirnya
Wanita tersebut masuk kedalam ruangan opnam dengan label VIP yang disana telah berbaring felix. Felix nampak sekali tidur dengan sangat pulas, beberapa perban dililitkan ke kepala dan tangan felix. Tampak Asih, Tante Arya berada di sana untuk mengecek keadaan felix. Asih ternsenyum kepada Dian dan begitu pula dian membalas senyuman itu. Didekatinya dian, kemudian memberikan informasi medic mengenai kesehatan felix bahwa felix baik-baik saja dan hanya mendapatkan luka ringan. Asih kemudian meninggalkan Dian sendirian di kamar VIP, dengan wajah sendunya Dian melihat ke arah Felix yang terbaring dengan lelapnya. Air matanya kembali turun mengalir membasahi pipinya, entah karena felix yang terbaring atau sikap Arya kepadanya. Siapa yang tahu isi hati? Mungkin kedalaman laut kita pasti tahu tapi kedalaman hati?
Lama dia berdiam disamping felix membuatnya sedikit mengantuk. Dengan rasa kantuk Dian kemudian berjalan ke ruang tunggu pasien yang sepi dimana dia menemukan sebuah mesin penjual minuman dan makanan kering. Dimasukannya beberapa koin didalamnya, diambilnya sebuah kaleng kopi dan snack ringan. Dian kemudian duduk di sebuah bangku panjang ruang tunggu pasien.
Sendirian? ucap Asih yang tiba-tiba datang dari belakang
Eh... iya tante ucap Dian
Tidak usah panggil aku tante, mbak saja umur kita hanya berbeda sedikit, aku dan arya hanya terpaut 11 tahun ucap asih. Sedikit kaget dian mendengarnya
Sudah jangan kaget gitu, Arya memang cucu pertama dari pakdheku atau kakek arya ucap asih yang kemudian memandang Dian, Dian tampak menunduk dengan wajah sedihnya ketika mendengar nama lelaki tersebut
oia nama kamu siapa? ucap asih
Dian tan eh mbak ucap Dian sembari memandang Asih sebentar saja. Asih hanya tersenyum manis kepada Dian, Dian kemudian menundukan wajahnya kembali. Asih kemudian mengalihkan pandanganya ke arah meja resepsionis.
Jika kamu menyuruh sesorang untuk membawa sebuah ember, kamu seharusnya mengatakan kepadanya isi dari ember itu
jangan hanya menyuruhnya saja, kasihan orang tersebut . seandainya orang itu tersandung dan kemudian cairan itu tumpah mengenai kakinya, bagaimana? Mungkin dia tidak akan kenapa-napa jika saja itu adalah air. Tapi bagaimana jika itu adalah air keras? Pasti orang itu kesakitan, padahal di awal orang itu sangat senang bisa menolongmu ucap Asih membuyarkan kesedihan Dian
Beritahukanlah sebelumnya, agar orang itu berhati-hati. Jika sedari awal kamu tidak memberitahukannya, pasti orang itu tidak akan berhati-hati
Begitupula dengan hati, jika kamu menyuruh orang untuk membawa hatimu, katakanlah kepadanya jika di dalam hatimu itu ada orang lain. Agar orang yang membawa hatimu itu lebih berhati-hati lagi untuk tidak jatuh hati kepadamu, begitu bukan seharusnya? ucap Asih
Eh... dian sedikit terkejut dengan perkataan Asih, dipandanginya Asih yang kemudian melempar senyum ke arah Dian
Karena jika hati sudah terluka, tidak ada satupun rumah sakit yang bisa mengobatinya. Hanya satu yang bisa mengobati sakit hati itu, KEJUJURAN DAN CINTA
Jadi, sebelum kamu berkata jujur kepada orang lain, jujurlah pada hatimu sendiri ucap Asih. Membuat mata ngantuk Dian terbelalak. Di pandanginya Asih yang kemudian bangkit meninggalkan Dian.
Mbak... ucap Dian
Iya... ucap Asih yang berbalik badan dengan kedua tangan masuk di sakunya
Apa jadinya jika cinta itu dipaksakan? ucap Dian. Asih tersenyum kemudian memandang ke arah mesin penjual minuman dan makanan.
Kamu lihat mesin itu? ucap Asih. Dian kemudian memandang mesin itu.
koin berapa yang kamu masukan di dalamnya? ucap asih
koin 1000 ucap Dian yang tidak mengerti maksud Asih
Coba kamu masukan koin 500 ke dalam mesin itu, bisakah? ucap Asih
(bayanginya koin 500 yang jaman sekarang agan dan suhu jagan yang koin 500 kuningan jaman dulu)
Eh... tidak ucap Dian
Secara logikanya, koin 500 lebih tebal dan ringan ketimbang koin 1000. Dan pastilah koin 500 itu tidak dapat masuk di dalamnya, sekuat apapun usaha kamu hingga koin 500 itu masuk tetap saja kamu tidak akan mendapatkan minuman ringan ataupun snack
Sama halnya dengan cinta, kamu tidak akan bisa menikmatinya walau akhirnya munculah cinta karena terbiasa, tapi tetap saja akan ada sedikit penyesalan di dalamnya ucap Asih
Eh...
Mbak, Bagaimana jika mesin itu sudah dimiliki orang lain? ucap Dian
Apa kamu yakin? ucap Asih. Dian memandang Asih yang tersenyum kepadanya kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya
Kamu tahu kenapa seorang perempuan menjadi pacar ataupun milik seorang lelaki? ucap Asih. Dijawabnya dengan gelengan pelan kepala Dian
Karena lelaki tersebut berani mengatakan ataupun melakukan klaim dihadapan orang lain jika perempuan inilah pacarnya dan bukan orang lain atau perempuan itu sendiri yang mengatakannya
jika ada seorang lelaki belum mengatakan dengan lantang perepuan yang menjadi pacarnya, kamu jangan pernah percaya. Dan yang terpenting adalah jujur pada hatimu, karena hati yang penuh kejujuran akan membawamu ke kebahagiaan yang kekal ucap Asih yang tersenyum, kemudian dia melangkah meninggalkan Dian seorang diri di ruang tunggu. Dian hanya menerawang kejadian yang baru saja terjadi.
Ya, kamu belum mengatakannya kepadaku desah pelan suaranya
(Sudut pandang ini selesai)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------