Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
-
Alamat alternatif sudah baru gan.
Bookmark alamat ini gan : https://bit.ly/ceksemprot
Atau buka dengan VPNIkuti alamat terbaru dari forum di : Follow Twitter @SemprotCom
CERBUNG Tuhan Pandanglah Hambamu ( re writting )
- Thread starter pocong_bunting
- Start date
- Daftar
- 29 Nov 2015
- Post
- 100
- Like diterima
- 54
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
User is banned, content is deleted automatically.
pocong_bunting
Adik Semprot
- Daftar
- 16 Feb 2016
- Post
- 125
- Like diterima
- 231
Terima kasih atas saran dan tanggapan suhu semua.
semoga bisa dapat status "TAMAT"
Jika tidak ada aral melintang dan panjang x lebar x tinggi besok akan saya update.
soalnya........
free wifi hunter diri ini...
semoga bisa dapat status "TAMAT"
Jika tidak ada aral melintang dan panjang x lebar x tinggi besok akan saya update.
soalnya........
free wifi hunter diri ini...
Iban_ajahhh
Semprot Addict
- Daftar
- 1 May 2017
- Post
- 494
- Like diterima
- 35
lanjuttttt
Pribumijkt
Senpai Semprot
- Daftar
- 15 May 2018
- Post
- 797
- Like diterima
- 339
Di tunggu kelanjutanya
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
User is banned, content is deleted automatically.
Testament_123
Guru Semprot
- Daftar
- 6 Jan 2018
- Post
- 500
- Like diterima
- 517
Ijin nyimak hu...
pocong_bunting
Adik Semprot
- Daftar
- 16 Feb 2016
- Post
- 125
- Like diterima
- 231
terima kasih atas semangat dukungan nya suhu.Jangan sampai digembok lagi gara2 kelamaan update ya gan
pocong_bunting
Adik Semprot
- Daftar
- 16 Feb 2016
- Post
- 125
- Like diterima
- 231
RASA KENTANG
Hari ini ku lalui dengan seribu perasaan yang tak ku mengerti, di kelas aku hanya melamun dan tak ada satupun materi pelajaran yang nyangkut di otak ku. Bel tanda pulang pun sudah berbunyi, ku kemasi buku pelajaran dan segera ku langkah kan kaki ini menuju parkiran untuk mengambil si bendot, panggilan dan sapaan dari teman-teman sekolahku ku hiraukan, kalau hari-hari kemarin saat pulang sekolah aku selalu nongkrong dulu di depan gerbang ama anak-anak cewe-cewe adik kelas yang lewat, atau menanti pujaan hatiku Bu Ina untuk sekedar menatap goyangan pinggulnya saat sedang berjalan. Tapi hari ini tidak ada hasrat sama sekali untuk melakukan kebiasaan itu, segera kuambil si bendot dan ku kayuh cepat menuju rumah si mbok.
“ Asalamu’kum, mbok aku pulang “ sapa ku ketika sampai depan rumah, si bendot lalu ku sandarkan ke dinding rumah, karena memang standart sepedaku sudah rusak, kang Bendhil janji nanti kalau hasil panen bagus, dia mau belikan standart buat sepedaku
“ Asalamu’kum , mbok aku pulang, dimana yo kamu mbok “
“ Wa’laikum salam, si mbok dibelakang ini “ jawab si mbok sambil agak berteriak
Lalu aku menuju belakang rumah, kuliat si mbok lagi ngerapikan daun pisang yang akan di jual besok ke pasar. Memang semenjak pak dhe meninggal 7 tahun lalu, si mbok menjadi tulang punggung keluarga, semua pekerjaan yang judulnya halal dan menghasilkan uang pasti dia kerjakan selama dia mampu, untuk menghidupi anak semata wayang nya kang Bendhil dan aku yang sudah dianggap seperti anak sendiri. Aku hampiri si mbok lalu ku cium tangan nya.
“ Aku pulang mbok “ ucapku sopan
“ Iyo tole, ya sudah sana ganti baju terus makan jangan lupa habis itu sholat “ si mbok berucap sambil mengelus punggung ku
“ Loch kok makan dulu bukan nya sholat dulu mbok, bukan nya sholat lebih utama “ tanyaku pada si mbok
“ Gini le, lebih baik mana sholat mikirin makan atau makan mikirin sholat ? “ Tanya si mbok
“ Ya lebih bagus makan mikirin sholat dari pada sholat mikirin makan, kan sholatnya jadi ga khusu malah bisa berkurang pahalanya nanti mbok “ jawab ku
“ Nah kamu tahu sendiri kan jawaban nya ? tapi jangan kamu jadikan alasan itu untuk semua kegiatan, nanti kamu utamakan kepentingan dunia diatas kepentingan ibadah, sholat tetep no 1 kalau sudah masuk waktunya “ si mbok menjelaskan sambil tangan nya tetep trampil merapikan helai demi helai daun pisang
“ Heee..hee iya si mbok, kaya pak sekdes itu ya mbok, kalau di panggil pak lurah langsung lari kebirit-birit langsung menghadap, tapi kalau di panggil Alloh lewat adzan, kalau lagi ngopi di warung Pak Naslim santai saja “ ucapku sambil cenge ngesan.
“ Hus sudah jangan bicarain orang Gibah hukumnya, sudah sana cepat makan terus sholat, jangan lupa ganti baju, masa mau menghadap ke gusti Alloh kucel gitu, mau ketemu pacar aja pake wangi-wangian “ ucap si mbok
“ Siap 86 komandan, taruna meluncur ke Timur Kerta Pati “ gayaku dengan sikap sempurna menirukan gaya hansip desa kalau habis apel malam
Segera ku menuju kamar, setelah cuci muka dan ganti pakaian segera kuliat isi meja makan, setelah ku buka tudung saji ternyata si mbok sayur gendot, goreng dage dan tidak ketinggal mendoan tersaji di meja makan. Makanan yang dimasak si mbok sedikit menghilangkan perasaan gundah dihatiku, ku santap dengan lahan masakan si mbok, setelah selesai makan ku cuci piring kotor bekas makanku sekalian ambil wudhu untuk melaksanakan sholat dhuhur.
Setelah sholat, ku rebah kan tubuhku di dipan bambu kamarku, pikiranku masih melayang ke kejadian waktu disekolah tadi, seribu tanya dibenak ku, kenapa Bu Ina bisa melakukan hal terlarang seperti itu dengan Pak Narto, atau jangan-jangan Bu Ina di perkosa oleh Pak Narto, tapi kalau diperkosa kan harusnya Bu Ina melawan dan bisa teriak minta tolong, apalagi ini di sekolah, teriakan Bu Ina pasti dengan mudah didengar orang. Tapi dari raut wajah Bu Ina seperti sangat menikmati perlakuan Pak Narto, tapi tunggu dulu, tadi aku melihat ada air mata di kelopak mata Bu Ina, dan raut mukanya menggambarkan perasaan hancur dan sedih yang teramat dalam.
“ Akhh “ aku sedikit berteriak dan memukul Kasur, aku tidak bisa menjawab semua pertanyaan-pertanyaan dalam otak ku, karena aku masih terlalu muda untuk memikirkan hal ini, otak ku belum sampai hanya nafsuku saja yang gede.
“ Ragil…Ragil.. Ragiil “
Ku dengar ada suara yang memanggil namaku dan aku familiar dengan suara itu, ku buka sedikit jendela kamarku dan ku liat ke halaman rumah, rupanya Blewuk yang datang.
“ Ragil…och Ragil “ ucap Blewuk
“ Oalah kamu itu loch Dwi, kalau bertamu ya pake tata karma, di depan rumah orang kok teriak-teriak, bilang Asalamu’kum gitu kan bisa “ ucap si mbok sambil berjalan dari samping rumah rumah
“ Ech si mbok, maaf ya mbok, Aslamu’kum “ ucap Blewuk sambal cium tangan si mbok
“ Wa’kum Salam, nach gitu kan bagus, anak muda harus dibiasakan sopan supaya tua ga kebablasan “ ucap si mbok
“ Ada apa blewuk, baru jam brapa ini belum waktunya main bola di sawah “ ucapku sambal berjalan dari arah pintu menuju blewuk dan si mbok
“ Oalah, bocah satu ini juga dablek, nama bagus-bagus Dwi Erlangga kok di panggil blewuk, wis-wis kelakuan anak jaman sekarang, di sekolahin mahal-mahal kok malah tambah rusak kelakuannya, ya sudah si mbok tinggal dulu kebelakang mau ngerapiin daun lagi “ ucap si mbok sambal berlalu pergi.
“ Gil kita nonton ebeg yu di lapangan desa, grup yang pentas bagus Suryo Kencono dari Rawalo “ ucap Blewuk
“ Males akh, aku ga semangat, mending aku bantuin si mbok aja cari kayu bakar di hutan, stok kayuku paling tinggal 3 hari lagi “ jawab ku dengan malas
“ Ya elah Ragil, ayo lah “ rajuk Blewuk
“ Kamu aja sepedaan sendiri, aku beneran lagi males “ jawab ku
“ Kalau aku ada sepeda aku berangkat sendiri Gil, lach wong sepedaku rusak, pelek nya penyok gara gara masuk got kemarin sama adik ku “ jawab Blewuk dengan muka memelas
“ Emm ..gimana ya Wuk “
“ Ayolah Ragil yang ganteng, ijinkan daku membonceng sepedamu, nanti aku belikan mendoan anget plus lontong sepuasmu di warung Bu Sumi, dia kan dagang kalau ada keramaian seperti ini ”
“ Yakin, memang kamu punya duit ? “ ucapku penuh selidik
“ Yakin lah, liat nich 20 ribu duitnya juga masih baru, kata pamanku baru diambil dari ATM di mall MORO sana, taukan MORO ? apa jangan-jangan kamu belum pernah kesana ya ? “ ucap Blewuk meledek ku
“ ASU lanang, pernah lach, waktu lebaran 3 tahun yang lalu aku ke MORO, aku di kasih uang sama Pak Naslim, katanya sebagai sodakoh karena warungnya laris, jadi uangnya aku beliin baju di MORO sana, yo wis ayo berangkat “ jawab ku dengan sedikit kesal, lalu ku ambil si bendot.
Aku dan Blewuk berboncengan mengunakan si bendot menuju lapangan desa. Sayup-sayup ku dengar tembang Eling – Eling Banyumas mengalun merdu dari pengeras suara cap toa
Sesampainya dilapangan aku liat sudah banyak orang yang menonton, mereka membuat bundaran besar, ditengah – tengah para pengebeg sudah banyak yang kesurupan, ada yang menirukan seperti macan, monyet dan juga ular, adapula orang menari dengan gemulainya tarian lenggeran dan cakilan padahal kalau dalam keadaan sadar aku yakin meraka tidak akan bisa menari sebagus itu. Barongan pun sudah mulai bergerak gagah, PLAK..PLAK.. terdengar bunyi yang khas tiap kali mulut kepala naga itu di buka tutup
“ Ayo Ragil cepet kita liat lebih dekat lagi, serukan ? kalo Suryo Kencono yang main pasti rame “ ucap Blewuk sambil menarik tangan ku
“ Lah jajan nya kapan Wuk ? “ tanya ku
“ Baru aja nyampe udah minta jajan, sudah taruh sepedamu dekat warung mbok Sumi nanti kalau lagi istirahat ebegnya kita jajan mendoan, bilang aja suruh sisain mendoan anget nya ama mbok Sumi “
Blewuk berjalan kearah kerumunan orang, sementara aku menuju warung mbok Sumi untuk titip si bendot sekaligus pesan mendoan anget nya takut kehabisan. Setelah titip si bendot dan pesen mendoan aku menyusul Blewuk ke tengah lapangan.
“ Jan maen temen kae ya..alah…alah deneng sing mendem ketek bisa menek pring duwur banget ya, pancen nek Suryo Kencono sing main pasti apike pol koh (wah bagus sekali ya, aduh kok yang kesurupan jin monyet bisa naik batang bambu tinggi banget ya, memang kalau yang pentas Suryo Kencono pasti bagus) “ ujar orang depan ku berkata pada teman nya
“ Genah iya koh, ora nyeselkan tak ajak sekang Sokaraja meng Notog andong nonton ebeg ? mengko bise bayari maning ya ? (Memang iya, gak nyesel kan saya ajak dari Sokaraja ke Notog cuman nonton kuda lumping ? nanti bis pulangnya kamu bayari lagi ya ?) jawab temannya
“ Dengkul mu, wedus diumbar sich lemu, enak men ( Dengkul mu, kambing dibiarin bisa gemuk, keenakan kamu dong) “ jawab orang di depanku kepada temannya
Tiba-tiba, GUBRAAK..GUBRAAK.. GUBRAAK.. kuliat Blewuk berguling ketengah arena pertunjukan rupanya dia kesurupan juga, setelah pawang menengkan dia, Blewuk lalu mulai menari lincah menirukan gerakan cakilan. Aduh sial ternyata dia pengin mendem, pantesan dari tadi ngotot pengin nonton, untung aku ga pernah tertarik untuk mempunyai indang, sehingga aku tidak ikut kesurupan, coba kalau aku punya indang
pasti sudah di tarik Blewuk juga ke tengah arena.
Tak terasa sudah 3 jam lama nya aku menyaksikan petunjukan ebeg ini, waktu sudah mau maghrib, satu persatu yang kesurupan disembuhkan termasuk Blewuk.
“ Ayu wuk, pulang kita dach mau magrib ini, nanti aku dimarahi si mbok “ ucapku pada Blewuk
“ Sik toch, masih lemes iki, kita ambil sepeda sekalian makan mendoan, buat ngilangi bau anyir mulutku ini gara-gara makan dedek ama areng pasti tadi “ jawab Blewuk
Kami lalu menuju ke warung mbok Sumi, setelah makan mendoan dan es kelapa muda kami lalu pulang kerumah, Blewuk kuantar pulang sampe kerumahnya, setelah sampai kerumahnya terdengarlah suara nyaring yang hamper mirip dengan kerasnya suara si mbok, yaitu suara mbok lastri ibu Blewuk.
“ Dasar bocah gemblung, klambine nganti belok kaya kiye, jar-jare ora rekasa ngumbaihne apa ? pokoke kudu ngumbaeh dewek koe, ne kora tak sepite pindo ( Dasar anak gila, bajumu sampai kotor kaya gini, kamu kira ga cape cucinya ? pokoknya harus cuci sendiri, kalau ga ku sunat dua kali nanti ) “ ucap mbok Lastri sambal marah-marah ke Blewuk
Aku yang takut kena semprot juga oleh mbok Lastri segera ambil langkah seribu, ku kayuh sepedaku secepat mungkin.
“ Aslamu’kum “ sesampainya di rumah ku ucapkan salam dan tidak lupa cium tangan si mbok
“Wa’laikum salam, sore amat kamu Ragil, pasti habis nonton ebeg ya, ya sudah sana cepet mandi sudah jam 5 sore, nanti kita sama-sama ke mushola sholat magrib berjamaah” jawab si mbok.
“ Baik mbok “ jawab sopan
“ Oh ya kamu mandi di Kali Logawa sana ya, soalnya air disumur tinggal sedikit, buat cadangan air minum aja “ ucap si mbok
Aku lalu mengambil pelengkapan mandiku, menaiki si bendot aku menuju Kali Logawa untuk mandi sore, sesampainya dikali kuliat suasana sangat sepi, tidak ada orang satupun yang kudengar hanya gemericik air kali yang jernih, setlelah ku parkirkan si bendot aku lalu mulai menanggalkan pakaian ku, hanya celana dalamku saja yang tersisa. Laki-laki disini memang terbiasa mandi hanya dengan celana dalam jika di sungai, karena tempat mandi di sungai terpisah antara perempuan dan laki-laki.
Aku mulai menyeburkan badan kesungai, sejuknya air mulai membasuh tubuhku, aku merasa sangat rileks sekali, ini lah anugrah yang diberikan tuhan kepada desaku, tanah yang subur, sawah yang bisa ditanami setiap tahun, sungai yang jernih dan pemandangan gunung slamet yang berdiri gagah. Jika orang kota harus mengeluarkan uang untuk menikmati pemandangan sambil mandi di kolam renang yang airnya bau kaporit, sementara aku bisa berenang bebas sambil menikmati gunung slamet yang berdiri gagah disana secara gratis.
“ Mas “
Kutoleh kan kepalaku kearah sumber suara itu.
“ Mas, aku numpang mandi disini ya, aku takut kalau harus mandi sendiri di tempat pemandian perempuan, apalagi sudah sore gini “ ucap wanita itu, yang ternyata itu mba Intan, pengantin baru istri mas Pujo
“ Bo..boo…boleh mba, silakan “ jawab ku dengan tergagap, karena kaget campur malu
“ Maaf ya jadi ganggu “ ucap mba Intan
“ Och, engga kok mba, emang sekarang kali sudah sepi, mungkin karena sudah terlalu sore, jadi orang-orang sudah pada pulang “ jawabku setenang mungkin
Mbak Intan ini baru 3 bulan menikah, suaminya mas Pujo asli dari desaku sementara mba Intan asalnya dari Baturaden, setelah menikah dia ikut mas Pujo menetap di desaku, orangnya cantik, kulitnya putih, badannya proposional tidak terlalu gemuk tidak juga kurus, payudaranya kalau kata temen-temen itu ukuran 34, bokongnya bulat kencang, tingginya sekitar 165 cm, beda dikit dengan ku yang 170 cm, usianya sekitar 24 tahun. Mungkin karena dia orang kota jadi pintar merawat diri, apalagi Baturaden kan kota wisata jadi gadisnya modis-modis tidak mau kalah ama gadis-gadis yang datang berwisata dari luar kota.
“ Mas. Eh malah ngelamun “ suara mba Intan membuyarkan lamunanku
“ Ech iya mba “ jawab ku
“ Kamu Ragil kan ana mbok Tumiyem yang adeknya mas Bendhil ? “ Tanya mba Intan kepadaku
“ Loh kok mba tahu nama saya, dari mana ? “ ucapku
“ Lah gimana toh, ditanya balik nanya, ya tau lach wong dikenalin ama mas Pujo waktu nikahan dulu “ jawabanya sambil tersenyum
“ Wach mba Intan ingatan nya kuat juga ya, padahalkan tamunya mas Pujo ribuan, lach wong dia ketua karang taruna desa Notog, teman nya ya dimana-mana “ ucapkan sambal melirik kearah payudara mba Intan
“ Hiii..hiii… sama orang unik kaya kamu aku pasti inget mas, lach wong kamu itu jeleknya ga ketulungan, terus imut-imut gimana gitu “ mba Intan meledek ku sambil tersenyum geli
“ Beneran aku imut mba ? “ tanyaku sambal tersipu malu
“ Iya Imut…Item Mutlak …hiiii…hiiii “
Aduh aku langsung grogi bin kesel mendengar ledekan dari mba Intan barusan
“ Massss Ragiiiiiil….” Suara mba Intan sedikit mendesah memanggil namaku
“ I..iii…i..iya mba “ jawabku tambah grogi mendengar suara itu, bulu kuduk dan Ragil Junior ampe bangun mendengar suara setengah mendesah itu.
“ Tolong balik badan dong, aku mau ganti baju pake kain, masa aku harus bugil sich mandinya, atau mas Ragil mau liat aku ganti kain, nanti tak bilangin mas Pujo loooh, kamu taukan akibatnya..hiii…hiiii “ ucap mba Intan sambil memainkan ujung kaos nya, bahkan sampai mengangkat hingga sebatas di bawah payudaranya persis, sehingga terlihat oleh ku perut yang rata dan putih itu.
Aku yang menyaksikan itu hanya bisa bisa menelan ludah, Ragil junior semakin keras berdiri, aku yang tak mau malu ketahuan bahwa kemaluanku berdiri keras makin mundur supaya tubuhku tertutup air sebatas perut.
“ Mas Ragilll “ panggil mba Intan dengan tatapan nakal.
“ Iyaa..iyaa mbaa “ jawab ku, lalu aku berbalik badan membelakangi mba Intan.
Detik demi detik berlalu, rasanya bagai sewindu, aku sudah tidak sabar kain seperti apa yang digunakan, biasanya ibu-ibu yang mandi di kali hanya menggunakan kain sebatas dada, panjang sampai semata kaki.
“ Mas Ragilll “ ucap mba Intan memanggil namaku manja
“ Iya mba, apa sudah boleh balik badan ? “ jawabku
“ Sudah mas, aku sudah ganti pake kain sekarang kok “ jawab mba Intan
Glekk..ku telan ludah ku, kini dihadapanku mba Intan hanya memakai kain yang dilingkarkan di tubuhnya dan panjang kain 5 cm diatas lutut. Kaos, celana , bh, dan celana dalam sudah dia letakan diatas batu kali. What !!! bh dan celana dalam, berarti mba Intan sudah tidak pake apa-apa lagi dong di balik kain itu, otak mesum ku sudah berfikiran kemana-mana, walau berjarak sekitar 5 meter dari mba Intan, tapi aku bisa melihat dengan jelas belahan payudara yang menyembul indah karena mba Intan mengikat kainnya terlalu kencang, paha putihnya dan betisnya yang bunting padi membuat junior ku makin tegak berdiri di balik celana dalam ku.
“ Ayooo…kok diem aja, terus ngeliati akunya gitu…hiii..hiii mupeng yaa ? “ ucap mba Intan meledek ku
“ Heee…eee..au akh mba, ngeledek terus kamu mba, aku jadi malu “ jawab ku sambal garuk-garuk kepala
“ Sudah sana mandinya di terusin, ngeliatin aku terus entar adik kecil mu bangun loch, aku juga mau mandi sekalian cuci baju yang kotor ini, kamu tungguin ampe selesai ya, aku takut kalau ditinggal sendiri di sungai “ ucap mba Intan sambal melirik kearah ragil juniorku.
“ Iya mba “ jawab ku
Aku lalu mulai melanjutkan mandi ku, mba Intan pun mulai membasahi tubuhnya. Duch Gusti benar dugaanku ternyata mba Intan ga pake apa-apa lagi dibalik kainnya, mana kainnya tipis banget lagi, kini aku bisa melihat samar-samar tubuh mbak Intan yang tercetak jelas di balik kain basahnya. Payudara ukuran 34 tercetak jelas, putingnya menonjol di balik kain basah yang dikenakan, mba Intan dengan cueknya menyabuni tubuhnya, tangannya masuk kedalam kain dan mengusap-usap payudara montoknya.
Setelah itu mba Intan menyabuni leher putihnya, mengelus dari bawah kuping hingga ke dada, lalu mulai menyabuni tumit naik ke paha putihnya, dia sepertinya sengaja menyabuni paha putihnya sambal di usap – usap, tiba – tiba mba Intan melirik kepadaku sambil tersenyum kecil, aku yang ketahuan memperhatikan kegiatan mandinya merasa grogi dan khawatir takut mba Intan marah.
Sabun och sabun, jika aku jadi dirimu pasti akan sangat beruntung, aku rela walau harus mencair di payudara indah mba Intan, meluncur di perut ratanya, meresapi leher jenjang yang bak pualam, apa lagi bisa sampai mencair melewati lipatan kecil vagina mba Intan dan meluncur manis dipaha putih mba Intan.
Membayangkan itu semua Ragil junior makin berontak di bawah sana, ingin rasa nya ku kocok sekarang juga agar meringankan beban derita birahi ini, tapi ada mba Intan di sini, jangan-jangan nanti aku diadukan sama mas Pujo, maka habislah aku.
“ Mas Ragil ..mas Ragil “ mba Intan memanggil namaku, “ Mas, ech malah ngelamun “ mba intan memanggilku lagi, sambal melemparkan batu kecil ke arahku
“ Aduch.. ech iya, kenapa mba, ada yang mau dimasukin, ech..ech salah dibantuin “ jawab ku gagap
“ Ichh nakal, ngomongnya kok dimasukin – dimasukin, emang kamu udah bisa masukin mas ?…hiii..hiii “ ledek mba Intan. Mendengar pertanyaan itu aku hanya bisa tersenyum kecil, bingung mau ngomong apa.
“ Mas Ragil sini dong bantuin Intan, ini punggung belakang Intan kok susah banget nyabuninya, nanti gentian deh Intan sabuni “ ucap mba Intan sambal melambaikan tangan nya.
Aku hanya bisa terbengong menerima tawaran itu, Duch gusti piye toch iki , aku tolak atau aku terima ya tawaran mba Intan, ditolak sayang diterima bisa bikin tegang. Lagi-lagi syaithon bin iblis berbisik mesra dihatiku untuk menerima tawaran mba Intan, tapi malaikat berbisik bahwa ini dosa besar dan salah.
“ Mas Ragil sini cepet “
“ Tapi..mbaa… “ jawab ku ragu, aku juga malu kalau harus melangkah ke tempat mba Intan, aku hanya memakai celana dalam, dia pasti bisa melihat gundukan dicelana dalamku karena di junior sedang bangun.
“ Udah sini, apa kamu malu karena hanya pake celana dalam.. ? ga papa, sudah biasa orang mandi di kali kaya kamu, ditempatku sana Baturaden juga biasa kok laki-laki dan perempuan mandi bareng, atau jangan-jangan punya kamu kecil yaa…haaaa…haaa ? “ payudara mba Intan bergoyang indah karena tertawa meledek ku.
Sial, diledek seperti itu kuberanikan diri mendekati mba Intan, dengan pelan kumelangkah mendekati tempat mbak Intan duduk diatas batu sekarang, tak kuhiraukan lagi rasa malu karena kini terlihat semua tubuhku yang hanya terbalut celana dalam, dan posisi kemaluanku yang sedang maksimal didalamnya.
“ Sini mba mana sabun nya “ ku ulurkan tanganku, posisiku kini berdiri persis disamping mba Intan, sementara mba Intan dengan santainya masih duduk diatas batu sungai, terlihat jelas payudara dan putingnya dibalik kain tipis yang dikenakan mba Intan.
“ Ihhh, apa itu “ mba Intan tersenyum sambil menutup mulutnya sementara tangan nya menunjuk persis kearah kemaluanku
“ Aduch..astaga “ ucapku sambil melihat kearah kemaluanku, duh ternyata kepala kemaluanku nongol keluar dari celana dalam ku, entar karena melorot tadi atau emang punyaku kepanjangan, lalu kubetulkan lagi celana dalamku di depan mba Intan, sudah kepalang malu, biarlah sekalian aja mesum dikit didepan dia.
“ Nich sabun nya, sabunin yang bener ya punggungku, jangan nyabun yang lain..hiii…hiiii “ ucap mba Intan sambil menyerahkan sabun cair ke tangan ku.
Lalu aku duduk persis di belakang mba Intan, ku tuangkan sabun cair ketanganku, tampa kuduga mba Intan melonggarkan ikatan kainnya, kini dia memegangin kain di depan payudaranya sedangkan punggungnya kini terbuka karena kain bagian belakang melorot sampai kepantatnya. Oh syaithon mulus banget tubuhnya, punggung nya putih ketiaknya bersih dan pinggiran payudara bulatnya terlihat begitu menggoda.
“ Ayo cepet mas Ragil, udah sore ini, tapi jangan nakal ya, hii..hiii “ ucap mba Intan menyuruhku.
Mulai ku usap punggung mba Intan, dari atas sampai bawah, ku telusuri sampai ketulang ekornya, lalu naik lagi sampai kelehernya, kusabuni lehernya sambal ke usap-usap, kulakukan kegiatan itu kurang lebih selama 5 menit, mba Intan menoleh sebentar kepadaku dengan tatapan mata yang sama persis seperti Bu Ina saat akan digarap oleh Pak Narto, lalu mba Intan menghadap ke depan lagi, dipejamkan kedua matanya serta dia menggigit bibirnya.
Memang betul bila laki-laki dan perempuan berduaan maka yang ketiga adalah syhaiton bin iblis, entah muncul keberanian dari mana tangan kananku mulai nakal menyelusup kedalam ketiak mbak Intan lalu turun kebewah mengelus pinggiran payudara mba Intan, kudengar mba Intan makin berdesis dan makin kencang menggigit bibirnya, udah kepalang tanggung kuberanikan memegang payudara sebelah kanan mba Intan lalu meremasnya lembut, Oh syaithon empuk sekali payudaranya, kuremas lalu kumainkan putingnya yang bulat kecil itu, tangan kiriku mulai merayap turun kebawah dan akhirnya sampai di bulatan pantatnya, lalu kuremas dengan gemas.
Kurapatkan tubuhku ke punggung mba Intan, tercium bau harum tubuhnya , Ragil junior makin berontak di bawah sana, kuremas payudara sebelah kanan mba Intan semakin kencang, tapi anehnya tangan mba Intan malah membantu tanganku untuk meremas payudaranya.
“ Stttt…akhhhhh..emmmm…emmm Ragggiiiil nkaaalll..emm akhh “ mba Intan meracau tidak jelas.
Aku yang semakin berani karena tidak ada perlawanan dan penolakan dari mba Intan mulai mengelus pantat mulusnya, jari-jari tanganku mulai menyelusup kebelahan pantatnya, ku belakukan seperti itu mba Intan malah mengangkat sedikit pantatnya dan agak ditunggingkan sehingga jari-jari tanganku mulai mudah menyelusup lebih jauh, pertama yang ku sentuh ada lah lubang anus nya, lalu mulai maju dan kutemukan lipatan pinggir vaginanya, terasa lembut dan basah di bawah sana, kugesek-gesek terus jariku diantara lubang anus dan pinggiran vaginanya, mba Intan makin kencang berdesis. Tiba-tiba mba Intan melepas pegangan pada kainnya, sehingga terpampang lach tubuh bugil mba Intan , dia menengok kearahku, dimajukan wajahnya mendekatiku, lalu tiba tiba di lumatnya kedua bibirku ini, lidahnya mencoba masuk kedalam rongga mulutku. Aku yang mendadak mendapat serangan seperti itu hanya bisa pasrah mengikuti gerakan bibir dan lidah mba Intan, karena aku memang belum berpengalaman dalam hal ini dan ini pun pengalaman pertama bagiku.
Kini mba Intan berbalik badan, sehingga aku bisa melihat jelas kedua payudaranya, lalu perutnya yang rata dan kemaluan yang dihiasi bulu – bulu halus.
“ Occhhh Mas Ragil, kamu nakaaal “ ucap mba Intan sambal menoel hidungku
“ Ayo mas remas terus susuku..och ..mas..sekarang isaaap..emm isap putingkun mas ..ochhh “ mba indah menarik kepalaku kearah payudara nya, aku lalu melahap payudara sebelah kiri mba Intan, sementara tangan kanan ku meremas remas payudara sebelah kirinya. Akhirnya aku tahu mengapa semua lelaki normal amat menyukai payudara wanita, rasanya yang lembut dan kenyal dan putting yang menggemaskan membuat kumabuk kepayang.
Mba Intan meraih tangan kiriku, lalu dengan perlahan perlahan dituntun nya mengelus paha mulusnya, kemudian sampai kepangkal pahan nya, kini dapat kurasakan jelas bulu-bulu halus vagina nya, ku usap lembut lalu perlahan kugesek pinggiran vagina mba Intan.
“ Ayoo mas masukin, masukin jari..jarimu..sentuh itilku..rasakan lembutnya dinding memeku, kamu belum pernah kan ? “ ucap mba Intan kepada ku dengan terputus-putus.
“ Iya mba, aku baru kali ini megang memek wanita, ngisep susu wanita dan kamu lach yang pertama mba “ jawab ku.
Mulai ku masukan jariku ke dalam memek mba Intan, och begitu lembut disana ketika jari telunjuk ku sudah mentok masuk seluruhnya ke lubang vagina mba Intan ku lihat ekspresi yang susah ku jelaskan dengan kata-kata, ekspresi yang sama ketika Bu Ina digenjot lubang vaginanya dengan kemaluan Pak Narto.
Ketika aku sentuk tonjolan kecil di vagina mba Intan, dia berteriak kecil, aku yang semakin bersemangat terus saja menggesek-gesek tonjolan kecil itu di dalam vaginanya, mba Indah semakin menggila, semakin dibenamkan nya mukaku ke payudaranya, aku yang hamper kehabisa nafas terus menggesek tonjolan itu semakin kenjang sambal ku gigit putting payudara mba Indah.
“ Och…occhhh enak Gil…occhhh enakkk” ucap mba Intan sambal menggoyang pantat nya menyambut tiap gesekan dan colokan jari tanganku di vaginanya.
“ Occhhh….aduuhhh…bangsat kamu…anjjinggg..laki-laki anjing kamu..akhhhh enak..terus jing enak memek ku…ochhh…akhhh “ mba Indah semakin cepat menggoyang pantarnya, rambutku dijambak olehnya. Aku terus melakukan kocokan di vaginanya mulut ku tersumpal oleh pagudara montoknya.
“ Ochhh..akhhh..muncraat…memek kun muncratt..anjing kamu och enakkkk..AKHHH “ seiring teriakan mba Intan maka muncrat lah cairan dalam memeknya, telapak tanganku sampai basah kuyup dibuatnya.
“ Udah mas..udah..lemes aku, cabut jarimu, linu rasanya “ ucap mba Intan sambal menarik tanganku, kemudian tampa kuduga dia menjilati jari-jari tanganku..
“ Emmm enak, coba kamu jilati juga mas, rasakan cairan pejuh wanita, nanti kamu bakalan ketagihan “ mba Intan menyuruhku menjilati air pejuhnya, ragu-ragu ku jilati jari ku, em memang rasanya agak asin tapi gurin, ku jilati semua jariku sampai bersih. Dengan gerakan yang cepat ku pegang paha mba indah, lalu kuarahkan mulutku kearah vagina mba Intan, setelah itu mulai kujilati vagina mba Intan, ku korek dinding vagina mba Intan dengan lidahku, aku pengin merasakan lagi rasa air pejuh wanita, kini di hadapan ku terpampang jelas vagina mba Intan, warna nya merah mudah dan itilnya sungguh menggoda. Kini mulai kujilati lagi vagina mba Intan, dia berpindah posisi, dia duduk dibatu yang lebih tinggi, kini posisiku berjongkok didepan nya, mba Intan membuka lebar pahanya.
“ Sruupp..emmm muach..cpcpcp..muaah “ ku jilati vagina mba Intan dengan rakusnya, benar kata mba Intan air pejuh wanita memang bikin ketagihan, kuangkat kaki mba Intan lalu aku letakkan kaki mba Intan dipundak ku, kini aku semakin leluasa menjilati vaginanya.
“Akhhh..aduhhh…enak..akhh jilat terus jing puasin aku ..akhh bangsat kamu mas, hebat ternyata akhhh “ ceracau mbak Intan, rupanya mbak Intan suka bicara kotor saat sedang bercinta.
Kulirik keatas, ternyata kini mba Intan sedang meramasi kedua belah dadanya.
“ Muaaach..sruput..sruuput..sksks..ckcck..emmmm..” ku jilati vagina mba Intan, jari-jariku mengelus pinggiran vagina mba Intan sementara lidahku terus menari-nari di itil mba Intan, jari telunjukku iseng-iseng mengelus lubang pantat mba Intan sambal kujilati vaginanya. Tiba-tiba tangan mba Intan meraih tanganku, aku kira dia akan menyingkirkan tanganku karena mengelus-elus lubang pantatnya ternyata dugaanku keliru, dia malah menahan tanganku, dan pantatnya sedikit ditekan kebawah, sehingga jariku masuk telunjukku masuk setengah ke dalam lubang pantat dia.
“ Akh..ayo jilat terusss..akhhh..mainin lidahmu di itilku..yaaa gituuu jilat disitu..ochhhhh..masukin kocok terus jarinya di anus ku och..sakit-sakit geli..och enak “ mba Intan menjambak rambutku dan semakin menekan mukamu kearah vaginanya. Sementara pantatnya terus bergoyang sehingga jariku semakin dalam masuk kedalam lubang pantatnya.
Mba Intan bergoyang semakin cepat, jambakan dirambutku semakin kuat
“ Terus..teruss..akhhhh…terusss…colok pantatkuu..terusssss akhhhh..” pantat mba Intan berkedut-kedut setelah itu muncrat lah banyak lender dari vaginanya seperti orang kencing, mulutku kubuka lebih lebar, ku sedot dan kujilati terus vaginanya, ku cabut jariku dari lubang pantatnya.
“ Stop..stop..stop udah aku ga kuat lagi mas “ ucap mba Intan, setelah itu badannya melorot dari batu dan tersungkur di pelukan ku.
“ Kamu hebat mas Ragil, sama mas Pujo aja aku ga pernah bisa sampe ngecrot, apa lagi terkencing-kencing kaya tadi, sudah sering ya main ama perempuan ? “ Tanya mba Intan
“ Belum mba, ini yang pertama “ jawabku
“ Bohong, kok jago gitu “
“ heee..udah bawaan lahir kali mba, tadi ikutin naluri aja “ jawabku sambal cenge-ngesan
“ Emang kamu hebat, sejak pertama ketemu dulu aku dach ngira kalau kamu bakalan hebat kalau ngentot, instingmu kuat “ puji mba Intan kepadaku
“ Coba sekarang kamu berdiri, aku mau lihat apa punyamu sekuat instingmu “ ucap mba Intan
Aku pun menuruti permintaan mba Intan, kini dia berjongkok persis di depanku, di turunkan celana dalam sampai selutut, kini berdiri tegaklan juniorku tepat di depan muka mba Intan
“ Em, benerkan perkiraanku, kontol mu memang luar biasa, kontol mas Pujo ga ada apa-apanya dibandingkan punya mu “ ucap mba Intan sambil menggenggam kemaluanku, lingkaran jari tangangnya tidak muat untuk memegang kemaluanku
“ Bisa aja kamu mba “ aku yang diberlakukan seperti itu merasa merinding seluruh tubuhku, ada perasaan geli yang baru pertama kali aku rasakan.
“ Bener, liat nich bentuknya bulat besar, sama kaya pisang ambon, terus agak aneh kepalanya lebih besar dari pangkalnya, dan bentuknya itu melengkung ke atas, pasti memek kalau di sodok kontol kaya gini langsung klepek-klepek.
Aku hanya tersipu malu diberlakukan seperti itu, tiba-tiba mba Intan menjilat juniorku, di jilatinya dari ujung kepala sampai pangkal kemaluanku, lalu biji kembar juniorku disedot-sedot pake mulutnya, akhh rasanya tidak bisa kugambarkan, geli, enak rasanya dengkul ku sampe lemas, ini mungkin perasaan yang dirasakan oleh Pak Narto saat kemaluannya disedot oleh Bu Ina.
Mba Intan mulai mengulum kemaluanku, bibirnya terasa lembut dan lidahnya terus menari-nari dilubang kencingku, och rasanya sungguh nikmat
“ Akh terus mba, enak mbaaa…oc isep mba “ ceracauku kepada mba Intan.
Tiba tiba mba Intan menghentikan aktifitasnya.
“ Loch kok berhenti mba ?? “ Tanya ku dengan perasaan tanggung
“ Bener kamu masih perjaka ? “ mba Intan malah balik bertanya kepadaku
“ Bener mba, suerr dach “ jawabku
“ Kalau begitu mari kita pulang, karena waktu dach mau maghrin, nanti kamu dicari mbokmu dan aku di cari mas Pujo” jawab mba Intan sambil merapikan pakaian kotor dan kain basahan nya untuk dimasukan ke keranjang pakaian.
“ Lach terus aku gimana mba, nasib kontolku gimana, belum mucrat ini ? “ jawab ku dengan rasa tanggung
“ Bodo..wuee “ jawabnya sambil menjulurkan lidahnya, “ Biasa colikan, coli aja sendiri di rumah, atau mau disini..hiii serem nanti malah diperkosa kunti penunggu kali kamu “ mba Intan lalu memakin daster keringnya yang memang dibawa dari rumah buat ganti habis mandi, lalu berjalan meninggalkan ku yang masih diselimuti rasa kentang.
“ Awas kamu mba, kuperkosa nanti di rumahmu “ ancamku sambil bercanda.
“ Ayo coba aku tunggu, awas ya kalau sampai ngecrot duluan sebelum aku ..hiii..hii “ jawab mba Intan sambil terus berjalan
Aku yang masi dalam rasa kentang mulai mengeringkan badan ku dengan handuk.
KRESK…KRESEK..GRUUK
Saat aku sedang memakai pakaian ku terlihat ada dahan bambu yang bergoyang dan beberapa batu yang longsor di tebing sebelah selatan kali, setelah kuperhatikan sepertinya ada bayangan putih yang bergerak dan perlahan menghilang.
Buluk kuduk ku berdiri, jangan-jangan beneran ada kunti..ih takut, iya kalau kunti kalau orang, matilah aku bisa habis aku kalau orang itu cerita sama mas Pujo. Buru-buru kupakai semua bajuku, dan baju basahku ku masukan kantong plastic, lalu kuambil si bendot dari tempat tadi ku parkirkan, dan aku meninggalkan sungai dengan sejuta
RASA KENTANG
Hari ini ku lalui dengan seribu perasaan yang tak ku mengerti, di kelas aku hanya melamun dan tak ada satupun materi pelajaran yang nyangkut di otak ku. Bel tanda pulang pun sudah berbunyi, ku kemasi buku pelajaran dan segera ku langkah kan kaki ini menuju parkiran untuk mengambil si bendot, panggilan dan sapaan dari teman-teman sekolahku ku hiraukan, kalau hari-hari kemarin saat pulang sekolah aku selalu nongkrong dulu di depan gerbang ama anak-anak cewe-cewe adik kelas yang lewat, atau menanti pujaan hatiku Bu Ina untuk sekedar menatap goyangan pinggulnya saat sedang berjalan. Tapi hari ini tidak ada hasrat sama sekali untuk melakukan kebiasaan itu, segera kuambil si bendot dan ku kayuh cepat menuju rumah si mbok.
“ Asalamu’kum, mbok aku pulang “ sapa ku ketika sampai depan rumah, si bendot lalu ku sandarkan ke dinding rumah, karena memang standart sepedaku sudah rusak, kang Bendhil janji nanti kalau hasil panen bagus, dia mau belikan standart buat sepedaku
“ Asalamu’kum , mbok aku pulang, dimana yo kamu mbok “
“ Wa’laikum salam, si mbok dibelakang ini “ jawab si mbok sambil agak berteriak
Lalu aku menuju belakang rumah, kuliat si mbok lagi ngerapikan daun pisang yang akan di jual besok ke pasar. Memang semenjak pak dhe meninggal 7 tahun lalu, si mbok menjadi tulang punggung keluarga, semua pekerjaan yang judulnya halal dan menghasilkan uang pasti dia kerjakan selama dia mampu, untuk menghidupi anak semata wayang nya kang Bendhil dan aku yang sudah dianggap seperti anak sendiri. Aku hampiri si mbok lalu ku cium tangan nya.
“ Aku pulang mbok “ ucapku sopan
“ Iyo tole, ya sudah sana ganti baju terus makan jangan lupa habis itu sholat “ si mbok berucap sambil mengelus punggung ku
“ Loch kok makan dulu bukan nya sholat dulu mbok, bukan nya sholat lebih utama “ tanyaku pada si mbok
“ Gini le, lebih baik mana sholat mikirin makan atau makan mikirin sholat ? “ Tanya si mbok
“ Ya lebih bagus makan mikirin sholat dari pada sholat mikirin makan, kan sholatnya jadi ga khusu malah bisa berkurang pahalanya nanti mbok “ jawab ku
“ Nah kamu tahu sendiri kan jawaban nya ? tapi jangan kamu jadikan alasan itu untuk semua kegiatan, nanti kamu utamakan kepentingan dunia diatas kepentingan ibadah, sholat tetep no 1 kalau sudah masuk waktunya “ si mbok menjelaskan sambil tangan nya tetep trampil merapikan helai demi helai daun pisang
“ Heee..hee iya si mbok, kaya pak sekdes itu ya mbok, kalau di panggil pak lurah langsung lari kebirit-birit langsung menghadap, tapi kalau di panggil Alloh lewat adzan, kalau lagi ngopi di warung Pak Naslim santai saja “ ucapku sambil cenge ngesan.
“ Hus sudah jangan bicarain orang Gibah hukumnya, sudah sana cepat makan terus sholat, jangan lupa ganti baju, masa mau menghadap ke gusti Alloh kucel gitu, mau ketemu pacar aja pake wangi-wangian “ ucap si mbok
“ Siap 86 komandan, taruna meluncur ke Timur Kerta Pati “ gayaku dengan sikap sempurna menirukan gaya hansip desa kalau habis apel malam
Segera ku menuju kamar, setelah cuci muka dan ganti pakaian segera kuliat isi meja makan, setelah ku buka tudung saji ternyata si mbok sayur gendot, goreng dage dan tidak ketinggal mendoan tersaji di meja makan. Makanan yang dimasak si mbok sedikit menghilangkan perasaan gundah dihatiku, ku santap dengan lahan masakan si mbok, setelah selesai makan ku cuci piring kotor bekas makanku sekalian ambil wudhu untuk melaksanakan sholat dhuhur.
Setelah sholat, ku rebah kan tubuhku di dipan bambu kamarku, pikiranku masih melayang ke kejadian waktu disekolah tadi, seribu tanya dibenak ku, kenapa Bu Ina bisa melakukan hal terlarang seperti itu dengan Pak Narto, atau jangan-jangan Bu Ina di perkosa oleh Pak Narto, tapi kalau diperkosa kan harusnya Bu Ina melawan dan bisa teriak minta tolong, apalagi ini di sekolah, teriakan Bu Ina pasti dengan mudah didengar orang. Tapi dari raut wajah Bu Ina seperti sangat menikmati perlakuan Pak Narto, tapi tunggu dulu, tadi aku melihat ada air mata di kelopak mata Bu Ina, dan raut mukanya menggambarkan perasaan hancur dan sedih yang teramat dalam.
“ Akhh “ aku sedikit berteriak dan memukul Kasur, aku tidak bisa menjawab semua pertanyaan-pertanyaan dalam otak ku, karena aku masih terlalu muda untuk memikirkan hal ini, otak ku belum sampai hanya nafsuku saja yang gede.
“ Ragil…Ragil.. Ragiil “
Ku dengar ada suara yang memanggil namaku dan aku familiar dengan suara itu, ku buka sedikit jendela kamarku dan ku liat ke halaman rumah, rupanya Blewuk yang datang.
“ Ragil…och Ragil “ ucap Blewuk
“ Oalah kamu itu loch Dwi, kalau bertamu ya pake tata karma, di depan rumah orang kok teriak-teriak, bilang Asalamu’kum gitu kan bisa “ ucap si mbok sambil berjalan dari samping rumah rumah
“ Ech si mbok, maaf ya mbok, Aslamu’kum “ ucap Blewuk sambal cium tangan si mbok
“ Wa’kum Salam, nach gitu kan bagus, anak muda harus dibiasakan sopan supaya tua ga kebablasan “ ucap si mbok
“ Ada apa blewuk, baru jam brapa ini belum waktunya main bola di sawah “ ucapku sambal berjalan dari arah pintu menuju blewuk dan si mbok
“ Oalah, bocah satu ini juga dablek, nama bagus-bagus Dwi Erlangga kok di panggil blewuk, wis-wis kelakuan anak jaman sekarang, di sekolahin mahal-mahal kok malah tambah rusak kelakuannya, ya sudah si mbok tinggal dulu kebelakang mau ngerapiin daun lagi “ ucap si mbok sambal berlalu pergi.
“ Gil kita nonton ebeg yu di lapangan desa, grup yang pentas bagus Suryo Kencono dari Rawalo “ ucap Blewuk
“ Males akh, aku ga semangat, mending aku bantuin si mbok aja cari kayu bakar di hutan, stok kayuku paling tinggal 3 hari lagi “ jawab ku dengan malas
“ Ya elah Ragil, ayo lah “ rajuk Blewuk
“ Kamu aja sepedaan sendiri, aku beneran lagi males “ jawab ku
“ Kalau aku ada sepeda aku berangkat sendiri Gil, lach wong sepedaku rusak, pelek nya penyok gara gara masuk got kemarin sama adik ku “ jawab Blewuk dengan muka memelas
“ Emm ..gimana ya Wuk “
“ Ayolah Ragil yang ganteng, ijinkan daku membonceng sepedamu, nanti aku belikan mendoan anget plus lontong sepuasmu di warung Bu Sumi, dia kan dagang kalau ada keramaian seperti ini ”
“ Yakin, memang kamu punya duit ? “ ucapku penuh selidik
“ Yakin lah, liat nich 20 ribu duitnya juga masih baru, kata pamanku baru diambil dari ATM di mall MORO sana, taukan MORO ? apa jangan-jangan kamu belum pernah kesana ya ? “ ucap Blewuk meledek ku
“ ASU lanang, pernah lach, waktu lebaran 3 tahun yang lalu aku ke MORO, aku di kasih uang sama Pak Naslim, katanya sebagai sodakoh karena warungnya laris, jadi uangnya aku beliin baju di MORO sana, yo wis ayo berangkat “ jawab ku dengan sedikit kesal, lalu ku ambil si bendot.
Aku dan Blewuk berboncengan mengunakan si bendot menuju lapangan desa. Sayup-sayup ku dengar tembang Eling – Eling Banyumas mengalun merdu dari pengeras suara cap toa
Raden Harya Werkudara, nyata lamun satriya jodipati…
Prakoso gagah gung luhur, godeg wok simbar jaja…
Yen ngendika gereng gereng pinda guntur
Dasar satriya prawira rama…..
Eling-eling kula eling gunungane senapati
Prakoso gagah gung luhur, godeg wok simbar jaja…
Yen ngendika gereng gereng pinda guntur
Dasar satriya prawira rama…..
Eling-eling kula eling gunungane senapati
Eling eling sapa eling baliya
Eling eling sapa eling baliya maning
( ya – ya – ya )
Eling eling sapa eling baliya maning
( ya – ya – ya )
Jambe dawe disigar dadi selawe,rama..
Mung sawiji mung sawiji
Mung sawiji kang dadi pilihanku
Mung sawiji mung sawiji
Mung sawiji kang dadi pilihanku
Eling eling sapa eling baliya maning
( ya – ya – ya )
( ya – ya – ya )
Janur gunung sakulon banjar patoman,rama..
Kadingaren kadingaren
Kadingaren kang bagus gasik tekane
Kadingaren kadingaren
Kadingaren kang bagus gasik tekane
Eling-eling sapa eling baliya maning
( ya – ya – ya )
( ya – ya – ya )
Sayur pace lembayung pait rasane,rama..
Mangsa borong mangsa borong
Mangsa borong kulo nderek sak kersane
Mangsa borong mangsa borong
Mangsa borong kulo nderek sak kersane
eling eling sapa eling baliya maning
eling apa eling apa
wong eling neng alam dunia
kudu sabar nerima lan waspada
Sesampainya dilapangan aku liat sudah banyak orang yang menonton, mereka membuat bundaran besar, ditengah – tengah para pengebeg sudah banyak yang kesurupan, ada yang menirukan seperti macan, monyet dan juga ular, adapula orang menari dengan gemulainya tarian lenggeran dan cakilan padahal kalau dalam keadaan sadar aku yakin meraka tidak akan bisa menari sebagus itu. Barongan pun sudah mulai bergerak gagah, PLAK..PLAK.. terdengar bunyi yang khas tiap kali mulut kepala naga itu di buka tutup
“ Ayo Ragil cepet kita liat lebih dekat lagi, serukan ? kalo Suryo Kencono yang main pasti rame “ ucap Blewuk sambil menarik tangan ku
“ Lah jajan nya kapan Wuk ? “ tanya ku
“ Baru aja nyampe udah minta jajan, sudah taruh sepedamu dekat warung mbok Sumi nanti kalau lagi istirahat ebegnya kita jajan mendoan, bilang aja suruh sisain mendoan anget nya ama mbok Sumi “
Blewuk berjalan kearah kerumunan orang, sementara aku menuju warung mbok Sumi untuk titip si bendot sekaligus pesan mendoan anget nya takut kehabisan. Setelah titip si bendot dan pesen mendoan aku menyusul Blewuk ke tengah lapangan.
“ Jan maen temen kae ya..alah…alah deneng sing mendem ketek bisa menek pring duwur banget ya, pancen nek Suryo Kencono sing main pasti apike pol koh (wah bagus sekali ya, aduh kok yang kesurupan jin monyet bisa naik batang bambu tinggi banget ya, memang kalau yang pentas Suryo Kencono pasti bagus) “ ujar orang depan ku berkata pada teman nya
“ Genah iya koh, ora nyeselkan tak ajak sekang Sokaraja meng Notog andong nonton ebeg ? mengko bise bayari maning ya ? (Memang iya, gak nyesel kan saya ajak dari Sokaraja ke Notog cuman nonton kuda lumping ? nanti bis pulangnya kamu bayari lagi ya ?) jawab temannya
“ Dengkul mu, wedus diumbar sich lemu, enak men ( Dengkul mu, kambing dibiarin bisa gemuk, keenakan kamu dong) “ jawab orang di depanku kepada temannya
Tiba-tiba, GUBRAAK..GUBRAAK.. GUBRAAK.. kuliat Blewuk berguling ketengah arena pertunjukan rupanya dia kesurupan juga, setelah pawang menengkan dia, Blewuk lalu mulai menari lincah menirukan gerakan cakilan. Aduh sial ternyata dia pengin mendem, pantesan dari tadi ngotot pengin nonton, untung aku ga pernah tertarik untuk mempunyai indang, sehingga aku tidak ikut kesurupan, coba kalau aku punya indang
pasti sudah di tarik Blewuk juga ke tengah arena.
Tak terasa sudah 3 jam lama nya aku menyaksikan petunjukan ebeg ini, waktu sudah mau maghrib, satu persatu yang kesurupan disembuhkan termasuk Blewuk.
“ Ayu wuk, pulang kita dach mau magrib ini, nanti aku dimarahi si mbok “ ucapku pada Blewuk
“ Sik toch, masih lemes iki, kita ambil sepeda sekalian makan mendoan, buat ngilangi bau anyir mulutku ini gara-gara makan dedek ama areng pasti tadi “ jawab Blewuk
Kami lalu menuju ke warung mbok Sumi, setelah makan mendoan dan es kelapa muda kami lalu pulang kerumah, Blewuk kuantar pulang sampe kerumahnya, setelah sampai kerumahnya terdengarlah suara nyaring yang hamper mirip dengan kerasnya suara si mbok, yaitu suara mbok lastri ibu Blewuk.
“ Dasar bocah gemblung, klambine nganti belok kaya kiye, jar-jare ora rekasa ngumbaihne apa ? pokoke kudu ngumbaeh dewek koe, ne kora tak sepite pindo ( Dasar anak gila, bajumu sampai kotor kaya gini, kamu kira ga cape cucinya ? pokoknya harus cuci sendiri, kalau ga ku sunat dua kali nanti ) “ ucap mbok Lastri sambal marah-marah ke Blewuk
Aku yang takut kena semprot juga oleh mbok Lastri segera ambil langkah seribu, ku kayuh sepedaku secepat mungkin.
“ Aslamu’kum “ sesampainya di rumah ku ucapkan salam dan tidak lupa cium tangan si mbok
“Wa’laikum salam, sore amat kamu Ragil, pasti habis nonton ebeg ya, ya sudah sana cepet mandi sudah jam 5 sore, nanti kita sama-sama ke mushola sholat magrib berjamaah” jawab si mbok.
“ Baik mbok “ jawab sopan
“ Oh ya kamu mandi di Kali Logawa sana ya, soalnya air disumur tinggal sedikit, buat cadangan air minum aja “ ucap si mbok
Aku lalu mengambil pelengkapan mandiku, menaiki si bendot aku menuju Kali Logawa untuk mandi sore, sesampainya dikali kuliat suasana sangat sepi, tidak ada orang satupun yang kudengar hanya gemericik air kali yang jernih, setlelah ku parkirkan si bendot aku lalu mulai menanggalkan pakaian ku, hanya celana dalamku saja yang tersisa. Laki-laki disini memang terbiasa mandi hanya dengan celana dalam jika di sungai, karena tempat mandi di sungai terpisah antara perempuan dan laki-laki.
Aku mulai menyeburkan badan kesungai, sejuknya air mulai membasuh tubuhku, aku merasa sangat rileks sekali, ini lah anugrah yang diberikan tuhan kepada desaku, tanah yang subur, sawah yang bisa ditanami setiap tahun, sungai yang jernih dan pemandangan gunung slamet yang berdiri gagah. Jika orang kota harus mengeluarkan uang untuk menikmati pemandangan sambil mandi di kolam renang yang airnya bau kaporit, sementara aku bisa berenang bebas sambil menikmati gunung slamet yang berdiri gagah disana secara gratis.
“ Mas “
Kutoleh kan kepalaku kearah sumber suara itu.
“ Mas, aku numpang mandi disini ya, aku takut kalau harus mandi sendiri di tempat pemandian perempuan, apalagi sudah sore gini “ ucap wanita itu, yang ternyata itu mba Intan, pengantin baru istri mas Pujo
“ Bo..boo…boleh mba, silakan “ jawab ku dengan tergagap, karena kaget campur malu
“ Maaf ya jadi ganggu “ ucap mba Intan
“ Och, engga kok mba, emang sekarang kali sudah sepi, mungkin karena sudah terlalu sore, jadi orang-orang sudah pada pulang “ jawabku setenang mungkin
Mbak Intan ini baru 3 bulan menikah, suaminya mas Pujo asli dari desaku sementara mba Intan asalnya dari Baturaden, setelah menikah dia ikut mas Pujo menetap di desaku, orangnya cantik, kulitnya putih, badannya proposional tidak terlalu gemuk tidak juga kurus, payudaranya kalau kata temen-temen itu ukuran 34, bokongnya bulat kencang, tingginya sekitar 165 cm, beda dikit dengan ku yang 170 cm, usianya sekitar 24 tahun. Mungkin karena dia orang kota jadi pintar merawat diri, apalagi Baturaden kan kota wisata jadi gadisnya modis-modis tidak mau kalah ama gadis-gadis yang datang berwisata dari luar kota.
“ Mas. Eh malah ngelamun “ suara mba Intan membuyarkan lamunanku
“ Ech iya mba “ jawab ku
“ Kamu Ragil kan ana mbok Tumiyem yang adeknya mas Bendhil ? “ Tanya mba Intan kepadaku
“ Loh kok mba tahu nama saya, dari mana ? “ ucapku
“ Lah gimana toh, ditanya balik nanya, ya tau lach wong dikenalin ama mas Pujo waktu nikahan dulu “ jawabanya sambil tersenyum
“ Wach mba Intan ingatan nya kuat juga ya, padahalkan tamunya mas Pujo ribuan, lach wong dia ketua karang taruna desa Notog, teman nya ya dimana-mana “ ucapkan sambal melirik kearah payudara mba Intan
“ Hiii..hiii… sama orang unik kaya kamu aku pasti inget mas, lach wong kamu itu jeleknya ga ketulungan, terus imut-imut gimana gitu “ mba Intan meledek ku sambil tersenyum geli
“ Beneran aku imut mba ? “ tanyaku sambal tersipu malu
“ Iya Imut…Item Mutlak …hiiii…hiiii “
Aduh aku langsung grogi bin kesel mendengar ledekan dari mba Intan barusan
“ Massss Ragiiiiiil….” Suara mba Intan sedikit mendesah memanggil namaku
“ I..iii…i..iya mba “ jawabku tambah grogi mendengar suara itu, bulu kuduk dan Ragil Junior ampe bangun mendengar suara setengah mendesah itu.
“ Tolong balik badan dong, aku mau ganti baju pake kain, masa aku harus bugil sich mandinya, atau mas Ragil mau liat aku ganti kain, nanti tak bilangin mas Pujo loooh, kamu taukan akibatnya..hiii…hiiii “ ucap mba Intan sambil memainkan ujung kaos nya, bahkan sampai mengangkat hingga sebatas di bawah payudaranya persis, sehingga terlihat oleh ku perut yang rata dan putih itu.
Aku yang menyaksikan itu hanya bisa bisa menelan ludah, Ragil junior semakin keras berdiri, aku yang tak mau malu ketahuan bahwa kemaluanku berdiri keras makin mundur supaya tubuhku tertutup air sebatas perut.
“ Mas Ragilll “ panggil mba Intan dengan tatapan nakal.
“ Iyaa..iyaa mbaa “ jawab ku, lalu aku berbalik badan membelakangi mba Intan.
Detik demi detik berlalu, rasanya bagai sewindu, aku sudah tidak sabar kain seperti apa yang digunakan, biasanya ibu-ibu yang mandi di kali hanya menggunakan kain sebatas dada, panjang sampai semata kaki.
“ Mas Ragilll “ ucap mba Intan memanggil namaku manja
“ Iya mba, apa sudah boleh balik badan ? “ jawabku
“ Sudah mas, aku sudah ganti pake kain sekarang kok “ jawab mba Intan
Glekk..ku telan ludah ku, kini dihadapanku mba Intan hanya memakai kain yang dilingkarkan di tubuhnya dan panjang kain 5 cm diatas lutut. Kaos, celana , bh, dan celana dalam sudah dia letakan diatas batu kali. What !!! bh dan celana dalam, berarti mba Intan sudah tidak pake apa-apa lagi dong di balik kain itu, otak mesum ku sudah berfikiran kemana-mana, walau berjarak sekitar 5 meter dari mba Intan, tapi aku bisa melihat dengan jelas belahan payudara yang menyembul indah karena mba Intan mengikat kainnya terlalu kencang, paha putihnya dan betisnya yang bunting padi membuat junior ku makin tegak berdiri di balik celana dalam ku.
“ Ayooo…kok diem aja, terus ngeliati akunya gitu…hiii..hiii mupeng yaa ? “ ucap mba Intan meledek ku
“ Heee…eee..au akh mba, ngeledek terus kamu mba, aku jadi malu “ jawab ku sambal garuk-garuk kepala
“ Sudah sana mandinya di terusin, ngeliatin aku terus entar adik kecil mu bangun loch, aku juga mau mandi sekalian cuci baju yang kotor ini, kamu tungguin ampe selesai ya, aku takut kalau ditinggal sendiri di sungai “ ucap mba Intan sambal melirik kearah ragil juniorku.
“ Iya mba “ jawab ku
Aku lalu mulai melanjutkan mandi ku, mba Intan pun mulai membasahi tubuhnya. Duch Gusti benar dugaanku ternyata mba Intan ga pake apa-apa lagi dibalik kainnya, mana kainnya tipis banget lagi, kini aku bisa melihat samar-samar tubuh mbak Intan yang tercetak jelas di balik kain basahnya. Payudara ukuran 34 tercetak jelas, putingnya menonjol di balik kain basah yang dikenakan, mba Intan dengan cueknya menyabuni tubuhnya, tangannya masuk kedalam kain dan mengusap-usap payudara montoknya.
Setelah itu mba Intan menyabuni leher putihnya, mengelus dari bawah kuping hingga ke dada, lalu mulai menyabuni tumit naik ke paha putihnya, dia sepertinya sengaja menyabuni paha putihnya sambal di usap – usap, tiba – tiba mba Intan melirik kepadaku sambil tersenyum kecil, aku yang ketahuan memperhatikan kegiatan mandinya merasa grogi dan khawatir takut mba Intan marah.
Sabun och sabun, jika aku jadi dirimu pasti akan sangat beruntung, aku rela walau harus mencair di payudara indah mba Intan, meluncur di perut ratanya, meresapi leher jenjang yang bak pualam, apa lagi bisa sampai mencair melewati lipatan kecil vagina mba Intan dan meluncur manis dipaha putih mba Intan.
Membayangkan itu semua Ragil junior makin berontak di bawah sana, ingin rasa nya ku kocok sekarang juga agar meringankan beban derita birahi ini, tapi ada mba Intan di sini, jangan-jangan nanti aku diadukan sama mas Pujo, maka habislah aku.
“ Mas Ragil ..mas Ragil “ mba Intan memanggil namaku, “ Mas, ech malah ngelamun “ mba intan memanggilku lagi, sambal melemparkan batu kecil ke arahku
“ Aduch.. ech iya, kenapa mba, ada yang mau dimasukin, ech..ech salah dibantuin “ jawab ku gagap
“ Ichh nakal, ngomongnya kok dimasukin – dimasukin, emang kamu udah bisa masukin mas ?…hiii..hiii “ ledek mba Intan. Mendengar pertanyaan itu aku hanya bisa tersenyum kecil, bingung mau ngomong apa.
“ Mas Ragil sini dong bantuin Intan, ini punggung belakang Intan kok susah banget nyabuninya, nanti gentian deh Intan sabuni “ ucap mba Intan sambal melambaikan tangan nya.
Aku hanya bisa terbengong menerima tawaran itu, Duch gusti piye toch iki , aku tolak atau aku terima ya tawaran mba Intan, ditolak sayang diterima bisa bikin tegang. Lagi-lagi syaithon bin iblis berbisik mesra dihatiku untuk menerima tawaran mba Intan, tapi malaikat berbisik bahwa ini dosa besar dan salah.
“ Mas Ragil sini cepet “
“ Tapi..mbaa… “ jawab ku ragu, aku juga malu kalau harus melangkah ke tempat mba Intan, aku hanya memakai celana dalam, dia pasti bisa melihat gundukan dicelana dalamku karena di junior sedang bangun.
“ Udah sini, apa kamu malu karena hanya pake celana dalam.. ? ga papa, sudah biasa orang mandi di kali kaya kamu, ditempatku sana Baturaden juga biasa kok laki-laki dan perempuan mandi bareng, atau jangan-jangan punya kamu kecil yaa…haaaa…haaa ? “ payudara mba Intan bergoyang indah karena tertawa meledek ku.
Sial, diledek seperti itu kuberanikan diri mendekati mba Intan, dengan pelan kumelangkah mendekati tempat mbak Intan duduk diatas batu sekarang, tak kuhiraukan lagi rasa malu karena kini terlihat semua tubuhku yang hanya terbalut celana dalam, dan posisi kemaluanku yang sedang maksimal didalamnya.
“ Sini mba mana sabun nya “ ku ulurkan tanganku, posisiku kini berdiri persis disamping mba Intan, sementara mba Intan dengan santainya masih duduk diatas batu sungai, terlihat jelas payudara dan putingnya dibalik kain tipis yang dikenakan mba Intan.
“ Ihhh, apa itu “ mba Intan tersenyum sambil menutup mulutnya sementara tangan nya menunjuk persis kearah kemaluanku
“ Aduch..astaga “ ucapku sambil melihat kearah kemaluanku, duh ternyata kepala kemaluanku nongol keluar dari celana dalam ku, entar karena melorot tadi atau emang punyaku kepanjangan, lalu kubetulkan lagi celana dalamku di depan mba Intan, sudah kepalang malu, biarlah sekalian aja mesum dikit didepan dia.
“ Nich sabun nya, sabunin yang bener ya punggungku, jangan nyabun yang lain..hiii…hiiii “ ucap mba Intan sambil menyerahkan sabun cair ke tangan ku.
Lalu aku duduk persis di belakang mba Intan, ku tuangkan sabun cair ketanganku, tampa kuduga mba Intan melonggarkan ikatan kainnya, kini dia memegangin kain di depan payudaranya sedangkan punggungnya kini terbuka karena kain bagian belakang melorot sampai kepantatnya. Oh syaithon mulus banget tubuhnya, punggung nya putih ketiaknya bersih dan pinggiran payudara bulatnya terlihat begitu menggoda.
“ Ayo cepet mas Ragil, udah sore ini, tapi jangan nakal ya, hii..hiii “ ucap mba Intan menyuruhku.
Mulai ku usap punggung mba Intan, dari atas sampai bawah, ku telusuri sampai ketulang ekornya, lalu naik lagi sampai kelehernya, kusabuni lehernya sambal ke usap-usap, kulakukan kegiatan itu kurang lebih selama 5 menit, mba Intan menoleh sebentar kepadaku dengan tatapan mata yang sama persis seperti Bu Ina saat akan digarap oleh Pak Narto, lalu mba Intan menghadap ke depan lagi, dipejamkan kedua matanya serta dia menggigit bibirnya.
Memang betul bila laki-laki dan perempuan berduaan maka yang ketiga adalah syhaiton bin iblis, entah muncul keberanian dari mana tangan kananku mulai nakal menyelusup kedalam ketiak mbak Intan lalu turun kebewah mengelus pinggiran payudara mba Intan, kudengar mba Intan makin berdesis dan makin kencang menggigit bibirnya, udah kepalang tanggung kuberanikan memegang payudara sebelah kanan mba Intan lalu meremasnya lembut, Oh syaithon empuk sekali payudaranya, kuremas lalu kumainkan putingnya yang bulat kecil itu, tangan kiriku mulai merayap turun kebawah dan akhirnya sampai di bulatan pantatnya, lalu kuremas dengan gemas.
Kurapatkan tubuhku ke punggung mba Intan, tercium bau harum tubuhnya , Ragil junior makin berontak di bawah sana, kuremas payudara sebelah kanan mba Intan semakin kencang, tapi anehnya tangan mba Intan malah membantu tanganku untuk meremas payudaranya.
“ Stttt…akhhhhh..emmmm…emmm Ragggiiiil nkaaalll..emm akhh “ mba Intan meracau tidak jelas.
Aku yang semakin berani karena tidak ada perlawanan dan penolakan dari mba Intan mulai mengelus pantat mulusnya, jari-jari tanganku mulai menyelusup kebelahan pantatnya, ku belakukan seperti itu mba Intan malah mengangkat sedikit pantatnya dan agak ditunggingkan sehingga jari-jari tanganku mulai mudah menyelusup lebih jauh, pertama yang ku sentuh ada lah lubang anus nya, lalu mulai maju dan kutemukan lipatan pinggir vaginanya, terasa lembut dan basah di bawah sana, kugesek-gesek terus jariku diantara lubang anus dan pinggiran vaginanya, mba Intan makin kencang berdesis. Tiba-tiba mba Intan melepas pegangan pada kainnya, sehingga terpampang lach tubuh bugil mba Intan , dia menengok kearahku, dimajukan wajahnya mendekatiku, lalu tiba tiba di lumatnya kedua bibirku ini, lidahnya mencoba masuk kedalam rongga mulutku. Aku yang mendadak mendapat serangan seperti itu hanya bisa pasrah mengikuti gerakan bibir dan lidah mba Intan, karena aku memang belum berpengalaman dalam hal ini dan ini pun pengalaman pertama bagiku.
Kini mba Intan berbalik badan, sehingga aku bisa melihat jelas kedua payudaranya, lalu perutnya yang rata dan kemaluan yang dihiasi bulu – bulu halus.
“ Occhhh Mas Ragil, kamu nakaaal “ ucap mba Intan sambal menoel hidungku
“ Ayo mas remas terus susuku..och ..mas..sekarang isaaap..emm isap putingkun mas ..ochhh “ mba indah menarik kepalaku kearah payudara nya, aku lalu melahap payudara sebelah kiri mba Intan, sementara tangan kanan ku meremas remas payudara sebelah kirinya. Akhirnya aku tahu mengapa semua lelaki normal amat menyukai payudara wanita, rasanya yang lembut dan kenyal dan putting yang menggemaskan membuat kumabuk kepayang.
Mba Intan meraih tangan kiriku, lalu dengan perlahan perlahan dituntun nya mengelus paha mulusnya, kemudian sampai kepangkal pahan nya, kini dapat kurasakan jelas bulu-bulu halus vagina nya, ku usap lembut lalu perlahan kugesek pinggiran vagina mba Intan.
“ Ayoo mas masukin, masukin jari..jarimu..sentuh itilku..rasakan lembutnya dinding memeku, kamu belum pernah kan ? “ ucap mba Intan kepada ku dengan terputus-putus.
“ Iya mba, aku baru kali ini megang memek wanita, ngisep susu wanita dan kamu lach yang pertama mba “ jawab ku.
Mulai ku masukan jariku ke dalam memek mba Intan, och begitu lembut disana ketika jari telunjuk ku sudah mentok masuk seluruhnya ke lubang vagina mba Intan ku lihat ekspresi yang susah ku jelaskan dengan kata-kata, ekspresi yang sama ketika Bu Ina digenjot lubang vaginanya dengan kemaluan Pak Narto.
Ketika aku sentuk tonjolan kecil di vagina mba Intan, dia berteriak kecil, aku yang semakin bersemangat terus saja menggesek-gesek tonjolan kecil itu di dalam vaginanya, mba Indah semakin menggila, semakin dibenamkan nya mukaku ke payudaranya, aku yang hamper kehabisa nafas terus menggesek tonjolan itu semakin kenjang sambal ku gigit putting payudara mba Indah.
“ Och…occhhh enak Gil…occhhh enakkk” ucap mba Intan sambal menggoyang pantat nya menyambut tiap gesekan dan colokan jari tanganku di vaginanya.
“ Occhhh….aduuhhh…bangsat kamu…anjjinggg..laki-laki anjing kamu..akhhhh enak..terus jing enak memek ku…ochhh…akhhh “ mba Indah semakin cepat menggoyang pantarnya, rambutku dijambak olehnya. Aku terus melakukan kocokan di vaginanya mulut ku tersumpal oleh pagudara montoknya.
“ Ochhh..akhhh..muncraat…memek kun muncratt..anjing kamu och enakkkk..AKHHH “ seiring teriakan mba Intan maka muncrat lah cairan dalam memeknya, telapak tanganku sampai basah kuyup dibuatnya.
“ Udah mas..udah..lemes aku, cabut jarimu, linu rasanya “ ucap mba Intan sambal menarik tanganku, kemudian tampa kuduga dia menjilati jari-jari tanganku..
“ Emmm enak, coba kamu jilati juga mas, rasakan cairan pejuh wanita, nanti kamu bakalan ketagihan “ mba Intan menyuruhku menjilati air pejuhnya, ragu-ragu ku jilati jari ku, em memang rasanya agak asin tapi gurin, ku jilati semua jariku sampai bersih. Dengan gerakan yang cepat ku pegang paha mba indah, lalu kuarahkan mulutku kearah vagina mba Intan, setelah itu mulai kujilati vagina mba Intan, ku korek dinding vagina mba Intan dengan lidahku, aku pengin merasakan lagi rasa air pejuh wanita, kini di hadapan ku terpampang jelas vagina mba Intan, warna nya merah mudah dan itilnya sungguh menggoda. Kini mulai kujilati lagi vagina mba Intan, dia berpindah posisi, dia duduk dibatu yang lebih tinggi, kini posisiku berjongkok didepan nya, mba Intan membuka lebar pahanya.
“ Sruupp..emmm muach..cpcpcp..muaah “ ku jilati vagina mba Intan dengan rakusnya, benar kata mba Intan air pejuh wanita memang bikin ketagihan, kuangkat kaki mba Intan lalu aku letakkan kaki mba Intan dipundak ku, kini aku semakin leluasa menjilati vaginanya.
“Akhhh..aduhhh…enak..akhh jilat terus jing puasin aku ..akhh bangsat kamu mas, hebat ternyata akhhh “ ceracau mbak Intan, rupanya mbak Intan suka bicara kotor saat sedang bercinta.
Kulirik keatas, ternyata kini mba Intan sedang meramasi kedua belah dadanya.
“ Muaaach..sruput..sruuput..sksks..ckcck..emmmm..” ku jilati vagina mba Intan, jari-jariku mengelus pinggiran vagina mba Intan sementara lidahku terus menari-nari di itil mba Intan, jari telunjukku iseng-iseng mengelus lubang pantat mba Intan sambal kujilati vaginanya. Tiba-tiba tangan mba Intan meraih tanganku, aku kira dia akan menyingkirkan tanganku karena mengelus-elus lubang pantatnya ternyata dugaanku keliru, dia malah menahan tanganku, dan pantatnya sedikit ditekan kebawah, sehingga jariku masuk telunjukku masuk setengah ke dalam lubang pantat dia.
“ Akh..ayo jilat terusss..akhhh..mainin lidahmu di itilku..yaaa gituuu jilat disitu..ochhhhh..masukin kocok terus jarinya di anus ku och..sakit-sakit geli..och enak “ mba Intan menjambak rambutku dan semakin menekan mukamu kearah vaginanya. Sementara pantatnya terus bergoyang sehingga jariku semakin dalam masuk kedalam lubang pantatnya.
Mba Intan bergoyang semakin cepat, jambakan dirambutku semakin kuat
“ Terus..teruss..akhhhh…terusss…colok pantatkuu..terusssss akhhhh..” pantat mba Intan berkedut-kedut setelah itu muncrat lah banyak lender dari vaginanya seperti orang kencing, mulutku kubuka lebih lebar, ku sedot dan kujilati terus vaginanya, ku cabut jariku dari lubang pantatnya.
“ Stop..stop..stop udah aku ga kuat lagi mas “ ucap mba Intan, setelah itu badannya melorot dari batu dan tersungkur di pelukan ku.
“ Kamu hebat mas Ragil, sama mas Pujo aja aku ga pernah bisa sampe ngecrot, apa lagi terkencing-kencing kaya tadi, sudah sering ya main ama perempuan ? “ Tanya mba Intan
“ Belum mba, ini yang pertama “ jawabku
“ Bohong, kok jago gitu “
“ heee..udah bawaan lahir kali mba, tadi ikutin naluri aja “ jawabku sambal cenge-ngesan
“ Emang kamu hebat, sejak pertama ketemu dulu aku dach ngira kalau kamu bakalan hebat kalau ngentot, instingmu kuat “ puji mba Intan kepadaku
“ Coba sekarang kamu berdiri, aku mau lihat apa punyamu sekuat instingmu “ ucap mba Intan
Aku pun menuruti permintaan mba Intan, kini dia berjongkok persis di depanku, di turunkan celana dalam sampai selutut, kini berdiri tegaklan juniorku tepat di depan muka mba Intan
“ Em, benerkan perkiraanku, kontol mu memang luar biasa, kontol mas Pujo ga ada apa-apanya dibandingkan punya mu “ ucap mba Intan sambil menggenggam kemaluanku, lingkaran jari tangangnya tidak muat untuk memegang kemaluanku
“ Bisa aja kamu mba “ aku yang diberlakukan seperti itu merasa merinding seluruh tubuhku, ada perasaan geli yang baru pertama kali aku rasakan.
“ Bener, liat nich bentuknya bulat besar, sama kaya pisang ambon, terus agak aneh kepalanya lebih besar dari pangkalnya, dan bentuknya itu melengkung ke atas, pasti memek kalau di sodok kontol kaya gini langsung klepek-klepek.
Aku hanya tersipu malu diberlakukan seperti itu, tiba-tiba mba Intan menjilat juniorku, di jilatinya dari ujung kepala sampai pangkal kemaluanku, lalu biji kembar juniorku disedot-sedot pake mulutnya, akhh rasanya tidak bisa kugambarkan, geli, enak rasanya dengkul ku sampe lemas, ini mungkin perasaan yang dirasakan oleh Pak Narto saat kemaluannya disedot oleh Bu Ina.
Mba Intan mulai mengulum kemaluanku, bibirnya terasa lembut dan lidahnya terus menari-nari dilubang kencingku, och rasanya sungguh nikmat
“ Akh terus mba, enak mbaaa…oc isep mba “ ceracauku kepada mba Intan.
Tiba tiba mba Intan menghentikan aktifitasnya.
“ Loch kok berhenti mba ?? “ Tanya ku dengan perasaan tanggung
“ Bener kamu masih perjaka ? “ mba Intan malah balik bertanya kepadaku
“ Bener mba, suerr dach “ jawabku
“ Kalau begitu mari kita pulang, karena waktu dach mau maghrin, nanti kamu dicari mbokmu dan aku di cari mas Pujo” jawab mba Intan sambil merapikan pakaian kotor dan kain basahan nya untuk dimasukan ke keranjang pakaian.
“ Lach terus aku gimana mba, nasib kontolku gimana, belum mucrat ini ? “ jawab ku dengan rasa tanggung
“ Bodo..wuee “ jawabnya sambil menjulurkan lidahnya, “ Biasa colikan, coli aja sendiri di rumah, atau mau disini..hiii serem nanti malah diperkosa kunti penunggu kali kamu “ mba Intan lalu memakin daster keringnya yang memang dibawa dari rumah buat ganti habis mandi, lalu berjalan meninggalkan ku yang masih diselimuti rasa kentang.
“ Awas kamu mba, kuperkosa nanti di rumahmu “ ancamku sambil bercanda.
“ Ayo coba aku tunggu, awas ya kalau sampai ngecrot duluan sebelum aku ..hiii..hii “ jawab mba Intan sambil terus berjalan
Aku yang masi dalam rasa kentang mulai mengeringkan badan ku dengan handuk.
KRESK…KRESEK..GRUUK
Saat aku sedang memakai pakaian ku terlihat ada dahan bambu yang bergoyang dan beberapa batu yang longsor di tebing sebelah selatan kali, setelah kuperhatikan sepertinya ada bayangan putih yang bergerak dan perlahan menghilang.
Buluk kuduk ku berdiri, jangan-jangan beneran ada kunti..ih takut, iya kalau kunti kalau orang, matilah aku bisa habis aku kalau orang itu cerita sama mas Pujo. Buru-buru kupakai semua bajuku, dan baju basahku ku masukan kantong plastic, lalu kuambil si bendot dari tempat tadi ku parkirkan, dan aku meninggalkan sungai dengan sejuta
RASA KENTANG
pocong_bunting
Adik Semprot
- Daftar
- 16 Feb 2016
- Post
- 125
- Like diterima
- 231
mohon maaf jika banyak kekurangan, dan saya sisipkan bahasa ngapak..
RedSpcy
Senpai Semprot
K amu
E dian
N inggalin
T eman teman
A mpir
N gecrot
G antung dehhh
E dian
N inggalin
T eman teman
A mpir
N gecrot
G antung dehhh
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
