Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Wild love????

Bimabet
O.. Bu dian..sedang apa kau disana..?

Masih belum jua dengar kabar tentang mu..
 
Mantap gan tak tunggu updatemu wkwkwkqm, stelah lama gak on ternyata banyak penulis berbakat yg muncul di semprot
 
Pagi menjelang, aku kemudian mandi bergegas menuju kampus. Mencari informasi tambahan mengenai kuliahku, mungkin saja ada mungkin saja tidak. Hitung-hitung sebagai mahasiswa aku tetap harus berangkat, walau sebenarnya kampus sedang dalam masa liburan akhir tahun. Tapi toh disana ada penjaga juga, bahkan dosen dan karyawannya masih berangkat. Alasan lain aku ke kampus adalah ibu menyuruhku mengantarnya ke tante ratna, jadi mau ndak mau ya ke kampus. Sebelum pergi keluar rumah ibu memberikan ciuman mesra, lama kami berciuman seakan aku tidak ingin ke kampus. Namanya juga anak muda, jiwa muda dapat sesuatu yang indah pasti hawa didalam diri tidak mau lepas. Tapi mau tidak mau harus berakhir juga, karena ibu memintaku untuk segera mengantarnya ke rumah tante ratna. Aku mengantarkan ibu terlebih dahulu ke rumah tante ratna, di rumah tante ratna cukup aman menurut penilaianku jadi kalau ada apa-apa diluar sana, ibu tetap aman. Kupacu REVIA dengan penuh kobaran semangat yang melempem. Kecepatan pengendara sepeda onthelpun tak bisa aku lewati ha ha ha. Sesampainya dikampus hanya ada informasi mengenai beasiswa di tata usaha fakultas. dan tak ada yang menarik selain informasi bea siswa. Selepas aku membaca informasi di tata usaha fakultas aku berjalan santai menuju warung yang biasa aku makan bersama rahman. Melewati gedung kuliah tercintaku, yang sebentar lagi aku tinggalkan.

“Rahman.... bagaimana kabarnya?” bathinku. Segera aku kirimkan BBM ke rahma menanyakan kabarnya sesampainya aku di warung. Aku duduk membelakangi pintu masuk warung

Sewu kutho uwis tak lewati, sewu ati wes tak takoni (1000 kota sudah aku lewati, 1000 hati sudah aku tanyai). Ringtone Hpku. Rahman

“Woi ar, gimana kabarnya?”

“Lha kamu itu gimana, kalau aku baik-baik saja kang”

“Ane mah oke-oke saja ar”

“lagi dimana kok tidak pernah kelihatan di kampus”

“jangan bilang-bilang ya, ane sekarang pindah rumah, beberapa hari yang lalu mama ane bertengkar sama papa”

“HEH! Lha terus nasib kamu bagaimana?”

“tenang, ini lagi sidang, mama sudah ndak tahan sama perlakuan papa. Papa saja malah santai menanggapinya, dia malah senang asal pembagian hartanya 50:50”

“lha kamu kan belum kerja kang”

“Tenang brooooo... ane kan masih anaknya, dan aku dapat bagian dari papa ane”

“ouwh... emang masalah apa sih kang kok bisa sampai pisah?”

“Bajingan dia itu, waktu kemarin kapan aku lupa dia bawa cewek-ceweknya”

“terus?”

“ya ane sebenarnya dah tahu masalah kejiwaan papa ane, tapi ya ane kan diem. Kemarin ane titipin motor ane ke temen ane, terus pulang dan sembunyi dikamar. Papap ane ndak tahu kalau ane dirumah, ane intip dan ente tahu ar, dia benar-benar gila dan bajingan ar”

“kok bisa”

“ya bisa lah ar, dia main sama cewek-ceweknya dan mama ane diiket di depan mereka. Apa ndak gila itu” (benar-benar gila nico)

“be be beneran itu kang?”

“beneran, makanya sekarang ane sama mama ane, honey moon bro ha ha ha” (Dasar ini orang ndak ada sedihnya atau apa gitu)

“honey moon?”

“Ya kan ane dah pernah cerita ar, yang jelas sekarang ane dah ndak mau tahu urusan tuh bajingan. Kalau mati pun sukurin ha ha ha ha” (jadi tenang dengarnya, kalau saja suatu saat nanti aku harus melakukan hal yang terjadi pada tukang pada ayah rahman)

“hati-hati lho kang”

“Tenang, ndak ada yang tahu keberadaan kita ar. Oia masalah kuliah, ane sudah hampir skripsi ar”

“WEW cepet banget kang”

“Biasa... ane jatah tuh dosen eh ketagihan jadinya ya aku gampang lulus ar ha ha ha” (Sialan nih orang ndak ada matinya tuh kontol)

“Sialan kamu kang”

“Ha ha ha ha.... sudah dulu ar, nanti kalau suasana sudah reda ane kabari keberadaanku”

“okay kang”

Tepuk jidat dah. Benar-benar orang tanpa beban hidup. Kumasukan telepon ke dalam saku jaketku.
Sejenak aku berpikir mengenai sepak terjang rahman yang notabene lebih dulu ketimbang aku. Tapi dilihat dari manapun dia tidak pernah terlihat mengalami kegalauan, kecuali ketika putus dengan ajeng dan pertama kali dengan ibunya. Selepas kedua kejadian itu eh malah dia dapet keberuntungan terus. Rahman juga sudah tahu mengenai kelakuan buruk ayahnya, ya itu baguslah kalau saja nanti akan terjadi sesuatu pada ayahnya aku tidak perlu sungkan lagi.

“Mbok, nasinysa satu” ucapku kepada ibu penjaga warung, biasa kalau manggil seenaknya saja aku. Kadang mbok, mak, ibu dan lain sebagainya

“Pakai lauk ndak? Apa Cuma nasi putih le (nak)” balas simbok

“Ya pakailah, masa putihan emang lagi puasa” candaku

“Ya mungkin saja nasi lauk piring” canda ibu warung

“emang kuda lumping, cepetan mak dah laper” ucapku, langsung ibu penjaga warung mengambilkan aku makanan

“lha temen kamu yang arab itu kok ndak pernah kelihatan” ucap ibu warung

“indehoi mak” balasku

“dolanan (mainan) apa itu?” ucap ibu warung

“yaelah masa indehoi ndak tahu mak” ucapku

“indehoi itu ssst ssst ssst sst” bisik anak perempuannya yang membantu jualan ibu warung, aku hanya cengengesan

“LHO LHO LHO dah nikah itu anak?” tanya ibu warung

“belum” ucapkku

“Lho gimana to kok sudah gituan, ndak boleh to ya” balas ibu warung yang berjalan megantar makanan ke arahku

“namanya juga anak muda mak” balas anak ibu warung

“anak jaman sekarang ck ck ck ck” ucap ibu warung geleng-geleng, aku hanya senyum meringis saja

“lha minumnya mana mak?” ucapku

“tuh kobokan (air bekas cuci)” balasnya sambil lalu

“Emangnya sini buto (monster)”

“es teh mbak” ucapku kepada anak ibu warung

Selang beberapa saat minuman pun datang. Sedikit aku meminumnya dan kemudian mulai makan. Dengan sangat lahap aku memakan makananku.

“Kalau makan pelan-pelan ar” ucap seorang wanita di belakangku, aku menoleh ke arahnya dan kutikuti gerakannya hingga dia duduk didepanku

“Eh... mmmslamat pagi bu....mmmm” ucapku yang kemudian menundukan kepalaku. Tak ada kata-kata keluar dari mulut kami berdua, dia hanya memandangku memperhatikan aku ketika makan. Aku sama sekali tak berani memandangnya. Setelah selesai makan...

“Bagaimana kabar kamu?”ucapnya, aku angkat wajahku dan memandangnya. Kulihat wajah wanita ini sekarang menjadi sangat datar kepadaku, tak ada lagi wajah sayu ataupun sendu

“baik-baik saja bu, bagaimana kabar bu dian?” ucapku mencoba tersenyum walau kemudian menunduk lagi

“baik” balasnya, biasa dan datar

“Nda, makan sini saja enak kok” ucapnya memangggil seseorang

“Disini ya yan, okey” ucap lelaki itu yang kemudian masuk dan menghampiri kami berdua

“Kenalkan ini mahasiswaku, arya” ucap bu dian kepada lelaki itu

“Anda” ucap lelaki itu, yang kemduian aku tahu namanya Anda

“Arya” balasku, entah kenapa bathinku serasa sesak ketika melihat seorang laki-laki berkulit putih dan tinggi ini. rambutnya kaku dengan model potongan cepak.

“saya lanjutkan maka saya dulu bu” ucapku

“iya silahkan”

“Sini nda, duduk sebelahku tapi pesan dulu, aku ndak makan” ucap bu dian

“okey yan” ucap lelaki itu

Aku hanya mampu menunduk, kadang aku mencoba mencuri pandang ke arah bu dian. tapi dia sibuk dengan sematponnya. Tak ada percakapan antara kami berdua, tampak sepi ketika kami berhadapan. Anda, lelaki yang bersamanya tampaknya selalu tersenyum kepada bu dian. entah mengapa sekarang aku merasakan berada di posisi bu dian ketika aku mengacuhkannya. Rasanya seperti tertikam sangat dalam. Ah, masa bodohlah aku sudah putuskan untuk mundur. Makanan mereka pun datang, mereka tampak mengobrol dengan sangat akrba dihadapanku. Sialan, kenapa juga mereka duduk dihadapanku, mau aku hajar atau bagaimana itu laki. Hei! Kenapa aku cemburu? Terserah bu dian mau ngapain kan? Feel free arya... feel free....

Ciiiittt... klak... trap trap...

“Woi cat, tumben banget ke kampus” ucap seorang yang menepuk bahuku, tak lain dia adalah wongso

“eh... mbak dian, pa kabar mbak? Pacarnya ya?” ucap wongso dengan tangan kiri tetap dibahuku dan tangan kanannya bersalaman dengan mereka berdua. Sambil berkenalan dengan anda.

“ni lagi makan siang” ucap bu dian

“Sial! Jawab bu jawab siapa dia? Pacar kamu atau buka?! Arghhhh!” bathinku membuat aku semakin tertunduk

“Hei ******! Kamu itu sudah memutuskan untuk mundur, kenapa malah emosi!” bathinku yang lain memarahiku

“Cepet cat! Habiskan kalau perlu piringnya sekalian!” ucap wongso

“emang kuda lumping” jawabku judes

“kalau jawab biasa sajalah, ndak usah pake emosi cat ha ha ha ha” ucap wongso terbahak

“emang mau kemana?” tanyaku

“biasa, nongkrong” balas wongso

“kok kamu tahu aku disini” ucapku

“bau kamu jarak satu kilo tercium apalagi bau kamu yang lagi emosi ha ha ha ha” canda wongso

Aku hanya diam saja, bu dian yang aku lirik tak sedikitpun tertarik dengan percakapanku dengan wongso. Dia nampak lebih asyik dengan teman barunya itu. Wongso yang semula mencandaiku kini lebih memilih diam dan menungguku. Segera aku selesaikan makan siangku ini dan membayar.

“Nah gitu habis makan langsung bayar ha ha ha” canda wongso

“Ayo dah ditungu ma koplak” ucap wongso

“iya.. iya...” balasku

“bu dian, pak anda, saya pammit dulu” ucapku kepada mereka berdua

“iya mas, hati-hati” ucap anda, bu dian tidak membalas kata-kataku

Aku kemudian melangkah menuju wongso. Kuletakan tangan kiriku di bahu wongso dan berjalan dibelakangnya. Sedikti canda kami berdua ketika menuju pintu keluar warung.

“Ar...” ucap bu dian

“Eh...” aku menoleh ke belakang

“Hati-hati...” lanjutnya

Langsung Aku tersenyum dan mengangguk ke arahnya. Sedikit dia melirikku namun dialihkan pandangannya ke makanan dan ke Anda lagi. Aku dan wongso kemudian berboncengan untuk menuju ke tempat parkir mengambil motorku. Entah, kenapa kata-kata itu yang selalu aku tunggu. Hanya dua kata “hati-hati” dan itu sudah membuatku nyaman dalam melangkah, ada apa sebenarnya aku ini? apakah aku ingin membuatnya kembali lebih sakit dari biasanya? Atau masih adakah kesempatan untukku dan dia kembali bersama? Setibanya di tempat parkir, wongso malah tertawa ngakak.

“Ha ha ha ha ha kamu kelihatan cupu cat tadi” ejek wongso di atas motornya tepat disampingku yang juga sudah naik di motorku

“woi bocah aneh! Ada apa to sebenernya? Katanya ngajak kumpul” ucapku

“Siapa juga yang ngajak kumpul? Pakai nalar dong bro, ini masih siang anak-anak mana mungkin ada waktu longgar apalagi ini menjelang akhir tahun” ucap wongso

“Lha maksud kamu tadi ngajak aku keluar cepat-cepat waktu makan mmmm” ucapku terpotong ketika wongso menyumpalkan sebatang rokok ke mulutku

“aku tadi berangkat ke kampus, ke jurusan ngurus nilai, waktu pulang ditempat parkir ada motor kamu. Aku langsung punya piling kalau kamu pasti ke warung makan langgananmu. Aku terus kesana jalan kaki fyuuuhhhhh” ucap wongso sambil menyemburkan asap dunhill-nya

“lha tadi kamu pakai motor” ucapku sambil menyulut api rokokku

“Ya jelaslah, aku tadi pas sudah dekat lihat mbak dian masuk. Terus sedikit melongok ke dalam ada kamu” ucap wongso

“Lha apa maksudnya kamu ngajak aku cepat-cepat” ucapku

“yeee harusnya kamu berterima kasih sama aku, kalau kelamaan didalam bisa-bisa seisi warung kamu bakar, apalagi mbak dian bawa laki lain. Panas tuh hati kamu ha ha ha ha” ucap wongso

“Ah sialan kamu wong” ucapku

“begini ar, aku ndak tahu posisi kalian berdua seperti apa tapi paling tidak ketika aku melihat sebentar ketika mbak dian sudah di dalam aku lihat kamu salah tingkah, makanya aku jemput kamu” ucap wongso

“eh bentar-bentar... dari tadi kamu manggil bu dian pakai sebutan mbak?” ucapku

“Cemburu nih yeee. Ha ha ha...”

“dia sendiri kok nyuruh aku manggil mbak, waktu dia main ke warung, bahkan koplak sekarang kalau manggil juga pakai sebutan mbak kecuali kamu jadian sama dia, mungkin aku akan manggil namanya saja” ucap wongso santai

“ndak mungkin wong... dia dosen” ucapku

“Dulu aku juga berpikir sama dengan kamu ar” ucapnya

“maksud kamu?” ucapku melihat wongso menghidupkan mesin motornya yang sudah mati

“Aku dulu berpikir aku tidak mungkin menerobos api yang membakar rumahku untuk menyelamatkan ibuku. tapi ada laki-laki seumuranku yang tiba-tiba saja berlari masuk ke dalam rumahku itu dan membawa ibuku dengan susah payah...” ucap wongso yang memandangku tajam

“Fyuuuuuuuuuuuuh....” disemburkannya asap dunhill ke arahku

“itu beda wong....” ucapku

“sama saja cat, ketika aku berpikiran tidak mungkin ada orang lain yang berpikiran mungkin berarti semua itu mungkin untuk dilewati. Dan ketika kamu berpikiran bahwa itu mustahil dan orang lain berpikiran ada jalan, berarti ada jalan. Jangan terpaku pada pikiranmu, kotor itu bisa dibersihkan asalkan kamu mau”

“Aku pulang dulu cat, Cuma satu pesanku” ucap wongso, yang membuat aku hanya bisa melihatnya memundurkan motornya

“apa?” balasku

“JOMBLO JANGAN DIPELIHARA! Ha ha ha ha” teriak wongso yang kemudian meninggalkan aku

“KAKEK’ANE KOWE WONG!” balasku berteriak (kakek’ane merupakan makian dan sudah dijelaskan didepan kalau nubie juga bingung artinya apa)

Pandanganku mengikuti wongso pergi menjauhiku. Sejenak aku merenung di tempat parkir. Beginilah cinta deritanya tiada akhir. shit! I’m not that pig. Sialan itu tipatkai kenapa juga kamu harus menderita karena dewi siapa itu ah lupa aku namanya. Aku bukan dia, dan aku pasti akan mendapatkan cintaku. Memang bukan dian, tapi pasti ada lagi yang lainnya. Masa bodohlah, segera aku ke rumah tante ratna untuk menjemput ibu. dalam perjalananku kerumah tante aku masih terbawa kata-kata wongso. Ketika seseorang berpikir mungkin dan kamu tidak, maka pasti ada kemungkinan

“bu, ayo pulang” ucapku yang masuk ke rumah tante ratna dengan santainya tanpa mengetuk pintu dan langsung nyelonong masuk

“yee... enak saja ntar siapa yang nemenin tante?” ucap tante ratna yang lagi ngobrol dengan ibu

“kan ada om dan anak-anak manja ini” ucapku sambil menunjuk ke anak-anak tante

“om keluar kota, ibumu aku pinjam, kamu dirumah sendirian sana”

“kan sudah biasa jomblo hi hi hi” ucap tante ratna dengan menunjukan jari kelingking

“arhhh! Tante sukanya ngejek ah” ucapku duduk di hadapan mereka

“Sudah... sudah... sayang, ibu sama tante dulu ya? kasihan ndak ada yang nemenin” ucap ibu

“ya... ibu, lha terus aku dirumah sendirian” ucapku manja

“hiiii masa udah gede tatut sendilian” ucap adikku dari tante ratna yang datang dan dipangku tante ratna

“iya tuh sayang, udah gede takut sendirian padahal sudah biasa sendiri, kakakmu itu belum punya pacar sayang” ucap tante ratna

“belalti ndak laku ya mah” balas anak tante

“iya ndak laku, terus ndak ada yang mau sayang, kan kakak kamu itu manja setengah mati sama budhe hi hi hi” ucap tante

“apaan sih tante! Iiiihhh....” ucapku

“sudah... sudah... kalian itu keponakan sama tante isinya bertengkar mulu”

“sayang, kalau kamu mau yang tidur sini saja bagaimana?” ucap ibu

“ndak bu, aku pulang, ntar aku jadi bahan bully tante jelek itu weeeeeeeeeeek” ucapku sambil berlari ke belakang ibu

“awas kamu ar! Gini-gini sudah laku ndak jomblo kaya kamu! Lagian seumuran kamu tantemu ini sudah punya pacar weeeeeeeeek” ucap tante lagi-lagi aku kalah

“iya siiiih tapi ada adegan sinetron tuh, he he he” ucapku yang kemudian salim ke ibu dan lari keluar rumah tante

“Awas kamu ar kalau ketangkep tak jitak kamu” ucap tante ratna marah, kemudian menurunkan anaknya dan mencoba mengejarku. Ya karena waktu tante pacaran dengan pacar pertamanya ada adegan sinetron dimana tante mau mencoba bunuh diri ketika putus walau akhirnya datang seorang pahlawan ya suaminya sekarang. Pacar keduanya sekaligus yang menikahinya.

“ndak bakal-ndak bakal weeeeeeeek” ejekku yang kemudian menaiki revia dan melaju

“hati-hati sayang” ucap ibu yang aku balas dengan tanganku mendadahinya

Aku segera memacu laju REVIA dengan semangat kuadrat pangkat tiga tanpa di akar. Kadang pikiranku kembali ke wanita berambut panjang tanpa senyuman hari ini. otakku berputar kenapa dia tidak tersenyum sedikitpun kepadaku, malah sekarang bertambah dingin. Inikah rasanya dicuekin? Inikah rasanya galau? Inikah rasanya Andilau (antara dilema dan galau)? Sialan kenapa juga aku mikirin dia, persetan dengan wanita itu. Apa aku itu tidak sadar kalau aku ini terlalu kotor untuk dia? Ayo ar, sadar ar... dia bidadari kamu hanya manusia biasa.

“Arya... sudah tenang , pasti ada jalan cobalah untuk memaafkan dirimu dan kembalilah ke dian” bathin terangku berbicara

“Alah bro... ndak usah dipikirin bro, kalau emang dia ndak mau cari aja cewek lain, masih banyak bro yang bodinya lebih hot dari si judes itu” bathin gelapku membalas

“DIAM KALIAN SEMUA! Dasar terang dan gelap, pergi! Ngapain baru ngomong sekarang! Kemana kalian kemarin-kemarin! Sudah biarkan kakak yang memutuskan!” ucap dedek arya

“Sialan! Ini kenapa bathin ada empat? Bathinku, bathin terang, bathin gelap dan dedek arya? biasanya di film-film juga Cuma dua doang. Hufttthhhh.....” bathinku

“KAN KAMU SENDIRI YANG NGEBUAT! DODOL!” ucap bathin terang, gelap dan dedearya bersamaan membentakku, membentak segala kebodohanku

“Iya... iya cerewet kalian bertiga!” bathinku

Ciiiiit.... sampailah aku di depan rumahku. Rumah yang penuh dengan kenangan indah, manis, pahit dan buruk. Aku harap setelahnya adalah kenangan yang indah. Segera aku masukan motorku ke dalam rumah, tak ada mobil ayah di dalam rumah. Aku masuk ke dalam rumah, dan duduk diruang TV. Merenaung sesaat, sebenarnya hanya merenung dan melamun saja. Tapi entah dari mana ingatan itu masuk, ingatan tentang kejadian di warung. Tentnang sikapnya yang datar kepadaku. Padahal sebelumnya dia... arghhh salahku juga menolak. Bodooooooh bodoh, kan kamu sudah memutuskan untuk mundur ar? Bodohlah... Iseng karena tidak ada kerjaan dan daripada pikiran sontoloyo itu masuk lagi, aku kemudian menelepon ayah.

“Halo” (suara keras dan seperti membentak)

“Romo, arya romo”

“iya sudah tahu, ada apa?”

“Romo dimana? kok ndak dirumah?”

“lagi ada urusan, kamu dirumah sama ibu kamu saja”

“ibu di tante ratna, romo”

“ya sudah kamu dirumah, jaga rumah, romo pulang kapan-kapan”

“iya romo”

“kamu disuruh ibu kamu telepon romo?” (jeglek... padahal Cuma iseng saja)

“ya ndak romo, Cuma pengen telepon romo saja. Kalau romo ndak pulang arya kan ndak usah beli makan malam, karena tadi ibu nitipin uang buat beli makan malam”

“ndak usah saja, uangnya buat kamu. Ada keperluan apa ibumu ke tantemu? Bahas liburan akhir tahun apa awal tahun” (waduh jawab apa ya? Kenpa aku malah bingung sendiri)

“Awal tahu mungkin mo, yang jelas arya ndak tahu. Memangnya mau liburan ya mo? Enak dong?” (jawabku sekenanya)

“biasanya ya mereka liburan, ya sudah jaga rumah”

“Ampuuun tuan ampuuun saya tidak tahu....” (suara pelan dari telepon romo, membuat aku sedikit terkejut)

“ya romo” tuuuuuuuuuuuuut

Siapa? Siapa tadi yang memohon ampun? Kenapa suara seorang lelaki ada di dalam telepon romo siapa dia sebenarnya? Pikiranku semakin berkecamuk dengan berbagai pemikiran yang menjurus pada aksi romo berikutnya. Tapi siapa? Kenapa ada orang yang harus hancur lagi? Aku melangkah ke kamar dengan pikiran yang masih amburadul. Sejenak aku menenangkan pikiranku, merebahkan diriku di atas kasur empuk yang nyaman.

I love you... i love you... through the fire and the hell, there’s something i can’t stop. I love you (saigon kick). Ringtone HP. Rani

“Halo adikku yang manja”

“kakak iiih... masa manja”

“iya... iya ada apa?”

“Kak... eri kan...”

“Eri? Oh ya ya... ada apa? Gimana kabarnya?”

“Eri kak hiks...”

“Ran, ada apa?” (wajah kebingungan seperti kehilangan korek api dengan posisi punya rokok)

“Tadi....”

-------

Sudut pandang Rani yang menelepon eri

Sudah lama aku tidak kontak dengan eri, temanku sewaktu KKN dan juga temanku bersama walaupun kita beda jurusan dan fakultas. aku ingin sekali meneleponnya tapi aku sedang bersembunyi takut akan ketahuan, akhirnya aku menyampaikan niatku kepada mamah baruku, tante asih. Dan tante menyarankan aku untuk meneleponnya dengan nomor baru, tante kemudian memebelikan aku nomor baru dan aku menelepon eri.

“Halo”

“Halo er...”

“Siapa ya?”

“Masa kamu lupa sama suaraku?”

“Eh kamu...”

“Ssssttt... jangan sebut namaku, kamu ini dimana?”

“Eh iya.. ini aku dirumah”

“sama siapa?”

“Sendirian”

“bajingan itu tidak dirumah kan?”

“Tidak, memangnya ada apa?”

“kamu pasti sudah tahu er”

“Iya, aku sudah tahu kemarin ayahku juga marah-marah sendiri. kamu kemana saja”

“Aku lagi sembunyi, aku aman sekarang er”

“Syukurlah kalau begitu, seandainya saja aku bisa seperti kamu”

“Er, kamu tenang saja aku akan bilang sama kakek kita di KKN untuk menyelematkan kamu”

“Eh... Kakek??”

“masa kamu lupa, kakek kita di KKN yang teriak-teriak waktu ada bapak-bapak minta tolong itu lho, ingat kan? Ingat jangan sebut nama”

"oh ya ya aku ingat”

“bagaimana bisa dia...”

“Aku ketemu sama dia er, dan dia juga sama seperti kita, anak dari seorang komplotan bajingan itu”

“ternyata benar dugaanku, dia adalah orang yang baik. Dan dia menyelematkan kamu. Bagaimana ibu kamu?”

“Ibuku keadaannya membaik. Er, kamu tenang saja aku akan bilang sama kak arya untuk menyelamatkanmu, dia pasti mau”

“Jangan, berbahaya. Dan sudah terlambat, aku sudah tidak bisa keluar rumah lagi. Setelah kejadian yang menimpa ayahmu”

“Maksud kamu?”

“Aku dikurung di sebuah rumah yang aku tidak tahu keberadaanya, dijaga oleh body guard dan hanya menanti hari eksekusi. Kemungkinan setelah tahun baru besok atau tepatnya seperti yang kita tahu sebelumnya”

“tidak, pokoknya kak arya pasti bisa selamatkan kamu”

“say, sudah kamu jangan bilang sama kakek. Ini terlalu berbahaya, mendengarmu selamat dan tidak jadi dijadikan mainan oleh para bajingan ini aku sudah cukup senang. Kamu disana baik-baik saja ya sayang. Aku akan pulang kerumah setelah tahun baru besok, kata bajingan itu aku akan dibawa kerumah kembali setelah mereka mengadakan pertemuan”

“Tidak er hiks pokoknya kamu harus tetap bersamaku hiks”

“sayaaaang cup jangan nangis, mungkin tepat di hari eksekusi itu aku akan mengakhiri hidupku dihadapannya”

“tidak, jangan”

“Sayang sudah ada yang masuk kerumah, jaga diri baik-baik ya sayang” tuuuuuuuuuuuuut

“Er... er... er.... hiks hiks hiks”

------
“ran, berarti eri juga?”

“iya kak, eri anak orang yang disebut sebagai aspal. Dan dia juga akan dijadikan budak seks seperti yang pernah aku ceritakan. Hari eksekusi adalah hari dimana aku dan eri akan menjadi mainan mereka. Maafin rani kak baru cerita”

“sudah... sudah tenang, kamu tahu kapan hari eksekusi itu?”

“tidak tahu kak, yang aku tahu waktu itu ayahku hanya mengatakan bulan kedua”

“hmmm... okay, kita masih punya waktu. Kamu nanti telepon eri lagi. Suruh dia simpan nomor kamu yang baru, dan suruh dia hapus semua memori pesan setelahnya, okay? Nanti nomor kamu aku minta”

“iya kak makasih kak”

“dan satu lagi, katakan pada dia untuk bersabar. Beri kabar kepadaku jika nanti dia sudah berada dirumahnya”

“Iya kak”

“dan satu lagi, adikku yang manja jangan menangis lagi okay?”

“iya kakakkuuuuu terima kasih”

“Sudah, kamu istirahat dulu ya adikku”

“ya kak”

Seetlahnya aku menutup telepon, aku kemudian langsung bergerak menuju ke komputer. Kubuka email dari om nico. Dan coba aku pelajari emailnya. Ya benar, akan ada pertemuan besok pada malam tahun baru. Di email aku telah membaca sebuah percakapan layaknya chat, dimana ayah menyuruh om nico agar mempersiapkan diri. Ya sebentar lagi, aku harus ke tempat itu. Ke tempat pertemuan itu mencari informasi tambahan mengenai pertemuan dihari kedua. Aku kemudian bersandar dan memjamkan mata memikirkan untuk besok ketika malam pergantian tahun. Tanpa aku sadari, pikiranku kembali ke arah kalung yang berada di dompetku. Ku ambil dan ku mainkan ditanganku. Kulihat dan kembali aku mengamatinya.

“Kenapa aku masih menyimpanmu jika memang sudah tidak ada tempat lagi untuk menyimpanmu” ucapku kepada kalung monel dengan gantungan kalung berupa cincin. Aku masukan kembali ke dalam saku di dompetku. Sebentar aku menghelas nafas, mengingat semua kejadian yag telah terjadi hampir 1,5 tahun ini.

Wooo ooo we’ll have way there... woo ooo living on a prayer (Bon Jovi). Ringtone HP. Mbak erlina.

“Halo mbak”

“Ar, kamu yang melakukannya? Aku sudah melihat di berita, dan identitas orang yang terbakar didalam mobil itu adalah salah satu dari mereka”

“yaelah... bukannya nanya kabar adiknya bagaimana, asal nyrocos saja”

“Iya adikku bagaimana kabarnya? Mau ngentot mbak lagi tidak?”

“iiiih mbak segitunya deh sama aku”

“lha harusnya bagaimana hi hi hi”

“he he he...”

“benar kamu?”

“He’em mbak, kok mbak tahu identitas dari yang terbakar?”

“adikku tambah ganteng deh hi hi hi, mbak tahu sewaktu mayatnya di bawa kerumah sakit untuk di lakukan identifikasi, oia kalau mau ngentot sini sayangku muach”

“yaelah, ini mbak diulang lagi”

“iya iya maaf kan Cuma bercanda”

“yah kok bercanda mbak”

“katanya suruh serius, pengen nih?”

“he he he ndak mbak lagi pusing”

“kenapa? oia kenapa kamu ndak cerita ke mbak?”

“begini mbak, tukang adalah ayah angkat dari teman KKN-ku dan setalah aku tahu mengenai semuanya, aku dan koplak kemudian menyusun rencana. Akhirnya itulah yang terjadi”

“anak angkat? Terus kenapa kamu menolongnya?”

“begini mbak....” (aku kemudan menceritakan secara detail ke mbak erlina dan juga eri)

“Syukurlah salah satu dari mereka bisa kamu selamatkan, kalau bisa eri juga ya adikku sayang... jangan sampai ada yang menderita lagi karena mereka, mbak ndak habis pikir ternyata lebih banyak yang menderita. Tapi mbak ndak akan memaksa kamu untuk melakukannya karena ini terlalu berbahaya untuk kamu ar”

“tidak mbak, masih ada beberapa hal yang harus aku lakukan, menyelamatkan eri dan beberapa orang lagi” (aku tidak menyebutkan mbak ara di dalam pembicaraan kami)

“mbak akan selalu berdoa untuk keselamatan kamu adikku”

“terima kasih mbak”

“oia kalau pengen kesini ya, mbak juga kangen nih hi hi hi”

“kalau lagi serius gini jangan ditawari mbak, ntar keluarnya cepet he he he”

“letoy tuh”

“enak saja letoy”

“mana buktinya?”

“awas kalau ketemu lagi”

“hi hi hi dah adikku dan ksatriaku”

“iya mbakku” tuuuuut....

Setelah telepon dari mbak erlina, rasa penat merasuk dalam pikiranku. Ada eri dan mbak ara, eri yang pertama kali harus aku amankan terlebih dahulu. Mbak ara, entahlah apakah aku akan menepati janjiku kepadanya. Jika aku teringat akan percobaan pemerkosaan terhadap Ibu aku jadi tidak mampu untuk melupakannya. Dan rasa marah terus menggelayutiku ketika aku mengingat wajahnya, wajah si buku. Mataku kemudian terpejam dan terlelap dalam tidur.
 
H-2 sebelum malam tahun baru

Aku terbangung pada pagi hari, aktifitasku sekarang malas-malasan dan tak ada yang aku kerjakan. Dengan membawa sematpon kesayanganku, aku pergi ke dapur membuat teh hangat. Dengan gaya sok luar negeri, aku ambil koran kemarin dan kuselipkan di ketek kiriku. Tangan kiri membawa teh hangat dan tangan kanan dunhill yang menyala dan berkobar. Dengan gaya sok ye, aku berjalan ke arah ruang TV. bebas, bebas itulah yang aku rasakan sekarang. Kunyalakan TV dan ku dengarkan TV itu, jelaslah kudengarkan karena koran kemarin aku baca. Benar-benar tidak hemat listrik hari ini.

“berikut sekilas bintang, hari ini warga didaerah ikan duyung menemukan sesosok mayat laki-laki yang tergeletak di pinggir sawah. Tidak diketahui jelas sebab kematiannya, warga yang menemukan mengira lelaki itu sedang tertidur karena mencari belut. Setelah di dekati warga kemudian terkejut karena ternyata lelaki itu sudah tidak bernyawa dan membuat geger seluruh warga di ikan duyung. Menurut polisi yang langsung datang ke TKP setelah di hubungi warga mengonfirmasi bahwa kematian dari lelaki tersebut dikarenakan tusukan pada dada dan tembakan di keningnya. Tak ada saksi mata mengenai pembunuhan ini sampai berita ini diterjunkan” begitu berita kilat dari sekilas bintang, aku hanya menyibak sedikit koranku dan kembali membaca

Where did we come from? Why are me here? Where do we go when we die? (Dream Theater). Ringtone HP. Rani

“Halo ran”

“kak, kakak lihat berita pagi ini?”

“Oh ya ni lagi nongkrong di depan TV”

“Kakak lihat berita pembunuhan ndak?”

“Cuma dengar saja, ada pa kok gugup sekali?”

“Itu... itu yang mati hiks...”

“Eh... ada apa ran?” (langsung aku memindah chanel televisi dan mencari berita tentnang pembunuhan, mungkin saja ada yang baru akan menayangkannya)

“itu pembantu dirumahku kak hiks, dia memang sudah tidak kerja menetap dirumahku hanya datang sewaktu dibutuhkan saja”

“HAH?! Yang benar kamu ran?”

“beneeeeer kak hiks itu pembantuku, yang bantu aku dulu dia menetap dirumah tapi hiks setelah bajingan itu mengambil alih semua harta ibu pembantu itu dipecat”

“bentar-bentar, ini ada beritanya lagi” (sambil telepon aku mendengarkan berita)

“Kakak hati-hati ya kak hiks hiks”

“iya kakak hati-hati, adikku sayang”

“beneran lho”

“Iyaaaa... sudah kamu pokoknya jangan keluar rumah, dan tetap dirumah. Kalau mau apa-apa minta tante asih saja”

“iya... hati-hati ya kak hiks”

“iya adikku sayang” tuuuuuuuuut

Gila? Kenapa malah semakin melebar aksi mereka? Mereka sudah terlihat sedikit gugup dengan apa yang telah terjadi. Eh... laki-laki di suara telepon ayah, apa mungkin waktu aku menelepon itu ayah sedang... pasti dia yang melakukannya. Sebuah pertanyaan besar dalam pikiranku, kenapa mereka bisa dengan mudah menghilangkan nyawa orang. jika memang begitu, aku harus menghadapinya dengan cara yang sama.

Satu hari penuh aku berada dirumah hingga sore hari, mengacak-acak email dan sematpon KS. Nihil, itulah hasilnya. Aku semakin yakin dengan kegugupan mereka. Jika mereka tahu keberadaan Rani dirumah tante asih, maka bisa hancur semuanya. Bahkan keluargaku bisa dibantai oleh mereka begitupula aku. Malam hari karena pikiranku sangat penat oleh semua yang tejadi, aku pergi ke warung wongso mungkin saja bisa melepas penat dengan guyonan.

“Hei hei hei... ada cat tembok yang suka emosi dateng nih? Tumben-tumbenan malam-malam datang?” ucap wongso, anton dan aris

“gundulmu wong” ucapku yang turun dari motor menuju ke mereka yang duduk di depan warung

“Ya jelas emosi, lha cewek idamannya sedang makan bersama dengan seorang lelaki lain. Dihadapannya lagi” ucap anton yang entah dari mana dia tahu cerita itu

“Hancur hatiku mengenal dikau, jadi keping-keping huooooooo” aris menyanyi mencoba mencandaiku

“Ah! Matamu sempal (rusak)! Diam kenapa? rencana mau cari hiburan malah di bully!” ucapku sedikit keras sambil mengambil minuman disebelah anton

“Lha rak tenan ( lha kan bener), dia lagi emosi... sudah tahu itu bukan minumanya main ambil saja!” ucap aris

“kadar gone anton wae owk (Cuma punya anton saja owk) pada ribut!” ucapku

“makanya jadi orang itu tanya-tanya dulu mas bro!”

“enak gak?” ucap anton, kemudian aku sedikit merasa aneh dengan minuman disebelah anton

“kok rasanya ada abu rokok?” ucapku

“HA HA HA HA HA HA HA” tawa mereka bersama-sama

“Ya jelaslah, itu bekas orang tak jadikan asbak ******! Dasar pemelihara jomblo ha ha ha” ucap anton

“biasa, kalau orang jatuh cinta, tai kucing rasa coklat, lebih parah lagi orang patah hati... apapun rasa coklat ha ha ha ha” ucap wongso

“patah hati okelah ar, tapi jangan bunuh diri disini juga dong, kasiha kita kan dikira ngebunuh kamu gara-gara minum es teh sisa campur abu rokokha ha ha ha” tawa aris

“juh juh juh asu kabeh!” ucapku

“HEI! Pisan maneh omongane ora di atur, Ibu kon ngelapi mejo nganggo ilat! (sekali lagi omngannya tidak di atur, Ibu suruh ngelap meja pakai lidah!)” bentak ibu dari dalam warung

“Ampuuuun DJ... eh Ampuuuun bu he he” ucapku

“Lagi patah hati bu, bloken halt! Ha ha ha ha” ucap wongso

“sudah ah” ucapku langsung duduk disamping wongso dan menyulut dunhill. Pandanganku menerawang tak jelas, teringat akan eri yang sedang dalam penahanan.

“Ada apa? Ngomong? Sariawan ya?” ucap aris

“ndak ada... lagi buthek saja” ucapku

“cerita...”ucap wongso sambil menepuk bahuku

“cerita saja...” ucap anton yang berdiri kemudian masuk ke warung

Fyuuuuuuuuuh.... sejenak kami dalam keheningan, anton kembali dari dalam warung membawa empat gelas wait kofi

“Ada yang gawat ar?” tanya anton

“endaaaaaak...” jawabku santai

“Aku lihat kamu serasa pengin bunuh kamu ar, kaya sama siapa saja kamu ar” ucap aris

“haaaaaaah...” desahku yang menundukan kepala dan kemudian memandang mereka satu persatu. Mereka menatapku dengan tajam, seolah meminta jawaban atas kegelisahanku

“fyuuuuuuuuuh....” desahku

“Rani...” ucapku

“Ada apa dengannya? Ketahuan?” ucap aris denga wajah khawatirnya

“gimana ar? Serius kamu?” ucap wongso dengan mimik muka seperti aris, yang kemudian sedikit duduk mendekat ke arahku

“jangan main-main ar?!” ucap anton yang sama khawatirnya dengan aris dan wongso

“Kosek to... makane dirungoke sek, aku ki lagi mikir! (bentar to... makanya di dengarkan dulu, aku lagi mikir)” ucapku dengan kedua tangan bergerak naik turun mencoba menenangkan mereka

“gundumu! Ini masalah rani, kita ndak bisa nunggu kamu mikir koplak!” bentak wongso di sampingku

“iya... iya aku tahu, rani itu ndak kenapa-napa kakak-kakak raniiiiiiiiiiiiiiii....” ucapku

“Wooooooooooooo!” teriak mereka bertiga serempak

Plak! Tamparan ringan mendarat di kepalaku

“Asem kamu ris!” ucapku

“Lha kamu, bikin orang khawatir saja” ucap aris

“Ah... kalian saja yang lebay!” ucapku

“sudah... sudah, terus apa yang membuatmu kusut cat?” ucap anton

“begini bro-ku semua yang koplak-koplak dan ganteng-ganteng dan sudah laku semua dan baik hati...” ucapku

“ora usah kedawan leh ngomong to the poin su! (ndak usah kepanjangan kalau ngomong, langsung ke poinya njing)” ucap aris

“Iya... iya...” ucapku

“huuuufffffttttt.....” hela nafasku

“begini dengarkan” ucapku dan semua kepala mereka mendekat ke arah kepalaku

“HUWAAAAAAAA HA HA HA HA HA” teriakku

“ASU!” teriak aris

“KAMPRET!” teriak anton

“CELENG!” teriak wongso

“HEI!” teriak ibu wongso dari dalam warung membuat aku hanya cekiki’an dan semua terdiam

“Cepet! Penasaran aku” ucap wongso sambil memiting kepalaku

“Iya... ampun bos ampun...” ucapku, langsung wongso melepaskan pitingannya

“begini, ini masalah eri teman KKN-ku, dan tak lain juga teman rani” jelasku, kulihat mereka semua napak serius ketika mendengarkannya kepala mereka mendekat ke arah kepalaku

“Dia, Eri...”

“adalah anak dari salah satu komplotan ayahku dan....” ucapku

“HEH!” mereka bertiga kaget

“Ssssst.... diam!” ucapku

“dan dia juga akan dijadikan mainan seperti eri jika tidak ada yang menolongnya” ucapku

Mereka bertiga kemudian menjauhkan kepala mereka. Wongso memangku dagunya, anton bersandar menerawang ke langit, sedangkan aris, kedua siku tangannya berada pada pahanya dengan kepalanya menunduk ke bawah.

“Dimana dia sekarang?” ucap anton

“Rani... tidak tahu keberadaanya, setelah kejadian malam itu... eri di bawa ke daerah dimana dia tidak mengetahuinya, jika suasana mulai reda dia akan dibawa kembali kerumahnya oleh Ayahnya”

“satu hal lagi, dia dijaga oleh body guard...” lanjutku

“terus apa yang harus kita lakukan?” ucap aris

“Tidak tahu, eri tidak tahu keberadaan dirinya, kemungkinan dia disekap dalam kamar, itu hanya asumsiku. Jika dia tidak disekap dalam kamar mungkin dia tahu keberadaannya dan bisa mengatakannya kepada rani” ucapku

“menurutku tidak, dia tidak mengatakan keberadaanya karena dia tidak mau membahayakan orrang lain yang mau menolongnya” ucap wongso. Kata-kata wongso ada benarnya dan membuatku sedikit termenung.

“Mungkin ada baiknya kita menunggu...” ucap anton

“Maksud kamu?” ucap aris dan aku secara bersamaan

“jika kita gegabah, mungkin malah akan menimbulkan kecurigaan. Sekalipun kita tahu, kita tidak menguasai medan bisa berbahaya bagi kita. Dan...”

“lelaki yang terbunuh dipinggiran sawah adalah pembantu dari rani” ucap anton

“bb bb bagaimana kamu bisa tahu?” ucapku

“Guoblok! Ya aku tahu to kang mas aryaaaaaaa... kamu tahu sendiri aku ini siapa?” ucap anton membuatku betepuk jidat

“benar kata anton, kita hanya bisa menunggu... jika kita tahu dia berada diluar daerah kita, kita tidak bisa menguasai medan dan bisa membuat kita terbunuh” ucap wongso

“ya betul” ucap aris

“dan kamu suruh rani untuk selalu menghubungi dan mencari informasi dari eri” ucap anton

“ya betul” ucap aris

“agar kita bisa tahu pergerakan mereka” lanjut anton

“ya betul” ucap aris

“bisa ndak sih kamu kasih saran ndak Cuma bilang ya betul ya betul terus” ucap wongso kepada aris

“ya betul.. eh...” ucap aris

Plak..! tamparan ringan dari anton untuk kepala aris

“aduh... lha aku harus ngomong apa? Kalian kan lebih berpengalaman?” ucap aris

“Dasar! Bisnismen keris!” ucapku

“ya betul” ucap aris

“KAMPRET!” bentak kami bertiga, membuat aris melompat menaiki kursi

“ya betul” ucap aris kembali keluar

Ya, mungkin memang ada benarnya juga. Kami harus menunggu karena di daerahku ini semua jalan dusah kami kuasai. Paling tidak kami hafal jalan seandainya kami harus berlri-larian kesana kemari. Tiba-tiba sebuah taksi datang ke warung wongso, tepat berada di kiriku dan wongso yang duduk menghadap ke warung. Kami semua yakin itu bukan taksi pak wan. Semua perhatian kami tertuju pada mobil taksi itu ketika pintu belakang mobil yang dekat dengan kami terbuka sedikit. Sebuah kaki putih nan jenjang keluar terlebih dahulu diikuti dengan tangan kanan sang pemilik kaki dimana sebuah tas kecil menggantung di tangan kanannya. Wanita itu dengan rambut panjang bergelombang berdiri di samping pintu mobil. Tangan kirinya menyibak rambut yang menutupi bahu kirinya. Matanya yang indah dengan bulu mata buatan dan sedikit eye shadow menghiasi matanya. Dadanya yang sedikit terbuka tampak sangat membusung membuat mata kami semakin terpana akan keindahan dari buah yang tumbuh di dadanya itu.

Brakkk... pintu mobil taksi ditutupnya dengan sangat kasar, membuat kami semua yang sebelumnya terpesona sedikit kaget. Wanita itu kemudian berbalik dan berjalan menuju ke arah kami dibarengi dengan mobil taksi yang mundur untuk meninggalkan warung wongso. Wanita dengan pakaian sangat terbuka ini berdiri di dekat kami dan kami memandangnya dengan penuh takjub akan kecantikannya.

“Halo ganteng-ganteng sayangku muach muach...” ucap wanita tersebut dengan tangan kirinya mentowel pipi kami sati persatu. Dan kami tahu siapa wanita ini...

“DIRA?!” teriak kami bersama, brakkkk... kami terjatuh bersama-sama

“iiihhh.. segitunya deh kalau lihat dira, terpesona ya?” ucap dira sedangkan kami mulai berdiri dan duduk kembali ke tempat kami

“beneran kamu dir? Gila kamu dir! Bisa-bisanya jadi kaya gitu?!” ucap anton

“Bisa dong kan teruntuk cintaku eko... gimana cantik kan?” ucap dira

“HUEEEK!” teriak kami bersama-sama

“iiih... cantik yah?” ucap dira

“HUEEEEEEK!” teriak kami bersama-sama lagi

“owalah dir... dir... jaman kamu SMA itu banyak cewek yang suka sama kamu, saiki malah kamu jadi cewek... owalah yooooo yooooo....” ucap ibu wongso yang berada didepan pintu warung yang sudah sepi ini

“DIRA! Kamu itu... iiiih... itu berlebihan tahu!” ucap asmi yang keluar sambil menunjuk pada bagian dada dira

“iiih jeles ya kamu say, punyaku lebih indah kan hi hi hi” ucap dira

“sudah... sudah, asmi ayo masuk saja, ndak usah ngurusi dira bisa sampe tahun batu juga ndak bakal selesai” ucap ibu wongso yang kemudian menarik asmi masuk kembali ke warung

“Dasar gila kamu, bisa-bisa diperkosa kamu dijalan!” ucap wongso

“Bisa dijadikan kambing peliharaan kamu dir” ucap aris

“Parah... parah... kamu dir” ucapku

“jangan gitchu dong ganteng... dira kasih yang spesial deh buat kalian” ucap dira sambil membalikan tubuh

“Nih disini cyiin, sepuasnya tapi jangan yang didepan ya karena yang didepan buat cintaku eko” ucap dira sambil menunjukan anusnya

“HUEEEEEEEEEK!” teriak kami bersama

“Hi hi hi hi hi... tenang saja cyin ini operasinya belum selesai nanti kalau udah selesai pastinya lebih bagus dari ini hi hi hi” ucap dira yang memerkan tampilan barunya ke kami. sambil berputar-putar memperlihatkan tubuhnya ke kami.

Ya... walaupun dia sableng bahkan sampai harus operasi tapi di tetap sahabat kami. sahabat yang selalu membuat suasana kembali menjadi indah dan riang. Dia tidak pernah marah walaupun kami membully-nya berkali-kali. inilah sahabat-sahabatku, keluarga keduaku. Obrolan ringan berlanjut hingga beberapa gelas kopi gratis dari warung wongso berjajar di sebelah kami. Walau kami bisa tertawa hingga terbahak-bahak hingga kami bisa terjengkang ke belakang, tetap saja dalam tawa kami ada sedikit ke khawatiran. Dan yang paling jelas terlihat adalah aku, wajahku, rautku, mimik mukaku menunjukan bagaimana aku sangat khawatir tentang Eri. Jika rani mungkin aku tidak begitu khawatir karena dia ada bersama tanteku. Memang mereka adalah sahabatku, dan mereka tahu akan perasaanku saat ini. mereka selalu mencoba menenangkan aku dari setiap canda kami, mereka selalu bilang kalau mereka ada untuk aku. Apapun kesulitanku pasti akan mereka bantu apapun caranya. Aku hanya tersenyum mendengarkan celoteh mereka. Hingga tengah malam, Satu per satu dari kami mulai menguap dan akhirnya kami mengakhiri tongkrongan kami. aku pulang dengan membawa segudang pertanyaan yang membingungkanku. Hingga dirumah didalam kamar, aku rebah dengan segudang pertanyaan dan sejuta rasa lelah.
 
H-1

Pagi hari...

“ergh... apa ini?” bathinku. Ku buka mataku secara perlahan dan ku coba melihat sumber kegaduhan yang membuat gaduh bathinku

“Ibu...” ucapku

“slurrp... slurrppp... mmmm.... slurrrp.... mmmm aahhhh”

“baru bangun sayangku?” ucap ibu dengan batang dedek arya yang dipegang dengan tangan kanannya tepat di depan mulutnya

“Ibu kapan pulanghhhhh ouwhhhhh....” rintihku

“slurrp... slurrppp... mmmm.... slurrrp.... mmmm aahhhh” ibu kemudian melepaskan kulumannya dan duduk bersimpuh di depanku dengan posisi kakiku terbuka lebar. Aku bangkit dan duduk dengan tubuhku ditopang kedua tanganku di belakang.

“Apa? Matanya kok kaya gitu?” ucap ibu

“cantik dan seksi bu” ucapku melihat ibu memakai jarik yang dijadikan kemben yang menutupi sebagian susunya dan sebagian pahanya. Susunya tampak ingin melompat keluar dari kemben itu

“teruuuuuus?” ucap ibu, aku dekatkan tubuhku dan kepalaku menunduk ke susunya

“arya suka ini” ucapku sambil mengelus-elus gundukan

“kan ini punya anak ibu, dan itu kamu sayang ku...” ucap ibu sambil mengangkat kepalaku untuk memandangnya dengan menggunakan kedua tangannya. Dikecupnya bibirku secara perlahan, beberapa kecupan didarakannya lagi di bibirku. Dan kecupan terakhir tak lepas dari bibirku, kupeluk tubuhnya dengan kedua tanganku. Akhirnya kedua bibir ini berpagutan saling menyedot dan saling melumat satu sama lain.

Ibu kemudan mengangkat pinggulnya hingga tepat di atas dedek arya dengan posisi masih berciuman. Hawa panas antara kami berdua mulai terasa disekitar kami. Hawa akan keinginan untuk segera dituntaskan. Perlahan dedek arya amblas ke dalam vagina ibu, benar-benar sungguh nikmat ditambah lagi lumatan bibir kami yang tak henti-hentinya bergerak saling memuaskan bibir pasangan.

“Ouwh... kontol kamu gede dan keras ouwh kontol kamu menggaruk tempik Ibu... dalam sekali ouwh... enak... tempik ibu keenakan dengan kontol anak ibu ini... benar aaahhhh benar nikmat ouwh..” racaunya

“enakan bu kontol anak ibu ufthhhh... tempik ibu sempit banget ouwh.... enak banget bu, kontol arya keenakan di tempik ibu ouwh...” racauku

“Ouwh sayangku... ibu kangen dengan kontol kamu ouwh... kontol kamu yan bisa memuasi ibu... erghhh... ibu akan selalu jadi istrimu, kekasihmu, pacarmu, dan wanita pemuasmu... ouwh yah dalam sekali sayang... menthok didalam sayangku benar-benar keras dan kuat... erghhhh....” racaunya sambil matanya terpejam dan pinggulnya naik turun

“Ibu suka kontol anak ibu masuk ke tempik ibu kan? Bilang bu owh....” desahku

“Iya ibu suka kontol anak ibu masuk ke dalam tempik ibu... ayo nak kamu ikut goyang sayangkuwh owh... tempik ibu keenakan dimasuki kontol kamu owhhh... yahh... ssshhh... mmmmhhhh....” racaunya

“Ibu ergh... tempik ibu njepit sekali bu... sempit sekali....” ucapku

“Jelas sayang, hanya kamu yang bisa memasuki dan memuaskan tempik ibu.. ouwhhh... tempik ibu selalu gatal kalau ingat kontol anak ibu ini oh....” ucap ibu

Ibu memegang bagian belakang kepalaku dan sambil tetap menaik turunkan pinggulnya. Kepalaku didekapnya di gundukan indah dadanya. Aku menjilati setiap nanometer gundukan itu, dan kadang lidahku aku selipkan diantara kemben dan susunya untuk merah puting susu ibu. semakin lama goyangan ibu semakin kencang. Gesekan dinding vagina ibu semakin terasa, begitu hangat dan panas serta licin. Benar-benar kenikmatan tiada duanya.

“sayang... oh oh sayang arghh... erghhhh sayaaaaaaaaaaaang” ucap ibu melenguh

Tubuhnya melengking dan mengejang beberapa saat. Aku terpana melihat raut wajah ibu yang penuh kenikmatan itu, tambah semakin cantik dan benar-benar menggugah nafsuku untuk segera bangkit dan meninggi. Tubuhnya kemudian ambruk ke arah tubuhku, langsung aku peluk. Tampak nafasnya terengah-engah tak karuan ketika kepalanya rebah di bahu kiriku. Kuelus punggungnya den perlahan, desahannya pun semakin terasa. Kenyalnya susu ibu sedikit terasa di dadaku. Ku angkat tubuh ibu untuk kembali tegak kembali. Kupandangi ibu yang tersenyum manis dengan wajah penuh kenikmatan itu.

“Bu, arya pengen lihat susu besar dan kenyal punya ibu” ucapku

“bagaimana sayang hash hash has.... pokoknya ibu nurut kamu, mau diapakan terserah kamu sayang, sekarang ibu adalah istri kamu, kekasihmu, pacar kamu sekaligus pemuasmu sayangku , oh anakku hash hash hash” desahnya

“Iya, arya juga akan jadi suami ibu, kekasih ibu, pacar ibu dan pemuas ibu ....mmmmm” ucapku yang langsung mencium bibir indahnya

Kubuka kemben ibu perlahan dan kupelorotkan sedikit hingga susu ibu terlihat semua. Kemudian kemben itu aku ikatkan lagi tepat dibawah susu ibu, sekarang yang tertutup adalah bagian bawah susu ibu hingga setengah paha ibu. kulepaskan ciumanku dan kukulum habis kedua puting itu, kedua tangan ibu menyangga bagian bawah susu ibu dan disodorkannya kedua susu itu kepadaku.

“puting ibu kecil dan indah sekali mmmm slurrrppp.... mmmmm” ucap ibu

“hisap sayangku, hisap yang kuat buat puting ibu semakin besar, buat lingkar puting ibu semakin besar... beri tanda yang banyak sayangku... owhhh sedooot yang kuat... beri tanda bahwa ibu milikmu ouwh.... hisap yang kuat....” racau ibuku menambah nafsuku

Sedotanku semakin kuat, semakin benafsu dengan susu indah, besar, kenyal dan sekal ini. benar-benar susu yang ranum, betapa bodohnya ayahku meninggalkan susu indah ini. apakah dia tidak mempunyai nafsu sama sekali dengan ibu? padahal bodinya masih sama seperti dengan bodi ABG-ABG umur 20-an.

“Bu... mmmmm...” panggilku dan seketika itu aku mencium bibirnya

Tangan ibu kemudian beralih bahuku, aku peluk tubuh ibu dan ku dekatkan hingga ke menempel ketubuhku. Segera setelahnya aku baringkan ibu dan kukangkangkan kedua kakinya dengan posisi dedek arya masih berada didalam vagina ibu. segera aku menggoyang semakin cepat di awali dengan goyangan pelan.

“puasi ibu nak... erghhh puasi ibu dengan kontol anak ibu ini... lebih keras lagi sayangku, ibu suka kalau mentok... erghhh... terus... goyang terussshhhhhhh buat susu ibu bergoyang untukmu sayanghhhhh” racaunya

“Ibu tambah cantik sekali kalau lagi dikenthu sama arya...” ucapku dengan senyuman nakal

“Kamu memang nakal, tempik ibu kamu masuki kontol kamu dan sekarang kamu bilang kamu suka wajah ibu kalau sedang kamu kenthu nakal sekali kamu sayang... ayo sayangku lebih nakal lagi sayang ohhhh mmmm.... puasi ibu....” racaunya kembali

“owhhh bu nikmat sekali, aku ingin ngenthu ibu terus owh.... selalu...” racauku

Goyanganku semakin cepat, dan semakin liar. Kedua tangan ibu meremas sprei yang ada di atas kepalanya. Bibir bawahnya digigit.

“Arya... ibu hampir sampai... ayo suamiku... labih keras lagi oh....” racaunya

“Aku juga cinta owh... ya enak sekali becek dan sempit sayangku...” racauku, dan kuhujam sangat keras kedalam tempik ibu

Crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot

Langsung tubuhku rebah, dan kupeluk tubuh ibu sangat erat. kami mengejang bersama hingga nafas kami sedikit teratur. Kukecup keningnya dan kuelus rambutnya. Kupandangi wajahnya dan kemudian aku mencium bibir indahnya.

“am i wild dear?” ucap ibu

“Lumayan bu...”ucapku kembali mencium bibirnya

“ibu ingin lebih liar lagi, ajari ibu sayang biar ibu punya pengalaman permainan yang liar” ucap ibu

“tapi aku lebih suka ibu yang anggun” ucapku

“dan juga liar sayang?” ucap ibu dan aku hanya mengangguk. Memang keanggunan yang dikombinasikan dengan keliaran tampak lebih hot bagiku

“berarti ibu harus pakai kebaya ya sayang?” ucap ibu sambil jari tangan kanannya mengelus dadaku

“jika begitu, arya akan perkosa ibu saja” ucapku dengan senyum nakal

“Hmmm... nakal kamu , masa ibu mau kamu perkosa” ucap ibu

“apapun ibu, aku suka” ucapku kembali memeluknya dan menciumnya

Hingga akhirnya aku rebah disamping ibu, dan kami saling berpelukan. Rasa kantuk yang baru saja hilang kembali lagi ke dalam mataku. Akupun tertidur sekejap. Tepat pukul 09:30 aku terbangun, kudapati dedek arya berdiri tegak. Tanpa mengenakan pakaian aku berjalan keluar kamarku menuju lantai bawah. Kudapati ibu sedang berada didapur dan mencuci piring. Kudatangi ibu dan langsung aku peluk dari belakang.

“Aw... kamu itu bikin kaget saja sayang” ucap ibu

“Salah sendiri nyuci piring ndak pakai pakaian” ucapku

“Kamu suka sayang?” ucap ibu

“He’em” ucapku

“Apanya?” ucapnya kembali

“Aku suka pantat besar ibu ini, suka susu ibu yang besar dan masih seperti ABG ini” ucapku

“Cuma itu sayang? Kamu ndak suka ngontolin ibu atau mejuhin ibu?” ucapnya

“Iya bu, arya suka ngontolin mulut ibu, suka ngontolin tempik ibu... suka mejuhin wajah, mulut dan semua bagian tubuh ibu...” ucapku sambil memeluknya dan mengecup-ngecup bahunya

“tapi kenapa ndak kamu kontoli sekarang sayang erghhhh” ucap ibu

Segera tangan kananku menelusup diantara himpitan pantat ibu. Dengan sedikit membungkuk aku dan tangan kiriku meremas susu kirinya. Aku masukan jari-jariku kedalam tempik ibu. akhirnya aku berjongkok dibelakangnya, kutarik pinggul ibu dan kumainkan tempik serta itil ibu.

“erghh... jilati sayangku... sedot yang kuat itil ibu... ibu suka dijilati mulut anak ibu... enak sekali, ayahmu yang bajingan itu tidak pernah mau menyentuh ibu... sentuh ibumu ini, ibu suka dijamah oleh anak ibu... jamah ibu owh kocok lebih keraaaaassssssssss..... yah seperti itu.... jilati lagi arghhhhhh.....” racaunya dimana aku memainkan itil dan mengocok vaginanya

“terus tersu lebih... ajari ibu bercinta jadikan ibu pemuas lidahmu owh..... ya seperti itu.... arghhhhhh... yah begitu aaaaaaarghhhhhhhh” racaunya yang diakhiri oleh teriakan hingga tubuhnya mengejang beberapa kali. tanpa memberinya kesempatan untuk beristirahat, aku kemudian bagkit dan menarik pantatnya. Dengan sedikit melebarkan kakiku, Ku arahkan dedek arya ke liang vagina ibu kemudian aku tekan.

“Owhh.... sayang... kamu memang nakal, ibu masih merasakan nikmat kamu beri kenikmatan lagi... ayo sayangku hajar ibu lebih keras lagi...” ucap ibu

“Ibu benar-benar nakal sekarang, ibu itu anak kepala daerah sekarang nakal sekali” ucap ibu. plak aku tampar pelan pantat ibu dan mulai menggoyang

“Kamu cucu kepala daerah juga suka ngenthu ibunya sendiri, nakal kamu erghhh... tampar lebih keras lagi sayang... buat ibu lebih nurut lagi samahhh kamuwhhh owhhh....” ucap ibu dan aku mulai menampar beberapa kali pantatnya hingga berwarna sedikit merah

“Ibu ... aku sedang ngontolin tempik ibu... owhh benar-benar nikmat... tempik ibu nikmat sekali...” racauku

“terus goyang sayang, susu ibu jangan dianggurin sayang remas dong sayang erghhh....”racaunya

Posisi tubuhku yang semula tegak sekarang sedikit membungkuk. Kedua tanganku meraih susu ibu dan kuremas sangat kuat. Kugoyang pinggulku dan terasa menthok didalam. Semakin keras aku menggoyang, semakin terdengar suara desahan dan racauan ibu yang semakin liar. Dengan kedua tangan masih disusunya aku sedikit menarik tubuh ibu agar mendekat kearahku, seakan tahu maksudku ibu mengangkat tubuhnya dan menolehkan kepalanya kebelakang. Kami sekarang berciuman dengan posisi masih gaya anjing. Kuarahkan ibu ke ruang TV sambil berjalan dan berciuman aku terus menggoyang pinggulku untuk menghujam vagina ibu. ibu tampak kesulitan namun tubuhnya tak mau protes akan tingkahku, tubuhnya mengikuti semua keinginanku. Ketika hendak keruang TV aku melihat kamar ibu.

“Ke kamar ibu, aku ingin memuaskan ibu dikamar ibu” ucapkku pelan, sambil mengarahkan ibu ke kamarnya.

“owh... ya, puas ibu dikamar itu sayang... biar ayahmu itu tahu bau peju ternikmat bagi ibu” ucapnya sambil mengikuti instruksi dari tubuhku

Klek... daun pintu dibuka dan aku masih dalam posisi doggy style menggoyang pinggulku sambil berjalan menuju ke arah tempat tidur ibu dan ayahku. Hingga akhirnya sampai di tempat tidur ibu merangkak ke depan tepat diatas tempat tidur. Kuarih tubuh ibu agar semaki mendekat, sekarnag posisi tubuh ibu membusung kedepan dengan vagina yang aku masuki oleh dedek arya dan bibirnya yang aku sumbat dengan bibirku. Tanganku tak hanya tinggal diam, tangan kananku menahan tubuh ibu agar tidak kembali jatuh kedepan dan tangan kiriku meremas-remas susu ibu.

“Ayo sayangku kenthu ibumu diatas tempat tidur ini, jadilah lelaki yang selalu menyetubuhi ibumu di atas tempat tidur ini... owh... biarkan tempat tidur ini menjadi tempat kita memadu kasih owhhh... aduh... kontol kamu nakal sekali sayang... nyodoknya dalam sekali ughhhh mmmm slurppp....” ucap ibu

“tentu bu, sekarang ini adalah tempat tidur kita berdua ouwh... benar-benar nikmat tempikmu... tempik ibu enak sekali, kontol anak ibu keenakan didalamnya... arghhhh... aku ingin muncrat tersu di didalam tempik ibu...” racauku kembali mencium bibirnya

“Ayo sayang goyang lebih keras lagi, katakan imajinasimu kepada ibu... apa yang kau inginkan ibu akan arghhh turuti asal kontol kamu memuaskan tempik kering ini sayang owhh... yah terus goyang terus... puasi ibumu ini sayang... puasi ibumu yang selalu merindukanmu dan kontol kerasmu inihhhh” racaunya

“Aku ingin menyetubuhimu, ngethu ibu diamanapun di kamar mandi, ditempat tidurku, ditangga, di dapur, di belakang rumah, di ruang tamu, di atas motorku, aku ingin ngenthu ibu selalu yeah enak sekali...” jawabku

“owh sayang itu pasti menyenangkan... ibu akan menurutimu ibu akan jadi wanita pemuasmu sayang yah... emmmhhh.... kontol kamu garuk-garuk tempik ibu lagi owgh... ibu mau dimanapun asalkan kamu yang memuasi ibu owghh yah... terus sayangku...” racau ibuku

Tubuh ibu kemudian ambruk kedepan dengan kedua tangannya sebagai tumpuan. Aku terus menggoyangnya, kedua susunya aku remas semakin kuat. Semakin kuat aku meremas menandakan aku semakin dekat dengan puncakku. Kepala ibu mendongak ke atas merima setiap hantaman dedek arya di vaginanya.

“Ibu aku pejuhin tempik ibu....” teriakku yang mendekati puncak

“Pejuhin, pejuhin yang banyak... tandai semuanya... tandai tubuh ibu... tandai tubuh ini sabagai milikmu sayang owghhhh ibu juga hampir keluar...” racaunya. Kuhentakan dengan sangat keras dedek arya kedalam vaginanya.

Crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot

Ku tahan dedek arya didalam vagina ibu yang juga mengeluarkan cairan hangat. Terasa sangat nikmat dengan gaya anjing kawin ini. kupeluk tubuh ibu yang ikut ambruk kedepan karena tidak mampu menahan tubuhku. Kukecup rambut indahnya dan kuelus-elus. Lama dalam posisi ini aku kemudian merebah di sampingnya, ibu kemudian berbalik dan memelukku merebahkan kepalanya didadaku. Hening lama, tak ada suara diantara kami ketika mengatur nafas ini.

“sayang... ibu ingin sesuatu yang lain lagi ya... ibu ingin merasakan yang lain bersamamu sebelum kamu menemukan tambatan hati...” ucap ibu memecah keheninngan

“pasti bu, tapi kalau tidak menemukan ibu yang jadi pasanganku” ucapku

“Iya, sampai kendorpun ibu mau sayang hi hi hi” ucap ibu

Kemudian kami beristirahat beberapa menit, ibu kemudian beranjak keluar kamar untuk menyiapkan makan pagi. Entah makan pagi atau siang akupun tidak tahu. Setelah beberapa saat kemudian aku bangkit dari tempat tidur, kupandangi tempat tidur ini sebagai tempat tidurku bukan milik dia lagi. Aku keluar dan kudapati ibu sedang menyiapkan makanan. Ibu memandangku ddengan senyuman anggunnya, walau rambutnya tampak acak-acakan dan tubuhnya terlihat masih lusuh karena keringat kami berdua. Aku langsung duduk kearah ruang TV dan menghidupkan layarnya.

“Makan sayang?” ucap Ibu

“Maem sama ibu” ucapku

“iya, ini ibu ambilin buat lelakiku” ucap ibu sambil membawakan makanan dan duduk disampingku

“Bu... Ibu lapar?” ucapku

“Iya dong, kamunya sihminta terus” ucap ibu

“Bu...” aku berucap sambil menggenggam tangannya

“Pasti ada maunya, anak muda belum puas-puas” ucap ibu

“kulumiiiiiiiiiiin...” ucapku manja

“iiiih nakal masa ibunya sendiri disuruh ngulum kontol anaknya” ucap ibu yang kemudian beranjak ke arah tengah-tengah selangkanganku

“kok bobo? Ibu bangunin ya sayang tapi janji jangan dimasuki ya? Perih kamu tadi nyodoknya keras-keras sih” ucap ibu yang aku balas dengan anggukan. Ibu kemudian mengulum dedek arya dengan tangan dibawah, seperti gaya anjing mengulum

“ugh... benar-benar nikmat bu owghhh mulut ibu pokoknya buat kontolku saja” ucap ku yang dibalas dengan senyuman yang terlihat ketika mengulum dedek arya. kuelus-elus rambutnya perlahan, kadang jari-jari tanganku mengelus-elus lehernya. Tak lama berselang dedek arya bangkit, ibu kemudian sedikit mengangkat tubuhnya. Dijepitnya dedek arya diantara belahan susunya, sedikit diludahi agar bisa naik turun dengan sempurna. Kepalanya mendongak keatas meminta agar mulutnya di lumat olehku. Akupun menunduk dan melumat bibir Ibu.

“Ibu lapar?” ucapku

“Iya sayang, wanita pemuasmu ini kelaparan, suapin sayangku biar diah bisa memuaskan kamu lebih” ucap ibu yang mulai menyebut namanya

Kuambil piring berisi nasi yang diletakan oleh ibu disampingku. Kukunyah sesendok makanan dimulutku, setelah lembut kupegang kepala ibu dengan kedua tanganku. Mulut ibu seakan tahu, mulutnya langsung membuka dengan tubuhnya berhenti naik turun tapi kedua tangannya tetap menggoyang susunya untuk menjepit dedek arya. kumasukan makanan itu kemulutnya dan ditelan langsung oleh ibu, walau ada sedikit yang tumpah disekitar bibirnya aku jilati dengang lidahku dan ku arahkan mulutnya.

“Lagi sayang... diah pengen disuapi lagi, ayo sayang suapi lagi... kamu juga makan sayang...” ucap ibu

“iya wanita pemuasku, lelaki pemuasmu ini pasti akan selalu menyuapimu” ucapku Begitulah hingga makanan didalam piring telah habis, kini aku menikmati pemandangan ibu sedang memuasi dedek arya.

“Diah lebih kenceng, arya pengen pejuhin mulut sama wajah diah” ucapku semakin berani

“he’em arya, pejuhin diah ya... diah belum mimik peju arya hari ini, begini kan arya?” ucap ibu

“Ouwh diah pinter banget kontol arya mau pipis rasanya” ucapku

“Ayo arya, pejuhin diah... diah sudah kangen peju arya” ucap ibu

Semakin keras dan cepat ibu mengocok susunya didedek arya. dan....

“Diah, ar... yah mau keluar... mulut diah dibuka... arya pengen pejuhin mulut diah...” racauku

“aaaaaaaaak.....” ucap ibu membuka mulutnya tapi sambil tetap menggoyang susunya

“arya keluar....” ucapku, ibu langsung melepas jepitan susunya dan dipegangnya dedek arya diarahkan kedepan mulutnya

Crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot

Beberapa tembakan masuk kedalam mulutnya tapi setelah beberapa tembakan itu, Ibu menutup mulutnya dan memjamkan matanya. Segera setelahnya beberapa tembakan mengenai wajahnya. Keanggunan, keliaran dan keindahan bersatu dihadapan mataku.

“sluurpp sluurrrp... anak ibu semakin nakal ya.... slurrrp” ucap ibu

“Ah ah ah... pokoknya ibu harus suka... ah ah ah” ucapku

“suka deh kalau kamu semakin nakal sama ibu” ucap ibu

Dibersihkannya wajahnya dan kemudian mengulum sisa-sisa sperma yang masih menempel di dedek arya. setelah bersih, ibu kemudian mengajakku mandi. Ibu memandikanku seperti masa kecilku, da aku juga memandikannya. Selama mandi aku berbincang dengan ibu, Aku kemudian mengatakan kepada Ibu yang terjadi kemarin mengenai kematian pembantu rani. Demi keselamatan Ibu, aku minta ibu untuk kembali ke rumah tante ratna. Ya karena rumah tante ratna memiliki keamanan yang bagus ketimbang rumahku..

“Apa mungkin dia mencurigai kita sayang?” ucap ibu

“mungkin bu, tapi aku tidak tahu” ucapku

“kalau iya, dia pasti akan mengakhiri hidup kita terlebih dahulu” ucap ibu

“Ibu tenang saja, itu tidak akan terjadi”

“kita pasti bisa menyingkirkannya” lanjutku

“kamu hati-hati ya sayang, nanti ibu akan telepon ayahmu kalau ibu masih dirumah tante ratna” ucap ibu

“Apa itu tidak semakin berbahaya bu?” ucapku

“sudah kami tenang saja, disamping perumahan tante ratna kan ada kantor polisi jadi lebih aman” ucap ibu

“iya bu...” ucapku

“kamu jangan gugup sayang, tenang nanti ibu akan ajak ngobrol ayah kamu biar semua terlihat seperti biasa” ucap ibu

“biasa?” ucapku

“ya biasa, kan kamu tahu sendiri ibu dan ayah tidak pernah akur, jadi ya nanti itu bisa ibu jadikan alasan untuk nginep di tante ratna” ucap ibu

“tapi ibu harus hati-hati, jangan sampai keceplosan” ucapku

“tenang sayang, ibu lulusan S2 lebih pintar dari bajingan itu hi hi” ucap ibu

Setelah mandi kemudian aku meminta ibu untuk bersih-bersih dan menyiapkan pakaian untuk menginap dirumah tante ratna. Jadi ketika aku meninggalkan ibu sendirian pikiranku aman. Selama ibu bersiap-siap aku memesankan taksi, ya pak wan aku minta untuk mengantar ibu kerumah tante ratna. Sembari menunggu taksi datang aku dan ibu bercumbu diruang tamu. Pak wan kemudian datang, aku antar ibu sampai di taksi.

“Pak titip ibu, antar ibu kerumah tante ratna ya?” ucap ku

“Iya den pasti” ucap pak wan

Kulihat taksi itu menghilang dari pandanganku, taksi berwarna biru itu. Aku hanya berharap semuanya akan baik-baik saja. Aku kemudian kembali ke kamarku, menyiapkan penyamaran untuk besok malam, pakian serba hitam dan juga tak lupa aku siapkan wig rambut panjangku. Serta stocking tangan berwarna hitam untuk menutupi putihnya kulitku. Entah besok akan seperti apa a juga tidak tahu, yang jelas aku harus menghilangkan ciri-ciriku karena mungkin saja akan ketahuan.

Wiu wiu wiu wiu wiu wiu wiu wiu . ringtone HP. Tante asih

“Halo tan, ada apa?”

“Ar, kamu hati-hati semalam ada yang mengacak-acak dokumen rumah sakit. Tapi orang itu sudah tertangkap oleh pihak rumah sakit dan diserahkan ke pihak kepolisian”

“Eh... berarti, mereka mencari tahu keberadaan Ibunya rani”

“bisa jadi, dari CCTV rumah sakit orang yang mengacak-acak dokumen rumah sakit memutari semua ruang di rumah sakit, mereka kemungkinan mencari ibunya rani”

“hmmm... okay tan terima kasih buat informasinya. Tan, bagaimana kalau mereka datang kerumah petinggi rumah sakit satu persatu”

“tenang saja kamu ar, tante sudah pindah kok sejak kemarin sore setelah diberitahu rani tentang kematian pembantunya”

“pindah?”

“ya, tapi bukan tante yang pindah, tante pindahkan rani dan ibunya ke tempat yang lebih aman. Dia di rumah mertua om kamu yang diluar kota jadi kamu tenang saja. Karena jika tante ikut pindah akan terlihat mencurigakan”

“iya tan, bagus kalau begitu”

“kamu hati-hati ya ar”

“iya tan” tuuuuuuuuuuuut

Selepas telepon dari tante aku hanya bisa menduga-duga mengenai apa yang akan terjadi berikutnya. Jika mereka semakin brutal, bisa jadi aku akan mati dalam waktu dekat. Tapi tidak, aku tidak ingin kehilangan orang-orang yang aku sayangi lagi. Mereka harus lebih dulu aku lumpuhkan baru kemudian aku. Rasa lelah pertempuran dengan ibu, dan rasa tidak sabar dalam dadaku untuk menunggu besok. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur saja agar waktu berjalan lebih cepat.

Hari-H malam pergantian tahun dimulai dari pagi hari

08:00

Aku bangun pagi, ku telepon ibu. Ibu kemudian menyampaikan sesuatu dengan candanya. Kata ibu, ibu pura-pura jengkel kepada ayah yang jarang pulang dan jarang membelai ibu. kata ibu, ayah malah sedikit salah tingkah ketika ibu marah. Dan menurut penuturan ibu, ayah memperbolehkan Ibu menginap lagi sampai batas waktu tidak ditentukan. Plong rasanya, tapi aku sedikit ngambek ketika mendengar ibu minta jatah. Ibu kemudian menenangkan aku dengan kata-kata ”Cuma untuk kamu sayangku”. Begitulah ibu dia juga tidak lupa mengingatkan aku untuk sarapan. Kubuka email dari om nico.

To : [email protected]

Ingat besok malam, gunakan email sebagai alat komunikasi
Hati-hati dengan buku...
Buku? Ayah mbak ara? Mungkinkah dia benar-benar akan disingkirkan? Itulah pikiranku ketika membaca email om nico. Well, aku harus lebih bersabar. Sambil bersandar di sofa ruang keluarga aku menonton acara kesukaanku, teletabis, acara anak-anak ow owwww... sedikit refreshing untuk menghilangkan kegelisahan hatiku.

11: 00
Aku tidur siang menyiapkan tenaga untuk nanti malam. Tak ada yang tahu rencanaku kecuali aku sendiri.

17:00
Aku bangun, segera aku menelepon pak wan untuk mengantarku. Tapi sebelumnya aku menelepon ayah untuk minta izin bermalam tahun baruan bersama teman-temanku.

“Halo”

“Romo, Arya mau minta izin malam tahun baruan bareng teman-teman”

“ya, dimana?”

“di kampus romo, di rektorat bareng sama teman-teman SMA, kan mereka juga teman universitasku juga romo. Terus habis malam tahun baruan paling aku tidur di rumah temanku romo, boleh?”

“ya ndak papa, dah dulu”

“Iya romo”

Beberapa saat kemudian pak wan datang, aku kemudian meminta pak wan mengantarkan aku ke rumah makan, mengisi energi. Sesampainya di warung makan aku mengajak pak wan juga untuk makan. Sambil makan aku dan pak wan berbincang-bincang.

“den, apa rencana aden sebenarnya dengan membawa tas besar itu?” tanya pak wan

“Pokoknya pak wan santai saja, aku ingin memata-matai mereka pak... akan ada pertemuan di danau perumahan elite” ucapku

“Tapi den, sebaiknya aden bawa teman-teman aden juga” ucap pak wan

“Jangan pak, terlalu beresiko, jika terlalu banyak yang datang akan menimbulkan curiga” ucapku

“Baiklah, terserah aden... pokoknya aden harus hati-hati, aden sama keras kepalanya kalau mau berbuat yang berbahaya” ucap pak wan

“Sama seperti siapa pak?” ucapku

“Tuan wicak...” ucap pak wan membuatku sedikit tertegun dan kemudian tersenyum

“Kok bisa?” ucapku

“Ya bisa, tuan wicak itu dulu pernah nyari anak hilang di lereng bukit. Dia merasa itu adalah tanggung jawabnya sebagai kepala desa. Ketika itu warga sudah menyerah tapi tuan wicak masih terus mencarinya hingga 2 hari 2 malam. Ya walaupun akhirnya ketemu, waktu itu tubuh tuan wicak tampak lusuh dengan membopong anak kecil itu. Dia benar-benar kepala desa yan sangat kami kagumi dan kami hormati. Dan masih banyak lagi cerita keras kepala tuan wicak, tapi itu semua demi kebaikan warga dan warga hanya bisa geleng-geleng kepala saja” ucap pak wan

Senyumku adalah senyum bangga ketika mendengar nama kakekku. Kakek dari ayahku, wicaksono nama belakangku. Seandainya aku sering kerumah kakek-nenek dan tak ada hal seperti ini mungkin aku akan lebih tahu kehebatan kakekku. Kakek warno saja sudah keren ditambah lagi kakek wicak.

“Dan mereka berdua ada didalam diri aden” ucap pak wan

“Eh...” aku terkejut dari lamunanku

“Ya, mereka berdua tuan wicak dan tuan warno, semuanya ada didalam den arya” ucap pak wan

“ehem.... jangan samakan aku dengan kakek-kakekku pak wan, mereka lebih hebat” ucapku sambil menelungkupkan sendok dan garpuku dan ketika hendak berdiri untuk ke kasir

“Iya den, aden dan kedua kakek aden memang tidak sama, tapi yang namanya berlian tetaplah sama” ucap pak wan yang aku pandang sejenak, kemudian dia berdiri dan menepuk bahuku dan berbalik meninggalkan aku

“Saya tunggu di taksi den” ucap pak wan

“Iya pak” ucapku kembali melanjutkan langkahku ke kasir tak lupa aku memesan makanan dibungkus untuk nanti malam

Pak wan, pak wan mungkin itu yang kamu lihat di depan matamu tapi kau tidak pernah tahu apa yang aku lakukan dibelakang bersama ibu dan wanita-wanita lain. Aku berlian yang kotor mungkin itu lebih pantas. Setelah makan aku dan pak wan ke perumahan ELITE. Jauh dari perumahan elite aku menyuruh pak wan untuk berhenti.

“Pak berhenti disini saja, aku tidur dulu ya pak, nant kalau jam 10 aku dibangunkan” ucapku

“Iya den beres” ucap pak wan

“Kalau pak wan mau beli apa, bilang saja sama pak, nanti aku yang bayarin” ucapku

“Ha ha ha ha... aden ndak usah mikir itu den, dah tidur dulu untuk nanti malam” ucap pak wan
 
22:00

“Den bangun sudah jam 10 malam” ucap pak wan

“Erghh... hoaaaaaam... jam 10 ya pak? Terima kasih pak” ucapku

“Dimakan dulu den makanannya” ucap pak wan

“Iya pak” ucapku

Aku makan dengan lahap makanan yang aku bungkus dari rumah makan. Mengisi energi untu nanti jika ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Aku kemudian berganti pakaian serba hitam dengan penyamaran agar tidak ada yang mengetahui jati diriku.

“Pak, bagus ndak penyamaranku?” ucapku

“Mantabz den, kaya maling ayam den ha ha ha” canda pak wan

“Wekekekekeke... aku tinggal dulu pak, pak wan langsung pulang saja atau kalau tidak nanti kalau saya hubungi pak wan kesini lagi ya” ucapku

“Oke den...”

“Den arya” lanjut pak wan

“Iya pak...” ucapku

“Sematpion atau henpunnya dibuat diam den” ucap pak wan

“Sematpon pak, iya pak terima kasih” ucapku yang langsung keluar dari taksi dan men-silent sematponku

Untung saja pak wan mengingatkan aku, ya karena pak wan pernah aku kasih cerita ketika kejadian dirumah tante war. Setelahnya Aku bergerak sendirian, melompati selokan dan menyusuri kebun di samping perumahan ELITE. Untuk tanahnya kering coba saja kalau tidak kering banyak yang menempel di sepatuku. Aku berjalan mengendap-endap keluar dari kebun singkong. Setelahnya aku berjalan seperti biasa, ketika aku melewati sebuah rumah.

“Bu Dian” hanya itu bathinku berucap

Ya itu rumah bi dian, rumah dimana aku pertama kali bertemu dengannya dengan penampilan yang berbeda. Arghhh kenapa aku ini? kenapa aku bisa ingat dia disaat seperti ini? Aku kembali melangkah menuju danau. Dengan mengendap-endap jika saja ada orang lewat atau orang berada didepan rumahnya. Setelah sampai ditaman Dan aku bersembunyi di taman sambil tiduran agar tidak terlihat dari kejauhan. Taman begitu gelap di malam hari, tak ada lampu taman disini. Karena taman sedang dalam masa renovasi, sehingga memberiku tempat persembunyian yang aman.

23:45
Aku mendengar mobil datang ke danau. Tiga kali kilat cahaya mobil menerobos semak-semak dimana aku rebah bersembunyi. Setelah beberapa saat aku mendengar suara pintu mobil terbuka dan tertutup beberapa kali. kelihatanya mereka tidak bertiga tetapi ada beberap orang yang menemani mereka, mungkin body guard mereka. Aku kemudian bangkit perlahan dan bersembunyi di balik pohon dengan posisi duduk, kedua kakiku kutekuk.

00:00
Tuiiiiiing.... duerrrr...
Tuiiiiiing.... duerrrr...

Cahaya kembang api dari daerah di sebelah perumahan elite menerangi tempat ini. setelah beberapa kembang api menyala dan menghilang, samar-samar aku mendengar mereka mulai bercakap-cakap. Ku nyalakan sematponku yang sudah aku sunyikan, ku sodorkan bagian kamera agar bisa merekam mereka semua. Aku tetap berada dibelakang pohon dengan tubuh sedikit miring tapi tak berani mengintip, hanya untuk memastikan agar kamera tidak terlihat oleh mereka. posisiku duduk adalah membelakangi mereka. pohon tempatku bersembunyi dekat dengan mereka, dan mereka tepat dibelakangku. Entah jaraknya sejauh apa aku tidak tahu, yang jelas aku dekat dengan mereka.

“kita telah kehilangan satu orang” ucap seseorang yang sudah tidak asing lagi, Ayahku

“benar, dan kita tidak tahu kenapa bisa seperti ini” ucap seorang lagi dan itu aku yakin om nico

“bagaimna ini?” ucap seseorang lagi, aku memang tidak tahu pasti tapi kemungkinan dia adalah aspal

“Aku sudah mencari tahu keberadaan anak dan istri tukang, tapi sialnya orang yang aku suruh malah tertangkap polisi. Tapi tenang dia tidak akan bicara, semuanya beres” ucap ayahku

“dan kemarin aku sudah menemui pembantu tukang tapi bukan dia pelakunya, karena dia sudah tahu aku ya aku habisi” ucap om nico

“Bajingan!” bathinku

“bagaimna untuk pesta kita di bulan kedua, tampaknya kita harus mempercepat waktunya” ucap aspal

“tidak bisa, para peserta pesta kita tidak bisa jika dimajukan” ucap ayah

Tuiiiiiing.... duerrrr...
Tuiiiiiing.... duerrrr...

“berarti kita memang harus lebih hati-hati lagi” ucap om nico

“Apa mungkin buku?” ucap aspal

“Bisa jadi dia jad biang kelasi dari semua ini” ucap ayah

“Kita harus membereskannya” ucap om nico

“Berarti benar apa kata mbak ara, buku akan di singkirkan” ucap bathinku

“Baiklah... rencana kita adalah pertama, kita singkirkan buku agar tidak ada lagi yang mengganjal jalan kita, bagaimana?” ucap ayah

“Oke” ucap aspal dan om nico

“selanjutnya?” ucap

“Kedua, kita siapkan wanita-wanita untuk pesta kita ha ha ha tapi kita berkurang satu, anak tukang jadi bagaimana dengan kamu pal?” ucap ayah

“Beres dia sudah aku asingkan minggu depan aku akan ajak dia kembali ke sini, untuk dilatih menjadi pemuas kita” ucap aspal

“Reng, kamu bagaimana?” ucap ayah

“Si war, sudah terlatih kan kamu sendiri sudah tahu, kita melatihnya bersama. Dan jaminan bersih tanpa ada penyakit ha ha ha ha” ucap om nico sambil tertawa terbahak-bahak

“Sialan!” bathinku

“mungkin ada beberapa tambahan lagi, ya kita cari saja ditempat lokalisasi kita bayar mahal mereka semua agar memuaskan kita ha ha ha ha” ucap ayah diikuti oleh dua orang lainnya. Namun aku juga mendengar tertawa dari dua orang lain yang berbeda, mungkin body guard mereka. Jujur saja aku tidak bisa melihat secara detail jumlah mereka

“tapi war dan anakmu akan jadi biaduanya ha ha ha ha mereka ratu budak seks kita ha ha ha ha” ucap ayahku

“Ha ha ha tenang saja kawaaaaan... tapi perawannya aku ambil dulu ha ha ha” ucap aspal

“Kamu emang pinter pal, anak sendiri diperawani dulu baru dilempar ke yang lain ha ha ha ha” ucap om nico

“Terus bagaimana mengenai pertemuan besok? Bukannya kamu sering kontak dengan mereka” ucap om nico kepada ayahku

“Oke ini yang ketiga, kita akan melakukan transaksi besar dan pesta. Mereka sudah menyediakan barangnya ada pil, serbuk dan juga rumput hisap (*****) setelah transaksi kita akan menikmati bersama mereka. Baru kemudian kita habisi mereka, jadi kita untung dua kali” ucap ayahku

“Berarti kita harus bawa orang lebih banyak lagi, tidak mungkin seorang bandar besar datang hanya seorang diri” ucap aspal

“Tentu saja kita bawa banyak, lebih banyak dari mereka. dan aku sudah menyiapkannya” ucap om nico

“Tapi mereka semua pastinya sudah ahli apalagi mereka badar besar tidak mungkin penjaga mereka ecek-ecek” ucap aspal

“Aku tanya siapa coba yang tidak butuh uang?” ucap ayahku

“Maksud kamu?” ucap aspal

“Kita sudah tahu mereka, penjaga mereka kita ambil alih saja dengan memberi uang lebih banyak dari bandar jadi mereka akan membelot dan membela kita, betul tidak?” ucap ayahku

“Ha ha ha ha ha ha” ucap aspal dan om nico kemudian diikuti oleh ayah

“Hei nico bagaimana dengan keluargamu? Dan kamu mahesa, bagaimana dengan keluarga mertua kamu?” ucap aspal

“Mereka sudah pergi jadi tidak usah khawatir mengenai mereka. jika mereka terlihat lagi aku akan menghabisi mereka” ucap om nico

“Kalau keluargaku, mereka semua beserta keluarga besar akan tamasya mungkin setelah pertemuan aku akan menghabisi mereka” ucap ayahku

“BAJINGAN! Sebelum kamu menghabisi kami, aku akan menghabisimu terlebih dahulu” bathinku

“Oke, cukup sekian pembahasan kita, sekarang mari kita ke tempat wanita-wanita untuk memuaskan kontol kita. Kita sudah tidak pernah bersama-sama sejak kamu dan tukang pergi ke luar negeri, bagaimana?” ucap ayahku

“Okay-okay, aku juga sudah kangen meng-gang bang bersama kalian ha ha ha” ucap aspal

“aku mau cari yang perawan dulu ha ha ha” ucap om nico

Pembicaraan selanjutnya hanya berkisar pada sesuatu yang tidak penting. Akhirnya aku tarik kembali sematponku. Segera aku matikan dan aku save video yang sudah aku rekam tersebut.

Clek....

“Siapa itu?” ucap ayahku entah apakah yang lain semuanya terkejut dengan bunyi itu

Tuiiiiiing.... duerrrr...
Tuiiiiiing.... duerrrr...

Hening sesaat.... Sial, ketika aku mencoba menutup aplikasi video. Aplikasi dari video berpindah ke camera. Dan tersentuh bagian tombol mengambil foto dan berbunyi, aku lupa mematikan bunyi pengambilan foto (Shutter sound).

“Cepar periksa, ada orang disitu, bunuh dia” ucap om nico

“Ayo cepat!” ucap aspal

Trap.....

Trap....

Trap.....

Trap....

Trap.....

Trap....

Trap.....

Trap....

“Sial kenapa jadi begini?” bathinku

Tuiiiiiing.... duerrrr...
Tuiiiiiing.... duerrrr...

Dari cahaya kembang api, tampak bayangan dua orang berada disamping kanan kiriku. Ya, mereka sedang melangkah mendekatiku. Jantungku berdegup kencanng, aku tidak ingin tertangkap. Aku tidak ingin mereka tahu siapa aku, jika aku mati disini semua orang yang aku kenal pasti akan mati.

Aku harus lari, harus lari....

Aku tidak ingin mati...

Aku harus lari.....

“Keluar kamu?! Teriak seorang lelaki yang tak aku kenal (Lelaki satu). Tanganku menggenggam erat pasri yang ada ditangan kanan dan kiriku.

“KELUAR!” ucap seorang lelaki yang berbeda lagi, dari suaranya aku bisa tahu. (Lelaki dua)

Tuiiiiiing.... duerrrr...
Tuiiiiiing.... duerrrr...

Mereka semakin dekat... suara mereka semakin jelas... dari bayangan mereka terlihat mereka membawa pistol...

AKU TIDAK BOLEH MATI!....

AKU HARUS HIDUP UNTUK KELUARGAKU, SAHABATKU, DAN DIAN!

Aku kemudian berdiri...

Bangkit....

Langsung berlari ke arah ketika aku datang, pasir yang ada ditanganku aku lemparkan ke arah mereka...

“AH SIAL! BERHENTI” ucap lelaki satu yang menyuruhku keluar tadi. Ketika aku melempar pasir hanya satu orang lelaki yang terkena pasirku

Aku terus berlari dengan posisi sedikit merunduk...

DOOOOOR....
 
Semoga update kali ini berkenan di hati agan dan suhu...
dan juga sangat kentang di hati suhu dan agan he he he he...

kalau ada kritik dan saran silahkan di komengkan
tapi tidak tentang kapan update he he he

daripada demo semakin besar mending :ngacir:
 
Semoga update kali ini berkenan di hati agan dan suhu...
dan juga sangat kentang di hati suhu dan agan he he he he...

kalau ada kritik dan saran silahkan di komengkan
tapi tidak tentang kapan update he he he

daripada demo semakin besar mending :ngacir:

uhm-ane-baca-dulu-gan-kentang-ato-ga-kentang-ga-mslh-gan-yg-penting-update-lancar-mo-1-ato-2-minggu-sekali-ga-masalah-yg-pnting-lancar....
 
Akhirnya update juga

Update kli ini knp dian ngajak cowo lain ya
Kirain dia sabar untuk arya
Tapi arya akhirnya sadar mau bertahan untuk dian
Suara pistol moga2 bukan pistol dari orang2 suruhan komplotan mahesa tapi dari anton yang bantuin , eh gk mungkin ya, moga2 arya ditolong ama supir taxi dan rombongan
 
Hahaha..Ane gagal pertamax..Pas tekan tombol send, eh ganti page..Ampuuunnn suhu, ini sih super duper wowser kentang banget..Dooorrr...Kentanggghhh....
 
Terima kasih gan dh buat update nya
feeling ane , arya kena dorr , terus masuk ke rumah bu dian
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd