Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG TETANGGA PERKASA 2 : Mimpi Tak Tergapai

Part 2.

Menggoda




"Kamu mau kemana, Nak...? ". Bu Utari heran melihat pagi ini Asty berdandan cantik dan berpakaian bagus.

"Bu... Beberapa bulan lagi Wildan masuk sekolah TK. Dan itu tentu perlu uang banyak. Aku harus kerja supaya bisa menyekolahkannya... ". Asty menjawab pertanyaan Sang Ibu berlahan.

"Tapi kan uang sewa sawah Bapakmu masih bisa buat menutupi biaya sekolah anak anakmu...? ".

"Gak enak, Bu... Biarlah uang itu untuk keperluan lain.. Aku masih muda, masih bisa kerja meski sekedar jadi pembantu.. ". Asty memberikan alasan yang justru membuat Bu Utari sedih mendengarnya.

"Memangnya kamu mau kerja dimana...? ".

"Belum tahu, Bu. Ini rencananya mau nyari lowongan berdua dengan Nirmala.. ".

"Oh... Dengan Nirmala kerjanya...? ".

"Iya, Bu... Nirmala bilang dia bosan terus terusan dirumah... ". Asty menjawab sambil tertawa kecil.

"Anak itu. Bulan kemarin dilamar orang, eh.. Dia tolak. Coba kalo dia mau, kan gak usah susah susah cari kerja.. ". Bu Utari berucap seperti menggerutu.

"Berarti bukan jodohnya, Bu. Lagipula Nirmala itu masih muda dan cantik. Masa iya harus menikah dengan Pak Supeno yang sudah tua itu...? ". Tukas Asty.

"Tua tapi kan kaya raya. Hehehe ". Bu Utari malah tertawa geli sendiri setelah berkata seperti itu.

"Ibu ada ada saja... Emang Ibu sendiri mau punya menantu tua tapi kaya...? ".

"Heh... Maksudmu apa...?". Bu Utari tersentak mendengar ucapan Putrinya itu. Sementara Asty sendiri diam tak menjawab.

"Jangan bilang kamu mau menikah dengan Pak Mukhlis ya....? ". Bu Utari melanjutkan.

Asty sendiri mendadak tertawa keras mendengar kalimat Sang Ibu yang terakhir. Kemudian berlalu keluar kamar menuju dapur sambil masih tertawa tawa.

"Asty... ". Bu Utari berteriak.

"Awas kamu ya.. Ibu gak mau punya menantu tua, meskipun kaya.... ".

Suara tawa Asty terdengar semakin berderai..


_____________



Deni masih dirumah Joko sampai sore itu sekitar pukul 15,00. Obrolan kedua sahabat baru itu sangat lancar dan seru. Masing masing menceritakan kisah hidup mereka sebelumnya, dan satu sama lain mendengar serta berkomentar dengan antusias. Terlihat sekali antara Deni dan Joko ada di frequensi yang sama. Obrolan mereka nyambung sekali dan tak pernah kehabisan bahan. Sedangkan Desi istri Joko sesekali menimpali dengan seperlunya.

Desi dan Joko, pasangan suami istri yang sudah menikah selama hampir delapan tahun itu sampai saat ini belum dikaruniai Anak. Sehingga rumah tangga mereka memang sehari harinya sepi. Maka ketika ada orang yang bertamu, keduanya sangat senang sekali. Mereka bercengkrama seperti tidak memperdulikan waktu berlalu.

Deni sendiri meskipun bertahan mati matian untuk tetap menjaga sikap, tak dapat dipungkiri sedikit suka untuk berulangkali melirik dan memandangi wajah cantik dan terlihat lugu milik Desi. Wajah sederhana tanpa polesan make up berlebihan. Mungkin cuma memakai krim pencerah sasetan yang banyak dijual murah di warung warung. Tapi wajah Desi memang menarik. Seperti memiliki magnet yang membuat pria manapun akan betah berlama-lama memandangi nya.

Sedikit bercerita tentang asal usul pasangan ini, Joko adalah lelaki asli Jawa. Tepatnya di suatu desa di Madiun, Jawa Timur. Sedangkan Desi berasal dari bumi Parahyangan. Mojang Sunda yang cantik jelita. Bisa saja si Desi ini masih ada keturunan bangsawan. Karena paras rupawan nya mengingatkan pada kecantikan Mojang Mojang Parahyangan dari kerajaan Pajajaran tempo dulu.

Kulit kuning langsat, hidung bangir dengan mata bulat dan bibir tipis tapi berisi. Tutur kata yang lemah lembut seolah mendayu dayu, pantas saja jika Joko klepek klepek dimasa mudanya dulu.

"Den.... ". Tiba tiba Joko memanggil membuat lamunan Deni berantakan.

"A.. Apa....? ". Jawabnya terbata.

"Melamun lagi. Sudah... Jemput anak dan istrimu.. Ajak rujuk.. ". Ucap Joko sembari tertawa.

"Hmmm... ". Deni cuma menjawab acuh.

"Begini bro.. ". Joko kembali diam dan menatap layar hape, membaca Chat Yang baru saja masuk. Deni menunggu dengan tatapan tak beralih.

"Begini..... ". Berhenti lagi.

"Begini apaan woiii... Dari tadi begana begini.. ". Sewot juga si Deni. Sedangkan Desi tertawa pelan sembari menutup mulut melihat tingkah keduanya.

"Nanti malam selepas Isya, Aku dimintai tolong bongkar pakan oleh Pak Bos... ". Akhirnya Joko bicara juga.

"Berapa Ton...? ".

"Katanya Dia puluh lima.. ".

"Banyak amat, terus apa hubungannya dengan aku...? ".

"Yang kerja cuma Tiga orang. Pasti lama beresnya.. ". Joko tidak lagi bicara sok sokan pakai logat elu elu gua gua. Nampaknya serius dia kali ini.

"Hmmm... ". Deni belum mengerti kearah mana tujuan kalimat Sang sahabat.

"Bisa jadi Pukul satu atau pukul dia dinihari baru rampung... " . Tambah Joko lagi. Deni masih diam menunggu sambil menghisap rokok dengan nikmat.

"Aku minta tolong, boleh.... ".

"Minta tolong apa..?. Bantuin bongkar pakan...?. Aku gak bisa bro.. Pinggangku gak kuat... Hehehe... ". Jawab Deni cepat.

"Bukan begitu... ".

"Ooh.. Terus, bagaimana...? ".

"Duh... Gak enak mau ngomongnya... ". Joko terlihat ragu.

"Ngomong Aja bro, kalo ada masalah jangan dipendam. Nanti bisulan kamu... ".

"Asu lah.. Aku serius ini... ". Joko sedikit memaki dengan wajah ditekuk membuat Deni tertawa lebar.

"Kalo kamu gak keberatan, aku minta tolong jagain istriku... ".

"Hah.... Apa?... ". Deni bertanya untuk memastikan apa yang baru dan dia dengar.

"Iya.. Kamu tahu sendiri kan... Dirumah ini cuma kami berdua. Sedangkan istriku itu penakut. Dia takut sekali ditinggal sendirian. Apalagi kata orang orang rumah kosong yang disebelah itu ada hantunya... ". Joko berusaha menjelaskan panjang lebar.

Mendengar itu Deni mendesah..

"Apa nanti kata orang, bro.. Ada ada saja kamu... ".
Deni tentu saja menolak. Ini akan berbahaya jika harus berdua malam malam didalam rumah bersama Desi sementara Joko pergi berkerja.

"Aku percaya kamu, bro... ".

"Iya, tapi orang-orang tidak semudah itu percaya.. Pasti akan jadi heboh bro... ". Deni tetap tidak setuju. Sementara Desi istri Joko cuma diam saja dari tadi.

"Begini saja, Istrimu kamu titipkan saja dirumah Pak erte. Biar dia tidur disana malam ini. Disana kan banyak perempuan. Bu erte dan dua anak gadisnya". Deni memberi usul.

"Gak enak lah, bro. Rumah mereka sempit. Nanti malah gangguin lagi... ". Ucap Joko yang membuat Deni menarik nafas.

"Iya sih.... ". Katanya kemudian. Deni bingung sendiri jadinya. Berat untuk menerima, berat juga untuk menolak karena baru sekali ini sang sahabat baru minta tolong padanya.

"Gimana bro...? ". Joko mendesak minta jawaban.

"Ya udah. Tapi aku tidur diteras aja.. ". Akhirnya Deni merasa mendapat jalan keluar yang bisa di pakai untuk menghindari fitnah.

"Terserah kamu. Yang penting aku bisa meninggalkan istriku dirumah dengan tenang... Hehehe.. ". Kalimat Joko menunjukan kalau dia seperti sangat lega.

"Tenang dengkulmu... Aku yang bakalan tidak bisa tenang nantinya... Sialan... ". Deni merutuk di dalam hati. Kemudian sekilas matanya melirik ke arah Desi yang menunduk diam entah sedang memikirkan apa.

Joko yang mengetahui lirikan mata Deni cuma bisa menghela nafas berlahan.


_____________



Pagi tadi sekitar pukul sembilan lebih di hari yang sama..

"Mbak yakin mau kerja jadi pembantu...? ". Nirmala menatap Asty yang terlihat sedikit melamun. Pagi itu mereka mampir di sebuah warung bakso karena dirumah kedua wanita cantik ini belum sempat sarapan.

"Yakin... Kenapa..? ". Jawab Asty sembari memainkan sendok dan garpu ditangannya.

"Gak sih.. Cuma khawatir aja. Jadi pembantu kan berat nih.. Emang mbak udah siap kerja keras...?". Goda Nirmala sambil tersenyum lebar.

"Demi kebutuhan, Mala. Anakku dua, perlu duit semua... ". Jawab Asty sedikit bernada sendu.

"Emang Mas Deni gak kirim uang, Mbak...? ".

"Sudah tiga bulan ini gak ada kiriman dari Bapaknya Anak Anak, mungkin Dia lagi gak punya uang juga. Aku gak enak mau nanyain... ". Asty tertawa kecil kemudian. Sedangkan Nirmala cuma mengangguk angguk.

"Kenapa gak rujuk aja sih, Mbak...? ".

"Gak semudah itu, Mala... ".

Nirmala tak berkata lagi, hanya dahinya yang terlihat berkerut dengan tatapan yang seolah tak mengerti.

"Kamu gak akan mengerti saat ini. Nanti kalau sudah berumah tangga baru kamu akan tahu betapa rumitnya menyatukan dua hati dan dua perasaan.. ". Jelas Asty ketika melihat Mimik wajah Nirmala yang seolah tak paham.

"Tapi,.. Kalian kan masih saling cinta...? ".

"Benar.. Tapi rasa bersalah yang demikian besar di hati ini tak akan membiarkan kami kembali berbahagia. Bersatu kembali mungkin saja, tapi berbahagia kembali itu yang berat dan hampir mustahil... Coba kamu bayangkan, bagaimana rasanya hidup bersama tapi di dalam hati ini selalu saja di dera oleh rasa bersalah.. Pasti akan kacau juga ujung ujungnya... ". Jelas Asty panjang.

"Bukankah Mas Deni sudah memaafkan...? ".

"Iya.. Dia memang berhati putih bak malaikat. Itu yang justru membuat Mbak semakin tak percaya diri untuk bersamanya lagi. Mbak minder, Mala... Mbak yang kotor ini merasa sangat tidak pantas untuknya. Dia sangat baik, dan dia pantas untuk mendapatkan wanita yang baik, bukan seperti Mbak.. ". Kalimat panjang Asty diakhiri dengan nada seperti hendak menangis. Sedih sekali Nirmala mendengarnya.

Setelah cukup lama merenung, Nirmala kemudian berkat berlahan..

"Tapi aku yakin Mbak, Mas Deni tidak pernah berfikiran seperti itu.. "

"Entahlah, Mala. Mbak cuma bisa berdoa supaya diberikan jalan keluar terbaik. Kalaupun masih ada jodoh diantara kami, biarlah Tuhan yang mengatur jalannya.. ".

"Kalau Mas Amin, Bagaimana....? ".

"Heh... Apa maksud kamu, Mala. Jangan bikin Kepala Mbak tambah pusing ya... ". Asty menatap gadis muda didepannya dengan mata melotot, sementara yang ditatap malah tertawa cengengesan dengan tangan kiri terangkat dan dua jari terkembang..

"Kamu aja sana, kejar Mas Amin... ". Ucap Asty lagi begitu sadar Nirmala cuma iseng menggodanya.

"Yang bener Mbak. Ntar nyesel kalo Mas Amin aku embat... Hahaha... ". Nirmala tertawa keras setelahnya. Membuat kedua mata Asty kembali mendelik menyadari mereka menjadi pusat perhatian para pengunjung warung bakso yang cukup ramai pagi ini..

Sedangkan pemilik warung hanya menggeleng gelengkan kepala. Lelaki setengah baya berkumis tebal itu sedari tadi mendengar semua celoteh kedua wanita cantik itu, dan sebagai lelaki yang sudah cukup berpengalaman, pemilik warung bakso cuma senyum senyum saja.

"Seandainya Istriku secantik mereka.. Ya Allah.. Ampuni hambamu yang tidak bersyukur ini.. ". Bathin pemilik warung menyesal telah membanding bandingkan istrinya yang selama ini telah setia menemaninya selama belasan tahun tanpa pernah mengeluh meski ekonomi mereka naik turun.

Diam diam, Pak Kumis kemudian kembali melirik kearah dua pengunjung warung bakso nya itu sembari membanding bandingkan kecantikan mereka.

"Yang lebih dewasa itu,... Wajahnya cantik sekali Ya Allah... ". Kembali dia membathin. Tapi kemudian samar samar terlihat lelaki setengah baya itu menggeleng gelengkan kepala berulang kali.

"Astaghfirullahalazim.... ". Teriak suara hatinya.

"Ingat Anak... Ingat Anak... ". Berkali kali Pak Kumis berusaha mengusir setan didalam hati, dengan cara berusaha untuk mengingat bahwa dirinya sekarang sudah punya istri dan tiga orang anak.


_____________



"Ya Tuhan.. Kenapa berat dan susah sekali untuk melupakan dia.. Dulu, ketika di tinggal istriku menikah lagi, aku tak sesakit ini. Tapi ini sangat berat Ya Tuhan.. Sangat sakit.. ". Terdengar lirih sekali suara yang keluar dari bibir seorang Pria yang baru saja selesai mandi siang itu dan tengah duduk duduk santai di teras depan sebuah rumah kecil di antara petak petak tambak yang berjejer rapih.

Pria itu bertelanjang dada dan cuma memakai celana kolor pendek sepaha. Didepannya ada sebuah meja kecil uang diatasnya segelas kopi masih mengepulkan asap tipis dan juga mengeluarkan aroma yang menggugah. Tapi kopi itu belumlah sempat tersentuh oleh si pembuat. Benak pria pembuat kopi malah berkelana kemana mana.

Sudah setengah tahun lebih dia sengaja mendekam di tambak. Tidak keluar keluar. Tidak kemana mana. Sengaja ingin menenangkan diri dan mengobati luka, itu niatnya. Tapi sampai sekarang sepertinya luka itu masih saja seperti semula. Belum kering sama sekali. Dan masih berdarah jika terkenang oleh pria itu semua yang telah dia lalui sebelumnya.

Memang sangat sakit jika apa yang kita harapkan tidak jadi kenyataan. Apalagi jika kita telah berkorban segalanya demi harapan itu. Bibir bisa berkata ikhlas, bisa tersenyum menerima semua kenyataan pahit didepan mata. Tapi hati tidak. Hati akan selalu merintih perih, menangis dinihari setiap mengingat betapa indah impian yang gagal di raih. Betapa berharga sesuatu yang terpaksa dilepaskan dari genggaman.

Kadang Pria itu seperti ingin menyalahkan Tuhan. Ingin memberontak kepada garis takdir. Tapi dia tak berani. Dia sadar jika sekali saja Tuhan berkata Kun, maka jangankan dirinya, seluruh isi alam semesta akan hancur lebur tak bersisa.

Sehingga Pria itu hanya bisa menutupi luka hati dengan senyum palsu, berlagak kuat meski sebenarnya hati rapuh.

Entah sampai kapan dia harus pura pura bahagia, pura pura tidak apa apa.

Dirumah ini, hanya seekor kucing persia jantan yang menjadi teman, menjadi pelipur lara. Hewan berharga mahal yang dirawat nya semenjak 4 bulan yang lalu. Hewan lucu yang sama sekali tidak tau jika manusia yang merawatnya dengan penuh kasih sayang itu sebenarnya sangat merindukan kasih sayang, bahkan pernah dan sedang hancur oleh apa yang disebut cinta dan kasih sayang.

Cinta yang harus diakui, memang sudah salah sejak awal. Dan bibit yang salah, tentu saja akan menumbuhkan pohon yang bermasalah..

Pria itu, Amin namanya. Begitu pula orang orang memanggilnya. Masih di tempat yang sama, kini Amin sedang berusaha menata hidup dan menata hati yang sempat hancur berkeping-keping. Meski dia sendiri sadar ini akan sulit dan kemungkinan besar tak berhasil. Tapi setidaknya Pria muda itu tak ingin jatuh ke lobang yang sama untuk kedua kalinya. Jika bisa........



Bersambung.
 
Terakhir diubah:
Doakan saja saya bisa terus menyisihkan waktu disela kesibukan saya, supaya bisa terus berkarya. Meski cuma sekedar karya cerita ecek ecek bertema seks, yang di dalam pandangan sebagian besar orang hanyalah cerita sampah belaka, tapi intinya tujuan saya adalah untuk happy fun. Pembaca suka, say pun merasa senang. Demikian itu.... 😂😂😂
 

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd