Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Wild love????

Bimabet
Mantepp bener gan ceritanya hampir tiap hari update :) gak pernah bosen ane mantau dan komen di ceritanya :D ditunggu lanjutannya gan :beer:
 
Akhire metu updettaaane :ngaceng:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ane mau bilang sesuatu buat Agan Downhill...:matabelo:

ENTE LUAR BIASA...!:adek:
Hahaha...
 
updatenya emang :jempol: suhu, pengen deh misal arya menunjukan 'taji' nya juga dong disekolahan dia,jadi gak dirumah doang scene nya
 
mantafff jadi pengen punya ibu kaya gitu
 
updatenya emang :jempol: suhu, pengen deh misal arya menunjukan 'taji' nya juga dong disekolahan dia,jadi gak dirumah doang scene nya

ini ane sangat setuju..............

Arya si penakluk wanita
 
Wah seru nih gan, lebih bagus lagi klo di kasih index gan.

Semoga bisa sampe tamat ya gan

:semangat:
 
Pengen bca ibunya arya di tusbol,kra2 bsa ngk y tsnya mewujutinnya??soalnya perawannyakan udah di ambil sma romonya otomatis tinggal anus si ibu tuh hehehe mga aj si arya dpt merawanin anus ibunya..#ngarep k ts#
 
Updatetan sungguh :mantap: thank gan down ga jualan kentang lagi :pandaketawa: :Peace:
 
Pagi cerah di hari kamis tampak sinar matahari belum begitu terlihat. Kuangkat tubuhku, kurenggangkan tanganku terasa sangat segar sekali tubuhku. Kulirik jam dinding menunjukan pukul 05.30. Segera aku bangkit, menuju kamar mandi dan byuuuur ....mulailah aku kembali beraktifitas seperti sedia kala ya seperti ketika mau kuliahsebelum-sebelumnya. Setelah semua beres dalam kamarku, dengan sedikit berlari akku menuju ke ruang makan. Deg deg deg entah kenapa kali ini, ketika aku melihat wajah Ayahku seakan-akan aku melihat sosok yang berbeda. Kulihat Ayah sedang duduk membaca koran ditemani dengan kopi dan musik dangdut yang diputar di HP-nya. Kusalami Ayahku, walau pandanganku sekarang kepada Ayahku ini sedikit berbeda.

"Selamat pagi Romo..." sapaku sembari mengulurkan tangan kananku untuk mencium tangannya.

"Oh iya selamat pagi, tumben nak sudah siap" sambil mengulurkan tangannya kemudian aku cium tangannya

"Inggih Romo, padahal tadi bangunnya telat" jawabku sekenanya,

"ehem... " suara tiba-tiba dari belakang dengan elusan halus dipunggungku, seakan-akan tahu perassanku saat ini, ya Ibuku.

"Kok ndak salim sama Ibu?Lupa ya kalau ada Ibu di sini?"tanya Ibu

"eh iya..." jawabku sembari aku menoleh kebelakang dan mencium tangan Ibuku, kecupan di pipi kanan kiri dan keningpun aku dapatkan. Dengan kedipan mata mengisyaratkan bahwa aku harus bersikap seperti biasanya agar Ayahku tidak curiga. Kami jaga sikap kami agar semuanya tampak normal.

"Ya enggak to bu bu" jawabku yang kemudian duduk di barengi Ibu yang juga duduk di kursi sebelah Ayahku. Kupandangi sejenak Ibu, ada yang berbeda kali ini Ibu memakai kaos longgar warna merah terbuat dari kain yang lemas, dengan panjang lengan kaos menutupi hingga pada sikunya. Kuamati dengan sedikit nakal tampak sekali susu Ibu membuat bagian atas kaosnya agak sedikit ketat, di bagian bawah Ibu mengenakan Rok warna krem yang menutupi hingga lututnya. Tampak cantik dan anggun seperti Ibu-Ibu masa kini, tapi kalau pas kebaya lebih seksi lagi ouuuuuh. Kenapa susu Ibu tampak membusung sekali ya?he he he
"Di makan dulu, malah celingukan" ucap Ibuku seakan-akan tahu apa yang aku lihat dan inginkan
"Inggih bu..." jawabku sopan, suasana yang agak sedikit tegang dengan kehadiran ayah mencoba aku cairkan.
"Romo, coba lihat Ibu, beda sekali gih?" ucapku sembari tersenyum

"Ouwh... iya, kata Ibumu tadi kebayanya banyak yang sobek kesangkut paku waktu bersih-bersih gundang" ucap Ayahku diiringi oleh senyuman. Ya paling tidak suasananya tidak sehening ini walau ada suara musik dangdut dari HP Ayahku.

"Apa to kamu itu nak, kemarin kan juga tahu dua kebaya Ibu sobek" ucap Ibu dengan hiasan senyuman dan menendangkan kaki ke kakiku dari bawah meja.

"he he he.... uft" jawabku dengan senyuman selengekan dengan dahi yang mengrenyit karena kakiku di tendang oleh Ibu.

"lho kenapa kamu?kok kaya kesakitan" tanya Romo

"ini Romo, lututku nyodok meja"

"Oia Romo, maaf gih, coba Romo ketika mendengarkan musik pakai earphone Arya suaranya pasti lebih mantap" jawabku sembari menyerahkan earphone yang kuambil dari dalam tas. Jujur saja aku memang tidak begitu suka lagu dangdut, jadi ya bagaimana caranya agar Romo bisa mendengarkan lewat earphone saja.

"Romo tahu, kalian tidak suka ya sama musik dangdut ya?ha ha ha ha" ucap Romo dibarengi tawanya, aku dan Ibu menjawab dengan anggukan dan senyuman

"Ya sudah, Romo Pakai" lanjut Romo sambil memakai earphone di telinganya

Pagi itu berjalan seperti biasa, walaupun sedikitnya aku sedikit dongkol, marah dengan Ayahku setelah mendengar cerita dari Ibu. Ku selesaikan makanku dengan cepat, walaupun hari ini kuliah dimulai pukul 10.00 aku tetap berangkat pagi. Sudah menjadi kebiasaanku, karena aku tidak ingin terjebak macet apa lagi panas matahari bisa membuatku tambah malas berangkat kuliah. Selesai makan aku langsung pamitan kepada Romo dan Ibu, menuju pintu dalam garasi (Pintu bagian dalam – red). Pintu garasi memang menghadap langsung ke ruang makan. Kulihat Revi berada di samping mobil Ayahku, kudekati revi untuk menaruh tas bawaanku. Dan ....

"Ibu masih kangen nak....." bisik Ibu pelan secara tiba-tiba dari belakang Ibu memelukku

"eits.... Ibu itu mengagetkan aku saja" jawabku pelan

"Ssssst jangan keras-keras nanti Romo dengar" ucap Ibu pelan. Kulepaskan pelukan Ibu kemudian aku berjalan ke arah pintu dalam garasi. Kutengok ke arah ruang makan dan ternyata Ayahku masih asyik mendengarkan musik sambil membaca koran. Posisi duduk Ayahku membelakangiku. Kutarik Ibuku tepat disamping pintu dalam garasi sehingga aku masih bisa menengok Ayahku jika ada pergerakan mencurigakan.

"Arya juga kangen, Ibu tambah cantik pakai pakaian ini, tampak lebih muda"

"Kayaknya ABG saja..." bisikku

"Kan Kekasihnya juga ABG... CUP" jawab Ibu dan langsung mengecup bibirku

Aku berciuman dengan Ibu disamping pintu dalam garasi, sambil menciumnya aku meremas susu Ibu. Kuciumi leher Ibu sambil kupeluk erat tubuh Ibu. Seperti hal orang pacaran, Ibu yang bersandar di dinding tak lupa kukecupi bagian keningnya.

"Ibu bahagia sekali...." ucapnya

Dengan sedikit nakal, karena memang aku sedikit emosi kepada Ayahku. Kutarik Ibu tepat dipintu dan jika Ayah membalikan tubuh, Ayah akan tahu bahwa istrinya sedang aku nikmati bibir manisnya. Ibu yang ketakutan jika ketahuan Ayah nampak tidak bisa menikmatinya, tapi aku tetap melancarkan ciuman dan pelukan ke arahnya.

"Disamping pintu saja..." bisik Ibu

"Biar Romo tahu sekalian... he he he" jawabku berbisik

"Hush... nanti kita tidak bisa melakukannya lagi" balas Ibu dengan bisikan, tanpa menghiraukan jawaban Ibu. Ibu kutarik lebih tepat di depan pintu dalam garasi. Kupeluk erat Ibu dan...

"Hei Mahesa, Istrimu ini milikku jangan sekali-kali kamu menyentuhnya.... he he he" ucapku ke arah ayah dengan nada yang sangat pelan. Ibu yang masih dalam pelukanku seakan tak percaya dengan apa yang diucapkan karena sangat takut dengan ulahku.

"Sudah tenang saja bu, Ayahkan pakai Earphone, tidak bakal dengar kok bu" bisikku

"Tapi kalau Ayahmu menoleh kita bisa terkene bencana" bisik Ibu dengan sedikit memperlihatkan wajah marahnya. Tanpa menghiraukan Ibuku, kembali aku cium Ibu tapi Ibu menolaknya dan mencoba melepaskan pelukannya.

"Kalau Ibu tidak mau ini jadi yan terakhir ... weeeeek" bisikku sambil melet-melet. Ternyata Ibu lebih takut dengan candaanku.

"Ouwh begitu... "

"Kang Mas, Dimas mau melayani anakmu dulu ya"

"Jatah kamu sama pacar-pacar jalananmu saja, aku cukup buat Arya hi hi hi" Bisik Ibu disertai tawa kekeh yang pelan, yang kemudian menghadap ke arahku dan menciumnya. Aku sebenarnya takut, dan hanya ingin menakut-nakuti Ibu tapi Ibu malah tambah berani dengan keadaan seperti ini.

"Mmmm.... mmmmmm..... mmmmm.... slurp cup slurp cup slurp" suara ciuman kami.

Selesai kami berciuman Kuarahkan kepalaku ke susu Ibuku yang masih terbungkus Kaos longgarnya. Hanya sekedar menciuminya, sedikit aku tarik posisi Ibu kembali kedalam garasi tetapi masih di tengah-tengah pintu. Kucium kembali Ibu dan balasan dari Ibu lebih panas lagi.

"Dimaaaaaas, Dimaaaaas, Kang Mas buatkan minuman lagi ini sudah habis" teriak Ayahku yang mengagetkan kami berdua. Langsung dengan sigap aku dan Ibu melepaskan pelukan, aku kembali ke dalam garasi dan Ibu ke dapur. Tak lupa aku meremas susu Ibu dan pantat Ibu.

"Nakal ya...."bisik Ibu

"Iya kang mas, sebentar ini lagi nemani Arya..." teriak pura-pura Ibu kemudian Ibu melangkah ke dapur.

Kulihat Ibu menoleh ke arahku dan melemparkan bibir monyongnya ke arahku dan pastinya aku membalasnya. Kubuka pintu garasi selanjutnya pintu gerbang rumah, segera aku menunggangi si REVI montok semok untuk pergi kuliah. Aku pun kemudian berteriak pamit kepada kedu Orang tualku, terdengar balasan dari mereka berdua. Wusssssshhhh..... ku pacu Revi dengan sekuat tenaga bahakan motor merek AsPaNam (Astrea Delapan Enam) bisa aku salip dengan begitu mudahnya, para pengendara sepeda onthel dapat aku lalui dengan gampang, itulah kehebatan REVI the number one. Dengan gaya sepengalaman Mrs. Valentino Rossi dengan jiwa muda Marc Marquez ku lalui jalan-jalan pagi menuju Universitas tercinta dengan bayang-bayang tubuh wanita yang selalu melintas di pikiranku. Dan ditambah lagi pertanyaan yang menusuk jantung hatiku,

"Ibu pakai kutang apa BH? Kelihatan menonjol sekali?"bathinku.

Ciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit

"hamppir saja nabrak mini Bis hufh.... gara-gara kutang dan BH ini hadeeeeeeh" bathinku kembali.
Sesampainya aku ditempat parkir kampus, ku celingukan biasanya Rahman sudah datang lebih dahulu dibandingkan dengan aku. Kulihat jam di telepon cerdasku menunjukan pukul 07.30 dan masih sangat lama untuk menuju jam kuliah di jam 10.00. Sambil nongkrong di tempat parkir dan membantu tukang parkir menata motor-motor yang parkir tidak benar kunyalakan Dunhill Mild isi 20 batang.

Melintaslah seorang wanita anggun nan seksi, dengan kulit putih dan dandanan selayaknya seorang wanita dewasa. Dengan rambut panjang yang terurai, tubuh yang dibalit dengan kaos ketat warna putih dipadukan dengan blazer warna krem dan bagian bawah mengenakan celana dengan sedikit Cutbray dihiasi sepatu warna hitam dibagian kakinya. Cantik, seksi dan menggariahkan. Tiba-tiba wanita itu menoleh ke arahku dan tersenyum manis kepadaku. Bu Dian Rahmawati, Dosenku yang jutek sifatnya minta ampun tapi selalu cantik secara jasmani. "Kakak, apa itu target kita selanjutnya? Kalau Iya aku mau kak, Please" ucap dedek arya dan ku jawab "Gundulmu, bisa-bisa dihajar oleh massa universitas", perang batinku dengan batin dedek arya he he he.

Ciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit.... greng greeeng greng greeeng greng greeeng klek... suara motor mati

"Woi, kalau parkir yang benar"

"Tempat parkir kamu di Kuburan sebelah" teriakku, pengedara itu membuka helm yang dibelakangnya membonceng seorang perempuan cantik-LAH!

"Gundulmu Ar, lha emange aku wis modar isa-isane ning kuburan (Gundulmu Ar, memangnya aku sudah mati bisa-bisanya di kuburan)" teriak Rahman, yang kemudian memparkir motornya. Digandengnya perempuan itu, menuju kearahku yang sedang nongkrong di salah satu tempat teduh dekat dengan tempat parkir. Plak..plak...plak...bugh...bugh... jesssss biasa cara salaman kami kalau pas bertemu.

"Kemarin kenapa ente kagak berangkat?" ucap Rahman

"Kecapekan, Pala pusing barbie he he he" jawabku

"Ya elah Ar Ar..... kecapekan ngapain?nyabun ha ha ha ha"

"Oh ya sarapan dulu" lanjutnya kepadaku

"Gundulmu nyabun Kang kang, dilarang keras oleh UU persabunan he he he"

"Aku temani tapi aku ngopi saja" jawabku sambil memandang mereka berdua

"Gimana say, sarapan yuk" ucap rahman ke pacarnya itu

"Iya..." Jawab pacar Rahman yang bernama Ajeng kusumawardani

Ketika kami berjalan menuju warung, aku berada di samping kanan Rahman dan Ajeng disamping kiri Rahman. Sesekali Ajeng memandangku dengan tatapan penuh Arti kepadaku. Aku tak menghiraukan Ajeng sama sekali, karena dia milik sahabatku.

"Eh kang tumben berangkat siang, biasanya hari kamis gini duluan kamu" tanyaku

"Biasa...." jawabnya
"Tadi pagi habis 2 Ronde Ar..." jelas rahman sambil berbisik, hanya menggeleng-gelengkan kepala tapi apa mau dikata aku saja kemarin hampir beronde-ronde.

"Ada tugas kemarin kang?" tanyaku

"Tidak yang ada malah Bu Dian masuk nambahin tugas buat kita, katanya tugas hari senin kemarin ada yang kurang" jawab Rahman, tepuk jidatlah aku mendengar jawaban Rahman, bisa-bisa aku CENGGUR (Ngaceng Nganggur) gara-gara tugas.

Setelah makan di warung selama kurang lebih 1,5 jam, kemudian aku menunggu Rahman di depan ruang kuliah sambil mengepulkan asap. Kebiasaan Rahman setiap pagi adalah mengantar Ajeng ke gedung kuliahnya. Rahman datang dan kita masuk bersama, perkuliahan membosankan bagi yang baru mengalami Malam Pertama seperti aku hanya melamun dan melamun. Pekuliahan dari jam 10.00 hingga jam 12.30 akhirnya selesai. Kami makan siang diwarung dan seperti permintaan Rahma, rahman meminta kembali file yang telah hilang dari komputernya. Dia copy dari telepon cerdasku. Satu jam bersama Rahman, aku pun pulang.

Perjalanan pulang aku tidak langsung kerumah, karena tiba-tiba aku melihat sebuah toko pakaian. Disana dipampang kebaya dan baju-baju modern saat ini. Akhirnya aku mampir untuk membeli, tak lupa aku mengambil uang terlebih dahulu di ATM-ku. Aku membeli dua buah kebaya sebagai ganti kebaya Ibu yang aku sobek, tak lupa pula aku membelikan baju beserta pakaian dalam untuk Ibu, ukuran? Aku beli semua model yang seksi dengan semua ukuran. Untuk menghilangkan keheranan dari penjaga toko, sebelum masuk toko aku menuliskan beberapa apa yang akan aku beli pada secarik kertas dan aku remat-remat, tujuannya agar penjaga toko yakin bahwa barang yang aku beli adalah pesanan dan aku adalah pesuruh untuk membeli pesanan itu.

"Kok beli banyak sekali, buat siapa mas?" tanya suara wanita dari belakangku

"Pesanan Ibu mbak, dan juga pesanan tetangga" jawabku sekenanya tanpa menoleh kebelakang

"Ibunya usaha jualan pakaian ya?" tanyanya kembali

"Iya mbak, ya maklumlah mbak Ibu Rumah Tangga, cari kesibukan selain mengurusi rumah" jawabku kembali dan tetap tidak menoleh kebelakang karena masih fokus dengan mbak-mbaknya yang sedang membungkus pesanan

"Apa tidak malu mas beli pakaian wanita? Apalagi ada pakaian dalamnya?" tanya wanita itu lagi

"Itu pesanan mbak, lagian aku tidak makai pakaian itu mbak...." jawabku yang semakin kesal dengan pertanyaan-pertanyaan dari wanita itu

"...Mbak itu sebenarnya mau beli pakaian atau wartawan to, dari tadi nanya-nanya mulu kaya kurang...." jawabku dengan nada sedikit emosi sembari menoleh kebelakang dan ternyata yang dari tadi berbicara kepadaku adalah Bu Dian Rahmawati.

"eh bub bu bu Dian...." ucapku

"Maaf bu tidak tahu kalau tadi itu bu Dian..." jawabku

"Kalau semisal tadi bukan aku, kamu tetep mau marah-marah ya?kelihatan banget dari nada suara kamu" jawab bu Dian dengan senyuman manis di wajahnya.
"Bisa jadi bu, tinggal saya masih bisa mengendalikan emosi atau tidak, ketika saya berbalik tadi pastinya tidak akan langsung membentak atau berbicara kasar dengan yang dibelakang saya walaupun saya tahu saya emosi dengan berbagai macam pertanyaan tadi, dan saya akan meminta baik-baik agar tidak lagi ditanya-tanya lagi sekalipun saya dongkol bu, sekali lagi saya minta maaf jika tadi membuat Ibu tersinggung dan marah, sekalipun saya dalam keadaan emosi akan saya usahakan selalu untuk bisa mengendalikan emosi" jelasku sambil sedikit menundukan badan

"Iya... iya percaya sama kamu" jawab Bu Dian tersenyum

Kami terlibat sedikit obrolan hangat, hingga aku terlupa dengan pulang. Kami berbincang-bincang sambil Bu Dian mencari pakaian yang akan dibeli dengan memutari toko pakaian tersebut. Ini juga karena kebodohanku yang sok jadi pengusaha pakaian di rumah bersama Ibuku, yang akhirnya membuat Bu Dian meminta pendapatku mengenai pakaian-pakaian yang akan dibelinya. Pertanyaan-pertanyaan bu Dian membuat aku menceritakan masa kecil hingga masa sekarang tetapi secara garis besar yang membuat kami tampak semakin akrab. Dari aku lahir hingga aku kuliah, bahkan aku juga bercerita mengenai aku yang ikut beladiri (dengan nada sedikit sombong), menghajar cowok SMA yang menggoda cewek SMA ketika aku kelas 2 SMP, Aku yang selalu disayang Ibuku, dan aku yang selalu gagal dalam masalah percintaan dengan cewek-cewek yang aku kenal.

"Kamunya saja mungkin yang tidak berani mengungkapkan, makanya cewek-cewek pada ngilang" ucap Bu Dian yang aku jawab dengan wajah cengengesan dan sambil garuk-garuk kepala.

"Kamu ahli beladiri ternyata, terus cewek yang kamu selamatkan itu bagaimana kabarnya sekarang?" tanya bu Dian

"Mene ketehek bu, dia itu dari kota sebelah, ditambah lagi aku tidak pernah tahu namanya, lupa nanya ha ha ha ha" jawabku dengan nada bercanda sedikit

"Kamu itu payah sekali, menurut bu Dian kamu perbaiki sikap kamu dulu baru nembak cewek, dari tadi selengekan terus kalau ditanya" nasihat Bu Dian

Kami akhirnya mengakhiri kebersamaan kami, aku pulang dari toko tepat jam 16.30 aku sampai rumah. Kumasukan motor hanya di depan pintu garasi, kemudian aku masuk lewatpintu depan rumah. Pintu langsung terbuka dan tanganku ditarik oleh Ibu, kututup pintu segera kuletakan barang bawaanku. Ditariknya aku kearah meja tamu sebelah timur.

"Ibu benar-benar kangen.... slurp slurp slurp" Ibu menciumku dengan ganas, seganas itu pula aku mebalasnya. Ibu memakai Kaos dan Rok selutut berbeda dengan tadi pagi, lama kami berciuman dan saling meraba-meremas kepunyaan lawan.

"Mahesa kemana bu?" tanyaku, percakapan antara aku dan Ibu sudah tidak lagi menggunakan kata Ayah lagi karena memang dalam diriku sudah tidak lagi mempercayai Ayah, walaupun masih ada sedikit hanya sedikit rasa kasihan terhadap Ayah

"Tenang saja orang itu sedang tidur di ruang keluarga, Ibu taruh gelas di atasnya jadi kalau dia bangun pasti gelasnya jatuh" jelas Ibuku,

Langsung aku lumat bibir Ibuku dengan penuh nafsu, kuremas susu Ibu yang masih terbungkus kaos dan apa ini kutang apa BH? Dengan penuh nafsu ku angkat kaos Ibu dan terjawab sudah pertanyaanku selama ini.

"Ibu, BH Ibu kekecilan ya?" tanyaku sambil mengendus-endus dan menciumi Susunya.

"Ini BH sudah dari dulu sejak pertama kali Ibu pakai Kebaya dan tidak pernah Ibu pakai lagi" jawab Ibu sambil tersenyum bangga

"Tampak seksi.... ehmmmm.... ehmmmm... slurp slurp" kuciumi dan kuremasi susu Ibu, dengan segera aku lingkarkan tanganku ke punggung Ibu dan set set klek terlepaslah kancing BH Ibu. Kutarik ke atas BH Ibu, Indah dan sangat indah, setiap nano meter susu Ibu tak lepas dari jilatan lidahku. Kujilat, kuhisap dan kuremas susu yang kenyal ini, bahkan mungkinsusu wanita setengah baya ini tidak kalah dengan susu-susu teman kuliahku.

"Teruuus nak... susu ibu sudah kangen sama lidah Arya..."

"Remas... susu Ib...ah ah ah ah bu nak, nikmat... aish aish ti sepuas... muhhhhh" rintih Ibu pelan

Setelah puas dengan susu Ibu ku arahkan Ibu untuk duduk dikursi. Kusingkapkan rok Ibu ke atas, apa? Tidak ada celana dalam? Sebegitu nafsukah Ibu?Kuangkat kaki Ibu dan kurenggangkan. Mulai kujilat melingkar di sekitar pintu vagina Ibu, terlihat tampak Ibu menikmati sensasinya. Jilatanku semakin masuk kedalam, kedalam dan kusedot sedot buah kecil milik ibu.

"uffth itil Ibu... nah ituh nakh... disedoth yangh.. kenceng eeeeh" racau Ibu memintaku

Semakin aku mendengar rintihan ibu semakin aku bersemangat, kusedot itilnya sekuat tenagaku membuat tubuhnya bergetar, kadang melengking ke atas kebawah. Kuvariasikan sedotan pada itil Ibu dengan jariku yang mulai masuk kedalam vagina Ibu. Kutekuk jari ku ketika berada di dalam vaginanya, sambil kukocok pelan lidahku tidak berhenti memainkan itil Ibu. Semakin cepat jariku keluar masuk, semakin kuat sedotanku pada itil Ibu.

"Aaaaah aaaah aaaah Ibu mau keluaaaaar"

"Minum naaaaaak....aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa" jeritnya tertahan agar tidak didengar Ayahku dari dalam rumah, tubuhnya melengking ke atas dan keluarlah cairan-cairan dari liang senggamanya. Membasahi semua jariku dan mulutku tanpa babibu aku langsung menyedot dan membersihkan liang vaginanya dengan mulutku. Kucoba memasukan semua cairan itu kemulutku. Setelah semua tampak bersih walau tetap saja kelhatan belepotan, aku pandangi Ibu yang matanya terpejam merasakan puncak kenikmatannya. Aku berdiri, kulolosi celanaku hingga bagian bawah telanjang. Toeeeeng.... dedek arya berdiri tegak siap menerka mangsa. Ibu membuka matanya, kemudian memperbaiki duduknya dan meraih batangku.

"Bu... tidak usah dikulum dulu"

"Arya bener-bener kangen sama tempik Ibu, pengen masuk" ucapku dengan tangan kanan menahan bahu Ibu yang sudah hampir mengulum dedek arya. Ibu tersenyum kemudian hanya mengecup ujung dedek arya dan kembali duduk bersandar di kursi. Dengan sedikit susah dan payah ku arahkan dedek arya ke vagina Ibu.

"Aaaah... ini tempik ufth... sempiiiiit sekali...." ucapku, karena memang rasa dari tempik Ibu selalu sempit mungkin karena rajin minum jamu.

"Kontol Arya yang besaaaarhhh...." jawab ibu merintih kesakitan ketika dedek arya "the kontol" masuk. Semakin kedalam terasa semakin linu, kubenamkan sejenak agar vaginanya merasakan nyaman. Mulai kugoyang sedikit demi sedikit, pelan demi pelan, cepat demi cepat, semakin cepat semakin cepat. Ya kurasakan beceknya vagina Ibuku, dan sempitnya lubang itu. Lama aku menggoyang, kemudian berhenti karena lelah dengan posisi ini ditambah lagi Ibu tampak sedikit tidak nyaman dengan posisinya sekarang.

"Nak nungging saja ya... " pinta Ibu

"... punggung Ibu sakit... ndak bisa menikmati" kata Ibu yang tampak kesakitan, akhirnya kutarik dedek arya keluar dari vaginanya dan sedikit mundur memberi ruang berdiri untuk Ibu, Ibu Kemudian berdiri dan menungging. Kedua tangannya menjadi tumpuan dikursi yang dekat dengan lorong/ jalan menuju ke dapur dan ruang keluarga. Jika dilihat dari ruang keluarga ataupun dapur akan terlihat kepala Ibu.

Kumajukan tubuhku mendekati tubuh Ibu, tanpa panjang kali lebar diraihnya dedek arya dengan tangan kirinya. Sleeeeb... maknyusss.... masuk dedek arya ke dalam vagina Ibu. Kupegang pinggul ibu dan kemudian kugoyang perlahan, semakin cepat, semakin cepat. Tampak Ibu menggelinjang merasakan nikmat, kepalanya menengadah ke atas sambil mata terpejam. Ku peluk tubuh Ibu dan kuremas payudaranya. Kepala Ibu nampak bergoyang, jika saja Ayah melihat dari ruang keluarga tampak sekali kepala Ibu seperti keluar masuk dinding.

"sssshhhhhh.... teryuussss... kontol arya enaaaaaak" rintih pelan Ibu

Kembali kugoyang semakin cepat pinggulku, untuk bisa langsung mendapatkan nikmat. Semakin cepat kugoyang semakin terasa kesensitifan dari batang dedek arya. Membuat aku juga merasakan kelojotan.

"Ibu Arya mau kel... lu.... ar" bisiku kepada Ibu

"Ibu jugha... ah ah ah" bisik Ibu kepadaku

Croooot croooot crooot crooot crooaoot crooot crooot croooot crooot crooot

Kupeluk erat tubuh Ibu yang menggelinjang karena mengalami puncak kenikmatan juga. Kutarik kebelakag tubuh Ibu, kemudian aku beringsut turun kebawa. Kini posisi Ibu berada tepat dipanguanku dengan dedek arya masih menancap di dalam vaginanya. Ibu bersandar ke tubuhku mengumpulkan tenaga kembali. Ibu menoleh ke belakang dan kami berciuman layaknya seorang kekasih, sambil mencium aku remas-remas susu ibu.

Glodak.... duk duk duk.....

Terdengar suara gelas jatuh ke lantai yang beralaskan kasur lantai. Aku dan Ibu yang mendengar itu langsung merapikan baju, tampak spermaku mengalir dari vagina Ibu kemudian di lap dengan tisu yang berada di ruang tamu.

"Dimaaaaas.... dimana?" teriak ayahku dari ruang keluarga, dengan nada sedikit-sedikit ngantuk

"Ya kang mas, ini lho arya sedang curhat diruang tamu" balas Ibu dengan teriakan

"Oiya sudah, Kang mas masih capek mau tidur lagi di kamar" tampak terdengar suara langkah Ayah menuju kamar. Dan klek.... klek.... pintu kamar tertutup, aku dan Ibu kemudian mengintip dari ruang tamu sambil tertawa cekikikan.
"Itu apa nak?" tanya Ibu melihat tas plastik bertuliskan TOKO PAKIAN MANUNGGAL

"Hmmm he he he Arya belikan Ibu pakaian kebaya dua buah dan pakaian yang sedang ngetrend sekarang" jawabku sambil cengengesan

"sssssst.... jangan keras-keras disimpan di kamar Arya saja, nanti Ibu lihat ya, sekarang kamu segera ke atas, Ibu mau mandi dulu" ucap kepadaku.

Kami pun bergegas meninggalkan ruang tamu, segera Ibu masuk kamar mandi sedangkan aku naik ke kamarku. Sambil tiduran aku mendengar Ibu memanggilku untuk segera mandi, aku pun turun dan melihat Ibu melintas hanya menggunakan handuk yan menutupi tubuhnya. Ibu menengok ke arahku sambil melempar bibir monyongnya ke aku dan ku balas dengan bibir monyongku. Ku langkahkan kakiku menuju ke kamar mandi, dan Ibu masuk ke kamar.

Tak terasa waktu berjalan cepat, teriakan Ibu kembali aku dengar untuk makan malam bersama. Tampak Ibu tampil lebih cantik dengan pakaian lengan sesiku dan pakaian longgar berwarna hitam bagian bawah mengenakan celana selutut warna putih dengan rambut dikucir sanggul dibelakang. Tak ada yang menarik selain Ibu di makan malam ini, Ayahku pun sibuk dengan HP-nya sendiri. Katanya lagi BBM-an dengan temannya. Makan malam selesai, dan aku membantu Ibu mencuci piring.

"Oia besok jumat sampai minggu Ayah ada acara, sedangkan Ibumu akan pergi ke rumah kakek kamu jadi nanti kamu dirumah sendiri, nggak papa to nak?" kata Ayah membuka pembicaraan

"Tidak apa-apa Romo, nanti sabtu saya juga mau izin menginap di rumah teman saya, mengerjakan tugas" balasku sambil mencuci piring

"Oya sudah besok pagi Romo akan mengantar Ibu kamu, berarti jumat kamu dirumah sendiri" balas Romo

"Iya nanti kabari Ibu kalau sudah sampai di rumah temen kamu itu, mbok yaho kapan-kapan di ajak maen kesini" ucap Ibu

"Ah malas bu, nanti Arya tidak bisa curhat sama Ibu" jawabku dengan senyuman nakal ke arah Ibu, Ibu menjawab dengan sontekan kakinya ke arah kakiku.

Semua sudah bersih, romo beranjak ke ruang keluarga aku pun menuju kekamar. Sebelum pergi ke kamar Ibu, berbisik kepadaku nanti malam akan ke kamarku. Aku tersenyum dan merasa senang sekali. Ibu kemudian minta izin ke Ayah untuk tidur lebih dahulu, aku pun naik ke atas. Ketika ditengah-tengah tangga tampak di televisi sedang menampilkan sebuah berita tentang terungkapnya kasus korupsi di Instansi pemerintahan. Tampak penyiar memberitakan bahwa ada saksi dari pihak dalam kementrian yang siap membeberkan semua orang-orang yang terlibat dalam kasusu korupsi tersebut dengan inisial KS. Saksi ahli ini sedang dalam pengajuan perlindungan ke Lembaga Tembok Pelindung Saksi. Kuamati berita tersebut dan kemudian kulanjutkan melangkah menuju kamarku, aku masuk dengan hanya menutup sedikit pintuku, posisi pintu masih terbuka sedikit. Jam dinding di kamarku menunjukan pukul 20.00, kurebahkan tubuhku sekilas aku mulai mengingat berita tadi yang baru saja aku lihat.

"itu adalah instansi tempat Ayah bekerja, masa bodohlah yang penting malam ini, aiiiih he he he hmmmm mungkin tidak malam ini, bisa bahaya jika nanti Ibu berteriak terlalu keras"bathinku

Aku kemudian tertidur dalam lamunan akan tubuh indah Ibu membuatku tidur dengan posisi cenggur. Aku bermimpi aneh, kulihat sepasang kerbau sedang bertarung mati-matian dengan mata tertutup, keduanya saling menyeruduk dan saling membunuh tanpa mengetahui siapa lawan mereka. Hingga akhirnya satu dari kerbau itu pada penutup matanya terbuka sedangkan kerbau satunya lagi masih tertutup pada kedua matanya. Hingga akhirnya seorang laki-laki tua berjubah putih dengan ikat kepala yang sedikit memperlihatkan rambut putihnya mendatangiku yang melihat pertandingan tersebut.

"Kaulah yang bisa menentukan kemenangan dari pertarungan kerbau itu" kata lelaki tua, kemudian tanah seakan-akan bergejolak. Haaaaaaaaaaaah.... aku terbangun kaget setengah mati.

"Hah hah hah hah... apa akan ada gempa bumi? Mimpi yang aneh" bathinku

Kulihat jam dinding menunjukan pukul 22.00 aku terjaga aku melangkah menuju lantai bawah dengan maksud untuk mencuci muka sesampainya aku di pintu kamar kudengar Ayahku sedang bercakap-cakap dengan seseorang di telepon genggamnya. Tak jelas apa yang dibicarakan oleh Ayahku karena gangguan dari suara TV yang sedang menyiarkan sebuah pertandngan sepak bola.

"Bereskan tanpa cela dan ..." kata Ayah pada seseorang ditelepon.

Hanya itu yang aku dengar, aku kemudian mengurungkan niatku untuk turun ke bawah. Kembali ke tempat tidur dan memikirkan apa yang sebenarnya sedang Ayah lakukan dan rencanakan. Aku dan Ayah memang tak pernah berbicara dari hati ke hati jadi aku tidak pernah tahu apa yang Ayah kerjakan selama ini di luar sana. Apalagi setelah kejadian dimana temannya hampir memperkosa Ibu aku juga semakin menjaga jarak dengan Ayah.

Kudengar suara kaki Ayah melangkah menuju kamarnya tak ada lagi suara televisi lagi. Semua menjadii hening dan akupun kembali tidur dengan berjuta-juta pertanyaan dalam pikiranku. Kembali aku bermimpi kedua kerbau yang bertarung itu dan mimpi itu terulang dari kejadian awal hingga lelaki tua itu berbicara kepadaku dan diakhiri dengan goncangan yang mebuatku terbangun.

Ketika aku terbangun dengan kekagetan yang sangat amat membuatku berolah raga jantung dengan keringat yang mengucur dari kepalaku. Ternyata Ibu sudah berada di sampingku dan ketika aku bangun dan duduk Ibu langsung memelukku. Mengelus-elus kepalaku, kemudian memegang kedua pipiku dengan kedua tanganya dan mengecup keningku.

"Ada apa nak?kamu mimpi buruk?" tanya Ibuku

"Hah Hah hah... tidak bu hanya mimpi ada kerbau yang bertarung saling membunuh" jawabku, kemudian ku pegang tangan Ibu dan kuturunkan dan cup kukecup bibir Ibu. Kulihat Ibu mengenakan kebaya yang aku beli tadi siang, kebaya yang sangat seksi dengan belahan dada sangat rendah sehingga dapat terlihat belahan dada Ibu yang sangat menggairahkan.

"Ibu sangat cantik...." ucapku pelan sembari mengalihkan pembicaraan tentang mimpiku barusan.

"Sebenarnya Ibu kesini ingin mencoba pakaia-pakaian yang kamu beli tadi... ini baru nyoba satu, pas mau ngebangunin kamu malah kamunya mimpi buruk" jawab Ibu

"Bagus ya..." ucap Ibu yang beranjak dan berdiri sambil memutar tubuhnya dihadapanku. Kebaya belahan dada rendah warna hitam dan jarit berwarna coklat gelap dengan motif batik khas daerah. Sangat indah, terlihat setiap lekuk tubuh Ibu yang masih langsing apa lagi dipadukan dengan susu Ibu yang tampak sangat membusung ke depan sebenarnya tidak proporsi jika dilihat dengan tubuh Ibu yang sangat langsing tetapi susu Ibu sangat besar.

"Bagus sayangku, apalagi kalau di buka..." ucapku yang kemudian melangkah menuju ke arahnya untuk memeluknya, tapi Ibu tiba-tiba mendorongku sehingga aku terjatuh kembali ke kasurku dan rebahan. Ibu kemudian telengkup di atasku.

"Sssssst.... malam ini kalau mau ya pakai ini saja ya hi hi hi" jawab Ibu sambil menunjukan bibir manisnya.

"Ya pengen semuanya bu...." jawabku manja meminta lebih

"Ibu sedang di datangi bulan sayangku kekasihku alias menstruasi.... hi hi hi ini barusan Ibu pakai "roti tawar" hi hi hi... " ucap Ibu dan membuatku menepuk keningku.

"Makanya Ibu tadi kasih jatah kamu, karena perut Ibu teras mual seperti akan datang bulan" lanjut Ibu

"Ya sudah bu, akan Arya tahan walau sebenarnya tidak tahan...." ucapku

"Pakai ini tidak mau? Beneran?" goda Ibu

"Tidak bu, tapi dengan syarat Ibu harus coba semua pakaian yang Arya beli dihadapan Arya" jawabku

"Iya memang tujuan Ibu kesini mau coba baju yang dibelikan Arya" balas Ibu, yang kemudian berdiri dan melepas kebaya yang dipakai.

"Ayah kemana bu?" ucapku sambil mengangkat tubuhku dan duduk mengamati wanita setengah baya yang mulai terlihat kulit putihnya.

"Apa ndak denger ngoroknya Ayahmu dari sini?" ucap Ibu yang sedang melipat kebaya warna hitam dan kemudian mulai memakai kebaya warna putih. Aku kemudian menundukan wajahku dan mulai mencoba berkonmsentrasi untuk bisa mendengar suara ngoroknya Ayah. Ya memang terdengar sangat jelas.

"Kok keras sekali ngoroknya?" ucapku kemudian aku mengarahkan pandanganku ke Ibu, aku sangat tertegun untuk kedua kalinya.

"Bagus tidak?" ucap Ibu

"Malah bengong...." lanjut Ibu

"Cantik bu, kapan-kapan pakai ini ya? Tapi jangan disobek karena ini hadiah dari kekasihku" ucapnya kepadaku.

"Ya ndak lah bu... ibu kekasihku tersayang" jawabku, terlihat seorang wanita menggunakan kebaya putih yang sama seksinya dengan sebelumnya walau kutang yang dipakai tidak diganti dengan pasangan kebaya putih ini. Seharusnya Ibu memakai kutang warna putih juga tapi mungkin untuk mempercepat ganti pakaiannya. Ibu kemudian melangkah ke arahku dan memelukku diringi kecupan pada pipiku.

"Besok entah kapan, Ibu diajak jalan-jalan keluar kota ya, dimana tidak ada yang mengenal kita" ucap Ibu

"Ibu ingin memberikan semuanya ke kamu.... karena Ibu ingin sekali merasakan masa muda Ibu yang terbuang karena Ayahmu" lanjut Ibu, aku tertegun dan memandang Ibu, kemudian kukulum bibir Ibu dengan penuh semangat. Ibu melepaskan ciumannya dan beranjak melangkah untuk mencoba memakai pakaian yang lainnya lagi.

Satu persatu Ibu mencoba memakai pakaian yang aku belikan. Tampak seorang wanita sedang memilih-milih BH yang akan dipakai, dan mengesampingkan BH yang kekecailan dan kebesaran. Kemudian mulai mencoba pakaiannya satu persatu. Suatu eksotisme sendiri dihadapanku, melihat Ibu telanjang kemudian tertutupi pakaian lagi. Pakaian pertama berwarna hitam, sebuah kaos ketat yang terbuat dari kain tipis dengan lebih tepatnya itu adalah tank-top kemudian dipakainya jaket sport hitam dari kain (bukan dari jeans) yang tidak ditutupnya pada bagian depan bertuliskan sebuah kesebelasan kesayanganku. Bagian bawah Ibu memakai celana kain warna hitam yang sedikit cutbray, ketat hingga bagian lutut dan melebar sedikit dari lutut kebawah. Sangat kontras jika saja jaketnya tidak dipakai akan sangat terlihat kulit putih Ibu. Jujur Ibu tampak seperti berumur 28-an.

Pada pakaian kedua Ibu masih mengenakan celana jeans itu tapi sekarang memakai kaos ketat dengan belahan dada sangat rendah tetapi longgar pada bagian perutnya kebawah berwarna putih dengan lengan yang tertutupi hingga sikunya. Ibu tampak lebih seksi kali ini. Ibu tampak berjalan mondar-mandir ke kanan dan kekiriku memamerkan tubuhnya yang diselingi dengan canda gurau tapi pelan-pelan agar Ayah tidak bangun. Lama sekali kami bersama, hingga Ibu melepas semua pakaian dan mentanya di dalam almari kemudian memakai pakaiann ya kembali. Kami akhiri kebersamaan kami dengan pelukan, remasan, ciuman hingga akhirnya aku rebah di pangkuan Ibu. Ibu mengelus-elus kepalaku hingga akhirnya aku tertidur. Dalam tidur aku bermimpi tapi berbeda, tak tampak apapun hanya darah yang mengalir dari salah satu hewan yang sudah tak jelas lagi bentuk dan rupa dari hewan itu. Karena yang kulihat hanya bayangan hitam berbentuk hewan entah itu kerbau, sapi, atau bison. Mungkin kerbau tapi kali ini sangat terlihat lebih berbeda karena bentuknya lebih besar. Dan kemudian tampak gelap.

Aku terbangung pada 05.30, beraktifitas seperti sedia kala. Dan berkumpu dengan keluargaku pada pukul 06.30 untuk makan pagi. Aktifitas pagi yang selalu sama dengan yang sebelum-sebelumnya tapi sekarang Ayah dan Ibu yang terlebih dahulu berangkat sedangkan aku berangkat ke kampus setelahnya. Ayah kemudian menyuruhku membuka pintu gerbang rumah dan pintu depan garasi. Ayah kemudian mengeluarkan mobilnya hingga di jalan. Ibu yang masih berada dalam rumah memanggilku, dan ciuman, remasan serta pelukan aku dapatkan. Nikmat......

Sepeninggalan Ayah dan Ibuku, Aku tutupi semua pintu rumah dan mempersiapkan diri untuk berangkat ke kampus. Ketika hendak berangkat aku mendapat telepon dari Rahman bahwa hari ini kuliah ditiadakan karena dosen yang mengajar sedang sakit cenggur eh salah meriang biasa katanya. Aku kemudian memutuskan untuk berangkat jam 08.00 dengan perkiraan sampai dikampus pukul 09.00. Ya mau bagaimana lagi kuliah ditiadakan, daripada dirumah mending ngampus saja lagipula Rahman juga bilang kepadaku dia berada dikampus hari ini. Ku buat teh tarik kesukaanku, sambil menyulut Dunhill Mild kesukaanku aku duduk di ruang TV/Keluarga dan menyetel TV, seketika itu pula muncul sekilas berita dari salah satu stasiun televisi lokal daerahku yang menayangkan sebuah berita secara langsung. Berita tentang kematian KS saksi ahli dari kasus korupsi di Instansi pemerintah tempat Ayahku bekerja yang dibunuh secara mengenaskan di jalan daerah rumahnya dan pelaku tidak diketemukan. Aku tersedak dan rokokku jatuh tepat di kaki kiriku.

"WADAAAAAAAAAOOOOOW...." teriakku, kemudian meletakan teh tarikku, ku ambil rokok aku mengelus-elus kakiku.

Aneh benar-benar aneh, semalam baru saja berita ini diturunkan dan KS sedang meminta bantuan perlindungan saksi tapi pagi ini dia sudah ditemukan mati terbunuh prakiraan waktu pembunuhan adalah malam hari tapi tepatnya tidak di sebutkan di berita. Aku mulai teringat percakapan ayah di telepon malam tadi, Ku ikuti berita itu, ternyata kejadian pembunuhan berada di sebelah timur laut universitasku sekitar 10 Km jaraknya. Tak kuhiraukan lagi jam dinding yang berdetak, langsung ku siapkan diriku untuk menuju ke tempat kejadian, dan bret bret bret.... ceklek ceklek. Setelah semua pintu rumah terkunci dan semua aman, kupacu lansung REVI montok semokku menuju tempat kejadian tak lupa kupasang earphone dari HP-ku di telingaku dan ku stel lagu DEEP PURPLE-HIGHWAY STAR. Dalam perjalanan musik yang sama terus berputar dan selama itu pula aku terus berpikir, alangkah lebih baiknya aku menemui Rahman terlebih dahulu di kampus agar dia tidak menunggu terlalu lama. Hingga akhirnya sampai di kampus terlebih dahulu, kutemui Rahman kami berbicang sebentar tanpa menjelaskan maksud dan tujuanku aku kemudian cabut dari kampus. Tapi sialnya motorku tidak dapat keluar dari tempat parkir, akhirnya aku meminjam motor Rahman plus jaket plus helm cakil-nya (helm yang menutup seluruh kepala). Dan Rahman menyuruhkku mengembalikan motornya di kos Ajeng karena dia mau indehoy disana. Dengan style yang berbeda aku menuju tempat kejadian.

Selama perjalanan dari kampus menuju ke tempat kejadian, sekilas tampak bayangan Ayah di pikiranku. Apa ada hubungannya dengan Ayahku? Ah sial kenapa juga aku semalam mendengar percakapan Ayah, seandainya aku tidak mendengar mungkin aku tidak akan sepenasaran ini. Inilah yan gmembuat aku penasaran sehingga membuatku ingin kelokasi kejadian. Ku pacu motor Rahman dengan sangat brutal, hingga aku sampai di sebuah gerbang bertuliskan "PERUMAHAN SEJUK ASRI ENAK (SAE)" (sae dalam bahasa indonesia memiliki arti "bagus"). Ketika masuk gerbang perumahan ini tak tampak satpam berjaga, aku masuk dan berjalan lurus kedepan. Didepan kutemukan sebuah taman berbentuk persegi panjang dengan lapangan badminton dan basket kemudian disampingya terdapat sebuah kolam ikan yang kelihatannya dangkal, taman tersebut berjarak kurang lebih 200 meter dari pintu gerbang. Ketika aku akan membelok ke kenan terlihat sekali keramaian karena ada rekonstruksi kejadian. Aku parkirkan motor dekat dengan kolam ikan dan dengan masih mengenakan jaket dan helm cakil aku berjalan ke arah keramaian itu. Jaraknya kurang lebih 50 meter. Sesampainya di sana, aku berada di belakang barisan orang-orang yang menonton tampak pula para reporter televisi sedang meliput kejadian. Di depanku berdiri 2 orang yang berpenampilan rapi berbaju hitam.

"Ada apa to mas?" tanyaku kepada orang yang berada di sebelah kiriku, dengan hanya membuka kaca helm saja.

"Pembunuhan jare mas, tapi aku rak ngerti sapa sing mateni, jare ora ketemu(pembunuhan katanya mas, tapi aku tidak tahu siapa yang membunuh, katanya pembunuhnya tidak ketemu)" ucap orang tersebut. Aku hanya mengangguk dan tiba-tiba kedua orang berpakaian hitam itu bergerak mundur dan menabrakku hingga aku terjatuh terlentang membuat kaca helmku tertutup. Mereka hanya diam dan menoleh sebentar ke arahku serta mengacungkan jari tengahnya. Aku tidak ingin mencari masalah, aku kemudian berdiri dan membungkuk-bungkukan tubuhku meminta maaf kepada mereka. Kulihat mereka berjalan acuh kepadaku, masuk ke mobil dan brrrrmmmm mereka pun pergi.

Aku kemudian kembali ke motorku, aku duduk di pinggir kolam ikan, tampak pula seorang reporter wanita dan kameramen televisi dari stasiun televisi sedang mengobrol. Kutarik keatas helm cakilku, kusulut rokok Dunhill mild sambil mendengarkan pembicaraan mereka.
"Wah kasihan sekali, padahal orang baik dia" ucap reporter wanita

"iya sih, mungkin konspirasi terasi di dalamnya" jawab kameramen

"Hmmm... sebentar ini waktu kejadiannya jam berapa tadi? Aku belum mencatatnya" sambung reporter wanita tersebut

"Wah kamu itu bagaiman kok tidak dicatat, Bukannya dini hari tadi sekitar 22.30?" jawab kameramen

"Oh iya he he he" jawab reporter wanita tersebut sambil terkekeh-kekeh

"Ah kamu itu selalu lupa ha ha ha" jawab kameramen dibarengi dengan tawa mereka bersama

Dari percakapan mereka akhirnya aku tahu, ternyata waktu kejadian adalah sekitar pukul setengah sebelas malam dan itu adalah waktu setelah aku mendengar perkataan Ayahku. Kuletakan rokok beserta korekku di pinngir kananku, sambil aku masih menikmati rokok dunhill, tiba-tiba bara api jatuh dari rokokku mengenai paha kiriku. Aku gelagapan langsung menyapu bara itu apesnya sebungkus rokok dunhill terjatuh untung kolam ikan tidak dangkal dan rokoku masih mengambang.

"Mas Rokok sama koreknya jatuh itu" ucap kameramen telesvisi tersebut kepadaku

"Oh iya mas..." langsung aku ambil tanpa mempedulikan lengan jaketku.

"Lha HP-nya tidak diambil, rusak lho mas kalau tenggelam kelamaan" ucap kembali repoter wanita tersebut

Sebenarnya aku kebingungan ketika mereka mengatakan itu, karena HP ku berada di kantong bajuku yang tertutup oleh jaket. Segera aku melihat ke kolam tampak sebuah telepon cerdas merek asia dengan segera aku ambil HP itu walau jaket rahman menjadi korban. HP? HP siapa? Saat itu pula aku ingin menyatakan kepada repoter dan kamera bahwa itu bukan HP-ku tapi mereka sudah keburu pergi. Ku lap HP tersebut dan kumasukan kedalam jaketku, tak ada seorang pun disini hanya aku sendiri, dari pada nantinya aku di takuti oleh hantu KS mending cabutlah.

Dalam perjalanan kembali ke kampus, tak ada pikiran apapun di dalam benakku. Kurang lihnya aku bahagia karena aku menemukan HP, ya semoga saja HP-nya masih bisa fungsi jika di perbaiki. Kupacu dan Ku arahkan motorku menuju ke konter langgananku di dekat kampus. Pemilik konter ini adalah temanku, biasa dia cari pekerjaan sampingan. Sampailah aku di konter HP temanku itu.

"Lagi sibuk Bro?" tanyaku

"Ya lumayanlah...." jawab Ronald, teman kuliahku

"Bro, bisa benerin HP yang kecelup dalam kolam?" tanyaku kepada ronald

"Waduh lagi banyak servisan HP ni, maafnya bro sibuk banget" jawab ronald

"Ayolah kawan, bantulah aku, Cuma konter ini kepercayaanku" jawabku memelas

"Dah gini, aja bro aku ajarin cara buka itu HP tak pinjami obeng khusus" ucap Ronald sembari menyerahkan satu set obeng khusus kepadaku

"setelah kamu buka kemudian kamu jemur saja sampe kering, kalau nanti bisa jalan lagi ya untung kamu, kalau tidak bisa jalan bawa kesini nanti aku perbaiki, tapi ya nunggu lama bro, Oke?" jawab Ronald. Ronald kemudian mengajariku membuka HP yang aku temukan tadi, dengan menggunakan obeng-obeng tersebut. Setelah aku yakin aku bisa, aku tinggalkan konter menuju ke kos-an Ajeng.

"Selamat Siaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang" teriakku, selang beberapa menit keluarlah seseorang.

"WOI! Kaya tamu penting aja ente!" teriak Rahman dari dalam kos, kos Ajeng berbentuk sebenarnya Rumah kontrakan, lengkap dengan pintu gerbang rumah, garasi. Tampak Rahman membukakan pintu gerbang rumah.

Aku masuk tanpa banyak basa-basi aku langsung meminta motorku kembali. Dengan sedikit memaksa Rahman mengajakku masuk, sekalian mengenalkan aku ke penghuni kos tersebut mungkin saja ada yang aku minati. Kucoba menolak, tapi apa mau dikata aku gagal menolak.

"Woi ladies, kenalin nih cowok keturunan jepang, ganteng minta ampun, masih jomblo, Arya!" teriak Rahman ketika memasuki pintu rumah, tampak 6 orang cewek yang sedang nonton TV salah satunya Ajeng.

Mereka kemudian menoleh kearahku, tapi namanya cewek sedikit jual mahal kepadaku. Ku dekati mereka dan memperkenalkan diriku ke mereka satu-satu. Ana, Dwi, Lestari, Septiani, Ina dan terakhir Ajeng. Kamu terlibat percakapan, sekedar gurauan-gurauan dan candaan. Tak ada satupun yang memikat hatiku walau dari mereka ada yang memandangku dengan something. Hingga semua merasa lelah akhirnya aku memutuskan pulang. Ajeng... dia menatapku aneh sekali sejak dia jadian dengan Rahman.

Aku pulang kerumah, aku menuju kekarku, tak perlu istirahat aku langsung membuka HP yang aku temukan tadi. HP Original asyiiiiiik merek dari ASIA SUNGSANG, yes! HP Baru HP baru. Kenapa aku tahu ini HP asli, karena tadi temanku konter yang mengatakan kepadaku. Tapi tunggu bisa jalan tidak ini HP? He he he. Aku buka bagian belakang HP, kulihat MMC dan SIM CARD Masih menempel di HP itu. Kusisihkan MMC dan SIM CARD HP tersebut. Kubuka satu persatu layaknya seorang ahli perHP-an. Kujemur di perkarangan rumah, kuletakan bagian-bagian HP tersebut pada sebuah nampan dan aku letakan di atas rumput yang terkena sinar matahari.

Kembali aku masuk ke dalam kamarku, kulhat waktu menunjukan 13.00. Penasaran juga dengan isi SIM CARD, kuambil FiturPon-ku (HP jadul) dengan merek NANIA 3150 dan kupasangkan SIM CARD di dalamnya. Ku charge terlebih dahulu dan kunyalakan Hpnya. Sambil menunggu HP aktif sempurna, aku berandai-andai semoga saja isi smsnya, berisi sms dari wanita-wanita semok dan cantik he he he. Kubuka message HP walau sebenarnya belum aktif secara sempurna, sehingga tak tampak nama pengirimnya yang tampak hanya sebagian isi pesan, kucoba buka pesan pertama, agak sedikit lemot mungkin sedang melakukan sinkronisasi nomor kontak. Dan terbukalah isi smsnya



<some text missing> Antarkan sesuai perintahku
x/+-

"Yaelah ada text yang hilang nasib-nasib, apa maksudnya ini" bathinku, kemudian aku tekan kebawah.

Sender:
Romo Mahesa
Date :
Wednesday,1/03/20xx


DEG... DEG... DEG... DEG....
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd