Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Wild love????

Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Aduh ketinggalan lg.mudah2an aria mati wkwkwkwk.pembaca kecewa.hahay
 
Yang bener mana nih gan?
Rahman tau gak Arya ngenthu Tante Ima (mamanya Rahman)?

lanjutannya cepetan ya gan, Arya jangan matilah.......

Maaf nih Suhu, karena keseringan buat SS-nya Arya jadinya nyebut namanya salah he he he
sudah diganti Suhu :D
 
Dan kentang pun berjatuhan....

Makasih suhu atas updatenya....
Saya tangkap suhu :D
Gagal pertamax :galau:

Crta ny skrg lgi tawuran antar geng ya hu ?

Bu Dian sni sma abg, tnggl kan mereka yg suka maen anarkis :sayang:
Asyik suhu kalau tawuran he he he
seru gan. Seru :haha:

Ini nih yang ane demen, romance, geng, persahabatan. Klop-lah!
Jadi inget cerita Senandung Untuk Diva
terima kasih suhu arci, karena cerita suhu juga menginspirasi nubie :)
Kerennn adegan berantemnya... jd inget pilem crows zero..
sama suhu he he he :)
izin baca dulu gan donhil :baca:
monggo suhu :D
 
NUbie mohon untuk tidak komen dahulu, karena update akan terdiri dari dua bagian, agar tidak terpotong terima kasih :)
 
Disebuah cafe dimana merupakan tempat makan malamku pertama kali dengan wanita yang pernah masuk kedalam hatiku, Bu Dian. Disinilah tempat dimana aku bertemu dengan beberapa sahabatku pentholan Geng Koplak. Dan disini pulalah kemungkinan hari terakhirku. Dua orang yag dulu selalu membuat Onar di sekolahan kami, yang dulu aku hajar habis-habisan sekarang ada didepanku, ilman dan paijo. Ilman berda di depanku dan paijo berada didepan wongso, mereka memegang dua buah botol yang sudah terangkat oleh kedua tanganya dan siap di hantam kan ke kepala kami. 99,9% jika dua botol itu terkena kepala kami berdua, nyawa kami pasti melayang.

“MATI KALIAN!” ilman dan paijo masing-masing mengangkat dua buah botol yang akan di hantamkan di kepala kami.

“tidak... tidak aku tidak ingin mati disini!” bathinku bergejolak

“heghhhh....” dengan sisa tenagaku aku menahan kedua pergelangan tangan ilman yang hendak menghantamkan botol itu kekepalaku. Begitupula dengan wongso yang memegang tepat botol paijo.

Bugh.... aku dan wongso melancarkan tendangan tepat ke arah perut mereka berdua yang tanpa pertahanan sama sekali. Mereka berdua jatuh terjengkang, botol yang mereka pegang terlepas dari tangan mereka. Aku dan wongso hampir terjatuh setelah menendang mereka berdua, tapi dengan sigap aku dan wongso saling menopang tubuh sehingga aku dan wongso masih tetap dapat berdiri. Aku dan wongso kemudian memposisikan saling membelakangi. Aku sudah tidak peduli lagi dengan tubuh yang lemah ini, aku tidak ingin mati jika aku belum menghajar mereka.

“Wong, kamu ingat film Shonan Junan Gumi?” ucapku dibelakang wongso

“He he he masih saja kamu membicarakan hal yang tidak perlu”

“aku masih ingat” ucap wongso

“Kalau begitu kita mati-matian seperti onizuka dan ryuji, okay su?!” ucapku dengan senyum sinisku

“He he... mati bersama leng!” ucap wongso

“Kamu tetap dibelakangku wong, aku maju kamu mundur, kamu maju aku mundur” ucapku

“Wani piro? He he” ucap wongso

“KOPLAAAAAAAAAAAAAAK!” teriak kami berdua

Aku kemudian maju melancarkan pukulan ke wajah orang yang berada di depanku, namun dapat ditangkisnya dengan kedua tanganya, wongso pun mundur melindungi bagian belakangku. Segera aku lancarkan tendangan ke arah perutnya hingga dia membungkuk, segera aku berikan lututku hingga dia terjengkang. Aku kemudian maju meraih kedua kaki orang tersebut dan kuhimpit pada pinggangku dengan kedua tanganku.

“Wongm kananku!” teriakku. Dengan segera wongso melancarkan tendangan menyodoknya ke arah kananku dengan kaki kirinya.

“Kiri!” teriakku. Dengan segera wongso menyodokkan kaki kanannya ke arah kiriku.

“melu aku wong! (ikuti aku wong!)” teriakku

Dengan segera ku putar-putarkan tubuh orang ini sehingga bagian kepalanya membentur beberapa badan temannya. Hampir aku terjatuh namun wongso yang berada dibelakangku mencoba menyeimbangkan aku agar tersu berputar. Beberapa orang mundur tidak mendekati kami, dan kami tetap berputar dengan tameng teman mereka sendiri. Langsung aku lemparkan orang tersebut ke kerumunan temannya, hingga mereka semua terjatuh terjengkan mencoba menangkap tubuh temannya. Aku kemudian meraih kayunya yang terjatuh sebelumnya, kusodok orang yang tepat berada di depanku hingga dia mengaduh kesakitan. Langsung ku ayunkan kayu itu ke atas tepat pada kepala orang tersebut dan orang tersebut langsung jatuh terjengkang kebelakang.

Klintiiiiing... bunyi botol yang menggelinding pelan karena tersenggol kakiku

Wongso masih dibelakangku mengambil botol tersebut tampak wongso menghindari pukulan seseorang, dipegangnya tangan orang tersebut dan diayunkan botol yang dipegangnya kearah kepalanya. Kami berdiam sejenak menghela nafas, semua mata orang-orang itu menatap tajam ke arah kami, tampak beberapa dari mereka terkapar dan tak berdaya beberapa orang dari mereka ada yang menolong temannya yang terkapar.

“Wong, gowo rokok? (Wong, bawa rokok?)” ucapku

“Mestine gowo to ndul, udud sek po? (Pastinya bawa to ndul, ngrokok dulu po)” ucap wongso. Dengan santai kami menyulut rokok kami, dengan tatapan tajam kami kearah mereka semua.

“Woi, Maju!” teriakku dengan kepala sedikit menengadah ke atas dan tatapan sinis ke arah mereka. Wongso dibelakangku tampak meraih botol lagi dengan tangan kirinya, dia berjongkok jinjit dengan kedua siku tangannya bertumpu pada lutut kakinya.

“Sudah siap mati kalian?” ucap wongso kepada mereka semua yang tampak ketakutan

“AYO MAJU JANGAN BERDIRI SAJA!” teriak llucas

“Cepat Maju, jumlah kalian lebih banyak!” ucap ilman, paijo disampingnya mendorong seseorang untuk maju. Orang tersebut maju seperti orang yanng tersandung ke arah kami dengan cepat wongso menganyunkan sebuah botol hingga pecah di kepala orang itu hingga tumbang bersimbah darah.

“BAJINGAAAAN! HYAAAAA!” teriak paijo yang kemudian berlari dan melompat kearah kami dengan tendangan tepatnya dari arah samping kami. Kami berdua kemudian menghindarinya dengan maju satu langkah, aku kemudian memutar balik tubuhku sambil mengayunkan kayu tersebut dan tepa mengenai wajahnya. Paijo dengan seketika itu ambruk dengan hidung dan mulutnya berdarah, dia bangkit dan kemudian lari mundur dan berdiri disamping Ilman.

“MATI KAU!” ucap ilman yang menodongkan pitol ke arah kami

DHUAAARRRRR! Suara letupan pistol

Kulihat pak felix entah datang dari mana dia menahan tangan ilman dan mengarahkan tembakan itu ke langit. Sedikit bayangan orang dibelakang paijo, orang yang memegangi pak felix terluka pada bagian hidungnya. Pistol ilman terjatuh dan dengan cepat pak felix menyambar pistol teresbut dan dilemparnya jauh, entah jatuh dimana benda itu. Tiba-tiba saja sebuah sebuah botol menghantam kepala bagian belakan pak felix, dia terjatuh dan meringkuk dibawah. Beberapa orang kemudian menghujami pak felix dengan tendangan dan injakan.

“FELIIIIIIIIIIIIIIIIX! Teriak Bu Dian yang tidak dapat berkutik karena dipegang erat oleh orang suruhan Lucas

“SIAL!” ucapku dan wongso secara bersamaan. Aku dan wongso kemudian bergerak ke arah pak felix, menghamtamkan kayu dan botol kami ke arah orang-orang yang mengrumuni pak felix. Di saat inilah pertahanan kami terbuka, tak ada lagi yang dibelakang kami.

Braaaak.... sebuah kursi mengahantam kami berdua, kami terjatuh. Tampak banyak sekali orang yang mengerumuni kami menginjak-injak kami. kulihat pak felix sudah tidak berdaya lagi, aku dan wongso kemudian bangkit, kupegang kaki mereka dan kudorong begitupula dengan wongso. Aku dan wongso kemudian menutupi tubuh pak felix, aku menutupi bagian kepala dan wongso bagian tubuhnya. Terasa sangat perih injakan-injakan ini, aku dan wongso hanya bisa mengaduh dan mengaduh. Disaat itu aku memandang wongso.

“terima ugh kasih ugh rokoknya ughh” ucapku kepada wongso sembari menerima injakan-injakan

“Sama ugh ugh sama” ucap wongso yang mengalami hal yang sama denganku

“Minggir semuanya, ha ha ha” teriak ilman dan paijo secarea bersamaan

Tawa bajingan-bajingan sangat keras di sekitar kami berdua. Manusia-manusia yang hanya bisa bermain keroyokan dan apa mereka tidak pernah mendengarkan lagu band apa? Yang judulnya STOP WAR! Kalau berani satu-satu. Kupandangi mereka satu persatu untuk menginngat wajah mereka jika aku manti dan gentayangan akan aku cari mereka satu persatu. Tatapan mata yang penuh kesombongan terpancar dari mata mereka semua. Dengan tubuh yang sudah bisa dikatakan hancur, aku dan wongso kemudian bangkit dengan saling menopang tubuh satu sama lain.

“HA HA HA HA... SEKARANG SAATNYA KALIAN BERDUA MATI!” ilman berteriak ke arah kami. dua orang dari cecunguk lucas memberikan sebuah batang besi panjang, ilman dan paijo kemudian memegangnya dan mereka berjalan ke arah kami. Sudah tak ada kekuatan di tubuh kami. kupandangi wongso.

“Wong, ududmu isih (rokokmu masih) he he” ucapku pelan

“He he entek cat (habis cat) he he ” ucap wongso kepadaku

“Sudah... hentikan aku mohon hiks hiks hiks aku mohon hentikaaaaaaaaaaaaaaaan!”

“Lucas, kamu ingin aku hiks ambil aku biarkan mereka hidup” teriak bu dian

“Aku ingin mereka mati setelah itu baru aku menikmatimu sayang ha ha ha” tawa lucas dari dalam cafe. Langkah kedua bajingan ini semakin dekat dengan kami, ujung batang besi digesekannya di lantai parkir ini.

“MATI KAU” teriak ilman

“HIYAAAA” teriak paijo

Ciiiiiiiiiiiiiiiiiiiit....

Wuiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing... brak.... bruuuuk....

Sebuah batang kayu besar yang sangat panjang melayang mengenai tubuh ilman dan paijo. Mereka tersungkur dihadapan kami, besi yang mereka pegang terlepas dari tangan mereka. Aku dan wongso memandang ke arah asal leparan kayu itu. Mereka gondes-gondes, bajingan-bajingan, celeng-celeng, asu-asu yang terlalu lama datang, 10 pentil eh pentholan geng koplak. Aku dan wongso kemudian beringsut duduk mencoba menyadarkan diri kami, kuraih tubuh pak felix dan memeluknya. Pak felix hanya tersenyum kepada kami berdua. Dalam suasana terkejut, Dewo dengan sangat cepat berlari ke arah kerumunan orang disekitar kami, dengan cepat diraihnya dua kepala manusia yang sedang tidak siap dan dibentur-benturkan berulang kali dan terakhir di adunya dengkul dewo dengan kepala manusia itu, dan kemudian ditariknya kebwah dua kepala manusia itu hingga terbetur keras dilantai hingga kedua manusia itu tak dapat berkutik lagi, 2 tumbang. Beberapa orang dari mereka yang sudah pulih dari keterkejutan mereka langsung berlari ke arah pentholan geng koplak, begitu pula dengan orang-orang yang memegangi Bu Dian dan Pak felix. Dengan cepat karyo mengayunkan pukulan keras ke kepala orang yang akan menyerangnya, bugh, jelas saja dia langsung tersungkur, mana ada yang bisa menahan pukulan orang dengan berat 120 kg. Karyo kembali beraksi dengan cepat ke arah satu orang lagi, dia masuk dari sisi samping orang itu dan dipeluknya tubuh orang itu kemudian dengan gaya kayang dibantingnya orang itu hingga dari tengkuk orang itu terdengar suara krekkk. Walau beberapa pukulan mendarat di tubuh karyo, dia tidak merasakan apa-apa.

Joko berlari dengan cepat menendang orang yang akan menghantam dewo dari belakanng, tepat di tengkuk kepala orang itu. Orang itu roboh dan langsung diinjak oleh kedua kaki Joko, kini joko berdiri membelakangi Dewo. Tugiyo dengan tubuh kecilnya berlari dengan lincah, diangkatnya tubuh seseorang dan dibantingnya dengan teknik kayang, Anton yang dengan santai menerima pukulan-pukulan dari orang orang itu. Setiap pukul yang dapat dihindarinya pastilah akan berakhir dengan bantingan. 3 orang yang yang dengan brutal menyerang anton semuanya tumbang dengan teknik Judo milik anton. Aris dengan wushunya dikeroyok oleh tiga orang, aris menghindari pukulan-pukulan keras dari lawannya. Dengan cepat diraihnya selangkangan orang itu dan dipukulnya keras, kemudian dia berada dibelakang orang itu dan ditendangnya ke depan sehingga menabrak dua orang lainnya. Diambilnya sebuah botol yang aku tahu itu adalah botol yang digunakan oleh ilman dan paijo saat aku tendang tadi. Dua botol itu langsung dihantamkan aris kekepala dua orang yang ada dihdapanya. Satu orang kemudian dinaikinya dan dihantam berkali-kali tepat dikepalanya.

Udin, melancarkan sebuah tendangan ke arah selangkangan suruhan lucas hingga seidkit membungkuk. Dengan gesit dia hantamkan siku kanannya ke pelipis kanan orang tersebut hingga terjatuh. Hermawan dengan teknik tinjunya melakukan pukulan jap pada kepala seseorang dan diakhiri dengan bogem mentah pada hidung orang tersebut, dengan gaya nasem hamednya dia menghindar dengan sangat lihai setiap kali pukulan datang ke arahnya. Pukulan telak oleh hermawan pada perut orang tersebut menjadi akhir dari orang itu berdiri. Andri dengan taekwondonya, membuat sebuah tendangan-tendangan layaknya Hwoarang (tokoh Teken) kepada dua orang di depannya. Setiap tendangan mengenai bagian-bagian vital dari orang-orang tersebut. Ketika mereka membungkuk, satu persatu dari mereka mendapatkan tumit kaki indah Andri pada bagian belakang kepala mereka.

Parjo yang dengan santai menghadapi tiga orang, menggunakan jurus apa entah aku juga tidak pernah tahu. Parjo dengan gemulai menghindari pukulan ketiga orang itu, dan setiap kali mengindari pukulan orang-orang itu parjo mendaratkan pukulan-pukulan keras tepant diwajah mereka bertiga. Posisi parjo yang berada di belakang seorang yang tadi memukulnya, ditarik kedua kaki orang itu hingga jatuh telengkup. Kemudian parjo melompat dan menendangkan kedua kakinya tepat kekepala dua orang dan kemudian menjatuhkan diri tepat di tengkuk orang yang tadi jatuh telengkup. Dewo meraih kepala seseorang yang kemudian dia tinju dan dilemparkannya kearah Udin, dengan sigap Karyo memeluk orang itu dan dibanting dengan teknik kayangnya.

Tugiyo dan Anton, tugiyo meraih tubuh seseorang dari belakang kemudian dibanting kayang. Anton yang mendapati musuh terkapar dia kemudian melompat dan menjatuhkan dirinya dengan siku tepat dikepalanya. Karyo menarik seseorang dari mereka yang bertubuh kecil dan diangkatnya seperti menagangkat batang kayu dan dilemparkannya kearah kerumunan cecunguk-cecunguk itu. Dewo yang kemudian mengambil sebatang kayu yang aku tahu itu adalah kay pemberian Ibu wongso dengan membabi buta menyikat setiap kepala yang ada didepannya hingga semuar kepala orang-orang itu bersimbah darah dan tak mampu beridiri lagi. Suasana kembali tenang dan tegang, ilman dan paijo kebinngungan melihat segerombolan orang dihajar habis oleh 10 orang yang baru datang. Mereka langkah mundur kearah dalam cafe.

“GONDES! Bisa tidak kalian itu datang tepat waktu” ucapku

“He he he... tambah ganteng tuh kamu kalau pake bedak warna merah he he he” ucap Andri

“gundulmu su (njing)!” ucap wongso. Aris kemudian melepar sebuah botol air mineral 1, 5 liter kearah kami berdua, dengan cepat kami langsung meminumnya dan menyiramkannya ke kepala kami berdua. Tak lupa aku memberikannya kepada ke felix.

“Malah adus to ndes, ijik rusuh ki lho (Malah mandi to ndes, masih rusuh ini lho)” ucap Hermawan

“Cangkem nek ora dipajeki koyo ngono iku (mulut kalau tidak bayar pajak kaya gitu)” ucapku

“Ciye... ciyee... yang lagi pacaran ha ha ha” ucap Parjo

“Kakek’ane kowe su! (kakek’ane kamu njing)” ucapku dan wongso bersamaan. (Kakek’ane sebuah bahasa makian, jujur saja nubie juga tidak tahu bahasa indonesianya). Kemudian Bu Dian yang terlepas dari pegangan itu lari ke arah pak felix dan memeluk pak felix, sebuah pemandangan yang cukup romatis bagiku. Memang mereka sepasang burung dara yang tak akan pernah terpisahkan. Bu Dian tampak menangis sejadi-jadinya dan memeluk pak felix, kemudian di papahnya pak felix menjauh dari kerumunan sahabat-sahabatku dan duduk bersandar pada sebuah tembok pembatas bangunan. Kupandangi mereka sejenak, aku hanya mampu tersenyum.

“ada yang punya rokok?” ucap wongso. Andri kemudian melempar sebungkus rokok dengan korek gas ke arah kami

“ye tak sawang-sawang wajahmu tambah ganten Ar, wong! (kalau tak lihat-lihat wajah kamu tambah ganteng Ar, Wong)” ucap Andri

“MATAMU! (MATA KAMU = bahasa makian)” ucap kami berdua serempak

Suasana menjadi hening, tenagaku sudah sedikit terkumpul ya paling tidak untuk membantu mereka aku dan wongso masih bisa. Kami kemudia berdiri bersama 10 orang yang lain, 12 orang telah siap mengahajar 3 orang tersisa. Dihadapan kami ada Paijo dan Ilman yang berdiri ketakutan, Lucas tampak masuk ke dalam cafe kemudian menarik seseorang

“AAAAAAAAAAAAAAAAAA....” teriak seseorang, Sudira yang diikat dengan beberapa sayatan di tubuhnya, tubuhnya telanjang menampakan tubuh seorang wanita.

“KALO KALIAN BERANI MAJU, AKU BUNUH ORANG INI” ucap Lucas yang mengarahkan pisau ke leher Sudira yang ditelanjangi oleh mereka dan diikat. Kami tertegun, tak bisa bergerak.

“HA HA HA HA... kenapa tidak berani ya? Ha ha ha ha” teriak ilman yang berada didepan lucas kira-kira dua meter

“itu tu banci, kenapa kalian? Kalian homo ya suka sama banci ha ha ha” teriak paijo

“Heh ughh koplak, kalian bukan koplak kalau kalian mikirin Dira! Ayo maju hajar mereka erghhh”

“gak usah mikirin dira, dira baik-baik saja ueghhhh” ucap dira dengan luka pada kepalanya. Baik-baik saja bagaimana, kondisinya saja sangat mengenaskan. Kami semua geram dan bisa menggerutu.

PLAK!

“Diam kamu banci! Ha ha ha ha” ucap lucas yang baru saja menampar dira

Kulihat seseorang bergera mengendap-endap dibelakang Lucas. Didorongnya lucas hingga dia terjatuh dan tersungkur, terlepas pisau itu dari tangannya. Eko, Eko menolong Sudira. Paijo dan ilman terkejut dengan hal itu menoleh kebelakang, dan mereka kehilangan pertahanan mereka. Ilman, karyo meraih tubuh ilman dan langsung dibanting kebelakang hingga jatuh terlentang. Tanganya kemudian ditarik oleh parjo dan dipatahkannya kedua lengan tanganya dengan pukulan serta tendangannya. Setelah parjo, tugiyo melompat diatas tubuh ilman dan didaratkannya kedua sikunya tepat ditulang rusuk kedua orang itu dan krekkk entah apa yang patah. Dibangkitkannya ilman dan kemudian ditendang kesamping oleh wongso tepat pada rusuknya hingga ilman jatuh tersungkur dan kesulitan berdiri. Hermawan kemudian berjalan santai ke arah ilman dengan keras dia menduduki kepala ilman dengan bokongnya. Paijo, Dewo meraih tubuhnya dan dihadiahi tubuhnya dengan dengkul Dewo beberapa kali. Aris kemudian menarik tubuh paijo yang masih membungkuk dan kemudian dibanting tubuhnya kebawah hingga wajanhya menyentuh lantai parkir. Anton dan joko kemudian menarik kedua tangan paijo, dan krekk entah apa yang patah dari tangan paijo. Kemudian tendangan keras dari anton dan joko mendarat tepat dirusuk samping paijo, lalu dilemparnya paijo seperti ayam yang baru disembelih. Udin dengan santai berjalan ke arah paijo, diinjaknya kepala paijo dengan sangat keras.

Aku yang berdiri tepat di hadapan lucas, tiba-tiba karyo maju dan menjambak lucas. Plak...plak...plak...plak....ditamparinya wajah lucas berkali-kali lalu ditariknya dan dilemparnya kebelakang dan disambut oleh andri dengan tamparan serupa. Ditariknya kepla lucas kebelkang hingga tubuhnya ikut terdorong ke belakang, dengan sigap aku langsung meng-uppercut dagu lucas, dengan cepat tak kubiarkan dia jatuh. Kutarik tubuhnya, kupegang kepalanya dan dengkul indahku mendarat tepat di wajahnya. Berkali-kali dengkul itu menikmati wajah lucas, dan kemudian aku tarik wajahnya dan aku benturkan kepalanya di kaca mobilnya, pyaaaaaaar.... Lucas jatuh beringsut di dekat pintu mobilnya.

“Ampuuuun... ampuuuun” ucap lucas dengan wajah bersimbah darah

“Arghhh....” ucap ilman yang tak mampu berkata-kata karena kepalanya di duduki hermawan

“Ampuni kami” ucap paijo yang tepat di mukanya masih ada telapak kaki udin.

“Ampunni kami tolong ampuni kami” ucap beberapa dari mereka

“Ah, sayang, koko tidak akan membiarkan kamu terluka sayangku hiks hiks hiks” ucap eko, sembari menutupi tubuh dira dengan taplak meja

“koko terima kasih, dira sayang koko” ucap dira. Eko kemudian menutupi tubuh telanjang dira yang sudah sama persis dengan perempuan itu dengan taplak meja.

“Edan, malah pacaran!” ucap karyo

Wiu wiu wiu wiu wiu wiu wiu ....

“Polisi” ucap aris

“Kalian cepat sembunyi di dalam” ucap eko. Kami akhirnya masuk kedalam cafe, dan bersembunyi di dalam cafe.

----------------------------------------------------------------
Sudut pandang orang ketiga

Polisi berdatanngan mereka mendapat laporan dari pengunjung yang diusir oleh para berandalan ini. Beberapa polisi kemudian meminta keterangan kepada pihak cafe, terutama eko. Beberapa polisi yang lain memaukan satu persatu berandalan itu dalam mobil tahanan, khusus untuk berandalan yang masih bisa berdiri. Berandalah-berandalan yang sudah tak berdaya, akhirnya dipanggilkan ambulan terutama lucas, paijo dan ilman begitu pula felix.

“Sayang kamu bawa mobil kamu saja, nanti susul aku, aku tidak apa “ ucap felix

“tapi bagaimana dengan kamu?” ucap Dian

“Aku tidak apa-apa, sudah tenang saja” ucap felix

“Ibu, bernama Bu Dian?” ucap seorang polisi

“Iya, pak” ucap Dian. Kemudian terjadi interogasi kepada Dian

“baiklah jika nanti kami membutuhkan Ibu sebagai saksi, Ibu Dian siap?” ucap polisi itu

“ya saya siap” ucap Dian. Setelah semuanya dimintai keterangan, polisi-polisi itu mulai pergi satu-persatu, terkecuali satu mobil ambulan.

“Arya...” ucap seorang perawat wanita yang keluar dari mobil ambulan tersebut yang melihat sebuah motor yang dikenalinnya

“Kamu disini dulu saja dik, saya mau kedalam cafe, tidak usah kemana-mana, nanti saya akan tanggung jawab ke atasan” ucap wanita tersebut sambil membawa perlengkapan medic-nya

Dian, kemudian menghampiri Sudira dan Eko, kemudian perawat tersebut juga menghampirinya. Di obatinya luka dira oleh perawat tersebut. Dira hanya diam dan sedikit ketakutan dengan wajah wanita yang sedang merawatnya itu. Tak berani dia mengaduh ketika cairan alkohol menyentuh lukanya.

“Kamu itu ndak berubah-ubah!” ucap wanita tersebut

“he he he tante cantik maafin dira gih” ucap dira

“sudah ayo masuk, ada yang harus tante selesaikan di dalam” ucap wanita tersebut

“eh tante jangan marah-marah dunkz hi hi hi” ucap dira yang langsung terdiam ketika pandangan tajam layaknya elang yang akan menyambar mangsanya tertuju padanya. Dira langsung merunduk dan tak berani berbuat apa-apa. Kemudian dipapahnya sudira yang mendapatkan luka pada tubuhnya oleh perawat tersebut dan juga eko ke dalam cafe diikuti Dian. Hingga didalam cafe.

“ARYAAAAA! KELUAR! ATAU MENYAPU HALAMAN!” teriak wanita tersebut dengan kedua tangan berpinggang. Wanita cantik keturunan jepang itu membuat Dian kaget karena wanita itu tahu tentang seorang lelaki yang dikenalnya, Arya.

Sudut pandang orang ketiga selesai
---------------------------------
 
---------------------------------

Aku yang sedari tadi bersembunyi di bagian dalam cafe, sangat terkejut dengan teriakan tersebut. Teriakan hukuman ketika aku masih kecil, ini adalah suara yang akau kenal. Dengan perlahan aku keluar dari persembunyianku.

“TANTE?!” ucapku kaget

“Kamu itu ya sudah dibilang jangan berkelahi lagi masih saja berkelahi, kamu juga wongso, kalian juga, erghhhh....” ucap tanteku, tante Asih, tante Asih adalah seorang kepala perawat dirumah sakit terkenal didaerah kami karena prestasinya yang cemerlang. Dia adalah anak dari adik kakekku, intinya dia adalah sepupu Ibuku. tante asih mendekat kearahku, cubitan pada tanganku yang tidak terluka beberapa kali aku dapatkan.

“DASAR ANAK NAKAL! SUDAH DIBILANG BERAPA KALI?!” Bentak tante asih yang masih saja mencubitku

“ampun tante... ampun... ampuuuuun” ucapku dengan darah yang mengering di kepalaku


“MASSS! Hiks hiks hiks hiks” teriak asmi tiba-tiba, yang dibelakangnya diikuti pacar-pacar sahabat-sahabatku. Mereka satu persatu memberi hukuman kepada pacarnya masing-masing, aku hanya tersenyum iri kepada mereka. Walau begitu, mereka tidak bisa menahan tangisnya. Bagaimana ya kalau saja ada seorang cewek yang menagisi aku setelah berkelahi seperti ini?

“sudah dibilang jangan berkelahi lagi, kamu itu lho hiks hiks hiks” ucap asmi

“lihat sendiri kan aku ndak apa-apa” ucap wongso santai

“ndak papa gimana? Itu cat merah dikepala kamu, hiks hiks hiks” ucap asmi sambil memeluk wongso

“aduh duh duh duh... pelan-pelan sayang” ucap wongso

“dah mana tak obati dulu, kalian ndak usah kelihatanya kalian baik-baik saja” ucap tante asih yang beranjak ke arah wongso dan mengobatinya.

“iya bulik, kita ndak papa, mereka berdua saja bulik yang sok jago” ucap aris. Kulihat mereka malah berpacaran dihadapanku, sialan. Coba bayangkan perasaan kalian ketika sedang sakit dan tak ada pacar tapi malah melihat orang pacaran, sakit , sakit hiks hiks hiks he he he.

“kamu ndak papa Ar?” ucap Bu Dian yang tanpa aku sadari ternyata duduk di sampingku

“Eh...”

“ndak papa...” ucapku. Kemudian Bu Dian mengambil kapas yang dibasahi oleh sedikit alkohol. ketika tangan itu mencoba menyentuh kenigku yang terluka, aku memundurkan kepalaku

“ndak usah bu, biar tante asih saja, ibu pulang saja dulu ndak papa kok” ucapku. Tampak sekali wajah khawatir Bu Dian terhadapku tapi aku mengacuhkannya. Diremasnya kapas itu dengan sedikit menahan tangis, tampak sekali matanya berkaca-kaca ketika aku sedikit meliriknya. Bodoh ah!

“Ar, biarkan aku membasuh lukamu ar, aku mohon...”ucap Bu Dian

“Bu, biar tante asih saja, Ibu tidak usah repot, okay?” ucapku yang tersenyum ke arahnya. Wajahnya tampak bertambah kecewa dengan sikapku, kaca-kaca di matanya bertambah tebal.

“Dah, sekarang giliran si bandel ini” ucap tante asih yang berjalan kearahku

“iya itu bulik buandele minta ampun” ucap anton

“Kamu juga sama saja! Kalian juga! Bandel semua!” bentak tante asih, membuta mereka semua bersembunyi di balik tubuh pacarnya masing-masing

“Harus dihukum kalian semua!” bentak bulik

“jangan bulik kasihan” ucap asmi pacar wongso, yang kemudian diikuti beberapa pembelaan dari pacar mereka masing. Bulik hnay mendengus kesal dan berjalan ke arahku.

“Lha kamu siapanya arya? Kok dari tadi nempel arya terus?” ucap tante asih

“teman dekatnya tan... ”ucap Bu Dian

“Dosenku Bu...” ucapku dengan senyum

“ini yang benar apa? Teman dekat atau dosen?” ucap tante asih

“Doseeeeeeeeen buliiiiik” ucap sahabat-sahabatku dengan serempak, seakan-akan tahu isi hatiku. Kulirik Bu Dian tampak terdiam dan kaget, wajahnya sedikit tertunduk air matanya tampak menetes di tangnya yang menggenggam di atas pahanya.

“Mau dosen mau pacar mau teman dekat, kamu bantu tante membersihkan luka Arya” ucap tante

“Eh...” ucapku

“Ah... iya tan...” ucap Bu Dian, yang kemudian wajahnya berubah sumringah. Diusapnya sedikit air mata itu dengan tangannya. Dengan perlahan dibersikannya luka-lukaku dengan perlahan dan hati-hati

“Aduh duh...” rintihku

“eh maaf maaf... sakit?” ucap Bu Dian yang nampak sedih ketika aku mengaduh

“eh pelan-pelan bu” ucapku

“i... i... iya..” ucap Bu Dian dengan wajah sumringahnya. Entah kenapa dia jadi tambah senang ketika membasuh lukaku. Dengan bantuan tante lukaku kemudian di obati olehnya.

“sudah...”

“sebentar...” ucap tante, yang kemudian berjalan keluar dan menelepon seseorang sambil memandangku dan menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian dia kembali duduk disampingku.

“dah kamu rebahan dulu...” ucap tante

“rebahan disini saja ar” ucap bu dian menawarkan pahanya

“tidak di tante saja” jawabku dan membuat kecewa bu dian. Aku kemudian rebah di paha tante.

“dasar anak manja!” ucap tante

“biarin kali, kan enak dimanja he he he” ucapku cengengesan

“aku pijit ar” ucap Bu dian

“ndak usah bu, ndak papa kok aku”jawabku menolak

“kamu itu bagaimana jarang-jarang ada dosen mau memijiti mahasiswanya, kamu itu aneh” ucap tante asih

“aku sering lihat kok tan, jadi ya ndak perlu dipijit tan” ucapku

“heh,Dimana?” ucap tante

“Dirumah tante asih, kalau om lagi mijiti kaki tante, itu kan dosen yang mijiti MANTAN mahasiswinya yang sudah jadi istrinya he he he” ucapku

“dasar!” ucap tante asih. Tiba-tiba perhatian kami semua tertuju pada pasagan yang sangat romantis.

“Dira sayang, koko akan menjadi pejantan kamu dan akan melindungi kamu, kamu jangan berkelahi lagi ya sayang” ucap eko

“Ich koko romantis dech dira jadi tambah sayang sama koko, sini dira cium dulu” ucap dira yang tertutup taplak meja pada bagian tubuhnya. Kami yang melihatnya merasa mau muntah walau secara penampilan dira memang sudah sama persis dengan seoran cewek tapi kami semua tahu asal muasal Dira. Kadang tingkah mereka berdua membuat kami terbahak-bahak dan mau muntah tapi dua insan itu seakan tidak peduli dengan keberadaan kami.

“Eh... kenapa kalian? Iri ya?” ucap Dira

“Babar blas ora su! (sama sekali tidak njing!)” ucap Aris

“Kalau iri bilang saja, preman takut sama tante asih hih weeek” ucap dira yang langsung terdiam dan memasukan kepalanya ke dalam pelukan eko. Jelas saja, tatapan mata tante asih sangat tajam ke arah kami. ya, kita memang takut dengan tante asih, karena dialah yang selalu mengobati kami dan juga yang memberi hukuman kami menyapu halaman, entah halaman siapa saja yang sudah kami bersihkan karena ulah kami.

“Sebenarnya kamu pacarnya Arya atau hanya seorang teman?” tanya tante pelan kepada Bu Dian. Bu Dian diam tak bisa menjawab pertanyaan itu, aku juga tidak begitu mempedulikan jawab Bu Dian

“Ya Sudah, tak perlu dijawab mbak”

“Aku tantenya Arya, dari adik kakeknya, jadi kamu tidak perlu grogi, Arya dan teman-temannya memang suka berkelahi sejak SMA. Tante selalu dibuat pusing mereka karena tante satu-satunya keluarga Arya yang bekerja di kesehatan yang dekat dengan Arya. Adik tante sebenarnya dokter tapi dia dinasnya diluar kota” ucap Tante. Aku hanya mendengarkan cerita tante.

“Arya ini sejak kecil paling dimanja oleh pakdhe, om serta tante-tantenya karena dia cucu pertama. Nakalnya minta ampun” jelas tante

“Argh... tante masa cerita-cerita seperti itu ke dosenku” ucapku

“Mungkin saja Dosen kamu itu perlu tahu keluarga kamu, Ar” ucap tante

“Eh... e... e...” ucap Bu Dian

“Kok grogi? Sudah dibilang santai saja dengan tante, okay?” ucap tante

Sejenak kemudian kami mulai saling melempar canda, gurau, dan juga banyolan. Kami bisa tertawa dalam suasana apapun, sekalipun dalam suasana genting. Ya itulah kami KOPLAK. Akhirnya kami memutuskan pulang, tampak eko dan dira masih berpacaran layaknya suami istri.

“biar aku yang antar kamu ar” ucap Bu Dian pelan ke arahku

“Sudah, Ibu ke RS saja jenguk pak felix” ucapku datar

“pokonya aku yang mengantarkan kamu!” ucapnya sedikit membentak dan memaksa. Semua orang di dalam cafe terkejut dengan ucapan Bu Dian tak terkecuali tante asih. Tante asih tidak berkomentar apa-apa, tatapan matanya menjadi sangat teduh ke arah Bu Dian.

“Sudah Ar, nanti motor kamu aku yang bawa saja dan aku titipkan dirumah wongso” ucap tugiyo. Tampak wajah Bu Dian kembali sumringah. Kau sudah tidak bisa berkutik lagi.

Tante kemudian pulang terlebih dahulu dengan menggunakan ambulan. Satu persatu dari kami pulang, aku kemudian membuka pintu belakang mobil Bu Dian dan duduk di belakang. Bu Dian yang sudah berada di depan, menengok ke belakang.

“Ar, kamu duduk di depan saja, ndak papa kok” ucap Bu Dian

“Dibelakang saja Bu” ucapku. Sedikit kekecewaan dari raut wajahnya, kemudian mobil berjalan menuju ke alamat rumahku. Selama perjalan kehening disekitar kami, aku hanya melihat keluar kaca jendela mobil.

“Ar...” ucap Bu Dian

“Hm...” ucapku

“maafkan aku...” ucapnya

“Ibu tidak salah..” ucapku

“Terima kasih untuk malam ini...” ucapnya

“sama-sama..” ucapku

“Ar, kejadian malam itu, aku...” ucapnya

“maaf bu, aku ingin istirahat bu, saya mohon agar saya bisa rehat sejenak” ucapku mencoba menghindari percakapan dengannya

“Eh... maaf.. istirahatlah” ucapnya

“Terima kasih” ucapku. Keheningan kembali datang diantara kami, kulihat pohon-pohon itu berjalan mundur meninggalkan kami. Tiyang-tiyang lampu jalan juga menjauhi kami seakan-akan mereka bergerak mundur menjauhi kami.

Sesekali aku melirik di kaca tengah mobil, kulihat Bu Dian selalu menyempatkan menatapku dan kadang tatapan kami bertemu di kaca itu. Dia tersenyum kearahku namun aku menanggapinya dengan dingin dan tak ada senyum di bibirku. Lelah menyelimutiku dan kadang membuatku terkantuk-kantuk. Malam semakin gelap, kulihat jam digital di mobil menunjukan pukul 23:30. Akhirya sampailah aku didepan rumahku, didepan sana ada seorang wanita dengan kaos hitam longgar tanpa belahan dada, kaos itu mentupi hingga sikunya. Celana krem sedikit ketat menutupi hingga dibawah lututnya, Ibuku.

“Terima kasih Bu..” ucapku

“Sama-sama...” ucap Bu Dian. Kemudian Bu Dian turun dan berlari kearah pintu mobil yang aku buka. Ketika berpapasan dengan Ibu, Bu Dian melempar senyum. Ibu dan Bu Dian kemudain membantuku keluar dari mobil.

“Sayang, kamu tidak apa-apa? Apa yang sakit?” ucap Ibu dengan nada sok ABG, ya memang dari caranya berdandan Ibu tampak lebih muda 10 tahu dari usianya, tampak lebih muda lho

“Ah... I...” ucapku terpotong karena tangan Ibu yang bergaya membasuh mulutku padahal tidak ada kotoran di mulutku

“Sudah jangan banyak bicara, tadi Ibu kamu telepon katanya kamu berkelahi, jadi aku langsung kerumah kamu sayang, aku kan khawatir, aku tidak bisa tidur kalau kamu kenapa-napa sayang”

“Oia Ibu kamu sudah tidur capek nunggu kamu, Ayah kamu sedang keluar dinas” ucap ibu

“Eh...” aku kaget dengan sikap Ibu, kulirik bu Dian nampak sedikit terkejut dan bingung

“Terus dia siapa sayang? Kamu kok jahat sekali jalan bareng cewek lain” ucap Ibu dengan wajah cemberut dengan memukul pelan lenganku. Jujur aku jadi bingung, ada apa dengan Ibu? Apa dia ingin rahasianya denganku terbongkar?

“maaf, mm..mbak siapanya ar.. arya?” ucap Bu Dian dengan wajah sedikit kebingungan, apalagi aku malah tambah bingung kenapa Bu Dian memanggil Ibu dengan sebutan mbak? Ibu kemudian mengulurkan tangannya yang kemudian di raih oleh Bu Dian

“Diah, Pacarnya Arya, dan kamu jangan sekali kali merebut arya dariku ya”

“kami baru jadian 1 minggu ini” ucap Ibu dengan wajah judesnya. Kuaget setengah mati ketika Ibu mengatakan hal itu. Kulirik Bu Dian, raut wajahnya penuh dengan kekecewaan

“Saya dian, sa... sa... saya”

“Dosennya...” ucapnya pelan sambil menunduk dan disaat Bu Dian menundukan kepalanya Ibu mengerlingkan matanya ke arahku

“Saya mohon maaf mbak, ini semua terjadi karena Arya mencoba menyelamatkan aku” ucap Bu Dian

“Owh ya sudah ndak papa, pacarku ini memang baik hati kok, aku sangaaaaaaaaaaaat beruntung mendapatkannya” ucap ibu

“Iya, mbak sangat beruntung...”

beruntung sekali... ” ucap Bu Dian yang nada suaranya menjadi sangat pelan.

“emm... kalau begitu saya pulang dulu mbak”

“dan Arya, maaf telah melibatkanmu dan terima kasih telah menolongku untuk kedua kalinya” ucap Bu Dian , dari matanya terlihat mencoba sedikit untuk tegar

“lho kedua kalinya? Emang kamu pernah nolong dia sebelumnya sayang?” ucap Ibu

“Pernah waktu itu” ucapku

“Oooo... jadi dulu sayang pernah jalan bareng sama Dian, sayang jahat dech nggak cerita sama aku” ucap Ibuku manja dengan wajah cemberutnya dan lagak ABG-nya

“eh.. ya nanti aku ceritakan” ucapku

“eh... begini mbak waktu itu kita cuma merayakan keberhasilan karya ilmiah kita kok” ucap Bu Dian

“Oooo....” ucap Ibu dengan manja dan tatapan yang dibuat-buat seakan-akan dia cemburu pada Bu Dian

“mmm... selamat ya Ar, punya pacar seperti mbak Diah, cantik ehem...” ucap Bu Dian dengan senyumannya, mengulurkan tangannya menyalami kami berua, aku dan Ibu kemudian menyalaminya. Kemudian Bu Dian masuk kedalam mobilnya.

“mari mbak...” ucap Bu Dian

“iya hati-hati dian” ucap Ibu mengantarkan kepergian Bu Dian. Entah apa yang akan dirasakan Bu Dian saat ini. sesaat kemudian mobil Bu Dian menghilang diujung jalan sana.

“KAMU ITU JANGAN BERKELAHI MASIH SAJA BERKELAHI!” bentak Ibu sambil mencubitku

“Aduh... aduh Ibu... sakit...” ucapku. Tapi kemudian Ibu mengecup pipiku

“Kamu tahu?” ucap Ibu sembari memapahku masuk kedalam rumah

“Apa?” ucap Ibu

“Dia suka sama kamu” ucap Ibu

“Sok Tahu kamu, cinta” ucapku

“Ibu adalah wanita dan begitu juga dia, Ibu bisa merasakan kekecewaannya ketika Ibu bilang Ibu pacar kamu” ucap Ibu

“Eh... bodoh ah...” ucapku

“Tapi ngomong-ngomong, Ibu memang masih mda ya?” ucap Ibu

“Kok Bisa bu?” ucapku

“Lha nyatanya, Dian percaya saja kalau Ibu ini pacarmu” ucap Ibu

“memang Ibu masih muda, kan Ibu pacarku” ucapku sambil aku mengecup bibirnya

“Ayah dirumah?” ucapku

“Dinas hi hi hi pengen ya?” ucap Ibu. Aku hanya mengangguk.

“Istirahat dulu nanti Ibu temani, besok masih panjang waktunya” ucap Ibu

“kok Ibu tadi berlagak sebagai pacar Arya didepan bu Dian?” ucap ku

“Tante Asih telepon Ibu, dan dia menceritakan kepada Ibu semua, jadi ya Ibu akting saja”

“Dah lekas istirahat” ucap Ibu

--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sudut pandang orang ketiga

Mobil itu berjalan dengan sangat cepat menuju rumah sakit. Menuju ke tempat lelaki yang telah memasangkan cincin di jari manis sang pengemudi. Namun ketika mobil itu berhenti di tempat parkir mobil RS. Sang pengemudi itu menangis, entah menangis karena apa. Tangisnya pecah memecah kesunyian tempat parkir RS tersebut. Hingga akhirnya diusapnya tangis itu dan menemui lelaki yang telah melamarnya. Dia melangkah mencoba untuk tersenyum dan melupakan semua yang telah terjadi, sebuah kenyataan pahit yang dia dapatkan. Didepan kamar lelakinya itu dia berdiam sejenak.

“ini semua juga karena kesalahanku” desah pelan bibirnya

Wanita tersebut masuk kedalam ruangan opnam dengan label VIP yang disana telah berbaring felix. Felix nampak sekali tidur dengan sangat pulas, beberapa perban dililitkan ke kepala dan tangan felix. Tampak Asih, Tante Arya berada di sana untuk mengecek keadaan felix. Asih ternsenyum kepada Dian dan begitu pula dian membalas senyuman itu. Didekatinya dian, kemudian memberikan informasi medic mengenai kesehatan felix bahwa felix baik-baik saja dan hanya mendapatkan luka ringan. Asih kemudian meninggalkan Dian sendirian di kamar VIP, dengan wajah sendunya Dian melihat ke arah Felix yang terbaring dengan lelapnya. Air matanya kembali turun mengalir membasahi pipinya, entah karena felix yang terbaring atau sikap Arya kepadanya. Siapa yang tahu isi hati? Mungkin kedalaman laut kita pasti tahu tapi kedalaman hati?

Lama dia berdiam disamping felix membuatnya sedikit mengantuk. Dengan rasa kantuk Dian kemudian berjalan ke ruang tunggu pasien yang sepi dimana dia menemukan sebuah mesin penjual minuman dan makanan kering. Dimasukannya beberapa koin didalamnya, diambilnya sebuah kaleng kopi dan snack ringan. Dian kemudian duduk di sebuah bangku panjang ruang tunggu pasien.

“Sendirian?” ucap Asih yang tiba-tiba datang dari belakang

“Eh... iya tante” ucap Dian

“Tidak usah panggil aku tante, mbak saja umur kita hanya berbeda sedikit, aku dan arya hanya terpaut 11 tahun” ucap asih. Sedikit kaget dian mendengarnya

“Sudah jangan kaget gitu, Arya memang cucu pertama dari pakdheku atau kakek arya” ucap asih yang kemudian memandang Dian, Dian tampak menunduk dengan wajah sedihnya ketika mendengar nama lelaki tersebut

“oia nama kamu siapa?” ucap asih

“Dian tan eh mbak” ucap Dian sembari memandang Asih sebentar saja. Asih hanya tersenyum manis kepada Dian, Dian kemudian menundukan wajahnya kembali. Asih kemudian mengalihkan pandanganya ke arah meja resepsionis.

“Jika kamu menyuruh sesorang untuk membawa sebuah ember, kamu seharusnya mengatakan kepadanya isi dari ember itu”

“jangan hanya menyuruhnya saja, kasihan orang tersebut . seandainya orang itu tersandung dan kemudian cairan itu tumpah mengenai kakinya, bagaimana? Mungkin dia tidak akan kenapa-napa jika saja itu adalah air. Tapi bagaimana jika itu adalah air keras? Pasti orang itu kesakitan, padahal di awal orang itu sangat senang bisa menolongmu” ucap Asih membuyarkan kesedihan Dian

“Beritahukanlah sebelumnya, agar orang itu berhati-hati. Jika sedari awal kamu tidak memberitahukannya, pasti orang itu tidak akan berhati-hati”

“Begitupula dengan hati, jika kamu menyuruh orang untuk membawa hatimu, katakanlah kepadanya jika di dalam hatimu itu ada orang lain. Agar orang yang membawa hatimu itu lebih berhati-hati lagi untuk tidak jatuh hati kepadamu, begitu bukan seharusnya?” ucap Asih

“Eh...” dian sedikit terkejut dengan perkataan Asih, dipandanginya Asih yang kemudian melempar senyum ke arah Dian

“Karena jika hati sudah terluka, tidak ada satupun rumah sakit yang bisa mengobatinya. Hanya satu yang bisa mengobati sakit hati itu, KEJUJURAN DAN CINTA”

“Jadi, sebelum kamu berkata jujur kepada orang lain, jujurlah pada hatimu sendiri” ucap Asih. Membuat mata ngantuk Dian terbelalak. Di pandanginya Asih yang kemudian bangkit meninggalkan Dian.

“Mbak...” ucap Dian

“Iya...” ucap Asih yang berbalik badan dengan kedua tangan masuk di sakunya

“Apa jadinya jika cinta itu dipaksakan?” ucap Dian. Asih tersenyum kemudian memandang ke arah mesin penjual minuman dan makanan.

“Kamu lihat mesin itu?” ucap Asih. Dian kemudian memandang mesin itu.

“koin berapa yang kamu masukan di dalamnya?” ucap asih

“koin 1000” ucap Dian yang tidak mengerti maksud Asih

“Coba kamu masukan koin 500 ke dalam mesin itu, bisakah?” ucap Asih
(bayanginya koin 500 yang jaman sekarang agan dan suhu jagan yang koin 500 kuningan jaman dulu)

“Eh... tidak” ucap Dian

“Secara logikanya, koin 500 lebih tebal dan ringan ketimbang koin 1000. Dan pastilah koin 500 itu tidak dapat masuk di dalamnya, sekuat apapun usaha kamu hingga koin 500 itu masuk tetap saja kamu tidak akan mendapatkan minuman ringan ataupun snack”

“Sama halnya dengan cinta, kamu tidak akan bisa menikmatinya walau akhirnya munculah cinta karena terbiasa, tapi tetap saja akan ada sedikit penyesalan di dalamnya” ucap Asih

“Eh...”

“Mbak, Bagaimana jika mesin itu sudah dimiliki orang lain?” ucap Dian

“Apa kamu yakin?” ucap Asih. Dian memandang Asih yang tersenyum kepadanya kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya

“Kamu tahu kenapa seorang perempuan menjadi pacar ataupun milik seorang lelaki?” ucap Asih. Dijawabnya dengan gelengan pelan kepala Dian

“Karena lelaki tersebut berani mengatakan ataupun melakukan klaim dihadapan orang lain jika perempuan inilah pacarnya dan bukan orang lain atau perempuan itu sendiri yang mengatakannya”

“jika ada seorang lelaki belum mengatakan dengan lantang perepuan yang menjadi pacarnya, kamu jangan pernah percaya. Dan yang terpenting adalah jujur pada hatimu, karena hati yang penuh kejujuran akan membawamu ke kebahagiaan yang kekal” ucap Asih yang tersenyum, kemudian dia melangkah meninggalkan Dian seorang diri di ruang tunggu. Dian hanya menerawang kejadian yang baru saja terjadi.

“Ya, kamu belum mengatakannya kepadaku” desah pelan suaranya

(Sudut pandang ini selesai)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
 
Untuk agan dan suhu, monggo dibaca kelanjutanya
jika kurang berkenan dengan update kali ini
nubie mohon untuk saran dan kritiknya :((

semoga berkenan suhu,
kritik dan saran memberikan motivasi lebih untuk nubie dalam membuat lanjutannya, terima kasih

#mohonkritikdansaranagandansuhudotcom
 
  • Like
Reactions: Lyc
aarrggghhhh....geregetan.

Ayo Bu Dian, dapatkan cintanya Arya. Kamu bisaaaaa....

:Peace:
 
Bimabet
Tante Asih,,, snii obatin luka di hati saya... :cup:

semoga bsok2 ad SS nya.. Hahaa..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd