Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT TETANGGA PERKASA

Maaf suhu semua.. Cerita ini fiktif. Klo ada yang merasa berada diposisi seperti cerita saya, itu hanya kebetulan. 🙏🙏🙏
Maaf juga karena setelah saya lihat2 lagi, ternyata ada sedikit typo dalam penulisan. 😝😝
Tapi klo masalah lokasi nya, memang benar saya seorang petambak Hu... Petambak udang di pelosok sumatera.
Tokoh pak Amin real, tapi kesehariannya orang baik baik kok.. 🤣🤣👍🙏🙏
 
AMARAH



15 menit sebelum turun hujan.

Deni yang sedang nongkrong bersama mas Edi suaminya mbak Ratmi sedikit heran ketika tak sengaja melihat wulan dan Ratmi berjalan beiringan hanya berdua saja.
Mas Edi yang berusia 5 tahun lebih tua dari Deni spontan menjawil pundak sahabatnya itu dan sedikit berteriak karena suasana yang cukup bising.
"Asty gak jadi nonton Den..? ".
Deni lantas cepat berdiri dan melangkah mendekati Wulan dan Ratmi yang sedang berdiri didekat penjual kacang rebus.
"Asty mana Rat...?".tanya nya cepat.
Wulan yang terkejut lantas menoleh kearah belakang dan ikut heran ketika dia tidak melihat Asty.
" Lho.. Tadi dibelakang kami kok mas, ketinggalan dimana ya".celingak celinguk si Wulan ini mencoba menemukan sosok Asty ditengah keramaian jalan tanah selebar 3 meter salah satu gang dikampung transmigrasi ini.
"Ada ada saja". Deni membatin.
" Tadi sedikit lama kami bertiga berdiri didepan parkiran mas, mungkin Asty tertinggal disitu. Siapa tau dia lagi di warung bakso. Katanya dirumah gak sempat makan". Ratmi menimpali menenangkan Deni yang terlibat gelisah.
"Ya udah, kalian terusin aja nontonnya, aku mau nyusul istriku". Deni berjalan cepat kearah parkiran.
" Iya mas, cepat dicari. Ntar malah digondol garangan.. ". Wulan bercanda dan hanya dibalas senyum kecut Deni.

______

Sesampainya di parkiran motor Deni tak menemukan keberadaan istrinya. Mungkin benar kata Ratmi kalau Asty masuk ke warung bakso. Dia pun mengedarkan pandangan kesekeliling, ada 3 warung kecil yang terdekat dari situ. Tapi belum sempat kakinya melangkah tiba tiba Deni dikejutkan kehadiran seorang pria tua didepannya.
"Pak mukhlis ...? "..
" Deni.. Kamu disini..? ".pak mukhlis mengulurkan tangan menjabat tangan Deni dan setengah menarik mengajak Deni masuk ke parkiran motor.
" Aku mau pulang, kayaknya sebentar lagi hujan. Oh ya, kapan rencana tebar benur lagi ..? ".
Deni berfikir sejenak kemudian menjawab,
" Seminggu lagi lah bos.. ".
Kemudian obrolan antara bos dan anak buahnya itu mengalir membahas tentang segala macam tentang dunia pertambakan. Sepertinya obrolan akan terus berlanjut tapi mendadak gerimis turun disertai hembusan angin kencang. Pak muklis panik dan tanpa basa basi langsung naik kemotornya dan meninggalkan Deni yang terbengong bengong.
Sejenak Deni bingung karena hujan semakin deras, sementara resahnya semakin menjadi ketika teringat tujuannya keparkiran ini adalah untuk mencari istrinya.
Deni berlari cepat kearah sebuah warung di pinggir jalan, sepintas dilihatnya di sebuah teras rumah yang agak gelap dibelakang warung itu nampak beberapa orang berlarian. Mungkin bermaksud pulang atau mencari tempat berteduh lain karena tak mau terjebak hujan diteras rumah orang.
Deni tertawa ketika ibu pemilik warung meledek karena baju yang dipakai Deni tampak basah. Kemudian laki laki berusia 34 tahun itu memutuskan pesan bakso dulu sebentar sambil menunggu hujan reda. Asty pasti berteduh disalah satu warung. Bathinnya memenangkan diri.
Jarak warung tempat Deni berteduh sekitar 30 meter dari rumah yang terlihat hanya tersisa 3 orang yang berteduh disana. Namun hujan yang cukup deras membuat pandangan Deni tidak terlalu jelas. Ditambah lagi teras rumah itu cuma diterangi sebuah lampu yang bersinar agak redup. Mungkin lampu LED 5 watt. Deni sebenarnya terus mengarahkan kan pandangannya kearah teras rumah itu. Karena warung bakso itu tidak dipasang dinding, jadi leluasa bagi Deni untuk memandang sekitar. Tapi redupnya lampu teras membuat Deni tidak bisa jelas melihat siapa diteras itu. Lagi pula pohon buah naga yang rimbun cukup menghalangi pandangannya. Terlihat dua orang tinggi besar nampak mengapit sosok mungil ditengah tengah. Tapi Deni sama sekali tidak terfikir kan tentang siapa orang ditengah yang kadang terlihat kadang tidak karena tertutup dua sosok laki laki berjaket.
Petir yang menggelegar mengurungkan niat Deni untuk mengeluarkan hape dan menghubungi istrinya.
"Sial.. Kenapa tidak kutelpon dari tadi ya.. ". Deni sedikit merutuki kebodohannya yang malah mencari sendiri tanpa sedikitpun teringat untuk menelpon istrinya saja. Setelah menyetel hape ke mode pesawat karena takut petir, Deni memasukkan kembali hapenya ke dalam tas. Dan melanjutkan menyantap bakso hangat ditengah turunnya hujan malam itu.
Tiba tiba tak lama kemudian lampu mati, gelap pekat disekelilingnya membuat Deni agak panik. Sekilas Deni melihat teras rumah itu sudah kosong ketika secercah sinar kilat menerangi bumi sepersekian detik. Ibu pemilik warung menyalakan lampu emergency. Deni menyulut sebatang rokok kemudian iseng bertanya ke pemilik warung.
"Bu, tadi ibu ada melihat istri saya gak ya..? ".
Mata si ibu menyipit,
" Istrimu...? ".
Deni tertawa..
" Maaf Bu.. Aku lupa kalau ibu mengkin gak kenal istriku. Dia putri pak Dahlan setiawan, rumahnya di erte 5..". Deni menjelaskan. Dia sendiri maklum kalau si ibu ini tidak mengenali dirinya karena Deni sendiri bukan asli penduduk desa itu. Desa Deni berjarak puluhan kilometer dari desa itu. Selama menikah dengan Asty pun Deni tidak pernah terlalu lama berada di desa istrinya. Dia keseringan merantau mengajak anak istrinya mencari nafkah di kampung orang.
"Oalah.. Istrimu si Asty to..? ".si ibu tersenyum. Kemudian melanjutkan..
" Tadi barusan disini. Makan bakso sendirian sebelum hujan".
"Istrimu sangat cantik. Cepat kau cari. Bahaya kalau dia sendirian ditengah keadan gelap gulita seperti ini".
Kata kata si ibu pemilik warung membuat Deni tersentak. Apalagi ketika mendengar si ibu berkata lagi..
" Tadi ibu lihat dia melangkah kearah teras rumah itu. Disitu kan tadi ramai orang duduk duduk sambil lihat wayang.. ".
Insting Deni mencium gelagat yang tidak beres. Dia kemudian segera bangkit ketika mengingat sosok mungil yang tadi sempat dilihatnya sedang diapit dua pria tinggi besar. Tak diperdulikan nya guyuran hujan yang semakin deras. Dengan tangkas dia berlari menerobos hujan menuju rumah yang gelap itu. Tanah becek membuat Deni sedikit terpeleset tapi kepanikannya membuat Deni berlari semakin cepat.

Rumah itu sunyi.. Atau lebih tepatnya suara hujan yang menerpa atap seng diteras itu membuat Deni tidak bisa mendengar suara apapun dari dalam rumah. Sepintas dari dinding papan yang bercelah Deni melihat ada cahaya lampu didalam rumah. Deni mengintip tapi dia tidak melihat seorangpun didalam rumah itu. Hanya ada dua botol anggur merah diatas meja. Yang satu isinya tinggal seperempat dan satunya lagi kelihatannya masih utuh. Sempat terlintas pikiran Deni alangkah nikmatnya minuman beralkohol itu jika diminum saat hujan hujan begini. Tapi dengan cepat dia membuang fikiran itu karena ada yang lebih penting sekarang. Naluri nya sebagai suami mengatakan bahwa sosok mungil yang dia lihat tadi 90 persen adalah Asty istrinya. Jantung Deni berdegup sangat kencang ketika tak sengaja matanya membentur sebuah hape yang tergeletak diatas meja. Hape dengan casing warna biru. Hape merek xiaomi redmi 9 yang mirip dengan hape milik istrinya yang dia belikan ketika panen dua periode tebar yang lalu.
Deni mendekati pintu kemudian mencoba membukanya.
"Sial.. Pintu ini terkunci dari dalam".
Dengan penuh resah Deni mencoba mengitari rumah siapa tau ada pintu yang bisa dibuka. Dengan basah kuyup Deni menuju belakang rumah.. Dan benar saja, meski tertutup tapi pintu kayu itu masih bisa dibuka karena cuma dikancing dengan papan kecil yang dipaku longgar sehingga bisa diputar. Celah pintu pun cukup lebar sehingga dengan jari telunjuknya Deni bisa memutar papan kecil pengancing pintu itu.
Kegelapan menyeruak ketika Deni berlahan membuka pintu. Tak ada cahaya sama sekali didapur ini. Hati hati Deni melangkah. Seingatnya rumah rumah didesa transmigrasi ini hampir sama bentuknya. Jadi dengan demikian Deni bisa menebak dimana arah pintu menuju ruang tengah meskipun gelap gulita.
Sebisa mungkin Deni melangkah tanpa mnimbulkan suara, jantungnya terus saja bedegup sangat kencang. Ketegangan melanda mentalnya. Bayangan yang buruk sudah terlintas dibenaknya.
Memasuki ruang tengah, sedikit cahaya dari lampu kecil dimeja membuat pandangan Deni cukup jelas. Ada sedikit teriakan terdengar dari arah kamar. Atau erangan....?.
Ada tiga pintu kamar diruangan ini. Dua pintu berjejer disebelah kiri dan satunya lagi berada disisi kanan. Di tengah suara hujan yang berisik karena menerpa atap seng, Deni tak tau pasti dari kamar mana suara tadi berasal. Tapi jelas dari dalam kamar yang berjejer .
Salah satu pintu kamar dalam keadaan tertutup. Satunya lagi cuma ditutupi sehelai hordeng. Tapi suasana kamar yang gelap gulita membuat mata Deni belum bisa melihat apa yang ada dikamar itu. Deni berjingkat masuk ke kamar yang tertutup hordeng. Menyibak hordeng, ternyata tak ada lagi pintu dibaliknya. Kamar itu kosong. Tapi jantung Deni semakin berdetak cepat ketika mendengar rintihan pelan dari kamar sebelah. Deni mencoba mengintip dari celah dinding papan, tapi kemudian menepuk keningnya sendiri ketika menyadari keadaan kamar yang gelap.
Rintihan dan erangan semakin jelas terdengar seiring suara hujan yang berlahan mereda. Deni yakin 100 % ada persetubuhan dikamar itu. Tapi siapa... ?
Apakah itu Asty...?
Ada dua suara laki laki berbeda yang terdengar cukup jelas. Ada rintihan menahan nikmat yang terdengar juga dengan cukup jelas.. Tapi Deni masih ragu untuk bertindak. Apakah itu benar istri nya?.
Kalau ternyata bukan, bagaimana dan apa alasannya nanti jika ditanya kenapa masuk rumah orang dengan mengendap endap....?
Perang bathiniah deni berkecamuk seiring perang lahiriah tiga insan dikamar sebelah. Membayangkan satu wanita digeluti dua pria, Deni sedikit terangsang, tapi kontolnya yang sedikit menegang berlahan mengecil lagi ketika sadar bisa saja wanita yang tengah merintih rintih itu adalah Asty istri tercintanya.
Deni bingung apa yang harus dilakukan. Bagaimana caranya dia memastikan siapa adanya wanita mungil yang sedang digarap dua pria tinggi besar itu.
Tapi dia kemudian tersentak dan melangkah cepat keluar kamar. Hape dimeja....!!
Dengan tangan bergetar Deni meraih hape biru yang tergeletak. Mencoba menghidupkan layar dan....
Jantungnya terasa berhenti berdetak ketika matanya menatap layar hape yang masih dalam keadaan terkunci pola.

Wallpaper itu....
Foto putra kecilnya...........


Bersambung..
 
Terakhir diubah:
________

15 menit sebelum turun hujan.

Deni yang sedang nongkrong bersama mas Edi suaminya mbak Ratmi sedikit heran ketika tak sengaja melihat wulan dan Ratmi berjalan beiringan hanya berdua saja.
Mas Edi yang berusia 5 tahun lebih tua dari Deni spontan menjawil pundak sahabatnya itu dan sedikit berteriak karena suasana yang cukup bising.
"Asty gak jadi nonton Den..? ".
Deni lantas cepat berdiri dan melangkah mendekati Wulan dan Ratmi yang sedang berdiri didekat penjual kacang rebus.
"Asty mana Rat...?".tanya nya cepat.
Wulan yang terkejut lantas menoleh kearah belakang dan ikut heran ketika dia tidak melihat Asty.
" Lho.. Tadi dibelakang kami kok mas, ketinggalan dimana ya".celingak celinguk si Wulan ini mencoba menemukan sosok Asty ditengah keramaian jalan tanah selebar 3 meter salah satu gang dikampung transmigrasi ini.
"Ada ada saja". Demi membatin.
" Tadi sedikit lama kami bertiga berdiri didepan parkiran mas, mungkin Asty tertinggal disitu. Siapa tau dia lagi di warung bakso. Katanya dirumah gak sempat makan". Rahmi menimpali menenangkan Deni yang terlibat gelisah.
"Ya udah, kalian terusin aja nontonnya, aku mau nyusul istriku". Deni berjalan cepat kearah parkiran.
" Iya mas, cepat dicari. Ntar malah digondol garangan.. ". Wulan bercanda dan hanya dibalas senyum kecut Deni.

______

Sesampainya di parkiran motor Deni tak menemukan keberadaan istrinya. Mungkin benar kata Ratmi kalau Asty masuk ke warung bakso. Dia pun mengedarkan pandangan kesekeliling, ada 3 warung kecil yang terdekat dari situ. Tapi belum sempat kakinya melangkah tiba tiba Deni dikejutkan kehadiran seorang pria tua didepannya.
"Pak mukhlis ...? "..
" Deni.. Kamu disini..? ".pak mukhlis mengulurkan tangan menjabat tangan Deni dan setengah menarik mengajak Deni masuk ke parkiran motor.
" Aku mau pulang, kayaknya sebentar lagi hujan. Oh ya, kapan rencana tebar benur lagi ..? ".
Deni berfikir sejenak kemudian menjawab,
" Seminggu lagi lah bos.. ".
Kemudian obrolan antara bos dan anak buahnya itu mengalir membahas tentang segala macam tentang dunia pertambakan. Sepertinya obrolan akan terus berlanjut tapi mendadak gerimis turun disertai hembusan angin kencang. Pak muklis panik dan tanpa basa basi langsung naik kemotornya dan meninggalkan Deni yang terbengong bengong.
Sejenak Deni bingung karena hujan semakin deras, sementara resahnya semakin menjadi ketika teringat tujuannya keparkiran ini adalah untuk mencari istrinya.
Deni berlari cepat kearah sebuah warung di pinggir jalan, sepintas dilihatnya di sebuah teras rumah yang agak gelap dibelakang warung itu nampak beberapa orang berlarian. Mungkin bermaksud pulang atau mencari tempat berteduh lain karena tak mau terjebak hujan diteras rumah orang.
Deni tertawa ketika ibu pemilik warung meledek karena baju yang dipakai Deni tampak basah. Kemudian laki laki berusia 34 tahun itu memutuskan pesan bakso dulu sebentar sambil menunggu hujan reda. Asty pasti berteduh disalah satu warung. Bathinnya memenangkan diri.
Jarak warung tempat Deni berteduh sekitar 30 meter dari rumah yang terlihat hanya tersisa 3 orang yang berteduh disana. Namun hujan yang cukup deras membuat pandangan Deni tidak terlalu jelas. Ditambah lagi teras rumah itu cuma diterangi sebuah lampu yang bersinar agak redup. Mungkin lampu LED 5 watt. Deni sebenarnya terus mengarahkan kan pandangannya kearah teras rumah itu. Karena warung bakso itu tidak dipasang dinding, jadi leluasa bagi Deni untuk memandang sekitar. Tapi redupnya lampu teras membuat Deni tidak bisa jelas melihat siapa diteras itu. Lagi pula pohon buah naga yang rimbun cukup menghalangi pandangannya. Terlihat dua orang tinggi besar nampak mengapit sosok mungil ditengah tengah. Tapi Deni sama sekali tidak terfikir kan tentang siapa orang ditengah yang kadang terlihat kadang tidak karena tertutup dua sosok laki laki berjaket.
Petir yang menggelegar mengurungkan niat Deni untuk mengeluarkan hape dan menghubungi istrinya.
"Sial.. Kenapa tidak kutelpon dari tadi ya.. ". Deni sedikit merutuki kebodohannya yang malah mencari sendiri tanpa sedikitpun teringat untuk menelpon istrinya saja. Setelah menyetel hape ke mode pesawat karena takut petir, Deni memasukkan kembali hapenya ke dalam tas. Dan melanjutkan menyantap bakso hangat ditengah turunnya hujan malam itu.
Tiba tiba tak lama kemudian lampu mati, gelap pekat disekelilingnya membuat Deni agak panik. Sekilas Deni melihat teras rumah itu sudah kosong ketika secercah sinar kilat menerangi bumi sepersekian detik. Ibu pemilik warung menyalakan lampu emergency. Deni menyulut sebatang rokok kemudian iseng bertanya ke pemilik warung.
"Bu, tadi ibu ada melihat istri saya gak ya..? ".
Mata si ibu menyipit,
" Istrimu...? ".
Deni tertawa..
" Maaf Bu.. Aku lupa kalau ibu mengkin gak kenal istriku. Dia putri pak Iwan, rumahnya di erte 5..". Deni menjelaskan. Dia sendiri maklum kalau si ibu ini tidak mengenali dirinya karena Deni sendiri bukan asli penduduk desa itu. Desa Deni berjarak puluhan kilometer dari desa itu. Selama menikah dengan Asty pun Deni tidak pernah terlalu lama berada di desa istrinya. Dia keseringan merantau mengajak anak istrinya mencari nafkah di kampung orang.
"Oalah.. Istrimu si Asty to..? ".si ibu tersenyum. Kemudian melanjutkan..
" Tadi barusan disini. Makan bakso sendirian sebelum hujan".
"Istrimu sangat cantik. Cepat kau cari. Bahaya kalau dia sendirian ditengah keadan gelap gulita seperti ini".
Kata kata si ibu pemilik warung membuat Deni tersentak. Apalagi ketika mendengar si ibu berkata lagi..
" Tadi ibu lihat dia melangkah kearah teras rumah itu. Disitu kan tadi ramai orang duduk duduk sambil lihat wayang.. ".
Insting Deni mencium gelagat yang tidak beres. Dia kemudian segera bangkit ketika mengingat sosok mungil yang tadi sempat dilihatnya sedang diapit dua pria tinggi besar. Tak diperdulikan nya guyuran hujan yang semakin deras. Dengan tangkas dia berlari menerobos hujan menuju rumah yang gelap itu. Tanah becek membuat Deni sedikit terpeleset tapi kepanikannya membuat Deni berlari semakin cepat.

Rumah itu sunyi.. Atau lebih tepatnya suara hujan yang menerpa atap seng diteras itu membuat Deni tidak bisa mendengar suara apapun dari dalam rumah. Sepintas dari dinding papan yang bercelah Deni melihat ada cahaya lampu didalam rumah. Deni mengintip tapi dia tidak melihat seorangpun didalam rumah itu. Hanya ada dua botol anggur merah diatas meja. Yang satu isinya tinggal seperempat dan satunya lagi kelihatannya masih utuh. Sempat terlintas pikiran Deni alangkah nikmatnya minuman beralkohol itu jika diminum saat hujan hujan begini. Tapi dengan cepat dia membuang fikiran itu karena ada yang lebih penting sekarang. Naluri nya sebagai suami mengatakan bahwa sosok mungil yang dia lihat tadi 90 persen adalah Asty istrinya. Jantung Deni berdegup sangat kencang ketika tak sengaja matanya membentur sebuah hape yang tergeletak diatas meja. Hape dengan casing warna biru. Hape merek xiaomi redmi 9 yang mirip dengan hape milik istrinya yang dia belikan ketika panen dua periode tebar yang lalu.
Deni mendekati pintu kemudian mencoba membukanya.
"Sial.. Pintu ini terkunci dari dalam".
Dengan penuh resah Deni mencoba mengitari rumah siapa tau ada pintu yang bisa dibuka. Dengan basah kuyup Deni menuju belakang rumah.. Dan benar saja, meski tertutup tapi pintu kayu itu masih bisa dibuka karena cuma dikancing dengan papan kecil yang dipaku longgar sehingga bisa diputar. Celah pintu pun cukup lebar sehingga dengan jari telunjuknya Deni bisa memutar papan kecil pengancing pintu itu.
Kegelapan menyeruak ketika Deni berlahan membuka pintu. Tak ada cahaya sama sekali didapur ini. Hati hati Deni melangkah. Seingatnya rumah rumah didesa transmigrasi ini hampir sama bentuknya. Jadi dengan demikian Deni bisa menebak dimana arah pintu menuju ruang tengah meskipun gelap gulita.
Sebisa mungkin Deni melangkah tanpa mnimbulkan suara, jantungnya terus saja bedegup sangat kencang. Ketegangan melanda mentalnya. Bayangan yang buruk sudah terlintas dibenaknya.
Memasuki ruang tengah, sedikit cahaya dari lampu kecil dimeja membuat pandangan Deni cukup jelas. Ada sedikit teriakan terdengar dari arah kamar. Atau erangan....?.
Ada tiga pintu kamar diruangan ini. Dua pintu berjejer disebelah kiri dan satunya lagi berada disisi kanan. Di tengah suara hujan yang berisik karena menerpa atap seng, Deni tak tau pasti dari kamar mana suara tadi berasal. Tapi jelas dari dalam kamar yang berjejer .
Salah satu pintu kamar dalam keadaan tertutup. Satunya lagi cuma ditutupi sehelai hordeng. Tapi suasana kamar yang gelap gulita membuat mata Deni belum bisa melihat apa yang ada dikamar itu. Deni berjingkat masuk ke kamar yang tertutup hordeng. Menyibak hordeng, ternyata tak ada lagi pintu dibaliknya. Kamar itu kosong. Tapi jantung Deni semakin berdetak cepat ketika mendengar rintihan pelan dari kamar sebelah. Deni mencoba mengintip dari celah dinding papan, tapi kemudian menepuk keningnya sendiri ketika menyadari keadaan kamar yang gelap.
Rintihan dan erangan semakin jelas terdengar seiring suara hujan yang berlahan mereda. Deni yakin 100 % ada persetubuhan dikamar itu. Tapi siapa... ?
Apakah itu Asty...?
Ada dua suara laki laki berbeda yang terdengar cukup jelas. Ada rintihan menahan nikmat yang terdengar juga dengan cukup jelas.. Tapi Deni masih ragu untuk bertindak. Apakah itu benar istri nya?.
Kalau ternyata bukan, bagaimana dan apa alasannya nanti jika ditanya kenapa masuk rumah orang dengan mengendap endap....?
Perang bathiniah deni berkecamuk seiring perang lahiriah tiga insan dikamar sebelah. Membayangkan satu wanita digeluti dua pria, Deni sedikit terangsang, tapi kontolnya yang sedikit menegang berlahan mengecil lagi ketika sadar bisa saja wanita yang tengah merintih rintih itu adalah Asty istri tercintanya.
Deni bingung apa yang harus dilakukan. Bagaimana caranya dia memastikan siapa adanya wanita mungil yang sedang digarap dua pria tinggi besar itu.
Tapi dia kemudian tersentak dan melangkah cepat keluar kamar. Hape dimeja....!!
Dengan tangan bergetar Deni meraih hape biru yang tergeletak. Mencoba menghidupkan layar dan....
Jantungnya terasa berhenti berdetak ketika matanya menatap layar hape yang masih dalam keadaan terkunci pola.

Wallpaper itu....
Foto putra kecilnya...........


Bersambung..
Makin penasaran gan,
Lanjut update lagi gan👍👍👍👍👍
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd