Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Till Death Do Us Part

BAGIAN XII



Sebuah Pelabuhan tanpa kapal




Aslan sangat bahagia dan senang hari ini, mendapat whatsapp dan ditelpon oleh Fia, membuatnya jadi bersemangat. Hari-harinya di Timika kemudian menajdi berwarna, karena akhirnya pujaan hatinya itu membuka kembali blokirannya, dan mereka berkomunikasi kembali.

Kali ini Aslan tidak ingin seperti kemarin-kemarin lagi, dia tahu jika Fia bukanlah sosok yang suka dengan surprise aneh-aneh seperti yang dia lakukan kemarin, dia ingin kali ini hubungan mereka lebih matang lagi, dalam arti dia ingin lebih mengerti dengan kondisi dari Fia.

WA berjalan seperti biasa, dan telpon pun dia jaga, jika diminta untuk telpon maka dia telpon, jika tidak maka dia memilih untuk tidak menelpon Fia. Dia juga menjaga diri jangan sampai hubungan mereka meski hanya lewat telpon dan whatsapp, diketahui oleh orangtua Fia

Kaka sehat-sehat aja, aku sudah bahagia

Yup, Aslan juga sehat, aku pun senang dengarnya


Waktu kembali berjalan berputar, Fia tetap berjalan bersama Hanif, meski hingga kini tidak ada kejelasan kapan mereka akan menikah. Di usia memasuki angka 30 tahun, Fia jelas sangat ingin punya anak. Teman-teman SMA nya banyak yang sudah punya anak, bahkan ada yang sudah kelas 4 dan 5 SD. Sedangkan dia masih berkutat dengan ketidak pastian kapan dinikahi

Penghiburannya ialah bagaimana orang-orang yang tidak tahu, selalu berpikir bahwa mereka adalah pasangan yang sempurna, satunya sukses dengan karirnya, dan satunya lagi dokter yang cantik di sebuah RS ternama.

Pasangan yang sempurna.

Sementara itu, sakit kepala dan kadang suka mual dirasakan oleh Fia. Dia melmilih menkonsumsi paracetamol dan obat pereda nyeri saja untuk meredakannya, diimbangi dengan makanan yang penuh gizi, dan memang sakit kepalanya kadang timbul, lalu hilang kembali, membuat dia bisa beraktifitas lagi.

Hanif berkali kali mendesak agar diadakan pemeriksaan CT Scan atau juga MRI untuk mengetahui penyakitnya. Sebagai dokter dan tenaga medis, tentu saja kekuatiran seperti ini dirasakan juga oleh Fia, namun dia lebih memilih untuk menjalani pemeriksaan yang normal saja, karena dia merasa sehat, dan setelah menkonsumsi obat dan beristirahat dia merasa kembali kondisinya membaik.

Perbedaan pendapat ini membuat mereka berdua belakangan ini kerap bersitegang.

“periksalah Mi... it’s better to know early....” anjuran Hanif

“pi... aku ini orang medis... aku tahu apa yang harus aku lakukan....” kilah Fia

Dan ini membuat Hanif sedikit kecewa dan mulai berpikir yang aneh-aneh. Dia sebagai anak pengusaha, seorang pengusaha muda, berkelas dan punya pergaulan high class, dia menginginkan istri yang kelak bisa menjaga dirinya, atau tidak membuat dia kuatir.

Namun menemukan gadis yang lembut dan berkelas seperti Fia jelas juga tidak muda. Yang berkelas dan punya nilai tambah dalam banyak hal dengan muda saja dia dapatkan. Tapi yang nyaman, yang membuat dia merasa tenang saat keluar kota dan kemana dia pergi, ya cuma Fia saja.

Mantan pacarnya dia yang berdarah Hindi sebelum Fia, bernama Shamila, jangan harap mau diatur untuk tinggal di rumah jika dia sedang pergi keluar kota. Ini berbeda dengan Fia yang selalu ikut apa maunya dia, berkelas, anak pengusaha dan juga dokter. Apalagi pelayanan Fia diatas tempat tidur, selalu membuat dia puas.

Tapi tetap saja kekuatiran didirinya akan kesehatan Fia, membuatnya belakangan ini selain sering bertengkar dengan Fia, meski hanya adu argumen saja, tapi juga membuat dia bertanya tanya dalam hatinya, apa ada sakit yang parah dibalik sakit kepalanya, karena dia perlu tahu dan dia ingin memiliki istri yang sehat dan berkualitas, buakn yang sakit.

Disisi lain, Fia menyadari bahwa ada yang berbeda di diri Hanif. Dia merasa rasa cinta Hanif dan perhatiannya sudah tidak seperti dulu lagi. Meski dia berkali kali menepis rasa risaunya itu, namun tetap saja ada rasa kuatir dalam hatinya melihat gelagat ini.

Tidak seintens dulu perhatiannya. Meski dia menyadari bahwa saat dia memilih menerima jalinan cinta dari Hanif, artinya harus siap dengan tuntutan dan gaya berpacaran Hanif yang memang AKU nya itu tinggi sekali. Dia berusaha memahami dan menikmati sisi plus dari hubungannya dengan pria ini.

Sosok tampan dan memang enak ditenteng kemana mana, punya pergaulan dan tata katanya elegan, visi kedepan dalam hidup pun sangat punya orientasi, dan punya kejantanan yang dahsyat dalam bercinta diatas ranjang. Semua atribut ini yang membuat dia bangga memiliki Hanif. Pengusaha muda, kaya, keren dan disetujui oleh orangtuanya yang sangat pemilih, dimana lagi dia akan menemukannya?

*********************

Malam ini karena Hanif tidak sedang berada di Jakarta, maka sepulang kerja dan dinas dia langsung pulang. Selesai mandi dan berganti baju, dia lalu melanjutkan dengan mengerjakan laporannya lewat laptopnya, dan kemudian dia mengecek ponselnya.

Berkirim pesan dengan Aslan yang sedang bekerja Kolonodole, di teluk Tomini Sulawesi tengah.

Berapa jam dari Kendari?

Kalau lewat darat bisa 10-12 jam

Jadi tadi naik apa?

Pesawat Ka, ke Makasar dulu, arah barat, baru naik lagi ke utara ke Morowali, lalu naik mobil ke Kolonodole 1,5 jam

Waduh, udah keliling dong yah kemana mana

Namanya kuli Ka....

Bersyukur selalu yah Aslan....

Siap Ka

Sudah telp Mama dan Linda

Sudah Ka, tadi abis telp Linda

Makin cantik yah

Iya Ka, puyeng aku jagain nanti

No lah, dia manis dan baik kok

Di kapal ini atau didarat?

Di lapangan Ka, lagi lihat angkutannya dan ambil sample nikel

Waduh? Jam berapa disana?

Jam 21.30 disana disini setengah sebelas Ka

Kayak gimana tuh tempatnya?

Aku vidio call yah?

Ngga usah.... aku lagi ngga pede....

Katanya mau lihat?

Iya tapi ngga usah vidio call

Kaka tutup kameranya ngga apa-apa


Akhirnya mereka pun bervidio call bersama. Dari tadinya hanya mau sebentar menunjukan loaksi tambang nikel, akhirnya jadi saling bertatapan bersama.

“ih...malu.. aku udah mau tidur....” ujar Fia hanya dengan tanktop, tanpa bra dan dengan kacamata. Dia menutup bagian dada dengan bantal

“ngga apa-apa Ka... “ tatapan penuh rindu dari Aslan saat melihat wajah polos tanpa make up dari Fia.

Sedangkan Fia sangat terkesan melihat Asalan dengan baju kerja ala tacticool lengkap dengan helmet safetynya. Wajah muda dan penuh keringat seperti melambangkan kerja keras anak muda, yang rela terjun sampai tengah malam demi keluarganya.

“ selalu begini jika kerja?”

“yah kalo lagi di lapangan gini Ka....”

“itu semua tumpukan tanah itu nikel...”

“iya Ka....”

“abis dong hutan....”

“ya gitulah Ka....”

Senyuman penuh kekaguman dan bahagia muncul dari Aslan

“makasih yah Ka..... senang liat Kaka malam ini.... cantik banget.....”

“waduh... ngga ada recehan....”

Tidak terasa mereka ngobrol hingga jam 11 malam, berbicara panjang lewat vidio call, hingga Fia pamit untuk istirahat. Aslan merasa senang sekali dan hal yang sama juga dirasakan oleh Fia, saat Hanif seperti tidak begitu peduli dengannya, berbicara panjang dengan Aslan rasanya cukup menghibur dirinya.

Aslan hanya kadang terdiam dan mencoba tersenyum lega saat Fia sedikit cerita tentang Hanif atau tanpa sengaja nama itu tersebut dalam obrolan mereka. Bagi Aslan, dia tidak berhak untuk memaksa agar tidak menyebut nama itu, karena memang itu sudah menjadi pilihan Fia.

Melihat Fia senang dan bahagia, bagi Aslan mungkin klise, tapi dia sadar bahwa genggaman tangan wanita itu sudah ada pemiliknya, dan mendapat kesempatan berbicara dan sekedar berbagi kabar, rasanya sudah cukup bagi Aslan.

Dia ingin menendang rasa sukanya jauh-jauh, tapi setiap melihat dan mendapat whatsapp atau telp dari Fia, dia seperti merasakan bahwa dia sedang berada di dunia lain dan hanya dia dan Fia berada, dunia dimana hanya dia sendiri yang tahu bahagianya.



**********************



“Siang Dok” sapa perawatnya, Endah

“hai cantik...”

Memang perawat satu ini cantiknya kebangetan kalau dibilang oleh Fia. Wajahnya cantik, kulitnya putih bersih, anaknya juga ramah. Dia suka jadi penerima tamu jika ada acara di RS.

“dinas sore juga?”

“ngga dok, masuk pagi....”

“oke....”

Tiba-tiba masuk whatsapp dari Aslan

Hi Bu Dok... apa kabar siang ini?

Dia tersenyum lalu membalas

Hi Lion.... alhamdulilah sehat, baru tiba di RS mau dinas sore

Boleh lihat wajah dokter siang ini? Ada pasian yang perlu obat dengan melihat wajah dokternya


Fia tersenyum dan mebalas dengan emoticon tertawa

Vidio call dari Aslan masuk, dia lalu mengangkatnya

“hai..... asssalamulaikum...”

“waalaikum salam , Aslan...”

“wah sudah siap mo tempur yah?”

“iya.... eh ini dimana?”

“Bandara, setengah jam lagi boarding....”

“balik Kendari...??”

“iya.....

Tiba-tiba Endah masuk ke ruangannya dan menaruh file ke mejanya

“maaf dok....”

“ngga apa-apa Endah....”

“ka Hanif yah...”

“bukan....”

Lalu Fia menarik Endah agar mendekatinya


Suster Endah​

“Aslan, mau kenalan ngga sama suster cantik ini....”

Endah kaget, mukanya seketika memerah, sedangkan Aslan meski kaget, namun dia hanya memamerkan senyumannya

“Ini Endah namanya....”

“hai... “ Endah melambaikan tangannya ke arah Aslan...

“hai juga.....” aslan membalas

“bukan yang di Makasar khan Ka?”

“oh bukan.... ini mah masih baru dia.....”

Mereka saling tertawa

“nanti aku kasih yah nomornya Endah....” goda Fia

“ngga ah Ka....” endah malu-malu

“ini adikku lho... keren dia.....” sedikit promosi ke Endah

Endah lalu pamit keluar dan sebelum pamit dia melambaikan tangannya ke arah layar ponsel.

“mau aku kasih nomornya Endah?” tanya Fia

Aslan kaget mendengarnya

“buat apa Ka?”

“kenalan aja...kali aja cocok....” ujar Fia santai

Aslan jadi serba aneh, apa maksudnya Fia mengenalkan Endah, meski hanya sebuah kebetulan saja, tapi kan dia tahu kalau aku hanya ingin bicara dengan dia. Dan meski agak berat hati, Aslan mengiyakan

“buat temanan aja dulu.... seumuran kok kalian....”

Kata-kata Fia menyadarkan diri Aslan, bahwa dia masih dibawah jauh usianya, dan dia tidak lebih dari adik baginya. Makanya tidak cocok dengan dirinya yang lebih tua, atau mungkin ingin bilang bahwa sebagai dokter, dia kelasnya dengan Hanif, dan Aslan cocok dengan perawat.

Meski bukan itu maksud dan tujuan dari Fia, namun dengan penyampaian seperti ini, Aslan seperti dilemparkan lagi bahwa Fia tidak punya perasaan apa-apa terhadap dirinya. Dan Aslan pun menganggukan kepalanya, sambil pamit karena sudah mau boarding.

Dan saat antri ingin naik pesawat, dia menerima sebuah kontak share dari Fia, dengan sebuah nama yaitu Suster Endah.

Thanks Ka.

Jawab dia pendek.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd