Di tempat yang berselimutkan aroma wangi kamar mandi dengan tatapan tajam ke arah punggung wanita yang kemudian menghilang di belakang tembok. Aku masih terdiam di sini aku sendiri ditemani bayang-bayang sepi aku tanpamuuuuu huoooo masih tanpamu, waduh kenapa malah nyanyi???? Aku kemudian menarik kepalaku dari pandangan itu. Aku kemudian menatap langitbiru yang berhiaskan awan putih. Kenapa? Kenapa harus ajeng? Kenapa harus dia? Kepalaku jadi pusing benar-benar pusing. Aku masih beruntung tidak mengatakan segala rencana dan apa yang aku ketahui kepada mereka sahabat-sahabatku. Ternyata si MN (mahesa nico) sudah merambah sampai ke dalam kampus, gila benar-benar gila!)
Ini semua terlalu rumit, terlalu rumit untuk di urai panjang bathinku
Aku seorang kapiten mempunyai pedang panjang kalau berjalan prok prok prok.... bunyi ringtone incoming call. Ibu.... (yang bertuliskan italic adalah Ibu)
Sugeng siang Ibu...
Pulanglah nak, jangan acuhkan Ibu terus, Ibu mohon....
Iya bu...
Biarkan Ibu mendengar sekali lagi kamu memanggil Ibu cinta... walau sekali saja
Iya cinta, cinta sebentar lagi pulang...
Ibu tunggu ya...tuuuuuuuuuuuuut....
Aku kemudian kembali ke tempat dimana mereka semua teman-temanku berkumpul. Disana ada rahman dan Ajeng juga. Aku berteriak memanggil mereka, dan mereka semua menoleh ke arahku begitu pula ajeng. Ketika dia melihatku keluar dari arah dimana dia menerima telepon wajahnya tampak sedikit pucat dan terkejut melihatku. Aku tetap dengan santai bercanda dan bersendau gurau dengan mereka, tak terkecuali ajeng pun aku ajak bercanda. Hingga waktu menjelang siang kami semua mengakhiri kebersamaan kami. Aku pulang ketika itu aku berjalan bersama Rahman dan Ajeng, tampak dia menatapku dengan wajah yang sedikit pucat dan ketakutan. Aku tetap santai dalam menghadapi pandangan itu. Aku kemudian menaiki REVIA yang bersebelahan dengan motor Rahman.
Hei, kang, itu ajeng kamu apakan? Kok kaya orang lihat hantu saja ha ha ha candaku
Habis mens paling wekekekekekkekekeke canda Rahman
Enak saja, lihat arya itu kaya ada yang ngikuti dibelakangnya ha ha ha balas ajeng, mencoba untuk menakutiku padahal da sendiri yang ketakutan
Ya, hanya untuk melumerkan suasana saja daripada ajeng pikirannya tegang terus. Kami akhirnya berpisah, ketika aku melihat spion pun masih terlihat jika ajeng memandangku dengan tatapan penuh ketakutan. Aku hanya mengangkat tanganku sebagai salam perpisahan. Akhirnya aku pulang, mampir di toko buku untuk membeli komik kesukaanku yang katanya sudah terbit minggu ini. ku cari dan kucari akhirnya ketemu. DETETIVE CONAN, ya itu memang kesukaanku, analisa dari setiap kejahatannya bisa membantuku dalam mengarahkan jalan pikiranku. Dalam pikiranku yang terus berputar, nama Ajeng terus berjalan selangkah demi selangkah di otakku. Bagaimana mungkin seorang Ajeng bisa menjadi mata-mata om nico yang bajingan itu. Kenapa harus Ajeng, Rahman kemungkinan dalam bahaya. Aku harus segera mencegah agar tidak terjadi....
Ehem... ehem... cowok jombloooo godain aku dong suara wanita dari belakangku ketika aku hendak menuju kasir membuyarkan lamunanku mengenai Ajeng, Nico, dan Rahman. Ku menolehkan kepalaku ke belakang, langsung tepuk jidat.
Bu dhe... Ah, bikin malu aku saja, tambah ndak laku aku nanti ucapku seraya menuju ke arah bu dhe
Bu Dhe apa kabar? ucapku sembari salim ke Bu Dhe
baik, bagaimana dengan kamu? Masih jomblo ucap budhe sembari mencium pipi kanan dan kiriku
iiih bu dhe apaan sich?! Malu dilihat orang
Bu dhe ngapain disini? tanyaku kepada budhe
Nyari material bangungan...
Ya jelas nyari bukulah jomblooooo.... ledeknya kepadaku
Iiiih ntar tak pacarin lho budhe kalao bilang aku jomblo lagi godaku
yeee... mulai berani ya sama budhe tak bilangin pakdhe baru tahu rasa kamu jawabnya
kan bercanda budhe... he he he jawabku
Obrolan hangat masih berlanjut hingga aku yang membeli komik malah di bayar sama budhe, rejeki nomplok ha ha ha. Aku kemudian diminta budhe untuk menemaninya sambil mencari buku kita mengobrol ngalor ngidul. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat hingga waktu menunjukan pukul 14:00. Aku kemudian pamit ke budhe tapi aku malah dilarangnya pulang, diajaknya aku makan siang bareng disebuah tempat makan dalam mall yang harga makananya jika dinasi kucingkan untuk satu makanan bisa mencapai 20 nasi kucing. Memang tidak masalah bagiku pasti budhe yang bakal bayar itu semua. Budhe memilih tempat makan khusus smoking area di lantai tiga karena tahu aku suka merokok. Kami terlibat obrolan hangat sepanjang menunggu makanan datang. Ketika makanan datang aku langsung menyantapnya terlihat budhe hanya tersenyum melihatku makan. Aku makan dengan lahapnya sesekali melihat budhe memandang kosong ke arah kaca jendela yang langsung terlihat jalan raya. Semua ingatan dan memori mengenai ajeng, Nico dan Rahman buyar tak ada satupun mengenai mereka dalam pikiranku semua tergantikan oleh wajah kegelisahan budhe.
Budhhemmm... adammm mapa? ucapku sambil mengunyah makanan
Sudah habiskan dulu makananmu, dasar jomblo kelaparan ucapnya kepadaku, kemudian aku lanjutkan makanku dan segera kuselesaikan. Segera aku minum dan menyulut dunhillku, tak ku duga budhe kemudian mengambi sebatang dunhill dan disulutnya dihadapanku. Aku langsung mengambilnya ketika dunhill masih berada di bibir budhe dan ku matikan. Segera aku menyembunyikan dunhill ku
Budhe kenapa sich? Arya paling tidak suka jika melihat perempuan merokok ucapku, kulihat budhe hanya terdiam kemudian di tumpuknya kedua tangan diatas meja dan direbahkannya kepalanya di atas tumpukan tangan itu. Tampak sejuta pertanyaan di kepala budhe
Pakdhemu Ar.... ucapnya lirih seakan mau menangis
Budhe, kalau mau cerita, cerita saja arya bakal jaga rahasia tapi no smoking ucapku, kemudian budhe mengangkat kepalanya dan memandangku. Ditatapnya mataku dengan tajam.
Janji ya... ucap budhe lirih, aku hanya mengangguk dihadapnya
Pakdhemu itu selama ini belum bisa melupakan pacarnya terdahulu, dia masiih terus memikirkannya, budhe tahu selama ini karena pakdhemu itu sering sekali mengigau namanya.... ucap budhe
mengigau?memang nama siapa yang keluar budhe? tanyaku
Ima, karima.... ucap budhe
Deg jantungku serasa copot aku kira pacar terdahulu adalah cewek lain kenapa harus tante ima. Gila ini gila, wah gaswat ini kalau aku langsung cabut sekarang bisa di tembak denga 1 miliar pertanyaan. Wajahku sedikit berubah, raut wajahku berubah menjadi wajah yang terkejut.
Kenap kamu terkejut? Apakah kamu tahu sesuatu Arya? ucapnya
Gak.. gak tahu budhe, Cuma kaget saja nama ima kan nama.... nama temen kuliahku.. iya nama teman kuliahku, masa ya pacaran dengan teman kuliahku jawabku sedikit gelagapan, Budhe kemudian menatapku dengan sangat tajam bak pisau yang baru diasah dan siap dihujamkan ke dalam dadaku
Kamu menyembunyikan sesuatu dari budhe bentak budhe dengan tatapan mata semakin tajam dan sangat membuatku merinding sekali, sekilas wajah Ibu tergambar di wajah budhe, teringat akan wajah marah Ibu waktu itu.
Hmmmm.... Oke, budhe tahu kamu pasti tahu sesuatu tapi Dengan kamu bersikap seperti itu mending kamu pulang saja dan tidak menganggap aku sebagai budhe kamu ucapnya sedikit membentakku. Dia kemudian mendiamkanku dan membuang mukaku, ah andai saja tadi aku tidak terlalu terkejut ketika mendengar nama tante ima mungkin aku tidak akan kaetakutan seperti ini. Aku yang ketakutan dengan ancaman budhe hingga akhirnya aku mengiyakan apa yang aku tahu tentang ima, karima itu.
Kamu tahu dan kamu tidak pernah bilang sama budhe, Arya? ucapnya
Ya kan Arya kira itu masa lalu, lagipula pakdhe kan tidak ngapa-ngapain budhe, Cuma mengigau saja ucapku, sambil menaruh pipinya di atas tangan yang ditumpuk itu budhe melihat ke arah jendela lagi
Bukan hanya mengigau...
Pamanmu itu, pernah budhe sediakan obat yang bisa membuat dia tak sadarkan diri alias mabuk dan dia seketika itu mabuk, itu rencana budhe, pas posisi paman kamu mabuk, budhe mulai bertanya-tanya mengenai ima, karima itu jelas budhe, jelas saja budhe ngasih obat kaya gitu sama pakdhe, budhe kan dokter.
Dan dia menceritakannya.... ucap budhe sambil mengangkat wajahnya dan memandangku
Pakdhemu mengatakan pada budhe, kalau dia ingn bertemu dengan ima walau hanya sekali saja setelah itu dia tidak akan menemuinya lagi, dan dipagi hari ketika pamanmu sudah sadar budhe bertanya kepada pakdhemu Ar seketika itu budhe menitikan air mata
Budhe itu sayang sama pakdhemu, waktu itu hiks hiks paman kamu itu meminta maaf kepada budhe, kalau dia memang masih menyimpan rasa ingin bertemu dengan ima hiks hiks katanya bukan cinta, bukan cinta... bukan cinta Ar tapi dia masih menyimpan itu, jadi selama ini budhe itu apanya dia? jelas budhe dengan mata sembab dan menangis . Untung di smoking area ini hanya ada aku dan budhe jadi tidak begitu malu ketika budhe menangis
Budhe... sudah budhe jangan menangis malu dilihat orang budhe... ucapku
BAGAIMANA MUNGKIN DIA MENIKAH DENGANKU TAPI MASIH MEMIKIRKAN MANTAN PACARNYA? bentaknya kepadaku, jantungku berdetak lebih kencang tubuhku melompat terkejut dengan bentakan budhe. Kucoba menenangkan diriku.
Tapi waktu itu setelah suasana reda, pakdhe mengatakan pada budhe jika dia bertemu hanya akan mengucapkan kata selamat tinggal itu saja dan budhe menyanggupinya dengan catatan setelah itu dia harus kembali pada budhe seutuhnya dan menjadi suami yang budhe inginkan jelasnya, aku tak sanggup berkata-kata dari penjelasan budhe itu. Akhirnya aku memberanikan diriku untuk mengatakan kepada budhe.
Budhe....
Ima, karima itu yang biasa aku panggil tante ima, adalah ibu dari sahabatku... jelasku kepada budhe. Budhe kemudian menatapku dengan tajam.
Pertemukan mereka! Budhe mohon agar semuanya kembali normal lagi budhe sudah tidak tahan jika dia terus-terusan mengigau nama itu mohon budhe padaku yang sangat tiba-tiba tampak dia tidak berpikir panjang
Tidak budhe, tidak, aku sama saja menjerumuskan mereka dalam hubungan yang salah, kasihan budhe ucapku
Kasihan mana arya?! Melihat budhe tertekan dan terus tertekan seperti ini melihat orang yang dicintainya merindukan kekasih lamanya, biar nanti budhe yang ngomong sama pakdhemu, biar dia ketemu walau satu hari setelah itu biar dia yang memilih, budhe atau ima, ibu Sahabatmu itu jelas budhe
Kalau pakdhe ternyata memilih tante ima, budhe bagaimana? ucapku
huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa hiks hiks hiks hiks hiks..... tangis budhe pecah beberapa pelanggan di bawah kami menoleh ke kanan ke kiri untuk mencari sumber suara
Sudah budhe sudah.... makanya kalau minta sesuatu itu di pikir dulu ucapku kepada budhe
Hiks hiks.. budhe akan tanggung resikonya, kalaupun budhe harus sendiri masih ada kok yang nemenin budhe, nanti kita bakal sama-sama jomblo he he... ucap budhe sembari mengusap air matanya dan mencoba tersenyum kepadaku. Tepuk jidatlah aku. Hadeeeeeeeeeehhhhh....
Akhirnya dari pembicaraan itu aku menyepakatinya, dengan catatan jika aku sudah bertemu dengan tante ima baru budhe akan bicara dengan pakdhe. Ya itulah kesepakatanku, entah akan berhasil atau tidak. Kemudian aku berjalan dengan budhe hingga tempat parkir, kuantar budhe hingga dipintu mobilnya. Budhe kemudian menoleh kekanan dan kekiri seperti seorang pencuri dan aku sedikit bingung dengan tingkah laku budhe. Dan cup... ciuman didaratkannya di bibirku.
Hadiah buat kamu, sekali-kali biar merasakan rasanya dicium cewek mblo... ucap budhe kemudian masuk dan meninggalkan aku. Ketika mobil berjalan baru sebentar budhe berhenti di sampingku dan membuka kaca mobilnya.
Kalau nanti budhe jadi jomblo, budhe mau jadi pacar kamu, pacar gelapmu juga ndak papa mblooo hi hi hi ucapnya yang kemudian ngeloyor pergi.
Aneh, sebenarnya aku pakai jimat apa sehingga banyak wanita setengah baya mengejarku. Kenapa juga bukan perawan ting-ting yang mengejarku. Aku kemudian menuju ke arah REVIA dan mengendarinya pulang. Ketika dalam perjalanan pulang itu hatiku mencaci maki aku sendiri sampai-sampai aku melamun dan hampit masuk got. Akhirnya aku sampai dirumah, aku melihat Ibu sedang mencuci piring di dapur, aku hanya melewatinya saja. Ibu hanya memandangku dengan senyuman manisnya tapi aku balas dengan senyum sebentarku.
Malam hari setelah aku makan bersama Ibu karena Ayah sedang tidak dirumah atau bisa dibilang having fun diluar, aku berada dikamar mengerjakan revisi dari KTI Bu Dian. Segera aku selesaikan karena 2 hari lagi Bu Dian akan bertanding. Klek... Pintu kamarku terbuka Ibu membawa minuman hangat untukku.
Serius banget cinta... ucap Ibuku
Ya... jawabku ketus
Ya sudah Ibu kebawah dulu, Ibu minta maaf kalau Ibu ada salah sama kamu ucap Ibu sambil mengalungkan kedua tangannya di leherku dan mengecup pipi kananku. Ibu kemudian berlalu menghilang dari kamarku. Aku yang salah Ibu yang kena getahnya. Bodohnya aku ini, tugas dari bu dian selesai dan aku kemudian mengirimnya melalui emai serta aku konfirmasi melalui BBM.
To : Bu Dian
Bu sudah jadi dan sudah saya kirimkan
Dari : Bu Dian
Oke, terima kasih
Nanti kalau kita menang, akan saya ajak kamu makan2
To : Bu Dian
Iya bu sama-sama
Wah asyik tuh, makanku banyak lho bu
Dari : Bu Dian
Tidak apa2
Sudah ya, saya mau belajar dulu
To : Bu Dian
Oke bu Dian
Setelah perbincangan BBM itu aku kemudian turun untuk meminta maaf kepada Ibuku. kulihat wajah ngantuk Ibu yang sedang duduk dengan segelas teh di depannya. Aku kemudian mendekatinya tepat disampingnya dengan jarak 1 meteran. Aku membungkuk di samping Ibu.
Arya, minta maaf bu.... ucapku, kemudian mengangkat tubuhku kembali tegak. Ibu hanya melihatku sebentar kemudian melihat kedepan kembali
Seperti itu cara minta maaf sama cintanya? ucap Ibu lirih, aku kemudian beridiri di belakang Ibu dan memeluknya, kepalaku berada dibahu kanan Ibu
Maafin Arya bu... Arya itu kangen sama Ibu tapi Ibu malah menyambut Arya seperti itu, Arya jengkel, Arya kemarin itu pergi keluar kota untuk mencari pertanyaan yang membuat arya bingung... ucapku lirih dengan nada sedikit akan menangis,
kamu itu.. hiks... tahu ndak towh hiks... Ibu itu juga kangen, kamu pergi hiks gak kabar-kabar, ibu itu khawatir banget hiks hiks... kalau kamu kenapa-napa ucap Ibu dengan nada menagisnya, Ibu kemudian berdiri dan memelukku dengan sangat erat.
Ibu kemudian mengangkat kepalanya dan melihat kearahku yang juga berlinang air mata. Kudekatkan bibirku dan terjadilah ciuman hangat untuk kami berdua. Saling berciuman dan saling memeluk erat. Kugendong tubuh Ibu ke ruang keluarga dan kubaringkan di kasur lantai. Aku kemudian memeluk Ibu dari belakang.
Ibu kangen banget.... ucap Ibu sambil mendekap erat tanganku yang diarahkannya ke susu Ibu
Arya juga... ucapku
kamu kemana saja? Apa tidak ingin sama Ibu? ucap Ibu
melepas kangen tidak harus begitu bu, itu urusan nanti yang penting sekarang arya sedang memeluk orang yang arya sayangiucapku, Ibu hanya tertawa kecil mendengar kata-kataku. Kemudian Ibu berbalik menghadapku dan menciumku.
Sudah sama siapa? tanyanya
mbak maya jawabku jujur kepada Ibu, karena memang tidak ada yang aku tutup-tutupi
Siapa dia? tanya Ibu kembali
Wanita di desa banyu abang ucapku kepada ibu, yang membuat Ibu sedikit terhenyak dan kaget
kenapa kamu bisa sampai sana? tanya Ibu heran, kemudian Ibu dan aku bangkit
Arya akan cerita semuanya tapi buatkan arya minuman hangat dulu cinta ucapku, Ibu terlihat kecewa karena aku tidak menceritakan pada saat itu juga. Ibu kemudian membuatkan aku kopi hangat dan mengantarkannya ke pekarangan rumah dimana ada aku yang terlebih dahulu berpindah ke pekarangan rumah. Aku duduk di pinggiran lantai dengan kakai berselonjor ke tanah sambil menghisap dunhill mildku, Ibu meletakan segelas kopi di sebelahku dan duduk di kursi yang telah didekatkan tepat berada dibelakangku.
Mbak maya itu siapa? tanya Ibu
Berarti Arya cerita dari mbak maya dulu? tanyaku sambil menoleh kebelakang dan menyeruput kopi hangat, ibu mengangguk
Aku pun menceritakan bagaimana pertemuanku dengan mbak maya dan bagaimana aku bersetubuh dengan mbak maya. Ibu mendengarkannya dengan sedikit mencubit pinggangku sambil mengatakan kalau ceritakku membuat ibu kepengen begitu katanya. Semua tentang persetubuhanku dengan mbak maya aku ceritakan secara detail.
Ibu tidak marah? ucapku
kenapa marah, kamu sudah cerita lagian salah Ibu juga ndak kasih jatah kamu hi hi hi jawabnya dengan senyuman nakal
Tapi terangsang kan bu? ucapku nakal
Hmm.... gimana ya? Hi hi hi... Oia Terus apa tujuan cinta ke desa banyu abang? tanya Ibu
Menemui Kakek Wicak dan Nenek Mahesawati ucapku dengan tenang yang membuat Ibu sedikit terkejut mendengarnya
Kenapa kamu bisa tahu mengenai orang tua Ayahmu? Dan bagaimana kabar mereka? Ibu tidak pernah bertemu dengan mereka setelah pernikahan waktu itu, waktu kamu lahir saja mereka tidak menjenguk kamu, kadang Ibu berpikir kalau mereka itu tidak.... ucap Ibu terpotong ketika aku tiba-tiba berbalik dan berlutut dihadapan Ibu, memandangnya dan kemudian memeluknya erat sangat erat.
Mereka baik bu mereka baik hiks hiks hiks hiks.... Ayah yang bajingan hiks hiks hiks... tangisku pecah dalam pelukan Ibu, Ibu kaget dengan pernyataanku itu langsung melepas pelukanku dan memegang kedua lenganku. Ditatapnya mataku tajam.
Apa, apa yang kamu ketahui? Dimana mereka sekarang? tanya Ibu memburu
Di dalam kuburan hiks hiks hiks hiks mereka sudah meninggal bu.... tangisku dihadapan Ibu
Ibu yang mendengar itu kemudian jatuh berlutut dihadapanku dengan tangan kirinya menutupi mulutnya. Ibu tidak akan menyangka jika mertuanya telah meninggal dunia tetapi suaminya tidak pernah memberi kabar mengenai itu semua. Aku kemudian menarik dan memeluk tubuh Ibu. Kupeluk dengan erat dan posisi kami sekarang berada dalam duka, yang terduduk dipinggir lantai dan kaki kami berada di atas tanah.
Bagaimana mungkin mereka meninggal? Ayah kamu saja tidak pernah menceritakannya kepada Ibu Ucap Ibu
Aku kemudian menceritakan semuanya kepada Ibu mengenai perjalananku hingga banyu abang. Dari pertemuanku dengan mbak maya, kemudian pak roto dan terakhir kakek. Aku menceritakan bagaimana sikap ayah terhadap kakek selama ini. kuceritakan sama persis dengan apa yang dikatakn oleh kakek wicak tanpa editing sekalipun. Kuceritakan secara detail bagaimana seorang anak yang tumbuh dan kemudian membuat kedua orang tuanya jatuh tersugkur. Dan kuceritakan pula perjodohan yang tidak seharusnya terjadi. Ibu menagis sejadi-jadinya ketika mendengar semua ceritaku. Dipeluknya aku sangat erat dan sangat erat.
Ibu tidak menyangka jika Ayahmu bisa sekejam itu hiks... ucap Ibu dengan isak tangis dan air mata yang mengalir
Arya juga tidak menyangka bu.... ucapku, aku dan Ibu masih dalam pelukan serta tangis yang belum bisa berhenti. Air mata seakan-akan terus mengucur dan tak mau sedikitpunb berhenti. Lama kami dalam pelukan, Ibu mencoba menenangkan aku dengan elusan lembut di punggungku.
Kenapa kamu bisa sampai ditempat itu dan mencari kakekmu...? tanya Ibu
Aku... aku....
Baiklah bu, Ibu adalah cintaku jadi, seorang cinta harus menjaga rahasianya bukan? ucapku sambil mengusap air mataku
Ada apa? Adakah yang kamu sembunyikan? ucap Ibu yang mengusap air matanya
Tidak akan ada yang arya sembunyika asal Ibu mau terus merahasiakan ini semua, sampai aku , Arya menyelesaikan semuanya ucapku
Iya, Ibu akan menuruti semua kata-kata cinta, Ibu janji... ucapnya
Suasana haru yang seketika itu reda menjadi suasana yang kembali tenang. Aku kemudian menceritakan semua tentang Ayah, dari yang aku dengar dari percakapan telepon. Telepon cerdas yang aku temukan, analisa hingga penjaga losmen dan apa yang terjadi pada penjaga losmen itu sekarang. Ibu tercekat mendengar itu semua, membuatnya terkejut setengah mati apalagi ketika aku ceritakan mengenai uang 750 juta yang aku dapatkan dari rekening Ayah. Aku kemudian menceritakan kembali semua dari awal secara detail mengenai analisaku.
Ingat Ibu, harus pegang rahasia ini, jika Ibu membocorkannya berarti Ibu akan merasakan bagaiman kehilangan Arya ucapku, Ibu hanya menggelengkan kepala dengan linangan air mata
Kamu harus hati-hati, Ibu Cuma punya kamu... ucap Ibu, kemudian Ibu memelukku dengan sangat erat
tenang bu, selama kita bisa menjaga rahasia ini, aku pasti bisa menjatuhkannya, percaya pada Aryaucapku kepada Ibu, Ibu kemudian bangkit dan mencium bibirku
Oh ya ibu belum menceritakan semua yang ibu dengar dari percakapan Ayahmu, maklum Ibu suka nguping ucap Ibu. Kemudian Ibu menceritakan setiap detail percakapan ayah, mulai dari pembunuhan, kehilangan uang dan juga tentang manipulasi keuangan di instansi Ayah bekerja.
Kamu pokoknya harus hati-hati ya ucap Ibu
Siap, pasti bu, yang penting Ibu harus jaga rahasia ini okay my love? ucapku seraya mencium bibirnya
mmmm... yes, my loveeee.... ucap Ibu dengan senyuman. Kami berdua kemudian bangkit dan berjalan menuju rumah, Ibu tepat berada dibelakangku. Tiba-tiba Ibu menarik tanganku.
Ibu telah kehilangan masa muda Ibu, Sekarang Ibu ingin kamu membawa Ibu merasakan masa muda itu lagi ucapnya sembari mendekatiku dan menggenggam tanganku
bagaimana kalau kita jalan-jalan malam ini bu?
Tapi ganti pakaian dulu bu ucapku, Ibupun mengangguk
Aku kemudian menuju kamarku mengenakan kaos oblong dengan jaker sport dan celana jeans yang sedikit cutbray. Aku kemudian turun kebawah menunggu Ibu di ruang keluarga, aku menunggu Ibu. Dan seketika itu Ibu keluar dari kamar sambil bergaya di hadapanku.
Bagaimana cantik? kata Ibuku dan aku hanya melongo meilhat Ibu. Wanita setengah baya ini sudah tidak kelihatan lagi kalau dia sudah berumur kepala tiga, dengan menggunakan kaos ketat layaknya ABG dengan belahan dada tidak terlalu rendah, pada bagian bawah mengenakan celana hita bukan jeans yang sedikit ketat. Susunya yang besar membusung kedepan sangat besar, membuat aku ingin meremasnya. Kemudian dengan jaket kain dipakainya di lengan kanan dan kiri Ibu tanpa menutupnya dibagian depan, sangat serasi dengan kulit Ibu. Kaos berwarna merah muda, celana berwarna hitam dan jaketnya berwarna putih. Aku kemudian bangkit dan menuju kearahnya.
Bu, Boleh Arya meme.....emmmm...megang sebentar, kangennnn.. ucapku lirih
Ya ndak boleh, yang boleh Cuma cintaku... ucap Ibu, kemudian aku mengulangi perkataanku lagi
Cinta, boleh aku megang sebentar ucapku dengan senyuman, Ibu hanya mengangguk dan kemudian aku mencium bibir indah Ibu dan sedikit meremas tonjolan susu ibu itu dengan lembut. Lama kami berciuman dan akhirnya kami sudahi.
Malam hari tepat pukul 23:30 aku dan Ibu bersepeda motoran mengelilingi kota, dari daerah A hingga daerah Z. Ibu tampak sangat bahagia kala itu, dengan pelukan eratnya membuat aku semakin melambatkan motorku. Jalan-jalan yang sudah sepi membuat aku dan Ibu merasa seperti raja jalanan. Tak ada satupun orang yang memprotesnya.
Wuiiiiiiiiiiiiiiii... Aku bahagia cintakuuuuuuuuu....teriak Ibu di sela-sela kami mengendarai motor pada malam itu
Hingga waktu berlalu sampai pukul tiga aku terus mengedarai motorku, bahkan ketika aku mengisi bensin di SPBU banyak yang melihat Ibu, tapi Ibu selalu bersembunyi dibelakangku dengan helm yang tertutup rapat. Ya jelas mereka melihat kearah Ibu karena pakaian atasnya sangat seksi dan menonjol. Waktu menunjukan pukul 3 pagi, aku kemudian mengarahkan motorku pulang kerumah. Rumah dalam keadaan sepi ya jelas karena Ayah sedang dinas keluar kota.
Ketika berada dalam rumah tepatnya di depan pintu garasi ini, aku kemudian memeluk Ibu dari belakang. Mendorongnya dan mengarahkannya berjalan ke atas. ketika sampai dikamar aku kemudian mencium bibir indahnya.
ini kamarmu, ketika dia tidak dirumah ucapku, Ibu hanya menganggukan kepalanya
Kepengen ya?ucap Ibuaku hanya mengangguk dan kemudian aku menciumnya dari belakang tubuh Ibu. Tanganku tak hanya diam, kedua tanganku meremas kedua susu Ibu yang selama ini aku inginkan. Kedua tangan Ibu memegang bagian belakang kepalaku dan mendorongnya kuat ketika kami berciuman, lama kami berciuman ibu melepaskan ciuman mesra itu.
Dia baru pulang minggu depan ucapnya lirih yang kemudian menekan kembali kepalaku semakin maju untuk menciumnya kembali. Matanya terpejam menikmati sensasi yang lebih dalam lagi.
Remasan pada susu Ibu semakin kasar beriringan dengan ciuman kami yang semakin panas. Tanganku menelusup di balik kaos ketat yang dikenakannya, kemudian menarik kaos ketatnya ke atas tepat diatas susu Ibu. Kuremas kembali susu Ibu yang terbungkus dengan BH dengan mulutku yang masih tersumpal oleh bibir indahnya. Hanya erangan yang aku dengar dari mulutnya setiap kali aku meremas sedikit kasar pada susunya itu. Kutarik BH Ibu itu ke atas ditempat yang sama dengan kaosnya, dan tersembul susu Ibu yang indah itu. Kuremas secara perlahan dengan sangat lembut susu Ibu. Lama kami berciuman, aku kemudian membalikan tubuh Ibu, segera aku posisikan Ibu duduk di pinggir tempat tidurku, kurebahkan kepalaku di susu Ibu.
Ehmmmm.... terus cintaaahh... susuku sudah kangen kamu mainkan... rintihnya menahan nikmat
Aku kulum dan kujilati setiap nano meter susu Ibu dengan sangat lembut dan buas. Sedotan-sedotan aku berikan langsung di kedua puting susu Ibu, semakin kuat aku menyedotnya semakin kuat Ibu menekan kepalaku ke arah susunya. Dengan masih mengenyot susu Ibu, kedua tanganku membuka resleting celana Ibu, dengan sedikit berdiri Ibu memudahkan aku melepas celana itu. Celana kutarik bersamaan dengan celana dalamnya. Kukangkangkan kedua paha Ibu dan langsung aku majukan kepalaku dengan lidah menjulur ke arah vagina Ibu. Kusapu vaginanya dari atas kebawa, aroma wangi vagina yang khas yang aku dambakan selama ini. ada sedikit aroma daun sirih wangi yang semebar dari vaginanya.
Wangi ucapku lirih
Tentuhhh... ahhhhh... sajahhh... Ibu rawathhhh...ufthhh buat kamu.. aryahhhkuhhh ouwh.... rintihnya
Kujilati vagina Ibu dengan penuh semangat karena ini yang aku inginkan. Jilatan berhenti pada bagian klitorisnya dan kumainkan dengan lidahku terkadang aku menyedotnya dengan sedikit keras dan kasar.
Itil... Ibu kangenhhh lidahhmuhh ouwh.... terussh dijilat sayangkuwhhh cintakuwhhhh
Terussshhh.... mainkan... Ibu suka lidahmu aishhhh ouefthhhh ah yah seperti itu...
Mainkan sesukamhhh... mainkan terusshhh ouwh.... yaahhh... jilati....
Rintihan Ibu semakin membuatku panas, kumasukan jari tengahku dan kumainkan didalam vagina Ibu. Dengan sedikit kocokan perlahan diawal kemudian kocokan-kocokan semakin keras. Membuat tubuh Ibu kadang melengking, kadang pula kedua tangannya menekan kepalaku pada vaginanya. Membuat aku kesulitan bernafas tapi aku tetap mengocok dan memainkan klitorisnya walau aku sendiri mengalami kesulitan.
Aissshhh... Oufthhh.... enakkk.... cintaaahhh ouwh... lebih dalam lagihhhh.....
terusshhh... sebentar lagi keluar.... aah aaahh yahhh begitu terus ouwh haaaahhhhaaaaishhhh
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Ibu mencapai puncak kenikmatannya terasa air hangat mengalir dari vaginanya membasahi jari dan mulutku. Kutekan semakin kedalam mulutku untuk menghisap semua cairan kenikmatan Ibu.
Yahhhh... sedot terus, minum cintahkuhhhh ouwhhhh....
Aku kemudian berdiri dan menarik tubuh Ibu, kurebahkan tubuhnya di tempat tidurku dan langsuk aku memposisikan diriku ditengah-tengah selangkangan Ibu. Wajah Ayunya terlihat sendu, dengan kaos ketatnya yang tersingkap hingga bagian atas susunya.
Ibu pengen.... ucapnya terpotong, karena jari telunjukku menyilang pada bibirnya
Arya ingin merasakannya sekarang... ucapku disambuk dengan senyum dan anggukannya
Aku kemudian mulai memasukan dedek arya kedalam liang vagina Ibu, perlahan dan masih terasa sempit sekali. Sisa-sisa cairan dari kenikmatanya tidak tampak sekalipun membantuk dedek arya masuk.
Ouwhhh.... bu sempit banget bu... outfthhhh enakkkh bangethhhhh...
Essttttttttt... ndak pernah dipakai ahhhhhhh terakhir kamuuuhhhhh.... rintih Ibu kenikmatan, aku mendengar itu sedikit senang karena Ibu tidak melakukannya lagi dengan Ayah. Aku kemudian mulai mendorongnya lagi perlahan.
Pelaaaaaaaaaaaaannnn.... aahhhhhh.... jarang dimasuki kontol .... oufthhhhh....
Ini juga sudah pelan bu.... ehmmmmmmm aahhhhhh....
Dengan usahaku, akhirnya dedek arya terbenam didalam vaginanya. Aku sangat bahagia, kupeluk Ibu dengan sangat erat. Kuciumi telinga dan pipinya, kemudian perlahan aku mulai menggoyangny. Terasa kenikmatan yang berbeda dari wanita-wanita yang sebelumnya aku nikmati. Sangat sempit dan sangat seret, menambah kenikmatan tersendiri. Membuatku semaki bahagia karena selama ini, inilah yang aku rindukan, inilah yang aku inginkan. Aku menggenjotnya dengan penuh semangat, aku masuk dan keluarkan dedek arya di vagina Ibu dengan luapan kebahagiaan.
Enakkkhhh bu, enak sekali hiks hiks enaaak bangetttttt hiks hiksssss.... rintih nikmatku yang menggoyang pinggul sambil memeluk Ibu. Ibu mendengar itu kemudian mengapitkan keuda kakinya sehingga membuat aku tidak sanggup menggoyang. Ibu mengangkat tubuhku dengan kedua tangannya pada bahuku.
Kenapa menangis? ehhhhhhhh ucap Ibu
Enak bu, biarkan Arya menggenjot tempik Ibu, Arya sudah kangen hiks... ucapku disertai air mata kebahagiaan. Ibu hanya tersenyum dan kemudian merenggangkan kedua kakinya dan aku mulai menggoyangnya.
ENAK TEMPIK IBU ENAK AAAAAAAAAAAHHHHH"
ARYA SUKA TEMPIK IBU, KONTOL ARYA KEENAKAN AAAAAHHHH YAAAAAHHH.... teriakku ketika aku merasakan nikmat yang selama ini aku dambakan
Iya, ayo terush goyang lebih keras... masukan kontolmu di tempik Ibu... aaaahhhhh... lebih dalam lagi... ouwhhhh kontolmu sampe rahim Ibu owhhhh.... yaaaaahhhh.....
goyang terussshhh aaahh nikmati nikmati..... tempik Ibu buat kontol arya iyaaaahhhh...
Aku semakin bersemangat menggoyang pinggulku dengan berpegangan pada pinggang Ibu. Susunya tampak naik dan turun dari atas kebawah membuat aku semakin dan lebih bersemangat menggoyangnya.
Tempikmu enaaaakkk... yahhhhh.... lebih enak aaaahhhhh..... rintihku
Iya, terusshhhh.... ibu keenakan... kontol kamu bikin Ibu keenakan... ouwghhh...Ibu sudah
Bikin Ibu kangen terusshhhh aaahhhh terushhhh.... berikan pada Ibu semuanya.... semua yang kamu milikiiiiiii aaaaaahhhhh.. Kontol kamuwhhh bikin tempik Ibu keenakannnnhhhh ouwgghhhh... teriaknya, semakin lama aku semakin menggila membuat Aku semakin menggenjot keras pada vagina Ibu.
Ibu aku ingin keluar.... yah aku ingin keluar di tempikmuuuuuu..... teriakku
keluarkanhhh aaahhh... ibu jugaaaaaahhhhh ah ah aaaaaaaaaaahhhhh teriaknya membalas teriakanku
Croooot croooot croooot croooot croooot croooot croooot croooot
Permainan ini akhirnya usai dengan ambruknya tubuhku diatas tubuh Ibu. Aku kemudian memluk Ibu, terasa cairan hangat mengalir dari vaginanya. Aku tersenyum dan mencium bibir indah Ibu. Tak ada sepatah kata keluar dari mulut kami berdua. Hingga kami terlelap dalam lelahnya pagi.