Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Wild love????

Hmm satu msalah lgi mncul..si ajeng pcrnya rahman ternyata mta2 ayahnya..gmn y tanggapannya si rahman?? Biar agan ts aj deh yg jawab lwat update selnjutnya hehehe

Thanks updatenya gan downhill..
 
Maaf baru baca suhu ceritanya keren banget...josh gandos tapi pertanyaan sedikit tentang panggilan bapak Arya ke pada ibu arya yakni kenapa "dimas ya"?
Dalam bahasa jawa lazim di gunakan untuk penyebutan adek laki2 di kalangan ningrat ato keluarga terpandang, sedang untuk perempuan yang dewasa "nyimas", sedang untuk adek perempuan seharusnya "nimas".
Dimas dari kata adi mas (mas di sini buat kata penghormatan), sedang nyimas dari kata nyai mas dan nimas dari kata nini mas.
maaf kalo salah
 
Maaf baru baca suhu ceritanya keren banget...josh gandos tapi pertanyaan sedikit tentang panggilan bapak Arya ke pada ibu arya yakni kenapa "dimas ya"?
Dalam bahasa jawa lazim di gunakan untuk penyebutan adek laki2 di kalangan ningrat ato keluarga terpandang, sedang untuk perempuan yang dewasa "nyimas", sedang untuk adek perempuan seharusnya "nimas".
Dimas dari kata adi mas (mas di sini buat kata penghormatan), sedang nyimas dari kata nyai mas dan nimas dari kata nini mas.
maaf kalo salah

He he he he... masih minim pengalaman gan untuk bahasa-bahasa yang terlalu tinggi,
terima kasih buat kosreksinya nanti akan saya replace gan, terima kasih buat sarannya

Buat sambungan ke17, kelihatannya harus sabar ya agan-agan dan suhu-suhu, :((
 
Di tempat yang berselimutkan aroma wangi kamar mandi dengan tatapan tajam ke arah punggung wanita yang kemudian menghilang di belakang tembok. Aku masih terdiam di sini aku sendiri ditemani bayang-bayang sepi aku tanpamuuuuu huoooo masih tanpamu, waduh kenapa malah nyanyi???? Aku kemudian menarik kepalaku dari pandangan itu. Aku kemudian menatap langitbiru yang berhiaskan awan putih. Kenapa? Kenapa harus ajeng? Kenapa harus dia? Kepalaku jadi pusing benar-benar pusing. Aku masih beruntung tidak mengatakan segala rencana dan apa yang aku ketahui kepada mereka sahabat-sahabatku. Ternyata si MN (mahesa nico) sudah merambah sampai ke dalam kampus, gila benar-benar gila!)

“Ini semua terlalu rumit, terlalu rumit untuk di urai panjang” bathinku

Aku seorang kapiten mempunyai pedang panjang kalau berjalan prok prok prok.... bunyi ringtone incoming call. Ibu.... (yang bertuliskan italic adalah Ibu)

“Sugeng siang Ibu...”

“Pulanglah nak, jangan acuhkan Ibu terus, Ibu mohon....”

“Iya bu...”

“Biarkan Ibu mendengar sekali lagi kamu memanggil Ibu cinta... walau sekali saja”

“Iya cinta, cinta sebentar lagi pulang...”

“Ibu tunggu ya...”tuuuuuuuuuuuuut....

Aku kemudian kembali ke tempat dimana mereka semua teman-temanku berkumpul. Disana ada rahman dan Ajeng juga. Aku berteriak memanggil mereka, dan mereka semua menoleh ke arahku begitu pula ajeng. Ketika dia melihatku keluar dari arah dimana dia menerima telepon wajahnya tampak sedikit pucat dan terkejut melihatku. Aku tetap dengan santai bercanda dan bersendau gurau dengan mereka, tak terkecuali ajeng pun aku ajak bercanda. Hingga waktu menjelang siang kami semua mengakhiri kebersamaan kami. Aku pulang ketika itu aku berjalan bersama Rahman dan Ajeng, tampak dia menatapku dengan wajah yang sedikit pucat dan ketakutan. Aku tetap santai dalam menghadapi pandangan itu. Aku kemudian menaiki REVIA yang bersebelahan dengan motor Rahman.

“Hei, kang, itu ajeng kamu apakan? Kok kaya orang lihat hantu saja ha ha ha” candaku

“Habis mens paling wekekekekekkekekeke” canda Rahman

“Enak saja, lihat arya itu kaya ada yang ngikuti dibelakangnya ha ha ha” balas ajeng, mencoba untuk menakutiku padahal da sendiri yang ketakutan

Ya, hanya untuk melumerkan suasana saja daripada ajeng pikirannya tegang terus. Kami akhirnya berpisah, ketika aku melihat spion pun masih terlihat jika ajeng memandangku dengan tatapan penuh ketakutan. Aku hanya mengangkat tanganku sebagai salam perpisahan. Akhirnya aku pulang, mampir di toko buku untuk membeli komik kesukaanku yang katanya sudah terbit minggu ini. ku cari dan kucari akhirnya ketemu. DETETIVE CONAN, ya itu memang kesukaanku, analisa dari setiap kejahatannya bisa membantuku dalam mengarahkan jalan pikiranku. Dalam pikiranku yang terus berputar, nama Ajeng terus berjalan selangkah demi selangkah di otakku. Bagaimana mungkin seorang Ajeng bisa menjadi mata-mata om nico yang bajingan itu. Kenapa harus Ajeng, Rahman kemungkinan dalam bahaya. Aku harus segera mencegah agar tidak terjadi....

“Ehem... ehem... cowok jombloooo godain aku dong” suara wanita dari belakangku ketika aku hendak menuju kasir membuyarkan lamunanku mengenai Ajeng, Nico, dan Rahman. Ku menolehkan kepalaku ke belakang, langsung tepuk jidat.

“Bu dhe... Ah, bikin malu aku saja, tambah ndak laku aku nanti” ucapku seraya menuju ke arah bu dhe

“Bu Dhe apa kabar?” ucapku sembari salim ke Bu Dhe

“baik, bagaimana dengan kamu? Masih jomblo” ucap budhe sembari mencium pipi kanan dan kiriku

“iiih bu dhe apaan sich?! Malu dilihat orang”

“Bu dhe ngapain disini?” tanyaku kepada budhe

“Nyari material bangungan...”

“Ya jelas nyari bukulah jomblooooo....” ledeknya kepadaku

“Iiiih ntar tak pacarin lho budhe kalao bilang aku jomblo lagi” godaku

“yeee... mulai berani ya sama budhe tak bilangin pakdhe baru tahu rasa kamu” jawabnya

“kan bercanda budhe... he he he” jawabku

Obrolan hangat masih berlanjut hingga aku yang membeli komik malah di bayar sama budhe, rejeki nomplok ha ha ha. Aku kemudian diminta budhe untuk menemaninya sambil mencari buku kita mengobrol ngalor ngidul. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat hingga waktu menunjukan pukul 14:00. Aku kemudian pamit ke budhe tapi aku malah dilarangnya pulang, diajaknya aku makan siang bareng disebuah tempat makan dalam mall yang harga makananya jika dinasi kucingkan untuk satu makanan bisa mencapai 20 nasi kucing. Memang tidak masalah bagiku pasti budhe yang bakal bayar itu semua. Budhe memilih tempat makan khusus smoking area di lantai tiga karena tahu aku suka merokok. Kami terlibat obrolan hangat sepanjang menunggu makanan datang. Ketika makanan datang aku langsung menyantapnya terlihat budhe hanya tersenyum melihatku makan. Aku makan dengan lahapnya sesekali melihat budhe memandang kosong ke arah kaca jendela yang langsung terlihat jalan raya. Semua ingatan dan memori mengenai ajeng, Nico dan Rahman buyar tak ada satupun mengenai mereka dalam pikiranku semua tergantikan oleh wajah kegelisahan budhe.

“Budhhemmm... adammm mapa?” ucapku sambil mengunyah makanan

“Sudah habiskan dulu makananmu, dasar jomblo kelaparan” ucapnya kepadaku, kemudian aku lanjutkan makanku dan segera kuselesaikan. Segera aku minum dan menyulut dunhillku, tak ku duga budhe kemudian mengambi sebatang dunhill dan disulutnya dihadapanku. Aku langsung mengambilnya ketika dunhill masih berada di bibir budhe dan ku matikan. Segera aku menyembunyikan dunhill ku

“Budhe kenapa sich? Arya paling tidak suka jika melihat perempuan merokok” ucapku, kulihat budhe hanya terdiam kemudian di tumpuknya kedua tangan diatas meja dan direbahkannya kepalanya di atas tumpukan tangan itu. Tampak sejuta pertanyaan di kepala budhe

“Pakdhemu Ar....” ucapnya lirih seakan mau menangis

“Budhe, kalau mau cerita, cerita saja arya bakal jaga rahasia tapi no smoking” ucapku, kemudian budhe mengangkat kepalanya dan memandangku. Ditatapnya mataku dengan tajam.

“Janji ya...” ucap budhe lirih, aku hanya mengangguk dihadapnya

“Pakdhemu itu selama ini belum bisa melupakan pacarnya terdahulu, dia masiih terus memikirkannya, budhe tahu selama ini karena pakdhemu itu sering sekali mengigau namanya....” ucap budhe

“mengigau?memang nama siapa yang keluar budhe?” tanyaku

“Ima, karima....” ucap budhe

Deg jantungku serasa copot aku kira pacar terdahulu adalah cewek lain kenapa harus tante ima. Gila ini gila, wah gaswat ini kalau aku langsung cabut sekarang bisa di tembak denga 1 miliar pertanyaan. Wajahku sedikit berubah, raut wajahku berubah menjadi wajah yang terkejut.

“Kenap kamu terkejut? Apakah kamu tahu sesuatu Arya?” ucapnya

“Gak.. gak tahu budhe, Cuma kaget saja nama ima kan nama.... nama temen kuliahku.. iya nama teman kuliahku, masa ya pacaran dengan teman kuliahku” jawabku sedikit gelagapan, Budhe kemudian menatapku dengan sangat tajam bak pisau yang baru diasah dan siap dihujamkan ke dalam dadaku

“Kamu menyembunyikan sesuatu dari budhe” bentak budhe dengan tatapan mata semakin tajam dan sangat membuatku merinding sekali, sekilas wajah Ibu tergambar di wajah budhe, teringat akan wajah marah Ibu waktu itu.

“Hmmmm.... Oke, budhe tahu kamu pasti tahu sesuatu tapi Dengan kamu bersikap seperti itu mending kamu pulang saja dan tidak menganggap aku sebagai budhe kamu” ucapnya sedikit membentakku. Dia kemudian mendiamkanku dan membuang mukaku, ah andai saja tadi aku tidak terlalu terkejut ketika mendengar nama tante ima mungkin aku tidak akan kaetakutan seperti ini. Aku yang ketakutan dengan ancaman budhe hingga akhirnya aku mengiyakan apa yang aku tahu tentang ima, karima itu.

“Kamu tahu dan kamu tidak pernah bilang sama budhe, Arya?” ucapnya

“Ya kan Arya kira itu masa lalu, lagipula pakdhe kan tidak ngapa-ngapain budhe, Cuma mengigau saja” ucapku, sambil menaruh pipinya di atas tangan yang ditumpuk itu budhe melihat ke arah jendela lagi

“Bukan hanya mengigau...”

“Pamanmu itu, pernah budhe sediakan obat yang bisa membuat dia tak sadarkan diri alias mabuk dan dia seketika itu mabuk, itu rencana budhe, pas posisi paman kamu mabuk, budhe mulai bertanya-tanya mengenai ima, karima itu” jelas budhe, jelas saja budhe ngasih obat kaya gitu sama pakdhe, budhe kan dokter.

“Dan dia menceritakannya....” ucap budhe sambil mengangkat wajahnya dan memandangku

“Pakdhemu mengatakan pada budhe, kalau dia ingn bertemu dengan ima walau hanya sekali saja setelah itu dia tidak akan menemuinya lagi, dan dipagi hari ketika pamanmu sudah sadar budhe bertanya kepada pakdhemu Ar” seketika itu budhe menitikan air mata

“Budhe itu sayang sama pakdhemu, waktu itu hiks hiks paman kamu itu meminta maaf kepada budhe, kalau dia memang masih menyimpan rasa ingin bertemu dengan ima hiks hiks katanya bukan cinta, bukan cinta... bukan cinta Ar tapi dia masih menyimpan itu, jadi selama ini budhe itu apanya dia?” jelas budhe dengan mata sembab dan menangis . Untung di smoking area ini hanya ada aku dan budhe jadi tidak begitu malu ketika budhe menangis

“Budhe... sudah budhe jangan menangis malu dilihat orang budhe...” ucapku

“BAGAIMANA MUNGKIN DIA MENIKAH DENGANKU TAPI MASIH MEMIKIRKAN MANTAN PACARNYA?” bentaknya kepadaku, jantungku berdetak lebih kencang tubuhku melompat terkejut dengan bentakan budhe. Kucoba menenangkan diriku.

“Tapi waktu itu setelah suasana reda, pakdhe mengatakan pada budhe jika dia bertemu hanya akan mengucapkan kata selamat tinggal itu saja dan budhe menyanggupinya dengan catatan setelah itu dia harus kembali pada budhe seutuhnya dan menjadi suami yang budhe inginkan” jelasnya, aku tak sanggup berkata-kata dari penjelasan budhe itu. Akhirnya aku memberanikan diriku untuk mengatakan kepada budhe.

“Budhe....”

“Ima, karima itu yang biasa aku panggil tante ima, adalah ibu dari sahabatku...” jelasku kepada budhe. Budhe kemudian menatapku dengan tajam.

“Pertemukan mereka! Budhe mohon agar semuanya kembali normal lagi budhe sudah tidak tahan jika dia terus-terusan mengigau nama itu” mohon budhe padaku yang sangat tiba-tiba tampak dia tidak berpikir panjang

“Tidak budhe, tidak, aku sama saja menjerumuskan mereka dalam hubungan yang salah, kasihan budhe” ucapku

“Kasihan mana arya?! Melihat budhe tertekan dan terus tertekan seperti ini melihat orang yang dicintainya merindukan kekasih lamanya, biar nanti budhe yang ngomong sama pakdhemu, biar dia ketemu walau satu hari setelah itu biar dia yang memilih, budhe atau ima, ibu Sahabatmu itu” jelas budhe

“Kalau pakdhe ternyata memilih tante ima, budhe bagaimana?” ucapku

“huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa hiks hiks hiks hiks hiks.....” tangis budhe pecah beberapa pelanggan di bawah kami menoleh ke kanan ke kiri untuk mencari sumber suara

“Sudah budhe sudah.... makanya kalau minta sesuatu itu di pikir dulu” ucapku kepada budhe

“Hiks hiks.. budhe akan tanggung resikonya, kalaupun budhe harus sendiri masih ada kok yang nemenin budhe, nanti kita bakal sama-sama jomblo he he...” ucap budhe sembari mengusap air matanya dan mencoba tersenyum kepadaku. Tepuk jidatlah aku. Hadeeeeeeeeeehhhhh....

Akhirnya dari pembicaraan itu aku menyepakatinya, dengan catatan jika aku sudah bertemu dengan tante ima baru budhe akan bicara dengan pakdhe. Ya itulah kesepakatanku, entah akan berhasil atau tidak. Kemudian aku berjalan dengan budhe hingga tempat parkir, kuantar budhe hingga dipintu mobilnya. Budhe kemudian menoleh kekanan dan kekiri seperti seorang pencuri dan aku sedikit bingung dengan tingkah laku budhe. Dan cup... ciuman didaratkannya di bibirku.

“Hadiah buat kamu, sekali-kali biar merasakan rasanya dicium cewek mblo...” ucap budhe kemudian masuk dan meninggalkan aku. Ketika mobil berjalan baru sebentar budhe berhenti di sampingku dan membuka kaca mobilnya.

“Kalau nanti budhe jadi jomblo, budhe mau jadi pacar kamu, pacar gelapmu juga ndak papa mblooo hi hi hi” ucapnya yang kemudian ngeloyor pergi.

Aneh, sebenarnya aku pakai jimat apa sehingga banyak wanita setengah baya mengejarku. Kenapa juga bukan perawan ting-ting yang mengejarku. Aku kemudian menuju ke arah REVIA dan mengendarinya pulang. Ketika dalam perjalanan pulang itu hatiku mencaci maki aku sendiri sampai-sampai aku melamun dan hampit masuk got. Akhirnya aku sampai dirumah, aku melihat Ibu sedang mencuci piring di dapur, aku hanya melewatinya saja. Ibu hanya memandangku dengan senyuman manisnya tapi aku balas dengan senyum sebentarku.

Malam hari setelah aku makan bersama Ibu karena Ayah sedang tidak dirumah atau bisa dibilang having fun diluar, aku berada dikamar mengerjakan revisi dari KTI Bu Dian. Segera aku selesaikan karena 2 hari lagi Bu Dian akan bertanding. Klek... Pintu kamarku terbuka Ibu membawa minuman hangat untukku.

“Serius banget cinta...” ucap Ibuku

“Ya...” jawabku ketus

“Ya sudah Ibu kebawah dulu, Ibu minta maaf kalau Ibu ada salah sama kamu” ucap Ibu sambil mengalungkan kedua tangannya di leherku dan mengecup pipi kananku. Ibu kemudian berlalu menghilang dari kamarku. Aku yang salah Ibu yang kena getahnya. Bodohnya aku ini, tugas dari bu dian selesai dan aku kemudian mengirimnya melalui emai serta aku konfirmasi melalui BBM.

To : Bu Dian
Bu sudah jadi dan sudah saya kirimkan
Dari : Bu Dian
Oke, terima kasih
Nanti kalau kita menang, akan saya ajak kamu makan2 ;)
To : Bu Dian
Iya bu sama-sama
Wah asyik tuh, makanku banyak lho bu

Dari : Bu Dian
Tidak apa2
Sudah ya, saya mau belajar dulu

To : Bu Dian
Oke bu Dian :)

Setelah perbincangan BBM itu aku kemudian turun untuk meminta maaf kepada Ibuku. kulihat wajah ngantuk Ibu yang sedang duduk dengan segelas teh di depannya. Aku kemudian mendekatinya tepat disampingnya dengan jarak 1 meteran. Aku membungkuk di samping Ibu.

“Arya, minta maaf bu....” ucapku, kemudian mengangkat tubuhku kembali tegak. Ibu hanya melihatku sebentar kemudian melihat kedepan kembali

“Seperti itu cara minta maaf sama cintanya?” ucap Ibu lirih, aku kemudian beridiri di belakang Ibu dan memeluknya, kepalaku berada dibahu kanan Ibu

“Maafin Arya bu... Arya itu kangen sama Ibu tapi Ibu malah menyambut Arya seperti itu, Arya jengkel, Arya kemarin itu pergi keluar kota untuk mencari pertanyaan yang membuat arya bingung...” ucapku lirih dengan nada sedikit akan menangis,

“kamu itu.. hiks... tahu ndak towh hiks... Ibu itu juga kangen, kamu pergi hiks gak kabar-kabar, ibu itu khawatir banget hiks hiks... kalau kamu kenapa-napa” ucap Ibu dengan nada menagisnya, Ibu kemudian berdiri dan memelukku dengan sangat erat.

Ibu kemudian mengangkat kepalanya dan melihat kearahku yang juga berlinang air mata. Kudekatkan bibirku dan terjadilah ciuman hangat untuk kami berdua. Saling berciuman dan saling memeluk erat. Kugendong tubuh Ibu ke ruang keluarga dan kubaringkan di kasur lantai. Aku kemudian memeluk Ibu dari belakang.

“Ibu kangen banget....” ucap Ibu sambil mendekap erat tanganku yang diarahkannya ke susu Ibu

“Arya juga...” ucapku

“kamu kemana saja? Apa tidak ingin sama Ibu?” ucap Ibu

“melepas kangen tidak harus begitu bu, itu urusan nanti yang penting sekarang arya sedang memeluk orang yang arya sayangi”ucapku, Ibu hanya tertawa kecil mendengar kata-kataku. Kemudian Ibu berbalik menghadapku dan menciumku.

“Sudah sama siapa?” tanyanya

“mbak maya” jawabku jujur kepada Ibu, karena memang tidak ada yang aku tutup-tutupi

“Siapa dia?” tanya Ibu kembali

“Wanita di desa banyu abang” ucapku kepada ibu, yang membuat Ibu sedikit terhenyak dan kaget

“kenapa kamu bisa sampai sana?” tanya Ibu heran, kemudian Ibu dan aku bangkit

“Arya akan cerita semuanya tapi buatkan arya minuman hangat dulu cinta” ucapku, Ibu terlihat kecewa karena aku tidak menceritakan pada saat itu juga. Ibu kemudian membuatkan aku kopi hangat dan mengantarkannya ke pekarangan rumah dimana ada aku yang terlebih dahulu berpindah ke pekarangan rumah. Aku duduk di pinggiran lantai dengan kakai berselonjor ke tanah sambil menghisap dunhill mildku, Ibu meletakan segelas kopi di sebelahku dan duduk di kursi yang telah didekatkan tepat berada dibelakangku.

“Mbak maya itu siapa?” tanya Ibu

“Berarti Arya cerita dari mbak maya dulu?” tanyaku sambil menoleh kebelakang dan menyeruput kopi hangat, ibu mengangguk

Aku pun menceritakan bagaimana pertemuanku dengan mbak maya dan bagaimana aku bersetubuh dengan mbak maya. Ibu mendengarkannya dengan sedikit mencubit pinggangku sambil mengatakan kalau ceritakku membuat ibu kepengen begitu katanya. Semua tentang persetubuhanku dengan mbak maya aku ceritakan secara detail.

“Ibu tidak marah?” ucapku

“kenapa marah, kamu sudah cerita lagian salah Ibu juga ndak kasih jatah kamu hi hi hi” jawabnya dengan senyuman nakal

“Tapi terangsang kan bu?” ucapku nakal

“Hmm.... gimana ya? Hi hi hi... Oia Terus apa tujuan cinta ke desa banyu abang?” tanya Ibu

“Menemui Kakek Wicak dan Nenek Mahesawati” ucapku dengan tenang yang membuat Ibu sedikit terkejut mendengarnya

“Kenapa kamu bisa tahu mengenai orang tua Ayahmu? Dan bagaimana kabar mereka? Ibu tidak pernah bertemu dengan mereka setelah pernikahan waktu itu, waktu kamu lahir saja mereka tidak menjenguk kamu, kadang Ibu berpikir kalau mereka itu tidak....” ucap Ibu terpotong ketika aku tiba-tiba berbalik dan berlutut dihadapan Ibu, memandangnya dan kemudian memeluknya erat sangat erat.

“Mereka baik bu mereka baik hiks hiks hiks hiks.... Ayah yang bajingan hiks hiks hiks...” tangisku pecah dalam pelukan Ibu, Ibu kaget dengan pernyataanku itu langsung melepas pelukanku dan memegang kedua lenganku. Ditatapnya mataku tajam.

“Apa, apa yang kamu ketahui? Dimana mereka sekarang?” tanya Ibu memburu

“Di dalam kuburan hiks hiks hiks hiks mereka sudah meninggal bu....” tangisku dihadapan Ibu

Ibu yang mendengar itu kemudian jatuh berlutut dihadapanku dengan tangan kirinya menutupi mulutnya. Ibu tidak akan menyangka jika mertuanya telah meninggal dunia tetapi suaminya tidak pernah memberi kabar mengenai itu semua. Aku kemudian menarik dan memeluk tubuh Ibu. Kupeluk dengan erat dan posisi kami sekarang berada dalam duka, yang terduduk dipinggir lantai dan kaki kami berada di atas tanah.

“Bagaimana mungkin mereka meninggal? Ayah kamu saja tidak pernah menceritakannya kepada Ibu” Ucap Ibu

Aku kemudian menceritakan semuanya kepada Ibu mengenai perjalananku hingga banyu abang. Dari pertemuanku dengan mbak maya, kemudian pak roto dan terakhir kakek. Aku menceritakan bagaimana sikap ayah terhadap kakek selama ini. kuceritakan sama persis dengan apa yang dikatakn oleh kakek wicak tanpa editing sekalipun. Kuceritakan secara detail bagaimana seorang anak yang tumbuh dan kemudian membuat kedua orang tuanya jatuh tersugkur. Dan kuceritakan pula perjodohan yang tidak seharusnya terjadi. Ibu menagis sejadi-jadinya ketika mendengar semua ceritaku. Dipeluknya aku sangat erat dan sangat erat.

“Ibu tidak menyangka jika Ayahmu bisa sekejam itu hiks...” ucap Ibu dengan isak tangis dan air mata yang mengalir

“Arya juga tidak menyangka bu....” ucapku, aku dan Ibu masih dalam pelukan serta tangis yang belum bisa berhenti. Air mata seakan-akan terus mengucur dan tak mau sedikitpunb berhenti. Lama kami dalam pelukan, Ibu mencoba menenangkan aku dengan elusan lembut di punggungku.

“Kenapa kamu bisa sampai ditempat itu dan mencari kakekmu...?” tanya Ibu

“Aku... aku....”

“Baiklah bu, Ibu adalah cintaku jadi, seorang cinta harus menjaga rahasianya bukan?” ucapku sambil mengusap air mataku

“Ada apa? Adakah yang kamu sembunyikan?” ucap Ibu yang mengusap air matanya

“Tidak akan ada yang arya sembunyika asal Ibu mau terus merahasiakan ini semua, sampai aku , Arya menyelesaikan semuanya” ucapku

“Iya, Ibu akan menuruti semua kata-kata cinta, Ibu janji...” ucapnya

Suasana haru yang seketika itu reda menjadi suasana yang kembali tenang. Aku kemudian menceritakan semua tentang Ayah, dari yang aku dengar dari percakapan telepon. Telepon cerdas yang aku temukan, analisa hingga penjaga losmen dan apa yang terjadi pada penjaga losmen itu sekarang. Ibu tercekat mendengar itu semua, membuatnya terkejut setengah mati apalagi ketika aku ceritakan mengenai uang 750 juta yang aku dapatkan dari rekening Ayah. Aku kemudian menceritakan kembali semua dari awal secara detail mengenai analisaku.

“Ingat Ibu, harus pegang rahasia ini, jika Ibu membocorkannya berarti Ibu akan merasakan bagaiman kehilangan Arya” ucapku, Ibu hanya menggelengkan kepala dengan linangan air mata

“Kamu harus hati-hati, Ibu Cuma punya kamu...” ucap Ibu, kemudian Ibu memelukku dengan sangat erat

“tenang bu, selama kita bisa menjaga rahasia ini, aku pasti bisa menjatuhkannya, percaya pada Arya”ucapku kepada Ibu, Ibu kemudian bangkit dan mencium bibirku

“Oh ya ibu belum menceritakan semua yang ibu dengar dari percakapan Ayahmu, maklum Ibu suka nguping” ucap Ibu. Kemudian Ibu menceritakan setiap detail percakapan ayah, mulai dari pembunuhan, kehilangan uang dan juga tentang manipulasi keuangan di instansi Ayah bekerja.

“Kamu pokoknya harus hati-hati ya” ucap Ibu

“Siap, pasti bu, yang penting Ibu harus jaga rahasia ini okay my love?” ucapku seraya mencium bibirnya

“mmmm... yes, my loveeee....” ucap Ibu dengan senyuman. Kami berdua kemudian bangkit dan berjalan menuju rumah, Ibu tepat berada dibelakangku. Tiba-tiba Ibu menarik tanganku.

“Ibu telah kehilangan masa muda Ibu, Sekarang Ibu ingin kamu membawa Ibu merasakan masa muda itu lagi” ucapnya sembari mendekatiku dan menggenggam tanganku

“bagaimana kalau kita jalan-jalan malam ini bu?”

“Tapi ganti pakaian dulu bu” ucapku, Ibupun mengangguk

Aku kemudian menuju kamarku mengenakan kaos oblong dengan jaker sport dan celana jeans yang sedikit cutbray. Aku kemudian turun kebawah menunggu Ibu di ruang keluarga, aku menunggu Ibu. Dan seketika itu Ibu keluar dari kamar sambil bergaya di hadapanku.

“Bagaimana cantik?” kata Ibuku dan aku hanya melongo meilhat Ibu. Wanita setengah baya ini sudah tidak kelihatan lagi kalau dia sudah berumur kepala tiga, dengan menggunakan kaos ketat layaknya ABG dengan belahan dada tidak terlalu rendah, pada bagian bawah mengenakan celana hita bukan jeans yang sedikit ketat. Susunya yang besar membusung kedepan sangat besar, membuat aku ingin meremasnya. Kemudian dengan jaket kain dipakainya di lengan kanan dan kiri Ibu tanpa menutupnya dibagian depan, sangat serasi dengan kulit Ibu. Kaos berwarna merah muda, celana berwarna hitam dan jaketnya berwarna putih. Aku kemudian bangkit dan menuju kearahnya.

“Bu, Boleh Arya meme.....emmmm...megang sebentar, kangennnn..” ucapku lirih

“Ya ndak boleh, yang boleh Cuma cintaku...” ucap Ibu, kemudian aku mengulangi perkataanku lagi

“Cinta, boleh aku megang sebentar” ucapku dengan senyuman, Ibu hanya mengangguk dan kemudian aku mencium bibir indah Ibu dan sedikit meremas tonjolan susu ibu itu dengan lembut. Lama kami berciuman dan akhirnya kami sudahi.

Malam hari tepat pukul 23:30 aku dan Ibu bersepeda motoran mengelilingi kota, dari daerah A hingga daerah Z. Ibu tampak sangat bahagia kala itu, dengan pelukan eratnya membuat aku semakin melambatkan motorku. Jalan-jalan yang sudah sepi membuat aku dan Ibu merasa seperti raja jalanan. Tak ada satupun orang yang memprotesnya.

“Wuiiiiiiiiiiiiiiii... Aku bahagia cintakuuuuuuuuu....”teriak Ibu di sela-sela kami mengendarai motor pada malam itu

Hingga waktu berlalu sampai pukul tiga aku terus mengedarai motorku, bahkan ketika aku mengisi bensin di SPBU banyak yang melihat Ibu, tapi Ibu selalu bersembunyi dibelakangku dengan helm yang tertutup rapat. Ya jelas mereka melihat kearah Ibu karena pakaian atasnya sangat seksi dan menonjol. Waktu menunjukan pukul 3 pagi, aku kemudian mengarahkan motorku pulang kerumah. Rumah dalam keadaan sepi ya jelas karena Ayah sedang dinas keluar kota.

Ketika berada dalam rumah tepatnya di depan pintu garasi ini, aku kemudian memeluk Ibu dari belakang. Mendorongnya dan mengarahkannya berjalan ke atas. ketika sampai dikamar aku kemudian mencium bibir indahnya.

“ini kamarmu, ketika dia tidak dirumah” ucapku, Ibu hanya menganggukan kepalanya

“Kepengen ya?”ucap Ibuaku hanya mengangguk dan kemudian aku menciumnya dari belakang tubuh Ibu. Tanganku tak hanya diam, kedua tanganku meremas kedua susu Ibu yang selama ini aku inginkan. Kedua tangan Ibu memegang bagian belakang kepalaku dan mendorongnya kuat ketika kami berciuman, lama kami berciuman ibu melepaskan ciuman mesra itu.

“Dia baru pulang minggu depan” ucapnya lirih yang kemudian menekan kembali kepalaku semakin maju untuk menciumnya kembali. Matanya terpejam menikmati sensasi yang lebih dalam lagi.

Remasan pada susu Ibu semakin kasar beriringan dengan ciuman kami yang semakin panas. Tanganku menelusup di balik kaos ketat yang dikenakannya, kemudian menarik kaos ketatnya ke atas tepat diatas susu Ibu. Kuremas kembali susu Ibu yang terbungkus dengan BH dengan mulutku yang masih tersumpal oleh bibir indahnya. Hanya erangan yang aku dengar dari mulutnya setiap kali aku meremas sedikit kasar pada susunya itu. Kutarik BH Ibu itu ke atas ditempat yang sama dengan kaosnya, dan tersembul susu Ibu yang indah itu. Kuremas secara perlahan dengan sangat lembut susu Ibu. Lama kami berciuman, aku kemudian membalikan tubuh Ibu, segera aku posisikan Ibu duduk di pinggir tempat tidurku, kurebahkan kepalaku di susu Ibu.

“Ehmmmm.... terus cintaaahh... susuku sudah kangen kamu mainkan...” rintihnya menahan nikmat

Aku kulum dan kujilati setiap nano meter susu Ibu dengan sangat lembut dan buas. Sedotan-sedotan aku berikan langsung di kedua puting susu Ibu, semakin kuat aku menyedotnya semakin kuat Ibu menekan kepalaku ke arah susunya. Dengan masih mengenyot susu Ibu, kedua tanganku membuka resleting celana Ibu, dengan sedikit berdiri Ibu memudahkan aku melepas celana itu. Celana kutarik bersamaan dengan celana dalamnya. Kukangkangkan kedua paha Ibu dan langsung aku majukan kepalaku dengan lidah menjulur ke arah vagina Ibu. Kusapu vaginanya dari atas kebawa, aroma wangi vagina yang khas yang aku dambakan selama ini. ada sedikit aroma daun sirih wangi yang semebar dari vaginanya.

“Wangi” ucapku lirih

“Tentuhhh... ahhhhh... sajahhh... Ibu rawathhhh...ufthhh buat kamu.. aryahhhkuhhh ouwh....” rintihnya

Kujilati vagina Ibu dengan penuh semangat karena ini yang aku inginkan. Jilatan berhenti pada bagian klitorisnya dan kumainkan dengan lidahku terkadang aku menyedotnya dengan sedikit keras dan kasar.

“Itil... Ibu kangenhhh lidahhmuhh ouwh.... terussh dijilat sayangkuwhhh cintakuwhhhh”

“Terussshhh.... mainkan... Ibu suka lidahmu aishhhh ouefthhhh ah yah seperti itu...”

“Mainkan sesukamhhh... mainkan terusshhh ouwh.... yaahhh... jilati....”

Rintihan Ibu semakin membuatku panas, kumasukan jari tengahku dan kumainkan didalam vagina Ibu. Dengan sedikit kocokan perlahan diawal kemudian kocokan-kocokan semakin keras. Membuat tubuh Ibu kadang melengking, kadang pula kedua tangannya menekan kepalaku pada vaginanya. Membuat aku kesulitan bernafas tapi aku tetap mengocok dan memainkan klitorisnya walau aku sendiri mengalami kesulitan.

“Aissshhh... Oufthhh.... enakkk.... cintaaahhh ouwh... lebih dalam lagihhhh.....”

“terusshhh... sebentar lagi keluar.... aah aaahh yahhh begitu terus ouwh haaaahhhhaaaaishhhh”

“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”

Ibu mencapai puncak kenikmatannya terasa air hangat mengalir dari vaginanya membasahi jari dan mulutku. Kutekan semakin kedalam mulutku untuk menghisap semua cairan kenikmatan Ibu.

“Yahhhh... sedot terus, minum cintahkuhhhh ouwhhhh....”

Aku kemudian berdiri dan menarik tubuh Ibu, kurebahkan tubuhnya di tempat tidurku dan langsuk aku memposisikan diriku ditengah-tengah selangkangan Ibu. Wajah Ayunya terlihat sendu, dengan kaos ketatnya yang tersingkap hingga bagian atas susunya.

“Ibu pengen....” ucapnya terpotong, karena jari telunjukku menyilang pada bibirnya

“Arya ingin merasakannya sekarang...” ucapku disambuk dengan senyum dan anggukannya

Aku kemudian mulai memasukan dedek arya kedalam liang vagina Ibu, perlahan dan masih terasa sempit sekali. Sisa-sisa cairan dari kenikmatanya tidak tampak sekalipun membantuk dedek arya masuk.

“Ouwhhh.... bu sempit banget bu... outfthhhh enakkkh bangethhhhh...”

“Essttttttttt... ndak pernah dipakai ahhhhhhh terakhir kamuuuhhhhh....” rintih Ibu kenikmatan, aku mendengar itu sedikit senang karena Ibu tidak melakukannya lagi dengan Ayah. Aku kemudian mulai mendorongnya lagi perlahan.

“Pelaaaaaaaaaaaaannnn.... aahhhhhh.... jarang dimasuki kontol .... oufthhhhh....”

“Ini juga sudah pelan bu.... ehmmmmmmm aahhhhhh....”

Dengan usahaku, akhirnya dedek arya terbenam didalam vaginanya. Aku sangat bahagia, kupeluk Ibu dengan sangat erat. Kuciumi telinga dan pipinya, kemudian perlahan aku mulai menggoyangny. Terasa kenikmatan yang berbeda dari wanita-wanita yang sebelumnya aku nikmati. Sangat sempit dan sangat seret, menambah kenikmatan tersendiri. Membuatku semaki bahagia karena selama ini, inilah yang aku rindukan, inilah yang aku inginkan. Aku menggenjotnya dengan penuh semangat, aku masuk dan keluarkan dedek arya di vagina Ibu dengan luapan kebahagiaan.

“Enakkkhhh bu, enak sekali hiks hiks enaaak bangetttttt hiks hiksssss....” rintih nikmatku yang menggoyang pinggul sambil memeluk Ibu. Ibu mendengar itu kemudian mengapitkan keuda kakinya sehingga membuat aku tidak sanggup menggoyang. Ibu mengangkat tubuhku dengan kedua tangannya pada bahuku.

“Kenapa menangis? ehhhhhhhh” ucap Ibu

“Enak bu, biarkan Arya menggenjot tempik Ibu, Arya sudah kangen hiks...” ucapku disertai air mata kebahagiaan. Ibu hanya tersenyum dan kemudian merenggangkan kedua kakinya dan aku mulai menggoyangnya.

“ENAK TEMPIK IBU ENAK AAAAAAAAAAAHHHHH"

“ARYA SUKA TEMPIK IBU, KONTOL ARYA KEENAKAN AAAAAHHHH YAAAAAHHH....” teriakku ketika aku merasakan nikmat yang selama ini aku dambakan

“Iya, ayo terush goyang lebih keras... masukan kontolmu di tempik Ibu... aaaahhhhh... lebih dalam lagi... ouwhhhh kontolmu sampe rahim Ibu owhhhh.... yaaaaahhhh.....”

“goyang terussshhh aaahh nikmati nikmati..... tempik Ibu buat kontol arya iyaaaahhhh...”

Aku semakin bersemangat menggoyang pinggulku dengan berpegangan pada pinggang Ibu. Susunya tampak naik dan turun dari atas kebawah membuat aku semakin dan lebih bersemangat menggoyangnya.

“Tempikmu enaaaakkk... yahhhhh.... lebih enak aaaahhhhh.....” rintihku

“Iya, terusshhhh.... ibu keenakan... kontol kamu bikin Ibu keenakan... ouwghhh...Ibu sudah ”

“Bikin Ibu kangen terusshhhh aaahhhh terushhhh.... berikan pada Ibu semuanya.... semua yang kamu milikiiiiiii aaaaaahhhhh.. Kontol kamuwhhh bikin tempik Ibu keenakannnnhhhh ouwgghhhh... ” teriaknya, semakin lama aku semakin menggila membuat Aku semakin menggenjot keras pada vagina Ibu.

“Ibu aku ingin keluar.... yah aku ingin keluar di tempikmuuuuuu.....” teriakku

“keluarkanhhh aaahhh... ibu jugaaaaaahhhhh ah ah aaaaaaaaaaahhhhh” teriaknya membalas teriakanku

Croooot croooot croooot croooot croooot croooot croooot croooot

Permainan ini akhirnya usai dengan ambruknya tubuhku diatas tubuh Ibu. Aku kemudian memluk Ibu, terasa cairan hangat mengalir dari vaginanya. Aku tersenyum dan mencium bibir indah Ibu. Tak ada sepatah kata keluar dari mulut kami berdua. Hingga kami terlelap dalam lelahnya pagi.
 
Bimabet
Pagi menjelang, sang raja panas telah terbit hingga 45 derajat dari tempatnya. Aku terbangun dan tak kudapati Ibu di sampingku, ku pakai celanaku dan kaos hitamku dari almariku tak lupa aku membawa dunhillku dan kumasukan ke dalam saku celana kolorku. Aku kemudian turun, tapi tetap tak kulihat keberadaan Ibu. Aku kemudian mandi dan bersih-bersih tubuhku. Aku kemudian keluar dari kamar mandi, kulihat Ibu sudah duduk dengan senyum manis memandangku.

“Sini makan dulu....” ucapnya, wanita ini tampak begtu seksi dengan balutan kaos tanpa lengan dan belahan dada yang sangat rendah meruncing pada bagian belahan susunya. Rok pendek hingga lutut bagian atas berwarna coklat muda menutupi pinggangnya. Aku terpana dan menuju ke arah meja makan.

“Ibu tambah cantik... tumben pakai pakaian seminim tu bu?” pujiku terhadap Ibu

“Kan masih muda, pacarnya saja muda biar ndak kemana-mana hi hi hi”

“Sudah makan dulu ya, Ibu mau nyapu ruang tamu dulu”ucapnya, sambil meninggalkanku, aku hanya mengangguk tersenyum kepadanya

Setelah aku selesai makan aku duduk dengan kaki selonjor didepan TV. Sofa empuk membuat akku sedikit merasakan kantuk, kulihat Ibu kembali dari ruang tamu. Kemudian Ibu berjongkok di hadapanku. Dan menarik celanaku dengan sangat paksa hingga celana dalamku juga terlepas.

“Ibu sudah kangen sama ini cinta... hmmmm...” ucapnya sambil memandang dedek arya, dan mengelus-elusnya pelan kemudian dikocoknya dengan lembut dedek arya.

“Arya juga kangen... tapi semalam lebih kangen kenthunya he he he” ucapku, yang hanya dipandang oleh Ibu yang dengan segera mengulum batang dedek arya. Dijilatinya setiap bagian dedek arya, dikulumnya dengan sangat lembut, perlakuan yang hanya aku dapatkan dari Ibu sampai dengan saat ini.

“ouwwhhhh.... ibu.... cintakuuuuhhhhh..... Ouwh terusssshhhh ehmmmm....”

“terus... kulum semua kontol arya aaaaaahhhh......”

Kuluman ibu semakin lama semakin menjadi, kemudian aku ambil dunhill dan aku sulut. Suatu sensasi tersendiri, aku yang terbaring bersandar di sofa dengan kaki selonjor dan dedek arya sedang dikulumi oleh Ibu. Kulirik Ibu masih memaju mundurkan kepalanya dengan tangan kanannya membantu mengocok dedek arya dan tangan kirinya memainkan zakarku. Air lirunya tampak mengalir dari mulut Ibu yang tersumpal dengan batang dedek arya. Sebatang dunhill telah habis dan aku kemudian duduk dan kupegang kepala Ibu.

“Arya sudah mau keluar... terushhhh aaahhhhh” rintihku

Crooot croooot croooot croooot croooot croooot croooot croooot croooot

Kutahan kepala Ibu ketika spermaku keluar, Keluarlah semua sperma dalam mulut Ibu. Perlahan Ibu menelan semua sperma itu secara perlahan. Dan kemudian duduk disampingku dan direbahkannya kepalanya di dadaku.

“Segeralah hubungi tante ima agar budhe mendapat kejelasan dari kamu” ucap Ibu

“Heh maksud Ibu?” tanyaku kepada Ibu

“Tadi Ibu lihat sms kamu, katanya kamu mau mempertemukan pakdhe dengan tante ima, iya kan?”

“Kenapa kamu tidak cerita sama Ibu?” ucap Ibu

“Iya... Arya ceritakan tapi Ibu jangan marah ya?” ucapku, kemudian dijawab dengan anggukan dan senyumannya

Aku menceritakan kejadian bertemu dengan budhe dan semua keinginan budhe. Budhe yang ingin mempertemukan tante ima dan pakdhe, siap menerima segala resikonya jikalau nantinya budhe yang akan ditinggalkan. Ibu semula sedikit terkejut dengan cerita itu, kemudian aku menceritakan bahwa ku juga sudah menolaknya tapi budhe tetap memaksa. Ibu kemudian memberi penngertian kepadaku agar aku tetap bisa menjaga emosi budhe. Aku mengiyakan, karena Ibu juga ingin masalah ini cepat selesai pada hari itu juga aku hubungi tante ima untuk memberi kabar tentang rencana pertemuan itu. Tante ima mengiyakan dan akan mengikuti semua aturannya, tante imapun mengatakan kalau Rahman sedang camping bersama teman-teman rumahnya dan Om Nico ada dinas luar kota pulang minggu depan. Kondisi yang sangat cocok dengan apa yang aku inginkan, kemudian aku menghubungi budhe untuk mengabari hal itu. Ternyata budhe kemarin sepulang dari makan bersama denganku telah berbicara pada pakdhe untuk sekali saja mempertemukan pada hari ini. dan budhe sejak tadi pagi telah menyiapkan tempat pertemuan itu di hotel mawar, hotel di daerah pegunungan dekat dengan daerah rumahku.

“Kenapa di hotel budhe? Apa ndak ada tempat yang lain to budhe?” ucapku, Ibu yang disampingku juga ikut menguping dengan menempelkan telinga kirinya di telepon cerdasku yang aku tempelkan di telinga kanan.

“Itu tempat yang aman, untuk berjaga-jaga agar suami ima tidak tahu keberadaan mereka”

“Nanti kalau mereka ngapa-ngapain bagaiman? Budhe jangan gila....”

“Sudah itu sudah keputusan budhe, 2 kamar sudah budhe siapkan, nanti kamu antar ima di kamar nomor 76, pak dhemu sudah budhe suruh menunggu di nomor 77 jadi jika nanti kamu sudah mengantar ima sampai dikamar 76 kamu beritahu pakdhemu yang di kamar nomor 77, oke begitu?”

“Okelah budhe jika itu mau budhe...”

“Kalau bisa jam 9 malam nanti sudah check in, dah jomblooooo”

“Iya, terima kasih buat sebutannya HUH!” tuuuuuuuuuuuuuut

Aku kemudian menoleh ke arah Ibu, dan Ibu pura-pura tidak tahu dan menonton TV. aku dekati Ibu dan kupeluk Ibu. Ibu hanya tersenyum dan memegang erat tanganku yang memeluk tubuhnya.

“Ibu aku antar kerumah kakek ya?” ucapku

“Iya, Takut ya nanti kalau Ibu hilang hi hi hi....” ucapnya

“Bu....”

Aku kemudian memeluknya erat dan mendaratkan ciuman pada bibir manisnya. Ibu kemudian membalasnya, kutarik tubuh Ibu hingga rebah di kasur lantai depan TV. Rebahnya tubuh Ibu langsung aku tindih dengan tubuhku. Kuciumi setiap wajah Ibu yang aku dengan Ibu hanya mendesah. Puas Aku menciumi bibirnya aku kemudian berdiri dan melepas kaosku, kini aku telanjang tanpa sehelai. Ibu tiba-tiba bangkit dan mendorongku hingga aku rebah. Ibu kemudian berdiri, satu persatu pakaian yang dia kenakan dilepasnya satu-satu dihadapanku. Sensasi tersendiri melihatnya melepas bajunya satu persatu. Ketika semua pakaiannya terlepas, dengan wajah malunya Ibu menutupi susu dan vaginanya.

“Kok dtutupi Bu?” ucapku

“Malu hi hi hi....” ucapnya kemudian menaruh kedua tanganya di belakang sambi memandang wajahku.

“Ini yang kamu inginkan?” ucapnya kubalas dengan menganggukan kepala, tubuh telanjangnya memang sangat berbeda dengan tante ima ataupun mbak maya. Benar-benar lebih padat dan kencang milik Ibu. Apalagi susunya wuiiiiii mantap pake z, mantapzzzz!

“Kamu ya... hi hi hi “ ucapnya sembari membungkukan tubuhnya kearahku dan membetet hidungku yang masih terbaring. Aku kemudian sedikit bangkit dan kutarik tubuhnya, kuposisikan selangkangan Ibu tepat di atas kepalaku. Aku kemudian mulai menjilati dan dan mengulumi klitoris Ibu. Kumasukan jari tengahku ke dalam vaginanya dan mulai mengocoknya. Ibu merintih nikmat membuat kedua kakinya yang menekuk itu tak kuat untuk menahan tubuhnya hingga Ibu roboh kedepan dengan bertumpu pada kedua tangannya.

“Terussshhh eehhhh jilati semua.... oghhh kocok yang kuatthhhh... oghhh... ibu kangen kamu... oghhh ibu rindu kamu.... owghhh tempik Ibu sangat ingin dikocok jari kamuwh... ouwhhh.... yahhhh...” rintih Ibu yang menggila karena mungkin terinspirasi dari ceritaku bersama mbak maya

“slurp... clk clk clk clk clk...” suara aku menyeruput vagina Ibu dan mengocok jariku

“Ahhhh.... ouwhhhh... Ibu.... Ibu..... aishhhhh..... kluarrrrr..... aaaaahhhhhhhhhh.....”

Cipratan air mani Ibu muncrat kewajahku dan mengalir di kedua jariku. Aku langsung mengangkat kepalaku agar lebih dekat lagi ke vaginanya. Aku kemudian langsung menyedot semua mani yang keluar dari vagina Ibu, terlihat tangan kiri Ibu memegangi kepalaku dan tangan kanannya masih bertumpu dilanati.

“Nikmati nakhhh aakhhhh... cairan cinta Ibuwh... owuhhh hmmmm....”

Aku masih dalam posisi menyedot-nyedot vaginanya, tak satupun dari cairan itu keluar dari mulutku. Setelah semua selesai aku kemudian berdiri, Ibu mengangkat satu kakiknya memberikan ruang agar aku bisa bangkit. Ibu sekarang dalam posisi menungging dan aku berlutut tepat dibelakangnya.

“Cinta pengen diapain?” ucapku sedikit nakal kepadanya

“Pengen dikenthu sama kamu cinta, pokoknya hari ini terserah kamu, dan harus lebih indah dari mereka berdua” ucap Ibu yang sedikit nakal dengan senyumannya

“Ouwh... pasti sayangku, akan kuberikan yang terindah....” balasku yang kemudian mengangkat tubuh Ibuku. Ibuku terkejut dengan ulahku, karena yang dia tahu aku akan menusuknya pada saat itu juga. Kuangkat tubuhnya hingga berdiri dan aku peluk dari belakang. Tubuh telenjangnya aku dorong ke arah dapur, hingga di meja dapur aku mengangkatnya hingga nak di atasnya. Aku kemudian ikut naik keatas meja tersebut dan duduk di belakangnya. Aku menyuruhnya memasukan dedek arya di vaginanya dengan posisi membelakangiku

“Kamu itu ada-ada saja, masa didapur?” ucapnya yang menoleh dengan sedikit senyum nakal

“apa di ruang tamu bu? He he he....” jawabku selengekan, Ibu kemudian memiringkan badannya dan membetet hidungku. Perlahan dipegangnya dedek arya dengan tangan kirinya posisi Ibu sedikit membungkuk melihat kebawah ke araha tenggelamnya dedek arya di dalam vaginanya.

“eehhhhhhhh..... kontolmuwh beesssharrr naaaak oufthhhh... cintaaahhhhh ouwhhh.....” rintihnya yang kemudian merubah posisinya sedikit kebelakang dengan susu yang membusung ke depan.

“Ibu... tempikmu enaaaakkkkhhhh ehhmmmmmm..... kontol arya kejepittthhhhh aahhhhh....” ucapku

“Enak mana dibandinghhhh ima sama maya...?” ucapnya dengan rintihan khasnya

“Enak Ibu....” ucapku sedikit lirih, menikmati sensasi tenggelamnya dedek arya di dalam vaginanya. Dan bleesssss masuk semua dedek arya di dalam vaginanya. Ibu kemudian terdiam dan menoleh kebelakang

“Bohong....” ucapnya

“ehhhh.... ehmmmm... benar bu, arya berani sumpahhhh aaahhhh... sempit dan sesak punya Ibuhhh aryah sukahhh....” balasku dengan rintihan kennikmatan yang kurasakan dari dinding vagina Ibu yang seakan-akan meremas dedek arya

“Cinta, aku tidak mendengarnya... lebih keras lagi....”

“Tempik Ibu paling enak, aaahhhh lebih enakkkhhh dari maya dan ima...” ucapku sedikit teriak

“Lebih keras lagi, Lebih keras lagi, Ibu ingin mendengarnya darimuhhhh... ehhhhhh....” ucap Ibu sambil menaik turunkan pinggulnya membuat sensasi tersendiri, sensasi permainan di atas mejad dapur. Psikologisku di tekan oleh Ibu, dimana aku yang biasa menjadi dominan sekarang menjadi sangat resesif sekali disini. Ibu seakan-akan tidak terima dengan persetubuhan-persetubuhanku sebelumnya dengan mbak maya dan tante ima. Ibu menjadi sangat dominan mempermainkan otakku dimana dia tahu bahwa aku selalu merindunya.

“Oohhhhh... Ibu... oghhh... aku suka tempikmu.... aku suka kenthu sama Ibu.... ogghh aaaaahhhhh.... aku ingin kenthu sama Ibu terussshhhh aaahhhh enakkkkhhh bu... kontolku keenakannn.... aoughhhh... tempikmu hangatthhhh aaahhh sempithhh aah aah aah aah tubuhmu indah... langsing... susumu montok dan besarrhhhh bu... arya sukaaahhhh cinta samaah Ibuhhhh oueghhhhhhh” teriakku keras dengan tubuh yang masih bertumpu pada kedua tanganku.

“ya begituh... itu baru kekasihkuhhh ouwhh... Ibu dan kamu adalah sepasang kekasih danhhh... owghhhh... kamu dan mereaka adalah tuan dan lontehnyaahhhh aaaahhhh.... yahhh aaahhhhh” rintih Ibu yang mulai sedikit mengungkapkan isi hatinya

Aku yang merasakan nikmat dan sebuah pemandangan seorang wanita setengah baya sedang menggenjot dan menggenjot di depanku tertegun dengan apa yang diucapkannya. Memang rasa cemburu seakan-akan membakar setiap isi hatinya, tidak terima jika pasangannya diambil oleh orang yang tidak dia ijinkan.

“Kontolmu panjang besarrrhhhh cinta.... ouwhhhh memek Ibu penuh bangethhhh aaahhhh...ibu suka kontol kamuwhhhh.... oughhhh kenthu tempikkkkkhhhh ibu.... aiiiissshhhhh aaaaahhhh enaaaaakkkkhhhh enaaakkkkkhhh sekalliiiii ouwhhhh....” rintih Ibu yang semakin menjadi liar dan tidak terkendali. Aku hanya mampu mendesah dan merintih

“Iyahhhh ouwhhhh tempik Ibu enaaakkhhh sempittthhh aaahhhh... Arya sukahhhh tempikmu buwhhhh.... ouwghhh... enakkkhh cintaaaahhhhh....” rintihku yang keras dengan kedua tanganku memegang pinggang Ibu yang sedang naik turun

“Kerashhh ucapkanhh lebih kerashh lagih... eeghhhhhh... katakan mereka lonthemu... ouwhhh... hah hash... emmmhhhhhhhhh.....” ucap Ibu yang memelankan goyangannya tanda dia ingin aku mengucapkan kata-kata yang barusan dia ucapkan

“MAYA LONTHEKU... argghhhhh... IMA LONTHEKU.... aiahhh ahhhh... IBU CINTAKU... AH AH AH AYO BU LEBIH KERAS LAGI BIAR KONTOL ARYA TAMBAH DALAM TAMBAH MEMBERI KEPUASAN PADA TEMPIKMU CINTAAAAHHHH....” teriakku lebih keras, lebih keras dari sebelumnya tanpa menghiraukan jika ada tetangga mendengar. Setiap ucapan dari Ibu membuatku semakin terangsang dan semakin membuat aku bernafsu. Aliran darahku semakin tidak terkendali, membuat dedek arya semakin menggila didalam sana. Gesekan-gesekan itu semakin membuatku merasakan sperma yang ingin muncrat. Aku kemudian memeluk Ibu lalu kualihkan kedua tanganku meremas susunya.

“Peluk Ibu ahhhh peluk Ibu remas susuku cintah aarggggghhhh... remash ahhh..... Ibu sebentar laig keluar cinta... argggghhh kontolmu masuk ke rahim Ibu ashhhh kontolmu buat ibu keenakan aarggghhhhh....” rintihnya

“sama-sama bu... kita samah samah keluarhhh arggghhhh tempik Ibu njeopit kontolku... enak...enaakkhhh sekali ashhh oufthhhhmmmmmmmm aaahhhhhh.....” rintihku nikmat

Goyangan Ibu semakin menggila, goyangannya pada dedek arya membuatku semakin merasakan spermaku ingin muncrat keluar. Dari samping aku melihat Ibu membuka mulutnya sambil mengeluarkan lidahnya seakan-akan nafas dari hidungnya tidak cukup untuk menyuplai oksigen ke dalam darahnya. Aku semakin keras meremas susu Ibu yang besar itu dan aku juga semakin menggila dengan jilatan-jilatan pada punggungnya.

“Ah ah ah Ibu mau keluar arggghhh kontolmu buat tempik ibu keluar arggghhhhh aggghhh hashhh...” rintih Ibu

“Aku jugahhh mauhhh keluuuarhhhh bu, arggghhhhhh...............” rintihku

Crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot

Akhirnya luapan laharku keluar bersamaan dengan vagina Ibu yang mencair. Hentakan keras yang sangat dalam ke dalam vaginanya membuat sensasi yang lebih dalam. Dengan cepat Ibu mengangkat pinggulnya dan didorongnya kebelakang membuat aku rebah. Diposisikannya vagina Ibu tepat pada mulutku dan posisi kepala Ibu tepat di dedek arya.

“Jilat.. dan sedot kekasihku... buktikan padaku jika aku lebih baik dari lonthemu....” ucap Ibu yang terbakar api cemburu. Aku langsung menjilatnya dan menyedot setiap lelehan lahar vaginanya. Terasa sangat ngilu ketika baru saja dedek arya mengeluarkan sperma langsung dikulum dan dijilati oleh Ibu. Lama kami melakukan posisi yang biasa dsebut dengan 69 ini. Ibu kemudian bangkit dan merebahkan tubuhnya diatas tubuhku, kepalanya direbahkannya di dadaku.

“hosh Ibu tidak terima jika kamu menceritakan persetubuhanmu lagi hash hash...”

“jika hash persetubuhanmu itu layaknya kekasih, Ibu sangat cemburu....” ucapnya lirih sambil kedua matanya terpejam

“Arghhhh... hash hash hash hash arya harus bagaimana?” ucapku tersengal-sengal

“Perlakukan mereka seperti lonthe, atau Ibu tidak akan mau kamu sentuh lagi...” ucap Ibu lirih dan kemudian bangkit, wajahnya tepat di depan wajahku

“jika nanti ada kesempatan kamu bersetubuh dengan mereka lakukan seperti apa kata Ibu, hiks hiks hiks Ibu ndak mau kamu kepincut mereka hiks hiks pokoknya kalau buka calon istri kamu, Ibu ndak suka hiks hiks...” ucap Ibu sembari menangis, aku kemudian memluk kepalanya dan mencium keningnya

“hmmshhhh.... aku akan perlakukan mereka seperti yang Ibu katakan pasti” ucap u tersenyum

“Jika memang ada kesempatan itu, tapi jika tidak kontol arya Cuma buat Ibu...” ucapku, Ibu kemudian memelukku erat

“Janjiiii... hiks hiks hiks...” ucap Ibu disertai isak tangis

“Janji cinta....” ucapku

Lama kami berpelukan diatas meja dapur, hingga kami terlelap dalam kelelahan ini. Jam dinding semakin berdetak semakin kencang, aku masih dalam mimpiku diguncang-guncang oleh Ibu. Aku terbangun dan kemudian bangkit melihat sesosok wanita dengan pakaian lengan panjangnya berwarna pink dengan belahan dada yang tidak rendah berpadu dengan rok warna krem hingga menutupi lututnya. Kaos yang dikenakannya begitu longgar sehingga sedikit tekana susu ibu keluar walau begitu tetap terlihat akan besarnya buah dada Ibu. Ibu kemudian menyuruhku mandi dan bersiap-siap kerumah tante ima. Aku segera melaksanakan perintah Ibu dengan membawa tas berisi uang untuk berjaga-jaga beserta alat penyamaran seadanya agar jika sampai dihotel aku bisa menjadi orang lain. Aku yang telah siap turun dari kamarku menuju ke ruang keluarga dimana Ibu sudah ada di situ aku kemudan duduk disebelahnya.

“Bu... Ayo berangkat” ucapku sambil memeluknya dan mencium pipinya

“Iya, ingat lho janjinya...” ucap Ibu kepadaku

“Iya” ucapku dengan senyuma

“Pokoknya harus gitu, Ibu ndak mau kamu mainnya kelepasan hiks...”ucap Ibu sedikit parau dengan mata yang kemudian menggenang

“Iya bu..cuuup...” ucapku sembari mencium bibirnya dengan lemah lembut. Berpelukan dan berciuman agak lama membuatku bernafsu kembali tetapi Ibu dapat mencegahnya.

“Bu... itu sebenarnya ukurannya berapa to?”Ucapku sedikit nakal kepada Ibu sembari kami berdiri menuju ke garasi dan mengeluarkan REVIA

“Gede ya?”tanya Ibu sedikit menggodaku dengan membusungkan dadanya ke arahku. Aku hanya mengangguk dan sedikit meras dadanya

“Awwww... nakal ya”

“Ibu ndak tahu, ukur saja sendiri hi hi hi” ucap Ibu dengan tertawa cengingisan sambil menutup gerbang rumah

“telapak tangan aku aja ndak cukup bu” ucapku, padahal telapak tanganku cukup besar untuk laki-laki setinggi 180 cm. Ibu hanya tersenyum kearahku dan kemudian naik REVIA menyamping.

“Yang penting besar, masih kenceng dan kamu suka, Ibu sudah bahagia” ucapnya

“Yeee... aku itu tanya ukurannya kok” ucapku sambil mendorong kebelakang tubuhku

Ibu haya memukul punggungku dan kemudian memelukku. Aku kemudian menyalakan mesin REVIA, sebelum aku menarik gas aku mengabari budhe dulu. Sampai dirumah nenek aku bertemu dan bercengkrama dengan nenek dan kakek sebentar untuk mengutarakan bahwa aku akan pergi dan pulang besok malam. Akhirnya aku berpamitan dengan mereka semua, Ibu mengantarku hingga di depan pintu garasi.

Dr. John... John coming Dr. John, Dr. John...Dr. John wake up NOW.... bunyi ringtone sematponku, Bu Dhe.

“Halooooo...”

“Halo mblo, kamu ndak usah bawa motor, naik taksi saja nanti minta sama si ima gatel itu bawa mobil kamu semobil dengannya saja”

“Lha aku pulangnya naik dhe?”

“Nanti budhe yang jemput kamu, dah ya”tuuuut

Aku kemudian menoleh ke arah Ibu, dan mengatakan kalau aku disuruh naik taksi. Aku kemudian memarkir REVIA dalam garasi, dengan sedikit nakal aku mencoba menyosor bibir Ibu tapi dia menghindar takut kalau ketahuan kakek dan nenek. Aku mengerti itu, kemudian aku ke depan rumah ternyata sudah ada taksi di depan sana. Aku kemudian pamit dengan Ibu dan langsung menuju ke arah taksi.

“Pak kosong ndak?”ucapku

“Kosong mas, mas arya ya?” ucap pak sopir

“Lho kok tahu?” tanyaku heran

“Masuk mas, ini tadi saya dapat telepon suruh menjemput mas-nya” ucap pak sopir

Dalam perjalanan aku mengobrol sebentar dengannya, bapaknya menceritakan kalau tadi disuruh sama Ibu-Ibu ke alamat kakek dan nenek untuk menjemputku. Dengan membuka kaca jendela sempat terpikir ucapan Ibu, ya kalau nanti Ibunya Rahma itu minta jatah aku harus melakukannya sebagai seorang Tuan ha ha ha, tertawaku dalam bathin.

Aku ingin begini aku ingin begitu ingin ini itu banyak sekali..... bunyi ringtone sematponku. Tante Ima....

“Halo tante....”

“sayang kapanhh aaargghhh sampainya....” (kenapa suaranya mendesah seperti ini?)

“Tante lagi ngapain sich? Ni bentar lagi nyampe paling jam3-an, nanti harus sampai tujuan jam 9 malam”

“Tentehhh tungguhhh ehmmm ehmmmm....” tuuuuttt.....

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku mendengar suara tante. Tante kemudian mengirimkan sms jika sudah sampai rumah langsung masuk saja karena gerbang dan pintu rumah tidak dikunci. Mobil taksi berwarna putih ini melaju dengan lancar dan berhenti jika ada lampu merah menyala. Perlahan tapi pasti dengan cara mengemudi yang nyaman pak sopir mengantarku sampai ke rumah rahman tepat jam 15:00. Aku kemudian masuk melalui pintu gerbang rumah yang tidak dikunci dan kemudian menguncinya jika nanti ada orang datang aku tahu. Aku kemudian menuju pintu masuk rumah dan dengan santai masuk karena memang aku sudah tahu tidak dikunci. Ketika aku masuk dan baru saja membuka pintu masuk itu....

Kleeeeeeek...........

“Ouwhhh Arya... Aku sudah tidakkkhhh aaahhhhh tahannnn....”
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd