POV Anggun
"Siapa sebenarnya dia itu ?", ucapku dalam hati dengan sangat mencurigainya.
Gara-gara kejadian di perpustakaan itu aku dan orang tuaku sampai di panggil rektor untuk menghadapnya, dan karena hal itu pula aku begitu sangat mencurigai sosok nathael. aku benar-benar tidak habis pikir kalau dia ternyata mengenal rektor kampus ini, aku sangat penasaran dengan siapa sebenarnya dia itu, apa lagi setelah mendengar penjelasan dari rektor kampusku aku menjadi semakin penasaran dengan sosok nathael.
Dan karena kejadian itu pula aku tidak bisa mencari perkara dengan nathael lagi padahal aku masih merasa sangat jengkel dengannya, tapi bukan anggun bila tidak memiliki seribu cara untuk menaklukan musuhnya. seperti waktu di seminar itu, tidak ada salahnya kan kalau aku berbaik hati kepada musuhku, karena kali ini bukan cuma masalah taruhanku dengannya saja tapi lebih dari itu yaitu aku sangat tertarik dengan dirinya yang misterius itu, siapa sebenarnya dia.
"Mana seh dia.. lama amat tuh orang !", ucap shanti dengan keselnya.
"Sabar aja dulu namanya juga berandalan paling semalam habis begadang jadi sekarang telat deh kalau ada janjian dengan kita !", ucapku pada shanti.
"Resiko jika buat janji dengan berandalan !", saut dari shinta.
"Lagian ngapain seh lu berurusan ama berandalan itu ?", tanya shinta.
"Nanti juga tau sendiri !", jawabku dengan santainya.
"Kayaknya lu ada rasa yaa ama berandalan itu !", ujar dari shinta.
"Najis.. !", ucapku sinis.
"Baguslah kalau gini, lagian juga amit-amit dah kalau dapet cowok kayak gitu !", ucap dari shanti.
Sekarang aku sedang berada di sebuah kantin untuk menunggu seseorang yang dulunya aku cap sebagai berandalan, sampai sekarang juga sama saja. dia adalah teman dari nathael yaitu si adrian, aku sengaja bekerja sama dengannya untuk mendapatkan informasi tentang nathael, terutama tentang sifat-sifat nathael yang sangat misterius itu.
Tidak berselang lama kemudian muncullah adrian dan sedang berjalan ke tempat aku dan temanku sedang berkumpul, dari langkahnya yang sok jagoan itu benar-benar membuatku muak sekali jika berurusan dengannya tapi yaa sudahlah ini juga berlangsung sementara waktu saja tidak untuk selamanya, setelah dia tidak terpakai aku juga akan membuangnya jauh-jauh.
Dengan senyuman yang tengil dia pun menyapaku lalu tanpa sopan santun dia menaruh tasnya di atas meja tempat kita menaruh minuman, gayanya benar-benar sangat slengekan sekali. tatapannya seolah ingin menggodaku, kau memang tampan tapi aku bukan gadis yang bisa tergoda oleh tampang doank, walaupun kau ganteng tapi kau bukanlah typeku apa lagi dengan sifatmu yang seperti berandalan ini.
"Hi apa kabar !", sapa dari adrian.
"Baik !", ucapku.
"Tas lu bisa gak seh di taruh di bawah !", saut dari shinta merasa jengkel dengan sifat adrian.
"Kalem aja non... gak perlu digas gitu !", ucap dari adrian pada shinta dengan menaruh tasnya di bawah.
"Hiiihh... najis banget ngomong ama lu !", ucap sinis dari shinta.
"Yaa elaahh.. lu bukan type gue jadi gak usah ngerayu !", ucap adrian dengan senyum-senyum kece.
"Udahlah jangan berisik !", ucapku melerai mereka berdua.
"Eehh.. gimana bener gak ucapanku ?", tanya dari adrian.
"Iya bener !", jawabku.
"Gue tuh tau banget sifatnya kayak gimana, setelah lu udah dapetin kata maaf darinya pasti sekarang lu bakal di curigai karena perubahan sifat lu !", tutur dari adrian.
"Menurut lu gue harus bagaimana ?", tanyaku pada adrian.
"Untuk informasi selanjutnya gak gratis, ada imbalannya !", ucap dari adrian.
"Berapa yang harus gue bayar ?", tanyaku pada adrian.
"Gue gak butuh duit !", ucap dari adrian.
"Terus apa yang lu mau ?", tanyaku penasaran.
"Gue mau lu jadi cewek gue !", ucap dari adrian.
Berandalan ini benar-benar sangat menjijikan sekali, pasti otaknya sedang memikirkan yang tidak-tidak dengaku. sebaiknya ku memikirkan sesuatu sebelum menerima permintaannya itu, atau aku bisa memanfaatkan dirinya yang bodoh ini. membuat sebuah komitmen bohongan tidaklah masalah, jika dia memiliki sebuah persyaratan kenapa aku tidak mengajukan sebuah persyaratan juga.
"Baiklah, gue setuju !", ucapku pada adrian.
"Hahaha... akhirnya, lu bakal jadi nyonya adrian !", ucap dari adrian dengan senangnya.
"Hah... lu serius ?", tanya dari kedua temanku.
"Heh... udah jangan berisik lu berdua, keputusan udah di buat gak bisa di ganggu gugat !", ucap dari adrian menghentikan shinta dan shanti untuk mempengaruhi keputusanku.
"Jangan seneng dulu, ada syaratnya !", ucapku pada adrian.
"Apa lagi yang lu mau ?", tanya adrian.
"Ceritain ke gue siapa sebenarnya nathael itu !", jawabku pada adrian.
"Nathael yaa nathael, masa nathael itu gue !", ucap dari adrian. dengan polosnya.
"Atau jangan-jangan lu naksir lagi ama nathael !", ucap adrian lagi.
"Gue cuma ingin masti'in kalau dia bakal taruhan dan keluar dari kampus ini, kalau gue gak tau seluk beluknya bisa saja dia menggunakan cara lain agar tidak jadi keluar dari kampus ini !", papar penjelasanku pada adrian.
"Ehmm... bener juga seh tapi nathael gak bakallah kayak gitu, gue jamin dah lu bakal menang lawan dia !", ucap dari adrian.
"Kalau gitu gue gak bakal mau jadi cwek lu !", ucapku pada adrian dengan ada jutek.
"Ok, gue jelasin tentang dia tapi etelah gue jelasin lu bakal mau kan jadi cewek gue !", ucap dari adrian.
"Tentu saja !", jawabku.
"Ehm... nathael... nathael... dia ngontrak, dia pernah mondok di jombang, ehm... dia rada kuper, nathael... kerja jadi barista di tunjungan plaza, nathael... nathael... gak tau lagi, cuma itu doank yang gue tau !", ucap adrian dengan berpikir sangat keras.
"Cuma itu doank yang lu tau, lu temannya apa bukan seh ?", tanyaku rada kesel dengan keterangan dari adrian.
"Dia emang gak pernah cerita seh, lagian juga gak penting-penting amat keluarganya... orang dia aja hidup ngandalin dari pekerjaannya sebagai barista !", ucap dari adrian.
"Sorry perjanjian di batalkan, informasi yang lu berikan tidak sebanding dengan apa yang bakal gue berikan ke lu !", ucapku pada adrian.
"Hah.. gak bisa gitu donk kan gue udah cerita'in semua yang gue ketahui tentang nathael !", ucap dari adrian.
"Kalau lu ingin gue jadi cewek lu, lu harus cari tau semuanya tentang nathael. keluarganya, masa lalunya, track recordnya sebagai seorang siswa pokoknya semuanya yang berhubungan dengan nathael !", ucapku dengan nada serius pada adrian.
"Saran gue mending lu baikan lagi sama dia agar bisa mendapatkan informasi tentangnya !", sambungku lagi.
"Anjrit... ribet banget syaratnya kalau jadi cewek lu !", gerutu dari adrian.
"Gue gak maksa, kalau gak mau ya udah !", ucapku dengan nada jutek.
"Yaa udah kalau gitu gue pergi dulu yaa.. !", ucapku pada adrian.
Aku pun meninggalkan adrian yang sedang duduk kebinggungan di kantin sekolah, memberikannya sebuah pilihan disaat hubungannya dengan nathael sedang mengalami masalah seharusnya dia bisa menentukan pilihannya dengan cepat, tapi sepertinya nathael sosok yang sedikit spesial untuknya. tapi biarkan sajalah dia kebingungan seperti itu karena aku memberikannya sebuah imbalan yang sangat menarik yaitu memiliki diriku.
Sejauh ini perkiraanku tidaklah meleset, ucapan dari adrian ada benarnya juga yang membahas tentang bagaimana sifat dari nathael setelah aku mendekatinya waktu di seminar itu. sepertinya aku harus meyakinkan sifatnya agar bisa lebih percaya lagi kepadaku dan juga aku bisa memanfaatkan kedekatanku dengan nathael sebagai alat untuk memanas-manasi adrian, dengan begitu pasti adrian akan memilih untuk bersekutu denganku.
Aku pun sekarang berjalan menuju kesebuah parkiran untuk mengajak kedua temanku ini sebuah tempat tongkrongan baru yang ada disalah satu wilayah di surabaya selatan, saat sedang berjalan kita pun saling mengobrol satu sama lainnya dan tentu saja shinta dan shanti penasaran banget dengan keputusanku tadi.
"Sebenernya penting banget yaa si nathael itu di mata lu sampai-sampai lu harus rela pacara dengan berandalan itu untuk mendapatkan informasi tentang nathael !", ucap dari shinta.
"Penting gak penting seh... tapi gue sangat penasaran banget dengannya !", ucapku pada shinta.
"Emang apa yang membuat lu penasaran ama dia ?", tanya dari shanti.
"Lu bakal kaget kalau gue cerita'in tentang dia !", ucapku pada mereka berdua.
"Apaan ?", tanya mereka berdua padaku.
"Gak tau kenapa tapi sepertinya rektor kampus ini sangat menaruh hormat pada nathael, sepertinya rektor itu sangat mengenal banget nathael !", paparku.
"Dan yang membuatku semakin mencurigainya adalah tuh pak rektor kayaknya sengaja banget ingin mengaduku dengan nathael !", sambungku lagi.
"Ngadu gimana ?", tanya shinta.
"Pak rektor pernah bilang ke gue, kalau gue mungkin bisa menjadi pesaing dari nathael... kayaknya gue ini bukan tandingan dari nathael !", jelasku lagi pada mereka.
"Emang kenapa yaa pak rektor bisa ngomong kayak gitu ?", tanya shanti dengan bergumam.
"Naahhh... itu dia yang bikin gue penasaran, makanya gue pingin nyari tau tentang nathael !", ucapku pada mereka.
"Tunggu dulu ini gawat... kalau omongan pak rektor ada benernya dan kalau lu emang bener-bener bukan tandingan dari nathael, berarti lu bakal kalah taruhan dengannya donk apa lagi minggu depan kan kita udah ujian semester !", tutur dari shinta dengan paniknya.
"Shinta bener juga tuh, gimana donk ini ?", tanya shanti dengan paniknya.
"Udahlah terlalu lebay lu semua, hal itu udah prediksi jauh-jauh hari dan gue juga udah nyiapin rencana cadangan untuk mengatasi hal itu !", ucap dari anggun.
"Intinya anggun wijayanata gak bakal kalah dalam taruhan ini !", ucapku dengan sombongnya.
Minggu depan adalah ujian semester dimana pertarungan akhir antara aku dan juga nathael, aku sudah menyiapkan beberapa kejutan untuknya, dan aku bisa pastikan kalau akulah yang akan memenangkan pertaruhan ini.